Hukum Acara Peradilan Agama Pertemuan 6

  Pertemuan 6 Alternatif Penyelesaian

Sengketa

  Jenis APS: Pengadilan Mediasi (tahkim) Musyawarah Tahkim: An Nisa:35 “maka angkatlah seorang hakam dari keluarga si lelaki dan seorang hakam dari

   keluarga si wanita ...”

Sunnah HR An-Nasa’i bahwa Abu Syuriah menerangkan kepada Nabi Muhammad SAW, kaumnya telah berselisih dalam suatu perkara, kemudian mereka datang kepadanya dan dia pun memutuskan perkara itu. Putusan itu diterima oleh kedua belah pihak. Mendengar itu, Nabi menyambut baik dan menyetujuinya Dapat dilaksanakan untuk segala masalah kecuali pidana dan qishash Putusan hakim dapat sama ataupun berbeda dari putusan hakam Musyawarah: Termasuk dalam asas hukum acara peradilan agama (mengusahakan perdamaian) An Nisa:128 “...dan mengadakan perdamaian itu lebih baik bagi mereka ...” Hukum Acara 

  

Hukum acara yang berlaku: hukum acara perdata yang

berlaku pada pengadilan dalam lingkungan peradilan umum, kecuali secara khusus diatur dalam undang- undang ini (Ps 54 UU 7/1989)

   Umum: Ps 118-245 HIR dan Ps 142-314 RBg

   Khusus/pelengkap: Ps 54-91 UU PA

   Pengaturan khusus:

   Ps 65-88 UU 7/1989 (perlindungan wanita) Cerai talak yang datang dari pihak suami Cerai gugat yang datang dari pihak istri Cerai dengan alasan zina

   Cerai gugat diajukan ke peradilan di wilayah Pgg (Ps 73(1) UU 7/1989)

   Hukum Acara - 2 

  Peradilan khusus: bidang perdata Islam tertentu dan hanya untuk orang Islam di Indonesia. Untuk itu bisa disebut Peradilan Islam di Indonesia.

   Asas dalam proses berperkara menurut syariah:

  

  Orang yang berperkara (cakap atau wakilnya)

  

  Pgg dan Tgg harus hadir dan didengar keterangannya

  

  Pemanggilan para pihak harus secara patut

  

  Perlakuan yang sama

  

  Diusahakan penyelesaian secara damai

  

  Peradilan dilaksanakan secara terbuka kecuali masalah kehormatan dan masalah keluarga Hukum Acara - 3 

  Selain itu, terdapat pula asas: 

  

Kewenangan (absolut dan relatif) badan peradilan tergantung

tauliyah negara 

  Pada dasarnya masyarakat berhak mendapat layanan keadilan dari negara secara cuma2 

  Badan peradilan hanya satu tingkat agar perkara dapat diselesaikan dengan waktu singkat namun tidak menutup kemungkinan dalam beberapa tingkat demi tercapainya keadilan

   Bila salah satu pihak mendalilkan bahwa ia mempunyai hak, sedangkan pihak lain yang membantah berkewajiban untuk membuktikannya

   Peristiwa yang telah terbukti, dapat menjadi landasan hakim dalam memutus perkara

   Alat bukti (bayyinah) menurut syariah terdiri dari: Ikrar (pengakuan) Persaksian Surat

  Persangkaan kuat (qarinah)

Kekuasaan Kehakiman

  Mahkamah Mahkamah

  Agung Konstitusi

  Peradila Peradila Peradila Peradila n umum n TUN n militer n agama

Kekuasaan Kehakiman pada Peradilan Agama

  Mahkamah Agung

  Mahkamah Pengadilan

  Syariah Tinggi Agama

  Propinsi Susunan Peradilan Agama

   Susunan pengadilan: Ps 6-48 UU PA

   Ps 6 UU 7/1989: peradilan agama terdiri dari:

   Pengadilan Agama yang merupakan pengadilan tingkat pertama dan

  

Pengadilan Tinggi Agama yang merupakan pengadilan tingkat

banding

   Pengadilan Agama:

   Pengadilan tingkat pertama

   Putusan pertama (judex factie)

   Berada di tingkat kabupaten/kota

   Dibentuk dengan Perpres

   Pengadilan Tinggi Agama:

   Pengadilan banding

   Putusan tingkat terakhir (judex factie)

   Berada di tingkat propinsi Susunan Peradilan Agama -

  2 

  Tugas dan kewenangan Mahkamah Agung (UU 48/2009 ttg Kekuasaan Kehakiman) Ps 20 & 23: mengadili pada tingkat kasasi Ps 24: memutus perkara peninjauan kembali

   Mahkamah Syar’iyah Bukan merupakan pengadilan khusus (penjelasan Ps 27 (1) UU 48/2009)

  Lembaga peradilan dalam wilayah Propinsi NAD yang berlaku untuk pemeluk agama Islam (Ps 1 angka 7 UU 18/2001 ttg Otonomi Khusus bagi Prov DI Aceh sebagai Prov NAD Ps 27 UU 48/2009: berada dalam salah satu lingkungan peradilan di bawah MA. Ps 25 UU 18/2001: peradilan syariat Islam di Prov NAD sebagai bagian dari sistem peradilan nasional Kewenangan di bidang muamalah dan jinayah yang diatur dalam Qanun Provinsi NAD Mahkamah Agung 

  Pada tingkat kasasi membatalkan putusan atau penetapan pengadilan karena: 

  Tidak berwenang atau melampaui batas wewenang

  

  Salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku

  

  Lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan ybs

  

(Ps I angka 19 UU 5/2004 ttg perubahan atas UU

14/1985 ttg MA)

  Mahkamah Agung 

  MA memutus sengketa antara 2 pengadilan atau lebih menyatakan berwenang/tidak berwenang mengadili atas perkara yang sama (Ps 56 UU 14/1985)

   MA memutus pada tingkat pertama dan terakhir semua sengketa tentang kewenangan mengadili (Ps 33 UU 14/1985):

   Antara pengadilan di lingkungan peradilan yang satu dengan pengadilan di lingkungan peradilan yang lain

   Antara dua pengadilan yang ada dalam daerah hukum

pengadilan tingkat banding yang berlainan dari lingkungan

peradilan yang sama

   Antara dua pengadilan tingkat banding di lingkungan peradilan

yang sama atau antara lingkungan peradilan yang berlainan

  

MA memeriksa dan memutus permohonan PK pada tingkat

pertama dan terakhir atas putusan pengadilan yang telah

  

Pejabat Peradilan

  Ketua Pengadilan 

  Hakim 

  Panitera 

  Sekretaris 

  Juru Sita

   Ketua dan Wakil Ketua diangkat dan diberhentikan oleh Ketua MA

   Tugas:

   Mengatur pembagian tugas para hakim

   Membagikan semua berkas perkara dan atau surat- surat lain yang berhubungan dengan perkara yang diajukan ke pengadilan kepada majelis hakim untuk diselesaikan

   Menetapkan perkara yang harus diadili

   Mengawasi kesempurnaan pelaksanaan penetapan atau putusan pengadilan yang telah memperoleh Syarat Ketua/Wakil PA/PTA (UU 50/2009)    

  

Syarat Syarat Ketua PA Syarat Ketua PTA Syarat Wakil

Ketua PA (Ps I angka 6) (Ps I angka 6) Ketua PTA (Ps I (Ps I angka angka 6) 4)

  Wakil Hakim Ketua

  Ketua PTA PTA PTA

  Ketu a PA Haki Haki Haki

  Haki Haki Ketu m PA m m m m a PA

  (15 PTA PTA PTA PTA

  (5 th) th) (5 th) (3 th) (4 th) (2 th)

  Haki Ketu

  Ketu m PA a PA a PA

  7 th HAKIM 

  Tugas hakim: Melaksanakan tugas kekuasaan kehakiman Hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat

   Ps I angka 7 UU 50/2009: Ketua dan wakil ketua diangkat dan diberhentikan oleh Ketua MA Hakim diangkat oleh Presiden atas usul Ketua MA

  

Hakim diberhentikan oleh Presiden atas usul Ketua MA dan/atau KY

melalui Ketua MA 

  Ps I angka 11 UU 3/2006: Hakim tidak boleh merangkap menjadi Pelaksana putusan pengadilan Wali, pengampu, dan pejabat yang berkaitan dengan suatu perkara yang diperiksa olehnya Pengusaha

  

Syarat menjadi Hakim PA (Ps I angka 4

UU 50/2009) 

  Lulus pendidikan hakim

  

  Bukan bekas anggota organisasi terlarang

  

  Berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela

  

  Sehat jasmani dan rohani

  

  

  WNI

  Sarjana syariah, sarjana hukum Islam, atau sarjana hukum yang menguasai hukum Islam

  

  Setia kepada Pancasila dan UUD 1945

  

  Bertakwa kepada Tuhan YME

  

  Islam

  

  Usia minimal 25 tahun dan maksimal 40 tahun

  

Syarat menjadi Hakim PTA

(Ps I angka 6 UU 50/2009) 

  Syarat seperti sebelumnya, kecuali lulus pendidikan hakim, syarat sarjana, syarat kepribadian, dan syarat usia

   Usia minimal 40 tahun

  

Berpengalaman sebagai Ketua PA, Wakil Ketua PA

minimal 5 tahun atau sebagai hakim PA minimal 15 tahun

   Lulus eksaminasi oleh MA Diberhentikan dengan Hormat (Ps I angka 8 & 10 UU 50/2009) 

  

Permintaan sendiri. Untuk ketua atau wakil ketua

pengadilan, tidak dengan sendirinya diberhentikan sebagai hakim

   Sakit jasmani atau rohani terus-menerus

   Berusia 65 tahun bagi Ketua, Wakil Ketua, dan Hakim PA

   Berusia 67 tahun bagi Ketua, Wakil Ketua, dan Hakim PTA

   Tidak cakap dalam menjalankan tugasnya

   Meninggal dunia  dengan sendirinya diberhentikan

  

Diberhentikan tidak dengan hormat

(Ps I angka 9 UU 50/2009)

   Dipidana karena melakukan kejahatan (yi. tindak pidana yang ancaman pidananya paling singkat 1 tahun)

  

Melakukan perbuatan tercela (yi apabila hakim karena

sikap, perbuatan, dan tindakannya baik di dalam maupun di luar pengadilan merendahkan martabat hakim)

   Terus menerus melalaikan kewajiban dalam menjalankan tugas pekerjaannya selama 3 bulan

   Melanggar sumpah atau janji jabatan – diberi kesempatan membela diri di hadapan Majelis Kehormatan Hakim (MKH)

   Melanggar Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim – PANITERA 

  Ps 46 UU 48/2009 jo Ps I angka 15 UU 50/2009: Panitera tidak boleh merangkap menjadi 

  Hakim

  

  Wali

  

  Pengampu

  

  Advokat

  

  Pejabat peradilan yang lain Tugas Panitera 

  

Menyelenggarakan administrasi perkara dan mengatur tugas

wakil panitera, panitera muda, dan panitera pengganti 

  

Membantu hakim dengan menghadiri dan mencatat jalannya

sidang pengadilan 

  Melaksanakan penetapan atau putusan pengadilan 

  Wajib membuat daftar semua perkara yang diterima di

kepaniteraan yang diberi nomor urut dan dibubuhi catatan

singkat tentang isinya

   Membuat salinan penetapan atau putusan

   Bertanggung jawab atas pengurusan berkas perkara, putusan, dokumen, akta, buku daftar, biaya perkara, uang titipan

pihak ketiga, surat-surat berharga, barang bukti, dan surat lainnya Syarat menjadi Panitera PA (Ps I angka 13 UU 50/2009) 

  WNI

  

  Islam

  

  Bertakwa kepada Tuhan YME

  

  Setia kepada Pancasila dan UUD 1945

  

  Berijazah sarjana syari’ah, sarjana hukum Islam, atau sarjana hukum yang menguasai hukum Islam

  

  Berpengalaman sebagai Wakil Panitera minimal 3 tahun, sebagai Panitera Muda PA minimal 5 tahun, atau menjabat Wakil Panitera PTA

  

  Sehat jasmani dan rohani

Susunan Organisasi Panitera

  Panitera Wakil Panitera

  Panitera Muda Panitera

  Pengganti

   Juru Sita tidak boleh merangkap

  

  Wali, pengampu, dan pejabat yang berkaitan dengan perkara yang di dalamnya ia sendiri berkepentingan

  

  Advokat

  

Juru Sita PA diangkat dan diberhentikan oleh

Ketua MA atas usul Ketua Pengadilan ybs

   Juru Sita Pengganti diangkat dan diberhentikan oleh Ketua Pengadilan ybs Tugas Juru Sita 

  Melaksanakan semua perintah yang diberikan oleh ketua sidang 

  Menyampaikan pengumuman-pengumuman, teguran-teguran, dan pemberitahuan penetapan atau putusan pengadilan

   Melakukan penyitaan atas perintah Ketua Pengadilan

  

Membuat berita acara penyitaan, yang salinan

resminya diserahkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan Syarat menjadi Juru Sita/Juru Sita Pengganti 

  WNI

  

  Beragama Islam Juru Sita

  

  Bertakwa kepada Tuhan YME

  

  Setia kepada Pancasila dan UUD 1945

  

  Berijazah paling rendah SMU atau yang Juru Sita

  Pengganti sederajat

  Min 3 th

  

  Berpengalaman sebagai Juru Sita Pengganti minimal 3 tahun untuk Juru Sita. Berpengalaman minimal 3 tahun

  Pegawai negeri di PA sebagai pegawai negeri pada PA untuk

  Min 3 th Juru Sita Pengganti

  

  Sehat jasmani dan rohani SEKRETARIS 

  

Sekretaris pengadilan bertugas menyelenggarakan

administrasi umum pengadilan 

  Sekretaris dan wakil sekretaris pengadilan diangkat dan diberhentikan oleh Ketua MA Syarat menjadi Sekretaris/Wakil Sekretaris PA/ PTA

  

  WNI

  

  Beragama Islam

  

  Bertakwa kepada Tuhan YME

  

  Setia kepada Pancasila dan UUD 1945

  

  Berijazah sarjana syari’ah, sarjana hukum Islam, sarjana hukum yang menguasai hukum Islam, atau sarjana administrasi

  

  Berpengalaman 2 tahun di bidang administrasi peradilan untuk PA, 4 tahun untuk PTA

  

  Sehat jasmani dan rohani