Perbup No.24 Tahun 2011 ttg Perjalanan Dinas

BUPATI BULUNGAN
PERATURAN BUPATI BULUNGAN
NOMOR 24 TAHUN 2011
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS BAGI PEJABAT NEGARA,
PEGAWAI NEGERI SIPIL, CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN PERSONIL
NON PNSD DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BULUNGAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BULUNGAN,
Menimbang

: a. bahwa dalam rangka sebagai upaya pencapaian tertib
administrasi pengelolaan keuangan daerah agar lebih efektif
dan efisien dalam hal pelaksanaan perjalanan dinas,
dipandang perlu mengatur kembali tentang pedoman
pelaksanaan perjalanan dinas bagi Pejabat Negara, PNS,
CPNS dan Personil Non PNSD dilingkungan Pemerintah
Kabupaten Bulungan;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang
Pedoman Pelaksanaan Perjalanan Dinas bagi Pejabat

Negara, Pegawai Negeri Sipil, Calon Pegawai Negeri Sipil
dan Personil Non PNSD di Lingkungan Pemerintah
Kabupaten Bulungan;

Mengingat

: 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan
Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang
Pembentukan Daerah Tingkat II Di Kalimantan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820)
sebagaimana Undang-Undang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1959 Nomor 72);
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3041), sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang
Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik

1

Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3839);
3. Undang-Undang
Nomor
28
Tahun
1999
tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);
5. Undang-Undang
Nomor

32
Tahun
2004
tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah
beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4844);
6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4438);
7. Undang-Undang
Nomor

12
Tahun
2011
tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82 Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana
Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4575);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2005 Nomor
158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4587);


2

11. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara RI
Nomor 4593);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kab/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4737);
13. Peraraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2010
tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2011;
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 53 Tahun 2011
tentang pembentukan produk hukum daerah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 694);
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang

Pedoman
Pengelolaan
Keuangan
Daerah,
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 310);
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2011
tentang
Pedoman
Perjalanan
Luar
Negeri
Bagi
Pejabat/Pegawai dilingkungan Kementerian Dalam Negeri,
Pemerintah Daerah dan Pimpinan serta Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah;

17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2011
tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun 2012 (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 311);
18. Peraturan Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 1 Tahun 2008
tentang Penerbitan Lembarandan Daerah dan Berita Daerah;
19. Peraturan Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 2 Tahun 2008
tentang Urusan Pemerintahan Yang menjadi Kewenangan
Pemerintah Kabupaten Bulungan (Lembaran Daerah
Kabupaten Bulungan Tahun 2008 Nomor 2);
20. Peraturan Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 3 Tahun 2008
tentang Pembentukan Organisasi Pemerintah Kabupaten
Bulungan (Lembaran Daerah Kabupaten Bulungan Tahun
2008 Nomor 3);
21. Peraturan Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 4 Tahun 2008
tentang Pembentukan Organisasi Sekretariat Daerah
Kabupaten Bulungan (Lembaran Daerah
Kabupaten
Bulungan Tahun 2008 Nomor 4);
3


22. Peraturan Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 5 Tahun 2008
tentang Pembentukan Organisasi Sekretariat Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bulungan (Lembaran
Daerah Kabupaten Bulungan Tahun 2008 Nomor 5);
23. Peraturan Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 6 Tahun 2008
tentang Pembentukan Organisasi Kecamatan Dalam Wilayah
Kabupaten Bulungan (Lembaran Daerah Kabupaten Bulungan
Tahun 2008 Nomor 6);
24. Peraturan Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 7 Tahun 2008
tentang Pembentukan Organisasi Kelurahan Dalam Wilayah
Kabupaten Bulungan (Lembaran Daerah Kabupaten Bulungan
Tahun 2008 Nomor 7);
25. Peraturan Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 18 Tahun
2008 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah
Kabupaten Bulungan (Lembaran Daerah Kabupaten Bulungan
Tahun 2008 Nomor 18);
26. Peraturan Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 19 Tahun
2008 tentang Pembentukan Organisasi Lembaga Teknis
Daerah Kabupaten Bulungan (Lembaran Daerah Kabupaten
Bulungan Tahun 2008 Nomor 19);

MEMUTUSKAN :
Menetapkan

: PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN
PERJALANAN DINAS BAGI PEJABAT NEGARA, PEGAWAI
NEGERI SIPIL, CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN
PERSONIL NON PNSD DI LINGKUNGAN PEMERINTAH
DAERAH KABUPATEN BULUNGAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Bulungan.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah.
3. Bupati adalah Bupati Bulungan.
4. Wakil Bupati adalah Wakil Bupati Bulungan.
5. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Bulungan.
6. Satuan Kerja Perangkat Daerah adalah Sekretariat Daerah, Sekretariat Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah, Dinas-Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah
Kecamatan dan Kelurahan.

4

7. Pejabat berwenang adalah Bupati/Wakil Bupati, Sekretaris Daerah, Kepala
Satuan Kerja Perangkat Daerah dan Ketua/Wakil Ketua DPRD Kabupaten
Bulungan.
8. Pejabat Negara adalah Bupati dan Wakil Bupati.
9. Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Pegawai Negeri Sipil Daerah yang
gajinya dibebankan pada anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan
bekerja pada Pemerintah Daerah atau dipekerjakan diluar instansi induknya.
10. Personil Non PNSD adalah Staf Khusus, Kepala Desa Teladan , Kelompok
Tani Teladan, Murid Teladan.
11. Kepala Desa Teladan adalah Kepala Desa yang memiliki kemampuan,
kecakapan, ketrampilan khusus dalam urusan penyelenggaraan pemerintahan
desa, baik Tingkat Kecamatan, Kabupaten, Provinsi maupun Nasional.
12. Petani Teladan adalah mengelola Usaha Tani dan atau usaha penangkapan
ikan, yang meliputi petani, pekebun, peternak yang berprestasi.
13. Kelompok Tani Teladan adalah Kumpulan Pengelola Usaha Tani dan atau

penangkapan ikan, meliputi petani, pekebun, peternak yang menjadi panutan
bagi kelompok tani lain, memiliki keahlian dan kemampuan mengembangkan
usaha dalam bidangnya, baik Tingkat Kecamatan, Kabupaten, Provinsi
maupun Nasional.
14. Murid teladan adalah siswa yang berprestasi dibidang akademik dan/atau non
akademik tingkat sekolah, kecamatan, kabupaten, propinsi, nasional maupun
internasional.
15. Surat Tugas yang selanjutnya disingkat ST adalah naskah dinas yang
berisikan pemberitahuan penugasan dari pejabat berwenang kepada Pejabat
tertentu untuk melakukan tugas tertentu.
16. Surat Perintah Perjalanan Dinas yang selanjutnya disingkat SPPD adalah
naskah dinas sebagai alat pemberitahuan yang ditujukan kepada pejabat
tertentu untuk melaksanakan perjalanan dinas serta pemberian fasilitas
perjalanan dan pembiayaan sesuai Surat Tugas.
17. Surat Permohonan izin perjalanan dinas luar negeri yang selanjutnya disingkat
SP adalah naskah dinas yang berisikan pemberitahuan izin bagi Pejabat
tertentu.
18. Pejabat tertentu adalah Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, Pimpinan dan
Anggota DPRD Kabupaten Bulungan.
19. Laporan Pelaksanaan Tugas yang selanjutnya disingkat LPT adalah naskah
dinas yang berisikan pemberitahuan atau pertanggungjawaban hasil
perjalanan dinas kepada pejabat berwenang memberikan penugasan
perjalanan dinas yang disusun secara sistematis.
20. Uang Harian adalah uang yang diberikan kepada Pejabat Negara, Pegawai
Negeri Sipil, Calon Pegawai Negeri Sipil, Anggota DPRD, Kepala Desa
Teladan, Kelompok Tani Teladan dan Murid Teladan yang ditugaskan
melaksanakan perjalanan dinas oleh pejabat berwenang yang mencakup biaya
penginapan dan makan, uang saku dan biaya angkutan setempat.
21. Lumpsum adalah uang yang diberikan kepada Pejabat Negara, Pegawai
Negeri Sipil, Calon Pegawai Negeri Sipil dan Personil Non PNSD yang berupa
uang saku, atau biaya makan dan atau biaya angkutan setempat.
22. Biaya riel (at cost) adalah biaya yang dikeluarkan sesuai dengan bukti
pengeluaran yang sah.

5

BAB II
PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS
Pasal 2
(1) Perjalanan dinas hanya dilakukan untuk melaksanakan pekerjaan yang sangat
perlu bagi kepentingan negara atau pemerintah daerah dan dilaksanakan
dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dengan hasil yang semaksimal
mungkin dengan tetap menerapkan prinsif efektif dan efisien.
(2) Perjalanan dinas ke luar tempat kedudukan baik perseorangan maupun secara
bersama yang jaraknya sekurang-kurangnya 5 (lima) kilometer dari batas kota,
yang dilakukan dalam wilayah Republik Indonesia untuk kepentingan Negara
atas perintah pejabat yang berwenang, termasuk perjalanan dari tempat
kedudukan ke tempat meninggalkan Indonesia untuk bertolak ke luar negeri
dan dari tempat tiba di Indonesia dari luar negeri ke tempat yang dituju di
dalam negeri.
Pasal 3
Perjalanan dinas dapat dilakukan oleh Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil,
Calon Pegawai Negeri Sipil, Anggota DPRD, Kepala Desa Teladan, Kelompok
Tani Teladan dan Murid Teladan yang ditunjuk oleh pejabat berwenang.
Pasal 4
(1) Dalam rangka pelaksanaan perjalanan dinas untuk kegiatan mengikut
sertakan pesonil Non PNSD dapat diberikan Transportasi dan Uang Harian
setara dengan golongan II
(2) Perjalanan dinas pindah merupakan perjalanan dinas bagi kepentingan
negara atau daerah dari tempat kedudukan ke tempat yang baru di wilayah
kabupaten bulungan menurut Surat Keputusan pindah yang berlaku beserta
keluarganya yang sah, kecuali perjalanan pindah atas dasar permohonan
sendiri.
Pasal 5
Perjalanan Dinas Luar Negeri dapat dilakukan oleh Pejabat Negara, Pegawai
Negeri Sipil dan Anggota DPRD setelah mendapat surat persetujuan/izin
perjalanan dinas dari Menteri Dalam Negeri.
Pasal 6
(1) ST hanya dapat diterbitkan setelah mendapat persetujuan dari pajabat
berwenang.
(2) Penerbitan SPPD setelah mendapat ST.

6

BAB III
SURAT TUGAS
Bagian Kesatu
Susunan Surat Tugas
Pasal 7
(1) Kepala ST terdiri atas :
a. Tulisan “Surat Tugas”.
b. Nomor dan Tahun.
(2) Isi ST memuat dasar dan pertimbangan penugasan, nama pejabat yang diberi
tugas, jenis tugas yang harus dilaksanakan dan waktu pelaksanaan tugas.
(3) Bagian Akhir ST terdiri atas :
a. Nama dan Tempat.
b. Tanggal, Bulan dan Tahun.
c. Nama Jabatan.
d. Tanda tangan pejabat yang memberi tugas.
e. Nama jelas pejabat.
f. Pangkat dan NIP bagi PNS.
g. Stempel jabatan/instansi.
h. Tembusan.
(4) Bentuk/Model naskah dinas ST, sebagaimana tersebut pada lampiran I A, B,
dan C Peraturan Bupati ini.
Bagian Kedua
Penandatanganan Surat Tugas
Pasal 8
(1) Pejabat Negara di lingkungan Pemerintah Daerah, ST ditandatangani oleh
Bupati atau Wakil Bupati.
(2) Pejabat Eselon IIa di lingkungan Pemerintah Daerah, ST ditandatangani oleh
Bupati atau Wakil Bupati, dalam hal Bupati dan Wakil Bupati berhalangan,
ST ditandatangani oleh Sekretaris Daerah atas nama Bupati.
(3) Ketua,Wakil Ketua dan Anggota DPRD, ST ditandatangani oleh Ketua
DPRD, dalam hal Ketua DPRD berhalangan, ST ditandatangani oleh Wakil
Ketua atas nama Ketua DPRD.
(4) Pejabat eselon IIb, IIIa pada Sekretariat Daerah, IIIa pada Kantor, IIIa pada
Kecamatan dan eselon IVa pada Kelurahan, ST ditandatangani oleh
Sekretaris Daerah.
(5) Apabila Sekretaris Daerah berhalangan, ST sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) ditandatangani oleh Asisten Sekretaris Daerah sesuai dengan
lingkup bidang koordinasinya atas nama Sekretaris Daerah.

7

(6) Apabila Asisten Sekretaris Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
berhalangan, maka ST ditandatangani oleh Asisten Sekretaris Daerah
lainnya atas nama Sekretaris Daerah.
(7) Pejabat eselon IIIa pada Sekretriat Daerah, apabila Asisten Sekretaris
Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (6) berhalangan, maka ST
ditandatangani oleh Kepala Bagian berdasarkan Daftar Urutan Kepangkatan
(DUK) tertinggi atas nama Sekretaris Daerah.
(8) Pejabat eselon IVa dan pegawai negeri sipil pada Sekretariat Daerah, ST
ditandatangani oleh Kepala Bagian atas nama Sekretaris Daerah.
(9) Apabila Kepala Bagian sebagaimana dimaksud pada ayat (8) berhalangan,
maka Surat Tugas ditandatangani oleh Asisten sesuai lingkup koordinasinya.
(10) Apabila Asisten sebagaimana dimaksud pada ayat (9) berhalangan, maka ST
ditandatangani oleh Sekretaris Daerah.
(11) Pejabat eselon IIIa pada Kecamatan dan IVa pada Kelurahan, apabila
perjalanan dinas dilaksanakan dalam lingkup koordinasi wilayah Kabupaten
Bulungan, ST ditandatangani oleh Camat atas nama Sekretaris Daerah.
(12) Bagi pejabat eselon IIIa, IIIb, IVa, IVb, dan Pegawai Negeri Sipil pada
Badan, Dinas dan Kantor, ST ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja
Perangkat Daerah.
(13) Apabila Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (12) berhalangan, maka ST ditandatangani oleh Kepala Bagian
Umum pada Sekretariat DPRD, Sekretaris pada Badan dan Dinas, Kepala
Sub Bagian Tata Usaha pada Kantor, Sekretaris Camat pada Kecamatan,
Sekretaris Lurah pada Kelurahan atas nama Kepala Satuan Kerja Perangkat
Daerah yang bersangkutan.
(14) Apabila Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah dan Sekretaris pada Badan
dan Dinas berhalangan, sebagaimana dimaksud pada ayat (13) dan ayat (14)
maka ST ditandatangani oleh kepala Bidang berdasarkan Daftar Urutan
Kepangkatan (DUK) tertinggi atas nama Kepala Satuan Kerja Perangkat
Daerah.
(15) Kepala Desa Teladan, Kelompok Tani Teladan dan Murid Teladan yang
melaksanakan perjalanan dinas di luar lingkup Kabupaten, maka ST
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait.
(16) Apabila Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait sebagaimana
dimaksud pada ayat (15) berhalangan, maka ST ditandatangani oleh
Sekretaris pada Badan dan Dinas, Kepala Sub Bagian Tata Usaha pada
Kantor atas nama Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah.
Bagian Ketiga
Jumlah Hari Surat Tugas
Pasal 9
Jumlah hari dalam ST, diberikan sesuai jumlah hari/waktu pelaksanaan tugas dan
dapat ditambah 1 (satu) hari sebelum dan sesudah waktu pelaksanaan tugas
dimaksud.

8

BAB IV
SURAT PERINTAH PERJALANAN DINAS
Bagian Kesatu
Susunan Surat Perintah Perjalanan Dinas
Pasal 10
(1) Kepala SPPD terdiri atas :
a. Tulisan “Nomor” disebelah kanan atas.
b. Tulisan “Lembar ke ….” diketik dibawah kata “Nomor”.
c. Tulisan “Surat Perintah Perjalanan Dinas” ditempatkan ditengah lembar isi
naskah dinas.
d. Tulisan “SPPD” diketik secara simetris dibawah kata “Surat Perintah
Perjalanan Dinas”.
(2) Isi SPPD terdiri atas :
a. Nama jabatan yang memberikan perintah.
b. Nama dan NIP pejabat/pegawai yang diberi perintah.
c. Jabatan/pangkat dan golongan pegawai yang diberi perintah.
d. Nama tempat dari dan kemana perjalanan dinas dilakukan.
e. Lamanya perjalanan dinas.
f. Maksud perjalanan dinas dilakukan.
g. Perhitungan biaya perjalanan dinas.
h. Keterangan mengetahui kedatangan dan kepergian yang diberi perintah
perjalanan dinas dari pejabat yang didatangi.
(3) Bagian akhir SPPD terdiri atas :
a. Nama. Tempat, Tanggal, Bulan dan Tahun.
b. Nama jabatan pemberi perintah.
c. Tanda tangan pejabat serta nama jelas pejabat pemberi perintah.
d. Stempel jabatan/instansi.
(4) Bentuk/Model naskah dinas SPPD, sebagaimana tersebut pada lampiran II A.
B, C, D, E, F, G dan H Peraturan Bupati ini.
Bagian Kedua
Penandatangan Surat Perintah Perjalanan Dinas
Pasal 11
(1) Penandatanganan SPPD bagi Pejabat Negara, SPPD ditandatangani oleh
Bupati atau Wakil Bupati.
(2) Penandatanganan SPPD bagi Pejabat Eselon IIa, SPPD ditandatangani oleh
Bupati atau Wakil Bupati, dalam hal Bupati dan Wakil Bupati berhalangan,
SPPD ditandatangani oleh Sekretaris Daerah atas nama Bupati.
(3) Penandatanganan SPPD bagi Ketua, Wakil Ketua dan Anggota DPRD, SPPD
ditandatangani oleh Sekretaris Dewan, dalam hal Sekretaris Dewan
berhalangan, SPPD ditandatangani oleh Kepala Bagian Umum atas nama
Sekretaris Dewan.

9

(4) Penandatanganan SPPD bagi Pejabat eselon IIb, IIIa pada Sekretariat
Daerah, eselon IIIa pada Kantor dan Kecamatan serta eselon IVa pada
Kelurahan, SPPD ditandatangani oleh Sekretaris Daerah.
(5) Apabila Sekretaris Daerah berhalangan, SPPD ditandatangani oleh Asisten
Sekretaris Daerah sesuai dengan lingkup bidang koordinasinya atas nama
Sekretaris Daerah.
(6) Apabila Asisten Sekretaris Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
berhalangan, maka SPPD ditandatangani oleh Asisten Sekretaris Daerah
lainnya atas nama Sekretaris Daerah.
(7) Pejabat eselon IIIa pada Sekretariat Daerah, apabila Asisten Sekretaris
Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (6) berhalangan, maka SPPD
ditandatangani oleh Kepala Bagian berdasarkan Daftar Urutan Kepangkatan
(DUK) tertinggi atas nama Sekretaris Daerah.
(8) Pejabat eselon IVa dan pegawai negeri sipil pada Sekretariat Daerah, SPPD
ditandatangani oleh Kepala Bagian atas nama Sekretaris Daerah.
(9) Apabila Kepala Bagian sebagaimana dimaksud pada ayat (8) berhalangan,
maka SPPD ditandatangani oleh Asisten sesuai lingkup koordinasinya.
(10) Apabila Asisten sebagaimana dimaksud pada ayat (9) berhalangan, maka
SPPD ditandatangani oleh Sekretaris Daerah.
(11) Bagi pejabat eselon IIIa pada Kecamatan dan IVa pada Kelurahan, apabila
perjalanan dinas dilaksanakan dalam lingkup koordinasi wilayah Kabupaten
Bulungan, SPPD ditandatangani oleh Camat atas nama Sekretaris Daerah.
(12) Penandatanganan SPPD bagi Pejabat eselon IIIa, IIIb, IVa, IVb, Pegawai
Negeri Sipil pada Badan, Dinas dan Kantor, SPPD ditandatangani oleh Kepala
Satuan Kerja Perangkat Daerah.
(13) Apabila Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (12) berhalangan, maka SPPD ditandatangani oleh Kepala Bagian Umum
pada Sekretariat DPRD, Sekretaris pada Badan dan Dinas, Kepala Sub Bagian
Tata Usaha pada Kantor, Sekretaris Camat pada Kecamatan, Sekretaris Lurah
pada Kelurahan atas nama Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang
bersangkutan.
(14) Apabila Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah dan Sekretaris pada Badan
dan Dinas berhalangan, sebagaimana dimaksud pada ayat (12) dan ayat (13)
maka SPPD ditandatangani oleh Kepala Bidang berdasarkan Daftar Urutan
Kepangkatan (DUK) tertinggi atas nama Kepala Satuan Kerja Perangkat
Daerah.
(15) Kepala Desa Teladan, Kelompok Tani Teladan dan Murid Teladan yang
melaksanakan perjalanan dinas di luar lingkup Kabupaten, maka SPPD
ditanda tangani oleh Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait
(16) Apabila Kepala Satuan Perangkat Daerah terkait sebagaimana dimaksud
pada ayat (15) berhalangan, maka SPPD ditandatangani oleh Sekretaris pada
Badan dan Dinas, Kepala Sub Bagian Tata Usaha pada kantor atas nama
Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah.

10

BAB V
LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS
Bagian Kesatu
Susunan Laporan Pelaksanaan Tugas
Pasal 12
(1) Kepala LPT terdiri atas tulisan “LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS”.
(2) Isi LPT dirumuskan dalam bentuk uraian dengan sistematika, terdiri atas :
a. Tujuan (instansi/kota yang dituju);
b. Nomor, tanggal Surat Tugas;
c. Maksud Perjalanan Dinas;
d. Lamanya Perjalanan Dinas;
e. Nama pejabat/pegawai yang diberi perintah;
f. Tanggal berangkat;
g. Tanggal kembali;
h. Kendaraan yang dipergunakan;
i. Hal-hal yang perlu dilaporkan oleh Pejabat/Pegawai yang diberi perintah
melaksanakan perjalanan dinas;
j. Kesimpulan;
k. Saran yang diberikan oleh Pejabat/pegawai yang diberi perintah
melaksanakan perjalanan dinas kepada Pemerintah Kabupaten Bulungan.
(3) Bagian akhir LPT terdiri atas :
a. Nama tempat, Tanggal, Bulan dan Tahun;
b. Nama pejabat/pegawai yang memberikan laporan;
c. Tanda tangan pejabat/pegawai serta nama jelas.
(4) Bentuk/Model Naskah Dinas LPT, sebagaimana tersebut pada lampiran III
PeraturanBupati ini.
Bagian Kedua
Penandatangan Laporan Pelaksanaan Tugas
Pasal 13
LPT ditandatangani oleh Pejabat/Pegawai Negeri Sipil yang diberi perintah oleh
pejabat yang berwenang untuk melaksanakan perjalanan dinas.
BAB VI
BIAYA PERJALANAN DINAS
Pasal 14
(1) Perjalanan dinas dalam kota tujuan, diberikan uang harian terdiri dari : biaya
penginapan dan makan, uang saku dan biaya angkutan setempat.

11

(2) Perjalanan dinas pindah sebagaiamana dimaksud dalam pasal 4 ayat (2)
diberikan biaya Transportasi, biaya angkutan barang dan uang harian beserta
keluarga yang sah maksimal 4 orang.
(3) Biaya transportasi darat, sungai dan laut dibayarkan secara paket sesuai
dengan standarisasi perjalanan dinas yang berlaku.
(4) Biaya transportasi dari dan ke pelabuhan udara untuk perjalanan dinas luar
daerah dibayarkan sesuai dengan standarisasi perjalanan dinas yang berlaku.
(5) Biaya transportasi pesawat udara dibayarkan secara riel (at cost) dengan
batas tertinggi sesuai standarisasi perjalanan dinas.
(6) Perjalanan dinas dalam rangka mengikuti pendidikan dan pelatihan teknis yang
mewajibkan biaya kontribusi kepada pihak penyelenggara diberikan uang
harian maksimal 3 (tiga) hari.
(7) Perjalanan dinas dalam rangka mengikuti pendidikan dan pelatihan teknis yang
tidak mewajibkan setoran/biaya kontribusi kepada pihak penyelenggara
diberikan Uang Harian sesuai dengan jumlah hari/waktu pelaksanaan tugas,
dan dapat ditambah 1 (satu) hari sebelum dan sesudah waktu pelaksanaan
perjalanan dinas.
(8) Perjalanan dinas yang kegiatannya bersifat koordinasi dan konsultasi diberikan
uang harian maksimal 3 (tiga) hari. Terkecuali luar wilayah provinsi yang
kegiatannya dilakukan pada 2 (dua) atau lebih Instansi yang sifatnya penting
dan sangat mendesak, diberikan uang harian maksimal 5 (lima) hari.
(9) Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, Calon pegawai Negeri Sipil, Anggota
DPRD dan Personil Non PNSD yang ditugaskan menjadi Instruktur/nara
sumber dan atau tugas lainnya, apabila biaya ditanggung oleh penyelenggara,
maka tidak diberikan biaya perjalanan dinas.
Pasal 15
(1) Perjalanan dinas dalam rangka pemeriksaan oleh Auditor atau Inspektorat
Kabupaten, diberikan uang harian maksimal 10 (sepuluh) hari.
(2) Apa bila pelaksanan perjalanan dinas membutuhkan batas waktu maksimal
yang diberikan sebagaimana dimaksud ayat (1), dapat ditambah uang harian 5
(lima) hari.
(3) Penambahan diberikan setelah Pemeriksa/Auditor kembali dari melaksanakan
perjalanan dinas, dengan mengajukan permohonan penambahan jumlah hari
dari batas waktu maksimal, kepada pejabat berwenang dengan melampirkan
Surat Keterangan yang menyatakan pelaksanaan pemeriksaan benar-benar
belum selesai oleh kepala satuan kerja obyek pemeriksaan.
(4) Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah atau obyek yang diperiksa, hanya
boleh memberikan surat keterangan sebagaimana dimaksud pada.ayat (3),
apabila pemeriksaan telah melampaui batas maksimal SPPD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).

12

Pasal 16
(1) Perjalanan dinas yang dilaksanakan selain sebagaimana dimaksud dalam
pasal 14 dan pasal 15, diberikan uang harian maksimal 5 (lima) hari.
(2) Batas waktu maksimal yang diberikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dapat ditambah apabila pelaksanaan perjalanan dinas membutuhkan waktu
lebih dari batas waktu maksimal hari perjalanan dinas.
(3) Penambahan jumlah uang harian dari batas waktu maksimal sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), diberikan setelah Pejabat Negara, Pegawai Negeri
Sipil, Calon Pegawai Negeri Sipil, Anggota DPRD dan Personil Non PNSD
kembali dari melaksanakan perjalanan dinas, dengan mengajukan
permohonan penambahan jumlah hari dari batas waktu maksimal kepada
pejabat berwenang dengan melampirkan :
a. Surat Keterangan yang menyatakan bahwa pelaksanaan perjalanan dinas
benar membutuhkan waktu lebih dari jumlah batas waktu maksimal oleh
pihak penyelenggara atau.
b. Undangan, telegram, melaksanakan perintah atasan atau surat yang dikirim
oleh pihak penyelenggara/ pelaksana dengan mencantumkan jumlah hari
lebih batas waktu maksimal.
Pasal 17
Perjalanan dinas yang dilaksanakan oleh Pejabat Negara, Pegawai Negeri sipil,
Anggota DPRD dan Personil Non PNSD dari luar wilayah Kabupaten Bulungan
dalam rangka memenuhi undangan dan atau permintaan dalam melaksanakan
tugas di Kabupaten Bulungan yang dibebankan pada APBD Kabupaten Bulungan,
dapat diberikan uang harian sesuai dengan jumlah hari/waktu pelaksanaan tugas
ditambah 1 (satu) hari sebelum dan sesudah waktu pelaksanaan perjalanan dinas.
Pasal 18
Perjalanan dinas yang dilaksanakan dalam rangka Pendidikan dan Pelatihan
(DIKLAT), penjenjangan struktural dan fungsional diatur tersendiri.
BAB VII
PERJALANAN DINAS LUAR NEGERI
Pasal 19
Perjalanan Dinas Luar Negeri bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil dan
Anggota DPRD Kabupaten Bulungan dilaksanakan setelah mendapat
persetujuan/Izin perjalanan dinas dari Menteri Dalam Negeri atau Sekretaris
Jendral Kementrian Dalam Negeri.

13

Pasal 20
Kegiatan Perjalanan Dinas Luar Negeri dilakukan dalam rangka antara lain;
a. Kerjasama pemerintah daerah dengan pihak luar negeri;
b. Pendidikan dan Pelatihan;
c.

Studi banding;

d. Seminar/lokakarya/konfrensi atau sejenisnya;
e. Promosi potensi daerah;
f.

Kunjungan persahabatan/kebudayaan;

g. Pertemuan Internasional; dan/atau
h. Penandatanganan Perjanjian Internasional;
Pasal 21
Tata cara administrasi perjalanan dinas luar negeri sebagai berikut :
(a) Bupati mengajukan surat permohonan bagi Pejabat Negara, pegawai Negeri
Sipil dan Anggota DPRD kepada Sekretaris Jendral melalui Gubernur
Kalimantan Timur;
(b) Surat pemohonan sebagaimana dimaksud pada huruf (a) memuat :
1. Nama dan Jabatan;
2. NIP bagi PNS;
3. Tujuan kegiatan perjalanan dinas luar negeri;
4. Manfaat;
5. Kota/ Negara yang dituju;
6. Waktu pelaksanaan; dan
7. Sumber pembiayaan.
Pasal 22
Surat permohonan untuk kegiatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21
dilengkapi dengan dokumen pendukung sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2011.
Pasal 23
(1) Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 diterima oleh
Sekretaris Jendral selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sebelum
keberangkatan kecuali untuk hal-hal yang sangat mendesak, untuk mendapat
rekomendasi perjalanan dinas ke luar negeri.
(2) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai
pertimbangan untuk memperoleh izin pemerintah.
14

Pasal 24
(1) Perjalanan dinas luar negeri yang dilakukan secara rombongan paling banyak
5 (lima) orang termasuk pimpinan rombongan atau sesuai dengan yang
dikeluarkan oleh Sekretaris Jendral dan sesuai dengan dokumen pendukung.
(2) Perjalanan dinas luar negeri secara rombongan dapat dilakukan lebih dari 5
(lima) orang dalam hal:
a. Pendidikan dan pelatihan;
b. Perundingan dalam rangka kerjasama dengan pihak luar negeri; dan
c. Delegasi kesenian dalam rangka promosi potensi daerah;
Pasal 25
Jangka waktu pelaksanaan perjalanan dinas paling lama 7 (tujuh) hari, kecuali
untuk hal-hal yang penting dan tidak memungkinkan untuk ditinggalkan.
Pasal 26
Pembayaran perjalanan dinas luar negeri bersumber dari:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; dan
c. Sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat.
Pasal 27
(1) Perjalanan dinas tidak dapat dibiayai oleh pihak swasta kecuali ditetapkan
dalam dokumen pendukung.
(2) Biaya perjalanan dinas disesuaikan dengan standarisasi yang berlaku.
Pasal 28
Tata cara pelaksanaan perjalanan dinas luar negeri sebagai berikut :
a. ST dan SPPD diproses melalui Bagian Umum setelah ada persetujuan
penugasan keluar dari Menteri Dalam Negeri atau Sekretaris Jendral.
b.

ST dan SPPD Bupati/Wakil Bupati ditandatangani oleh Bupati. apabila Bupati
berhalangan ST dan SPPD ditandatangani oleh Wakil Bupati.

c.

ST Ketua, Wakil Ketua dan Anggota DPRD ditandatangani oleh Ketua,
apabila berhalangan ditandatangani oleh Wakil Ketua atas nama ketua.

d. SPPD Ketua, Wakil Ketua dan Anggota DPRD ditandatangani oleh Sekretaris
Dewan, apabila behalangan SPPD ditandangani oleh Kepala Bagian Umum.
e. ST dan SPPD Pegawai Negeri Sipil ditandatangani oleh Bupati/Wakil Bupati,
dalam hal Bupati/Wakil Bupati berhalangan, ST dan SPPD ditandatangani
oleh Sekretaris Daerah atas nama Bupati.

15

Pasal 29
Pejabat Negara Pegawai Negeri Sipil dan Anggota DPRD yang melakukan
perjalanan dinas luar negeri diwajibkan menyampaikan laporan secara tertulis
selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja kepada Menteri Dalam Negeri dan
kepada pejabat yang memberi perintah perjalanan dinas, sejak kedatangan di
Indonesia (ditempat kedudukan).
BAB VIII
PERTANGGUNGJAWABAN PERJALANAN DINAS
Pasal 30
(1) Pertanggungjawaban hasil perjalanan dinas dengan menggunakan pesawat
udara, harus menyampaikan bukti berupa visum SPPD, tiket, boarding pass
dan LPT.
(2) Dalam hal perjalanan dinas dengan menggunakan kapal laut/sungai dan
kendaraan darat
dalam wilayah Provinsi Kalimantan Timur, harus
menyampaikan bukti berupa visum SPPD, tiket keberangkatan, dan atau
tanda bukti carter dan LPT.
(3) Pertanggungjawaban hasil perjalanan dinas Pejabat Negara, Pegawai negeri
Sipil, Personil Non PNSD dari luar wilayah Kabupaten Bulungan dengan
menggunakan pesawat udara, harus menyampaikan bukti berupa ST dan
SPPD yang ditandatangani pejabat yang berwenang, tiket dan boarding pass.
(4) Penyampaian pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ayat (2) dan ayat (3), disampaikan kepada pejabat yang berwenang yang
mengeluarkan ST, selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari dari tanggal akhir surat
tugas.
(5) LPT disampaikan kepada pejabat yang menandatangani ST dan SPPD,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dengan tembusan kepada atasan
langsung selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sesudah kembali melakukan
perjalanan dinas.
(6) Bagi yang melaksanakan perjalanan dinas wajib menyampaikan SPPD
kepada bendahara pengeluaran/bendahara pengeluaran pembantu selambatlambatnya 7 (tujuh) hari setelah tanggal tiba kembali ketempat kedudukan
dengan melampirkan tiket, boarding pass dan bukti lainnya yang sah serta
LPT.
(7) Bagi yang melaksanakan Perjalanan dinas melanggar kewajiban
sebagaimana dimaksud pada ayat (6), maka dikenakan sanksi untuk
perjalanan dinas selanjutnya tidak dapat diproses.

16

BAB IX
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 31
Perjalanan dinas yang dilakukan tidak sesuai dengan Peraturan Bupati ini, maka
yang bersangkutan dikenakan sanksi berupa pengembalian pengeluaran
keuangan daerah.
BAB X
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 32
(1) Bagi Pejabat Negara dan Pegawai Negeri Sipil yang berobat ke daerah lain,
dapat diberikan bantuan perjalanan dinas bersifat lumpsum, setara dengan
batas waktu maksimal hari perjalanan dinas.
(2) Pejabat yang ditunjuk oleh pejabat yang berwenang, dapat memberikan ST
dan SPPD yang bersifat bantuan kepada unit dekonsentrasi di lingkungan
Pemerintah Daerah, yang besarnya setara dengan waktu maksimal hari
perjalanan dinas.
(3) Pemberian bantuan perjalanan dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
dapat diberikan sesuai ketentuan yang berlaku sepanjang anggaran tersedia.
Pasal 33
Bagi pejabat yang diangkat dan/atau ditunjuk sebagai Pejabat Pelaksana
Tugas berdasarkan Keputusan Bupati, perjalanan dinasnya diberikan sesuai
dengan jabatan dalam penunjukan sebagai Pejabat Pelaksana Tugas
dimaksud.
BAB XI
PENUTUP
Pasal 34
Dengan ditetapkannya Peraturan Bupati ini, maka Peraturan Bupati Bulungan
Nomor 22 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Perjalanan Dinas Pejabat
Negara, Pegawai Negeri Sipil dan Personil Non PNSD di Lingkungan Pemerintah
Kabupaten Bulungan (Berita Daerah Kabupaten Bulungan Tahun 2010 Nomor 33)
dinyatakan dicabut dan tidak berlaku.

17

Pasal 35
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tangal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Bulungan.
Ditetapkan di Tanjung Selor
pada tanggal 22 Desember 2011
BUPATI BULUNGAN,

BUDIMAN ARIFIN
Diundangkan di Tanjung Selor
pada tanggal 22 Desember 2011
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BULUNGAN,

SUDJATI
BERITA DAERAH KABUPATEN BULUNGAN TAHUN 2011 NOMOR 24

18

Lampiran I :
Peraturan Bupati Bulungan
Nomor 24 Tahun 2011
Tentang Pedoman Pelaksanaan
Perjalanan Dinas
------------------------------------------A. Contoh ST yang ditandatangani oleh Bupati

BUPATI BULUNGAN
SURAT TUGAS
NOMOR………… TAHUN ………….
Dasar

: Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
MENUGASKAN:

Kepada

: 1. Nama
Pangkat/gol
NIP
Jabatan

:
:
:
:

2. Nama
Pangkat/gol
NIP
Jabatan

:
:
:
:

Maksud Perjalanan Dinas : Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Lamanya Perjalanan
Dinas
a. Berangkat Tanggal
b. Kembali Tanggal

: Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
: Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
: Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Dikeluarkan di …………………………
Pada tanggal …………………………
BUPATI BULUNGAN,
NAMA JELAS

Tembusan :
1. Mmmmmmmmmmm
2. dst.
Jalan Jelarai Tanjung Selor Hilir kode pos 77212 Kalimantan Timur
Telp. (0552) 23316-23334 Fax (0552) 21009
19

B. Contoh ST yang ditandatangani oleh Sekretaris Daerah

PEMERINTAH KABUPATEN BULUNGAN
SEKRETARIAT DAERAH
Jl. Jelarai Telp. ( 0552 ) 21008 – 23316 Fax. (0552) 21009
TANJUNG SELOR
SURAT TUGAS
NOMOR………… TAHUN ………….
Dasar

: Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
mmmmmmmmmmmmmmmm
MENUGASKAN:

Kepada

: 1. Nama
Pangkat/gol
NIP
Jabatan

:
:
:
:

2. Nama
Pangkat/gol
NIP
Jabatan

:
:
:
:

Maksud Perjalanan Dinas : Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Lamanya Perjalanan
Dinas
a. Berangkat Tanggal
b. Kembali Tanggal

: Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
: Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
: Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Dikeluarkan di ………………………
Pada tanggal …………………………
SEKRETARIS DAERAH,
Nama
Pangkat
NIP.

Tembusan :
1. Mmmmmmmmmmm
2. dst.

20

C. Contoh ST yang ditandatangani oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah
PEMERINTAH KABUPATEN BULUNGAN
DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Jl. Jelarai Telp. ( 0552 ) 21008 – 23316 Fax. (0552) 21009
TANJUNG SELOR
SURAT TUGAS
NOMOR………… TAHUN ……………
Dasar

: Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
mmmmmmmmmmmmmmmm
MENUGASKAN:

Kepada

: 1. Nama
Pangkat/gol
NIP
Jabatan

:
:
:
:

2. Nama
Pangkat/gol
NIP
Jabatan

:
:
:
:

Maksud Perjalanan Dinas : Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Lamanya Perjalanan
Dinas
a. Berangkat Tanggal
b. Kembali Tanggal

: Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
: Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
: Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Dikeluarkan di ………………………
Pada tanggal …………………………
KEPALA DINAS,
Nama
Pangkat
NIP.

Tembusan :
1. Mmmmmmmmmmm
2. dst.
BUPATI BULUNGAN,

BUDIMAN ARIFIN

21

22