T1 802010026 Full text
DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA, GURU, DAN TEMAN
SEBAGAI PREDIKTOR TERHADAP TENDENSI AKTUALISASI
DIRI PADA REMAJA
OLEH
REESTY WIDHIA NINGTYAS
80 2010 026
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk
Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2014
DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA, GURU, DAN TEMAN
SEBAGAI PREDIKTOR TERHADAP TENDENSI AKTUALISASI
DIRI PADA REMAJA
Reesty Widhia Ningtyas
Berta Esti Ari Prasetya
Heru Astikasari Setya Murti
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2014
Abstrak
Penelitian ini mengukur dukungan sosial yang diberikan oleh orang tua, guru, dan
teman serta apakah dukungan sosial tersebut dapat menjadi prediktor terhadap
aktualisasi diri pada remaja. Sampel berjumlah 263 siswa SMA Negeri 3 Salatiga yang
berusia 15-18 tahun. Alat ukur yang digunakan berjumlah 4 buah, yaitu alat ukur
mengenai dukungan sosial orang tua, dukungan sosial guru, dukungan sosial teman,
dan alat ukur tendensi aktualisasi diri. Masing-masing alat ukur dukungan sosial terdiri
atas 4 jenis dukungan sosial yang dibagi menjadi 20 item. Sedangkan alat ukur
tendensi aktualisasi diri berdasarkan Brief Index of Self-Actualization yang telah dibuat
oleh Sumerlin & Bunderick terdiri atas 7 karakteristik aktualisasi diri yang dibagi
menjadi 40 item. Dari pengujian menghasilkan nilai F = 17,172 dan nilai R = 0,342 (p
< 0,05), menunjukkan bahwa dukungan sosial orang tua dan guru sudah layak menjadi
prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja. Angka koefisien nilai Beta
dukungan sosial orang tua sebesar 0,312 dengan nilai t = 4,976 (p < 0,05). Maka
dukungan sosial orang tua secara mandiri dapat menjadi prediktor terhadap tendensi
aktualisasi diri pada remaja. Serta, angka koefisien nilai Beta dukungan sosial guru
sebesar 0,064 dengan nilai t = 1,022 (p > 0,05). Maka dukungan sosial guru secara
mandiri belum dapat dikatakan sebagai prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri
pada remaja. Sedangkan variabel dukungan sosial teman tidak memiliki korelasi
dengan tendensi aktualisasi diri dengan nilai r = 0,070 (p > 0,05). Maka variabel
dukungan sosial teman tidak dapat diikutsertakan dalam pengujian regresi.
Kata Kunci : Dukungan sosial, tendensi aktualisasi diri
i
Abstract
This study investigated social support from parents, teacher, and friends, and also are
that social support can be predictor to self actualization tendency in adolescents. Sample
from this study are 263 student of Senior High School 3 in Salatiga, aged between 1518 years. This study used four instruments, parents social support scale, teacher social
support scale, friends social support scale, and self actualization tendency scale. Each
instruments of social support consist of four type social support and each instruments
divided to 20 items. While, self actualization tendency scale based from Brief Index of
Self Actualization by Sumerlin & Bunderick and this scale consist of seven
characteristic self actualization and divided into 40 items. This study result F = 17,172
and R = 0,342 (p < 0,05), showed that social support from parents and teacher are
competent as predictor to self actualization tendency in adolescents. Beta of parents
social support equal to 0,312 with t = 4,976 (p < 0,05), so parents social support can be
predictor toward self actualization tendency in adolscents. And, Beta of teacher social
support equal to 0,064 with t = 1,022 (p > 0,05), so teacher social support cannot be
predictor toward self actualization tendency in adolscents. While, friends social support
doesn’t have correlation with self actualization tendency with r = 0,070 (p > 0,05), so
friends social support cannot be included in regression test.
Keywords : Social support, self actualization tendency
ii
1
Pendahuluan
Meningkatkan kualitas remaja merupakan kekuatan pembangunan negara, karena
remaja yang akan menjadi pelaku dalam pembangunan di masa yang akan datang.
Menurut Piaget (Hurlock, 1999), masa remaja merupakan masa dimana individu
mengalami perubahan dalam mental, emosional, sosial, dan fisik. Menurut Santrock
(2007), masa remaja adalah periode peralihan perkembangan dari kanak-kanak ke masa
dewasa awal. Maka, masa remaja merupakan masa transisi atau masa peralihan dari
anak-anak menuju dewasa (Monks, 1999). Hurlock menyatakan bahwa masa remaja
dimulai pada usia 13 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun. Periode Masa remaja
dianggap sebagai usia yang menimbulkan masalah. Sementara itu sebenarnya remaja
juga memiliki potensi-potensi di dalam dirinya. Potensi tersebut akan berkembang
dengan baik jika lingkungan sosial mendukung hal tersebut.
Remaja sebagai tulang punggung bangsa memiliki tanggung jawab yang besar
untuk memajukan bangsa dan negara. Masa depan generasi muda merupakan masa
depan bangsa. Remaja adalah generasi muda yang mempunyai potensi, bukan hanya
tugas remaja tersebut untuk menghidupkan dan menggali potensi yang dimilikinya,
namun ini juga merupakan tugas kaum dewasa untuk mengembangkan potensi para
remaja (Mutiarsih & Atmojo, 2007). Remaja yang belum mengembangkan potensinya
secara utuh, pasti akan merugikan masa depan bangsa. Oleh karena itu remaja harus
menyadari setiap potensi yang dimiliki dan mengembangkannya, sehingga remaja dapat
berperan dalam proses kemajuan bangsa.
Untuk meningkatkan kualitas diri, remaja harus mengembangkan potensi yang
ada pada dirinya, maka remaja tersebut dapat dikatakan sebagai remaja yang memiliki
tendensi aktualisasi diri. Goldstein (Hall & Lindzey, 1993) mengemukakan bahwa setiap
2
individu
dilahirkan
dengan
potensi
yang
mempengaruhi
pertumbuhan
dan
perkembangan individu tersebut serta dapat mengarahkannya pada aktualisasi diri. Hal
ini sama seperti yang dikemukakan oleh Rogers (dalam Schultz, 2002) bahwa tidak ada
segi pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terlepas dari kecenderungan
aktualisasi diri. Pada awal kehidupan manusia, tendensi aktualisasi berkaitan dengan
kebutuhan fisiologis seperti makanan, air, dan udara. Ketika manusia bertambah usia,
tendensi aktualisasi diri beralih dari yang fisiologis menjadi psikologis, dan perubahan
ini mulai terjadi pada masa anak-anak dan selesai pada akhir masa remaja. Rogers juga
mengemukakan bahwa aktualisasi diri merupakan proses yang berlangsung terus dan
tidak bersifat statis. Menurut Maslow (Goble, 2013), aktualisasi diri adalah pemaparan
tentang kebutuhan psikologis manusia untuk menumbuhkan, mengembangkan, dan
menggunakan kemampuannya. Goldstein berpendapat bahwa setiap kebutuhan adalah
suatu keadaan kekurangan yang mendorong individu untuk menutup kekurangan
tersebut (Hall & Lindzey, 1993). Pemenuhan kebutuhan ini yang disebut sebagai
aktualisasi diri. Maslow juga berpendapat bahwa aktualisasi diri dapat diartikan sebagai
perkembangan yang paling tinggi dan penggunaan semua bakat yang ada, serta
pemenuhan semua kualitas dan kapasitas manusia (Schultz, 2002).
Menurut Maslow (dalam Baihagi, 2008), orang-orang yang mengaktualisasikan
diri adalah orang yang setengah tua atau lebih tua. Maslow lebih lanjut mengungkapkan
bahwa remaja dan orang-orang muda tidak dapat mengaktualisasikan diri sepenuhnya,
tetapi Maslow berpendapat bahwa ada kemungkinan bagi remaja untuk memperlihatkan
pertumbuhan yang baik ke arah aktualisasi diri atau yang disebut sebagai tendensi
aktualisasi diri. Menurut Rogers tendensi aktualisasi diri adalah kecenderungan setiap
manusia untuk bergerak menuju keutuhan atau pemuasan dari potensi (Feist & Feist,
3
2010). Ada tujuh karakteristik dari aktualisasi diri (Sumerlin & Bundrick, 1996), yaitu
(a) Inti Aktualisasi Diri (Core Self-actualization) yaitu persiapan untuk masa depan,
kekuatan untuk menghadapi masa depan, kontribusi terhadap masyarakat, dan
kebahagiaan, (b) Jonah Complex yaitu ketakutan akan potensi yang dimiliki, (c)
Keingintahuan (Curiosity), jika individu tidak berhasil dalam mencari pengetahuan dan
pemahaman mengenai suatu hal, akan berdampak negatif dalam pekembangan
kepribadiannya (Coste, 2005), (d) Kenyamanan dalam Kesendirian (Comfort with
Solitude) yaitu kenyamanan untuk mengintrospeksi diri, Maslow (1987) juga
mengatakan bahwa orang-orang yang mengaktualisasikan diri akan menyukai
kesendirian dan membutuhkan privasi serta merasa nyaman akan hal tersebut, (e)
Keterbukaan terhadap Pengalaman (Openness to Experience), (f) Karakter Demokratis
(Democratic Character) yaitu keinginan untuk membantu kemanusiaan, memberikan
dirinya untuk orang lain, dan mengerti akan kebutuhan-kebutuhan orang lain dan (g)
Tujuan dan Arti Kehidupan (Life Meaning and Purpose), ketika individu mengetahui
tujuan dan arti kehidupannya, dia akan lebih mudah dalam menjalani kehidupan dan
berfokus pada hal yang akan mengembangkan potensinya (Ventegodt, Merrick, &
Andersen, 2003).
Rogers (Baihagi, 2008) juga percaya bahwa setiap individu yang dilahirkan
memiliki tendensi ke arah aktualisasi diri. Walaupun setiap individu memiliki tendensi
aktualisasi diri sejak lahir, lingkungan sosial juga berperan dalam mengembangkan
potensi setiap individu. Maslow (Baihagi, 2008) menyatakan bahwa jika anak tidak
menerima cinta, rasa aman, dan penghargaan dari orang sekitarnya maka akan sulit
baginya untuk bertumbuh ke arah aktualisasi diri. Selain itu, Rogers berpendapat bahwa
dengan adanya tendensi aktualisasi diri, akan memudahkan dan meningkatkan
4
pematangan serta pertumbuhan manusia (Schultz, 2002). Dengan adanya tendensi untuk
aktualisasi diri, potensi-potensi yang dimiliki oleh individu akan berkembang. Menurut
Goldstein (Hall & Lindzey, 1993) ada dua faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri,
yaitu (a) potensi bawaan, membentuk tujuan serta memberi arah perkembangan dan
pertumbuhan pada diri individu dan potensi tersebut juga akan mempengaruhi pilihanpilihan untuk mencapai aktualisasi diri, dan (b) lingkungan memberikan sarana-sarana
yang diperlukan oleh individu untuk dapat mencapai aktualisasi diri, seperti lingkungan
bermain, lingkungan keluarga, atau lingkungan dimana individu tinggal dapat
membentuk kebiasaan individu tersebut. Lingkungan, dalam perkembangan individu
akan membentuk individu tersebut. Lingkungan ini terdiri atas lingkungan fisik yaitu
segala sesuatu yang bersifat molekul dan lingkungan sosial yaitu seluruh manusia yang
dapat mempengaruhi perkembangan individu (Dahlan, 2002). Maka, setiap individu
membutuhkan orang lain untuk tumbuh dan berkembang sehingga setiap potensi yang
dimilikinya akan dapat terlihat.
Dalam hal ini orang-orang terdekat remaja memegang peranan penting untuk
membimbing remaja menjadi manusia yang berkualitas, serta dapat mengembangkan
potensi-potensi yang dimiliki oleh remaja. Dengan memberikan dukungan sosial kepada
remaja, remaja akan lebih bersemangat, merasa disayangi, dan merasa dicintai oleh
orang disekelilingnya. Dukungan sosial (Baron & Byrne, 2005) adalah kenyamanan
secara fisik dan psikologis yang diberikan oleh orang lain. Lin, Dean dan Ensell
(Mendieta et al., 2012) mengatakan bahwa dukungan sosial sangat sulit untuk
didefinisikan. Namun dalam penelitan Arslan (2009), mengatakan bahwa dukungan
sosial adalah dukungan bersifat sosial dan psikologis yang diberikan oleh lingkungan
sekitar. Ada empat jenis dukungan sosial (Mendieta et al., 2012; Dhitaningrum, 2013),
5
yaitu (a) dukungan emosional (emotional support), meliputi ungkapan empati,
kepedulian, dan perhatian dari orang lain, sehingga individu merasa dicintai, nyaman,
dan tentram, (b) dukungan instrumental (instrumental support), meliputi bantuan secara
langsung, misalnya pemberian uang atau pemberian berupa materi, (c) dukungan
informasional (informational support), termasuk pemberian nasihat, petunjuk, dan
saran-saran, dan (d) dukungan penghargaan (appraisal support), meliputi ungkapan
hormat yang positif atau dorongan untuk maju.
Dukungan sosial ini sangat penting dalam proses mengembangkan potensi atau
kemampuan dalam diri remaja. Dengan adanya dukungan sosial pada remaja,
diharapkan dapat membantu remaja mengembangkan potensi dan mengarah pada
tendensi aktualisasi diri. Edelman (Santrock, 2007) berpendapat bahwa pengasuhan dan
perawatan anak-anak dan remaja sebagai generasi berikutnya merupakan fungsi
masyarakat yang paling penting. Maka dari itu, hal ini bukan hanya tugas dari orang tua
saja, namun orang di sekitar remaja seperti guru dan teman juga perlu memberikan
dukungan sosial kepada remaja tersebut.
Orang tua yang memberikan kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai
kehidupan, baik agama ataupun sosial budaya merupakan faktor yang penting untuk
mempersiapkan anak menjadi individu yang sehat (Dahlan, 2002). Menurut Maslow,
keluarga merupakan lembaga pertama yang dapat memenuhi kebutuhan anak, dengan
perawatan dan perlakuan yang baik dari orang tua maka anak dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya baik fisik ataupun sosial (Dahlan, 2002). Oleh sebab itu, dukungan
sosial yang diberikan oleh orang tua merupakan hal yang penting. Perawatan orang tua
yang penuh kasih sayang dan memberikan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan,
baik agama maupun sosial budaya, merupakan faktor yang kondusif untuk
6
mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang baik (Dahlan,
2002). Perhatian orang tua yang penuh kasih sayang merupakan faktor penting bagi
perkembangan psikologis anak tersebut. Ketika orang tua memberikan dukungan sosial,
maka remaja akan merasa diri mereka berharga. Mereka akan merasa dicintai dan
dihargai. Sehingga remaja akan mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya maka
tendensi aktualisasi akan terlihat.
Menurut Rachman (Muhammad, 2013), bahwa kurangnya perhatian dari
keluarga menyebabkan seorang pelajar menarik perhatian dengan ikut tawuran dan
ikutnya remaja dalam tawuran juga disebabkan oleh kurangnya sarana aktualisasi diri
bagi para pelajar. Dengan adanya kasih sayang dan dukungan dari orang tua, remaja
akan merasa diterima sehingga dia dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Meeus dan Dekovic (Del Valle, Bravo, dan Lopez, 2010), mengatakan bahwa dukungan
sosial yang diberikan oleh orang tua menjadi hal yang paling penting dalam
mengembangkan hubungan personal dalam kehidupan remaja. Menurut Barrera & Li
(Mendieta et al., 2012), remaja yang menerima dukungan dari orang tuanya memiliki
strategi coping yang baik. Sebaliknya, dalam penelitian mengenai dukungan sosial oleh
Kashani dkk (Mendieta et al., 2012), menyatakan bahwa kurangnya dukungan sosial dari
orang tua menjadi faktor resiko yang penting dalam perkembangan perilaku remaja.
Menurut teori ekologi yang dikemukakan oleh Bronfenbrenner (Berk, 2012),
lingkungan adalah tingkatan struktur yang bukan hanya meliputi keluarga tetapi juga
luar rumah, sekolah, lingkungan tempat tinggal, dan tempat kerja dimana orang-orang
menghabiskan keseharian mereka. Setiap lapisan lingkungan ini dianggap memiliki
dampak yang kuat bagi perkembangan individu. Menurut Eccles & Roeser (Bokhorst,
Sumter, & Westenberg, 2010), remaja menghabiskan sebagian waktunya di sekolah dan
7
berhubungan dengan guru serta teman, kedua hal ini berpengaruh pada perkembangan
remaja. Pengalaman yang diperoleh remaja di sekolah memberikan efek pada proses
berkembangnya kedewasaan remaja, pandangan, perilaku, serta hubungan sosial mereka
(Mendieta et al., 2012). Noddings (Santrock, 2009) mengatakan bahwa siswa akan
berkembang ketika mereka merasa diperhatikan, maka guru diharuskan untuk mengenal
siswa dengan baik.
Namun ketika guru tidak memberikan dukungan kepada remaja atau bahkan
mencela yang mereka lakukan, maka remaja akan merasa diri mereka tidak berharga.
Remaja juga tidak berani untuk melakukan hal-hal yang sebenarnya baik namun tidak
dia lakukan karena mendapat celaan dari orang disekitarnya. Remaja akan menghindari
tingkah laku yang menyebabkan celaan dari orang disekitarnya, maka sebagai akibatnya
kebebasan dirinya akan terbatas dan diri yang sesungguhnya tidak dapat muncul. Hal ini
dapat menghambat remaja untuk mengembangkan potensinya dan tendensi aktualisasi
diri tidak terlihat. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan McCombs (2001)
yang menemukan bahwa siswa yang memiliki guru bersifat mendukung dan penuh
perhatian, akan lebih termotivasi untuk terlibat dalam kerja akademis dibandingkan
dengan siswa yang mempunyai guru tidak mendukung dan tidak memberikan perhatian
(Santrock, 2009).
Selain guru, dukungan dari teman juga penting untuk mengembangkan potensi
yang dimiliki oleh remaja. Sullivan (Santrock, 2007) berpendapat bahwa teman
memainkan peranan yang penting dalam membangun kesejahteraan dan perkembangan
remaja. Seperti penelitian terdahulu mengenai dukungan sosial (Bokhorst, Sumter, &
Westenberg, 2010), dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa remaja mendapatkan
lebih banyak dukungan dari teman (M = 3,58) dibandingkan dukungan dari orang tua (M
8
= 3,56), karena pada masa remaja, remaja lebih banyak menghabiskan waktu bersama
dengan teman dibandingkan dengan orang tua. Teman merupakan orang terpercaya yang
dapat membantu remaja mengatasi masalahnya dengan memberikan dukungan emosi
dan nasihat (Santrock, 2007). Howes & Tonyan (Santrock, 2009), mengatakan bahwa
hubungan baik dengan teman merupakan peran penting agar perkembangan individu
menjadi normal. Parker & Asher (Santrock, 2009), menyatakan bahwa persahabatan
membantu remaja merasa bahwa mereka adalah individu yang berharga dan yang
terpenting adalah dukungan sosial dari teman-temannya.
Menurut Bagwell dan Bukowski (Berk, 2012) menyatakan bahwa dalam masa
remaja, pertemanan terkait dengan banyak aspek kesehatan psikologis dan kompetensi,
seperti
memberikan
kesempatan
untuk
mengeksplorasi
diri
sendiri
serta
mengembangkan pemahaman mendalam tentang orang lain, membantu anak muda
mengatasi tekanan masa remaja, dan memperbaiki sikap dan keterlibatan di sekolah.
Dukungan sosial yang diberikan teman pada remaja akan memberikan dampak pada diri
remaja, remaja akan merasa diterima dan dihargai. Seperti yang diungkapkan dalam
penelitian Farington (Mendieta et al., 2012) mengenai hubungan sosial remaja dengan
teman sebaya, menyatakan bahwa adanya penerimaan dari teman sebaya berdampak
positif pada penyesuaian di sekolah, berkurangnya resiko kegagalan dalam prestasi, dan
berhasil dalam hubungan sosial. Ketika remaja merasa diterima oleh teman-temannya,
remaja akan merasa diperhatikan dan didukung. Sehingga perkembangan potensi yang
dimiliki oleh remaja akan dapat terlihat dan hal ini mengarah pada pencapaian tendensi
aktualisasi diri. Sedangkan ketika remaja tidak mendapat dukungan dan perhatian dari
teman-temanya, remaja akan kesulitan dalam mengembangkan potensinya sehinga
tendensi ke arah aktualisasi diri akan sulit dicapai. Hal ini didukung oleh penelitian pada
9
tahun 2004 yang dilakukan oleh Wentzel, Bary, & Caldwell (Santrock, 2009),
menyatakan bahwa para siswa yang tidak memiliki teman menjadi kurang terlibat dalam
perilaku prososial, mendapatkan nilai yang lebih rendah, dan lebih sedih secara
emosional.
Seperti yang dikatakan Rachman (Muhammad, 2013), dengan kurangnya
perhatian dari orang tua, guru, dan teman maka remaja dapat melakukan tindakantindakan negatif seperti tawuran, memakai narkoba, dan tindakan kriminal. Maka
dibutuhkan dukungan sosial dari orang-orang terdekat remaja, agar remaja dapat
melakukan tendensi aktualisasi diri. Dukungan sosial merupakan faktor penting untuk
mengembangkan potensi remaja sehingga dapat mencapai aktualisasi diri. Menurut
Maslow (Dahlan, 2002), apabila seorang anak telah memperoleh rasa aman, penerimaan
sosial, dan harga dirinya, maka anak tersebut dapat memenuhi kebutuhan tertingginya,
yaitu perwujudan diri atau aktualisasi diri (self-actualization). Hal ini didukung oleh
penelitian terdahulu mengenai hubungan antara dukungan sosial orang tua (non materi)
dengan aktualisasi diri pada siswa di Yogyakarta (Wijayanti, 2012), dengan koefisien
korelasi sebesar 0,515. Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara
dukungan sosial orang tua (non materi) dengan aktualisasi diri pada siswa tersebut.
Maka semakin tinggi dukungan sosial yang diberikan, akan semakin baik pula
aktualisasi diri para siswa.
Ketika individu bertambah besar, maka diri individu mulai berkembang. Setelah
diri individu muncul, maka kecenderungan aktualisasi diri akan lebih terlihat. Cara diri
individu berkembang dan sehat tergantung pada cinta dan kasih sayang yang diterima
anak dari orang terdekatnya. Orang-orang terdekat remaja memegang peranan penting
untuk
membimbing
remaja
menjadi
manusia
yang
berkualitas,
serta
dapat
10
mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh remaja. Perilaku orang tua, guru,
dan teman yang menghargai remaja, akan menimbulkan rasa aman, cinta dan kasih
sayang dalam diri remaja. Maka orang tua, guru, dan teman telah memberikan bekal
kepada
remaja
untuk
mempunyai
tendensi
aktualisasi
diri
sehingga
dapat
mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya.
Penelitian-penelitian terdahulu telah mengukur hubungan dukungan sosial secara
terpisah terhadap tendensi aktualisasi diri. Namun, penelitian ini mengukur dukungan
sosial secara bersama-sama sebagai prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri.
Sehingga penelitian ini menjadi berbeda dalam melihat pengaruh dukungan sosial
terhadap tendensi aktualisasi diri. Dari uraian tersebut peneliti tertarik untuk meneliti
dukungan sosial orang tua, guru, dan teman sebagai prediktor terhadap tendensi
aktualisasi diri pada remaja.
Hipotesis
Ho
: Dukungan sosial orang tua, guru, dan teman tidak sebagai prediktor terhadap
tendensi aktualisasi diri pada remaja
H1
:
1.
Dukungan sosial orang tua, guru, dan teman secara bersama-sama merupakan
prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja
2.
Dukungan sosial orang tua secara mandiri merupakan prediktor terhadap
tendensi aktualisasi diri pada remaja
3.
Dukungan sosial guru secara mandiri merupakan prediktor terhadap tendensi
aktualisasi diri pada remaja
4.
Dukungan sosial teman secara mandiri merupakan prediktor terhadap tendensi
aktualisasi diri pada remaja
11
Metode
Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 3 Salatiga yang berusia
antara 15-18 tahun. Dalam penelitian yang mempunyai variabel bebas lebih dari satu,
ukuran sampel idealnya 1000 dan minimal 100 dengan ketentuan semakin besar
ukurannya semakin baik hasilnya (Sarwono, 2013). Dengan mempertimbangkan tenaga,
waktu, dan biaya, untuk menentukan jumlah sampel yang akan diambil, peneliti
menggunakan rumus pengambilan sampel yang berasal dari Slovin yaitu :
Keterangan
n
: jumlah sampel
N
: jumlah populasi
e
: margin error (5% = 0,05)
Jumlah populasi siswa SMA Negeri 3 Salatiga adalah 1080 siswa. Sehingga sampel
dalam penelitian ini berjumlah 291 siswa. Karena ada beberapa data dalam sampel yang
bersifat ekstrim, maka peneliti memutuskan untuk menggugurkannya dan didapatkan
263 sampel. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cluster
random sampling yaitu melakukan randomisasi terhadap kelompok, bukan terhadap
subjek secara individual (Azwar, 2010). Dalam hal ini, sampel diambil tidak dilakukan
melalui randomisasi terhadap siswa secara individual, melainkan melalui randomisasi
terhadap kelas.
Pengukuran
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala. Skala ini
berisi pernyataan-pernyataan mengenai variabel yang akan diteliti. Penelitian ini
12
menggunakan empat skala yaitu Skala Aktualisasi Diri, Skala Dukungan Sosial Orang
Tua, Skala Dukungan Sosial Guru, dan Skala Dukungan Sosial Teman. Penelitian ini
menggunakan try out terpakai, sehingga pengambilan data hanya dilakukan satu kali.
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan hasil try out yang telah dilakukan
sebagai bahan dalam menganalisis data.
Dukungan Sosial
Skala ini terdiri atas tiga alat ukur yaitu alat ukur dukungan sosial orang tua, alat
ukur dukungan sosial guru, dan alat ukur dukungan sosial teman. Masing-masing dari
sumber dukungan sosial tersebut memuat empat jenis dukungan sosial yaitu dukungan
emosional, instrumental, informasional, dan penghargaan. Masing-masing alat ukur
terdiri atas 20 item. Setiap alat ukur memiliki item favourable berjumlah 10 dan item
unfavourable berjumlah 10.
Skor dari kuesioner ini menggunakan skala Likert dari 1 sampai 4 dengan
keterangan STS, TS, S, SS untuk tiap jenis dukungan sosial. Untuk item favourable,
skala 1 menjelaskan bahwa pernyataan sangat tidak sesuai dengan keadaan partisipan,
skala 2 menjelaskan bahwa pernyataan tidak sesuai dengan keadaan partisipan, skala 3
menjelaskan bahwa pernyataan sesuai dengan keadaan partisipan, dan skala 4
menyatakan bahwa pernyataan sangat sesuai dengan keadaan partisipan. Sedangkan
untuk item unfavourable skala 1 menjelaskan bahwa pernyataan sangat sesuai dengan
keadaan partisipan, skala 2 menjelaskan bahwa pernyataan sesuai dengan keadaan
partisipan, skala 3 menjelaskan bahwa pernyataan tidak sesuai dengan keadaan
partisipan, dan skala 4 menyatakan bahwa pernyataan sangat tidak sesuai dengan
keadaan partisipan.
13
Alat Ukur Dukungan Sosial Orang Tua. Berdasarkan uji daya diskriminasi
item yang telah dilakukan sebanyak dua kali terhadap 20 item angket dukungan sosial
orang tua, 19 item bertahan sedangkan 1 item dinyatakan gugur. Item-item tersebut
mempunyai koefisien daya diskriminasi item sebesar 0,341 – 0,653. Kemudian,
pengujian terhadap reliabilitas alat ukur ini dengan menggunakan cronbach’s alpha.
Dari uji reliabilitas didapatkan hasil koefisien reliabilitas sebesar 0,890. Maka, alat ukur
dukungan sosial orang tua termasuk dalam kategori reliabel. Dalam alat ukur dukungan
sosial orang tua, semua aspek terwakili oleh 19 item yang bertahan.
Alat Ukur Dukungan Sosial Guru. Dari pengujian daya diskriminasi item yang
telah dilakukan sebanyak dua kali terhadap 20 item angket dukungan sosial guru, 18
item bertahan sedangkan 2 item dinyatakan gugur. Item-item tersebut mempunyai
koefisien daya diskriminasi item sebesar 0,212 – 0,473. Setelah itu dilakukan uji
reliabilitas yang menggunakan cronbach’s alpha. Dari pengujian tersebut, didapatkan
hasil koefisien reliabilitas alat ukur ini sebesar 0,798. Hal tersebut menunjukkan bahwa
alat ukur dukungan sosial guru termasuk dalam kategori cukup reliabel. Dalam alat ukur
dukungan sosial guru, semua aspek terwakili oleh 18 item yang bertahan.
Alat Ukur Dukungan Sosial Teman. Berdasarkan uji daya diskriminasi item
yang telah dilakukan sebanyak tiga kali pengujian terhadap 20 item angket dukungan
sosial teman, 17 item tersebut bertahan, sedangkan 3 item dinyatakan gugur. Item-item
tersebut mempunyai koefisien daya diskriminasi item sebesar 0,227 – 0,723. Selanjutnya
dilakukan uji reliabilitas yang menggunakan cronbach’s alpha. Dari pengujian yang
telah dilakukan, didapatkan hasil koefisien reliabilitas alat ukur ini sebesar 0,882. Hal
tersebut menunjukkan bahwa alat ukur dukungan sosial guru termasuk dalam kategori
14
reliabel. Dalam alat ukur dukungan sosial teman, semua aspek terwakili oleh 17 item
yang bertahan.
Aktualisasi Diri
Peneliti menggunakan kuesioner mengenai aktualisasi diri yang berasal dari
Brief Index of Self-Actualization yang telah dibuat oleh Sumerlin & Bunderick (1996).
Kuesioner ini terdiri atas 7 karakteristik aktualisasi diri yaitu Inti Aktualisasi Diri (Core
Self-actualization), Jonah Complex, Keingintahuan (Curiosity), Kenyamanan dalam
Kesendirian (Comfort with Solitude), Keterbukaan terhadap Pengalaman (Openness to
Experience), Karakter Demokratis (Democratic Character), dan Tujuan dan Arti
Kehidupan (Life Meaning and Purpose) yang terdiri atas 40 item. Alat ukur ini memiliki
item favourable berjumlah 28 dan item unfavourable berjumlah 12. Reliabilitas dari alat
ukur ini sebesar 0,87 (Sumerlin & Bundrick, 1996).
Skor dari kuesioner ini menggunakan skala Likert dari 1 sampai 4 dengan
keterangan STS, TS, S, SS untuk tiap jenis dukungan sosial. Untuk item favourable,
skala 1 menjelaskan bahwa pernyataan sangat tidak sesuai dengan keadaan partisipan,
skala 2 menjelaskan bahwa pernyataan tidak sesuai dengan keadaan partisipan, skala 3
menjelaskan bahwa pernyataan sesuai dengan keadaan partisipan, dan skala 4
menyatakan bahwa pernyataan sangat sesuai dengan keadaan partisipan. Sedangkan
untuk item unfavourable skala 1 menjelaskan bahwa pernyataan sangat sesuai dengan
keadaan partisipan, skala 2 menjelaskan bahwa pernyataan sesuai dengan keadaan
partisipan, skala 3 menjelaskan bahwa pernyataan tidak sesuai dengan keadaan
partisipan, dan skala 4 menyatakan bahwa pernyataan sangat tidak sesuai dengan
keadaan partisipan.
15
Alat Ukur Tendensi Aktualisasi Diri. Berdasarkan uji daya diskriminasi item
sebanyak dua kali pengujian dari 40 item dalam angket tendensi aktualisasi diri, 25 item
bertahan sedangkan 15 item dinyatakan gugur. Item-item tersebut mempunyai koefisien
daya diskriminasi item yang bergerak dari 0,205 – 0,496. Selanjutnya dilakukan uji
reliabilitas dengan menggunakan cronbach’s alpha. Dari uji reliabilitas didapatkan
koefisien reliabilitas sebesar 0,815. Dilihat dari koefisien reliabilitas pada angket
tendensi aktualisasi diri, alat ukur ini termasuk dalam kategori reliabel. Dalam alat ukur
tendensi aktualisasi diri, semua aspek terwakili oleh 25 item yang bertahan.
Hasil dan Pembahasan
Uji Normalitas
Uji normalitas menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov. Dari uji tersebut
didapatkan hasil bahwa tiga dari empat variabel berdistribusi dengan normal, yaitu
variabel tendensi aktualisasi diri dengan K-S Z 0,879 yang memiliki signifikansi 0,423
(p > 0,05), variabel dukungan sosial orang tua dengan K-S Z 0,936 yang memiliki
signifikansi 0,344 (p > 0,05), dan variabel dukungan sosial guru dengan K-S Z 1,307
yang memiliki signifikansi 0,066 (p > 0,05). Sedangkan variabel dukungan sosial teman
dengan K-S Z 3,003 yang memiliki signifikansi 0,000 (p < 0,05), sehingga variabel
dukungan sosial teman tidak berdistribusi dengan normal.
Uji Linearitas
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan linear antara variabel dukungan sosial
orang tua, guru, dan teman (variabel bebas) terhadap variabel tendensi aktualisasi diri
(variabel tergantung). Maka dari itu peneliti melakukan uji linearitas (p > 0,05). Dari
ketiga hubungan tersebut ketiganya memiliki hubungan bersifat linear, yaitu uji
16
linearitas antara variabel dukungan sosial orang tua dengan variabel tendensi aktualisasi
diri (F = 1,330) yang memiliki signifikansi sebesar 0,123 (p > 0,05), uji linearitas antara
variabel dukungan sosial guru dengan variabel tendensi aktualisasi diri (F = 1,399) yang
memiliki signifikansi sebesar 0,111 (p > 0,05) dan uji linearitas antara variabel
dukungan sosial teman dengan tendensi aktualisasi diri (F = 1,251) memiliki signifikansi
0,210 (p > 0,05).
Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas variabel yaitu jika terjadi korelasi antarvariabel bebas dengan
nilai yang sangat tinggi mendekati 1. Multikolinearitas dapat dilihat dari pearson
correlation. Jika nilai korelasi antara variabel dukungan sosial orang tua dengan
dukungan sosial guru sebesar 0,372. Kemudian nilai korelasi antara variabel dukungan
sosial orang tua dengan dukungan sosial teman sebesar 0,072. Dan nilai korelasi antara
variabel dukungan sosial guru dengan dukungan sosial teman sebesar 0,096. Dengan
demikian, semua korelasi antarvariabel bebas di atas menunjukkan bahwa tidak
terjadinya multikolinearitas karena nilai tersebut masih jauh di bawah 0,9.
Hasil
Analisis Data Deskriptif
Setelah
melakukan
pengujian
terhadap
normalitas,
linearitas,
dan
multikolinearitas. Peneliti menguji statistik deskriptif setiap variabel. Untuk mengetahui
tinggi rendah nilai sampel, maka dilakukan kategorisasi terhadap skala yang dipakai
dalam penelitian ini.
17
Tabel 1
Kategorisasi Skor Skala Tendensi Aktualisasi Diri
Kategori Rentang Nilai Frekuensi Presentase
Mean
Tinggi
75 ≤ x ≤ 100
179
68,06%
77,89
Sedang
50 ≤ x < 75
84
31,94%
Rendah
25 ≤ x < 50
0
0%
*x : skor tendensi aktualisasi diri
SD
6,372
Berdasarkan hasil kategori yang telah dilakukan, diketahui terdapat 179 siswa (68,06%)
menyatakan bahwa tendensi aktualisasi diri dalam kriteria tinggi, 84 siswa (31,94%)
menyatakan bahwa tendensi aktualisasi diri dalam kriteria sedang. Rata-rata dari skor
tendensi aktualisasi diri sebesar 77,89. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa rata-rata subjek memiliki tendensi aktualisasi diri yang masuk dalam kategori
tinggi.
Tabel 2
Kategorisasi Skor Skala Dukungan Sosial Orang Tua
Kategori Rentang Nilai Frekuensi Presentase
Mean
Tinggi
57 ≤ x ≤ 76
195
74,14%
61,61
Sedang
38 ≤ x < 57
68
25,86%
Rendah
19 ≤ x < 38
0
0%
*x : skor dukungan sosial orang tua
SD
6,969
Berdasarkan hasil kategori yang telah dilakukan, diketahui terdapat 195 siswa (74,14%)
menyatakan bahwa dukungan sosial orang tua dalam kriteria tinggi, 68 siswa (25,86%)
menyatakan bahwa dukungan sosial orang tua dalam kriteria sedang. Rata-rata dari skor
dukungan sosial guru sebesar 61,61. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa rata-rata subjek memiliki dukungan sosial orang tua yang masuk dalam kategori
tinggi.
18
Tabel 3
Kategorisasi Skor Skala Dukungan Sosial Guru
Kategori Rentang Nilai Frekuensi Presentase
Mean
Tinggi
54 ≤ x ≤ 72
88
33,46%
Sedang
36 ≤ x < 54
175
66,54%
51,83
Rendah
18 ≤ x < 36
0
0%
*x : skor dukungan sosial guru
SD
4,213
Berdasarkan hasil kategori yang telah dilakukan, diketahui terdapat 88 siswa (33,46%)
menyatakan bahwa dukungan sosial guru dalam kriteria tinggi, 175 siswa (66,54%)
menyatakan bahwa dukungan sosial guru dalam kriteria sedang. Rata-rata dari skor
dukungan sosial guru sebesar 51,83. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa rata-rata subjek memiliki dukungan sosial guru yang masuk dalam kategori
sedang.
Tabel 4
Kategorisasi Skor Skala Dukungan Sosial Teman
Kategori Rentang Nilai Frekuensi Presentase
Mean
Tinggi
51 ≤ x ≤ 68
148
56,27%
Sedang
34 ≤ x < 51
115
43,73%
49,48
Rendah
17 ≤ x < 34
0
0%
*x : skor dukungan sosial teman
SD
4,724
Berdasarkan hasil kategori yang telah dilakukan, diketahui terdapat 148 siswa (56,27%)
menyatakan bahwa dukungan sosial teman dalam kriteria tinggi, 115 siswa (43,73%)
menyatakan bahwa dukungan sosial teman dalam kriteria sedang. Rata-rata dari skor
dukungan sosial teman sebesar 49,48. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa rata-rata subjek memiliki dukungan sosial teman yang cenderung sedang.
Uji Regresi
Setelah dilakukan pengujian terhadap statistik deskriptif, peneliti ingin melihat
korelasi dari masing-masing variabel penelitian. Pengujian ini bertujuan untuk melihat
hubungan masing-masing variabel dalam penelitian dengan menggunakan Pearson
19
correlation. Besarnya hubungan antara variabel dukungan sosial orang tua dengan
tendensi aktualisasi diri sebesar r = 0,336 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
hubungan kedua variabel positif signifikan artinya jika jumlah dukungan sosial orang
tua meningkat, jumlah tendensi aktualisasi diri juga meningkat. Besarnya hubungan
antara variabel dukungan sosial guru dengan tendensi aktualisasi diri sebesar r = 0,180
(p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel positif signifikan
artinya jika jumlah dukungan sosial guru meningkat, jumlah tendensi aktualisasi diri
juga meningkat. Besarnya hubungan antara variabel dukungan sosial teman dengan
tendensi aktualisasi diri sebesar r = 0,070 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
variabel dukungan sosial teman dengan tendensi aktualisasi diri tidak memiliki
hubungan yang signifikan.
Setelah mengetahui korelasi dari masing-masing variabel, bahwa variabel
dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru yang berkorelasi positif signifikan
dengan variabel tendensi aktualisasi diri. Sedangkan variabel dukungan sosial teman
tidak berkorelasi dengan variabel tendensi aktualisasi diri, maka variabel ini tidak dapat
diikutsertakan dalam pengujian regresi. Oleh karena itu, pengujian regresi hanya
melibatkan dua variabel bebas yaitu dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial
guru, serta satu variabel tergantung yaitu tendensi aktualisasi diri. Selain itu peneliti juga
menguji kelayakan model regresi dalam penelitian ini. Dengan ketentuan (p < 0,05).
Tabel 5
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
1241.326
2
620.663
Residual
9397.252
260
36.143
10638.578
262
Total
F
Sig.
17.172
a. Predictors: (Constant), DukunganSosialGuru, DukunganSosialOrangTua
b. Dependent Variable: TendensiAktualisasiDiri
.000
a
20
Pada bagian ini, menunjukkan besarnya angka signifikansi pada perhitungan ANOVA
yang akan digunakan untuk uji kelayakan model regresi. Dalam uji ANOVA, penelitian
ini menghasilkan angka F = 17,172 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 dan nilai
R = 0,342. Karena angka signifikansi 0,000 < 0,05, maka model regresi ini sudah layak
digunakan untuk memprediksi tendensi aktualisasi diri. Artinya, dukungan sosial orang
tua dan dukungan sosial guru berpengaruh terhadap tendensi aktualisasi diri pada
remaja di SMA Negeri 3 Salatiga.
Setelah mengetahui bahwa dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru
berpengaruh terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja di SMA Negeri 3 Salatiga.
Maka peneliti menguji besarnya pengaruh atau peranan variabel bebas yaitu dukungan
sosial orang tua dan dukungan sosial guru terhadap variabel tergantung yaitu tendensi
aktualisasi diri.
Tabel 6
b
Model Summary
Model
R
1
.342
R Square
a
.117
Adjusted R
Square
.110
Std. Error of the
Estimate
6.012
DurbinWatson
1.687
a. Predictors: (Constant), DukunganSosialGuru, DukunganSosialOrangTua
b. Dependent Variable: TendensiAktualisasiDiri
Nilai Adjusted R Square dalam tabel di atas sebesar 0,110. Angka tersebut menunjukkan
bahwa 0,110 atau 11% tendensi aktualisasi diri dapat dijelaskan dengan menggunakan
variabel dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru. Hal ini berarti dukungan
sosial orang tua dan dukungan sosial guru berperan sebanyak 11% terhadap tendensi
aktualisasi diri pada remaja SMA Negeri 3 Salatiga. Jika dilihat dari standar error of the
estimate yang bernilai 6,012 dan jumlah ini lebih kecil dari nilai standar deviasi tendensi
aktualisasi diri (6,372), hal ini berarti dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial
guru sudah cukup layak dijadikan prediktor untuk tendensi aktualisasi diri.
21
Selain itu dalam tabel ini dapat dilihat otokorelasi. Otokorelasi adalah terjadinya
korelasi dalam variabel bebas yang menganggu hubungan variabel bebas tersebut
dengan variabel tergantung. Otokorelasi tidak terjadi jika angka Durbin-Watson (DW) :
1 < DW < 3. Nilai Durbin - Watson pada penelitian ini sebesar 1,687 (1 < DW < 3).
Nilai ini mempunyai arti bahwa otokorelasi tidak terjadi dalam penelitian regresi ini.
Setelah mengetahui kelayakan dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial
guru dalam memprediksi tendensi aktualisasi diri, peneliti menguji koefisien regresi.
Tabel 7
Coefficients
a
Unstandardized Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
1 (Constant)
B
Std.
Error
55.250
4.892
DukunganSosialOrangTua
.286
.057
DukunganSosialGuru
.097
.095
Beta
Collinearity
Statistics
t
Sig.
Tolerance
VIF
11.294
.000
.312
4.976
.000
.862 1.161
.064
1.022
.308
.862 1.161
a. Dependent Variable: TendensiAktualisasiDiri
Untuk menguji koefisien regresi dapat dilihat dari Standardized Coefficients yang
dapat menunjukkan besarnya nilai yang digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh
variabel bebas secara parsial (mandiri atau sendiri-sendiri) terhadap variabel tergantung.
Angka koefisien nilai Beta dukungan sosial orang tua sebesar 0,312 dengan nilai
t = 4,976 (p < 0,05). Maka dukungan sosial orang tua secara mandiri dapat menjadi
prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri. Angka tersebut memiliki arti bahwa setiap
penambahan 1 dukungan sosial yang diberikan oleh orang tua, tendensi aktualisasi diri
akan naik sebesar 0,312.
Sedangkan angka koefisien nilai Beta dukungan sosial guru sebesar 0,064
dengan nilai t = 1,022 (p > 0,05). Maka dukungan sosial guru secara mandiri belum
dapat dikatakan sebagai prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri.
22
Pembahasan
Tujuan dari penelitian ini adalah meneliti apakah dukungan sosial orang tua,
guru dan teman merupakan prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja.
Seperti yang diungkapkan Maslow (Baihagi, 2008), walaupun setiap individu memiliki
tendensi aktualisasi diri sejak lahir, lingkungan sosial juga berperan dalam
mengembangkan potensi setiap individu. Oleh sebab itu, setiap individu membutuhkan
orang lain untuk tumbuh dan berkembang sehingga setiap potensi yang dimilikinya
dapat terlihat. Dengan adanya dukungan sosial yang diberikan pada remaja, diharapkan
dapat membantu remaja mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya dan
mengarahkannya pada tendensi aktualisasi diri.
Karena variabel dukungan sosial teman tidak memiliki korelasi dengan tendensi
aktualisasi diri. Maka pengujian regresi yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri atas
dua variabel bebas yaitu dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru, serta satu
variabel tergantung yaitu tendensi aktualisasi diri. Dari pengujian regresi yang telah
dilakukan, didapatkan hasil bahwa dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru
berpengaruh terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja. Hal ini dapat dilihat pada
hasil pengujian yang telah dilakukan, nilai R = 0,342 dengan nilai F = 17,172 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05), model regresi ini yang melibatkan variabel
dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru sudah layak dijadikan prediktor
terhadap tendensi aktualisasi diri. Peranan atau pengaruh variabel dukungan sosial
orang tua dan dukungan sosial guru (variabel bebas) terhadap variabel tendensi
aktualisasi diri (variabel tergantung) sebesar 0,110 atau 11%. Hal ini berarti 11%
tendensi aktualisasi diri dapat dijelaskan oleh dukungan sosial orang tua dan dukungan
sosial guru. Maka dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru berperan
23
sebanyak 11% terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja di SMA Negeri 3 Salatiga.
Dari pengujian regresi yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa dukungan sosial
orang tua dan dukungan sosial guru dapat menjadi prediktor terhadap tendensi
aktualisasi diri pada remaja. Maka H1 yang pertama diterima, karena dukungan sosial
orang tua dan guru secara bersama-sama dapat menjadi prediktor terhadap tendensi
aktualisasi diri pada remaja.
Dari pengujian korelasi didapatkan hasil bahwa, hubungan antara dukungan
sosial orang tua dengan tendensi aktualisasi diri bersifat positif signifikan, yaitu dengan
nilai r = 0,336 (p < 0,05). Hal ini didukung oleh penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Wijayanti (2012) mengenai hubungan antara dukungan sosial orang tua (non
materi) dengan aktualisasi diri pada siswa SMK di Yogyakarta (r = 0,515), didapatkan
hasil bahwa ada hubungan positif antara dukungan sosial orang tua dengan aktualisasi
diri. Dan dari pengujian koefisien regresi, dukungan sosial orang tua dengan tendensi
aktualisasi diri memiliki nilai Beta 0,312 dengan nilai t = 4,976 (p < 0,05). Angka
tersebut memiliki arti bahwa setiap penambahan 1 dukungan sosial yang diberikan oleh
orang tua, tendensi aktualisasi diri akan naik sebesar 0,312. Dari hasil tersebut, maka
dukungan sosial orang tua sudah layak menjadi prediktor terhadap tendensi aktualisasi
diri pada remaja. Maka H1 yang kedua dalam penelitian ini diterima, karena dukungan
sosial orang tua secara mandiri dapat menjadi prediktor terhadap tendensi aktualisasi
diri pada remaja di SMA Negeri 3 Salatiga.
Dari hasil penelitian di atas, kemungkinan disebabkan oleh sifat keluarga yang
merupakan lembaga pertama yang dapat memenuhi kebutuhan anak, maka dukungan
sosial yang diberikan oleh orang tua merupakan hal yang penting. Seperti yang
dikatakan oleh Dahlan (2002), bahwa orang tua yang memberikan kasih sayang dan
24
pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama ataupun sosial budaya merupakan
faktor yang penting untuk mempersiapkan anak menjadi individu yang sehat. Dengan
adanya kasih sayang dan dukungan dari orang tua, remaja akan merasa diterima dan
menganggap bahwa diri mereka berharga. Maka dengan adanya dukungan sosial orang
tua pada remaja akan membuat mereka merasa dicintai dan dihargai, sehingga dia dapat
mengembangkan potensi yang dimilikinya dan tendensi aktualisasi dirinya akan terlihat.
Dari pengujian koefisien regresi, didapatkan hasil bahwa dukungan sosial guru
dengan tendensi aktualisasi diri memiliki nilai Beta sebesar 0,064 dengan nilai t = 1,022
(p > 0,05). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial guru belum
layak menjadi prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja. Maka H1 yang
ketiga dalam penelitian ini ditolak, karena dukungan sosial guru secara mandiri belum
dapat menjadi prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri.
Hasil penelitian di atas mungkin disebabkan oleh sulitnya remaja membangun
hubungan yang akrab dengan guru. Seperti hasil penelitian Bokhorst, Sumter, &
Westenberg, (2010), bahwa remaja sulit membangun hubungan dengan guru
dikarenakan jumlah guru yang banyak. Sehingga hubungan antara guru dengan siswa
belum terjalin secara akrab, dan masih ada jarak antara guru dengan siswa. Noddings
(2001) mengatakan bahwa siswa akan berkembang ketika mereka merasa diperhatikan,
maka guru diharuskan untuk mengenal siswa dengan baik (Santrock, 2009). Hal ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan McCombs (2001) yang menemukan bahwa
siswa yang memiliki guru bersifat mendukung dan penuh perhatian, akan lebih
termotivasi untuk terlibat dalam kerja akademis dibandingkan dengan guru yang tidak
mendukung dan tidak memberikan perhatian (Santrock, 2009). Sehingga dukungan
sosial yang diberikan oleh guru akan membantu siswa dalam mengembangkan setiap
25
potensinya. Namun demikian, agak sulit mengharapkan guru mengenal siswanya
dengan maksimal. Mungkin hal tersebut yang menyebabkan tidak mampunya dukungan
sosial guru sebagai prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja di SMA
Negeri 3 Salatiga.
Sedangkan untuk dukungan sosial teman, tidak memiliki korelasi dengan
tendensi aktualisasi diri, sehingga pengujian regresi tidak dapat dilakukan. Maka H1
yang keempat dalam penelitian ini ditolak, karena dukungan sosial teman tidak dapat
menjadi prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja di SMA Negeri 3
Salatiga. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh siswa yang masih membeda-bedakan
teman dan juga masih terdapat persaingan di antara teman sekelas. Dengan adanya
membeda-bedakan dan persaingan di antara teman, maka hubungan pertemanan tidak
terjalin dengan akrab. Oleh sebab itu, hal tersebut menyebabkan belum cukupnya
pemberian dukungan sosial di antara siswa, sehingga siswa tidak merasa didukung dan
tidak diterima oleh teman sekitarnya.
Hal ini mungkin juga dikarenakan efikasi diri (self-efficacy) pada diri siswa.
Menurut Bandura (Feist & Feist, 2010), efikasi diri adalah keyakinan individu bahwa
mereka mampu melakukan suatu perilaku yang dapat memberikan hasil yang
diinginkan. Seperti yang dikatakan Hall (Dwitantyanov, 2012), bahwa dengan memiliki
keyakinan akan diri sendiri, dapat mendorong individu untuk melakukan sesuatu dengan
realisitis dan motivasi untuk pengembangan diri dalam mencapai proses aktualisasi diri.
Efikasi diri dipengaruhi oleh persuasi sosial, kata-kata ataupun bantuan dari sumber
yang terpercaya dan memiliki status serta otoritas yang lebih tinggi dari individu
tersebut, memiliki dampak yang lebih efektif dibandingkan dengan kata-kata yang sama
namun dari sumber yang tidak dapat dipercaya. Adanya dukungan teman yang diterima
26
oleh siswa tidak memberikan dampak bagi siswa tersebut. Karena siswa merasa bahwa
teman sebaya memiliki otoritas atau status yang sama dengan siswa tersebut, maka
persuasi yang diberikan tidak akan membuat siswa untuk memiliki keyakinan dalam
mengaktualisasikan dirinya. Maka dengan adanya dukungan sosial teman yang
memiliki otoritas atau status yang sama dengan siswa tersebut, tidak memberikan
keyakinan dalam diri siswa untuk mengaktualisasikan dirinya karena dukungan yang
diberikan bukan berasal dari pihak yang memiliki status atau otoritas yang lebih tinggi.
Selain hasil yang didapat dalam penelitian ini, yaitu dukungan sosial orang tua
dan dukungan sosial guru dapat menjadi prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri,
Goldstein (Hall & Lindzey, 1993) berpendapat bahwa tendensi aktualisasi diri juga
dapat dijelaskan dengan faktor-faktor yang lain, seperti potensi bawaan ataupun
lingkungan yang mempengaruhi masing-masing individu. Potensi bawaan membentuk
tujuan serta memberi arah perkembangan dan pertumbuhan pada diri individu, potensi
tersebut juga akan mempengaruhi pilihan-pilihan untuk mencapai aktualisasi diri (Hall
& Lindzey, 1993). Lingkungan memberikan sarana-sarana yang diperlukan oleh
individu untuk dapat mencapai aktualisasi diri, seperti lingkungan bermain, lingkungan
keluarga, atau lingkungan dimana individu tinggal dapat membentuk kebiasaan individu
tersebut (Hall & Lindzey, 1993). Bronfenbrenner (Berk, 2012) menyatakan bahwa
setiap lapisan lingkungan, bukan hanya keluarga namun juga sekolah, dianggap
memiliki dampak yang kuat bagi perkembangan individu. Cara individu berkembang
tergantung pada cinta dan kasih yang diterima oleh individu dari orang terdekatnya.
Orang-orang terdekat remaja berperan penting dalam mengembangkan potensi individu.
27
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil yaitu hanya
dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru yang secara bersama-sama dapat
menjadi prediktor terhadap aktualisasi diri pada remaja di SMA Negeri 3 Salatiga.
Kedua variabel bebas yaitu dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru hanya
berkontribusi sebesar 11% terhadap tendensi aktualisasi d
SEBAGAI PREDIKTOR TERHADAP TENDENSI AKTUALISASI
DIRI PADA REMAJA
OLEH
REESTY WIDHIA NINGTYAS
80 2010 026
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk
Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2014
DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA, GURU, DAN TEMAN
SEBAGAI PREDIKTOR TERHADAP TENDENSI AKTUALISASI
DIRI PADA REMAJA
Reesty Widhia Ningtyas
Berta Esti Ari Prasetya
Heru Astikasari Setya Murti
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2014
Abstrak
Penelitian ini mengukur dukungan sosial yang diberikan oleh orang tua, guru, dan
teman serta apakah dukungan sosial tersebut dapat menjadi prediktor terhadap
aktualisasi diri pada remaja. Sampel berjumlah 263 siswa SMA Negeri 3 Salatiga yang
berusia 15-18 tahun. Alat ukur yang digunakan berjumlah 4 buah, yaitu alat ukur
mengenai dukungan sosial orang tua, dukungan sosial guru, dukungan sosial teman,
dan alat ukur tendensi aktualisasi diri. Masing-masing alat ukur dukungan sosial terdiri
atas 4 jenis dukungan sosial yang dibagi menjadi 20 item. Sedangkan alat ukur
tendensi aktualisasi diri berdasarkan Brief Index of Self-Actualization yang telah dibuat
oleh Sumerlin & Bunderick terdiri atas 7 karakteristik aktualisasi diri yang dibagi
menjadi 40 item. Dari pengujian menghasilkan nilai F = 17,172 dan nilai R = 0,342 (p
< 0,05), menunjukkan bahwa dukungan sosial orang tua dan guru sudah layak menjadi
prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja. Angka koefisien nilai Beta
dukungan sosial orang tua sebesar 0,312 dengan nilai t = 4,976 (p < 0,05). Maka
dukungan sosial orang tua secara mandiri dapat menjadi prediktor terhadap tendensi
aktualisasi diri pada remaja. Serta, angka koefisien nilai Beta dukungan sosial guru
sebesar 0,064 dengan nilai t = 1,022 (p > 0,05). Maka dukungan sosial guru secara
mandiri belum dapat dikatakan sebagai prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri
pada remaja. Sedangkan variabel dukungan sosial teman tidak memiliki korelasi
dengan tendensi aktualisasi diri dengan nilai r = 0,070 (p > 0,05). Maka variabel
dukungan sosial teman tidak dapat diikutsertakan dalam pengujian regresi.
Kata Kunci : Dukungan sosial, tendensi aktualisasi diri
i
Abstract
This study investigated social support from parents, teacher, and friends, and also are
that social support can be predictor to self actualization tendency in adolescents. Sample
from this study are 263 student of Senior High School 3 in Salatiga, aged between 1518 years. This study used four instruments, parents social support scale, teacher social
support scale, friends social support scale, and self actualization tendency scale. Each
instruments of social support consist of four type social support and each instruments
divided to 20 items. While, self actualization tendency scale based from Brief Index of
Self Actualization by Sumerlin & Bunderick and this scale consist of seven
characteristic self actualization and divided into 40 items. This study result F = 17,172
and R = 0,342 (p < 0,05), showed that social support from parents and teacher are
competent as predictor to self actualization tendency in adolescents. Beta of parents
social support equal to 0,312 with t = 4,976 (p < 0,05), so parents social support can be
predictor toward self actualization tendency in adolscents. And, Beta of teacher social
support equal to 0,064 with t = 1,022 (p > 0,05), so teacher social support cannot be
predictor toward self actualization tendency in adolscents. While, friends social support
doesn’t have correlation with self actualization tendency with r = 0,070 (p > 0,05), so
friends social support cannot be included in regression test.
Keywords : Social support, self actualization tendency
ii
1
Pendahuluan
Meningkatkan kualitas remaja merupakan kekuatan pembangunan negara, karena
remaja yang akan menjadi pelaku dalam pembangunan di masa yang akan datang.
Menurut Piaget (Hurlock, 1999), masa remaja merupakan masa dimana individu
mengalami perubahan dalam mental, emosional, sosial, dan fisik. Menurut Santrock
(2007), masa remaja adalah periode peralihan perkembangan dari kanak-kanak ke masa
dewasa awal. Maka, masa remaja merupakan masa transisi atau masa peralihan dari
anak-anak menuju dewasa (Monks, 1999). Hurlock menyatakan bahwa masa remaja
dimulai pada usia 13 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun. Periode Masa remaja
dianggap sebagai usia yang menimbulkan masalah. Sementara itu sebenarnya remaja
juga memiliki potensi-potensi di dalam dirinya. Potensi tersebut akan berkembang
dengan baik jika lingkungan sosial mendukung hal tersebut.
Remaja sebagai tulang punggung bangsa memiliki tanggung jawab yang besar
untuk memajukan bangsa dan negara. Masa depan generasi muda merupakan masa
depan bangsa. Remaja adalah generasi muda yang mempunyai potensi, bukan hanya
tugas remaja tersebut untuk menghidupkan dan menggali potensi yang dimilikinya,
namun ini juga merupakan tugas kaum dewasa untuk mengembangkan potensi para
remaja (Mutiarsih & Atmojo, 2007). Remaja yang belum mengembangkan potensinya
secara utuh, pasti akan merugikan masa depan bangsa. Oleh karena itu remaja harus
menyadari setiap potensi yang dimiliki dan mengembangkannya, sehingga remaja dapat
berperan dalam proses kemajuan bangsa.
Untuk meningkatkan kualitas diri, remaja harus mengembangkan potensi yang
ada pada dirinya, maka remaja tersebut dapat dikatakan sebagai remaja yang memiliki
tendensi aktualisasi diri. Goldstein (Hall & Lindzey, 1993) mengemukakan bahwa setiap
2
individu
dilahirkan
dengan
potensi
yang
mempengaruhi
pertumbuhan
dan
perkembangan individu tersebut serta dapat mengarahkannya pada aktualisasi diri. Hal
ini sama seperti yang dikemukakan oleh Rogers (dalam Schultz, 2002) bahwa tidak ada
segi pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terlepas dari kecenderungan
aktualisasi diri. Pada awal kehidupan manusia, tendensi aktualisasi berkaitan dengan
kebutuhan fisiologis seperti makanan, air, dan udara. Ketika manusia bertambah usia,
tendensi aktualisasi diri beralih dari yang fisiologis menjadi psikologis, dan perubahan
ini mulai terjadi pada masa anak-anak dan selesai pada akhir masa remaja. Rogers juga
mengemukakan bahwa aktualisasi diri merupakan proses yang berlangsung terus dan
tidak bersifat statis. Menurut Maslow (Goble, 2013), aktualisasi diri adalah pemaparan
tentang kebutuhan psikologis manusia untuk menumbuhkan, mengembangkan, dan
menggunakan kemampuannya. Goldstein berpendapat bahwa setiap kebutuhan adalah
suatu keadaan kekurangan yang mendorong individu untuk menutup kekurangan
tersebut (Hall & Lindzey, 1993). Pemenuhan kebutuhan ini yang disebut sebagai
aktualisasi diri. Maslow juga berpendapat bahwa aktualisasi diri dapat diartikan sebagai
perkembangan yang paling tinggi dan penggunaan semua bakat yang ada, serta
pemenuhan semua kualitas dan kapasitas manusia (Schultz, 2002).
Menurut Maslow (dalam Baihagi, 2008), orang-orang yang mengaktualisasikan
diri adalah orang yang setengah tua atau lebih tua. Maslow lebih lanjut mengungkapkan
bahwa remaja dan orang-orang muda tidak dapat mengaktualisasikan diri sepenuhnya,
tetapi Maslow berpendapat bahwa ada kemungkinan bagi remaja untuk memperlihatkan
pertumbuhan yang baik ke arah aktualisasi diri atau yang disebut sebagai tendensi
aktualisasi diri. Menurut Rogers tendensi aktualisasi diri adalah kecenderungan setiap
manusia untuk bergerak menuju keutuhan atau pemuasan dari potensi (Feist & Feist,
3
2010). Ada tujuh karakteristik dari aktualisasi diri (Sumerlin & Bundrick, 1996), yaitu
(a) Inti Aktualisasi Diri (Core Self-actualization) yaitu persiapan untuk masa depan,
kekuatan untuk menghadapi masa depan, kontribusi terhadap masyarakat, dan
kebahagiaan, (b) Jonah Complex yaitu ketakutan akan potensi yang dimiliki, (c)
Keingintahuan (Curiosity), jika individu tidak berhasil dalam mencari pengetahuan dan
pemahaman mengenai suatu hal, akan berdampak negatif dalam pekembangan
kepribadiannya (Coste, 2005), (d) Kenyamanan dalam Kesendirian (Comfort with
Solitude) yaitu kenyamanan untuk mengintrospeksi diri, Maslow (1987) juga
mengatakan bahwa orang-orang yang mengaktualisasikan diri akan menyukai
kesendirian dan membutuhkan privasi serta merasa nyaman akan hal tersebut, (e)
Keterbukaan terhadap Pengalaman (Openness to Experience), (f) Karakter Demokratis
(Democratic Character) yaitu keinginan untuk membantu kemanusiaan, memberikan
dirinya untuk orang lain, dan mengerti akan kebutuhan-kebutuhan orang lain dan (g)
Tujuan dan Arti Kehidupan (Life Meaning and Purpose), ketika individu mengetahui
tujuan dan arti kehidupannya, dia akan lebih mudah dalam menjalani kehidupan dan
berfokus pada hal yang akan mengembangkan potensinya (Ventegodt, Merrick, &
Andersen, 2003).
Rogers (Baihagi, 2008) juga percaya bahwa setiap individu yang dilahirkan
memiliki tendensi ke arah aktualisasi diri. Walaupun setiap individu memiliki tendensi
aktualisasi diri sejak lahir, lingkungan sosial juga berperan dalam mengembangkan
potensi setiap individu. Maslow (Baihagi, 2008) menyatakan bahwa jika anak tidak
menerima cinta, rasa aman, dan penghargaan dari orang sekitarnya maka akan sulit
baginya untuk bertumbuh ke arah aktualisasi diri. Selain itu, Rogers berpendapat bahwa
dengan adanya tendensi aktualisasi diri, akan memudahkan dan meningkatkan
4
pematangan serta pertumbuhan manusia (Schultz, 2002). Dengan adanya tendensi untuk
aktualisasi diri, potensi-potensi yang dimiliki oleh individu akan berkembang. Menurut
Goldstein (Hall & Lindzey, 1993) ada dua faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri,
yaitu (a) potensi bawaan, membentuk tujuan serta memberi arah perkembangan dan
pertumbuhan pada diri individu dan potensi tersebut juga akan mempengaruhi pilihanpilihan untuk mencapai aktualisasi diri, dan (b) lingkungan memberikan sarana-sarana
yang diperlukan oleh individu untuk dapat mencapai aktualisasi diri, seperti lingkungan
bermain, lingkungan keluarga, atau lingkungan dimana individu tinggal dapat
membentuk kebiasaan individu tersebut. Lingkungan, dalam perkembangan individu
akan membentuk individu tersebut. Lingkungan ini terdiri atas lingkungan fisik yaitu
segala sesuatu yang bersifat molekul dan lingkungan sosial yaitu seluruh manusia yang
dapat mempengaruhi perkembangan individu (Dahlan, 2002). Maka, setiap individu
membutuhkan orang lain untuk tumbuh dan berkembang sehingga setiap potensi yang
dimilikinya akan dapat terlihat.
Dalam hal ini orang-orang terdekat remaja memegang peranan penting untuk
membimbing remaja menjadi manusia yang berkualitas, serta dapat mengembangkan
potensi-potensi yang dimiliki oleh remaja. Dengan memberikan dukungan sosial kepada
remaja, remaja akan lebih bersemangat, merasa disayangi, dan merasa dicintai oleh
orang disekelilingnya. Dukungan sosial (Baron & Byrne, 2005) adalah kenyamanan
secara fisik dan psikologis yang diberikan oleh orang lain. Lin, Dean dan Ensell
(Mendieta et al., 2012) mengatakan bahwa dukungan sosial sangat sulit untuk
didefinisikan. Namun dalam penelitan Arslan (2009), mengatakan bahwa dukungan
sosial adalah dukungan bersifat sosial dan psikologis yang diberikan oleh lingkungan
sekitar. Ada empat jenis dukungan sosial (Mendieta et al., 2012; Dhitaningrum, 2013),
5
yaitu (a) dukungan emosional (emotional support), meliputi ungkapan empati,
kepedulian, dan perhatian dari orang lain, sehingga individu merasa dicintai, nyaman,
dan tentram, (b) dukungan instrumental (instrumental support), meliputi bantuan secara
langsung, misalnya pemberian uang atau pemberian berupa materi, (c) dukungan
informasional (informational support), termasuk pemberian nasihat, petunjuk, dan
saran-saran, dan (d) dukungan penghargaan (appraisal support), meliputi ungkapan
hormat yang positif atau dorongan untuk maju.
Dukungan sosial ini sangat penting dalam proses mengembangkan potensi atau
kemampuan dalam diri remaja. Dengan adanya dukungan sosial pada remaja,
diharapkan dapat membantu remaja mengembangkan potensi dan mengarah pada
tendensi aktualisasi diri. Edelman (Santrock, 2007) berpendapat bahwa pengasuhan dan
perawatan anak-anak dan remaja sebagai generasi berikutnya merupakan fungsi
masyarakat yang paling penting. Maka dari itu, hal ini bukan hanya tugas dari orang tua
saja, namun orang di sekitar remaja seperti guru dan teman juga perlu memberikan
dukungan sosial kepada remaja tersebut.
Orang tua yang memberikan kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai
kehidupan, baik agama ataupun sosial budaya merupakan faktor yang penting untuk
mempersiapkan anak menjadi individu yang sehat (Dahlan, 2002). Menurut Maslow,
keluarga merupakan lembaga pertama yang dapat memenuhi kebutuhan anak, dengan
perawatan dan perlakuan yang baik dari orang tua maka anak dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya baik fisik ataupun sosial (Dahlan, 2002). Oleh sebab itu, dukungan
sosial yang diberikan oleh orang tua merupakan hal yang penting. Perawatan orang tua
yang penuh kasih sayang dan memberikan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan,
baik agama maupun sosial budaya, merupakan faktor yang kondusif untuk
6
mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang baik (Dahlan,
2002). Perhatian orang tua yang penuh kasih sayang merupakan faktor penting bagi
perkembangan psikologis anak tersebut. Ketika orang tua memberikan dukungan sosial,
maka remaja akan merasa diri mereka berharga. Mereka akan merasa dicintai dan
dihargai. Sehingga remaja akan mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya maka
tendensi aktualisasi akan terlihat.
Menurut Rachman (Muhammad, 2013), bahwa kurangnya perhatian dari
keluarga menyebabkan seorang pelajar menarik perhatian dengan ikut tawuran dan
ikutnya remaja dalam tawuran juga disebabkan oleh kurangnya sarana aktualisasi diri
bagi para pelajar. Dengan adanya kasih sayang dan dukungan dari orang tua, remaja
akan merasa diterima sehingga dia dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Meeus dan Dekovic (Del Valle, Bravo, dan Lopez, 2010), mengatakan bahwa dukungan
sosial yang diberikan oleh orang tua menjadi hal yang paling penting dalam
mengembangkan hubungan personal dalam kehidupan remaja. Menurut Barrera & Li
(Mendieta et al., 2012), remaja yang menerima dukungan dari orang tuanya memiliki
strategi coping yang baik. Sebaliknya, dalam penelitian mengenai dukungan sosial oleh
Kashani dkk (Mendieta et al., 2012), menyatakan bahwa kurangnya dukungan sosial dari
orang tua menjadi faktor resiko yang penting dalam perkembangan perilaku remaja.
Menurut teori ekologi yang dikemukakan oleh Bronfenbrenner (Berk, 2012),
lingkungan adalah tingkatan struktur yang bukan hanya meliputi keluarga tetapi juga
luar rumah, sekolah, lingkungan tempat tinggal, dan tempat kerja dimana orang-orang
menghabiskan keseharian mereka. Setiap lapisan lingkungan ini dianggap memiliki
dampak yang kuat bagi perkembangan individu. Menurut Eccles & Roeser (Bokhorst,
Sumter, & Westenberg, 2010), remaja menghabiskan sebagian waktunya di sekolah dan
7
berhubungan dengan guru serta teman, kedua hal ini berpengaruh pada perkembangan
remaja. Pengalaman yang diperoleh remaja di sekolah memberikan efek pada proses
berkembangnya kedewasaan remaja, pandangan, perilaku, serta hubungan sosial mereka
(Mendieta et al., 2012). Noddings (Santrock, 2009) mengatakan bahwa siswa akan
berkembang ketika mereka merasa diperhatikan, maka guru diharuskan untuk mengenal
siswa dengan baik.
Namun ketika guru tidak memberikan dukungan kepada remaja atau bahkan
mencela yang mereka lakukan, maka remaja akan merasa diri mereka tidak berharga.
Remaja juga tidak berani untuk melakukan hal-hal yang sebenarnya baik namun tidak
dia lakukan karena mendapat celaan dari orang disekitarnya. Remaja akan menghindari
tingkah laku yang menyebabkan celaan dari orang disekitarnya, maka sebagai akibatnya
kebebasan dirinya akan terbatas dan diri yang sesungguhnya tidak dapat muncul. Hal ini
dapat menghambat remaja untuk mengembangkan potensinya dan tendensi aktualisasi
diri tidak terlihat. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan McCombs (2001)
yang menemukan bahwa siswa yang memiliki guru bersifat mendukung dan penuh
perhatian, akan lebih termotivasi untuk terlibat dalam kerja akademis dibandingkan
dengan siswa yang mempunyai guru tidak mendukung dan tidak memberikan perhatian
(Santrock, 2009).
Selain guru, dukungan dari teman juga penting untuk mengembangkan potensi
yang dimiliki oleh remaja. Sullivan (Santrock, 2007) berpendapat bahwa teman
memainkan peranan yang penting dalam membangun kesejahteraan dan perkembangan
remaja. Seperti penelitian terdahulu mengenai dukungan sosial (Bokhorst, Sumter, &
Westenberg, 2010), dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa remaja mendapatkan
lebih banyak dukungan dari teman (M = 3,58) dibandingkan dukungan dari orang tua (M
8
= 3,56), karena pada masa remaja, remaja lebih banyak menghabiskan waktu bersama
dengan teman dibandingkan dengan orang tua. Teman merupakan orang terpercaya yang
dapat membantu remaja mengatasi masalahnya dengan memberikan dukungan emosi
dan nasihat (Santrock, 2007). Howes & Tonyan (Santrock, 2009), mengatakan bahwa
hubungan baik dengan teman merupakan peran penting agar perkembangan individu
menjadi normal. Parker & Asher (Santrock, 2009), menyatakan bahwa persahabatan
membantu remaja merasa bahwa mereka adalah individu yang berharga dan yang
terpenting adalah dukungan sosial dari teman-temannya.
Menurut Bagwell dan Bukowski (Berk, 2012) menyatakan bahwa dalam masa
remaja, pertemanan terkait dengan banyak aspek kesehatan psikologis dan kompetensi,
seperti
memberikan
kesempatan
untuk
mengeksplorasi
diri
sendiri
serta
mengembangkan pemahaman mendalam tentang orang lain, membantu anak muda
mengatasi tekanan masa remaja, dan memperbaiki sikap dan keterlibatan di sekolah.
Dukungan sosial yang diberikan teman pada remaja akan memberikan dampak pada diri
remaja, remaja akan merasa diterima dan dihargai. Seperti yang diungkapkan dalam
penelitian Farington (Mendieta et al., 2012) mengenai hubungan sosial remaja dengan
teman sebaya, menyatakan bahwa adanya penerimaan dari teman sebaya berdampak
positif pada penyesuaian di sekolah, berkurangnya resiko kegagalan dalam prestasi, dan
berhasil dalam hubungan sosial. Ketika remaja merasa diterima oleh teman-temannya,
remaja akan merasa diperhatikan dan didukung. Sehingga perkembangan potensi yang
dimiliki oleh remaja akan dapat terlihat dan hal ini mengarah pada pencapaian tendensi
aktualisasi diri. Sedangkan ketika remaja tidak mendapat dukungan dan perhatian dari
teman-temanya, remaja akan kesulitan dalam mengembangkan potensinya sehinga
tendensi ke arah aktualisasi diri akan sulit dicapai. Hal ini didukung oleh penelitian pada
9
tahun 2004 yang dilakukan oleh Wentzel, Bary, & Caldwell (Santrock, 2009),
menyatakan bahwa para siswa yang tidak memiliki teman menjadi kurang terlibat dalam
perilaku prososial, mendapatkan nilai yang lebih rendah, dan lebih sedih secara
emosional.
Seperti yang dikatakan Rachman (Muhammad, 2013), dengan kurangnya
perhatian dari orang tua, guru, dan teman maka remaja dapat melakukan tindakantindakan negatif seperti tawuran, memakai narkoba, dan tindakan kriminal. Maka
dibutuhkan dukungan sosial dari orang-orang terdekat remaja, agar remaja dapat
melakukan tendensi aktualisasi diri. Dukungan sosial merupakan faktor penting untuk
mengembangkan potensi remaja sehingga dapat mencapai aktualisasi diri. Menurut
Maslow (Dahlan, 2002), apabila seorang anak telah memperoleh rasa aman, penerimaan
sosial, dan harga dirinya, maka anak tersebut dapat memenuhi kebutuhan tertingginya,
yaitu perwujudan diri atau aktualisasi diri (self-actualization). Hal ini didukung oleh
penelitian terdahulu mengenai hubungan antara dukungan sosial orang tua (non materi)
dengan aktualisasi diri pada siswa di Yogyakarta (Wijayanti, 2012), dengan koefisien
korelasi sebesar 0,515. Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara
dukungan sosial orang tua (non materi) dengan aktualisasi diri pada siswa tersebut.
Maka semakin tinggi dukungan sosial yang diberikan, akan semakin baik pula
aktualisasi diri para siswa.
Ketika individu bertambah besar, maka diri individu mulai berkembang. Setelah
diri individu muncul, maka kecenderungan aktualisasi diri akan lebih terlihat. Cara diri
individu berkembang dan sehat tergantung pada cinta dan kasih sayang yang diterima
anak dari orang terdekatnya. Orang-orang terdekat remaja memegang peranan penting
untuk
membimbing
remaja
menjadi
manusia
yang
berkualitas,
serta
dapat
10
mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh remaja. Perilaku orang tua, guru,
dan teman yang menghargai remaja, akan menimbulkan rasa aman, cinta dan kasih
sayang dalam diri remaja. Maka orang tua, guru, dan teman telah memberikan bekal
kepada
remaja
untuk
mempunyai
tendensi
aktualisasi
diri
sehingga
dapat
mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya.
Penelitian-penelitian terdahulu telah mengukur hubungan dukungan sosial secara
terpisah terhadap tendensi aktualisasi diri. Namun, penelitian ini mengukur dukungan
sosial secara bersama-sama sebagai prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri.
Sehingga penelitian ini menjadi berbeda dalam melihat pengaruh dukungan sosial
terhadap tendensi aktualisasi diri. Dari uraian tersebut peneliti tertarik untuk meneliti
dukungan sosial orang tua, guru, dan teman sebagai prediktor terhadap tendensi
aktualisasi diri pada remaja.
Hipotesis
Ho
: Dukungan sosial orang tua, guru, dan teman tidak sebagai prediktor terhadap
tendensi aktualisasi diri pada remaja
H1
:
1.
Dukungan sosial orang tua, guru, dan teman secara bersama-sama merupakan
prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja
2.
Dukungan sosial orang tua secara mandiri merupakan prediktor terhadap
tendensi aktualisasi diri pada remaja
3.
Dukungan sosial guru secara mandiri merupakan prediktor terhadap tendensi
aktualisasi diri pada remaja
4.
Dukungan sosial teman secara mandiri merupakan prediktor terhadap tendensi
aktualisasi diri pada remaja
11
Metode
Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 3 Salatiga yang berusia
antara 15-18 tahun. Dalam penelitian yang mempunyai variabel bebas lebih dari satu,
ukuran sampel idealnya 1000 dan minimal 100 dengan ketentuan semakin besar
ukurannya semakin baik hasilnya (Sarwono, 2013). Dengan mempertimbangkan tenaga,
waktu, dan biaya, untuk menentukan jumlah sampel yang akan diambil, peneliti
menggunakan rumus pengambilan sampel yang berasal dari Slovin yaitu :
Keterangan
n
: jumlah sampel
N
: jumlah populasi
e
: margin error (5% = 0,05)
Jumlah populasi siswa SMA Negeri 3 Salatiga adalah 1080 siswa. Sehingga sampel
dalam penelitian ini berjumlah 291 siswa. Karena ada beberapa data dalam sampel yang
bersifat ekstrim, maka peneliti memutuskan untuk menggugurkannya dan didapatkan
263 sampel. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cluster
random sampling yaitu melakukan randomisasi terhadap kelompok, bukan terhadap
subjek secara individual (Azwar, 2010). Dalam hal ini, sampel diambil tidak dilakukan
melalui randomisasi terhadap siswa secara individual, melainkan melalui randomisasi
terhadap kelas.
Pengukuran
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala. Skala ini
berisi pernyataan-pernyataan mengenai variabel yang akan diteliti. Penelitian ini
12
menggunakan empat skala yaitu Skala Aktualisasi Diri, Skala Dukungan Sosial Orang
Tua, Skala Dukungan Sosial Guru, dan Skala Dukungan Sosial Teman. Penelitian ini
menggunakan try out terpakai, sehingga pengambilan data hanya dilakukan satu kali.
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan hasil try out yang telah dilakukan
sebagai bahan dalam menganalisis data.
Dukungan Sosial
Skala ini terdiri atas tiga alat ukur yaitu alat ukur dukungan sosial orang tua, alat
ukur dukungan sosial guru, dan alat ukur dukungan sosial teman. Masing-masing dari
sumber dukungan sosial tersebut memuat empat jenis dukungan sosial yaitu dukungan
emosional, instrumental, informasional, dan penghargaan. Masing-masing alat ukur
terdiri atas 20 item. Setiap alat ukur memiliki item favourable berjumlah 10 dan item
unfavourable berjumlah 10.
Skor dari kuesioner ini menggunakan skala Likert dari 1 sampai 4 dengan
keterangan STS, TS, S, SS untuk tiap jenis dukungan sosial. Untuk item favourable,
skala 1 menjelaskan bahwa pernyataan sangat tidak sesuai dengan keadaan partisipan,
skala 2 menjelaskan bahwa pernyataan tidak sesuai dengan keadaan partisipan, skala 3
menjelaskan bahwa pernyataan sesuai dengan keadaan partisipan, dan skala 4
menyatakan bahwa pernyataan sangat sesuai dengan keadaan partisipan. Sedangkan
untuk item unfavourable skala 1 menjelaskan bahwa pernyataan sangat sesuai dengan
keadaan partisipan, skala 2 menjelaskan bahwa pernyataan sesuai dengan keadaan
partisipan, skala 3 menjelaskan bahwa pernyataan tidak sesuai dengan keadaan
partisipan, dan skala 4 menyatakan bahwa pernyataan sangat tidak sesuai dengan
keadaan partisipan.
13
Alat Ukur Dukungan Sosial Orang Tua. Berdasarkan uji daya diskriminasi
item yang telah dilakukan sebanyak dua kali terhadap 20 item angket dukungan sosial
orang tua, 19 item bertahan sedangkan 1 item dinyatakan gugur. Item-item tersebut
mempunyai koefisien daya diskriminasi item sebesar 0,341 – 0,653. Kemudian,
pengujian terhadap reliabilitas alat ukur ini dengan menggunakan cronbach’s alpha.
Dari uji reliabilitas didapatkan hasil koefisien reliabilitas sebesar 0,890. Maka, alat ukur
dukungan sosial orang tua termasuk dalam kategori reliabel. Dalam alat ukur dukungan
sosial orang tua, semua aspek terwakili oleh 19 item yang bertahan.
Alat Ukur Dukungan Sosial Guru. Dari pengujian daya diskriminasi item yang
telah dilakukan sebanyak dua kali terhadap 20 item angket dukungan sosial guru, 18
item bertahan sedangkan 2 item dinyatakan gugur. Item-item tersebut mempunyai
koefisien daya diskriminasi item sebesar 0,212 – 0,473. Setelah itu dilakukan uji
reliabilitas yang menggunakan cronbach’s alpha. Dari pengujian tersebut, didapatkan
hasil koefisien reliabilitas alat ukur ini sebesar 0,798. Hal tersebut menunjukkan bahwa
alat ukur dukungan sosial guru termasuk dalam kategori cukup reliabel. Dalam alat ukur
dukungan sosial guru, semua aspek terwakili oleh 18 item yang bertahan.
Alat Ukur Dukungan Sosial Teman. Berdasarkan uji daya diskriminasi item
yang telah dilakukan sebanyak tiga kali pengujian terhadap 20 item angket dukungan
sosial teman, 17 item tersebut bertahan, sedangkan 3 item dinyatakan gugur. Item-item
tersebut mempunyai koefisien daya diskriminasi item sebesar 0,227 – 0,723. Selanjutnya
dilakukan uji reliabilitas yang menggunakan cronbach’s alpha. Dari pengujian yang
telah dilakukan, didapatkan hasil koefisien reliabilitas alat ukur ini sebesar 0,882. Hal
tersebut menunjukkan bahwa alat ukur dukungan sosial guru termasuk dalam kategori
14
reliabel. Dalam alat ukur dukungan sosial teman, semua aspek terwakili oleh 17 item
yang bertahan.
Aktualisasi Diri
Peneliti menggunakan kuesioner mengenai aktualisasi diri yang berasal dari
Brief Index of Self-Actualization yang telah dibuat oleh Sumerlin & Bunderick (1996).
Kuesioner ini terdiri atas 7 karakteristik aktualisasi diri yaitu Inti Aktualisasi Diri (Core
Self-actualization), Jonah Complex, Keingintahuan (Curiosity), Kenyamanan dalam
Kesendirian (Comfort with Solitude), Keterbukaan terhadap Pengalaman (Openness to
Experience), Karakter Demokratis (Democratic Character), dan Tujuan dan Arti
Kehidupan (Life Meaning and Purpose) yang terdiri atas 40 item. Alat ukur ini memiliki
item favourable berjumlah 28 dan item unfavourable berjumlah 12. Reliabilitas dari alat
ukur ini sebesar 0,87 (Sumerlin & Bundrick, 1996).
Skor dari kuesioner ini menggunakan skala Likert dari 1 sampai 4 dengan
keterangan STS, TS, S, SS untuk tiap jenis dukungan sosial. Untuk item favourable,
skala 1 menjelaskan bahwa pernyataan sangat tidak sesuai dengan keadaan partisipan,
skala 2 menjelaskan bahwa pernyataan tidak sesuai dengan keadaan partisipan, skala 3
menjelaskan bahwa pernyataan sesuai dengan keadaan partisipan, dan skala 4
menyatakan bahwa pernyataan sangat sesuai dengan keadaan partisipan. Sedangkan
untuk item unfavourable skala 1 menjelaskan bahwa pernyataan sangat sesuai dengan
keadaan partisipan, skala 2 menjelaskan bahwa pernyataan sesuai dengan keadaan
partisipan, skala 3 menjelaskan bahwa pernyataan tidak sesuai dengan keadaan
partisipan, dan skala 4 menyatakan bahwa pernyataan sangat tidak sesuai dengan
keadaan partisipan.
15
Alat Ukur Tendensi Aktualisasi Diri. Berdasarkan uji daya diskriminasi item
sebanyak dua kali pengujian dari 40 item dalam angket tendensi aktualisasi diri, 25 item
bertahan sedangkan 15 item dinyatakan gugur. Item-item tersebut mempunyai koefisien
daya diskriminasi item yang bergerak dari 0,205 – 0,496. Selanjutnya dilakukan uji
reliabilitas dengan menggunakan cronbach’s alpha. Dari uji reliabilitas didapatkan
koefisien reliabilitas sebesar 0,815. Dilihat dari koefisien reliabilitas pada angket
tendensi aktualisasi diri, alat ukur ini termasuk dalam kategori reliabel. Dalam alat ukur
tendensi aktualisasi diri, semua aspek terwakili oleh 25 item yang bertahan.
Hasil dan Pembahasan
Uji Normalitas
Uji normalitas menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov. Dari uji tersebut
didapatkan hasil bahwa tiga dari empat variabel berdistribusi dengan normal, yaitu
variabel tendensi aktualisasi diri dengan K-S Z 0,879 yang memiliki signifikansi 0,423
(p > 0,05), variabel dukungan sosial orang tua dengan K-S Z 0,936 yang memiliki
signifikansi 0,344 (p > 0,05), dan variabel dukungan sosial guru dengan K-S Z 1,307
yang memiliki signifikansi 0,066 (p > 0,05). Sedangkan variabel dukungan sosial teman
dengan K-S Z 3,003 yang memiliki signifikansi 0,000 (p < 0,05), sehingga variabel
dukungan sosial teman tidak berdistribusi dengan normal.
Uji Linearitas
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan linear antara variabel dukungan sosial
orang tua, guru, dan teman (variabel bebas) terhadap variabel tendensi aktualisasi diri
(variabel tergantung). Maka dari itu peneliti melakukan uji linearitas (p > 0,05). Dari
ketiga hubungan tersebut ketiganya memiliki hubungan bersifat linear, yaitu uji
16
linearitas antara variabel dukungan sosial orang tua dengan variabel tendensi aktualisasi
diri (F = 1,330) yang memiliki signifikansi sebesar 0,123 (p > 0,05), uji linearitas antara
variabel dukungan sosial guru dengan variabel tendensi aktualisasi diri (F = 1,399) yang
memiliki signifikansi sebesar 0,111 (p > 0,05) dan uji linearitas antara variabel
dukungan sosial teman dengan tendensi aktualisasi diri (F = 1,251) memiliki signifikansi
0,210 (p > 0,05).
Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas variabel yaitu jika terjadi korelasi antarvariabel bebas dengan
nilai yang sangat tinggi mendekati 1. Multikolinearitas dapat dilihat dari pearson
correlation. Jika nilai korelasi antara variabel dukungan sosial orang tua dengan
dukungan sosial guru sebesar 0,372. Kemudian nilai korelasi antara variabel dukungan
sosial orang tua dengan dukungan sosial teman sebesar 0,072. Dan nilai korelasi antara
variabel dukungan sosial guru dengan dukungan sosial teman sebesar 0,096. Dengan
demikian, semua korelasi antarvariabel bebas di atas menunjukkan bahwa tidak
terjadinya multikolinearitas karena nilai tersebut masih jauh di bawah 0,9.
Hasil
Analisis Data Deskriptif
Setelah
melakukan
pengujian
terhadap
normalitas,
linearitas,
dan
multikolinearitas. Peneliti menguji statistik deskriptif setiap variabel. Untuk mengetahui
tinggi rendah nilai sampel, maka dilakukan kategorisasi terhadap skala yang dipakai
dalam penelitian ini.
17
Tabel 1
Kategorisasi Skor Skala Tendensi Aktualisasi Diri
Kategori Rentang Nilai Frekuensi Presentase
Mean
Tinggi
75 ≤ x ≤ 100
179
68,06%
77,89
Sedang
50 ≤ x < 75
84
31,94%
Rendah
25 ≤ x < 50
0
0%
*x : skor tendensi aktualisasi diri
SD
6,372
Berdasarkan hasil kategori yang telah dilakukan, diketahui terdapat 179 siswa (68,06%)
menyatakan bahwa tendensi aktualisasi diri dalam kriteria tinggi, 84 siswa (31,94%)
menyatakan bahwa tendensi aktualisasi diri dalam kriteria sedang. Rata-rata dari skor
tendensi aktualisasi diri sebesar 77,89. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa rata-rata subjek memiliki tendensi aktualisasi diri yang masuk dalam kategori
tinggi.
Tabel 2
Kategorisasi Skor Skala Dukungan Sosial Orang Tua
Kategori Rentang Nilai Frekuensi Presentase
Mean
Tinggi
57 ≤ x ≤ 76
195
74,14%
61,61
Sedang
38 ≤ x < 57
68
25,86%
Rendah
19 ≤ x < 38
0
0%
*x : skor dukungan sosial orang tua
SD
6,969
Berdasarkan hasil kategori yang telah dilakukan, diketahui terdapat 195 siswa (74,14%)
menyatakan bahwa dukungan sosial orang tua dalam kriteria tinggi, 68 siswa (25,86%)
menyatakan bahwa dukungan sosial orang tua dalam kriteria sedang. Rata-rata dari skor
dukungan sosial guru sebesar 61,61. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa rata-rata subjek memiliki dukungan sosial orang tua yang masuk dalam kategori
tinggi.
18
Tabel 3
Kategorisasi Skor Skala Dukungan Sosial Guru
Kategori Rentang Nilai Frekuensi Presentase
Mean
Tinggi
54 ≤ x ≤ 72
88
33,46%
Sedang
36 ≤ x < 54
175
66,54%
51,83
Rendah
18 ≤ x < 36
0
0%
*x : skor dukungan sosial guru
SD
4,213
Berdasarkan hasil kategori yang telah dilakukan, diketahui terdapat 88 siswa (33,46%)
menyatakan bahwa dukungan sosial guru dalam kriteria tinggi, 175 siswa (66,54%)
menyatakan bahwa dukungan sosial guru dalam kriteria sedang. Rata-rata dari skor
dukungan sosial guru sebesar 51,83. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa rata-rata subjek memiliki dukungan sosial guru yang masuk dalam kategori
sedang.
Tabel 4
Kategorisasi Skor Skala Dukungan Sosial Teman
Kategori Rentang Nilai Frekuensi Presentase
Mean
Tinggi
51 ≤ x ≤ 68
148
56,27%
Sedang
34 ≤ x < 51
115
43,73%
49,48
Rendah
17 ≤ x < 34
0
0%
*x : skor dukungan sosial teman
SD
4,724
Berdasarkan hasil kategori yang telah dilakukan, diketahui terdapat 148 siswa (56,27%)
menyatakan bahwa dukungan sosial teman dalam kriteria tinggi, 115 siswa (43,73%)
menyatakan bahwa dukungan sosial teman dalam kriteria sedang. Rata-rata dari skor
dukungan sosial teman sebesar 49,48. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa rata-rata subjek memiliki dukungan sosial teman yang cenderung sedang.
Uji Regresi
Setelah dilakukan pengujian terhadap statistik deskriptif, peneliti ingin melihat
korelasi dari masing-masing variabel penelitian. Pengujian ini bertujuan untuk melihat
hubungan masing-masing variabel dalam penelitian dengan menggunakan Pearson
19
correlation. Besarnya hubungan antara variabel dukungan sosial orang tua dengan
tendensi aktualisasi diri sebesar r = 0,336 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
hubungan kedua variabel positif signifikan artinya jika jumlah dukungan sosial orang
tua meningkat, jumlah tendensi aktualisasi diri juga meningkat. Besarnya hubungan
antara variabel dukungan sosial guru dengan tendensi aktualisasi diri sebesar r = 0,180
(p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel positif signifikan
artinya jika jumlah dukungan sosial guru meningkat, jumlah tendensi aktualisasi diri
juga meningkat. Besarnya hubungan antara variabel dukungan sosial teman dengan
tendensi aktualisasi diri sebesar r = 0,070 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
variabel dukungan sosial teman dengan tendensi aktualisasi diri tidak memiliki
hubungan yang signifikan.
Setelah mengetahui korelasi dari masing-masing variabel, bahwa variabel
dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru yang berkorelasi positif signifikan
dengan variabel tendensi aktualisasi diri. Sedangkan variabel dukungan sosial teman
tidak berkorelasi dengan variabel tendensi aktualisasi diri, maka variabel ini tidak dapat
diikutsertakan dalam pengujian regresi. Oleh karena itu, pengujian regresi hanya
melibatkan dua variabel bebas yaitu dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial
guru, serta satu variabel tergantung yaitu tendensi aktualisasi diri. Selain itu peneliti juga
menguji kelayakan model regresi dalam penelitian ini. Dengan ketentuan (p < 0,05).
Tabel 5
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
1241.326
2
620.663
Residual
9397.252
260
36.143
10638.578
262
Total
F
Sig.
17.172
a. Predictors: (Constant), DukunganSosialGuru, DukunganSosialOrangTua
b. Dependent Variable: TendensiAktualisasiDiri
.000
a
20
Pada bagian ini, menunjukkan besarnya angka signifikansi pada perhitungan ANOVA
yang akan digunakan untuk uji kelayakan model regresi. Dalam uji ANOVA, penelitian
ini menghasilkan angka F = 17,172 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 dan nilai
R = 0,342. Karena angka signifikansi 0,000 < 0,05, maka model regresi ini sudah layak
digunakan untuk memprediksi tendensi aktualisasi diri. Artinya, dukungan sosial orang
tua dan dukungan sosial guru berpengaruh terhadap tendensi aktualisasi diri pada
remaja di SMA Negeri 3 Salatiga.
Setelah mengetahui bahwa dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru
berpengaruh terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja di SMA Negeri 3 Salatiga.
Maka peneliti menguji besarnya pengaruh atau peranan variabel bebas yaitu dukungan
sosial orang tua dan dukungan sosial guru terhadap variabel tergantung yaitu tendensi
aktualisasi diri.
Tabel 6
b
Model Summary
Model
R
1
.342
R Square
a
.117
Adjusted R
Square
.110
Std. Error of the
Estimate
6.012
DurbinWatson
1.687
a. Predictors: (Constant), DukunganSosialGuru, DukunganSosialOrangTua
b. Dependent Variable: TendensiAktualisasiDiri
Nilai Adjusted R Square dalam tabel di atas sebesar 0,110. Angka tersebut menunjukkan
bahwa 0,110 atau 11% tendensi aktualisasi diri dapat dijelaskan dengan menggunakan
variabel dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru. Hal ini berarti dukungan
sosial orang tua dan dukungan sosial guru berperan sebanyak 11% terhadap tendensi
aktualisasi diri pada remaja SMA Negeri 3 Salatiga. Jika dilihat dari standar error of the
estimate yang bernilai 6,012 dan jumlah ini lebih kecil dari nilai standar deviasi tendensi
aktualisasi diri (6,372), hal ini berarti dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial
guru sudah cukup layak dijadikan prediktor untuk tendensi aktualisasi diri.
21
Selain itu dalam tabel ini dapat dilihat otokorelasi. Otokorelasi adalah terjadinya
korelasi dalam variabel bebas yang menganggu hubungan variabel bebas tersebut
dengan variabel tergantung. Otokorelasi tidak terjadi jika angka Durbin-Watson (DW) :
1 < DW < 3. Nilai Durbin - Watson pada penelitian ini sebesar 1,687 (1 < DW < 3).
Nilai ini mempunyai arti bahwa otokorelasi tidak terjadi dalam penelitian regresi ini.
Setelah mengetahui kelayakan dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial
guru dalam memprediksi tendensi aktualisasi diri, peneliti menguji koefisien regresi.
Tabel 7
Coefficients
a
Unstandardized Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
1 (Constant)
B
Std.
Error
55.250
4.892
DukunganSosialOrangTua
.286
.057
DukunganSosialGuru
.097
.095
Beta
Collinearity
Statistics
t
Sig.
Tolerance
VIF
11.294
.000
.312
4.976
.000
.862 1.161
.064
1.022
.308
.862 1.161
a. Dependent Variable: TendensiAktualisasiDiri
Untuk menguji koefisien regresi dapat dilihat dari Standardized Coefficients yang
dapat menunjukkan besarnya nilai yang digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh
variabel bebas secara parsial (mandiri atau sendiri-sendiri) terhadap variabel tergantung.
Angka koefisien nilai Beta dukungan sosial orang tua sebesar 0,312 dengan nilai
t = 4,976 (p < 0,05). Maka dukungan sosial orang tua secara mandiri dapat menjadi
prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri. Angka tersebut memiliki arti bahwa setiap
penambahan 1 dukungan sosial yang diberikan oleh orang tua, tendensi aktualisasi diri
akan naik sebesar 0,312.
Sedangkan angka koefisien nilai Beta dukungan sosial guru sebesar 0,064
dengan nilai t = 1,022 (p > 0,05). Maka dukungan sosial guru secara mandiri belum
dapat dikatakan sebagai prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri.
22
Pembahasan
Tujuan dari penelitian ini adalah meneliti apakah dukungan sosial orang tua,
guru dan teman merupakan prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja.
Seperti yang diungkapkan Maslow (Baihagi, 2008), walaupun setiap individu memiliki
tendensi aktualisasi diri sejak lahir, lingkungan sosial juga berperan dalam
mengembangkan potensi setiap individu. Oleh sebab itu, setiap individu membutuhkan
orang lain untuk tumbuh dan berkembang sehingga setiap potensi yang dimilikinya
dapat terlihat. Dengan adanya dukungan sosial yang diberikan pada remaja, diharapkan
dapat membantu remaja mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya dan
mengarahkannya pada tendensi aktualisasi diri.
Karena variabel dukungan sosial teman tidak memiliki korelasi dengan tendensi
aktualisasi diri. Maka pengujian regresi yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri atas
dua variabel bebas yaitu dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru, serta satu
variabel tergantung yaitu tendensi aktualisasi diri. Dari pengujian regresi yang telah
dilakukan, didapatkan hasil bahwa dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru
berpengaruh terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja. Hal ini dapat dilihat pada
hasil pengujian yang telah dilakukan, nilai R = 0,342 dengan nilai F = 17,172 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05), model regresi ini yang melibatkan variabel
dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru sudah layak dijadikan prediktor
terhadap tendensi aktualisasi diri. Peranan atau pengaruh variabel dukungan sosial
orang tua dan dukungan sosial guru (variabel bebas) terhadap variabel tendensi
aktualisasi diri (variabel tergantung) sebesar 0,110 atau 11%. Hal ini berarti 11%
tendensi aktualisasi diri dapat dijelaskan oleh dukungan sosial orang tua dan dukungan
sosial guru. Maka dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru berperan
23
sebanyak 11% terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja di SMA Negeri 3 Salatiga.
Dari pengujian regresi yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa dukungan sosial
orang tua dan dukungan sosial guru dapat menjadi prediktor terhadap tendensi
aktualisasi diri pada remaja. Maka H1 yang pertama diterima, karena dukungan sosial
orang tua dan guru secara bersama-sama dapat menjadi prediktor terhadap tendensi
aktualisasi diri pada remaja.
Dari pengujian korelasi didapatkan hasil bahwa, hubungan antara dukungan
sosial orang tua dengan tendensi aktualisasi diri bersifat positif signifikan, yaitu dengan
nilai r = 0,336 (p < 0,05). Hal ini didukung oleh penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Wijayanti (2012) mengenai hubungan antara dukungan sosial orang tua (non
materi) dengan aktualisasi diri pada siswa SMK di Yogyakarta (r = 0,515), didapatkan
hasil bahwa ada hubungan positif antara dukungan sosial orang tua dengan aktualisasi
diri. Dan dari pengujian koefisien regresi, dukungan sosial orang tua dengan tendensi
aktualisasi diri memiliki nilai Beta 0,312 dengan nilai t = 4,976 (p < 0,05). Angka
tersebut memiliki arti bahwa setiap penambahan 1 dukungan sosial yang diberikan oleh
orang tua, tendensi aktualisasi diri akan naik sebesar 0,312. Dari hasil tersebut, maka
dukungan sosial orang tua sudah layak menjadi prediktor terhadap tendensi aktualisasi
diri pada remaja. Maka H1 yang kedua dalam penelitian ini diterima, karena dukungan
sosial orang tua secara mandiri dapat menjadi prediktor terhadap tendensi aktualisasi
diri pada remaja di SMA Negeri 3 Salatiga.
Dari hasil penelitian di atas, kemungkinan disebabkan oleh sifat keluarga yang
merupakan lembaga pertama yang dapat memenuhi kebutuhan anak, maka dukungan
sosial yang diberikan oleh orang tua merupakan hal yang penting. Seperti yang
dikatakan oleh Dahlan (2002), bahwa orang tua yang memberikan kasih sayang dan
24
pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama ataupun sosial budaya merupakan
faktor yang penting untuk mempersiapkan anak menjadi individu yang sehat. Dengan
adanya kasih sayang dan dukungan dari orang tua, remaja akan merasa diterima dan
menganggap bahwa diri mereka berharga. Maka dengan adanya dukungan sosial orang
tua pada remaja akan membuat mereka merasa dicintai dan dihargai, sehingga dia dapat
mengembangkan potensi yang dimilikinya dan tendensi aktualisasi dirinya akan terlihat.
Dari pengujian koefisien regresi, didapatkan hasil bahwa dukungan sosial guru
dengan tendensi aktualisasi diri memiliki nilai Beta sebesar 0,064 dengan nilai t = 1,022
(p > 0,05). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial guru belum
layak menjadi prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja. Maka H1 yang
ketiga dalam penelitian ini ditolak, karena dukungan sosial guru secara mandiri belum
dapat menjadi prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri.
Hasil penelitian di atas mungkin disebabkan oleh sulitnya remaja membangun
hubungan yang akrab dengan guru. Seperti hasil penelitian Bokhorst, Sumter, &
Westenberg, (2010), bahwa remaja sulit membangun hubungan dengan guru
dikarenakan jumlah guru yang banyak. Sehingga hubungan antara guru dengan siswa
belum terjalin secara akrab, dan masih ada jarak antara guru dengan siswa. Noddings
(2001) mengatakan bahwa siswa akan berkembang ketika mereka merasa diperhatikan,
maka guru diharuskan untuk mengenal siswa dengan baik (Santrock, 2009). Hal ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan McCombs (2001) yang menemukan bahwa
siswa yang memiliki guru bersifat mendukung dan penuh perhatian, akan lebih
termotivasi untuk terlibat dalam kerja akademis dibandingkan dengan guru yang tidak
mendukung dan tidak memberikan perhatian (Santrock, 2009). Sehingga dukungan
sosial yang diberikan oleh guru akan membantu siswa dalam mengembangkan setiap
25
potensinya. Namun demikian, agak sulit mengharapkan guru mengenal siswanya
dengan maksimal. Mungkin hal tersebut yang menyebabkan tidak mampunya dukungan
sosial guru sebagai prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja di SMA
Negeri 3 Salatiga.
Sedangkan untuk dukungan sosial teman, tidak memiliki korelasi dengan
tendensi aktualisasi diri, sehingga pengujian regresi tidak dapat dilakukan. Maka H1
yang keempat dalam penelitian ini ditolak, karena dukungan sosial teman tidak dapat
menjadi prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja di SMA Negeri 3
Salatiga. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh siswa yang masih membeda-bedakan
teman dan juga masih terdapat persaingan di antara teman sekelas. Dengan adanya
membeda-bedakan dan persaingan di antara teman, maka hubungan pertemanan tidak
terjalin dengan akrab. Oleh sebab itu, hal tersebut menyebabkan belum cukupnya
pemberian dukungan sosial di antara siswa, sehingga siswa tidak merasa didukung dan
tidak diterima oleh teman sekitarnya.
Hal ini mungkin juga dikarenakan efikasi diri (self-efficacy) pada diri siswa.
Menurut Bandura (Feist & Feist, 2010), efikasi diri adalah keyakinan individu bahwa
mereka mampu melakukan suatu perilaku yang dapat memberikan hasil yang
diinginkan. Seperti yang dikatakan Hall (Dwitantyanov, 2012), bahwa dengan memiliki
keyakinan akan diri sendiri, dapat mendorong individu untuk melakukan sesuatu dengan
realisitis dan motivasi untuk pengembangan diri dalam mencapai proses aktualisasi diri.
Efikasi diri dipengaruhi oleh persuasi sosial, kata-kata ataupun bantuan dari sumber
yang terpercaya dan memiliki status serta otoritas yang lebih tinggi dari individu
tersebut, memiliki dampak yang lebih efektif dibandingkan dengan kata-kata yang sama
namun dari sumber yang tidak dapat dipercaya. Adanya dukungan teman yang diterima
26
oleh siswa tidak memberikan dampak bagi siswa tersebut. Karena siswa merasa bahwa
teman sebaya memiliki otoritas atau status yang sama dengan siswa tersebut, maka
persuasi yang diberikan tidak akan membuat siswa untuk memiliki keyakinan dalam
mengaktualisasikan dirinya. Maka dengan adanya dukungan sosial teman yang
memiliki otoritas atau status yang sama dengan siswa tersebut, tidak memberikan
keyakinan dalam diri siswa untuk mengaktualisasikan dirinya karena dukungan yang
diberikan bukan berasal dari pihak yang memiliki status atau otoritas yang lebih tinggi.
Selain hasil yang didapat dalam penelitian ini, yaitu dukungan sosial orang tua
dan dukungan sosial guru dapat menjadi prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri,
Goldstein (Hall & Lindzey, 1993) berpendapat bahwa tendensi aktualisasi diri juga
dapat dijelaskan dengan faktor-faktor yang lain, seperti potensi bawaan ataupun
lingkungan yang mempengaruhi masing-masing individu. Potensi bawaan membentuk
tujuan serta memberi arah perkembangan dan pertumbuhan pada diri individu, potensi
tersebut juga akan mempengaruhi pilihan-pilihan untuk mencapai aktualisasi diri (Hall
& Lindzey, 1993). Lingkungan memberikan sarana-sarana yang diperlukan oleh
individu untuk dapat mencapai aktualisasi diri, seperti lingkungan bermain, lingkungan
keluarga, atau lingkungan dimana individu tinggal dapat membentuk kebiasaan individu
tersebut (Hall & Lindzey, 1993). Bronfenbrenner (Berk, 2012) menyatakan bahwa
setiap lapisan lingkungan, bukan hanya keluarga namun juga sekolah, dianggap
memiliki dampak yang kuat bagi perkembangan individu. Cara individu berkembang
tergantung pada cinta dan kasih yang diterima oleh individu dari orang terdekatnya.
Orang-orang terdekat remaja berperan penting dalam mengembangkan potensi individu.
27
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil yaitu hanya
dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru yang secara bersama-sama dapat
menjadi prediktor terhadap aktualisasi diri pada remaja di SMA Negeri 3 Salatiga.
Kedua variabel bebas yaitu dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru hanya
berkontribusi sebesar 11% terhadap tendensi aktualisasi d