PENGATURAN KEPARIWISATAAN HALAL DI NUSA TENGGARA BARAT PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 137PUU-XIII2015
Haeratun
Fakultas Hukum Universitas Mataram Jl. Majapahit No. 62 Mataram
Email: mizanizan17@gmail.com
Soeleman Djaiz B
Fakultas Hukum Universitas Patimura Ambon Email: -
ABSTRACT
This research is motivated by the proliferation of authority of Regional Governments in forming very broad Regional Regulations not accompanied by the function of synchronization and harmonization of optimal legislation. Each party has a strong argument in maintaining a religious nuance. The result is a legal situation that is multi-interpretive, conflictual and disobedient to the principle that at the end creates harmony between one rule and another. This type of research is normative legal research. This type of research is normative legal research. Normative legal research prioritizes library research with a focus on the study of legal principles, legal systematics, legal synchronization and legal history, this research is also descriptive. This study concluded that, first, decentralization of tourism arrangements after the Decision of the Constitutional Court Number 137/PUU-XIII/2015 gives authority to regional governments in forming very broad legal products. Second, the West Nusa Tenggara Provincial Government does not pay attention to the principle and principle of lex superior legi inferiorism in the formation of West Nusa Tenggara Provincial Regulation No. 2 of 2016 concerning Halal Tourism, this can be seen from the material stipulated in the Perda with religious nuances, whereas religion is absolute affairs of the central government. The recommendations of this study are to expect a change in the substance of West Nusa Tenggara Provincial Regulation No. 2 of 2016 concerning Halal Tourism and it is expected that the Regency / City Governments in West Nusa Tenggara Province immediately make Regional Regulations relating to Halal Tourism so that tourism contribution to Regional Original Income (PAD) ) in the sector of maximum retribution for recreation and sports.
Key Words: Peraturan Daerah, Desentralisasi Kepariwisataan dan Negara Hukum Kesejahtraan.
ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi oleh prolifersai kewenangan Pemerintahan Daerah dalam membentuk Peraturan Daerah sangat luas tidak diiringi oleh fungsi sinkronisasi dan harmonisasi peraturan perundang- undangan yang optimal. Masing-masing pihak memiliki argumen yang kuat dalam mempertahankan suatu peraturan bernuansa agama. Akibatnya melahirkan situasi hukum yang serba multitafsir, konfliktual dan tidak taat asas yang pada ujungnya menciptakan tidak harmonisnya antara satu peraturan dan peraturan yang lain. Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif lebih mengutamakan studi pustaka (library research) dengan fokus kajiannya asas-asas hukum, sistematika hukum, sinkronisasi hukum dan sejarah hukum, penelitian ini juga bersifat deskriptif. Penelitian ini berkesimpulan bahwa, pertama, desentralisasi pengaturan kepariwisataan pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 137/PUU-
344 Abdul Kadir J, Haeratun & Soeleman Djaiz | [Pengaturan Kepariwisataan Halal ….]
[Vol. 33 No. 3 November 2018] J J J A A A T T T I I I S S S W W W A A A R R R A A A ]
XIII/2015 memberikan kewenangan kepada pemerintahan daerah dalam membentuk produk hukum sangat luas. Kedua, Pemerintahan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat kurang memperhatikan prinsip dan asas lex superior derogat legi inferiori dalam pembentukan Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 2 Tahun 2016 tentang Pariwisata Halal, hal ini terlihat dari materi yang diatur dalam Perda tersebut bernuansa agama, padahal agama adalah urusan absolut pemerintah pusat. Adapun rekomendasi penelitian ini adalah mengharapkan adanya perubahan subtansi Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor
2 Tahun 2016 tentang Pariwisata Halal dan diharapkan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat segera membuat Peraturan Daerah terkait Pariwisata Halal agar kontribusi kepariwisataan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di sektor retribusi tempat rekreasi dan olahraga maksimal.
Kata Kunci: Peraturan Daerah, Desentralisasi Kepariwisataan dan Negara Hukum Kesejahtraan.
senantiasa dijadikan sebagai landasan utama Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 3 pelaksanaan pemerintahan.
A. PENDAHULUAN
tidak terlepas dari adanya kristalisasi ide-ide Pelaksanaan otonomi daerah berkaitan erat demokrasi dari berbagai komponen bangsa
dengan kewenangan pemerintah daerah dalam dan perjalanan kehidupan kenegaraan.
membuat dan melaksanakan peraturan Amandemen atas UUD 1945 adalah suatu
perundang-undangan dalam bentuk Peraturan pergumulan pemikiran kenegaraan yang
Daerah (Perda). Kewenangan tersebut konstruktif dan obyektif. 1 KC. Wheare merupakan atribusi dan delegasi dari Pasal 18
menyatakan bahwa, suatu konstitusi diubah Undang-Undang Dasar Negara Republik hanya dengan pertimbangan yang matang.
Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Salah satu alasan amandemen UUD 1945
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah adalah 4 rumusan tentang semangat Daerah. Sejak diberlakukannya otonomi
penyelenggaraan negara, belum cukup
Indonesia, daerah-daerah didukung dengan ketentuan konstitusi yang
daerah
di
memperoleh kewenangan yang cukup luas memuat aturan dasar terutama tentang
untuk membentuk peraturan-peraturan daerah otonomi daerah. 2 secara otonom, baik yang berkaitan dengan
Otonomi Daerah mengandung makna kebijakan fiskal maupun tatanan hidup sebagai kewenangan untuk mengatur dan 5 masyarakat lokal. Di sisi lain, keberadaan
mengurus rumah tangga sendiri, namun bukan Perda merupakan implementasi sistem sebuah kemerdekaan dalam arti terlepas dari
representasi dalam perumusan kebijakan di bingkai kemerdekaan Negara Kesatuan
tingkat pemerintahan daerah. Peraturan Republik Indonesia. Pada pengertian lain,
Daerah merupakan peraturan dengan urutan otonomi daerah juga dipandang sebagai suatu
terendah dalam tata urutan peraturan hak untuk mengatur dan memerintah daerah
perundang-undangan yang dibuat oleh Dewan sendiri. Hak itu sumbernya dari desentralisasi,
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang
dilimpahkan oleh pemerintah pusat sebagai 3 Ady Soejoto,Waspodo Tjipto Subroto dan refleksi komitmen bersama yang harus
Suyanto.(2015). Fiscal Decentralization in Promoting Indonesia Human Development, International Journal of Economic and Financial Issues”, Vol.5, Issue 3, Tahun.
4 Putera Astomo.(2014).Pembentukan Undang- 1 Udiyo Basuki.(2015). Amandemen Kelima
Undang dalam Rangka Pembaharuan Hukum Nasional Undang-Undang Dasar 1945 sebagai Amanat
di Era Demokrasi, Jurnal Konstitusi, Vol.11, No.3 Reformasi dan Demokrasi, Jurnal Panggung Hukum
September.
Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia, Vol.1 5 Ahmad Sururi.(2017). Analisis Formulasi No.1 Januari,hlm.1.
Instrumen Simplifikasi Regulasi Menuju Tatanan 2 Pataniari Siahaan.(2013) Politik Hukum
Hukum yang Terintegrasi dan Harmonis, Jurnal Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen
Ajudikasi Universitas Serang Raya, Vol.1 No.2 UUD 1945 ,Jakarta: Konstitusi Press, hlm. 1-3.
Desember, hlm. 15-26.
[Pengaturan Kepariwisataan Halal ….] | Abdul Kadir J, Haeratun & Soeleman Djaiz 345
[Vol. 33 No. 3 November 2018] J A A A T T T I I I S S S W W W A A A R R R A A A ]
Kepala Daerah. Muatan dan pembuatannya terwujudnya kepastian hukum, Mahkamah tidak dapat menyimpang dari sistem peraturan
Konstitusi sebagai pengawal konstitusi, perundang-undangan yang berlaku. 6 pengawal demokrasi dan Penguji Undang-
Undang melalui Putusan Nomor 137/PUU- masalah tekhnis yuridis formal, yang
Perda seringkali
mengesampingkan
XIII/2015 menyatakan bahwa kewenangan menegasikan kedudukan Perda, sehingga
pemerintah pusat inkonstitusional dalam Perda dalam tataran implementasi sering 12 membatalkan Perda.
menimbulkan permasalahan, misalnya adanya Pasca putusan tersebut, Pemerintah terus inkonsistensi atau disharmoni dan over
melakukan upaya perbaikan yang cocok untuk regulasi . Meminjam istilah Richard Susskind
memberikan konsep ideal pembagian menyebutkan bahwa hyper regulations atau
kewenangan antara pemerintah pusat dengan obesitas hukum dan over rugulation. 7 pemerintah daerah. Prinsipnya tidak boleh
Akibatnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) terjadi tumpang tindih urusan pembagian meminta Menteri Dalam Negeri, agar bisa
kewenangan dan semua urusan pemerintah menghapus 3.000 Peraturan Daerah (Perda)
wajib terbagi. Selain itu, pemerintah pusat bermasalah tanpa melalui kajian dan
perlu memastikan tidak terlalu longgar atau peradilan. 8 Tindakan pemerintah mencabut
terlalu ketat dalam memberikan urusan Perda tanpa melalui peradilan menimbulkan
kepada pemerintahan daerah. Otonomi tanpa dualisme pengujian, yaitu pengujian yang
pengawasan jelas tidak sesuai dengan dilakukan oleh pemerintah pusat (executive
kehendak pendiri negara, akan tetapi review) 9 dan pengujian oleh Mahkamah
berlebihan dalam Agung. 10 Meminjam istilah Siti Fatimah,
pengawasan
yang
urusan daerah juga dualisme pengujian tersebut merupakan 13 merupakan hal yang tidak diharapkan.
penyelenggaraan
proliferasi kekuasaan kehakiman untuk Salah satu penyelenggaraan urusan daerah mewujudkan peradilan yang sederhana, cepat,
adalah desentralisasi bidang kepariwisataan. dan biaya ringan, namun Siti Fatimah juga
Desentralisasi kepariwisataan adalah urusan mengakui bahwa proliferasi menimbulkan
pemerintahan konkuren yang menjadi inkonsistensi dan ketidakpastian hukum bagi
kewenangan dalam urusan pemerintahan warga negara dan penyelenggaraan kehidupan 14 pilihan. Salah satu urusan pemerintahan
bernegara. 11 Menyadari untuk memastikan pilihan tersebut meliputi penyerahan urusan pemerintah pusat ke daerah untuk menetukan sumber-sumber daya tarik wisata, kawasan
6 Enny Nurbaningsih.(2011).
strategis
pariwisata,
dan destinasi
Aktualisasi
Pengaturan Wewenang Mengatur Urusan Daerah
pariwisata. Peraturan Daerah Provinsi Nusa
Dalam Peraturan Daerah (Studi Periode Era Otonomi
Tenggara Barat Nomor 2 Tahun 2016 tentang
Seluas-Luasnya),
Disertasi, Program
Doktor
Pariwisata Halal berkaitan erat dengan
Pascasarjana, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, hlm. 138.
7 Bayu Dwi Anggono.(2016). The Politics of Law On The Formation of Responsive, Participative
Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, and Populist Legislation , International Journal of
Yogyakarta, hlm.50.
Business, Economics and Law, Vol. 9, Issue 4 , April. 12 Jimly Asshiddiqie dan Ahmad Fadlil Sumadi.( 8 Efendi.(2017). The Position of the Government
2016) Putusan Monumental Menjawab Problematika in Doing the Review Towards the Rules in District
Kenegaraan, Setara Press, Malang, hlm.xxvii. After Decision of the Constitutional Court Number:
13 Lihat Putusan Nomor 137/PUU-XIII/201 5 137/PUU-XIII/2015, International Journal of Asy-
tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 23 Tahun Syir’ah, Vol. 51, No. 1 Juni.
2014 tentang Pemerintahan Daerah terhadap Undang- 9 Lihat Pasal 251 Undang-Undang Nomor 23 Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
hlm. 204.
10 Pasal 24A UUD Tahun 1945. 14 Lihat Pasal 12 ayat (3) hurup b Undang- 11 Siti Fatimah.(2014). Proliferasi Kekuasaan
Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Kehakiman Setelah Perubahan UUD 1945 Disertasi, 15 Lihat Lampiran Z Undang-Undang 23 Tahun
Program Doktor Ilmu Hukum Program Pascasarjana 2014 tentang Pemerintahan Daerah. 346 Abdul Kadir J, Haeratun & Soeleman Djaiz | [Pengaturan Kepariwisataan Halal ….]
[Vol. 33 No. 3 November 2018] J J J A A A T T T I I I S S S W W W A A A R R R A A A ]
desentralisasi bidang kepariwisataan di wisatawan ke Provinsi Bali pada tahun 2017
Provinsi Nusa Tenggara Barat. 21 sebanyak 5.697.739 orang, sedangkan pada Pariwisata
tahun 2017 Nusa Tenggara Barat sebanyak kunjungan wisata dengan destinasi dan 22 4.500.300 orang.
industri pariwisata yang menyiapkan fasilitas Peningkatan kunjungan wisatawan tersebut produk,
menurut Burhan Bungin disebabkan oleh pariwisata yang memenuhi syari’ah. 17 Pasal 5
brand yang dilihat wisatawan sehingga Perda tersebut mewajibkan kepada industri 23 merangsang pembelian. Pariwisata Halal
pariwisata konvensional 18 untuk menyediakan Nusa Tenggara Barat diakui dan arah kiblat di kamar hotel, informasi masjid
mendapatkan penghargaan berupa world’s terdekat, tempat ibadah bagi wisatawan dan
best halal beach resort, world’s best halal karyawan muslim, keterangan tentang produk
honeymoon destination dan world’s best halal halal/tidak halal, tempat berwudhu yang 24 tourism website . Dengan potensi destinasi
terpisah antara laki-laki dan perempuan, pesona keindahan alam serta keunikan budaya sarana pendukung untuk melaksanakan sholat
yang dimiliki tersebut, seharusnya Provinsi dan tempat yang terpisah antara laki-laki dan
Nusa Tenggara Barat memiliki prasyarat perempuan dan memudahkan untuk bersuci. 19 menjadi sebuah provinsi maju, makmur dan
Richard A.Posner kunjungan wisata dengan destinasi dan
Pariwisata halal merupakan kegiatan
sejahtra,
karena
mengemukan bahwa peningkatan kunjungan industri pariwisata yang memenuhi unsur
akan mendekatkan wealth maximation (teori syariah di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa
memaksimalkan kesejahtraan). Peningkatan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Provinsi Nusa
kunjungan juga berdampak kepada efisiensi Tenggara Barat memiliki kekayaan alam dan
dan nilai ekonomi. Efisiensi berarti budaya yang sangat bervariasi dan prospek
kemampuan membeli dan memenuhi barang bagi
dan jasa, sedangkan nilai didefinisikan Keberadaan
pengembangan
kepariwisataan.
sebagai kemampuan membayar, nilai ini berdekatan dengan Bali sebagai barometer
berubah menjadi fungsi memenuhi distribusi pariwisata Indonesia ini menciptakan dan
kesejahtraan dalam memberikan keuntungan tersendiri dalam 25 masyarakat.
pendapatan
dan
distribusi wisatawan mancanegara, karena Provinsi NTB dianggap menjadi daerah
tujuan wisata alternatif setelah bali. Hal ini
21 Dinas Pariwisata Pemerintah Provinsi Bali,
dapat dilihat dari jumlah kunjungan
“The number of Foreign Tourists Arrival to Bali by
Month”,
16 Sebelum lahirnya Peraturan Daerah Provinsi http://www.disparda.baliprov.go.id/id/Statistik3/, Nusa Tenggara Barat Nomor 2 Tahun 2016 tentang
diakses pada Tanggal 16 Februari 2016, Pukul 14.00 Pariwisata Halal, Gubernur Provinsi Nusa Tenggara
WIB.
Barat membuat Peraturan Gubernur Nusa Tenggara 22 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Barat Nomor 51 Tahun 2015 tentang Wisata Halal.
Nusa Tenggara Barat, “Angka Kunjungan Wisatawan 17 Pasal 1 Ayat 16 Peraturan Daerah Provinsi
Tenggara Barat”, Nusa Tenggara Barat Nomor 2 Tahun 2016 tentang
ke
Nusa
http://www.disbudpar.ntbprov.go.id/angka-kunjungan- Pariwisata Halal.
wisatawan-ke-ntb/, diakses pada Tanggal 16 Februari 18 Pasal 11 Ayat 1 Peraturan Daerah Provinsi
2016, Pukul 14.00 WIB.
Nusa Tenggara Barat Nomor 2 Tahun 2016 tentang
Bungin.(2015). Komunikasi Pariwisata Halal menyebutkan bahwa industri
23 Burhan
Pariwisata: Pemasaran dan Brand Destinasi, Kencana, pariwisata konvensional adalah usaha-usaha wisata
Jakarta, hlm. 1-5.
yang menjual jasa dan produk kepariwisataan yang 24 Abdul Kadir Jaelani, “Pengembangan tidak berpatokan pada prinsip- prinsip syari’ah.
Destinasi Pariwisata Halal pada Era Otonomi Luas di 19 Pasal 11 Ayat 2 Peraturan Daerah Provinsi
Provinsi Nusa Tenggara Barat”, Jurnal Pariwisata, Nusa Tenggara Barat Nomor 2 Tahun 2016 tentang
Vol.V, No.1, April Tahun 2018. Pariwisata Halal.
25 Richard A.Posner.(1993).The Problem of 20 Bappenas (2013). Koridor Ekonomi Bali-Nusa
Jurisprudence, United State of America, Harvard Tenggara Barat, Jakarta, Bappenas, hlm. 139.
University Press, hlm. 6-7.
[Pengaturan Kepariwisataan Halal ….] | Abdul Kadir J, Haeratun & Soeleman Djaiz 347
J J J A A A T T T I I I S S S W W W A A A R R R A A [Vol. 33 No. 3 November 2018] A ]
Namun kenyataan Provinsi NTB termasuk tinggi menguasai peraturan yang lebih dalam provinsi tertinggal (miskin), hal ini
rendah) dalam pengaturan kepariwisataan dapat dilihat dalam Keputusan Presiden
halal di Nusa Tenggara Barat Pasca Putusan Nomor 131 Tahun 2015 tentang Penetapan
Mahkamah Konstitusi Nomor 137/PUU- Daerah Tertinggal Tahun 2015-2019, selain 27 XIII/2015.
sebagai daerah tertinggal Data Ditjen Bina Penelitian ini menggunakan data sekunder. Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri
Data sekunder merupakan bahan hukum Tahun 2017, PAD Provinsi NTB masih di
dalam penelitian yang diambil dari studi bawah rata-rata nasional sebesar Rp. 2.000
kepustakaan yang terdiri dari bahan hukum miliar yaitu sebesar Rp. 1.450 miliar. Padahal
primer, bahan hukum sekunder dan bahan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011
tersier. Alat pengumpulan data sekunder tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan
berupa buku-buku yang berkaitan dengan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025
teori dan konsep obyek penelitian, artikel- menyatakan bahwa sektor pariwisata dan
artikel terkait, literatur karya tulis ilmiah dan pangan 28 merupakan sektor unggulan lain sebagainya melalui studi pustaka
pendapatan daerah Provinsi NTB. Posisi Analisis data yang digunakan dalam tersebut seolah memperkuat pernyataan
penelitian ini adalah analisis kualitatif yang Murdoko yang menyatakan bahwa pengaturan
kemudian disajikan dalam bentuk deskriptif. pariwisata halal lebih untuk menjaga
kualitatif dilakukan melalui eksistensi agama dan keadatan daerah serta
Analisis
kategorisasi berdasarkan permasalahan yang
diteliti dan data yang dikumpulkan. Analisis memfokuskan
pragmatisme 26 kekuasaan. Tulisan ini
kualitatif merupakan penilaian normatif pengaturan kepariwisataan halal di Nusa
pada masalah,
apakah
kualitatif untuk menilai dari data-data yang Tenggara Barat Pasca Putusan Mahkamah
telah dikumpulkan dari data sekunder Konstitusi Nomor 137/PUU-XIII/2015 telah
(melalui studi pustaka), kemudian dinilai menjabarkan prinsip dan asas lex superior
apakah pelaksanaannya sudah sesuai dengan derogat legi inferiori (peraturan perundang-
teori dan aturan yang ada sehingga bisa dilihat undangan yang lebih tinggi menguasai 29 tingkat efektifitas pelaksanaannya.
peraturan yang lebih rendah).
C. PEMBAHASAN
B. METODE PENELITIAN Desentralisasi Pengaturan Kepariwisataan
Jenis penelitian yang digunakan dalam
Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi
menyusun penelitian ini adalah penelitian
Nomor 137/PUU-XIII/2015
hukum normatif. Penelitian hukum normatif Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 lebih mengutamakan studi pustaka (library
tentang Kepariwisataan mempunyai beberapa research ). Penelitian hukum normatif
istilah mengenai wisata, pariwisata dan merupakan penelitian yang terdiri dari
kepariwisataan, sedangkan istilah Inggris penelitian asas-asas hukum, sistematika 30 hanya dikenal istilah tourism. Wisata
hukum, sinkronisasi hukum, sejarah hukum dan perbandingan hukum. Penelitian ini
bersifat deskriptif, yakni menganalisis prinsip 27 Soerjono Soekanto.(2018).Penelitian Hukum dan asas lex superior derogat legi inferiori
Normatif Suatu Tinjauan Singkat , Rajawali Press, Jakarta,hlm. 51.
(peraturan perundang-undangan yang lebih
28 Maria SW. Sumardjono.(2014).Metodologi Penelitian Ilmu Hukum, Gadjah Mada Press,
Yogyakarta, hlm. 16-25.
Murdoko, 29 “Konfigurasi Pembentukan Suharsimi Arikunto.(2018). Prosedur Peraturan Daerah Khusus Bernuansa Agama dalam
Penelitian Suatu Pendekatan , Rineka Cipta, Jakarta, Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia”,
hlm. 205.
Disertasi, Program Doktor Ilmu Hukum Program
Antariksa.(2016). Kebijakan Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Islam
30 Basuki
Kepariwisataan: Pengembangan Indonesia, Yogyakarta, 2018, hlm. 290.
Pembangunan
Kepariwisataan yang Berkelanjutan dan Perlindungan 348 Abdul Kadir J, Haeratun & Soeleman Djaiz | [Pengaturan Kepariwisataan Halal ….]
[Vol. 33 No. 3 November 2018] J J J A A A T T T I I I S S S W W W A A A R R R A A A ]
merupakan kegiatan perjalanan yang demokratis, kesetaraan dan kesatuan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
diwujudkan melalui pelaksanaan rencana orang dengan mengunjungi tempat tertentu
kepariwisataan dengan untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi
pembangunan
memperhatikan keanekaragaman, keunikan dalam jangka waktu sementara. 31 Adapun dan kekhasan budaya dan alam, serta
pariwisata merupakan berbagai macam kebutuhan manusia untuk berwisata, yang kegiatan wisata dan didukung berbagai
pelaksanaannya didesentralisasikan. fasilitas serta layanan yang disediakan oleh
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan
tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan
bahwa, urusan pemerintahan terbagi atas kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan
Pemerintah 32 Daerah. Sedangkan
urusan pemerintahan absolut, konkuren dan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat
pemerintahan umum. Urusan multidimensi serta multidisiplin yang muncul
urusan
pemerintahan absolut merupakan urusan sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan
mutlak pemerintah pusat diantarannya politik negara serta interaksi antara wisatawan dan
luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, masyarakat setempat, sesama wisatawan, 36 moneter dan fiskal nasional serta agama,
Pemerintah, Pemerintah Daerah,
dan
sedangkan pembagian urusan konkuren Pengusaha. 33 terbagi atas dua yaitu urusan pemerintahan
Menurut Richard R. Goeldner dan J.R. wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar, Brent Ritchie berpendapat bahwa tourism
maupun urusan pemerintahan wajib yang mempunyai pengertian yang sama dengan
tidak berkaitan dengan pelayanan dasar serta kepariwisataan, karena gabungan aktivitas, 37 urusan pemerintahan pilihan. Salah satu
pelayanan jasa dan industri, yang memberikan urusan pemerintahan pilihan tersebut meliputi pengalaman
penyerahan urusan pemerintah pusat ke melakukan perjalanan. 34 Pendapat tersebut daerah untuk menetukan sumber-sumber daya
dibenarkan oleh Violetta Simatupang, dengan tarik wisata, kawasan strategis pariwisata, dan menyebut istilah tourism sebagai seluruh 38 destinasi pariwisata.
kegiatan yang
diiringi dengan kunjungan, bertempat tinggal dan pergerakan
kewenangan pemerintahan daerah untuk orang asing didalam dan di luar suatu negara,
membentuk produk hukum berupa Perda. kota atau wilayah tertentu. 35 Perda merupakan bentuk hukum yang
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 10 memberikan ciri daerah yang mempunyai hak Tahun
mengatur dan mengurus urusan daerahnya
Putusan Mahkamah berdasarkan asas manfaat, kekeluargaan, adil,
pembangunan 39 kepariwisataan dilakukan sendiri. Pasca
137/PUU-XIII/2015, merata,
Konstitusi
Nomor
kewenangan pemerintahan daerah dalam kelestarian,
membentuk produk hukum sangat luas, meminjam istilah Mochtar Kusuma-Atmadja
Kekayaan Intelektual, Intrans Publishing, Malang,
yang menyatakan bahwa seharusnya para
2016, hlm. 16-17.
pembentuk hukum harus berkolaborasi
Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.
32 Pasal 1 angka (3) Undang-Undang Nomor 10 36 Lihat Pasal 10 Ayat (1) Undang-Undang Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. 33 Pasal 1 angka (4) Undang-Undang Nomor 10
37 Lihat Pasal 12 ayat (1), (2), dan (3) Undang- Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan 34 Violetta Simatupang.(2016).
Pengaturan
Daerah.
Hukum Kepariwisataan Indonesia, PT. Alumni, 38 Lihat Lampiran Z Undang-Undang 23 Tahun Bandung, hlm. 25-30.
2014 tentang Pemerintahan Daerah. 35 Violetta
39 Imam Soebechi.(2014).Judicial Review Perda Kepariwisataan Berbasis Ekspresi Budaya Tradisional,
Simatupang.(2018).
Hukum
Pajak dan Retribusi Daerah, Sinar Grafika, Jakarta, PT. Alumni, Bandung, hlm. 110.
hlm. 3-4.
[Pengaturan Kepariwisataan Halal ….] | Abdul Kadir J, Haeratun & Soeleman Djaiz 349
[Vol. 33 No. 3 November 2018] J A A A T T T I I I S S S W W W A A A R R R A A A ]
dengan penerap hukum guna menghasilkan setidaknya ada dua hal yang perlu digaris peraturan yang mampu melayani kepentingan
bawahi, yaitu sumber penafsiran konstitusi publik, tidak boleh dalam kendali penuh dan
(sources of constitutional interpretation) dan otoriter karenanya pemberlakuan Perda
metode penafsiran konstitusi (methods of haruslah sesuai dengan kaidah hukum yang
constitutional interpretation ), yang kadang- ada. 40 Ketentuan yang lebih rendah tidak
kadang disebut juga dengan istilah boleh bertentangan dengan yang lebih tinggi. 45 pendekatan (approach). Sumber penafsiran
Sebagai sumber hukum yang mengatur tata konstitusi di Indonesia yaitu naskah undang- urutan peraturan perundang-undangan di
undang dasar yang resmi tertulis, dokumen- Indonesia berawal dengan TAP MPRS Nomor
dokumen tertulis yang terkait erat dengan XX/MPRS/1966, 41 kemudian diganti dengan peraturan perundang-undangan, nilai-nilai TAP MPRS Nomor III/MPR/2000, 42 Undang- konstitusi yang hidup dalam praktek
Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang ketatanegaraan dan nilai-nilai yang hidup Pembentukan
dalam kesadaran kognitif rakyat serta Undangan, 43 Undang-Undang Nomor 12 kenyataan perilaku politik dan hukum warga
Peraturan
Perundang-
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan negara. Dikaitkan dengan metode penafsiran Perundang-Undangan. 44 konstitusi, sumber tersebut setidaknya
Untuk menentukan suatu peraturan melahirkan tujuh macam metode penafsiran bertentangan dengan peraturan yang lain,
konstitusi, yaitu textual, historical, functional, maka 46 diperlukan penafsiran konstitusi. doctrinal, prudential, equitable dan natural.
Penafsiran konstitusi semakin diperlukan bila Salah satu alasan metode penafsiran ketentuan dalam konstitusi tidak begitu jelas.
konstitusi digunakan menurut John Marshall, Terkait dengan penafsiran konstitusi,
Hakim Agung Amerika Serikat, adalah sebagai berikut: Pertama, Hakim bersumpah
menjunjung konstitusi. Kedua, konstitusi
Shidarta.(2013). “Posisi Pemikiran Teori
adalah the supreme law of the land, sehingga
Hukum Pembangunan dalam Konfigurasi Aliran
harus ada peluang pengujian terhadap
Pemikiran Hukum”, Bunga Rampai: Mochtar Kusuma- Atmadja dan Teori Hukum Pembangunan, Epistema
peraturan dibawahnya agar isi konstitusi tidak
Institute, Jakarta, hlm.75-80.
dilanggar. Sejalan dengan John Marshall,
41 Adapun Hierarki Peraturan Perundang-
Moh. Mahfud MD menambahkan satu alasan
Undangan di era TAP MPRS Nomor XX/MPRS/1966
lagi mengapa judicial review penting untuk
adalah sebagai berikut: UUD 1945, Tap MPR/MPRS,
menjaga konsistensi politik hukum agar tetap
UU/PEPERPU, PP, Kepres, Peraturan Pelaksana lainnya: Permen, Instruksi Mentri, Perda, dll.
pada rel konstitusi, karena hukum merupakan
Disarikan dari Rimdan, 2012, Kekuasaan Kehakiman
produk politik. Lebih lanjut Adi Sulistiyono
Pasca Amandemen Konstitusi, Kencana, Jakarta, hlm.
menegaskan bahwa minimal terdapat 2 alasan
yang menyebabkan sebuah undang-undang
Adapun Hierarki Peraturan Perundang-
tidak boleh berisi hal-hal yang bertentangan
Undangan di era TAP MPRS Nomor III/MPR/2000 adalah sebagai berikut: UUD 1945, TAP MPR, UU,
dengan dengan konstitusi: Pertama, politik
PEPERPU, PP, KEPRES dan PERDA. 43 Adapun Hierarki Peraturan Perundang-
45 Jazim Hamidi.(2013). Revolusi Hukum Undangan di era Undang-Undang Nomor 10 Tahun
Indonesia: Makna, Kedudukan, dan Implikasi Hukum 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Naskah Proklamasi 17 Agustus 1945 dalam Sistem Undangan adalah sebagai berikut: UUD Negara
Ketatanegaraan RI, Konpress, Jakarta, hlm. 55-57. Republik Indonesia Tahun 1945,
Azhari.(2017). Tafsir Undang/Peraturan
Konstitusi: Pergulatan Mewujudkan Demokrasi di Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan
Indonesia , Malang: Genta Publishing, hlm. 15-29. Daerah Provinsi/Kota/Kabupaten, Perdes/Peraturan
47 Federal & State Cases.(1803). Combined yang setingkat. Marbury and Madison, Supreme Court of the United
44 Zainal Arifin Hoesein.(2013).Judicial Review States, February 24, 1803, Decided, hlm. 3-30. di Mahkamah Agung RI Tiga Dekade Pengujian
48 Moh. Mahfud MD.(2014). Membangun Politik Peraturan Perundang-Undangan, Jakarta: Rajawali
Hukum Menegakkan Konstitusi , Rajawali Press, Pers, hlm.53.
Jakarta, hlm. 130.
350 Abdul Kadir J, Haeratun & Soeleman Djaiz | [Pengaturan Kepariwisataan Halal ….]
[Vol. 33 No. 3 November 2018] J J J A A A T T T I I I S S S W W W A A A R R R A A A ]
hukum Indonesia mengarahkan pembangunan
Implementasi Prinsip dan Asas Lex
hukum untuk mewujudkan pertumbuhan
Superior Derogat Legi Inferiori dalam
ekonomi yang berkelanjutan dan menciptakan
Pembentukan Peraturan Daerah Provinsi
kepastian hukum. Kedua, urgensi prioritas
Nusa Tenggara Barat Nomor 2 Tahun 2016
pembangunan hukum
sebagai
faktor
tentang Pariwisata Halal.
pemandu, pembimbing dan menciptakan Hukum Tata Negara Indonesia membagi iklim kondusif pada bidang ekonomi. 49 empat istilah dalam menyebut peraturan
Richard A Posner menekankan prinsip perundang-undangan, yaitu pertama, efisiensi dalam pembuatan keputusan-
kedua, peraturan keputusan sosial, efisiensi dalam kaca mata
peraturan
negara,
perundangan, ketiga, perundang-undangan Posner berkaitan dengan peningkatan
peraturan perundang- kekayaan seseorang tanpa mengakibatkan 53 undangan. Dalam bahasa Belanda, dikenal
dan
keempat,
kerugian bagi pihak lain, perubahan aturan Istilah wet, wetgeving, wettelijke regels atau hukum dapat meningkatkan efisiensi jika
wettelijke regeling(en). Istilah wet sendiri keuntungan pihak yang menang melebihi
dibedakan antara wet in formele zin (undang- kerugian pihak yang kalah dan pihak yang
undang dalam arti formal) dan wet in menang dapat memberikan kompesasi
materiele zin (undang-undang dalam arti kerugian bagi pihak yang kalah sehingga
material). Istilah perundang-undangan dan pihak yang kalah tersebut tetap menjadi lebih
peraturan perundang-undangan berasal dari baik. 50 Pengaturan tersebut bertujuan untuk Istilah wettelijke regels. Sedangkan istilah
memberikan keadilan dan kesejahtraan sosial. peraturan negara mungkln merupakan Keadilan yang dimaksud Posner adalah 54 terjemahan dari staatsregeling.
keadilan yang melebihi keadilan distributif Istilah peraturan negara dipergunakan oleh dan korektif. 51 Lebih jauh John Rawls Solly Lubis. Lubis juga mempergunakan
mendifinisakan keadilan sebagai reflective istilah peraturan perundang-undangan dan equilibrium , yaitu gandengan antara refleksi
tetapi yang rasional dengan intuisi (rasa keadilan)
perundang-undangan,
dimaksudkan dari kedua istilah ini adalah merupakan titik temu antara keyakinan intuitif
peraturan mengenai tata cara pembuatan dan kontruksi teoritis, sehingga keadilan itu
peraturan negara. Sedangkan bila yang harus diukur secara rasional dan rasa keadilan
peraturan yang pada satu sisi dapat memenuhi suatu
dimaksudkan
adalah
dilahirkan dari perundang-undangan, disebut keyakinan intuitif berupa rasa keadilan (sense 55 peraturan (negara) saja. Soehino
of justice 52 ). menggunakan istilah peraturan perundangan. Istilah ini perhah dipergunakan dalam Tap.
MPRS No. XX/MPRS/1966 sebagalmana
49 Adi Sulistiyono.(2018). Hukum Ekonomi sebagai Panglima , Mas Media Buana Pustaka,
53 Lihat Abdul Kadir Jaelani.(2017). Implikasi Sidoarjo, hlm. 16-24
Berlakunya Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara 50 Jarot Digdo Ismoyo, “Politik Hukum Barat Nomor 2 Tahun 2016 tentang Pariwisata Halal di
Pertambangan Mineral dan Batubara Berdasarkan Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Timur, Tesis, UUD 1945 dalam Mewujudkan Kesejahtraan Sosial”,
Program Pascasarjana Fakultas Hukum, Universitas Disertasi, Program Doktor Ilmu Hukum Program Pasca
Gadjah Mada, hlm.53-55.
sarjana, Fakultas Hukum, Universitas sebelas Maret,
“Model Kebijakan 2018, hlm. 75-80.
54 Isnaini
Muallidin,
Pemerintah Daerah dalam Pengelolaan Tanggung 51 Richard A. Posner.(1994). Economic Analysis Jawab Sosial Perusahaan Berbasis Regulasi Daerah”,
of Law , Harvad University Press, USA, hlm. 4. Jurnal Media Hukum, Fakultas Hukum Universitas 52 John Rawls.(1995). A Theory of Justice, Muhammadiyah Yogyakarta, Vol.22 No. 1 Tahun
Harvard University Press, Cambridge. Diterjemahkan
2015, hlm. 130.
oleh Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo, 2013, Teori
dkk.(2015). Strategi Keadilan: Dasar-dasar Filsafat Politik untuk
55 Diani
Sadiawati,
Nasional Reformasi Regulasi: Mewujudkan Regulasi Mewujudkan Kesejahtraan Sosial dalam Negara, yang Tertib dan Sederhana , Kementerian Perencanaan
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hlm. 12. dan Pembangunan Nasional, Jakarta, hlm. 8. [Pengaturan Kepariwisataan Halal ….] | Abdul Kadir J, Haeratun & Soeleman Djaiz 351
[Vol. 33 No. 3 November 2018]
tercantum dalam judul ketetapan tersebut, 63 undangan. Sistem Peraturan perundang- yaitu Sumber Tertib Hukum Republik
undangan Indonesia menempatkan Pancasila Indonesia dan Tata Urutan Peraturan
sebagai sumber dari sumber hukum negara. Perundangan Republik Indonesia. 56 Dalam kerangka pemikiran Hans Nawiasky,
Pancasila menempati posisi tertinggi dalam menggunakan istilah perundang-undangan,
Soejito dan
Amiroeddin
Syarif
hukum sebagai pendapat tersebut didasarkan pada dua
jenjang
norma
staatsfundamentalnorm , sedangkan dalam konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia,
teori stufenbau des recht dari Hans Kelsen yaitu terdapat pada BAB IV Konstitusi RIS
sebagai groundnorm. Undang-Undang Dasar 1949 dengan rumusan perundang-undangan
Negara RI Tahun 1945 merupakan hukum dan BAB III UUDS 1950 dengan rumusan
dasar dalam peraturan perundang-undangan yang sama. 57 Adapun istilah peraturan
sesuai ketentuan Pasal 7 ayat (1) UU No.12 perundang-undangan 64 diantaranya Tahun 2011.
dipergunakan oleh A. Hamid S. Attamimi, 58 Kemudian, apabila dilihat dari tertib dan R. Sri Soemantri M, Bagir Manan, Maria
perundang-undangan Farida lndrati Soeprapto dan Djoko Prakoso. 59 sebagaimana tergambar dalam Pasal 7 ayat (1)
jenis
peraturan
Di samping itu, istilah ini juga yang UU PPP, maka dapat dikatakan tertib dipergunakan dalam Tap. No. lll/MPR/2000,
peraturan perundang-undangan diartikan Undang-Undang No. 5 Tahun 1956 tentang
sebagai rangkaian asas-asas atau konsep- Peradilan Tata Usaha Negara, 60 Undang- konsep yang harus diperhatikan guna
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang menjamin peraturan perundang-undangan Pembentukan
merupakan satu kesatuan sistem. Melihat Undangan 61 dan Peraturan Mahkamah Agung
Peraturan
Perundang-
tertib peraturan perundang-undangan, prinsip Nomor 1 Tahun 2011 tentang Hak Uji
yang sering digunakan adalah lex superior Materiil. 62 derogat legi inferiori, lex posterior derogat
Peraturan perundang-undangan adalah legi priori dan lex specialis derogat legi peraturan tertulis yang memuat norma hukum
generali. Asas tersebut bermakna ke dalam yang mengikat secara umum dan dibentuk
tujuh tertib peraturan perundang-undangan atau ditetapkan oleh lembaga negara atau
diantaranya, pertama, peraturan perundang- pejabat yang berwenang melalui prosedur
undangan bagian dari sistem hukum, oleh yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-
karena itu harus tersusun dalam rangkaian sistem hukum yang berlaku. Kedua, peraturan
56 Ibnu Sina Chandra negara.(2017). Menemukan
perundang-undangan
tersusun secara
Formulasi Diet Regulasi, Jurnal Media Hukum,
berjenjang, karenanya tingkatan yang lebih
Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah
rendah tidak boleh mengatur materi peraturan
Yogyakarta, Vol.24 No. 1.
perundang-undangan yang lebih tinggi,
Syihabudin.(2008). Kajian Terhadap Jenis dan
peraturan yang lebih rendah tidak boleh
Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan indonesia, Jurnal Hukum, Vol. 10., No.23, Mei, hlm. 46-47.
mengesampingkan peraturan yang lebih tinggi
58 Rahendro Jati.( 2012). Partisipasi Masyarakat
dan peraturan perundang-undangan hanya
dalam Proses Pembentukan Undang-Undang yang
dapat diubah, dicabut atau dinyatakan tidak
Responsif, Jurnal Rechtsvinding, Vol. 1 No. 3
berlaku oleh yang lebih tinggi atau sederajat. Desember, hlm. 330-331.
Ketiga, suatu peraturan tidak memuat
Ibid. 60 Lihat Pasal 1 angka (1 ), angka (2) Undang-
ketentuan
yang
bertentangan dengan
Undang No. 5 Tahun 1956 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
63 Lihat Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 61 Lihat Pasal 1 angka (1 ), angka (2) Undang-
12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Perundang-Undangan.
Peraturan Perundang-Undangan. 64 Zainal Arifin Hoesein.(2013). Judicial Review 62 Lihat Pasal 1 angka (1 ), angka (2) Peraturan
di Mahkamah Agung RI Tiga Dekade Pengujian Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2011 tentang Hak
Peraturan Perundang-Undangan , Jakarta: Rajawali Uji Materiil.
Press, hlm. 57.
352 Abdul Kadir J, Haeratun & Soeleman Djaiz | [Pengaturan Kepariwisataan Halal ….]
[Vol. 33 No. 3 November 2018] J J J A A A T T T I I I S S S W W W A A A R R R A A A ]
peraturan lain, keempat,dalam hal terjadi Desentralisasi tidak sedikitpun adanya pertentangan antara peraturan perundang-
urgensi untuk menjadikan agama sebagai undangan dengan hukum tidak tertulis berlaku
bagian yang harus di bawa ke ranah publik. prinsip
peraturan
perundang-undangan
Penekanan dalam desentralisasi lebih kepada
penyelenggaraan daerah yang mempunyai daya laku ke depan, keenam,
diutamakan. Kelima, peraturan hanya
aspek
harapannya dapat memberdayakan dan peraturan
mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. mempunyai kekuatan jika dibentuk oleh
perundang-undangan
hanya
Secara umum tujuan desentralisasi tidak lebih pejabat yang berwenang dan ketujuh,
difokuskan pada pengembangan sumber daya peraturan perundang-undangan hanya dapat
daerah agar lebih mandiri dan tidak lagi mendelegasikan pengaturan kepada peraturan 67 menggantungkan pada pusat. Kemudian,
yang tingkatannya lebih rendah. 65 apabila muncul argumentasi munculnya Perda Selanjutnya, meskipun secara yuridis
adalah untuk Pasal 18B ayat (1) menyebutkan bahwa
bernuansa
agama
mengakomodasi representasi pemeluk agama negara mengakui dan menghormati satuan-
mayoritas, maka menurut Satjipto Raharjo satuan pemerintahan daerah yang bersifat
merupakan pemahaman yang ada dari Perda khusus atau bersifat istimewa, namun
adalah ekspresi dari pandangan terhadap pengakuan dan penghormatan tersebut harus
agama secara literal, yang memaknai agama terlebih dahulu diatur dengan undang-undang.
sebatas makna harfiahnya atau textbooked Artinya, sungguh pun suatu daerah memiliki
oriented. Meminjam istilah Amin Abdullah, kekhususan dibanding dengan daerah lain,
pembuatan Perda yang bernuansa agama namun secara yuridis belum ada undang-
seolah membuat sekat antara agama dan undang yang memberikan atribusi untuk
science , dimana keduanya seolah menjadi mengatur daerahnya sesuai kekhususan
entitas yang berdiri sendiri dan tidak bisa daerah tersebut, maka daerah terkait tetap
dipertemukan, mempunyai wilayah sendiri tidak bisa dikatakan sebagai daerah khusus.
baik dari segi objek-formal-material, metode Artinya, mayoritas daerah di Indonesia tidak
penelitian, kriteria kebenaran, peran yang diberikan kewenangan mengatur agama,
dimainkan oleh ilmuwan hingga institusi karena agama adalah urusan absolut
penyelenggaranya. Lebih jauh Amin Abdullah pemerintah pusat. Atas hal tersebut, Provinsi
menawarkan pradigma paradigma integratif- NTB sebagai bagian NKRI sudah seharusnya
berupaya mengurangi menghapus atau merubah Perda Nomor 2
interkoneksi
tersebut tanpa Tahun 2016 tentang Pariwisata Halal dan
ketegangan-ketegangan
meleburkan satu sama lain tetapi berusaha melakukan upaya pencegahan agar tidak lahir
mendekatkan dan mengaitkannya sehingga kembali Perda khusus bernuansa agama. 68 menjadi bertegus sapa satu sama lain.
kemudian membuat kekhususan dan keistimewaan dimunculkan
Kalaupun daerah hendak menjadikan
Hal
tersebut
penerapan Perda menjadi kaku, konservatif dalam Perda, maka seharusnya sektor selain
dan terkesan memaksa bagi setap warga agama yang harus ditonjolkan dalam perda. Ketidaktepatan daerah mengangkat agama ke 67 Abdul Kadir, Azimi Hamzah dan Ramli ranah publik dalam bentuknya Perda dan
Basri.(2015). A Review of Characteristics and
sejenisnya, juga tidak tepat jika dilihat dari
Experiences of Decentralization of Education, 66 International Journal of Education & Literacy Studies,
segi esensi historis dari desentralisasi. Vol. 3 No. 1; January, hlm. 35.
68 Amin Abdullah.(2014). Falsafah Kalam di 65 Akhmad Adi Purawan.(2014). Korupsi
Era Post Modernisasi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Legislasi dalam Pembentukan Peraturan Perundang-
hlm.90. Baca juga Wryani Fajar Riyanto, 2013, Undangan, Jurnal Rechtsvinding, Vol. 3 No. 3
Mazhab Sunan Kalijaga: Setengah Abad Genealogi Desember, hlm. 347-348.
Epistemologi Studi Ilmu Hukum Islam Integratif di 66 Badan Pembinaan Hukum Nasional.(2016).
Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Dokumen Pembangunan Hukum Nasional Tahun 2016, Yogyakarta , Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta,
Kementerian Hukum dan HAM RI, Jakarta, hlm. 10.
hlm.523.
[Pengaturan Kepariwisataan Halal ….] | Abdul Kadir J, Haeratun & Soeleman Djaiz 353
[Vol. 33 No. 3 November 2018]
354 Abdul Kadir J, Haeratun & Soeleman Djaiz | [Pengaturan Kepariwisataan Halal ….]
menaatinya. 69 Aktualisasi mengatur melalui Perda Nomor 2 Tahun 2016 tentang Pariwisata Halal belum sepenuhnya bertujuan memecahkan masalah dan sering bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Misalnya pertama, konflik tanak
pecatu 70 di obyek distinasi pariwisata. Penyebabnya adalah peningkatan kualitas maupun kuantitas kebutuhan akan tanah yang semakin
meningkat dan
peningkatan
pengadaan tanah untuk pembangunan yang tidak diikuti dengan seperangkat peraturan perundang-undangan sebagai salah satu penyelesaian sengketa bagi para pihak yang berkepentingan. Kedua, terbatasnya anggaran infrastruktur transportasi ke wilayah destinasi. Peningkatan kunjungan wisatawan idealnya membawa pengaruh terhadap peningkatan pendapatan daerah dari sektor pariwisata khususnya penerimaan dari pajak hotel, pajak lestoran, pajak hiburan, retribusi tempat rekreasi dan olahraga. Peningkatn tersebut tidak sebanding dengan pembangunan infrastruktur dan transportasi ke wilayah destinasi,
akibatnya
pembangunan
kepariwisataan menjadi terhambat karena masalah kesiafan infrastruktur fisik yaitu kemunculan destinasi yang cepat tidak diikuti dengan kecepatan
infrastruktur
yang
memadai. 71 Ketiga, peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sektor pajak tidak diikuti ole peningkatan retribusi sektor tempat rekreasi dan olahraga, karena Pemerintahan Kota dan Kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat belum menetapkan Perda
69 Moh.Mahfud MD, dkk.(2013). Dekonstruksi dan
Gerakan Pemikiran
Hukum
Progresif,
Yogyakarta: Thafa Media, hlm. 917. 70 Abdul Kadir Jaelani.(2017). Perlindungan
Kepemilikan Tanak Pecatu Pada Era Otonomi Daerah di Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur dalam Perspektif Keanekaragaman dalam Kesatuan Hukum, Laporan Hasil Penelitian Program Penelitian Mahasiswa S2, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Tahun, hlm. 5-7.
71 Abdul Kadir
Jaelani.(2018).
Implikasi
Berlakunya Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Pariwisata Halal Di Kota Mataram Dan Kabupaten Lombok Timur,
Tesis, Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Tahun, hlm. 75-150.
Induk Pariwisata. Kewenangan Daerah dalam menetapkan
Perda Induk Pariwisata seharusnya memperhatikan kriteria pungutan Daerah yang telah ditetapkan dalam PDRD. Pasal 23 A UUD Tahun 1945, merupakan dasar pemungutan pajak yang berbunyi pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang. Dari ketentuan tersebut, retribusi harus berdasarkan undang-undang karena memberikan imbalan yang secara langsung dapat ditunjuk. Peralihan kekayaan yang tanpa imbalan hanya dapat berupa, perampokan, pencurian, perampasan atau pemberian secara sukarela, oleh karenanya semua pungutan pajak dan pungutan lainnya harus terlebih dahulu mendapatkan perstujuan dari rakyat melalui Dewan Perwakilan Rakyat. Falsafah ini sama dengan falsafah pajak di Inggris yaitu no taxation without
representation dan Amerika “taxation without representation is robberry. 72
Dalam perspektif hak asasi manusia, Perda bernuansa agama jelas mengandung unsur pembedaan bagi seorang secara langsung maupun secara tidak langsung. Adapun yang dimaksud dampak secara langsung ialah dampak yang dirasakan langsung dari seseorang dari sebuah ketentuan hukum, sedangkan dampak secara tidak langsung muncul ketika praktek merupakan bentuk diskriminasi walaupun hal tersebut tidak ditujukan untuk tujuan diskriminasi. Berdasarkan hal tersebut, maka keberadaan Perda khusus bernuansa agama jelas telah bertentangan dengan prinsip kesetaraan dan nondikskriminasikan karena mengandung unsur pembedaan sebagaimana tercantum dalam Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia (DUHAM), secara tegas mencantumkan alasan mengenai prinsip kesetaraan dan
nondiskriminasi. 73
72 Andrianto Dwi Nugroho dan Mailinda Eka Yuniza.(2012). Pengaturan Pajak Daerah di Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kota Yogyakarta, Jurnal Mimbar Hukum Fakultas Hukum UGM, Volume. 24, Nomor 1, Februari, hlm. 131.
73 Suparman Marzuki.(2015). tragedi Politik Hukum dan HAM, , Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hlm.
[Vol. 33 No. 3 November 2018] J J J A A A T T T I I I S S S W W W A A A R R R A A A ]
kesejahtraan dalam telah menjadi otoritas pemerintah pusat,
Harus ditegaskan bahwa masalah agama
pendapatan
dan
masyarakat. Pengaturan tersebut bertujuan bukan kewenangan pemerintah daerah.
untuk memberikan keadilan dan kesejahtraan Otonomi daerah perlu dipahami sebagai
sosial. Keadilan yang dimaksud Posner adalah kebebasan untuk melaksanakan aturan yang
keadilan yang melebihi keadilan distributif sudah ada, bukan kebebasan untuk
dan korektif.
menetapkan peraturan atau kebijakan sendiri Kedua, Pemerintahan Daerah Provinsi yang tidak memiliki landasan dan kesesuaian
Nusa Tenggara Barat kurang memperhatikan dengan peraturan yang lebih tinggi. Dengan
prinsip dan asas lex superior derogat legi kata lain, dalam Perda doamain yang harus
inferiori dalam pembentukan Peraturan diatur adalah mengenai penjabaran lebih
Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor lanjut dari peraturan perundang-undangan
2 Tahun 2016 tentang Pariwisata Halal, hal yang lebih tinggi yaitu dalam rangka
ini terlihat dari materi yang diatur dalam menjalankan otonomi dan tugas pembantuan
Perda tersebut bernuansa agama, padahal yang didasarkan pada asas desentralisasi dan
agama adalah urusan absolut pemerintah dekonsentrasi. 74 pusat. Perda tersebut juga seolah menegasikan
peraturan perundang-undangan yang tersusun
D. KESIMPULAN
secara berjenjang, karenanya tingkatan yang Berdasarkan pemaparan di atas, maka