Prospeksi Endapan Emas Di Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara

Buku 2 : Bidang Mineral

PROSPEKSI ENDAPAN EMAS DI KABUPATEN BOMBANA
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
Kisman, Ernowo dan Endang Suwargi
Kelompok Program Penelitian Mineral

SARI
Pendulangan emas alluvial oleh masyarakat di daerah Kecamatan Rarowatu dan Kecamatan
Rarowatu Utara Kabupaten Bombana selain memberikan pendapatan bagi masyarakat, juga
menimbulkan berbagai masalah sosial, administrasi, teknis dan lingkungan setempat, sehingga
perlu dilakukan pengawasan dan penertiban dalam kegiatan pengelolaan penambangannya.
Kegiatan prospeksi ini dilakukan untuk mengetahui penyebaran dan sumberdaya endapan
emas di daerah tersebut dengan tujuan untuk memberikan masukan teknis kepada pemerintah
kabupaten setempat.

Kegiatan ini dilakukan dengan metode pemetaan geologi, pemetaan endapan alluvial,
pemercontoan geokimia dan konsentrat mineral berat dan analisis laboratorium terhadap 20
conto sedimen sungai aktif, 73 conto konsentrat dulang dan 20 conto batuan.

Analisis kimia batuan menunjukkan kisaran nilai Cu = 5 – 72 ppm, Pb = 18 – 4160 ppm, Zn =

56 – 177 ppm, Ag = 0,5 – 5 ppm dan Au = 18 – 172 ppb dan dari conto endapan sungai aktif
memiliki nilai kisaran Cu = 2 – 30 ppm, Pb = 9 – 54 ppm, Zn = 5– 95 ppm, Ag = 0,5 – 1 ppm
dan Au = 3 – 30 ppb. Analisis mineralogi butir dari konsentrat dulang menunjukkan nilai yang
sangat variatif sekali antara 0,0026 g/m3 sampai 22,12 g/m3, butiran emas dari konsentrat
dulang semua ditemukan di bagian utara dari perbukitan Tangkeno, Wumbubangka.

Dua tipe cebakan emas ditemukan yaitu cebakan emas primer pada satuan batuan sekis yang
kemudian mengalami oksidasi yang mengakibatkan pengayaan dan endapan letakan pada
satuan alluvium. Endapan emas sekunder pada satuan alluvium ini memiliki sumberdaya
hipotetik sebesar 15,4 ton.

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

303

Buku 2 : Bidang Mineral

PENDAHULUAN

METODOLOGI


Pada pertengahan tahun 2008 di daerah

Rangkaian

Bombana terjadi “booming” pendulangan

dilaksanakan dengan metode pemetaan

emas oleh rakyat yang diawali dengan

geologi untuk mengamati jenis batuan,

penemuan butiran emas oleh masyarakat di

perubahan satuan batuan dan sebarannya,

daerah Sungai Tahi Ite dan sekitarnya.

struktur geologi dan indikasi mineralisasi;


Pada

pemetaan

perkembangannya

pendulangan

tidak

kegiatan

hanya

melibatkan

kegiatan

prospeksi


endapan

alluvial

ini

untuk

memperkirakan batas-batas vertikal dan

masyarakat setempat namun melibatkan

lateral,

dengan

pendulang-pendulang dari luar Kabupaten

terukur


dari

Bombana bahkan dari luar Pulau Sulawesi.

geokimia dan konsentrat mineral berat,
dilakukan

Merebaknya

jumlah

berlangsung

sangat

sumur

uji;


dengan

penampang
Pemercontoan

mengambil

conto

yang

endapan sungai aktif dengan saringan

akhirnya

fraksi –80 mesh di sungai orde 1, orde 2

menimbulkan permasalahan sosial yang

dan atau orde 3 dan batuan termineralisasi.


berkaitan dengan hak kepemilikan lahan

Pengambilan

dan

permasalahan

berat pada endapan alluvial yang terbuka

lingkungan berupa kerusakan lahan dan

dengan cara channel sampling juga pada

jalan serta permasalahan administrasi di

sumur-sumur uji dengan volume sekitar 10

dalam penerbitan perijinan dan pengelolaan


liter; Analisis laboratorium berupa analisis

pendapatan asli daerah.

petrografi,

penggunaan

pendulang

membuat

pesat

jalan,

conto

konsentrat


analisis

mineragrafi,

mineral

analisis

mineralogi butir, analisis geokimia terhadap
Kegiatan

prospeksi

endapan

emas

di


unsur Au, Ag, Cu, Pb, dan Zn.

Bombana dimaksudkan untuk mengetahui
penyebaran

dan

sumberdaya

cebakan

GEOLOGI DAERAH PENYELIDIKAN

emas di daerah tersebut dengan tujuan
untuk memberikan masukan teknis kepada

Morfologi daerah penyelidikan dapat dibagi

pemerintah daerah di dalam penerbitan dan


dalam tiga kategori yaitu perbukitan terjal,

penertiban

perbukitan

perijinan

serta

pengelolaan

bergelombang

rendah

dan

penambangannya.

daerah

Lokasi penyelidikan meliputi Kecamatan

menempati

Poleang Utara, Kecamatan Rarowatu dan

penyelidikan,

Kecamatan Rarowatu Utara, Kabupaten

rendah menempati daerah bagian sisi

Bombana

barat, baratlaut hingga agak ke tengah

(Gambar 1).

Provinsi

Sulawesi

Tenggara

relatif

datar.
bagian

Perbukitan
selatan

perbukitan

terjal,
daerah

bergelombang

pada daerah penyelidikan. Daerah yang
relatif

datar

timurlaut

menempati

daerah

bagian

penyelidikan.

utara
Ketiga

kategori morfologi tersebut di atas hampir
seluruhnya ditumbuhi oleh padang rumput

304

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

Buku 2 : Bidang Mineral

dan alang-alang, hanya daerah di bagian

kuarsa, sekis, rijang, batupasir berumur

selatan ditumbuhi jenis pohon kayu yang

Kuarter sebagai hasil dari endapan oleh

ditempati satuan batuan metamorf (Foto 1).

aliran alur-alur sungai.

Pola

berkembang

Struktur geologi utama yang berkembang di

adalah pola denditrik di bagian utara yang

daerah penyelidikan berupa sesar normal

mencirikan bahwa secara umum batuan

yang

yang menempati daerah tersebut relatif

dengan bagian utara merupakan hanging

homogen. Di bagian selatan berkembang

wall yang memisahkan satuan morfologi

pola aliran sungai paralel dan sub trelis

perbukitan

yang menunjukkan kontrol struktur berupa

Wumbubangka dengan perbukitan rendah

sesar dan kekar cukup kuat dengan batuan

dan pedataran disebelah utara.

aliran

sungai

yang

memiliki

arah

di

umum

barat-timur

bukit

Tangkeno

yang relatif keras.
ANALISIS DAN HASIL
Stratigrafi daerah penyelidikan tersusun
oleh satuan batuan dari yang berumur tua

Sebanyak 20 conto sedimen sungai aktif,

ke

batupasir

73 conto konsentrat dulang dan 20 conto

konglomeratan, batugamping, dan alluvium

batuan diambil untuk dilakukan analisis

(Gambar 2). Sekis terdiri dari sekis mika,

laboratorium

sekis klorit dan sekis amfibolit dengan

mineralogi butir, petrografi dan mineragrafi

struktur foliasi. Di dalam satuan batuan

(Gambar 4).

muda

metamorf

berupa

ini

sekis,

terdapat

baik

geokimia

unsur,

bongkahan-

bongkahan batuan tersilisifikasi dengan

Dari

kuarsa berstruktur cockade, vuggy mengisi

teramati

foliasi dan rekahan-rekahan batuan sekis

berukuran sangat halus sampai kasar

(Foto 2).

dengan bentuk pipih sampai membulat

pengambilan
adanya

tanggung.

konsentrat
butiran

Butiran-butiran

dulang

emas

yang

emas

ini

Satuan Batupasir - Konglomeratan tersusun

ditemukan pada conto yang diambil dari

oleh perselingan dan perulangan endapan-

batuan sekis yang teroksidasi dan pada

endapan batuan konglomerat, batupasir

satuan alluvium baik pada material lepas

konglomeratan, batupasir dan batulempung

konglomerat, lempung dan tanah penutup.

(Gambar

3).

Satuan

batugamping

tersingkap di bagian selatan dari lokasi

Hasil analisis kimia batuan dan conto

mata

endapan sungai aktif, terlihat bahwa dari

air

panas,

berupa

bongkahan-

bongkahan yang tertanam dalam tanah

singkapan

dengan membentuk morfologi permukaan

kandungan unsur adalah: Cu = 5 – 72 ppm,

datar pada bukit rendah. Endapan Alluvial

Pb = 18 – 4160 ppm, Zn = 56 – 177 ppm,

berupa material lepas terdiri dari lumpur,

Ag = 0,5 – 5 ppm dan Au = 18 – 172 ppb.

lempung, pasir dengan material rombakan

Sedangkan kandungan unsur dalam conto

berukuran kerikil dan kerakal fragmen

endapan sungai aktif adalah: Cu = 2 – 30

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

mapun

apungan

batuan

305

Buku 2 : Bidang Mineral

ppm, Pb = 9 – 54 ppm, Zn = 5– 95 ppm,

Hasil

Ag = 0,5 – 1 ppm dan Au = 3 – 30 ppb

sangat variatif sekali antara 0,0026 g/m3

(Tabel 1).

sampai 22,12 g/m3. Angka yang terkecil

analisis

menunjukkan

nilai

yang

dari suatu conto bahkan tidak terdapat
Conto batuan yang memiliki kandungan

emas padahal pengambilannya dilakukan

unsur Au paling tinggi adalah B3/R dan

pada

B9/R masing-masing 159 ppb dan 172 ppb

masyarakat yang melakukan pendulangan.

yang merupakan batuan ubahan kuarsa-

Hal ini sangat mungkin terjadi karena

serisit batuan insitu bagian lereng sebelah

dilakukan pendulangan hanya 1 x 10 liter

utara Bukit Tangkeno Wumbubangka. Nilai

pada satu tempat. Oleh karena itu kisaran

tersebut

dibandingkan

angka yang diambil 0,16405 g/m3 sampai

kandungan rata-rata pada batuan ultrabasa

22,12 g/m3. Sedangkan nilai 22,12 g/m3

0,006

secara

lebih

ppm

tinggi

(Foldvari-Vogl,

1978).

Sedangkan hasil analisis conto endapan

daerah

yang

kebetulan

sama

dengan

masyarakat

banyak

menemukan lokasi yang kaya.

sungai aktif relatif sangat kecil dengan
kisaran terkecil 3 ppb Au dan terbesar 37

DISKUSI

ppb Au.
Dari hasil pengamatan, pengukuran dan
Analisis mineralogi butir seperti halnya

pencatatan data-data yang didapatkan di

pada conto endapan sungai aktif, conto

lapangan, dapat diinterpretasikan suatu

nomor B5/P sampai B19/P dimaksudkan

model

untuk menangkap kemungkinan adanya

penyelidikan berupa cebakan emas primer

emas

dan

pada

satuan

batuan

metamorf,

keterdapatan

endapan

emas

di

emas

lokasi

sekunder.

meskipun di daerah tersebut tidak ada

Kemungkinan terbentuknya cebakan emas

masyarakat yang melakukan pendulangan.

primer :

Conto konsentrat dulang yang mengandung
butiran

emas

daerah

lereng

seluruhnya
utara

berasal

Bukit

dari

Tangkeno

1. Mineralisasi terjadi pada batuan sekis
yang dikontrol

oleh struktur sesar

Wumbubangka hingga lembahnya (Foto 2

normal sebagai jalur keluarnya larutan

dan Tabel 2).

hidrothermal. Sekis dipotong urat-urat

Untuk

menghitung

berat

emas

pada

kuarsa

dan

mengalami

Mineral

sinabar

silisifikasi.

ditemukan

pada

masing-masing conto digunakan konversi

konsentrat dulang sebagai ciri khas

satuan color emas, 1VFC = 0,026 mg, 1FC

mineralisasi

= 0,060 mg, 1MC = 0,3125 mg, 1CC = 1,20

ditemukan manifestasi mata air panas.

mg dan 1VCC = 3,52 mg. (VFC: very fine

Mineral-mineral kuarsa yang mengisi

color, FC: fine color, MC: medium color,

rekahan

CC: coarse color, VCC: very coarse color.

membentuk

suhu

atau
struktur,

rendah

dan

rongga-rongga
vuggy

dan

dogteeth (Foto 4). Bentuk struktur

306

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

Buku 2 : Bidang Mineral

tersebut merupakan khas terjadi pada

potensi

mineralisasi endapan epitermal.

penyelidikan.

yang

terdapat

Angka

di

daerah

kandungan

emas

minimum dan maksimum yang diambil dari
Bagian hanging wall dari sesar normal

data itu adalah 0,0026 g/m3 dan 22,12

membentuk perbukitan rendah ini kemudian

g/m3.

mengalami

oksidasi

(Foto

5)

yang

terjadinya

proses

Digunakannya angka satu digit di belakang

Kemungkinan

proses

koma sebagai nilai terendah meskipun

hidrotermal masih aktif sampai saat ini

conto yang diambil di lokasi yang benar-

dengan ditemukannya sumber mata air

benar terdapat kandungan emas dengan

panas (Foto 6)

bukti

mengakibatkan
pengayaan.

masyarakat

rame-rame

bersama

melakukan pendulangan. Pendulangan 1 x
2. Tipe Emas aluvial hasil rombakan

10 liter material alluvium pada satu tempat,

material dari satuan batuan sekis yang

sehingga

mengalami

pengambilan conto yang hanya 10 liter ini

ubahan

konglomerat.
terdapat

dan

Endapan

sekunder

kosong

atau

mungkin

tidak

pada

terdapat

butiran

cekungan-cekungan

emasnya. Dengan keyakinan di lapangan

sepanjang

alur-alur

bahwa semua alur-alur sungai yang terpilih

sungai yang hulunya di lereng utara

sebagaimana dalam Gambar 5 terdapat

Bukit Tangkeno Wumbubangka. (Foto

endapan emas.

berupa

7).

pada

satuan

sangat

lembah

Berdasarkan

disepanjang

data

sumur

alur-alur

uji

sungai,

Guna

menghitung

sumberdaya

emas

menunjukkan paling sedikit ada dua

digunakan data volume material alluvium

lapisan

mengandung

yang mengandung butiran emas, dimana

emas. Lapisan atas secara umum

material alluvium yang ada dalam alur

kandungan

sedikit

aliran sungai (Gambar 5) meliputi jumlah

daripada lapisan di bawahnya dengan

panjang aliran sungai 119.900 m dengan

ketebalan

rata-rata lebar sungai setelah di-buper

aluvium

yang

emasnya

lebih

masing-masing

lapisan

(ambil jarak kanan-kiri sungai) lima puluh

sangat bervariasi.

meter, maka luasnya menjadi 5.995.000
Sesuai dengan tahap penyelidikan yang

m2. Jika asumsi ketebalan diambil satu

dilakukan

meter,

wilayah

cakupannya

seluas

maka

volume

material

alluvial

3

31.790 Ha, dalam membahas potensi

sebesar 5.995.000 m . Selanjutnya data

endapan bahan galian akan digunakan

kandungan dalam tiap meter kubik hasil

beberapa

untuk

analisis laboratorium untuk menentukan

mengetahui sumberdaya endapan emas di

sumber daya endapan emas sekunder

daerah penyelidikan. Dalam tulisan ini

digunakan nilai emas rata-rata hitung dari

menggunakan

jumlah conto yang mengandung butiran

asumsi

data

parameter

dari

hasil

analisis

mineral butir yang akan dijadikan sebagai

emas

sebesar

salah satu parameter dalam perkiraan

sumberdaya

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

2,636

hipotetik

gr/m3.

emas

Jadi

sekunder

307

Buku 2 : Bidang Mineral
daerah penyelidikan adalah 2,636 gr/m3 x
3

5.995.000 m = 15.802.820 gram atau 15,8

bekerja penuh tanpa gangguan diperoleh
emas sebanyak 17,041 kg.

ton.
Berdasarkan data yang disebutkan di atas
Estimasi

sekunder

dengan asumsi kondisi berjalan normal

tersebut merupakan sumber daya awal

hingga bulan Nopember 2009, maka jumlah

yang belum memperhitungkan produksi

emas

emas yang dilakukan secara tradisional.

pendulang kondisi puncak

Berdasarkan informasi secara lisan dari

21,6 kg

seseorang

Pengguna alat mekanis pompa

Bombana

sumberdaya

di

emas

Dinas

keadaan

Pertambangan

puncak

terbanyak

pendulang pada bulan Nopember 2008

yang

telah

30 kg x 9

terambil

adalah

:

=

= 270 kg

PT PLM 27,472 kg + (17 kg x 5)

sampai Pebruari 2009 kurang lebih 60.000

=112,472kg,sehingga

jumlah

orang per hari. Jika diasumsikan perolehan

keseluruhan emas yang terambil hingga

3 gram per orang per hari, maka jumlah

Nopember 2009 sebanyak 404,072 kg atau

emas yang telah diambil selama 4 bulan

0,4 ton. Jadi sumberdaya hipotetik emas

sebanyak 3 gr x 60.000 x 120 = 21.600.000

sekunder di daerah penyelidikan menjadi

gram atau 21,6 kg. Setelah bulan Pebruari

15,8 ton - 0,4 ton = 15,4 ton.

2009

jumlah

pendulang

tidak

dapat

diperkirakan lagi seiring diberlakukannya

Prospek endapan emas tipe alluvial di

penertiban oleh aparat pemda setempat

daerah

dan sebagian pendulang menggunakan alat

masyarakat melalui proses penambangan

mekanis pompa hisap dan semprot.

rakyat yang tersebar mengikuti alur sungaisungai

Penggunaan alat mekanis pompa hisap

ini

dapat

yang

dimanfaatkan

berhulu

di daerah

oleh

bukit

Tangkeno Wumbubangka.

dan semprot dilakukan pada wilayah blok
KP PT TIRAN INDONESIA sejak Maret

Sedangkan untuk endapan emas alluvium

2009 yang beroperasi sebanyak 40 unit.

pada satuan batuan sekis yang teroksidasi

Informasi yang diperoleh adalah bahwa

dapat

pendapatan emas antara 25 - 30 gram per

penambangan

unit per hari. Jika diasumsikan rata-rata

menggunakan alat-alat mekanis, dengan

pendapatan emas 25 gram/hari, maka

senantiasa mempertimbangkan kelestarian

setiap bulan emas terambil sebanyak 40

lingkungan.

dimanfaatkan

melalui

skala

proses

menengah

unit x 25 gr/hr x 30hr = 30 kg. Informasi dari
wilayah KP PT PANCA LOGAM MAKMUR

Sesuai dengan tahap penyelidikan yang

(PLM) yang melakukan penggalian untuk

dilakukan

pembuatan bendungan dan pendulangan

31.790 Ha, dalam membahas potensi

pada material endapan teroksidasi

endapan bahan galian akan digunakan

pada

wilayah

cakupannya

seluas

periode April-Juni 2009 diperoleh emas

beberapa

27,472 kg, dengan catatan pada bulan Mei

mengetahui sumberdaya endapan emas di

308

asumsi

parameter

untuk

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

Buku 2 : Bidang Mineral

daerah penyelidikan. Dalam tulisan ini

digunakan nilai emas rata-rata hitung dari

menggunakan

jumlah conto yang mengandung butiran

data

dari

hasil

analisis

gr/m3.

Jadi

mineral butir yang akan dijadikan sebagai

emas

salah satu parameter dalam perkiraan

sumberdaya

potensi

daerah

daerah penyelidikan adalah 2,636 gr/m3 x

emas

5.995.000 m3 = 15.802.820 gram atau 15,8

yang

penyelidikan.

terdapat

Angka

di

kandungan

minimum dan maksimum yang diambil dari
3

data itu adalah 0,0026 g/m

sebesar

2,636

hipotetik

emas

sekunder

ton.

dan 22,12

3

g/m .

Estimasi

sumberdaya

emas

sekunder

tersebut merupakan sumber daya awal
Digunakannya angka satu digit di belakang

yang belum memperhitungkan produksi

koma sebagai nilai terendah meskipun

emas yang dilakukan secara tradisional.

conto yang diambil di lokasi yang benar-

Berdasarkan informasi secara lisan dari

benar terdapat kandungan emas dengan

seseorang

bukti

Bombana

masyarakat

rame-rame

bersama

di

Dinas

keadaan

Pertambangan

puncak

terbanyak

melakukan pendulangan. Pendulangan 1 x

pendulang pada bulan Nopember 2008

10 liter material alluvium pada satu tempat,

sampai Pebruari 2009 kurang lebih 60.000

sehingga

pada

orang per hari. Jika diasumsikan perolehan

pengambilan conto yang hanya 10 liter ini

3 gram per orang per hari, maka jumlah

kosong

butiran

emas yang telah diambil selama 4 bulan

emasnya. Dengan keyakinan di lapangan

sebanyak 3 gr x 60.000 x 120 = 21.600.000

bahwa semua alur-alur sungai yang terpilih

gram atau 21,6 kg. Setelah bulan Pebruari

sebagaimana dalam Gambar 5 terdapat

2009

endapan emas.

diperkirakan lagi seiring diberlakukannya

sangat

atau

mungkin

tidak

terdapat

jumlah

pendulang

tidak

dapat

penertiban oleh aparat pemda setempat
Guna

menghitung

sumberdaya

emas

digunakan data volume material alluvium

dan sebagian pendulang menggunakan alat
mekanis pompa hisap dan semprot.

yang mengandung butiran emas, dimana
material alluvium yang ada dalam alur

Penggunaan alat mekanis pompa hisap

aliran sungai (Gambar 5) meliputi jumlah

dan semprot dilakukan pada wilayah blok

panjang aliran sungai 119.900 m dengan

KP PT TIRAN INDONESIA sejak Maret

rata-rata lebar sungai setelah di-buper

2009 yang beroperasi sebanyak 40 unit.

(ambil jarak kanan-kiri sungai) lima puluh

Informasi yang diperoleh adalah bahwa

meter, maka luasnya menjadi 5.995.000

pendapatan emas antara 25 - 30 gram per

2

m . Jika asumsi ketebalan diambil satu

unit per hari. Jika diasumsikan rata-rata

meter,

alluvial

pendapatan emas 25 gram/hari, maka

sebesar 5.995.000 m3. Selanjutnya data

setiap bulan emas terambil sebanyak 40

kandungan dalam tiap meter kubik hasil

unit x 25 gr/hr x 30hr = 30 kg. Informasi dari

analisis laboratorium untuk menentukan

wilayah KP PT PANCA LOGAM MAKMUR

sumber daya endapan emas sekunder

(PLM) yang melakukan penggalian untuk

maka

volume

material

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

309

Buku 2 : Bidang Mineral

pembuatan bendungan dan pendulangan
pada material endapan teroksidasi

KESIMPULAN

pada

periode April-Juni 2009 diperoleh emas
27,472 kg, dengan catatan pada bulan Mei
bekerja penuh tanpa gangguan diperoleh
emas sebanyak 17,041 kg.

1. Terdapat dua tipe endapan emas di
daerah penyelidikan :
a) Endapan emas primer tipe epitermal
pada batuan sekis yang terubah
(silisifikasi-oksidasi) dan

Berdasarkan data yang disebutkan di atas

b) Endapan

emas

sekunder

pada

dengan asumsi kondisi berjalan normal

daerah alluvium sepanjang alur-alur

hingga bulan Nopember 2009, maka jumlah

sungai yang hulunya di lereng utara

emas

Bukit Tangkeno Wumbubangka.

yang

telah

terambil

adalah

pendulang kondisi puncak

:

=

21,6 kg

2. Sumberdaya hipotetik emas sekunder
Pengguna alat mekanis pompa 30

kg x 9 = 270 kg

pada akhir Nopember 2009 adalah 15,4
ton.

PT PLM 27,472 kg + (17 kg x 5)
=112,472kg,

SARAN

sehingga jumlah keseluruhan emas yang
terambil hingga Nopember 2009 sebanyak

Daerah penyelidikan perlu ditindaklanjuti

404,072 kg atau 0,4 ton. Jadi sumberdaya

dengan pemetaan geologi lebih rinci untuk

hipotetik

daerah

mengetahui penyebaran batuan sekis yang

penyelidikan menjadi 15,8 ton - 0,4 ton =

terubah (silisifikasi-oksidasi) yang diduga

15,4 ton.

merupakan

emas

sekunder

di

sumber

dari

keterdapatan

mineral logam emas primer.
Prospek endapan emas tipe alluvial di
daerah

ini

dapat

dimanfaatkan

oleh

DAFTAR PUSTAKA

masyarakat melalui proses penambangan
rakyat yang tersebar mengikuti alur sungai-

Bagdja, M.P., 1998. Eksplorasi Geokimia

sungai

Regional, Bersistem Daerah Kabupaten

yang

berhulu

di daerah

bukit

Tangkeno Wumbubangka.

Kendari, dan Kolaka, Sulawesi Tenggara,
Direktorat Sumberdaya Mineral, Bandung.

Sedangkan untuk endapan emas alluvium
pada satuan batuan sekis yang teroksidasi

Bemmelen Van R.W., 1970, The Geology

dapat

of Indonesia Vol. IA, Second Edition,

dimanfaatkan

penambangan

melalui

skala

proses

menengah

Martinus Nijhoff-The Hague, Netherlands.

menggunakan alat-alat mekanis, dengan
senantiasa mempertimbangkan kelestarian

Boyle, R.W., 2006, Gold General Types of

lingkungan.

Auriferous Deposits, El Dorado.

310

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

Buku 2 : Bidang Mineral

Dinas

Pertambangan

dan

Energi

Kabupaten Bombana, 2008, Penyelidikan
Geologi Terpadu di Kecamatan Rumbia,
Kecamatan

Rarowatu

Utara,

dan

Kecamatan Poleang Utara, Dispertamben
Bombana.

Foldvari-Vogl,
Practice

of

M.,

1978,

Regional

Theory

and

Geochemical

Exploration; Akademiai Kiado, Budapest.

Simanjuntak, T.O., Surono dan Sukido,
1993,

Peta

Sulawesi,

Geologi

sekala

Lembar

1

Kolaka,

: 250.000,

Pusat

Penelitian dan Pengembangan Geologi,
Bandung.

Moe’tamar, dkk.,2005, Inventarisasi dan
Evaluasi Sumberdaya Mineral Logam di
daerah
Kabupaten

Kabupaten
Muna,

Bombana
Provinsi

dan

Sulawesi

Tenggara, Direktorat Inventarisasi Sumber
Daya Mineral, Bandung.

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

311

Buku 2 : Bidang Mineral

Gambar 1. Peta Lokasi Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara

Foto 1. Morfologi pedataran dan perbukitan bergelombang rendah - terjal di daerah
Wumbubangka

312

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

Buku 2 : Bidang Mineral

Gambar 2. Peta geologi dan mineralisasi daerah penyelidikan

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

313

Buku 2 : Bidang Mineral

Gambar 3. Profil satuan batuan konglomerat-batupasir Desa Raurau, Kecamatan Rarowatu

314

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

Buku 2 : Bidang Mineral

Foto 2. Fotomikrograf Conto B44/P Butiran mineral Emas, kuning metalik khas warna emas,
berukuran 3FC, 10MC, 50CC, 17VCC

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

315

Buku 2 : Bidang Mineral

Gambar 4. Peta lokasi conto hasil analisis kandungan emas Daerah Tahi Ite-Wumbubangka
dan sekitarnya, Kabupaten Bombana

316

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

Buku 2 : Bidang Mineral

Gambar 5. Peta alur-alur endapan alluvium daerah penyelidikan di Tahi Ite - Wumbubangka
dan sekitarnya

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

317

Buku 2 : Bidang Mineral

Foto 4. Conto batuan tersilisifikasi dalam satuan batuan
sekis di wilayah Desa Wumbubangka, Kecamatan
Rarowatu Utara

Foto 5. Satuan batuan sekis yang mengalami oksidasi

318

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

Buku 2 : Bidang Mineral

Foto 6. Lokasi manifestasi air panas dengan bau belerang
yang sangat menyengat di Kasutahi -Tahi Ite, Kecamatan
Rarowatu Kabupaten Bombana

Foto 7. Lembah alur sungai sebagai tempat emas
alluvium

di

wilayah

Desa

Wumbubangka,

Kecamatan Rarowatu Utara

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

319

Buku 2 : Bidang Mineral

Tabel 1. Hasil Analisis Kimia Batuan dan Conto Endapan Sungai Aktif

320

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

Buku 2 : Bidang Mineral

Tabel 2. Hasil analisis mineralogi butir emas

NO

KODE CONTO

JENIS
MATERIAL

BERAT

BERAT

EMAS

EMAS

(mg/10 ltr)

(mg/m3)

1

B SU1/P

Sekis

7,040

704

2

B 39-2/P

Aluvium

0,060

6

3

B SU5/P

Aluvium

0,060

6

4

B SU7-1/P

Aluvium

13,200

1320

5

B SU7-2/P

Aluvium

0,060

6

6

B SU8-1/P

Aluvium

0,026

2,6

7

B SU8-2/P

Aluvium

3,600

360

8

B 7/P

Aluvium

0,060

6

9

B 23/P

Aluvium

0,120

12

10

B 27-1/P

Sekis

0,060

6

11

B 27-2/P

Sekis

0,026

2,6

12

B 27-3/P

Sekis

0,130

13

13

B 28-1/P

Aluvium

0,823

82,3

14

B 28-2/P

Aluvium

8,360

836

15

B 28-3/P

Aluvium

0,336

33,6

16

B 30/P

Sekis

4,170

417

17

B 31/P

Aluvium

124,485

12448,5

18

B 36-1/P

Aluvium

0,026

2,6

19

B 37-1/P

Aluvium

13,910

1391

20

B 37-2/P

Aluvium

20,260

2026

21

B 38/P

Aluvium

7,815

781,5

22

B SU4/P

Aluvium

221,200

22120

23

B 40/P

Aluvium

144,955

14495,5

24

B 41/P

Aluvium

14,721

1472,1

25

B 42/P

Sekis

1,641

164,05

26

B 43/P

Aluvium

50,431

5043,1

27

B 44/P

Aluvium

3,676

367,6

28

B 45/P

Aluvium

0,026

2,6

29

B 47/P

Aluvium

123,145

12314,5

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

321