KADAR BIOETANOL LIMBAH PADAT BASAH TAPIOKA (DIENDAPKAN 5 HARI) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA.

KADAR BIOETANOL LIMBAH PADAT BASAH TAPIOKA
(DIENDAPKAN 5 HARI) DENGAN DOSIS RAGI DAN
WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA

SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1
Program Studi Biologi

Diajukan oleh :

Disusun oleh :
NURUL DIYANITA
A 420 050 088

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2009

i


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Perkembangan industri di Indonesia banyak mendatangkan keuntungan,
disamping membawa dampak negatif yang perlu diperhatikan. Limbah industri
yang dibuang ke lingkungan dapat mengganggu keseimbangan ekosistem.
Pencemaran adalah perubahan yang tidak diinginkan pada udara, daratan, dan
air. Secara fisik, kimiawi ataupun biologis yang mungkin akan merupakan
bahaya bagi kehidupan manusia atau jenis-jenis penting, proses industri,
lingkungan hidup dan nilai-nilai kebudayaan. Penyebab pencemaran adalah
sisa-sisa benda yang dibuat, dipakai dan dibuang manusia (Odum, 1993).
Tepung tapioka merupakan salah satu bahan baku untuk keperluan
industri makanan, industri farmasi, industri tekstil, industri kertas dan lain-lain.
Di Indonesia pembuatan tepung tapioka telah lama dikenal yang diawali dengan
industri kecil yang dikerjakan secara manual menggunakan tenaga manusia.
Seiring dengan kemajuan teknologi, perkembangan industri tepung tapioka juga
meningkat dimana dalam proses pembuatannya digunakan tenaga mesin dan
hanya sedikit melibatkan tenaga manusia secara langsung.
Industri tepung tapioka menggunakan bahan baku ketela pohon mempunyai

kandungan karbohidrat yang tinggi sebagai sumber energi. Disamping itu ketela
pohon juga mengandung senyawa sianida yang bersifat racun. Pengolahan
industri tepung tapioka dari ketela pohon akan menghasilkan limbah

1

2

Limbah tersebut apabila dibuang langsung kelingkungan akan memberikan suatu
masalah. Proses pengolahan singkong menjadi tepung tapioka, menghasilkan
limbah sekitar 2/3 bagian atau sekitar 75 % dari bahan mentahnya, limbah ini
biasanya disebut dengan onggok.
Menurut Childyal dan Lonsanse (1990), bahwa limbah padat industri
tapioka masih mengandung pati cukup tinggi yaitu 63 %. Badan Penelitian dan
Pengkajian Teknologi Indonesia menyatakan bahwa kandungan pati pada ampas
tapioka sebesar 67,8 %.
Upaya meminimalisasi limbah dari proses pembuatan tepung ubi kayu
salah satunya dengan memanfaatkan kembali limbah. Teknologi biokonversi
merupakan konvers i bahan enzimatik melalui fermentasi yang dapat untuk
meningkatkan nilai ekonomi onggok. Perkembangan bioteknologi melalui

pemanfaatan mikroba dengan proses fermentasi dapat mengkonversi bahan secara
enzimatik, misalnya onggok dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan nilai
ekonomisnya dan mengurangi pencemaran udara atau gas yang terjadi (Rahman,
1989).
Salah satu produk dari hasil fermentasi yang menghasilkan alkohol dan
gula adalah tape , dalam pembuatannya menggunakan ragi sebagai sumber
mikrobanya. Didalam ragi terdapat 3 golongan mikroba yaitu: jamur, bakteri, dan
yeast. Ragi merupakan campuran populasi atas spesies-spesies dari genus
Aspergillus, Saccharomyces, Candida dan Hansenulla serta Acetobacter (Tarigan,
1988).

3

Saccharomyces cerevisiae merupakan khamir yang banyak digunakan
dalam industri fermentasi alkohol. Sebagai industri modern, khamir tersebut
dalam bioteknologi konvensional telah digunakan untuk memproduksi beberapa
pangan tradisional seperti: bir, anggur, wiski, sake, pengembang roti, tape dan
sebagainya . Dalam bioteknologi modern khamir tersebut telah digunakan sebagai
jasad inang eukariotik untuk memproduksi protein-protein heterolog seperti
vaksin hepatitis B yang telah ada di pasaran, hemoglobin, serum albumin dan

glisisn betain (Rahmawati, 2004).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sriyanti (2003), bahwa tinggi
rendahnya kadar gula dan kadar alkohol pada ketela pohon setiap gramnya
dipengaruhi oleh banyak sedikitnya kandungan pati atau amilum. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kadar pati yang tinggi mempengaruhi kadar alkohol yang
dihasilkan dalam proses fermentasi karbohidrat.
Menurut penelitian Khorida (2007), bahwa ampas ketela pohon yang
dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam proses fermentasi etanol menghasilkan
kadar alkohol terendah sebanyak 11,70 % pada waktu fermentasi 9 hari dan kadar
alkohol tertinggi sebanyak 41,67 % pada waktu fermentasi 15 hari.
Limbah padat (Onggok) ketela pohon sebagai sisa pembuatan tepung
tapioka dianggap kurang berguna bagi masyarakat tetapi masih adanya beberapa
kandungan nutrisi didalamnya, maka perlu diadakan penelitian lebih lanjut
mengenai pemanfaatan limbah padat (onggok) pabrik tepung tapioka. Oleh karena
itu, peneliti mengambil judul “KADAR BIOETANOL LIMBAH PADAT

4

BASAH PABRIK TAPIOKA (DIENDAPKAN 5 HARI) DENGAN DOSIS
RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA”.

B. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan tidak melebar dan rancu, maka perlu diadakan
pembatasan masalah, yaitu sebagai berikut:
1. Subyek penelitian adalah waktu fermentasi dan dosis ragi
2. Obyek penelitian adalah limbah padat basah (onggok) industri tepung
tapioka
3. Parameter yang digunakan adalah kadar alkohol dari fermentasi yang
dilakukan.
4. Fermentasi dilakukan setelah limbah padat basah diendapkan selama 5
hari.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan pe mbatasan masalah diatas, maka dapat dibuat perumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh waktu fermentasi dan dosis ragi terhadap kadar
alkohol pada fermentasi limbah padat tapioka?
2. Berapa kadar alkohol tertinggi yang dapat diperoleh dari hasil
perbandingan waktu fermentasi dan dosis ragi pada fermentasi limbah
padat tapioka?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan

untuk:

5

1. Mengetahui pengaruh waktu fermentasi dan dosis ragi terhadap kadar
alkohol pada fermentasi limbah padat tapioka.
2. Mengetahui kadar alkohol tertinggi yang dapat diperoleh dari hasil
perbandingan waktu fermentasi dan dosis ragi pada fermentasi limbah
padat tapioka.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah
1. Memberikan

informasi

mengenai

keefektifan

perbandingan


waktu

fermentasi dan dosis ragi yang dapat digunakan untuk memperoleh
kualitas bioetanol pada fermentasi limbah padat yang baik.
2. Diharapkan dengan penelitian ini, pengelola industri pengolahan tepung
tapioka dapat mengelola limbahnya agar tidak berbahaya bagi lingkungan.
3. Bagi para peneliti berikutnya dapat digunakan sebagai dasar untuk
meneliti lebih lanjut.