Hak Gugat Pemerintah untuk Penggantian Kerugian dan Pemulihan Lingkungan Dalam Sengketa Lingkungan Hidup
Volume 1 Nomor 1, Oktober 2017 Editorial Office : Faculty of Law, Andalas University
Kampus Pancasila, Jalan Pancasila Nomor 10 Padang, West Sumatera Phone/Fax : 0751-27404 / 0751-34605 E-mail : nagarilawreview@gmail.com | Website : jalj.fhuk.unand.ac.id
Hak Gugat Pemerintah untuk Penggantian Kerugian dan Pemulihan
Lingkungan Dalam Sengketa Lingkungan Hidup
“Abdul Mubin 1 , Irwansyah 2 ” A RTICLE H ISTORY ABSTRACT
Received: 28 October 2017;
The concept or idea of Ecocracy suggests that the environment has its
Reviewed: 28 October 2017; Accepted: 31 October 2017;
own sovereignty called the sovereignty of the environment. The concept
Published: 31 October 2017
of Ecocracy places the environment as the subject of law and the right owner to obtain legal protection, including the right to compensation K EYWORDS and environmental restoration from pollution and environmental
Hak Gugat Pemerintah; Penggantian Kerugian; damage. The environment as the subject of law cannot be equated with Pemulihan Lingkungan; Sengketa Lingkungan
human beings, because the environment cannot speak and act as human Hidup
beings. Therefore, the environmental right to demand environmental
compensation due to pollution and / or environmental degradation is
C ORRESPONDENSE
1. represented to the state, because one of the legal principles in the PPLH Kejaksaan Agung Republik Indonesia, Jln.
Law is the principle of state responsibility. The consequence of the
Sultan Hasanuddin Nomor 01 Kebayoran Baru
Jakarta Selatan, Indonesia
principle of state responsibility is that the government may take legal
E-mail: mubinpadewa@gmail.com
action to represent the environmental interests as regulated in Article
90 paragraph (1) of the PPLH Law. The compensation of the
Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Jln. Perintis Kemerdekaan KM. 10, Tamalanrea,
environment and the restoration of the environment shall be carried out
Kota Makassar, Indonesia
by means of civil law enforcement instruments such as by filing a civil
E-mail: irwansyah@unhas.ac.id
lawsuit to the court by the agency responsible for the environment. The lawsuit is filed on the basis of Legal Acts (PMH) as enshrined in Article 1365 of the Civil Code and the basis of the Strict Liability Lawsuit as a model of legal liability which does not need to prove the existence of liability without fault as set forth in Article 88 UUPPLH.
berhak memperoleh pelayan kesehatan. Dengan Undang-undang Dasar
negara untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan
hak
warga
Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) sebagai sehat merupakan hak asasi bagi setiap warga
dasar konstitusi
negara
Indonesia
menempatkan hak bagi warga negara untuk negara Indonesia bahkan hak asasi setiap orang yang harus dilindingi menurut konstitusi.
memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat, Pengaturan tersebut diamanatkan dalam
Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945 bahwa setiap
rakyat melalui sektor pembangunan ekonomi, orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
konstitusi telah mengamanatkankan supaya bertempat tinggal tinggal dan mendapatkan
dilaksanakan atas dasar lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
pembangunan
wawasan lingkungan, yaitu pembangunan
Nagari Law Review • Volume 1 Nomor 1, October 2017 Nagari Law Review • Volume 1 Nomor 1, October 2017
dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik, mengoptimalkan manfaat sumber daya alam
berkelanjutan
yang
kimia dan/atau hayati lingkungan hidup yang dan sumber daya manusia dengan cara
melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan menserasikan
kemampuan sumber
daya alam
untuk
Lingkungan yang dalam kaitannya dengan menopangnya.
Tujuan
pembangunan
unsur-unsurnya mengandung arti adanya berwawasan
interaksi antara unsur-unsur di dalamnya, masyarakat yang memanfaatkan sumber daya
termasuk manusia terhadap sumber daya alam tidak merusak lingkungan. Untuk itu
lainnya. Dalam pandangan ekosistem yang dalam pengelolaan sumber daya alam perlu merupakan satu unsur fungsional didalamnya memerhatikan keadaan
lingkungan
agar
tercakup organisme dan lingkungan abiotik ekosistem lingkungan tidak terganggu.
yang satu terhadap yang lain, sehingga Pembangunan
berkelanjutan dimaksudkan mempengaruhi. Interaksi sebagai salah satu untuk tetap menjaga keseimbangan antara
kaidah dalam ekosistem dimana antar unsur- kepentingan
lingkungan saling kepentingan pelestarian lingkungan hidup,
mempengaruhi dan bersifat timbal balik. sehingga sumber daya alam masih dapat
Interaksi tersebut dapat terjadi antara unsur dimanfaatkan
biotik sendiri, unsur biotik dengan biotik, kepentingan generasi mendatang. Menurut
dan/atau unsur abiotik dengan abiotik lainnya. 4
Surna Djajadiningat 1 Proses pembangunan
Manusia telah memasukkan alam dalam berkelanjutan bertumpu pada kondisi sumber
kehidupan budayanya, akan tetapi ia nyaris daya alam, kualitas lingkungan dan faktor lupa, bahwa ia sendiri sekaligus merupakan kependudukan. Mengingat ketiga faktor di atas, bagian dari alam, dimana dia hidup. Dengan maka upaya
pembangunan
berwawasan
demikian manusia ternyata tidak hanya lingkungan perlu memelihara keutuhan fungsi bertindak sebagai penguasa terhadap alam, tatanan lingkungan agar lingkungan dapat akan tetapi juga sebagai pengabdinya. Dengan secara
kekuasaannya atas alam dia tidak dapat pembangunan secara terus menerus dari
dari ketergantungannya generasi ke generasi untuk meningkatkan
melepaskan diri
kepada alam. Manusia mempengaruhi alam, kualitas manusia Indonesia.
dan sebaliknya alam mempengaruhi manusia. Pembangunan dan kegiatan usaha yang
Dengan demikian alam dimasukkan dalam menyebabkan terjadinya pencemaran dan/atau
evolusi manusia dan sebaliknya. 5 kerusakan
Penyebab terjadinya kerusakan lingkungan mengakibatkan terjadinya kerugian pada hidup tidak terlepas dari kegiatan manusia lingkungan hidup itu sendiri. Secara konseptual sebagai individu maupun kegiatan usaha dalam pencemaran lingkungan adalah masuk atau bentuk badan hukum maupun bukan berbadan dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, hukum. Pengrusakan lingkungan hidup yang dan/atau komponen lain kedalam lingkugan
sengaja menimbulkan hidup oleh kegiatan manusia sehaingga
dilakukan
secara
perubahan langsung atau tidak langsung melampaui baku mutu lingkungan hidup yang
terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati
telah ditetapkan. 2
Sedangkan
kerusakan
lingkungan hidup sehingga melampaui kriteria lingkungan hidup adalah perubahan langsung
1 Maret Priyatna. (2015). “Pembaruan dan
3 Ibid, Pasal 1 angka 17.
Harmonisasi Peraturan
Perundang-undangan
4 Maret Priyantna, loc.cit.
Bidang Lingkungan dan Penataan Ruang Menuju
5 Koesnadi Hardjasoemantri. (2016). Hukum Tata Pembangunan Berkelanjutan”, Hasanuddin Law
Lingkungan , edisi VIII, Cetakan Kesembilan Belas. Review (Halrev) Volume 1 Issue 3.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, h. 4.
2 Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
2 Nagari Law Review • Volume 1 Nomor 1, October 2017
Pembaruan hukum lingkungan di Indonesia lingkungan hidup berhubungan dengan subjek
baku kerusakan lingkungan hidup. 6 Kerusakan
diundangkannya hukum pelaku kerusakan, sedangkan kerusakan
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang lingkungan adalah terjadinya perubahan (yang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan (UU rusak) akibat yang ditimbulkan dari perbuatan
PPLH). Dari segi penamaan, UU PPLH berbeda orang yang melakukan pengrusakan.
dengan dua Undang-undang sebelumnya yang hanya
menggunakan istilah Pengelolaan Dalam alam yang dipengaruhi manusia (man-
Penambahan istilah made nature, manusia yang dipengaruhi alam
Lingkungan
Hidup.
“Perlindungan” pada UU PPLH didasarkan (nature made man) menemukan dirinya sendiri. pada pandangan anggota Panja DPR RI dengan Hal ini berarti bahwa dalam hubungannya
rasionalisasi agar lebih memberikan makna dengan alam, dia harus memperhitungkan nilai-
tentang pertingnya lingkungan hidup untuk nilai lain, disamping nilai-nilai teknis dan memperoleh perlindungan. 13 ekonomis. Hal ini berarti pula, bahwa ancaman
Moh. Mahfud MD menyatakan bahwa politik dipertanggungjawabkan kepada pihak lain,
terhadap alam
tidak
dapat
hukum adalah legal policy yang akan atau telah akan tetapi pada sikap manusia itu sendiri, baik
dilaksanakan secara nasional oleh Pemerintah sebagai diri pribadi secara mandiri, maupun
Indonesia. Legal policy ini terdiri dari, pertama,
yang berintikan hidup dalam perspektif teoritis dipandang
sebagai anggota masyarakat. 7 Lingkungan
pembangunan
hukum
pembuatan dan pembaruan terhadap materi- sebagai bagian mutlak dari kehidupan manusia
materi hukum agar dapat sesuai dengan itu sendiri 8 . Oleh karena itu manusia dalam
kebutuhan. Kedua, pelaksanaan ketentuan hidupnya harus melindungi dan mengamankan
hukum yang telah ada termasuk penegasan lingkungan hidup agar dapat terselenggara
fungsi lembaga dan pembinaan para penegak secara teratur dan pasti serta dapat diikuti dan
hukum. 14 Berdasarkan pengertian tersebut ditaati oleh semua pihak. Perlindungan dan
menurut Moh. Mahfud terlihat politik hukum pengamanan perlu dituangkan dalam bentuk
mencakup proses pembuatan dan pelaksanaan peraturan hukum, sehingga akan lahir hukum
hukum yang dapat menunjukkan sifat dan arah yang memperhatikan kepentingan alam atau
kemana hukum dibangun dan ditegakkan. 15 hukum yang berorientasi kepada kepentingan
Berdasarkan pengertian tentang konsepsi alam (natures’s interest oriented law). 9 politik hukum di atas, dalam kajian ini politik hukum dimaksudkan sebagai kebijakan hukum
Hukum yang mengatur segi-segi lingkungan
dari pengelolaan hidup harus dipandang sebagai suatu sistem.
10 Sistem hukum lingkungan hidup di Indonesia. sebagaimana dikemukakan
Lahirnya UU PPLH merupakan sumber hukum subsistem-subsistem
oleh oleh Sunaryati Hartono 11 terdiri atas
formal tingkat undang-undang dalam konteks Subsistem hukum lingkugan terdiri dari asas-
hukum
lingkungan.
lingkungan hidup di Indonesia. Secara filosofis asas, kaidah-kaidah dan juga meliputi lembaga-
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang lembaga
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan mewujudkannya dalam kenyataan. 12 Hidup ini memandang dan menghargai arti penting akan hak-hak asasi berupa hak atas
6 Maret Priyatna. Loc.cit.
10 Maret Priyatna. Loc cit.
7 Koesnadi Harjasoemantri. Op.cit.,h. 4-5
11 . Ibid.
8 NHT Siahaan dalam Syahrul Machmud. (2012).
12 . Ibid.
Problematika Penerapan Delik Formil Dalam Perspektif
13 Takdir Rahmadi. (2015). Hukum Lingkungan di Penegakan Hukum Pidana Lingkungan di Indonesia .
Indonesia, Edisi Kedua, Cetakan kelima. Jakarta: PT Jakara: Mandar Maju, h. 62.
RajaGrafindo Persada, h. 43.
14 Mahfud MD. (1998). Politik Hukum di Indonesia. (2012). Problematika Penerapan Delik Formil Dalam
9 Munadjat Danusaputro dalam Syahrul Machmud.
Jakarta: LP3ES, h. 9.
Perspektif Penegakan Hukum Pidana Lingkungan di
15 Ibid.
Indonesia. Jakarta: Mandar Maju, h. 62.
Nagari Law Review • Volume 1 Nomor 1, October 2017 3 Nagari Law Review • Volume 1 Nomor 1, October 2017 3
2. Kerugian Lingkungan akibat Pencemaran
warga negara. 16 Dengan adanya penekanan
dan kerusakan Lingkungan Hidup.
pada upaya perlindungan, di samping kata Lingkungan yang baik dan sehat merupakan pengelolaan lingkungan hidup, UU 32 Tahun
suatu hal yang sangat penting dalam menunjang 2009 memberikan perhatian serius pada kaidah-
kelangsungan hidup manusia. Selain berhak kaidah pengaturan yang bertujuan memberikan
atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, jaminan bagi terwujudnya pembangunan
berkewajiban untuk berkelanjutan dan memastikan lingkungan
melakukan perlindungan dan pengelolaan hidup dapat terlindungi dari usaha atau
lingkungan hidup. Lingkungan hidup yang baik kegiatan yang menimbulkan kerusakan atau
dan sehat bukan saja merupakan suatu hak, tapi didalamnya juga terdapat tanggung jawab
pencemaran lingkungan hidup. 17
UU PPLH menganut asas “Pencemar untuk menjaga, melindungi serta mengelola Membayar” yang maksudnya adalah untuk
atau melestarikan agar semakin hari semakin memberikan
baik dan sehat dan didalamnya pula tercipta melepaskan penanggungjawab usaha atau
masyarakat yang baik dan sehat. Oleh karena itu kegiatan dari perbuatan melanggar hukum
jelaslah bahwa lingkungan merupakan suatu hal terhadap pencemaran dan kerusakan yang
yang penting yang patut dijaga, dilindungi, terjadi
dikelola serta dilestarikan. 18 penanggungjawab usaha. Penanggung jawab
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan yang
hidup adalah upaya sistematis dan terpadu menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan
usaha
dan/atau
kegiatannya
yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup wajib menanggung biaya
lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pemulihan lingkungan. Selain diharuskan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan membayar ganti rugi, pencemar dan/atau
meliputi perencanaan, perusak lingkungn hidup dapat pula dibebani
hidup
yang
pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, oleh hakim untuk melakukan tindakan tertentu
penegakan hukum. 19 antara lain berupa pemulihan lingkungan.
pengawasan
dan
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan Selain itu UU PPLH memberikan hak gugat
hidup dilakukan secara terpadu yang mencakup kepada pemerintah baik di pusat maupun
seluruh bidang-bidang lingkungan hidup untuk pemerintah daerah (provinsi, kabupatan/kota)
berkelanjutannya fungsi lingkungan hidup. sebagai subyek hukum yang mempunyai legal
Dalam upaya perlindungan dan pengelolaan standing untuk melakukan gugatan perdata
lingkungan hidup, dilakukan pembangunan kepada penanggungjawab usaha dan/atau
yang sifatnya berkelanjutan untuk mencapai kegiatan
yang menyebabkan
terjadinya
kesejahteraan rakyat.
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup Pencemaran lingkungan sangat berpengaruh guna menuntut ganti rugi dan pemulihan
terhadap kelangsungan hidup dari anggota lingkungan hidup yang dtimbulkan akibat
lingkungan tersebut. Pencemaran lingkungan pencemaran dan kerusakan lingkungan akibat
dapat terjadi pada udara, air dan tanah yang dari kegiatan usaha yang dilakukan oleh
semuanya itu merupakan bagian pokok dimana pencemar dan perusak lingkungan.
manusia itu hidup. Oleh karena itu setiap pembangunan berkaitan langsung dengan
18 http://raiudampo.blogspot.co.id/2014/03/tanggu Nomor 32 Tahun 2009. Jurnal Hukum, 2 (18): 390.
16 Siti Kotijah. (2011). Evaluasi Undang-Undang
ng-jawab-perusahaan-terhadap.html, diakses Kamis
17 Dani Amran Hakim. (2015). Politik Hukum tanggal 30 Maret 2017 Jam 10.30 Wib. Lingkungan Hidup di Indonesia Berdasarkan
19 Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Lingkungan Hidup
Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Universitas Diponegoro, Semarang, 9(2): 121.
4 Nagari Law Review • Volume 1 Nomor 1, October 2017 4 Nagari Law Review • Volume 1 Nomor 1, October 2017
kerusakan lingkungan hidup yaitu perubahan pembangunan yang oleh karena proses
merupakan
wadah
langsung dan/atau tidak langsung terhadap pembangunan
sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan terjadinya
tersebut
mengakibatkan
hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan Pencemaran
lingkungan hidup. 23
disebabkan oleh perbuatan manusia yang secara Pencemaran juga bisa berarti berubahnya sengaja ataupun tidak sengaja yang telah tatanan (komposisi) air atau udara oleh kegiatan
melampaui batas baku mutu lingkungan hidup manusia dan proses alam, sehingga kualitas air/
yang ditetapkan sehingga mengakibatkan udara menjadi kurang atau tidak dapat menurunnya kualitas lingkungan hidup. berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya. 24
Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk Pencemaran lingkungan dapat dikategorikan atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
menjadi pencemaran air, pencemaran udara, energi, dan/atau komponen lain ke dalam
pencemaran tanah, pencemaran logam berat. lingkungan hidup oleh kegiatan manusia
industri seperti sehingga melampaui baku mutu lingkungan
Meningkatnya
kegiatan
pertambangan telah banyak mengganggu hidup
ekosistem lingkungan hidup dengan kegiatan pencemaran adalah terjadinya perubahan pada
yang telah
ditetapkan. 20 Akibat
penebangan pohon dan kebisingan alat-alat lingkungan yang tidak dikehendaki karena
pertambangan yang digunakan. Inti dari dapat mempengaruhi kegiatan, kesehatan dan
lingkungan hidup adalah keselamatan makhluk hidup.
permasalahan
hubungan makhluk hidup, khususnya manusia dengan lingkungan hidupnya.
Pencemaran lingkungan merupakan masalah yang sudah lama dihadapi manusia dan
Pelaku usaha sebelum melakukan kegiatan masalah
usahanya secara administratif terlebih dahulu terselesaikan, masuknya substansi-substansi
mendapat izin dari pemerintah. Pemberian izin berbahaya ke dalam media lingkungan
tersebut dengan mempertimbangkan dokumen berakibat
lingkungan hidup antara lain misalnya Analisa berkurang atau fungsinya tidak sesuai dengan
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) peruntukannya.
terhadap kegiatan atau usaha yang akan menyebabkan terjadinya pencemaran yang
dilakukan. Saat keputusan izin diberikan oleh dilakukan
Badan Usaha atau pertumbuhan
Pemohon, posisi tanggung jawab negara meningkat dan perkembangan teknologi.
terhadap perlindungan lingkungan hidup Faktor-faktor tersebut menyebabkan kebutuhan
berpindah kepada tanggung jawab pemegang penduduk juga meningkat. 21 izin sehingga ada kecenderungan negara tidak hadir dalam memastikan lingkungan hidup
Selain istilah pencemaran, terdapat juga istilah terjaga dengan baik. Pemegang izin sebagai
Kerusakan lingkungan hidup yaitu tindakan entitas bisnis/privat, menjalankan tugas-tugas orang yang menimbulkan perubahan langsung publik menjadi tidak jelas oleh karena entitas atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, bisnis bukan sebagai penanggung jawab dan/atau hayati lingkungan hidup sehingga kepentingan publik. Negara melalui aparatur melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan
yang dimiliki pada level pemerintahan nasional Akibat dari perbuatan tersebut terjadi
hidup. 22
maupun daerah tidak cukup memastikan
23 Pasal 1 ayat 17 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
20 Pasal 1 ayat 14 Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup.
21 http://www.tugasku4u.com/2013/05/pencemaran-
24 Pengertian pencemaran menurut SK Menteri lingkungan.html Kependudukan
Lingkungan Hidup No
22 Pasal 1 ayat 16 Undang-Undang Nomor 32 Tahun
02/MENKLH/1988.
2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Nagari Law Review • Volume 1 Nomor 1, October 2017 5 Nagari Law Review • Volume 1 Nomor 1, October 2017 5
Dalam hal pencemaran dan
kerusakan
dengan program untuk menciptakan alat lingkungan hidup
sudah
terjadi, perlu
pencegah pencemaran anti-pollution maupun dilakukan upaya represif berupa penegakan
secara tidak langsung dengan membayar hukum yang efektif, konsekuen, dan konsisten kerugian yang disebabkan oleh pencemaran, terhadap
lingkungan termasuk di lingkungan hidup yang sudah terjadi.
26 bahkan assets
intrinsic value, dapat Sehubungan dengan hal tersebut, perlu disediakan (digantikan) oleh hasil aktivitas dikembangkan
perlindungan dan pengelolaan lingungan hidup yang jelas, tegas dan menyeluruh guna
Pengaturan ganti kerugian terhadap lingkungan menjamin kepastian hukum sebagai landasan
hidup diarahkan untuk memberikan kepastian bagi perlindungan dan pemgelolaan sumber
bahwa pelaku usaha yang melanggar hukum daya alam serta kegiatan pembangunan lain. 27 tidak dapat melepaskan tanggungjawab atau kewajiban hukumnya untuk melaksanakan
UU PPLH
mengatur
mengenai
ganti rugi atau tindakan tertentu atas pertanggungjawaban perdata dalam bentuk
pencemaran dan kerusakan lingkugan hidup ganti kerugian dan pemulihan lingkungan
hidup dalam Pasal 87 yaitu setiap penanggung Untuk membuktikan bahwa telah terjadi jawab
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan melakukan perbuatan melanggar hukum
usaha dan/atau
kegiatan
yang
hidup, diperlukan analisa data atau bukti yang berupa pencemaran dan/atau
berupa hasil penelitian, pengamatan lapangan, lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian
kerusakan
atau data lain berupa pendapat para ahli yang pada orang lain atau lingkungan hidup wajib
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. membayar ganti rugi dan/atau melakukan
Beberapa hal yang perlu dianalisis antara lain tindakan tertentu. Ketentuan dalam ayat ini
menyangkut:
1. Apakah benar telah terjadinya pencemaran hukum lingkungan hidup yang disebut asas
merupakan realisasi asas yang ada dalam
dan/atau kerusakan lingkungan hidup; pencemar
2. Siapa yang menyebabkan terjadinya membayar” adalah setiap penanggung jawab
mem bayar.
Asas
“pencemar
dan/atau kerusakan yang
pencemaran
usaha
dan/atau
kegiatannya
lingkungan hidup;
menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan
3. Siapa yang mengalami kerugian akibat lingkungan hidup wajib menanggung biaya
pencemaran
dan/atau kerusakan
pemulihan lingkungan 28 . Selain diharuskan
lingkungan hidup;
membayar ganti rugi, pencemar dan/atau
4. Bagaimana status kepemilikan lahan yang perusak lingkungn hidup dapat pula dibebani
tercemar atau rusak;
oleh hakim untuk melakukan tindakan tertentu.
5. Apa jenis kerugian (langsung atau tidak
langgsung);
John Maddox memberikan argumentasi bahwa
6. Berapa besaran kerugian; pencemaran/kerusakan akan dapat dipecahkan
dengana menghitung ongkos yang timbul (price) Berapa lama terjadinya pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup; dan merupakan masalah ekonomi saja. Lebih
25 Muhammad Muhdar & Muhamad Nasir,
27 Ibid.
28 Penjelasan Pasal 2 huruf (j) UU No 32 Tahun 2009 Praktik Pinjam Pakai Kawasan Hutan Untuk
Rosdiana. (2015). Implikasi Hukum Terhadap
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Kegiatan Pertambangan Batubara”, Hasanuddin Law
Hidup.
Review (Halrev) , 1(3).
29 Muhammad Muhdar & Muhamad Nasir,
26 Penjelasan Umum angka V UU No. 32 Tahun 2009
Rosdiana. Loc. Cit.
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
30 Ibid.
Hidup.
6 Nagari Law Review • Volume 1 Nomor 1, October 2017
8. Apa saja jenis media lingkungan hidup
3. Hak Gugat Pemerintah Menuntut Ganti
yang terkena dampak (air, tanah, udara);
Rugi dan Pemulihan Lingkungan Hidup
9. Nilai ekosistem baik yang dapat maupun Sebagaimana diteorikan oleh Christoper Stone 31 ,
yang tidak dapat dinilai secara ekonomi, bahwa semua obyek-obyek alam diberikan dan lain-lain.
suatu hak hukum (legal right), maka kepada Berdasakan Peraturan Menteri Lingkungan
hutan, gajah, sungai, laut, batu-batuan, Hidup dan Kehutanan Nomor 7 Tahun 2014
pepohonan dan obyek-obyek lainnya, yang tentang Kerugian Lingkungan Hidup Akibat
meskipun sifatnya inanimatif tetap diberikan Pencemaran dan/atau kerusakan Lingkungan
hak hukum.
Hidup (Permen 7/2014), untuk mengetahui ada Agar hak hukum dari benda-benda alamiah
tidaknya pencemaran dan/atau kerusakan demikian dapat diterapkan maka kelompok- lingkungan hidup terlebih dahulu dilakukan
memiliki kepedulian klarifikasi
lingkungan dapat ditunjuk sebagai guardian dari pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
benda-benda alam yang inanimatif tersebut. hidup yaitu dengan melakukan verifikasi
Seperti dikatakan Stone bahwa organisasi- lapangan yang dilakukan melalui 2 (dua)
organisasi lingkungan yang memiliki data dan langkah:
alasan untuk menduga bahwa suatu proyek 1)
atau kegiatan yang mencemari lingkungan dan/atau kerusakan lingkungan hidup, terdiri
dapat tampil sebagai pihak yang mewakili alam dari langkah-langkah:
tersebut di pengadilan.
a. Identifikasi jenis media lingkungan Dapat dikatakan bahwa perwujudan partisipasi
hidup yang tercemar dan/atau rusak. masyarakat dalam demokrasi yang dipengaruhi
b. Penghitungan lamanya pencemaran oleh teori Christoper Stone mengenai hak objek-
dan/atau kerusakan berlangsung. objek alam (natural objects) yang pada intinya
c. Identifikasi
apakah
pencemaran
mendalilkan bahwa lingkungan perlu memiliki dan/atau kerusakan lingkungan hidup
wali (guardian) merupakan pengakuan atas hak terjadi secara langsung atau tidak
intrinsik lingkungan hidup dimana manusia langsung.
ditunjuk sebagai wali dalam menjalankan hak
d. Pengukuran derajat atau tingkat tersebut. Dalam hal ini, teori Stone paling
pencemaran
tampak dalam perwujudan akses terhadap lingkungan
dan/atau
keadilan, yang di Indonesia diwujudkan dalam (menyangkut skala spasial dan jumlah
NGO Standing. 32
pihak yang terlibat). 2)
proses terjadinya pencemaran dan/atau Sehubungan dengan doktrin Stone tersebut, kerusakan lingkungan hidup.
dapat disebutkan bahwa di Kanada, para ahli Tata cara verifikasi lapangan diatur lebih lanjut
hukum lingkungan sudah menganut pendapat berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan
bahwa lingkungan dipandang sebagai sesuatu Hidup dan Kehutanan Nomor 4 Tahun 2013 33 yang mempunyai hak (environmental right).
tentang Pedoman
Dari pendapat Stone dan beberapa paham ahli Lingkungan Hidup (Permen 4/2013).
Penyelesaian Sengketa
lingkungan tersebut, meski lingkungan hidup merupakan objek sumber daya alam, namun
lingkungan hidup harus pula diberi kedudukan
31 Christoper Stone dalam N.H.T. Siahaan. 2011. Lingkungan Indonesia , Indonesian Center for Perkembangan
Legal Standing
Dalam Hukum
Environmental Law, 1(1): 25.
Lingkungan, (Suatu Analisis Yuridis Dalam Public
33 Mas Achmad Santosa dan Sembiring Sulaiman. Participatory Untuk Perlindungan Lingkungan) , h. 7
(1997). Hak
Gugat
Organisasi Lingkungan
32 Mas Achmad Santosa & Margaretha Quina, . (2014). (Environmental Legal Standing). Jurnal Hukum Gerakan
Lingkungan Indonesia , Indonesian Center for Environmental Indonesia dan Perwujudan Tata Kelola Lingkungan
Law , h.198
Yang Baik Dalam Negara Demokrasi. Jurnal Hukum
Nagari Law Review • Volume 1 Nomor 1, October 2017 7 Nagari Law Review • Volume 1 Nomor 1, October 2017 7
dikatakan sebagai oleh suatu lembaga yang bertanggung jawab
ekokrasi
bisa
‟pengembangan lebih jauh‟ dari demokrasi dibidang lingkungan hidup, supaya lingkungan
karena memang mau melibatkan seluruh alam benar-benar memiliki hak perlindungan, sama
dalam dinamika kehidupan yang lebih baik. 38 dengan manusia sebagai subyek hukum.
Bias anthroposentrisme masih sangat kentara. Pandangan tersebut di atas dipengarui faham
Karena itu, bagi Skolimowski istilah ekokrasi ekosentrisme atau inklusionisme yang pada
jauh lebih tepat daripada eko-demokrasi atau dasarnya
Dalam rumusan dengan fenomena alam tidak
berpandangan bahwa
Skolimowski, ekokrasi adalah “pengakuan perbedaan asasi, sehingga alam juga tidak boleh
memiliki
kekuatan alam dan hidup itu sendiri, yang diberlakukan berbeda. 34 berarti mengobservasi keterbatasan alam, mendesain dengan alam bukan melawan alam,
Jimly Assiddiqie 35 mengemukakan bahwa
membuat sistem yang berkelanjutan secara dalam konsep ekokrasi, lingkungan alam seperti
ekologis, penghormatan terhadap alam bukan halnya manusia juga dianggap mempunyai
penjarahan alam secara berkelanjutan.” 39 otonomi dan keadulatannya sendiri. Jika dalam demokrasi setiap manusia yang disebut rakyat
Dalam hukum lingkungan di Indonesia dianggap merupakan pemegang kedaulatan
beberapa “benih” ekokrasi sudah ada sehingga atau kekuasaan tertinggi, maka lingkungan
bisa dikembangkan lebih jauh. Itu pun berarti alam juga dipandang mempunyai hak asasinya
bahwa upaya menuju ekokrasi tidak dimulai sendiri dan memegang kedaulatannya sendiri
dari titik nol. Salah satu contoh benih baik itu seperti manusia.
tampak dalam Undang-undang Nomor 32 lingkungan atau ekosistem dapat dilihat sebagai
Dalam hubungan
itu,
Perlindungan dan subjek kedaulatan yang tersendiri. Jika selama
Tahun
2009 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU PPLH), ini kita sudah mengenal doktrin-doktrin
yang bisa dikatakan secara substansial lebih teokrasi, monarki, demokrasi, nomokrasi, maka
baik dibanding Undang-undang Nomor 23 konsep Kedaulatan Lingkungan dapat kita
Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan kaitkan dengan istilah Ekokrasi (ecocracy) atau
Hidup. 40
kedaulatan ekologi. 36
mempertimbangkan kerusakan Di samping manusia yang berstatus sebagai
Dengan
lingkungan hidup yang semakin nyata sebagai rakyat, lingkungan hidup juga dapat menjadi
buah dari kapitalisme pasar yang cenderung pemegang hak dan kekuasaannya sendiri. Hak
memandang alam sebagai faktor produksi dan dan kekuasaan lingkungan itu bersifat sama
aset ekonomi, penerapan gagasan kedaulatan tingginya dengan hak dan kekuasaan manusia
lingkungan bersama dengan kedaulatan rakyat rakyat. Dengan perkataan lain, dapat menjadi
dan kedaulatan hukum dalam bingkai negara subjek kedaulatan yang tersendiri. Karena jika
mutlak dilakukan. Hal yang harus digali lebih kekuasaan tertinggi yang berada di tangan
dalam adalah bagaimana operasionalisasinya rakyat disebut sebagai
dalam kehidupan bernegara?. Apakah dengan kedaulatan rakyat, maka kekuasaan tertinggi
demokrasi
atau
mengarusutamakan pertimbangan lingkungan yang ada pada lingkungan dapat kita sebut
dalam kebijakan publik?. Apakah dengan sebagai ekokrasi atau kedaulatan lingkungan. 37 mempersonifikasikan lingkungan hidup serupa dengan rakyat yang memiliki hak hukum dan hak konstitusional yang dijamin dalam
38 Al. Andang L Binawan. (2014) . “Jalan Terjal Hidup, 75 Tahun Prof Dr.Koesnadi Hardjasoemantri , h
34 Sonny A. Keraf (ed). (2001). Hukum Dan Lingkungan
Ekokrasi”, dalam Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, 33-38.
Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia , Indonesian
35 Jimly Assiddiqie. (2009). Gagasan Kedaulatan Center for Environmental Law, 1(1): 9. Lingkungan Demokrasi Versus Ekokrasi , h. 17.
39 Skolimowski dalam Ibid.
36 Ibid. 40 Ibid., h. 9.
37 Ibid.
8 Nagari Law Review • Volume 1 Nomor 1, October 2017 8 Nagari Law Review • Volume 1 Nomor 1, October 2017
diwakilkan kepada negara, karena salah satu lingkungan”?. 41 asas hukum dalam UU PPLH adalah asas tanggung jawab negara, konsekuensi dari asas
Berdasarkan beberapa teori dan gagasan yang
negara tersebut maka dikemukakan oleh beberapa ahli tentang konsep
tanggung jawab
pemerintah dapat mengambil tindakan hukum atau pandangan ekokrasi di atas, penulis untuk mewakili kepentingan lingkungan hidup, berpendapat bahwa lingkungan hidup adalah
hal tersebut diatur dalam Pasal 90 ayat (1) subyek hukum yang mempunyai hak yang
UUPPLH yang menyatakan bahwa instansi perlu mendapatkan perlindungan hukum, yang bertanggung dibidang lingkungan hidup sehingga apabila lingkungan hidup menderita
adalah instansi pemerintah dan pemerintah atau mengalami kerugian, lingkungan hidup
daerah yang bertanggungjawab dibidang dapat menuntut ganti kerugian dan pemulihan.
lingkungan hidup.
Bentuk perlindungan hukum lingkungan tersebut adalah dengan memberikan sanksi
90 ayat (1) berikut hukum kepada pananggung jawab usaha atau
Ketentuan
Pasal
penjelasannya telah memberikan kedudukan kegiatan yang telah melakukan pencemaran dan
hukum/legal standing kepada pemerintah dan kerusakan lingkungan sebagaimana diatur
pemerintah daerah yang bertanggungjawab dalam Pasal 87 ayat (1) UU PPLH yang
dibidang lingkungan sebagai subyek hukum menyebutkan “setiap penanggung jawab usaha
yang mewakili kepentingan lingkungan hidup dan/atau kegiatan yang melakukan perbuatan
untuk mengajukan gugatan guna menuntut melanggar hukum berupa pencemaran dan/atau
ganti rugi dan menuntut supaya pencemar kerusakan lingkungan hidup yang menimbulkan
dan/atau perusak lingkungan melakukan kerugian pada orang lain atau lingkungan hidup
berupa pemulihan wajib membayar ganti rugi dan/atau melakukan
tindakan
tertentu
lingkungan akibat kerusakan lingkungan hidup. tindakan tertentu”.
Rumusan pasal 87 ayat (1) UU PPLH tersebut mengandung unsur terkait dengan subyek
4. Gugatan Perdata oleh Pemerintah dalam Menuntut
Ganti
Rugi
dan Pemilihan
hukum yang menderita kerugian akibat
Lingkungan Hidup
tercemar dan rusaknya lingkungan hidup, yaitu kerugian yang diderita oleh orang lain dan
Teori hukum pembangunan yang dicetuskan kerugian yang diderita oleh lingkungan hidup
Kusumaatmadja juga cukup itu sendiri. Dengan demikian dapat dipahami
Mochtar
menekankan pada bahwa selain orang sebagai subjek hukum,
berpengaruh . Dengan
“hukum sebagai sarana penertiban masyarakat” lingkungan hidup sendiri juga sebagai subjek
- ketertiban dan keteraturan sebagai tujuan hukum berhak untuk mendapatkan ganti rugi
pembangunan dan pembaruan, paradigma ini akibat
mengadopsi positivisme dengan kepastian lingkungan hidup yang dilakukan oleh
pencemaran
dan/atau
kerusakan
hukumnya. 42 Di sisi lain, teori ini juga penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan.
mendalilkan hukum sebagai alat pengatur atau sarana pembangunan, dalam arti penyalur arah
Lingkungan hidup selaku subyek hukum tidak kegiatan masyarakat yang dikehendaki ke arah
dapat dipersamakan dengan manusia dalam arti pembaharuan. 43 Penormaan pembangunan, lingkungan hidup tidak dapat berbicara dan termasuk pula hukum lingkungan, berada di bertindak sebagaimana layaknya manusia, oleh depan masyarakat, sebagaimana pemikiran ini karena itu hak-hak lingkungan hidup untuk secara parsial berakar pada pemikiran Rescoe menuntut ganti kerugian lingkungan akibat Pound, yang menyatakan hukum sebagai “a tool
42 Mas Achmad Santosa & Margaretha Quina. Adakah Demokrasi Lingkungan?. Jurnal Hukum
41 Yustisia Rahman (et.al). (2014). Pengantar Redaksi:,
Op.cit. ,h. 28
Lingkungan Indonesia , Indonesian Center for
43 Mochtar Kusumaatmadja. (1995). Hukum, Environmental Law 1(1): vi.
Masyarakat, dan Pembinaan Hukum Nasional . Bandung: Binacipta, h. 13.
Nagari Law Review • Volume 1 Nomor 1, October 2017 9 Nagari Law Review • Volume 1 Nomor 1, October 2017 9
penegakan hukum mencakup penataan yakni diharapkan dapat berperan mengubah nilai-
tindakan administratif dan tindakan yustisial,
baik keperdataan maupun kepidanaan. perwujudan demokrasi tampak dari penegakan
nilai sosial dalam masyarakat. 44 Dalam hal ini,
Ganti kerugian lingkungan dan pemulihan hukum (rule of law) yang berwawasan
lingkungan hidup dilakukan dengan instrumen lingkungan. Dalam penegakkan hukum itu penegakan hukum perdata lingkungan antara sendiri, ada tiga unsur yang harus selalu lain dengan mengajukan gugatan perdata ke diperhatikan,
instansi yang (Rechtssicherheit),
bertanggungjawab terhadap lingkungan hidup. (Zweckmassingkeit),
dan
keadilan
Suatu gugatan perdata timbul dari hak Dalam pencapaiannya tidak
(Gerechtigkeit). 45
seseorang sebagai subyek hukum baik dalam hanya dilakukan secara represif, melainkan bentuk individu perorangan (natuurlijke persoon) secara preventif. Sehingga, sebuah produk
bentuk badan hukum hukum hendaklah mampu mengarahkan
maupun
dalam
(rechtpersoon) yang merasa dirugikan akibat masyarakat sebelum terjadinya pelanggaran pelanggaran yang dilakukan oleh orang lain terhadap hukum tersebut. Hal ini sebagaimana yang berakibat merugikan dirinya atau dikatakan oleh
Mochtar Kusumaatmadja kepentingannya. Teori yang menjadi dasar bahwasannya tujuan pokok dan pertama dari
adalah adanya
hukum adalah ketertiban. 46 .
kepentingan sebagaimana asas yang dikenal Penegakan hukum merupakan ujung tombak
dengan “point d’ interet point d’ action” yang terciptanya tatanan hukum yang baik dalam
dapat diartikan siapa yang yang mempunyai masyarakat. Satjipto Raharjo mengemukakan
dialah yang dapat bahwa penegakan hukum pada hakekatnya
kepentingan,
maka
mengajukan gugatan.
merupakan penegakan ide-ide atau konsep-
lingkungan hidup konsep yang abstrak. Penegakan hukum adalah
Dalam
perspektif
untuk menggugat usaha untuk mewujudkan ide-ide tersebut
kepentingan
hukum
47 menjadi konkret. (standing) tersebut diperluas penafsirannya Penegakan hukum secara sehingga tidak hanya dibatasi oleh kepentingan konkret menurut Sjachan Basah adalah
kerugian yang biasanya bersifat individual dan berlakunya hukum positif dalam praktik
langsung sebagaimana dalam kasus sengketa sebagaimana seharusnya patut ditaati. Oleh keperdataan pada umumnya, tetapi juga karena itu, memberikan keadilan dalam suatu meliputi kepentingan-kepentingan yang lebih perkara berarti memutus perkara dengan luas. Dalam kasus lingkungan hidup, Undang- menerapkan hukum dan menemukan hukum in undang memberikan dasar bagi pihak-pihak concreto dalam mempertahankan dan menjamin
berkepentingan terhadap ditaatinya
timbulnya kerugian lingkungan hidup dapat menggunakan cara prosedural yang ditetapkan
gugatan terhadap oleh hukum formil.
48 mengajukan
tindakan/kegiatan
pencemaran/kerusakan
lingkungan hidup. UUPPLH mengenal adanya hukum dapat diartika sebagai tindakan
Secara umum, menurut Moestadji 49 penegakan
gugatan kerugian Pemerintah (vide Pasal 90), menerapkan perangkat sarana hukum yang
hak gugat masyarakat atau (class action) (vide dimaksudkan untuk memaksakan
Pasal 91), hak gugat organisasi lingkungan hukum guna menjamin penataan ketentuan
sanksi
44 Rescoe Pond. (2006). Social Control Through Law,
46 Ibid.
New Brunswick: Yale University Press, Dalam Mas
47 A.M. Yunus (et.al). (2015). Penegakan Hukum Achmad Santosa & Margaretha Quina, Loc. cit.
Lingkungan di Sektor Kehutanan (Studi Kawasan
45 Sudikno Mertokusumo dalam Fitri Amelina. (2014). Hutan Lindung di Kabupaten Sinjai, Sulawesi Peran Hukum Indonesia Dalam Penanggulangan
Selatan). Hasanuddin Law Review (Halrev) 1(1). Dampak Perubahan Iklim. Jurnal Hukum Lingkungan
10 Nagari Law Review • Volume 1 Nomor 1, October 2017
Nagari Law Review • Volume 1 Nomor 1, October 2017 11
hidup yang biasa disebut “legal standing” (vide Pasal 92).
Dengan karakteristik hak gugat tersebut, maka subyek hukum penggugat dalam perkara di bidang lingkungan hiduppun bermacam- macam tergantung dari gugatan apa yang akan dilakukan. Jenis gugatan apa yang akan ditempuh akan menentukan siapa subyek hukum yang dapat menggugat. Menentukan siapa yang berhak menggugat dan siapa pihak- pihak yang harus dijadikan tergugat amat penting dalam proses gugatan perdata untuk menghindari putusan hakim yang tidak menerima gugatan karena adanya kesalahan pihak (niet onvankelijk verklaard/NO) yang sering terjadi.
Salah satu asas yang dianut dalam UUPLH adalah asas tanggung jawab negara yang artinya bahwa negara bertanggung jawab menjamin pemanfaatan sumber
daya alam untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan hidup rakyat baik generasi masa kini maupun masa depan, menjamin hak warga negara untuk memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat serta untuk mencegah kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan hidup dari kegiatan pemanfaatan sumber daya alam. Sebagai konsekuensi pelaksanaan asas tanggung jawab tersebut, pemerintah dapat mengambil tindakan hukum terhadap pelaku usaha yang dianggap telah merusak atau mencemari lingkungan hidup sehingga menimbulkan kerugian lingkungan hidup;
Pasal 90 ayat (1) UU PPLH memberikan kewenangan kepada Instansi Pemerintah yang bertanggungjawab dalam bidang lingkungan hidup untuk mengajukan gugatan ganti rugi dan tindakan tertentu terhadap usaha dan/atau kegiatan yang menyebabkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang mengakibatkan kerugian lingkungan hidup. Undang-Undang No. 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara Juncto Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara Juncto Pasal 2 Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2015 tentang Kementerian
Lingkungan
Hidup dan
bahwa Tugas
Penyelenggaraan
Urusan Pemerintahan dibidang lingkungan hidup dan kehutanan berada di bawah kewenangan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sehingga dengan demikian KLHK adalah pihak yang memiliki kepentingan hukum dan diberi wewenang untuk mengajukan Gugatan atas nama Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 ayat (1) UU PPLH.
Pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup merupakan perbuatan yang dilarang oleh Undang-undangan, hal tersebut sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 69 ayat (1) huruf a UU PPLH yang menyebutkan Setiap orang dilarang
Melakukan
perbuatan yang
mengakibatkan
pencemaran dan/atau
kerusakan
lingkungan
hidup. Perbuatan pencemaran dan kerusakan yang berakibat pada rusaknya
lingkungan
hidup merupakan perbuatan melawan hukum sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 87 ayat (1) UUPPLH yaitu setiap penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan yang melakukan perbuatan melanggar hukum
berupa
pencemaran dan/atau
kerusakan
lingkungan
hidup yang menimbulkan kerugian pada orang lain atau lingkungan hidup wajib membayar ganti rugi dan/atau melakukan tindakan tertentu.
Kewajiban bagi penanggung jawab usaha atau kegiatan membayar ganti rugi dan tindakan pemulihan
terhadap
pencemaran atau pengrusakan lingkungan merupakan sanksi hukum yang diberikan oleh undang-undang.
Menurut Van Wijk, 50 sanksi adalah alat kekuasaan publik yang digunakan oleh penguasa sebagai reaksi atas ketidaktaatan terhadap norma hukum administrasi. Sanksi sebagai alat yang dapat menjamin pelaksanaan norma hukum, tetapi bukanlah ciri yang menentukan norma hukum. Penerapan sanksi secara
bersama-sama
antara hukum administrasi dan hukum lainnya dapat terjadi, yakni kumulasi internal dan kumulasi ekternal. Kumulasi ekternal merupakan penerapan sanksi admnistrasi bersama-sama dengan sanksi lain seperti sanksi pidana atau sanksi perdata. Adapun
kumulasi
internal merupakan internal merupakan
oleh penggugat. secara bersama-sama, misalnya pencabutan izin
Berdasarkan UUPPLH tuntutan ganti rugi uang dan pengenaan denda. 51 hanya berlaku untuk gugatan perorangan, gugatan masyarakat dan gugatan Pemerintah
Ketentuan Pasal 87 ayat (1) UU PPLH mengatur saja. Sedangkan gugatan organisasi lingkungan
subyek hukum dan unsur-unsur pelaku hanya dapat menuntut sepanjang terkait
perbuatan, yaitu penanggungjawab usaha tindakan tertentu saja dalam bentuk antara lain dan/atau kegiatan, unsur perbuatan melanggar
pemulihan lingkungan.
hukum yaitu pencemaran dan kerusakan lingkungan, unsur akibat pencemaran dan
a. Dasar Gugatan Perbuatan Melawan Hukum kerusakan yaitu kerugian pada orang lain atau
(PMH);
kerugian pada lingkungan hidup, dan unsur Ketentuan Pasal 87 ayat (1) UUPPLH, tidak pertanggungjawaban
menetapkan lebih lanjut mengenai tatacara penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan
hukum
menggugat ganti kerugian. Dasar gugatan untuk
perdata mengacu pada norma perbuatan melakukan
dan/atau
(onrechmatig gedaad ) pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.
sebagaimana yang diatur dalam KUHPer. Saat ini
pertanggungjawaban hukum Dengan demikian, untuk dapat mengajukan
model
mengganti kerugian telah berkembang luas gugatan ganti kerugian dan/atau tindakan sesuai perubahan dan kebutuhan masyarakat tertentu haruslah memenuhi unsur-unsur yang
yang dinamis seperti yang terlihat dari berbagai tercantum dalam Pasal 87 ayat (1) UUPPLH.
norma hukum baru, yurisprudensi, doktrin- Perbuatan melanggar hukum sebagaimana doktrin, serta penerapan judicial activism dalam dimaksud dalam unsur Pasal 87 ayat (1) yaitu
berbagai putusan hakim yang dianggap penting perbuatan melanggar hukum yang berupa
(landmark decision).
"pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan", tanpa menimbulkan pencemaran dan atau
ganti kerugian, kerusakan lingkungan tidak cukup melahirkan
pengaturan yang berlaku saat ini didasarkan gugatan lingkungan. Agar pencemaran dan atau
pada ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata, yang kerusakan lingkungan memunculkan gugatan
berbunyi: "tiap perbuatan melanggar hukum, lingkungan harus juga "menimbulkan kerugian
yang membawa kerugian kepada seorang lain, pada orang atau lingkungan", sehingga yang
mewajibkan orang yang karena salahnya dikualifikasi sebagai korbannya yaitu orang
menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian maupun lingkungan hidup. Atas dasar
demikian untuk "perbuatan
tersebut",
dengan
mendapatkan ganti kerugian, maka harus "pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
dipenuhi persyaratan: a. perbuatan harus hidup" yang "menimbulkan kerugian pada
bersifat melawan hukum; b. pelaku harus orang
bersalah; c. ada kerugian; dan d. ada hubungan "penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan"
lain atau
lingkungan"
tersebut,
sebab akibat antara perbuatan dengan kerugian. diwajibkan
PMH dalam pengertian yang umum memenuhi dan/atau tindakan tertentu".
unsur perbuatan baik dalam bentuk aktif Berbeda dengan konsep gugatan perdata biasa
melakukan sesuatu (commission) maupun yang dimana tuntutan kerugian adalah berbentuk
bersifat pasif, tidak melakukan sesuatu yang pembayaran ganti rugi materil dalam bentuk
hukumnya (omission). sejumlah uang (monetary damage) dan tindakan-
menjadi kewajiban
Sedangkan unsur melawan hukum dinisbatkan tindakan tertentu lainnya (specific performance),
terhadap peraturan tidak semua jenis gugatan lingkungan hidup
pada
pelanggaran
perundang-undangan yang berlaku (norma dapat menuntut pembayaran ganti rugi dalam
lalu diperluas bentuk uang. Disini ada titik persinggungan
pengertiannya termasuk juga perbuatan yang antara jenis hak gugat dengan jenis kerugian
melanggar hak subyektif seseorang berdasarkan
51 Ibid.
12 Nagari Law Review • Volume 1 Nomor 1, October 2017 12 Nagari Law Review • Volume 1 Nomor 1, October 2017
perbuatan melawan hukum (lex specialis) sebagaimana diatur dalam Pasal 88 UUPPLH
Rumusan PMH yang terdapat dalam KUHPer dengan rumusan sebagai berikut: dituangkan dalam beberapa pasal:
1. Pasal 1365 “setiap orang yang tindakannya, usahanya dan/atau “Tiap perbuatan melawan hukum yang membawa
kegiatannya menggunakan B3, menghasilkan kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang
limbah B3, dan/atau karena salahnya menerbitkan kerugian itu,
dan/atau
mengelola
menimbulkan ancaman serius terhadap lingkungan mengganti kerugian tersebut.”
bertanggung jawab mutlak atas kerugian yang Gugatan PMH menggunakan Pasal 1365 harus
terjadi tanpa perlu pembuktian unsur kesalahan”. dapat membuktikan unsur sengaja yang
Strict liability sejatinya bukanlah konsep langsung menimbulkan kerugian. Adanya
pembuktian terbalik (tidak ada pengalihan hubungan kausalitas antara akibat dan
beban pembuktian). Menurut Surat Keputusan perbuatan menjadi elemen yang penting.
Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia
2. Pasal 1366 “Tiap-tiap orang tidak saja bertanggungjawab atas Nomor 36 Tahun 2012 memberikan pedoman
gugatan strict liability harus dinyatakan dengan kerugian yang disebabkan karena perbuatannya uut,
tegas dalam surat gugatan atau setidak- tapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena tidaknya dimintakan dalam petitum bahwa kelalaiannya atau kekurang hati- hatiannya.” pembuktian dengan cara strict liability. Suatu perbuatan yang telah menimbulkan
kerugian meskipun tanpa suatu kesengajaan
5. Penutup
dapat dituntut kerugiannya karena kelalaian atau
Pencemaran dan pengrusakan lingkungan menggunakan Pasal 1366.
mengakibatkan timbulnya kerugian lingkungan