23003 ID analisis investasi konversi komoditas kopi ke karet di perkebunan ix persero keb
Agribusiness Review
ISSN.2354-8320
Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 78-89
ANALISIS INVESTASI KONVERSI KOMODITAS KOPI KE KARET DI PT.
PERKEBUNAN NUSANTARA IX (PERSERO) KEBUN BATUJAMUS/KERJOARUM
AFDELING KARANGGADUNGAN KABUPATEN KARANGANYAR
Mohamad Dion Tiara, Suprapti Supardi, Joko Sutrisno
Magister Agribisnis Program Pascasarjana UNS
[email protected]
Abstract
Position of plantation sector has a substantial economic support as a foreign exchange earner
of the country. One commodity is cultivated in plantation of coffee. Cultivation of coffee has
been implemented in PTPN IX. Each year in Indonesia, cultivation of coffee commodity has
decreased (quality and quantity) this is caused by technical factors and non-technical
cultivation. Depends on that, PTPN IX have the conversion policy of coffee to rubber.
These research aims to know the financial feasibility of the conversion rate of coffee into
rubber in PTPN IX, and to analyze the level of sensitivity due to changes in costs and prices
during the business conducted. This study use analytical descriptive method. Data source was
obtained from the direction of PTPN IX (Persero) Semarang and Batujamus/Kerjoarum Estate
Karanganyar crop investment data, as well as data on non crop plant production data of coffee
and rubber in Afdeling Karanggadungan.
The results showed that NPV (rubber) Rp. 330.653.343.206 is greater than coffee (-Rp.
401.440.247). IRR (rubber) percentage of 25,36% and coffee of 26,64. B / C ratio of coffee
0 (positif), menunjukkan kondisi
yang digunakan dalam analisis kelayakan
perusahaan menguntungkan, dengan
konversi tanaman kopi menjadi karet adalah
semakin besarnya NPV maka semakin
NPV, IRR dan Net B/C.
besar pula keuntungan yang akan
dicapai.
Net Present Value (NPV)
Metode ini merupakan selisih manfaat dan
Internal Rate of Returnt (IRR)
biaya selama umur ekonomis konversi
Internal Rate of return adalah suatu tingkat
tanaman kopi ke karet yang diukur dengan
diskonto yang membuat NPV proyek sama
nilai uang sekarang dengan menggunakan
dengan
discount rate. Rumus :
merupakan
nol.
Internal
arus
rate
of
return
pengembalian
yang
menghasilkan NPV aliran kas masuk sama
dengan NPV aliran kas keluar.
Rumus :
IRR = Ir +
NPV Ir
x (It – Ir)
NPV Ir – NPV It
83
Agribusiness Review
ISSN.2354-8320
Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 78-89
n = Umur ekonomis proyek (kopi/karet)
Apabila :
1.
Ketarangan :
Net B/C ³ 1 = Proyek (kopi/karet)
Ir = Bunga rendah
layak untuk dilaksanakan
It = Bunga tinggi
2.
Net B/C < 1 = Proyek (kopi/karet)
tidak layak dilaksanakan
Apabila :
1.
2.
IRR<
tingkat
diskonto
:
Proyek
(konversi kopi ke karet) tidak dapat
Analisis Sensitivitas
dilaksanakan
Analisis
IRR=
tingkat
(konversi
diskonto
kopi
mendapatkan
ke
:
karet)
keuntungan
Proyek
tidak
ataupun
IRR>
tingkat
(konversi
mengatasi
bertujuan
untuk
perubahan-perubahan
yang
terjadi terhadap manfaat dan biaya selama
proyek
berlangsung
mengingat
proyek
perkebunan menggunakan jangka waktu
kerugian
3.
sensitivitas
diskonto
kopi
ke
:
karet)
Proyek
dapat
dilaksanakan
yang
relatif
digunakan
panjang.
ialah
Asumsi
penurunan
output/penerimaan.
Penentuan
penurunan
output
harga
yang
harga
besarnya
berdasarkan
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)
fluktuasi harga yang terjadi di lokasi
Net B/C adalah perbandingan antara present
penelitian. Asumsi kedua adalah kenaikan
value dari total benefit positif dengan total
harga input. Asumsi yang ketiga adalah
benefit negatif.
penurunan hasil produksi.
Rumus :
HASIL PENELITIAN
Analisa Kelayakan Finansial Komoditas
Karet dan Kopi Afd. Karanggadungan
Dimana Bt-Ct > 0 dan Bt-Ct < 0
Tabel 1. Analisa Kelayakan Finansial
Komoditas Kopi dan Karet
Keterangan :
Net B/C = Net Benefit-Cost Ratio
Bt = Penerimaan pada tahun –t
Komodi
tas
Ct = Biaya pada tahun-t
Bt-Ct = Benefit bersih
i = Tingkat suku bunga (%)
Kopi
B/C
NPV
IRR
Ratio
-
-
Rp.176.210.9
132,09
82
2%
08
84
Agribusiness Review
ISSN.2354-8320
Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 78-89
Rp.910.789.0
32,88
27,318
76,27
%
7
Karet
manfaat dari komoditas pertanian sangat
ditentukan oleh harga
jual komoditas
tersebut.
Pada analisa kelayakan finansial,
Pada Tabel 1, data NPV, IRR, dan
B/C
Ratio
masing-masing
komoditas
komoditas karet memiliki status layak jika
dibandingkan. Nilai NPV pada tanaman
dibandingkan
karet yaitu Rp. 910.789.076,27lebih besar
Komoditas karet memiliki nilai Net Present
jika dibandingkan dengan tanaman kopi
Value
yaitu–Rp. 176.210.982. Hal ini berarti usaha
dibandingkan
karet selama umur ekonomis 30 tahun akan
Keuntungan yang dihasilkan tanaman karet
memberikan
mencapai hampir enam kali lipat jika
keuntungan
sebesar
Rp.
yang
dengan
jauh
komoditas
lebih
dengan
besar
jika
komoditas
kopi.
910.789.076,27 menurut nilai sekarang.
dibandingkan
Sementara itu untuk komoditas kopi rugi
Sedangkan pada nilai Internal rate of
hingga
IRR
Return, modal tanaman karet lebih cepat
komoditas karet sebesar 31,84 % di
kembali jika dibandingkan dengan kopi
Afdeling Karanggadungan memiliki nilai
yang
yang jauh lebih tinggi jika dibandingkan
membuktikan bahwa perhitungan kasar
dengan nilai pada komoditas kopisebesar
yang dilakukan pada awal analisa benar.
2%.Hal
bahwa
Hal ini juga di dukung oleh permintaan
kemampuan kebun untuk mengembalikan
karet dunia yang terus meningkat jumlahnya
modal yang digunakan saat mengusahakan
jika dibandingkan dengan permintaan kopi
komoditas karet lebih besar dari pada
yang
tingkat suku bunga. Pada nilai B/C Ratio
mengakibatkan harga kopi semakin murah
pada
dan harga karet akan semakin meningkat.
Rp.
176.210.982.
ini
Nilai
menunjukkan
komoditas
kopi,
uji
kelayakan
nilainya
dengan
kopi.
cukup
cenderung
komoditas
kecil.
menurun
kopi.
Hal
ini
sehingga
finansial menunjukkan bahwa komoditas
kopi ini tidak layak ditanam karena nilai
Analisa Sensitivitas
B/C Ratio < 1 yaitu sebesar -132,0908
Analisis
sedangkan pada komoditas karet sebesar
meramalkan potensi beberapa komoditas
27,31.Hal tersebut menunjukkan bahwa
sehingga hasil akhir (output) berupa data
setiap pengeluaran sebesar Rp. 1 akan
bias
memberikan
dilapangan (Ferreira et al., 2013). Pada
manfaat
sebesar
Rp.
diintegrasikan
27,31.Sementara itu menurut Zapata et al.
analisis
(2012),
digunakan
keuntungan
dan
pengembalian
sensitivitas
sensitivitas
komponen
diperlukan
dengan
komoditas
perubahan
untuk
kinerja
karet
yang
85
Agribusiness Review
ISSN.2354-8320
Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 78-89
diasumsikan sama dengan komoditas kopi.
biaya produksi yang dapat diterima hingga
Hal ini bertujuan untuk melihat tingkat
mencapai batas negatif adalah 3000%.
kepekaan antara komoditas karet dan kopi.
Analisa sensitivitas juga dilakukan pada
Analisis
ko-
penurunan harga jual, karet sebesar 90 %
moditas kopi dilakukan dengan meng-
menunjukkan nilai yang negatif. Penurunan
gunakan batasan nilai B/C ratio menjadi
harga jual tersebut mempengaruhi pada
negatif. Hasil menunjukkan bahwa nilai B/C
pendapatan
ratio
pula.Nilai
pada
sensitivitas
tingkat
untuk
sensitivitas
10%
perusahaan
analisa
yang
menurun
menunjukkan
bahwa
menghasilkan nilai yang negatif baik dari
dengan
sensitivitas biaya naik maupun harga turun.
mengakibatkan nilai NPV menjadi negatif.
Hal ini menunjukkan bahwa komoditas kopi
Pada komoditas karet, nilai sensitivitasnya
ini terancam akan mengalami kerugian
cukup tinggi
apabila tidak dilakukan tidak lanjut. Dengan
dengan
pertimbangan tersebut, maka merupakan
perusahaan bisa mendapatkan keuntungan
keputusan yang tepat untuk perusahaan
atau laba yang cukup stabil walaupun nilai
melakukan konversi dari komoditas kopi
inflasi cukup tinggi.
menjadi komoditas karet.
penurunan
90%
jual
sehingga bisa dikatakan
mengusahakan
Harga
harga
karet
komoditas
yang
ini,
meningkat
Analisa sensitivitas komoditas karet
merupakan respon dari hukum ekonomi
terbagi menjadi 2 jenis yaitu peningkatan
dasar, yaitu semakin tinggi permintaan
biaya
harga
sedangkan sedikit barang yang tersedia
jual.Tujuan dilakukan analisa sensitivitas
maka harga akan semakin meningkat.
adalah
batas
Semakin sedikit permintaan maka akan
kemungkinan terburuk yang bisa terjadi
semakin rendah harga jual. Permintaan karet
apabila ada kenaikan biaya produksi atau
terus
penurunan harga jual. Dengan adanya
kembangan teknologi karena karet itu
analisa sensitivitas tersebut
diharapkan
merupakan salah satu komponen yang
perusahaan dapat lebih berhati-hati dalam
dibutuhkan dalam berbagai industri. Hal ini
pembudidayaan komoditas tertentu.
didukung oleh Anonim (2007:V) yang
produksi
untuk
dan
penurunan
mengetahui
Analisa sensitivitas pada komoditas
meningkat
semakin
produksi dilakukan hingga nilai NPV
permintaannya.
yang dilakukan merugi. Nilai peningkatan
dengan
per-
mengatakan bahwa ke depan, karet akan
karet yang mengalami peningkatan biaya
mencapai negatif yang artinya investasi
seiring
berkembang
Permintaan
kopi
dalam
jumlah
akan
semakin
menurun disebabkan karena hasil komoditas
86
Agribusiness Review
ISSN.2354-8320
Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 78-89
kopi dari Indonesia tersaingi baik dari segi
yang
mengalami
kerugian
yaitu
-
kualitas maupun kuantitasnya dari negara
Rp.176.210.982,2sehingga karet lebih
Brazil dan negara penghasil kopi lainnya.
layak dibandingkan dengan kopi.
Sehingga mengakibatkan penurunan pe-
3. Persentase IRR komoditas karet sebesar
nawaran kopi secara global bagi produsen di
32.88 % lebih besar dibandingkan
Indonesia.
per-
dengan komoditas kopi sebesar 2 %.
akan
4. Pada nilai B/C ratio komoditas kopi
mengurangi harga jual kopi, sedangkan
tidak layak karena
ISSN.2354-8320
Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 78-89
ANALISIS INVESTASI KONVERSI KOMODITAS KOPI KE KARET DI PT.
PERKEBUNAN NUSANTARA IX (PERSERO) KEBUN BATUJAMUS/KERJOARUM
AFDELING KARANGGADUNGAN KABUPATEN KARANGANYAR
Mohamad Dion Tiara, Suprapti Supardi, Joko Sutrisno
Magister Agribisnis Program Pascasarjana UNS
[email protected]
Abstract
Position of plantation sector has a substantial economic support as a foreign exchange earner
of the country. One commodity is cultivated in plantation of coffee. Cultivation of coffee has
been implemented in PTPN IX. Each year in Indonesia, cultivation of coffee commodity has
decreased (quality and quantity) this is caused by technical factors and non-technical
cultivation. Depends on that, PTPN IX have the conversion policy of coffee to rubber.
These research aims to know the financial feasibility of the conversion rate of coffee into
rubber in PTPN IX, and to analyze the level of sensitivity due to changes in costs and prices
during the business conducted. This study use analytical descriptive method. Data source was
obtained from the direction of PTPN IX (Persero) Semarang and Batujamus/Kerjoarum Estate
Karanganyar crop investment data, as well as data on non crop plant production data of coffee
and rubber in Afdeling Karanggadungan.
The results showed that NPV (rubber) Rp. 330.653.343.206 is greater than coffee (-Rp.
401.440.247). IRR (rubber) percentage of 25,36% and coffee of 26,64. B / C ratio of coffee
0 (positif), menunjukkan kondisi
yang digunakan dalam analisis kelayakan
perusahaan menguntungkan, dengan
konversi tanaman kopi menjadi karet adalah
semakin besarnya NPV maka semakin
NPV, IRR dan Net B/C.
besar pula keuntungan yang akan
dicapai.
Net Present Value (NPV)
Metode ini merupakan selisih manfaat dan
Internal Rate of Returnt (IRR)
biaya selama umur ekonomis konversi
Internal Rate of return adalah suatu tingkat
tanaman kopi ke karet yang diukur dengan
diskonto yang membuat NPV proyek sama
nilai uang sekarang dengan menggunakan
dengan
discount rate. Rumus :
merupakan
nol.
Internal
arus
rate
of
return
pengembalian
yang
menghasilkan NPV aliran kas masuk sama
dengan NPV aliran kas keluar.
Rumus :
IRR = Ir +
NPV Ir
x (It – Ir)
NPV Ir – NPV It
83
Agribusiness Review
ISSN.2354-8320
Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 78-89
n = Umur ekonomis proyek (kopi/karet)
Apabila :
1.
Ketarangan :
Net B/C ³ 1 = Proyek (kopi/karet)
Ir = Bunga rendah
layak untuk dilaksanakan
It = Bunga tinggi
2.
Net B/C < 1 = Proyek (kopi/karet)
tidak layak dilaksanakan
Apabila :
1.
2.
IRR<
tingkat
diskonto
:
Proyek
(konversi kopi ke karet) tidak dapat
Analisis Sensitivitas
dilaksanakan
Analisis
IRR=
tingkat
(konversi
diskonto
kopi
mendapatkan
ke
:
karet)
keuntungan
Proyek
tidak
ataupun
IRR>
tingkat
(konversi
mengatasi
bertujuan
untuk
perubahan-perubahan
yang
terjadi terhadap manfaat dan biaya selama
proyek
berlangsung
mengingat
proyek
perkebunan menggunakan jangka waktu
kerugian
3.
sensitivitas
diskonto
kopi
ke
:
karet)
Proyek
dapat
dilaksanakan
yang
relatif
digunakan
panjang.
ialah
Asumsi
penurunan
output/penerimaan.
Penentuan
penurunan
output
harga
yang
harga
besarnya
berdasarkan
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)
fluktuasi harga yang terjadi di lokasi
Net B/C adalah perbandingan antara present
penelitian. Asumsi kedua adalah kenaikan
value dari total benefit positif dengan total
harga input. Asumsi yang ketiga adalah
benefit negatif.
penurunan hasil produksi.
Rumus :
HASIL PENELITIAN
Analisa Kelayakan Finansial Komoditas
Karet dan Kopi Afd. Karanggadungan
Dimana Bt-Ct > 0 dan Bt-Ct < 0
Tabel 1. Analisa Kelayakan Finansial
Komoditas Kopi dan Karet
Keterangan :
Net B/C = Net Benefit-Cost Ratio
Bt = Penerimaan pada tahun –t
Komodi
tas
Ct = Biaya pada tahun-t
Bt-Ct = Benefit bersih
i = Tingkat suku bunga (%)
Kopi
B/C
NPV
IRR
Ratio
-
-
Rp.176.210.9
132,09
82
2%
08
84
Agribusiness Review
ISSN.2354-8320
Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 78-89
Rp.910.789.0
32,88
27,318
76,27
%
7
Karet
manfaat dari komoditas pertanian sangat
ditentukan oleh harga
jual komoditas
tersebut.
Pada analisa kelayakan finansial,
Pada Tabel 1, data NPV, IRR, dan
B/C
Ratio
masing-masing
komoditas
komoditas karet memiliki status layak jika
dibandingkan. Nilai NPV pada tanaman
dibandingkan
karet yaitu Rp. 910.789.076,27lebih besar
Komoditas karet memiliki nilai Net Present
jika dibandingkan dengan tanaman kopi
Value
yaitu–Rp. 176.210.982. Hal ini berarti usaha
dibandingkan
karet selama umur ekonomis 30 tahun akan
Keuntungan yang dihasilkan tanaman karet
memberikan
mencapai hampir enam kali lipat jika
keuntungan
sebesar
Rp.
yang
dengan
jauh
komoditas
lebih
dengan
besar
jika
komoditas
kopi.
910.789.076,27 menurut nilai sekarang.
dibandingkan
Sementara itu untuk komoditas kopi rugi
Sedangkan pada nilai Internal rate of
hingga
IRR
Return, modal tanaman karet lebih cepat
komoditas karet sebesar 31,84 % di
kembali jika dibandingkan dengan kopi
Afdeling Karanggadungan memiliki nilai
yang
yang jauh lebih tinggi jika dibandingkan
membuktikan bahwa perhitungan kasar
dengan nilai pada komoditas kopisebesar
yang dilakukan pada awal analisa benar.
2%.Hal
bahwa
Hal ini juga di dukung oleh permintaan
kemampuan kebun untuk mengembalikan
karet dunia yang terus meningkat jumlahnya
modal yang digunakan saat mengusahakan
jika dibandingkan dengan permintaan kopi
komoditas karet lebih besar dari pada
yang
tingkat suku bunga. Pada nilai B/C Ratio
mengakibatkan harga kopi semakin murah
pada
dan harga karet akan semakin meningkat.
Rp.
176.210.982.
ini
Nilai
menunjukkan
komoditas
kopi,
uji
kelayakan
nilainya
dengan
kopi.
cukup
cenderung
komoditas
kecil.
menurun
kopi.
Hal
ini
sehingga
finansial menunjukkan bahwa komoditas
kopi ini tidak layak ditanam karena nilai
Analisa Sensitivitas
B/C Ratio < 1 yaitu sebesar -132,0908
Analisis
sedangkan pada komoditas karet sebesar
meramalkan potensi beberapa komoditas
27,31.Hal tersebut menunjukkan bahwa
sehingga hasil akhir (output) berupa data
setiap pengeluaran sebesar Rp. 1 akan
bias
memberikan
dilapangan (Ferreira et al., 2013). Pada
manfaat
sebesar
Rp.
diintegrasikan
27,31.Sementara itu menurut Zapata et al.
analisis
(2012),
digunakan
keuntungan
dan
pengembalian
sensitivitas
sensitivitas
komponen
diperlukan
dengan
komoditas
perubahan
untuk
kinerja
karet
yang
85
Agribusiness Review
ISSN.2354-8320
Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 78-89
diasumsikan sama dengan komoditas kopi.
biaya produksi yang dapat diterima hingga
Hal ini bertujuan untuk melihat tingkat
mencapai batas negatif adalah 3000%.
kepekaan antara komoditas karet dan kopi.
Analisa sensitivitas juga dilakukan pada
Analisis
ko-
penurunan harga jual, karet sebesar 90 %
moditas kopi dilakukan dengan meng-
menunjukkan nilai yang negatif. Penurunan
gunakan batasan nilai B/C ratio menjadi
harga jual tersebut mempengaruhi pada
negatif. Hasil menunjukkan bahwa nilai B/C
pendapatan
ratio
pula.Nilai
pada
sensitivitas
tingkat
untuk
sensitivitas
10%
perusahaan
analisa
yang
menurun
menunjukkan
bahwa
menghasilkan nilai yang negatif baik dari
dengan
sensitivitas biaya naik maupun harga turun.
mengakibatkan nilai NPV menjadi negatif.
Hal ini menunjukkan bahwa komoditas kopi
Pada komoditas karet, nilai sensitivitasnya
ini terancam akan mengalami kerugian
cukup tinggi
apabila tidak dilakukan tidak lanjut. Dengan
dengan
pertimbangan tersebut, maka merupakan
perusahaan bisa mendapatkan keuntungan
keputusan yang tepat untuk perusahaan
atau laba yang cukup stabil walaupun nilai
melakukan konversi dari komoditas kopi
inflasi cukup tinggi.
menjadi komoditas karet.
penurunan
90%
jual
sehingga bisa dikatakan
mengusahakan
Harga
harga
karet
komoditas
yang
ini,
meningkat
Analisa sensitivitas komoditas karet
merupakan respon dari hukum ekonomi
terbagi menjadi 2 jenis yaitu peningkatan
dasar, yaitu semakin tinggi permintaan
biaya
harga
sedangkan sedikit barang yang tersedia
jual.Tujuan dilakukan analisa sensitivitas
maka harga akan semakin meningkat.
adalah
batas
Semakin sedikit permintaan maka akan
kemungkinan terburuk yang bisa terjadi
semakin rendah harga jual. Permintaan karet
apabila ada kenaikan biaya produksi atau
terus
penurunan harga jual. Dengan adanya
kembangan teknologi karena karet itu
analisa sensitivitas tersebut
diharapkan
merupakan salah satu komponen yang
perusahaan dapat lebih berhati-hati dalam
dibutuhkan dalam berbagai industri. Hal ini
pembudidayaan komoditas tertentu.
didukung oleh Anonim (2007:V) yang
produksi
untuk
dan
penurunan
mengetahui
Analisa sensitivitas pada komoditas
meningkat
semakin
produksi dilakukan hingga nilai NPV
permintaannya.
yang dilakukan merugi. Nilai peningkatan
dengan
per-
mengatakan bahwa ke depan, karet akan
karet yang mengalami peningkatan biaya
mencapai negatif yang artinya investasi
seiring
berkembang
Permintaan
kopi
dalam
jumlah
akan
semakin
menurun disebabkan karena hasil komoditas
86
Agribusiness Review
ISSN.2354-8320
Vol 1, No 1 (Desember 2013), hal 78-89
kopi dari Indonesia tersaingi baik dari segi
yang
mengalami
kerugian
yaitu
-
kualitas maupun kuantitasnya dari negara
Rp.176.210.982,2sehingga karet lebih
Brazil dan negara penghasil kopi lainnya.
layak dibandingkan dengan kopi.
Sehingga mengakibatkan penurunan pe-
3. Persentase IRR komoditas karet sebesar
nawaran kopi secara global bagi produsen di
32.88 % lebih besar dibandingkan
Indonesia.
per-
dengan komoditas kopi sebesar 2 %.
akan
4. Pada nilai B/C ratio komoditas kopi
mengurangi harga jual kopi, sedangkan
tidak layak karena