PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN EFIKASI DIRI (SELF EFFICACY) DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS XI PEMASARAN MATA PELAJARAN RITEL SMK BATIK 2 SURAKARTA

  BISE: Jurnal Pendidikan Bisnis dan Ekonomi https://jurnal.uns.ac.id/bise p-ISSN 2548-8961 | e-ISSN 2548-7175 | Volume 4 Nomor 2 (2018)

Program Studi Pendidikan Ekonomi, FKIP Universitas Sebelas Maret

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM

  (SELF EFFICACY) DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS XI PEMASARAN MATA PELAJARAN RITEL SMK BATIK 2 SURAKARTA

  1

  1

  1 Amalia Rohmah , Dewi Kusuma Wardani , Leny Noviani

1 Prodi Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Sebelas Maret

  Email: amaliarohmah93@gmail.com

  Article Info Abstract DOI:

  http://dx.doi.org/10 This classroom action study aims (1) To improve student .20961/bise.v4i1.20 learning activity of XI PM SMK Batik 2 Surakarta by using cooperative 028 learning model of Student Team Achivement Division type. (2) To

  improve self efficacy of student of XI PM SMK Batik 2 Surakarta by using cooperative learning model of Student Team Achivement Division type.

  Keyword: self This research is a classroom action research with two cycles and efficacy, learning using STAD type cooperative method. This research is located in SMK activities, STAD

  Batik 2 Surakarta. Techniques and data collection tools in this study using type cooperative a interview technique. method

  The results showed that with STAD type cooperative method there was an active and fun learning atmosphere so that the students' learning activity and self efficacy were improved. The results of the cycle I to cycle II there is an increase in self-efficacy of 62.60 to 80.86, and learning activities 70.64% and increased again in cycle II to 84.77%. It is concluded that STAD type cooperative method can improve self efficacy and student learning activities.

  A.Rohmah, D.K.Wardani, L.Noviani Jurnal Pendidikan Bisnis dan Ekonomi Vol. 4 No. 2

  1

  

ABSTRAK

  Penelitian tindakan kelas ini bertujuan (1)Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa XI PM SMK Batik 2 Surakarta dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team

  

Achivement Division . (2)Untuk meningkatkan efikasi diri siswa XI PM SMK Batik 2 Surakarta

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achivement Division.

  Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan dua siklus dan menggunakan metode kooperatif tipe STAD. Penelitian ini berlokasi di SMK Batik 2 Surakarta. Teknik dan alat pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik wawancara.

  Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan metode kooperatif tipe STAD terjadi suasana pembelajaran yang aktif dan menyenangkan sehingga aktivitas belajar dan efikasi diri siswa meningkat. Hasil dari siklus I ke siklus II terdapat peningkatan efikasi diri yaitu 62.60% menjadi 80.86%, dan aktivitas belajar dari 70.64% dan terjadi peningkatan pada siklus II menjadi 84.77%. Disimpulkan bahwa metode kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan efikasi diri dan aktivitas belajar siswa.

  Kata Kunci:

  efikasi diri, aktivitas belajar, metode kooperatif tipe STAD

  PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

  Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dalam dirinya agar memliki kecerdasan, pengendalian diri, kepribadian, ahlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat sekitar. Pada tahun 2005 telah terbit Peraturan Pemerintah Nomor 19 tentang Standar Nasional pendidikan, yang mengharuskan setiap sekolah mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), ini merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Pada tahun 2013 pemerintah memberlakukan penerapan Kurikulum 2013 untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

  Kurikulum yang baik tidak akan berjalan dengan maksimal apabila guru tidak melakukan pembelajaran secara inovatif. Guru seharusnya melakukan pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar siswa, dengan cara menggunakan media atau metode pembelajaran yang inovatif. Aktivitas belajar meliputi keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dalam pembelajaran. Hal ini dapat menentukan keberhasilan dari kegiatan belajar mengajar.

  Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada hari Senin, 14 september 2015 di kelas XI pemasaran SMK Batik 2 Surakarta pada mata pelajaran ritel siswa kurang antusias terhadap proses belajar sehingga menyebabkan aktifitas belajar kurang dan pada saat melakukan ulangan harian siswa masih banyak yang mennyontek. Pembelajaran konvensional tidak melibatkan siswa secara langsung sehingga tidak ada proses tanya jawab maupun diskusi, sementara proses tersebut akan sangat berguna untuk pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan.

  Berdasarkan indikator aktivitas belajar yang didapat melalui hasil observasi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar masih

  A.Rohmah, D.K.Wardani, L.Noviani Jurnal Pendidikan Bisnis dan Ekonomi Vol. 4 No. 2

  

2 rendah. Terbukti masih banyak siswa yang tidak memperhatikan guru pada saat memberikan materi, lalu dalam proses belajar mengajar guru masih menggunakan model pembelajaran ceramah sehingga interaksi antara guru dan siswa tidak ada. Siswa hanya bersikap pasif selama proses pembelajaran berlangsung.

  Ciri- ciri seorang individu yang memiliki sikap efikasi diri adalah ketika seorang individu mampu menangani peristiwa- peristiwa dalam hidupnya secara efektif, tekun serta memiliki kemauan dalam dirinya untuk menyelesaikan tugas-tugas, percaya pada kenmampuan yang dimiliki oleh diri sendiri, melihat suatu kesulitan sebagai suatu tantangan yang harus diselesaikan dengan baik dan benar, menetapkan suatu tujuan untuk diri sendiri dan membangun suatu komitmen yang kuat dalam dirinya sendiri, berusaha sekuat tenaga tentang apa yang akan dilakukan dan tidak berputus asa dalam menghadapi suatu kegagalan yang terjadi pada dirinya, fokus pada tugas dan memikirkan suatu cara untuk mengatasi kegagalan, mampu mengatasi dirinya sendiri setelah mengalami suatu kegagalan, dan mampu menghadapi suatu ancaman ataupun tantangan yang terjadi dengan penuh keyakinan dalam diri bahwa mereka mampu mengatasinya Menurut (Bandura,1997:211) dalam (Moh.Hadi dan Suroso, 2014: 187).

  Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di SMK Batik 2 Surakarta menggambarkan bahwa siswa kurang percaya diri dalam pembelajaran, misalnya mereka tidak berani bertanya dan mengajukan pendapat selama proses pembelajaran. Hal ini berdampak pada aktivitas belajar yang pasif. Observasi dilakukan pada mata pelajaran ritel (hari Senin, 14 september 2015) di kelas XI PM yang menunjukkan bahwa 86,9% siswa tidak bersemangat dalam mengikuti pembelajaran Ritel, 43,4% siswa tidak memperhatikan guru pada saat guru memberikan materi 21,7% siswa tidak bekerjasama dengan teman saat diskusi kelompok, 30,4% siswa memaparkan pendapatnya dalam diskusi dengan tidak penuh keyakinan, 78,2% ,siswa tidak bertanya pada guru tentang materi yang belum dipahami, 78,2% siswa tidak dapat menjawab pertanyaan maupun soal- soal mata pelajaran Ritel dengan penuh keyakinan tanpa ragu- ragu.

  Berdasarkan hasil observasi tersebut, diketahui bahwa capaian persentase efikasi diri aktivitas belajar siswa masih rendah. Hasil analisis nilai ulangan harian pada siswa kelas XI PM pada materi sebelumnya menunjukan banyak siswa yang belum memenuhi KKM yang ditentukan sebesar 75, yaitu 18 orang siswa masih memperoleh nilai dibawah KKM yang ditentukan serta sebanyak 5 siswa sudah memperoleh nilai diatas KKM. Masalah yang terjadi pada kelas XI PM yang paling penting dan perlu dicari solusinya adalah mengenai aktivitas belajar dan efikasi diri yang rendah pada mata pelajaran ritel. Pokok permasalahan aktivitas belajar siswa yang rendah dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah dalam pembelajaran ritel selama ini guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal tersebut menyebabkan siswa merasa bosan dalam mengikuti proses pembelajaran serta tidak ada proses tanya jawab maupun diskusi sehingga menyebabkan siswa tidak memperhatikan materi yang diberikan oleh guru.

  Model pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) dapat menjadi model pembelajaran yang memberikan solusi alternatif. Tujuan yang paling utama dari penggunaan model pembelajaran tipe STAD adalah memberikaan suatu motivasi kepada siswa agar saling mendukung satu sama lain dalam upaya menguasai suatu kemampuan yang diberikan oleh guru (Slavin ,2005: 12). Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) membantu siswa agar siswa tidak merasa bosan dalam mengikuti proses belajar mengajar karena dalam model pembelajaran STAD melibatkan kompetisi antar kelompok sehingga nantinya siswa akan bersungguh-sungguh dalam memperhatikan pemaparan materi selama persentasi berlangsung, karena hal tersebut akan sangat mempengaruhi mereka dalam mengerjakan kuis, serta perolehan skor kuis pada masing- masing individu akan mempengaruhi skor yang didapat kelompok mereka. Jadi dengan kata lain bahwa jika siswa tersebut tidak memperhatikan baik pada saat guru memberikan penjelasan materi maupun pada saat proses diskusi maka siswa tersebut tidak dapat menjawab pertanyaan- pertanyaan dalam kuis dan jika mereka tidak dapat menjawab pertanyaan dalam kuis maka akan mempengaruhi skor kuis kelompok mereka.

  Model pembelajaran STAD siswa dibagi kedalam beberapa kelompok heterogen sehingga mereka dapat bertukar pikiran antara satu dengan lainnya dan apabila dalam satu kelompok ada yang belum memahami materi yang diberikan oleh guru mereka dapat saling membantu menjelaskan. Pada pembelajaran menggunakan tipe STAD siswa dianjurkan untuk saling membantu untuk menjelaskan jika terdapat materi- materi yang belum dipahami, tetapi pada saat dilakukan kuis mereka harus bertanggung jawab pada diri mereka sendiri. Dengan begitu maka setiap individu memiliki suatu tanggung jawab apabila ada salah satu anggota kelompoknya yang masih belum paham pada materi yang disampaikan, karena keberhasilan suatu kelompok dalam mengerjakan kuis tergantung pada pemahaman dari masing- masing individu terhadap materi yang disampaikan. Dalam model pembelajaran STAD terdapat proses diskusi dimana nantinya proses diskusi tersebut akan membantu menumbuhkan sikap efikasi diri.

  Secara langsung proses diskusi akan membantu siswa untuk lebih memahami materi- materi yang diberikan dimana nantinya jika siswa sudah merasa paham akan materi tersebut pada saat ulangan harian siswa akan lebih percaya diri dalam mengerjakan soal yang diberikan sehingga siswa tidak ada yang mencontek. Dalam diri masing- masing siswa tumbuh sikap efikasi atau keyakinan dalam diri mereka akan kemampuan untuk mengerjakan soal dengan jujur tanpa harus mencontek karena mereka sudah paham dan menguasai akan materi yang diberikan.

  Tujuan Penelitian

  Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah

  1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa XI PM SMK Batik 2 Surakarta dengan cara menggunakan model pembelajaran Student Team Achivement Division (STAD).

  2. Untuk meningkatkan efikasi diri pada siswa XI PM SMK Batik 2 Surakarta dengan menggunakan model pembelajaran Student Team Achivement (STAD.

  Kajian Pustaka

  1. Model Pembelajaran kooperatif

  Pengertian model pembelajaran menurut Rusman (2013: 201), guru lebih berperan sebagai fasilitator agar siswa lebih mamahami dengan catatan siswa sendiri. Tugas seorang guru tidak hanya memberikan suatu pengetahuan dalam diri siswa, tetapi juga membangun pengetahuan siswa melalui pemikirannya sendiri. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan ide- ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan ide- ide mereka sendiri. Pembelajaran kooperatif memiliki ciri- ciri dalam struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif (Rusman, 2013: 208).

  2. Student Team Achievement Division

  Model pembelajaran tipe STAD merupakan model pembelajaran yang paling sederhana, dan suatu model pembelajaran yang sesuai untuk guru yang baru akan memulai menggunakan pedekatan kooperatif dalam pembelajaran. Slavin (2007) dalam Rusman ( 2013: 214), “ gagasan utama dalam STAD adalah memacu para siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama

  

lain untuk menguasai ketrampilan yang diajarkan guru”. Metode pembelajaran STAD adalah

  metode pembelajaran yang mengelompokkan siswa kedalam beberapa kelompok agar saling membantu masing- masing anggota kelompok untuk memahami materi yang diberikan oleh guru.

  Menurut Slavin (2005: 143) terdapat lima komponen utama dalam STAD yaitu antaralain,

  a. Persentasi kelas, dalam memperkenalkan model pembelajaran STAD pertama-tama adalah melalui persentasi didalam kelas. Perbedaan persentasi dalam STAD dan persentasi biasa adalah harus berfokus pada unit STAD. Dengan cara tersebut siswa harus benar-benar memperhatikan dan fokus selama proses persentasi berlangsung karena hal tersebut akan mempengaruhi pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan serta mempengaruhi mereka dalam mengerjakan kuis karena skor kelompok mereka tergantung skor dari masing- masing individu.

  b. Tim, terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal prestasi akademik, jenis kelamin, ras, dan etnistas. Tim berfungsi agar masing- masing siswa dipastikan memahami materi yang telah diberikan dan memastikan bahwa setiap anggota siap untuk mengerjakan kuis.

  c. Kuis, setelah dua periode melakukan persentasi maka guru akan mengadakan kuis individual yang bertujuan untuk melihat seberapa jauh pemahaman siswa terhadap materi yang selama ini dipersentasikan. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas dirinya sendiri sehingga tidak diperbolehkan saling membantu dalam menjawab pertanyaan- pertanyaan dalam kuis.

  d. Skor kemajuan individual, hal tersebut bertujuan untuk memberitahu siswa seberapa jauh tujuan pembelajaran yang telah dicapai serta untuk memberikan kinerja yang lebih baik dari pada sebelumnya.

  e. Rekognisi tim, suatu tim atau kelompok akan mendapatkan suatu penghargaan ketika mereka mampu mencapai suatu kriteria yang telah ditetapkan. Dua puluh persen dari skor masing- masing siswa juga digunakan untuk menentukan keberhasilan tim.

  3. Efikasi Diri

  Efikasi diri merupan suatu aspek yang berpengaruh dalam kehidupan sehari- hari mengenai pengetahuan diri atau self knowledge. Efikasi diri yang dimiliki oleh masing- masing individu berpengaruh dalam tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut Bandura (2001:10) dalam Jess dan Gregory (2013: 212) mendefinisikan efikasi diri sebagai

  

“keyakinan seseorang dalam kemampuannya untuk melakukan suatu bentuk kontrol terhadap

  keberfungsian orang itu sendiri dan kejadian dalam lingkungannya. Efikasi diri adalah suatu keyakinan dalam diri seorang siswa terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan suatu tugas maupun pekerjaan. Menurut Baron dan Byrne (2002) dalam Siti (2011:5) efikasi diri adalah suatu penilaian individu terhadap kemampuan dan kompetensinya dalam melaksanakan suatu tugas dan dalam mencapai suatu tujuan, atau ketika mengatasi suatu masalah. Efikasi diri yang selanjutnya mengarahkan seseorang dalam merasa, berpikir, memotivasi dirinya sendiri dan perilaku yang akan dimunculkan.

  4. Aktivitas Belajar

  Aktivitas belajar siswa bukan hanya berdasarkan aktivitas fisik siswa semata, tetapi juga didalamnya terdapat aktivitas mental dan emosional. Pada aktivitas mental dan emosional guru dapat mengamati gejala- gejala yang nampak antara lain , bertanya, menanggapi, menjawab pertanyaan, diskusi dalam memecahkan masalah, melaporkan hasil kerja, membuat rangkuman, dan lain- lain (Nuansa dan Isroah, 2012: 119). Aktivitas belajar dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh seorang siswa sebagai usaha untuk merubah kemampuan dalam dirinya melalui berbagai macam interaksi dengan lingkungannyadalam aktivitas belajar terdapat aktivitas fisik maupun aktivitas mental. Kedua aktivitas tersebut harus saling terkait satu sama lain selama kegiatan belajar, serta harus ada suatu keserasiuan diantara kedua aktivitas tersebut.

  Rousseau dalam Sardiman (2014: 96) memberikan penjelasan bahwa : “dalam kegiatan belajar seluruh pengetahuan harus diperoleh melalui pengamatan sendiri, pengalaman yang diperoleh sendiri, penyelidikan sendiri, dengan cara kerja secara sendiri, dan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis. Hal tersebut menunjukan bahwa setiap orang yang belajar harus aktif secara sendiri, tanpa adanya suatu aktivitas maka kegiatan belajar tidak akan mungkin terjadi”.

METODE PENELITIAN

  Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas. Pengertian dari penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang bersifat reflektif dan kolaboratif dan dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki mutu praktek pembelajaran di kelas Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat tahapan, yakni (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.

  Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran Ritel yaitu ibu Dra. Hj. Murni Widarti dan siswa kelas XI Pemasaran SMK Batik 2 Suarakarta tahun ajaran 2015/ 2016, dengan jumlah 23 siswa.

  Untuk mengetahui aktivitas belajar dan efikasi diri dengan menerapkan model STAD dalam mata pelajaran Ritel kelas XI Pemasaran diperlukan adanya indikator kinerja penelitian yang akan dijadikan sebagai acuan dalam keberhasilan peneliti. Menurut Mulyasa (2007: 105) yang menyatakan bahwa pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat aktif baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran.

  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

  Penelitian yang telah dilaksanakan menunjukan bahwa self efficacy dan aktivitas belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran STAD pada siklus I belum mencapai indikator keberhasilan, namun pada siklus II telah mencapai indikator keberhasilan. Perhitungan skor peningkatan self efficacy peserta didik pada kondisi awal siswa sebelum dilakukan tindakan dan setelah tindakan pada setiap indikator yang diamati dapat dilihat pada tabel 1.4

Tabel 1.4 Data hasil observasi efikasi diri siswa peserta didik pada kegiatan prasiklus, siklus 1, dan siklus 2 ditinjau dari masing- masing indikator.

  No Indikator Presentase Academic Self Eficacy (%) Pra Siklus Siklus Peningkata Siklus

  I II n

  1 Berani menyampaikan dan

  17.4

  43.47

  60.86

  78.26 menanggapi gagasan dari teman

  2 Bertanya pada guru mengenai

  8.69

  53.17

  73.91

  82.60 materi yang belum dipahami

  3 Bersemangat dalam mengikuti

  13.05 proses pembelajaran mata pelajaran

  47.82

  65.21

  78.26 ritel

  4 Menjawab pertanyaan atau soal

  17.4 Membuka Usaha Eceran (Retail

  43.47

  60.86

  78.26 dengan yakin tanpa ragu-ragu

  5 Tenang ketika mengerjakan

  34.78

  45.82

  52.17

  86.95 ulangan Membuka Usaha Eceran

  (Retail

  Jumlah 240.1

  91.32

  313.01 404.33

  Rata-rata

  48.02

  62.60

  80.87

  18.26 Tabel 1.4 menunjukan bahwa academic self efficacy peserta didik kelas XI PM dari siklus

  1 ke siklus 2 mengalami kenaikan sebesar 18.26 %, dari 62.60% mengalami kenaikan menjadi 80.86% peserta didik memiliki self efficacy. Hal tersebut dapat diketahui dari jumlah capaian pada masing- masing indikator. Berani menyampaikan atau menanggapi gagasan teman memiliki perolehan sebesar 60.86% pada siklus I dan 78.26% pada siklus II. Bertanya pada guru mengenai materi yang belum dipahami sebesar 73.91% pada siklus I dan 82.60% pada siklus II. Bersemangat dalam mengikuti pembelajaran Membuka Usaha Eceran (Retail) memiliki perolehan sebesar 62.61% pada siklus I dan 78.26% pada siklus II. Menjawab pertanyaan atau soal Membuka Usaha Eceran (Retail) dengan yakin tanpa ragu-ragu pada sikuls 1 sebesar 60.86% menjadi 78.26% pada siklus 2. Tenang ketika mengerjakan ulangan memperoleh presentase sebesar 52.17% pada siklus I dan 86.95% pada siklus II.

  Berikut disajikan tingkat perubahan self efficacy peserta didik ditinjau dari setiap indikator dalam bentuk grafik seperti Gambar 1.4

Gambar 1.4 Grafik self efficacy peserta didik

  Grafik pada Gambar 1.4 menunjukan kenaikan presentase efikasi diri siswa ditinjau dari masing- masing indikator kegiatan pra siklus, siklus 1, dan siklus 2. Peningkatan efikasi pada kegiatan pra siklus dan siklus 1 sebesar 14.58% (efikasi diri pada kegiatan pra siklus adalah sebesar 48.02 mengalami kenaikan menjadi 62.60 pada siklus 1) dan kenaikan yang terjadi pada kegiatan siklus 1 dan siklus 2 yaitu sebesar 18.26% (pada siklus 1 62.60 menjadi 80.86 pada siklus 2).

  Aktivitas belajar siswa mengalami suatu peningkatan pada setiap siklus. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.4. : Perbandingan skor aktivitas belajar pada kegiatan pra siklus, siklus 1, dan siklus 2

  Keterangan Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2 Nilai Rata-rata

  33.6

  70.64

  84.77 Berdasarkan tabel 2.4. tersebut terlihat adanya peningkatan aktivitas belajar pada kegiatan pra siklus, siklus 1, dan siklus 2. Jumlah presentase pada kegiatan pra siklus sebesar 33.6%, lalu meningkat pada siklus 1 menjadi 70.64% dan pada siklus 2 mengalami peningkatan menjadi 84.77%.

  Berikut disajikan tingkat perubahan aktivitas belajar peserta didik dilihat dari setiap siklus dalam bentuk grafik seperti Gambar 2.4

Gambar 2.4 Grafik aktivitas belajar peserta didik

  PEMBAHASAN

  Kondisi awal yang terd=jadi di kelas XI PM SMK Batik 2 Surakarta menunjukan bahwa efikasi diri dan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Membuka Usaha Eceran (Retail) masih rendah. Kegiatan belajar belum optimal dan pemanfaatan potensi peseta didik masih kurang. Siswa dirasa kurang antusias terhadap proses belajar sehingga menyebabkan aktifitas belajar kurang pada saat pembelajaran berlangsung. Pada saat pembelajaran siswa hanya diam saja serta komunikasi dalam proses pembelajaran hanya bersifat searah yaitu guru ke siswa jadi dari siswa tidak ada umpan balik jawaban atau dengan kata lain siswa hanya bersifat pasif.

  Berdasarkan hasil observasi pada kegiatan pra siklus maka dilakukan pembelajaran dengan menggunkan metode STAD. Penerapan model pembelajaran STAD dilakukan untuk meningkatkan efikasi diri dan aktivitas belajar pada mata pelajaran ritel kelas XI PM. Penelitian ini dilakukan dengan siklus pembelajaran dan menggunakan model pembelajaran yang sama pada setiap siklusnya, yaitu menggunkan model pembelajaran STAD.

  Penggunaan model pembelajaran STAD dapat mempermudah siswa dalam memahami materi yang diberikan sehingga hal tersebut akan mempengaruhi aktivitas dalam kelas tersebut. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada beberapa siswa dapat diketahui bahwa penggunaan model pembelajaran STAD lebih menyenangkan disbanding model pembelajaran konvensional hal tersebut dikarenakan kegiatan yang dilakukan tidak hanya mencatat dan memperhatikan penjelasan dari guru tetapi siswa dapat bertukar pikiran melaluim kegiatan diskusi sehingga siswa lebih bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Pada metode pembelajaran sebelumnya guru menggunakan model pembelajaran konvesional dimana kegiatan yang dilakukan hanyan mencatat dan mendengarkan penjelasan dari guru sehingga mereka akan cepat bosan. Pada pembelajaran dengan penerapan model STAD yang dilakukan dengan diskusi, mereka juga akan mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas, yang dapat memacu STAD seperti adanya tanggapan, sanggahan maupun pertanyaan dari kelompok lain.

  Hasil wawancara yang dilakukan pada guru menunjukan bahwa pada mata peelajaran ritel belum pernah menggunkan model pembelajaran STAD. Guru biasanya menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan diskusi sederhana. Guru juga mengungkapkan bahwa penerapan model pembelajaran STAD dapat menarik perhatian peserta didik dan membuat peserta didik lebih terlibat aktif dalam pembelajaran karena peserta didik dilatih untuk melakukan observasi, mengajukan pertanyaan, menganalisa, dan menyampaikan hasil diskusi didepan kelas.

  SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

  Berdasarkan analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan efikasi diri dan aktivitas belajar siswa pada proses pembelajaran. Model pembelajaran STAD dapat meningkatkan efikasi diri yang ditunjukan pada penelitian yang mengalami peningkatan pada setiap siklus. Sebelum diterapkan model pembelajaran STAD efikasi diri siswa masih rendah, yang ditunjukan pada pencapaian setiap indikator antara lain berani menyampaikan atau menanggapi gagasan teman 43.47%, bertanya pada guru tentang materi yang belum dipahami 53.17%, bersemangat dalam mengikuti pembelajaran (Ritel) 52.17%, menjawab pertanyaan atau soal Ritel dengan yakin tanpa ragu-ragu 43.47% dan tenang ketika mengerjakan ulangan Ritel 47.82%. pada siklus 1 terjadi peningkatan pada masing-masing indikator yaitu menjadi 60.86% berani menyampaikan atau menanggapi gagasan teman, 73.91% bertanya pada guru tentang materi yang belum dipahami, 65.21% bersemangat dalam mengikuti pembelajaran Ritel 60.86% menjawab pertanyaan atau soal Ritel dengan yakin tanpa ragu-ragu, 52.17% tenang ketika mengerjakan ulangan Ritel. Pada siklus 2 terjadi peningkatan pada masing- masing indikator yaitu, berani menyampaikan atau menanggapi gagasan teman meningkat menjadi 78.26%, bertanya pada guru tentang materi yang belum dipahami meningkat menjadi 82.60%, bersemangat dalam mengikuti pembelajaran Ritel meningkat menjadi 78.26%, menjawab pertanyaan atau soal Ritel dengan yakin tanpa ragu-ragu meningkat menjadi 78.26%, dan tenang ketika mengerjakan ulangan Ritel meningkat menjadi 86.95%.

  Peningkatan aktivitas belajar juga meningkat melalui penerapan model pembelajaran

  

STAD. Presentase aktivitas belajar peserta didik sebelum dilakukan tindakan yaitu 31.3%. Hasil

  siklus I presentase aktivitas belajar peserta didik sebesar 70.64%. Hasil siklus II presentase aktivitas belajar peserta didik sebesar 84.77%

  Implikasi

  Penelitian ini memberikan gambaran bahwa keberhasilan suatu proses pembelajaran tergantung pada beberapa faktor yang berasal dari peserta didik maupun guru. Faktor yang berasal dari peserta didik yaitu motivasi belajar peserta didik untuk memunculkan self eficacy peserta didik dalam proses pembelajaran. Faktor yang berasal dari pihak guru yaitu cara menyampaikan materi, mengembangkan model pembelajaran yang digunakan, serta kemampuan guru dalam mengelola kelas. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa penerapan model STAD dapat meningkatkan self eficacy dan aktivitas belajar peserta didik. Hal ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dan pilihan bagi guru untuk menerapkan model pembelajaran tersebut dalam proses pembelajaran.

  Penerapan model STAD dapat memunculkan self eficacy peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik lebih aktif dan antusias saat belajar. Guru dapat memberikan motivasi kepada peserta didik dan membuat peserta didik semakin berani dan percaya diri dalam mengeluarkan pendapat saat diskusi maupun mempresentasikan hasil diskusi.

  Saran

  1. Saran untuk siswa :

  a. Siswa diharapkan dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran seperti bertanya, mengemukakan pendapat, dan memecahkan masalah agar siswa dapat memahami materi yang diberikan secara maksimal

  b. Siswa diharapkan dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri agar siswa lebih memahami materi pelajaran, sehingga siswa tidak hanya mengandalkan penjelasan yang diberikan oleh guru.

  c. Siswa dapat berkontribusi dalam proses diskusi kelompok seperti pemecahan masalah yang diberikan oleh guru, dan dapat menghargai serta membantu teman yang kesulitan di dalam kelompok.

  2. Bagi Guru :

  a. Guru hendaknya menggunakan model pembelajaran yang inovatif dalam proses pembelajaran agar dapat meningkatkan aktivitas belajar di dalam kelas.

  b. Guru hendaknya memberikan metivasi kepada siswa dalam proses pembelajaran seperti memutarkan video yang berkaitan dengan materi pembelajaran agar siswa tertarik dan fokus dalam mengikuti pembelajaran.

  c. Guru hendaknya memberikan suatu penghargaan kepada siswa yang mendapatkan nilai terbaik agar siswa termotivasi dan bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

  Alam, S. (2013). Ekonomi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. ISBN:

  Style Terhadap Perilaku Konsumsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi IKIP PGRI Bojonegoro. Jurnal Edutama, 3 (2), 49-57. Badan Pusat Statistik. (2013). Statistik Indonesia Mengenai Tingkat Pendapatan 2013 . Jakarta:

  BPS Blackweel, R, D., Miniard, P, W., & Engel, J, F. (2012). Consumer Behavior. Singapore: Cengage Learning Asia Pte Ltd. ISBN: 9789814336918.

  

Curriculum Planning And Development Division Ministry Of Education. (2014). Food And

Consumer Education Syllabus Lower Secondary . Singapore:ISBN: 9789810753979.

  Diperoleh pada

  22 Februari. Dari

  https://www.moe.gov.sg/docs/defaultsource/document/education/syllabuses/sciences/files/f ood-consumer-education.pdf

  Hafid, A., Ahiri, J., & Haq, P. (2013). Konsep Dasar Ilmu Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

  ISBN: 9786027825123. Imansari, F., & Fitrayati, D. (2016) . Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Perilaku

  Konsumsi Siswa Kelas XI IIS Di SMANegeri 17 Surabaya. Jurnal Pendidikan Ekonomi, 1-8.

  9789795189985 Astuti, R, P, F. (2016). Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua, Literasi Ekonomi Dan Life

  A.Rohmah, D.K.Wardani, L.Noviani Jurnal Pendidikan Bisnis dan Ekonomi Vol. 4 No. 2

  Nuansa dan Isroah. 2012. Peningkatan Aktivitas Belajar Akuntansi Melalui Implementasi Model

  Ghalia Indonesia. ISBN: 9789794506493 Suryani, T. (2013). Perilaku Konsumen Di Era Internet. Yogyakarta: Graha Ilmu. ISBN:

  Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta Sumarwan, U. (2014). Perilaku Konsumen: Teori Dan Penerapannya Dalam Pemasaran. Bogor:

  Transmission Of Human Capital. International Journal Of Social Economics , 44 (2), 267- 283. Diperoleh pada 11 Januari 2018, dari Https://Doi.Org/10.1108/IJSE-11-2014-0235 .

  Shareef, F., Khawaja, M, J., & Azid, T. (2017). Does Parents’ Income Matter In Intergenerational

  Keinginan Konsumen . Jakarta: Kencana

  Setiadi, N, J. (2010). Perilaku Konsumen: Prespektif Konteporer pada Motif, Tujuan, Dan

  Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (Stad) Pada Siswa Kelas X Ak 3 Program Keahlian Akuntansi Smk Batik Perbaik Purworejo Tahun Ajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia. Vol X No 2 2012 Rosyidi, S. (2011). Pengantar Teori Ekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

  

Akan Menghadapi Ujian Akhir Nasional .GUIDENA, Vol.1. No.1, September 2011

  11 Indrianawati, E., & Soesatyo, Y. (2015). Pengaruh Tingkat Pendapatan Dan Pengetahuan Ekonomi Terhadap Tingkat Konsumsi Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya. Jurnal Ekonomi Pendidikan Dan Kewirausahaan, 3 (1), 214-226.

  Murlaila, Siti.2011.Pelatihan Efikasi Diri Untuk Menurunkan Kecemasan Pada Siswa Siwi yang

  2014 (i- COME’14). Malaysia. Procedia - Social and Behavioral Sciences 155 ( 2014 ) 448 – 453. Diperoleh pada 11 Januari 2018, dari Https://doi:10.1016/j.sbspro.2014.10.320 .

  . The International Conference on Communication and Media

  Consumer Conscious Nation

  Mazlana, D., Redzuana, A, M., & Bakar, D, A. (2014) Consumer Education in Creating a

  Jurnal Pendidikan Ekonomi , 36-50.

  Mayasari, I. (2013). Pembentukkan Perilaku Konsumsi Siswa Melalui Pembelajaran Ekonomi.

  Kusniawati, M., & Kurniawan, R, Y.(2016). Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dan Literasi Ekonomi Terhadap Perilaku Konsumsi Siswa Kelas X IPS Di SMA Negeri 2 Tuban. Jurnal Pendidikan Ekonomi, 4 (3), 1-9.

  9789797569969 Wening, S. (2015). Membentengi Keluarga Terhadap Budaya Konsumerisme Dengan Nilai-Nilai Kehidupan Dalam Pendidikan Konsumen. Jurnal KELUARGA, 1 (1), 62-75.