Kandungan Tepung Dan Silika PadaEnam Jenis Bambu

KANDUNGAN TEPUNG DAN SILIKA PADA ENAM JENIS BAMBU

  

Aventi

  Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman – Kementerian Pekerjaan Umum Jl. Panyawungan – Cileunyi Wetan – Kab. Bandung

  

E-mail

Abstrak

  

Indonesia diperkirakan memiliki 157 jenis bambu yang merupakan lebih dari 10 % jenis bambu di

dunia. Menurut Widjaja (2001) Jenis bambu di dunia diperkirakan terdiri atas 1.200-1.300 jenis

sedangkan di Indonesia terdiri atas 143 jenis. Di antara jenis bambu yang tumbuh di Indonesia, 50 %

di antaranya merupakan bambu endemik dan lebih dari 50 % merupakan jenis bambu yang telah

dimanfaatkan oleh penduduk dan sangat berpotensi untuk dikembangkan. Penelitian dilakukan

berdasarkan data hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Ferry Ndale, dalam tulisannya berjudul

“Sifat Fisika dan Mekanika Bambu”, untuk mengetahui apakah hasil penelitian tersebut memiliki

perbedaan dalam kandungan tepung dan kandungan silika di antara enam jenis bambu yang diteliti.

Serta untuk mengetahui apakah penelitian ini efisien atau tidak untuk dilakukan. Metode penelitian

yang dilakukan adalah : (a) analisis variansi untuk desain acak sempurna ; (b) daftar analisis variansi

(Anava) ; (c) kontras ortogonal kombinasi linier ; (d) uji rentang Newman – Keuls. Kandungan tepung

terendah terdapat pada bambu ori, berarti bambu ori sangat tidak rentan terhadap serangan kumbang

bubuk. Kandungan silika tertinggi terdapat pada bambu ori, tingkat kekuatan bambu ori sangat tinggi.

Dibandingkan dengan ke lima jenis bambu lainnya, bambu ori merupakan bambu yang paling tidak

rentan terhadap serangan kumbang bubuk dan paling tinggi tingkat kekuatannya.

  Kata Kunci : Potensi, Kandungan tepung, Kandungan silika, Bambu ori.

  Pendahuluan

  Indonesia diperkirakan memiliki 157 jenis bambu yang merupakan lebih dari 10 % jenis bambu di dunia. Menurut Widjaja (2001) Jenis bambu di dunia diperkirakan terdiri atas 1.200- 1.300 jenis sedangkan menurut data lapangan dan laboratorium bahwa bambu di Indonesia diketahui terdiri atas 143 jenis. Di antara jenis bambu yang tumbuh di Indonesia, 50 % di antaranya merupakan bambu endemik dan lebih dari 50 % merupakan jenis bambu yang telah dimanfaatkan oleh penduduk dan sangat berpotensi untuk dikembangkan.

  Potensi jenis bambu di dunia dikenal dalam 75 genus dan terdiri atas 1.500 spesies. Di Indonesia terdapat 10 genus yaitu Arundinaria, Bambusa, Dendrocalamus, Dinochloa,

  

Gigantochloa, Melacanna, Nastus, Phyllostachys, Shizostachyum dan Thyrostachys . Lima spesies

  (termasuk dalam 2 genus) yang tumbuh asli di Indonesia, sedangkan lainnya merupakan jenis eksotik. Kelima spesies ini termasuk dalam kualitas yang rendah. Adapun ciri-cirinya adalah berdinding tipis, tumbuh asli di Indonesia, sedangkan spesies yang berdinding tebal dan beruas panjang berasal dari Burma serta negara Asia lainnya [1].

  Penelitian ini dilakukan berdasarkan data hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Ferry Ndale, dalam tulisannya berjudul “Sifat Fisika dan Mekanika Bambu”, untuk mengetahui apakah hasil penelitian tersebut memiliki perbedaan dalam kandungan tepung dan kandungan silika di antara enam jenis bambu yang diteliti. Serta untuk mengetahui apakah penelitian ini efisien atau tidak untuk dilakukan.

  Metodologi Penelitian

  Metodologi penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Menghitung analisis variansi untuk desain acak sempurna, berdasarkan desain eksperimen.

  b.

  Menghitung dan menyusun daftar analisis variansi (Anava), untuk mendapatkan kesimpulan mengenai efek-efek perlakuan.

  c.

  Melakukan kontras ortogonal kombinasi linier, rata-rata perlakuan yang telah direncanakan terlebih dahulu.

  d.

  Melakukan uji rentang Newman – Keuls, yaitu perbandingan antara perlakuan.

  Studi Pustaka

  Analisis variansi untuk desain acak sempurna adalah analisis data yang diperoleh berdasarkan desain eksperimen, khususnya desain acak sempurna, dengan observasi setiap unit eksperimen.

  Kemudian dihitung besaran-besaran yang diperlukan : Jumlah nilai pengamatan untuk setiap perlakuan Ji = Σ Yij Jumlah seluruh nilai pengamatan J = Σ Ji Rata-rata setiap perlakuan Yi = Ji / ni Rata-rata seluruh nilai pengamatan Y = J / Σ ni 2 2

  Σ Y = jumlah kuadrat-kuadrat (JK) semua nilai pengamatan = Σ Σ Y ij 2 Ry = jumlah kuadrat-kuadrat (JK) untuk rata-rata = J / Σ ni 2 Py = jumlah kuadrat-kuadrat (JK) antar perlakuan = Σ ni (Yi – Y) 2 2 Ey = jumlah kuadrat-kuadrat (JK) kekeliruan eksperimen = Σ Σ (Yij – Yi) = Σ Y – Ry – Py 2 Banyak pengamatan untuk setiap perlakuan sama, yakni n1 = n2 = ….. = nk = ni 2 Σ Y = Σ Σ Yij Y = J / kn 2 Ry = J / kn 2 Py = (Σ Ji ) / n – Ry 2 Ey = Σ Y – Ry – Py Daftar Anava adalah untuk mendapatkan kesimpulan mengenai efek-efek perlakuan.

  Dengan asumsi sifat aditif, integritas, normalitas, independen, model linier, dan homogenitas variansi.

  Metode kontras ortogonal dilakukan jika perbandingan atau kontras mengenai rata-rata perlakuan telah direncanakan terlebih dahulu sebelum eksperimen dilakukan, maka kontras dapat dipilih dimana banyak kontras tidak boleh melebihi banyak derajat kebebasan (dK) untuk rata-rata perlakuan.

  Kontras Cp untuk kombinasi linier beberapa jumlah perlakuan Ji = 1, 2, ….., k (pengamatan untuk tiap perlakuan sama dengan n). Cp = c1pJ1 + c2pJ2 + ….. + ckpJk Dengan c1p + c2p + ….. + ckp = 0

  Uji rentang Newman – Keuls dilakukan jika perbandingan antara perlakuan ditentukan setelah data diperiksa, setelah pengujian atas Anava, maka α akan berubah. Kandungan tepung sangat berpengaruh pada tingkat kerentanan bambu terhadap serangan kumbang bubuk. Bambu dengan kandungan tepung tinggi sangat rentan terhadap serangan kumbang bubuk, sedangkan bambu dengan kandungan tepung rendah tidak diserang kumbang bubuk.

  Kandungan silika sangat berpengaruh pada tingkat kekuatan bambu. Bambu termasuk dalam kingdom Plantae (tumbuhan), sub kingdom Tracheobionta

  (tumbuhan berpembuluh), super divisi Spermatophyta (menghasilkan biji), divisi Magnoliophyta (tumbuhan berbunga), kelas Liliopsida (berkeping satu atau monokotil), sub kelas Commelinidae, ordo Poales, family Poaceae (suku rumput-rumputan), dan genus Bambusa.

  Bambusa bambos ( bambu ori) termasuk spesies Bambusa arundinacea (Retz.) wild. Tinggi

  mencapai 30 m (dinding batang sangat tebal dan batang berbulu tebal) ; 15 - 18 cm (jarak buku 20 - 40 cm) ; hijau muda. Tempat tumbuh di tanah basah, di sepanjang sungai.

  Manfaat yang diperoleh adalah batang (keperluan rumah tangga dan bahan dasar bangunan). Jenis ini berguna sebagai pengendali banjir bila ditanam di sepanjang sungai dan pelindung tanaman dari angin kencang. Batang dipakai untuk tiang rumah dan rangka, dinding rumah, kerangka cor bangunan, furniture, industri pulp, kertas, dan kayu lapis. Jenis ini juga dapat dipakai sebagai bahan dasar pembuatan semir sepatu, lem perekat, kertas karbon dan kertas kraft tahan air.

  Bambusa vulgaris (bambu ampel) termasuk spesies Bambusa vulgaris Schrad ex J.C.

  Tinggi mencapai 10 - 20 m (batang berbulu sangat tipis dan tebal dinding batang 7 - 15 mm) ; 4 - 10 cm (jarak buku 20 - 45 cm); kuning muda bergaris hijau tua. Tempat tumbuh mulai dataran rendah hingga ketinggian 1.200 m, di tanah marjinal atau di sepanjang sungai, tanah genangan, pH optimal 5 - 6,5.

  Manfaat yang diperoleh adalah batang digunakan untuk industri mebel, bangunan, perlengkapan perahu, pagar, tiang bangunan dan bahan baku kertas.

  Dendrocalamus asper (bambu petung) tumbuh lambat, rumpun rapat, tinggi mencapai 20 -

  30 m (batang berbulu tebal dan tebal dinding batang 11 - 36 mm) ; tebal batang 1 – 1,5 cm ; 8 - 20 cm (jarak buku 10 - 20 cm di bagian bawah dan 30 - 50 cm di bagian atas) ; coklat tua.

  Tempat tumbuh mulai dataran rendah hingga ketinggian 2.000 m, tumbuh terbaik pada ketinggian antara 400 - 500 m dengan curah hujan tahunan 2.400 mm. Tumbuh di semua jenis tanah tetapi paling baik di tanah yang berdrainase baik. Ditemui hampir di seluruh Indonesia.

  Manfaat yang diperoleh adalah batang digunakan untuk bahan bangunan (perumahan dan jembatan), bahan dinding, furniture, peralatan memasak, bahkan juga untuk penampung air. Banyak digunakan untuk konstruksi rumah, kolom struktur, penyangga atau tiang bangunan, struktur atau pondasi bangunan, untuk reng (penyangga genteng), atap dengan disusun tumpang- tindih, dan dinding dengan cara dipecah dibuat plupu.

  Gigantochloa apus ( bambu apus) termasuk spesies Gigantochloa apus kurz. Rumpun rapat,

  tinggi mencapai 8 - 30 m (batang berbulu tebal dan tebal dinding batang 1,5 cm) ; 4 - 13 cm (jarak buku 20 – 75 cm); hijau keabu-abuan cenderung kuning mengkilap. Tumbuh di dataran rendah, dataran tinggi (atau berbukit-bukit) sampai dengan 1.500 m, dan di tanah liat berpasir.

  Batang dipakai sebagai komponen dinding, atap bangunan, kasau, reng, furniture, alat pembuatan pegangan payung, peralatan memancing, kerajinan tangan (rak buku), industri pulp, anyaman, kertas, dan penghalau angin kencang (wind break).

  Gigantochloa atroviolacea (bambu wulung) tinggi mencapai 20 m (batang berbulu tipis

  /halus dan tebal, dinding batang hingga 8 mm) ; 6 - 14 cm (jarak buku 40 - 50 cm) ; dari hijau coklat tua keunguan atau hitam.

  Tempat tumbuh di tanah tropis dataran rendah, berlembab, dengan curah hujan per tahun mencapai 1.500 – 3.700 mm, dengan kelembaban relatif 70 % dan temperatur 20 - 32º C. Dapat pula tumbuh di tanah kering berbatu atau tanah (vulkanik) merah. Jika ditanam di tanah kering berbatu, warna ungu pada batang akan kelihatan semakin jelas. Banyak terdapat di Pulau Jawa dan Sumatera.

  Digunakan untuk material bangunan, sebagai dinding, bahan pembuatan instrumen musik seperti angklung, calung, gambang dan celempung. Juga berfungsi untuk bahan industri kerajinan tangan dan pembuatan mebel.

  Gigantochloa atter (bambu legi) rumpun padat, tinggi sampai 26 m, diameter 10 cm, tebal

  batang 6 - 20 mm ; Tempat tumbuh 0 m – 700 m dpl. Rebung untuk sayur. Batang digunakan untuk gording.

  Hasil dan Pembahasan

  Penelitian ini dilakukan berdasarkan data hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Ferry Ndale, dalam tulisannya berjudul “Sifat Fisika dan Mekanika Bambu”. Penelitian dilakukan terhadap enam jenis bambu yang telah berumur 3 tahun.

  Pada hasil penelitian, diperoleh kandungan tepung pada enam jenis bambu, seperti pada tabel 1.

  

Tabel 1. Kandungan Tepung pada 6 Jenis bambu

Rata- Pangkal Tengah Ujung Banyak Spesies Jumlah rata (%) (%) (%) Pengamatan (%)

  Bambu Ampel 5,71 6,91 7,61 20,23 3 6,75

  (Bambusa vulgaris) Bambu Apus

  1,01 0,91 1,04 2,96 3 1,01 (Gigantochloa apus) Bambu Ori (Bambusa 0,17 0,15 0,21 0,53 3 0,18

  arundinacea )

  Bambu Wulung (Gigantochloa 1,15 0,91 1,62 3,68 3 1,23

  atroviolacea )

  Rata- Pangkal Tengah Ujung Banyak Spesies Jumlah rata (%) (%) (%) Pengamatan (%)

  Bambu Legi (Gigantochloa 0,34 0,68 1,27 2,29 3 0,76

  verticillata )

  Bambu Petung (Dendrocalamus 1,59 2,22 2,03 5,84 3 1,95

  asper )

  Jumlah 35,53 18 1,98

  Ferry Ndale, “Sifat Fisika dan Mekanika Bambu” Setelah data hasil penelitian disusun pada tabel 1, kemudian dibuat grafik batang (grafik 1), untuk dapat melihat dengan jelas perbedaan kandungan tepung yang terdapat pada ke enam jenis bambu tersebut.

  8

  6

4 Pangkal (%)

  2 Tengah (%) Ujung (%) Rata-rata (%)

  Grafik 1. Kandungan Tepung pada 6 Jenis bambu Dari grafik 1 terlihat bahwa kandungan tepung terendah terdapat pada bambu ori, dengan kandungan tepung tertinggi terletak pada ujung batang bambu 0,21 %, kemudian pada bagian pangkal bambu 0,17 %, dan kandungan tepung paling sedikit terdapat pada bagian tengah bambu 0,15 %. Hal ini menunjukkan bahwa bambu ori sangat tidak rentan terhadap serangan kumbang bubuk, terutama pada ujung batang bambu. Dibandingkan dengan ke lima jenis bambu lainnya, bambu ori merupakan bambu yang paling tidak rentan terhadap serangan kumbang bubuk.

  Tetapi walaupun bambu ori sangat tidak rentan terhadap serangan kumbang bubuk, ada baiknya tetap melakukan treatment (pengawetan dan pengeringan) terhadap bambu ori, sebelum dipergunakan sebagai bahan bangunan rumah. Hal ini untuk lebih meningkatkan daya tahan dan kekuatan bambu ori tersebut.

  Kandungan tepung kedua terendah setelah bambu ori adalah bambu legi, kandungan tepung sedikit di atas bambu ori, tertinggi terletak pada ujung batang bambu 1,27 %, kemudian pada bagian tengah bambu 0,68 %, dan kandungan tepung paling sedikit terdapat pada bagian pangkal bambu 0,15 %. Kerentanan terhadap serangan kumbang bubuk berada pada tingkat sedikit di bawah bambu ori.

  Oleh karena itu, kadar treatment sebaiknya melakukan pengawetan lebih lama dan lebih pekat, bila dibandingkan dengan bambu ori. Begitu pun dengan bambu apus, bambu wulung, bambu petung, dan bambu ampel, berturut-turut memiliki kandungan tepung dari terendah hingga tertinggi. Maka berturut-turut pula memiliki kerentanan terhadap serangan kumbang bubuk dari sangat tidak rentan menjadi sangat rentan.

  Perlakuan terhadap bambu dari yang tidak rentan hingga yang rentan terhadap serangan kumbang bubuk adalah kadar bahan pengawet. Semakin rentan, sebaiknya kadar pengawet semakin pekat, dan lama waktu pengeringan : semakin tidak awet, semakin diperpanjang waktu pengeringan yang dilakukan.

  Dari tabel pengamatan kandungan tepung pada enam jenis bambu, kemudian disusun daftar analisis variansi (Anava), seperti tabel 2.

  Tabel 2. Daftar Anava Sumber Variasi Derajat Jumlah Rata-rata ERJK F Kebebasan Kuadrat- Jumlah (dk) kuadrat Kuadrat- (JK) kuadrat (RJK)

  1 70,13 70,13 - Rata-rata 2 σє

  Antar Perlakuan 5 157,06 + 31,41 -5,60 ø(M) 2

  σє Kekeliruan 12 -67,36 -5,61 Eksperimen Jumlah

  18

  • 159,83 Daftar Anava tersebut untuk mendapatkan kesimpulan terhadap efek-efek perlakuan terhadap data pengamatan yang telah dihasilkan. Banyak pengamatan untuk setiap perlakuan pada keenam jenis bambu adalah sama. C1 = J1 - J6 C2 = J2 – J3 C3 = J3 – J4

  C4 = J4 – J5 C5 = J1 – J2 – J3 – J4 - J5 + J6 H1 : C1 = 0 atau ekivalen dengan H1 : w1 = w6 H2 : C2 = 0 atau ekivalen dengan H2 : w2 = w3 H3 : C3 = 0 atau ekivalen dengan H3 : w3 = w4 H4 : C4 = 0 atau ekivalen dengan H4 : w4 = w5 H5 : C5 = 0 atau ekivalen dengan H5 : w1 + w6 = w2 + w3 + w4 + w5 2

  (20,23 – 5,84) JK(C1) = ---------------------- = 51,77 2 2 3 ((+1) + (+1) ) 2

  (2,96 – 0,53) JK(C2) = ---------------------- = 1,48 2 2 3 ((+1) + (+1) ) 2

  (0,53 – 3,68) JK(C3) = ---------------------- = 2,48 2 2 3 ((+1) + (+1) ) 2

  (3,68 – 2,29) JK(C4) = ---------------------- = 0,48 2 2 3 ((+1) + (+1) ) 2

  (20,23 – 2,96 – 0,53 – 3,68 – 2,29 + 5,84) JK(C5) = --------------------------------------------------------- = 34,49 2 2 2 2 2 2 3 ((+1) + (+1) + (+1) + (+1) + (+1) + (+1) )

  RJK (kekeliruan) = - 5,61 dengan dk = 12, maka : F (C1) = 51,77 / - 5,61 = - 9,23 F (C2) = 1,48 / - 5,61 = - 0,26 F (C3) = 2,48 / - 5,61 = - 0,44 F (C4) = 0,48 / - 5,61 = - 0,09 F (C5) = 34,49 / - 5,61 = - 6,15

  Apabila α = 0,05 maka dari daftar Distribusi F didapat F0,05 (1,12) = 4,75. H1, H2, H3, H4 dan H5 diterima, karena lebih kecil dari 4,75.

  Kesimpulan : tidak terdapat perbedaan yang berarti antara kandungan tepung yang diteliti pada pangkal, tengah dan ujung ke enam jenis bambu. Rata-rata perlakuan : Rata-rata : 0,18 0,76 1,01 1,23 1,95 6,75 Perlakuan pada bambu : Ori Legi Apus Wulung Petung Ampel Perlakuan :

  3

  5

  2

  4

  6

  1 Dari daftar Anava diperoleh RJK (kekeliruan) = - 5,61 dengan dk = 12. Kekeliruan baku rata-rata untuk tiap perlakuan : l- 5,61l sY = √ ------------ = 1,37

  3 Dari daftar E, dengan ν = 12 dan α = 0,05 diperoleh : P =

  2

  3

  4

  5

  6 Rentang = 3,08 3,77 4,20 4,51 4,75 Harga rentang dikalikan dengan 1,37, maka diperoleh RST untuk tiap p : P =

  2

  3

  4

  5

  6 RST = 4,21 5,16 5,74 6,17 6,50 Menghasilkan perbandingan antara : 2 lawan 6 : 0,94 < 6,50 ; 2 lawan 5 : 0,25 < 6,17 2 lawan 4 : 0,22 < 5,74 ; 2 lawan 3 : 0,83 < 5,16 2 lawan 1 : 5,74 > 4,21 ; 3 lawan 6 : 1,77 < 6,50 3 lawan 5 : 0,58 < 6,17 ; 3 lawan 4 : 1,05 < 5,74 3 lawan 1 : 6,57 > 5,16 ; 4 lawan 6 : 0,72 < 6,50 4 lawan 5 : 0,47 < 6,17 ; 4 lawan 1 : 5,52 < 5,74 5 lawan 6 : 1,19 < 6,50 ; 5 lawan 1 : 5,99 < 6,17 6 lawan 1 : 4,80 < 6,50

  Tidak terdapat perbedaan antara perlakuan 2 dan 6 ; 2 dan 5 ; 2 dan 4 ; 2 dan 3 ; 3 dan 6 ; 3 dan 5 ; 3 dan 4 ; 4 dan 6 ; 4 dan 5 ; 4 dan 1 ; 5 dan 6 ; 5 dan 1 ; 6 : 1, yaitu tidak terdapat perbedaan antara kandungan tepung yang diteliti pada pangkal, tengah dan ujung antara : (a) bambu apus dengan bambu petung, bambu legi, bambu wulung dan bambu ori ; (b) bambu ori dengan bambu petung, bambu legi, dan bambu wulung ; (c) bambu wulung dengan bambu petung, bambu legi, dan bambu ampel ; (d) bambu legi dengan bambu petung dan bambu ampel ; (e) bambu petung dengan bambu ampel.

  Terdapat perbedaan antara perlakuan 2 dan 1 ; 3 dan 1, yaitu terdapat perbedaan antara kandungan tepung yang diteliti pada pangkal, tengah dan ujung antara bambu ampel dengan bambu apus, juga antara bambu ori dengan bambu ampel.

  Kesimpulan : tidak terdapat perbedaan yang berarti antara kandungan tepung yang diteliti pada pangkal, tengah dan ujung ke enam jenis bambu. Interval konfidensi 95 % untuk rata-rata perlakuan µi dari hasil Anava. l- 5,61l sY = √ ------------ = 1,37

  3 Dari daftar disribusi Student dengan dk = 12 didapat harga t0,9750 = 2,18 ; sehingga interval konfidensi untuk µ1 dengan Y1 = 6,75 ; Y2 = 1,01 ; Y3 = 0,18 ; Y4 = 1,23 ; Y5 = 0,76 ; Y6 = 1,95, adalah : 6,75 – (2,18) (1,37) < µ1 < 6,75 + (2,18) (1,37) = 3,76 < µ1 < 9,74 1,01 – (2,18) (1,37) < µ2 < 1,01 + (2,18) (1,37) = - 1,98 < µ2 < 4,00 0,18 – (2,18) (1,37) < µ3 < 0,18 + (2,18) (1,37) = - 2,81 < µ3 < 3,17 1,23 – (2,18) (1,37) < µ4 < 1,23 + (2,18) (1,37) = - 1,76 < µ4 < 4,22 0,76 – (2,18) (1,37) < µ5 < 0,76 + (2,18) (1,37) = - 2,23 < µ5 < 3,75 1,95 – (2,18) (1,37) < µ6 < 1,95 + (2,18) (1,37) = - 1,04 < µ6 < 4,94 2 sє = - 5,61. 2 2 s Y1 = sє / n1 = - 5,61 / 3 = - 1,87

  Penelitian ini sangat efisien untuk dilakukan.

  Dari data hasil penelitian pun, diperoleh kandungan silika pada enam jenis bambu, seperti pada tabel 3.

  0,72 0,84 1,04 2,60 3 0,87

  3

  2

  1

  Kandungan silika kedua tertinggi setelah bambu ori adalah bambu legi dan bambu apus (nilai sebanding), karena pada bambu legi, kandungan silika tertinggi terletak pada ujung batang bambu 1,04 %, kemudian pada bagian tengah bambu 0,84 %, dan kandungan silika paling sedikit

  

treatment (pengawetan dan pengeringan) terhadap bambu ori, sebelum dipergunakan sebagai bahan

bangunan rumah. Hal ini untuk lebih meningkatkan daya tahan dan kekuatan bambu ori tersebut.

  Tetapi walaupun bambu ori sangat tinggi kekuatannya, ada baiknya tetap melakukan

  Karena sifat bambu ori yang sangat tidak rentan terhadap serangan kumbang bubuk dan sangat tinggi kekuatannya dibandingkan lima jenis bambu lainnya, maka bambu ori sangat baik dimanfaatkan sebagai pengendali banjir bila ditanam di sepanjang sungai dan pelindung tanaman dari angin kencang. Juga sangat baik dipakai untuk tiang, rangka, dan dinding rumah, juga untuk kerangka cor bangunan.

  Grafik 2. Kandungan Silika pada enam jenis bambu Dari grafik 2 terlihat bahwa kandungan silika tertinggi terdapat pada bambu ori, dengan kandungan silika tertinggi terletak pada ujung batang bambu 3,59 %, kemudian pada bagian pangkal bambu 2,19 %, dan kandungan tepung paling sedikit terdapat pada bagian tengah bambu 1,84 %. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kekuatan bambu ori sangat tinggi, terutama pada ujung batang bambu. Dibandingkan dengan ke lima jenis bambu lainnya, bambu ori merupakan bambu yang paling tinggi tingkat kekuatannya.

  Ferry Ndale, “Sifat Fisika dan Mekanika Bambu” Setelah data kandungan silika disusun pada tabel 3, kemudian dibuat grafik 2, untuk dapat melihat dengan jelas perbedaan kandungan silika yang terdapat pada ke enam jenis bambu tersebut.

  Jumlah 20,82 18 6,94

  0,59 0,90 1,22 2,71 3 0,90

  Bambu Petung (Dendrocalamus asper)

  Bambu Legi (Gigantochloa verticillata)

  Tabel 3. Kandungan Silika pada enam jenis bambu Spesies Pangkal (%)

Tengah

(%)

  0,71 0,88 0,98 2,57 3 0,86

  atroviolacea )

  Bambu Wulung (Gigantochloa

  2,19 1,84 3,59 7,62 3 2,54

  arundinacea )

  Bambu Ori (Bambusa

  0,82 1,05 0,97 2,84 3 0,95

  Bambu Apus (Gigantochloa apus)

  0,67 0,92 0,89 2,48 3 0,83

  vulgaris )

  Bambu Ampel (Bambusa

  Ujung (%) Jumla h Banyak Pengamatan Rata- rata (%)

  4 Pangkal (%) Tengah (%) Ujung (%) Rata-rata (%) terdapat pada bagian pangkal bambu 0,72 %. Sedangkan pada bambu apus, kandungan silika tertinggi terletak pada bagian tengah batang bambu 1,05 %, kemudian pada bagian ujung bambu 0,97 %, dan kandungan silika paling sedikit terdapat pada bagian pangkal bambu 0,82 %. Nilai kandungan silika dalam bambu legi dan bambu apus adalah sebanding, karena pada ujung batang nilai kandungan silika lebih banyak pada bambu legi, sedangkan pada pangkal dan tengah batang nilai kandungan silika lebih banyak pada bampu apus. Maka nilai kandungan silika di antara bambu legi dan bambu apus dinilai sebanding. Kedua jenis bambu tersebut memiliki tingkat kekuatan yang tinggi setelah bambu ori.

  Sama halnya dengan bambu ori, walaupun bambu legi dan bambu apus tinggi kekuatannya, ada baiknya tetap melakukan treatment (pengawetan dan pengeringan) terhadap bambu legi dan bambu apus, sebelum dipergunakan sebagai bahan bangunan rumah. Hal ini untuk lebih meningkatkan daya tahan dan kekuatan kedua jenis bambu tersebut.

  Kadar treatment terhadap kedua jenis bambu tersebut sebaiknya dilakukan pengawetan lebih lama dan lebih pekat, bila dibandingkan dengan bambu ori. Bambu wulung, bambu petung, dan bambu ampel, berturut-turut memiliki kandungan silika dari tertinggi hingga terendah. Maka berturut-turut pula memiliki kekuatan dari tertinggi hingga terendah.

  Perlakuan terhadap bambu dari kekuatannya tinggi hingga rendah adalah kadar bahan pengawet. Semakin rendah kekuatan bambu, sebaiknya kadar pengawet semakin pekat, dan lama waktu pengeringan : semakin tidak kuat, semakin diperpanjang waktu pengeringan yang dilakukan.

  Dari tabel pengamatan kandungan silika pada enam jenis bambu, kemudian disusun daftar analisis variansi (Anava), seperti tabel 4.

  Tabel 4. Daftar Anava Sumber Variasi Derajat Jumlah Rata-rata ERJK F Kebebasan Kuadrat- Jumlah (dk) kuadrat Kuadrat- (JK) kuadrat (RJK)

  Rata-rata 1 24,08 24,08 - 2 σє

  Antar Perlakuan 5 31,00 6,20 + ø(M) -3,38 2 σє

  Kekeliruan 12 -22,01 -1,83 Eksperimen Jumlah

  18

  • 33,06 Daftar Anava tersebut untuk mendapatkan kesimpulan terhadap efek-efek perlakuan terhadap data pengamatan yang telah dihasilkan. Banyak pengamatan untuk setiap perlakuan pada keenam jenis bambu adalah sama. C1 = J1 - J6 C2 = J2 – J3 C3 = J3 – J4

  C4 = J4 – J5 C5 = J1 – J2 – J3 – J4 - J5 + J6 H1 : C1 = 0 atau ekivalen dengan H1 : w1 = w6 H2 : C2 = 0 atau ekivalen dengan H2 : w2 = w3 H3 : C3 = 0 atau ekivalen dengan H3 : w3 = w4 H4 : C4 = 0 atau ekivalen dengan H4 : w4 = w5 H5 : C5 = 0 atau ekivalen dengan H5 : w1 + w6 = w2 + w3 + w4 + w5 2

  (2,48 – 2,71) JK(C1) = ---------------------- = 0,01 2 2 3 ((+1) + (+1) ) 2

  (2,84 – 7,62) JK(C2) = ---------------------- = 5,71 2 2 3 ((+1) + (+1) ) 2

  (7,62 – 2,57)

  JK(C3) = ---------------------- = 6,38 2 2 3 ((+1) + (+1) ) 2 (2,57 – 2,60) JK(C4) = ---------------------- = 0,00 2 2 3 ((+1) + (+1) ) 2

  (2,48 – 2,84 – 7,62 – 2,57 – 2,60 + 2,71) JK(C5) = -------------------------------------------------------- = 13,62 2 2 2 2 2 2 3 ((+1) + (+1) + (+1) + (+1) + (+1) + (+1) )

  RJK (kekeliruan) = - 1,83 dengan dk = 12, maka : F (C1) = 0,01 / - 1,83 = - 0,01 F (C2) = 5,71 / - 1,83 = - 3,12 F (C3) = 6,38 / - 1,83 = - 3,49 F (C4) = 0,00 / - 1,83 = 0,00 F (C5) = 13,62 / - 1,83 = - 7,44

  Apabila α = 0,05 maka dari daftar Distribusi F didapat F0,05 (1,12) = 4,75. H1, H2, H3, H4 dan H5 diterima, karena lebih kecil dari 4,75. Kesimpulan : tidak terdapat perbedaan yang berarti antara kandungan silika yang diteliti pada pangkal, tengah dan ujung ke enam jenis bambu. Rata-rata perlakuan : Rata-rata : 0,83 0,86 0,87 0,90 0,95 2,54 Perlakuan pada bambu : Ampel Wulung Legi Petung Apus Ori Perlakuan :

  1

  4

  5

  6

  2

  3 Dari daftar Anava diperoleh RJK (kekeliruan) = - 1,83 dengan dk = 12. Kekeliruan baku rata-rata untuk tiap perlakuan : l- 1,83l sY = √ ------------ = 0,78

  3 Dari daftar E, dengan ν = 12 dan α = 0,05 diperoleh : P =

  2

  3

  4

  5

  6 Rentang = 3,08 3,77 4,20 4,51 4,75 Harga rentang dikalikan dengan 0,78, maka diperoleh RST untuk tiap p : P =

  2

  3

  4

  5

  6 RST = 2,41 2,94 3,28 3,52 3,71 Menghasilkan perbandingan antara : 2 lawan 6 : 0,05 < 3,71 ; 2 lawan 5 : 0,08 < 3,52 2 lawan 4 : 0,09 < 3,28 ; 2 lawan 3 : 1,59 < 2,94 2 lawan 1 : 0,12 < 2,41 ; 3 lawan 6 : 1,64 < 3,71 3 lawan 5 : 1,67 < 3,52 ; 3 lawan 4 : 1,71 < 3,28 3 lawan 1 : 0,01 < 2,94 ; 4 lawan 6 : 0,04 < 3,71 4 lawan 5 : 0,03 < 3,52 ; 4 lawan 1 : 0,03 < 3,28 5 lawan 6 : 0,04 < 3,71 ; 5 lawan 1 : 0,07 < 3,52 6 lawan 1 : 0,03 < 3,71 Tidak terdapat perbedaan antara perlakuan 2 dan 6 ; 2 dan 5 ; 2 dan 4 ; 2 dan 3 ; 2 dan 1 ; 3 dan 6 ; 3 dan 5 ; 3 dan 4 ; 3 dan 1 ; 4 dan 6 ; 4 dan 5 ; 4 dan 1 ; 5 dan 6 ; 5 dan 1 ; 6 : 1.

  Kesimpulan : tidak terdapat perbedaan yang berarti antara kandungan silika yang diteliti pada pangkal, tengah dan ujung ke enam jenis bambu. Interval konfidensi 95 % untuk rata-rata perlakuan µi dari hasil Anava. l- 1,83l sY = √ ------------ = 0,78

  3 Dari daftar disribusi Student dengan dk = 12 didapat harga t0,9750 = 2,18 ; sehingga interval konfidensi untuk µ1 dengan Y1 = 0,83 ; Y2 = 0,95 ; Y3 = 2,54 ; Y4 = 0,86 ; Y5 = 0,87 ; Y6 = 0,90, adalah :

  0,83 – (2,18) (0,78) < µ1 < 0,83 + (2,18) (0,78) = - 0,87 < µ1 < 2,53 0,95 – (2,18) (0,78) < µ2 < 0,95 + (2,18) (0,78) = - 0,75 < µ2 < 2,65 2,54 – (2,18) (0,78) < µ3 < 2,54 + (2,18) (0,78) = - 0,84 < µ3 < 4,24 0,86 – (2,18) (0,78) < µ4 < 0,86 + (2,18) (0,78) = - 0,84 < µ4 < 2,56 0,87 – (2,18) (0,78) < µ5 < 0,87 + (2,18) (0,78) = - 0,83 < µ5 < 2,57 0,90 – (2,18) (0,78) < µ6 < 0,90 + (2,18) (0,78) = - 0,80 < µ6 < 2,60 2 sє = - 1,83. 2 2 s Y1 = sє / n1 = - 1,83 / 3 = - 0,61

  Penelitian ini sangat efisien untuk dilakukan.

  Kesimpulan 1.

  Kandungan tepung terendah terdapat pada bambu ori, dengan kandungan tepung tertinggi terletak pada ujung batang bambu 0,21 %, kemudian pada bagian pangkal bambu 0,17 %, dan kandungan tepung paling sedikit terdapat pada bagian tengah bambu 0,15 %. Hal ini menunjukkan bahwa bambu ori sangat tidak rentan terhadap serangan kumbang bubuk, terutama pada ujung batang bambu. Dibandingkan dengan ke lima jenis bambu lainnya, bambu ori merupakan bambu yang paling tidak rentan terhadap serangan kumbang bubuk.

  2. Tidak terdapat perbedaan yang berarti antara kandungan tepung yang diteliti pada pangkal, tengah dan ujung ke enam jenis bambu.

  3. Kandungan silika tertinggi terdapat pada bambu ori, dengan kandungan silika tertinggi terletak pada ujung batang bambu 3,59 %, kemudian pada bagian pangkal bambu 2,19 %, dan kandungan tepung paling sedikit terdapat pada bagian tengah bambu 1,84 %. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kekuatan bambu ori sangat tinggi, terutama pada ujung batang bambu. Dibandingkan dengan ke lima jenis bambu lainnya, bambu ori merupakan bambu yang paling tinggi tingkat kekuatannya.

  4. Tidak terdapat perbedaan yang berarti antara kandungan silika yang diteliti pada pangkal, tengah dan ujung ke enam jenis bambu.

  5. Penelitian yang dilakukan oleh Ferry Ndale dalam “Sifat Fisika dan Mekanika Bambu” sangat efisien untuk dapat dilakukan, dan dikembangkan lebih lanjut menjadi penelitian yang lain.

  Daftar Pustaka Berlian, N. 1995. “Jenis dan Prospek Bisnis Bambu”. Penebar Swadaya.

  Ferry Ndale, “Sifat Fisika dan Mekanika Bambu”. Google.com, diunduh 27 April 2012. Sudjana, 1985, “Desain dan Analisis Eksperimen”, Tarsito, Bandung.

  Widjaja, E.A. 2001. “Identifikasi Jenis-jenis bambu di Jawa”. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bilologi. LIPI. Bogor. .........., 19 Maret 2012, “Jenis Bambu untuk Gazebo Bambu”. Google.com, diunduh 1 Mei 2012. .........., “Pring ORI Pencegah Erosi Yang Tangguh”, Google.com, diunduh 1 Mei 2012.

Dokumen yang terkait

Tata Kelola Pemerintahan Daerah Dan Pelayanan Publik Berbasis Standar Pelayanan Minimal Di Indonesia (Studi Kasus Tata Kola Pemerintahan dalam Pelayanan Publik Berbasis Standar Pelayanan Minimal di Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat)

0 0 28

Tata Kelola Pemerintahan Daerah Dan Pelayanan Publik Berbasis Standar Pelayanan Minimal Di Indonesia (Studi Kasus Tata Kola Pemerintahan dalam Pelayanan Publik Berbasis Standar Pelayanan Minimal di Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat)

0 2 24

Tata Kelola Pemerintahan Daerah Dan Pelayanan Publik Berbasis Standar Pelayanan Minimal Di Indonesia (Studi Kasus Tata Kola Pemerintahan dalam Pelayanan Publik Berbasis Standar Pelayanan Minimal di Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat)

0 1 25

Tata Kelola Pemerintahan Daerah Dan Pelayanan Publik Berbasis Standar Pelayanan Minimal Di Indonesia (Studi Kasus Tata Kola Pemerintahan dalam Pelayanan Publik Berbasis Standar Pelayanan Minimal di Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat)

0 1 16

Tata Kelola Pemerintahan Daerah Dan Pelayanan Publik Berbasis Standar Pelayanan Minimal Di Indonesia (Studi Kasus Tata Kola Pemerintahan dalam Pelayanan Publik Berbasis Standar Pelayanan Minimal di Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat)

0 10 20

Implementasi Sistem Keamanan Data Untuk Semua Jenis File Dengan Menggunakan Teknik Steganografi End Of File (EOF) dan Algoritma Kriptografi Rivest Code 4 (RC4)

0 1 14

Tata Kelola Pemerintahan Daerah Dan Pelayanan Publik Berbasis Standar Pelayanan Minimal Di Indonesia (Studi Kasus Tata Kola Pemerintahan dalam Pelayanan Publik Berbasis Standar Pelayanan Minimal di Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat)

0 1 26

Rancangan Pemetaan Tata Kelola Sumber Daya Manusia Di Industri Kecil Dan Menengah

0 0 9

View of Implementasi Citra Digital Berdasarkan Nilai HSV Untuk Mengidentifikasi Jenis Tanaman Mangga Menggunakan Algoritma K-Nearest Neighbor

0 0 6

Tahun Gajah Dan Usaha Penghancuran Ka'bah

0 0 13