121658 AKJ 2010 08 20 Satu satunya Kampung Cyber Di Yogya

Satu-satunya Kampung Cyber di Jogja
NARASI
Begitu orang memasuki wilayah RT 36 Kampung Taman/ Kraton Yogyakarta/ nuansa
kampung tujuan wisata sangat kental terasa// Sejumlah wisatawan asing dan domestic
tampak berada di toko-toko seni// Ada yang hanya menikmati/ tapi ada yang membeli//
Terlihat pula aktivitas membatik dari warga setempat// RT 36 Kampung Taman sendiri/
lokasinya persis di belakang bekas pemandian keluarga Kasultanan/ yang kini dikenal
sebagai Obyek Wisata Tamansari//
Yang menarik dari RT 36 kampung Taman adalah gerakan massalnya yang menerobos
masa depan// Apa yang dilakukan oleh warga RT 36 Kampung Taman/ agaknya perlu
mendapatkan apresiasi dari pemerintah kota// Secara mandiri/ warga setempat memasang
jaringan internet// Sebagian besar warga RT 36 memang berprofesi sebagai
wirausahawan// Seluruh KK yang ada di RT ini jumlahnya 27// Hanya 2 Kepala Keluarga
yang tidak memasang internet karena memang sudah tua dan tidak melakukan kegiatan
usaha//
Motor penggerak gerakan massal ini adalah Ketua RT yang masih muda/ Heri Sutanto/
yang masih berusia 34 tahun/ seorang karyawan bagian TI sebuah PTS//
Statement:
Heri Sutanto (Ketua RT 36)
Dengan masuknya internet di hampir seluruh rumah warga/ anak-anakpun justru diberi
pemahaman akan arti pentingnya internet// Sedangkan kepada para orang tua diberikan

kiat-kiat untuk menghindarkan dampak negative internet// Seperti Fallahrizqicandra/
siswa kelas 3 SD Keputran contohnya// Anak seorang wirausahawan ayam goreng ini
sudah trampil memanfaatkan media maya//
Statement:
Fallahrizqicandra (Siswa kelas 3 SD)
Seorang warga yang langsung merasakan manfaat internet untuk mendukung bisnisnya
adalah suami istri Tatang – Ira yang berbisnis jual beli dan servis peralatan memancing//
Statement:
Ira Tatang (pemilik „Omah Pancing‟)
Maryadi / Widi Nugroho melaporkan untuk apakabarjogja / rbtv//

Sebagian besar warga RT 36 ini berprofesi sebagai wirausahawan.

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pernah mengklaim sebagai “Yogyakarta Cyber
Province”. Yakni, model propinsi yang mampu melakukan transformasi layanan yang
berorientasi kepada masyarakat dengan memanfaatkan TI dan komunkasi untuk
membangun suatu wilayah propinsi yang berdaya saing, nyaman, mandiri, efisien, dan
efektif.
Namun kenyataannya, baru ada satu kelompok masyarakat yang bangkit secara mandiri,
membangun jaringan internet untuk warganya. Kelompok masyarakat itu adalah RT 36

Kampung Taman, Patehan Kraton, Kota Yogyakarta. Lokasi kampung itu mepet di situs
kraton bekas pemandian Tamansari. Jumlah KK yang ada 27 Kepala Keluarga. Dari
sejumlah itu, hanya 2 KK saja yang tidak memasang jaringan internet, karena memang
sudah tua.
Heri Sutanto, Ketua RT yang masih berusia 34 tahun, sebenarnya pernah mengajukan ke
pemerintah kota untuk membangun jaringan internet. Alasannya, hampir seluruh warga
nya berwirausaha dan sebagian berhubungan dengan wisatawan asing. Ini jelas akan ikut
„menjual‟ potensi kota sarat predikat ini. Di RT ini ada warga yang buka usaha ayam
goreng, konveksi, batik, sablon dan makanan kecil. Bahkan ada satu warga, yang
membuka usaha jual beli dan servis peralatan memancing.
Namun dari pemkot datang jawaban, untuk urusan TI tidak ada pos anggaran yang
tersedia. Penolakan dari pemkot ini justru diambil hikmahnya oleh Karyawan bagian TI
sebuah PTS ini. Sebelum pemasangan, pengurus RT melakukan sosialisasi, termasuk
hitung-hitungan biaya yang bakal dipikul bersama.
Pada awal pemasangan pengurus RT sudah mengatakan, internet bisa berdampak buruk.
Untuk mengamankannya dilakukan upaya memblog situs negative serta penempatan
computer di ruang tengah supaya akses control seluruh anggota keluarga ada. Tapi Mas
RT, ayah satu putra yang masih kecil ini optimistis. Ke depan, internet dapat membawa
manfaat dari segi ekonomi, terlebih RT 36 banyak warga yang berwirausaha. Untuk
melakukan sosialisasi dan menyiapkan segala pernak-pernik jaringannya, Heri banyak

dibantu Koko, seorang desainer grafis lepas.

Dan Internet juga penting dihadirkan ke anak-anak terutama untuk membantu
mengembangkan mata pelajaran dan mendukung tugas-tugas sekolah mereka. Tentunya
dengan pengawasan yang ketat dari orangtua.
Harapan pengurus RT memang terwujud. Berkat akses internet, usaha jual-beli dan servis
alat pancing yang digeluti suami istri Tatang – Ira berjalan lebih lancar. Seperti
disebutkan Ira Tatang. Sebelum ada internet, usahanya agak sepi. tetapi setelah internet
masuk RT 36, usahanya maju cukup pesat. Di bawah bendera bisnisnya – “Omah
Pancing” – Tatang buka blog dan terus menebarkan jaringan pertemanan via FB. Banyak
teman facebook yang kemudian datang, setelah melihat blog Omah Pancing. Sebagian
besar datang dari luar kota Jogja
Belum lama ini ada orang dari Jakarta khusus datang ke rumah pancing, titip barang
untuk dijualkan. Semula mau dikirim via paket. Tapi orang itu masih belum percaya pada
Omah Pancing. Tapi setelah ketemu Tatang langsung percaya. Hanya dalam sehari,
barang yang dititipkan sudah laku terjual.
Bagi anak-anak, intenet juga diharapkan dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan
pelajaran mereka. Seperti Fallahrizqichandra. Murid kelas 3 SD Keputran itu sudah fasih
membuat blog, coreldraw, disain dan sebagainya. Hampir setiap sore hari, ada saja anakanak RT 36 Taman yang minta diajari Falla di Pos Ronda RT.
Tudingan bahwa internet itu merusak tatanan bermasyarakat tampaknya tak terjadi di RT

36 kampung Taman ini. Justru warganya makin terlihat guyub. Ibu-ibu ketika kumpulkumpul saling memberi informasi tentang resep makanan yang mereka download.
Terobosan ke masa depan, hanya dirintis segelintir warga Kampung Cyber RT 36 Taman.
Kini tampaknya, Pemerintah Kota Yogyakarta tak perlu ragu lagi untuk mengucurkan
bantuan bagi warganya yang memang berpotensi untuk mengolah internet dalam
mendongkrak potensi lokal dan menjualnya keluar.
Bagi anda yang ingin mengikuti denyut nafas kehidupan warga kampung cyber dari
menit ke menit, silakan berselancar ke situs Kampoeng Cyber RT 36 Taman Jogja.***
(arm/wn)