ASKEP LARINGITIS | Karya Tulis Ilmiah ASKEP LARINGITIS

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 0:43:22 2017 / +0000 GMT

ASKEP LARINGITIS
LINK DOWNLOAD [26.05 KB]
ASKEP LARINGITIS
BAB I
PENDAHULUAN
Laring adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea. Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan
terjadinya vokalisasi. Laring juga melinduni jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk. Laring sering
disebut sebagai kontak suara yang terdiri atas:
1. Epiglotis ? daun katup kartilago yang menutupi ostium kearah laring selama menelan
2. Glotis ? Ostium antara pita suara dalam laring
3. Kartilago tiroid ? Kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini membentuk jakun (adams apple)
4. Kartilago krikoid ? Satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam faring (terletak dibawah kartilago tiroid)
5. Kartilago aritenoid ? Digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid
6. pita suara ? Ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara, pita suara melekat pada lumen laring
BAB II
KONSEP MEDIS
A. Pengertian
Laringitis adalah peradangan kotak suara (laring) karena terlalu banyak digunakan, iritasi atau infeksi. Di dalam kotak suara terdapat

pita suara - dua lipatan selaput lendir yang membungkus otot dan tulang rawan.
B. Etiologi
Inflamasi laring sering terjadi sebagai akibat terlalu banyak menggunakan suara, pemanjaan terhadap debu, bahan kimiawi , asap
rokok, dan polutan lainnya, atau sebagai bagian dari infeksi saluran nafas atas.
Penyebab inflamsi ini hamper selalu karena virus . Invasi bakteri mungkin sekunder. Laringitis biasanya berkaitan dengan ringitis
atau nasofaring. Awitan infeksi mungkin berkaitan dengan pemanjaan terhadap perubahan suhu mendadak, defisiensi diet,
malnutrisi, dan tidak ada imunitas.
C.Patofisiologi
Hampir semua penyebab inflamasi ini adalah virus. Invasi bakteri mungkin sekunder. Laringitis biasanyan disertai rinitis atau
nasofaring. Awitan infeksi mungkin berkaitan dengan pemajanan terhadap perubahan suhu mendadak, defisiensi diet, malnutrisi,
dan tidak ada immunitas. Laringitis umum terjadi pada musim dingin dan mudah ditularkan. Ini terjadi seiring Dengan menurunnya
daya tahan tubuh dari host serta prevalensi virus yang meningkat. Laringitis ini biasanya didahului oleh faringitis dan infeksi saluran
nafas bagian atas lainnya. Hal ini akan mengakibatkan iritasi mukosa saluran nafas atas dan merangsang kelenjar mucus untuk
memproduksi mucus secara berlebihan sehingga menyumbat saluran nafas. Kondisi tersebut akan merangsang terjadinya batuk
hebat yang bisa menyebabkan iritasi pada laring. Dan memacu terjadinya inflamasi pada laring tersebut.
Inflamasi ini akan menyebabkan nyeri akibat pengeluaran mediator kimia darah yang jika berlebihan akan merangsang peningkatan
suhu tubuh.
D. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala laringitis akut termasuk suara serak atau tidak dapat mengeluarkan suara sama sekali dan batuk berat. Laringitis
kronis ditandai oleh suara serak yang persisten. Laringitis mungkin sebagai komplikasi sinusitis kronis dan bronkhitis kronis.

E. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan laringitis akut termasuk mengistirahatkan suara, menghindari merokok, istirahat di tempat tidur, dan menghirup uap
dingin atau aerosol. Jika laringitis merupakan bagian dari infeksi pernafasan yang lebih luas akibat organisme bakteri atau jika lebih
parah, terapi antibiotik yang tepat perlu diberikan. Sebagian besar pasien dapat sembuh dengan pengobatan konservatif, namun
laringitis cenderung lebih parah pada pasien lansia dan dapat diperburuk oleh pneumonia.
Untuk laringitis kronis, pengobatannya termasuk mengistirahatkan suara, menghilangkan setiap infeksi traktus respiratorius primer
yang mungkin ada, dan membatasi merokok .
Penggunaan kortikosteroid topikal, seperti inhalsi beklometason dipropinate ( Vanceril), dapa juga digunakan.
Preparat ini tidak mempunyai efek sistemik atau kerja lama dan dapat mengurangi reaksi inflamsi lokal.
F. Intervensi Keperawatan/ Pendidikan pasien
Pasien diinstruksikan untuk mengistirahatkan suara dan mempertahankan kelembaban lingkungan. Jika terjadi sekresi larinngeal

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 1/4 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 0:43:22 2017 / +0000 GMT

selam periode akut, disarankan penggunaan ekspektoran sejalan dengan pemasukan cairan harian 3 L untuk mengencerkan sekresi.

BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Riwayat pasien yang lengkap yang menunjukkan kemungkinan tanda dan gejala sakit kepala, sakit tenggorokan, dan nyeri sekitar
mata dan pada kedua sisi hidung, kesulitan menelan, batuk, suara serak, demam, hidung tersumbat, dan rasa tidak nyaman umum
dan keletihan. Menetapkan kapan gejala mulai timbul, apa yang menjadi pencetusnya, apa jika ada yang dapat menghilangkan atau
meringankan gejala tersebut dan apa yang memperburuk gejala tersebut adalah bagian dari pengkajian, jika mengidentifikasi riwayat
alergi atau adnya penyakit yang timbul bersamaan.
Inspeksi menunjukkan pembengkakan, lesi, atau asimetris hidung juga perdarahan atau rabas. Mukosa hidung diinspeksi terhadap
temuan abnormal seperti warna kemerahan, pembengkakan, atau eksudat, dan polip hidung yang mungkin terjadi dalan ritinitis
kronis.
Sinus frontal dan maksilaris dipalpasi terhadap nyeri tekan, yang menunjukkan inflamasi. Tenggorokan diamati dengan meminta
klien membuka mulutnya lebar-lebar dan nafas dalam. Tonsil dan faring diinspeksi terhadap temuan abnormal seperti warna
kemerahan, asimetris, atau adanya drainase, ulserasi, atau perbesaran Trakea di palpasi terhadap posisi garis tengah dalam leher juga
dipalpasi terhadap pembesaran dan nyeri tekan yang berkaitan. PenyimpanganKDMVirusInflamasi Kurangnya informasi Banyak
Bahan kimia Asap dan DebuMenggunakan pita suara defesit pengaruh mengenai Sakit tenggorokan & Batuk Nyeri Sekitar mata dan
Pencegahan infeksi pernapasan suara serak dan batuk kedua sisi hidung Atas, rigamen prosedur khusus, Sekresi Berlebihan
tersumbat Atau perawatan pasca operatif Keletihan Kerusakan komunikasi verbal Kesulitan menelan Demam Kehilangan volume
cairan
B. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan utama pasien dapat mencakup berikut ini :
1. Inefeksif bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan sekresi berlebihan sekunder akibat proses inflamasi.
Intervensi :
Pembersihan jalan nafas.
Penumpukan sekresi dapat menghambat jalan nafas pada pasien dengan jalan atas. Perubahan pola nafas, dan upaya bernafas yang
dibutuhkan untuk dapat melewati sumbatan menjadi meningkat. Terdapat beberapa tindakan yang dapat digunakan untuk
mengencerkan sekresi yang kental atau untuk menjaga sekresi basah sehingga dapat dikeluarkan dengan mudah. Meningkatkan
masukan cairan dapat membantu mengencerkan lendir. Melembabkan lingkungan dengan vaporizer ruangan atau menghirup uap
juga dapat mengencerkan sekresi yang mengurangi inflamasi membran mukosa. Pasien diinstruksi tentang posisi yang baik untuk
meningkatkan drainase dari sinus, yang tergantung di mana letak infeksi. Sebagai contoh drainase dari sinusitis atau ritinitis dicapai
dengan posisi tegak. Pada beberapa kondisi, medikasi sistemik atau topikal bila di resepkan membantu untuk menghilangkan
kongesti nasal atau tenggorokan.
2. Nyeri berhubungan dengan iritasi jalan nafas atas sekunder akibat infeksi.
Intervensi Keperawatan
Tindakan Meningkatkan Kenyamanan
Infeksi traktus respiratorius atau biasanya menghasilkan rasa tidak nyaman setempat. Pada sinusitis, nyeri terjadi dalam area sinus
atau dapat menyebabkan sakit kepala umum.
Pada faringitis, laringitis atau tonsilitis, terjadi sakit tenggorokan. Perawat mendorong pasien untuk menggunakan analgesik, seperti
asetaminofin (Tylenol ) dengan kodein, sesuai yang diresepkan, yang akan membantu menghilangkan rasa tidak nyaman ini.
Tindakan lain yang sangat membantu termasuk anastesi topikal untuk penghilangan simptomatik lepuh herpeks simpleks dan sakit

tenggorokan; kantung panas untk menghilangkan kengesti sinusitis dan meningkatkan drainase dan kumur air hangat atau irigasi
untuk menghilangkan nyeri sakit tenggorokan.
Menyarankan pasien untuk istirahat akan membantu menghilangkan rasa tidak nyaman umum atau demam yang menyertai
gangguan jalan nafas atas. Perawat mengintruksikan pasien tentang teknik higiene umum pada mulut dan hidung untuk membantu
menghilangkan rasa tidak nyaman setempat dan untuk mencegah penyebaran infeksi. Perawatan pascaoperatif setelah tonsilektomi
dan adenoidektomi, pemasangan Callar es dapat mengurangi pembengkakan dan menurunkan perdarahan..
3 Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan iritasi jalan nafas atas sekunder akibat infeksi dan pembengkakan.
Intervensi :
Peningkatan komunikasi

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 2/4 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 0:43:22 2017 / +0000 GMT

Infeksi jalan nafas atas dapat mengakibatkan suara serak atau kehilangan suara. Pasien di instruksikan untuk tidak mencoba
berbicara, untuk menghindari berbicara sedapat mungkin, dan untuk merekomendasikan dengan cara menuliskan bila
memungkinkan. Regangan dengan pita suara lebih lanjut dapat menghambat pulihnya suara dengan sempurna.

4 Defisit cairan volume yang berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan sekunder akibat diaforesis yang berkaitan demam.
Intervensi
Memperbanyak masukan cairan .
Pada ISPA upaya bernafas dan frekuensi pernafasan meningkat karena terjadinya inflamasi dan pembentukan sekresi. Hal ini
selanjutnya, dapat meningkatkan kehilangan cairan tidak kasat mata. Demam yang timbul meningkatkan laju metabolik, yang
mengakibatkan diaforesis dan peningkatan kehilangan cairan. Sakit tenggorokan malise dan demam dapat mengganggu keinginan
pasien untuk makan. Pasien dianjurkan untuk minum 2-3L sehari selama infeksi jalan nafas tahap akut, kecuali ada kontraindikasi
untuk mengencerkan sekresi dan meningkatkan drainase. Cairan dingin atau hangat dapat melegakan, tergantung pada penyakitnya
5 Defisit pengetahuan mengenai pencegahan infeksi pernafasan atas, regimen pengobatan, prosedur khusus, atau perwatan
pascaoperatif.
Inetervensi :
Penyuluhan Pasien
Penyuluhan pasien penting dalam mencegah infeksi dan penyebaran ke orang lain dan meminimalkan komplikasi. Pencegahan diri
hampir semua infeksi jalan nafas atas adalah sulit karena banyak potensial penyebab.
Perawat menginstruksikan kepada pasien tentang pentingnya tindakan kesehatan yang baik. Diet yang bergizi , olah raga yang sesuai
dan istirahat serta tidur yang cukup penting untuk mendukung daya tahan tubuh dan mengurangi kerentanan tehadap infeksi
pernafasan .
Instruksi tentang cara mencegah infeksi silang pada anggota keluarga yang lain juga penting. Mencuci tangan masih tetap cara
terpenting untuk mencegah penyebaran infeksi . Pembuangan tisu basah dengan baik menutup mulut saat batuk juga harus
ditekankan. Hal-hal penting yang harus ditekankan dalam program penyuluhan untuk mencegah infeksi pernapasan.

C. Masalah Kolaboratif / Potensial Komplikasi
1. Sepsis
2. Abses peritonsilar
3. Otitis media
4. Sinusitis
D. Perencanaan dan Implementasi
Tujuan utama pasien dapat mencakup pemeliharaan potensi jalan nafas, menghilangkan nyeri, pemeliharaan cara efektif komunikasi,
tidak terjadi defisit volume cairan, dan pengetahun tentang pencegahan infeksi jalan nafas atas, tidak terdapat komplikasi.
F. Pemantauan Penanganan Komplikasi Potensial.
Jika pasien mencari perawatn tambahan karena gejala menjadi lebih memburuk, perawat akan memeriksa tanda-tanda vital dan
mengamati lonjakan suhu tubuh, juga peningkatan frekuensi nadi untuk mendeteksi sepsis, otitismedia atau sinusitis. Kesulitan
menelan dan sakit tenggorokan yang berat dapat menjadi tanda penting abses peritonsilar. Pasien diinstruksikan untuk mengukur
suhu tubuh pagi dan sore hari sampai penyembuhan terjadi.
Pasien dijelaskan juga tentang tanda dan gejala komplikasi dan pentingnya untuk menghubungi pemberi perawatan kesehatan primer
jika terjadi indikasi dini komplikasi.
E. Evaluasi
Hasil yang diharapkan
1. Mempertahankan jalan nafas tetap paten dengan mengatasi sekresi.
a. Melaporkan penurunan kongesti
b. Mengambil posisi terbaik untuk memudahkan drainase sekresi.

2. Melaporkan perasaan lebih nyaman.
a. Mengikuti tindakan untuk kenyamanan-analgesik kantung panas, kumur, istirahat.
b. Memperagakan higiene mulut yang adekuat.
3. Menunjukkan kemampuan untuk mengkomunikasikan kebutuhan, keinginan, dan tingkat kenyamanan .
4. Mempertahankan masukan cairan yang tidak adekuat
5. Mengidentifikasi strategi untuk mencegah jalan nafas atas reaksi alergi.
6. Menunjukkan tingkat pengetahuan yang cukup dan melakukan perawatan secara adekuat.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 3/4 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 0:43:22 2017 / +0000 GMT

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Laringitis adalah peradangan pada laring yang terjadi karena banyak sebab. Inflamasi laring sering terjadi sebagai akibat terlalu
banyak menggunakan suara, pemajanan terhadap debu, bahan kimiawi, asap, dan polutan lainnya, atau sebagai bagian dari infeksi

saluran nafas atas. Kemungkinan juga disebabkan oleh infeksi yang terisolasi yang hanya mengenai pita suara.
Penatalaksanaan laringitis akut termasuk mengistirahatkan suara, menghindari merokok, istirahat di tempat tidur, dan menghirup uap
dingin atau aerosol. Jika laringitis merupakan bagian dari infeksi pernafasan yang lebih luas akibat organisme bakteri atau jika lebih
parah, terapi antibiotic yang tepat perlu diberikan. Sebagian besar pasien dapat sembuh Dengan pengobatan konservatif; namun
laringitis cenderung lebih parah pada pasien lansia dan dapat diperburuk oleh pneumonia. Untuk laringits kronis, pengobatannya
termasuk mengistirahatkan suara, menghilangkan setiap infeksi traktus respiratorius primer yang mungkun ada, dan membatasi
merokok. Penggunaan kortikosteroid topical, seperti inhalasi beklometason dipropionate (vanceril), dapat digunakan. Preparat ini
tidak mempunyai efek sistemik atau kerja lama dan dapat megurangi reaksi inflamasi local.
DAFTAR PUSTAKA
Rothrock, C. J. (2000). Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. EGC : Jakarta.
Sjamsuhidajat & Wim De Jong. (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta.
Soepardi, Efiaty Arsyad & Nurbaiti Iskandar. (1998). Buku Ajar Ilmu penyakit THT. FKUI : Jakarta

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 4/4 |