PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PEMILIHAN GUBERNUR PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2008

  

PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PEMILIHAN GUBERNUR

PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2008

Yuswant o

  Fakult as Hukum Universit as Lampung

  

Abst r act

Lampung gover nor el ect ion on 2008 execut ed under ar t i cl e 233 (2) of act Number 32/ 2004

cencer ning l ocal gover nment , on t he ot her hand i t s impl ement at ion pr ocess i s r ef er r ed t o act number

12 / 2008 concer ni ng second ammendment of act number 32/ 2004 concer ning l ocal gover nment .

Gover nor el ect i on i nvit es cont r over sy bot h t heor et i cal l y and pr act i cal l y. The r esear ch expl or es mer el y

on t he woman par t i ci pat i on. Resear ch met hod appl i es nor mat ive r esear ch t hat usi ng secondar y dat a

der ivi ng f r om pr i mar y, secondar y and t er t i ar y legal sour ces. The r esear ch shows t hat i n gover nor

el ect ion 2008 execut ed under ar t i cle 233 (2) act number 32/ 2004 concer ning l ocal gover nment and i t s

i mpl ement at ion pr ocess based on act number 12/ 2008 , t he f act show t hat f r om 5, 36 mi l ion vot er s,

mal e vot er s r eached of 2. 778. 763 vot er s, f emal e was 2. 587. 978 vot er s, sehi nso t he t ot al number

was 5. 366. 741 vot er s. In sum, male vot er s was 51, 77 %, and f emal e vot er s was 48, 33 %. Thi s means

t hat woman par t i ci pat i on i n gover nor elect ion was 48, 33 %. In anot her wor d, wi t hout woman

par t i ci pat ion, t her e i s no one candi dat e can be st i pul at ed as el ect ed candi dat e. Keywor ds: gover nor el ect i on, woman par t i ci pat ion.

  

Abst rak

  Pemilihan Gubernur (Pilgub) Lampung t ahun 2008 dilaksanakan berdasarkan Pasal 233 ayat (2) Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 t ent ang Pemerint ahan Daerah, sedangkan proses pelaksanaan selanj ut nya didasarkan pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 t ent ang Perubahan Kedua Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tent ang Pemerint ahan Daerah. Sebab it u, Pilgub ini menuai pro dan kont ra baik dari segi t eori maupun prakt iknya. Namun demikian, pengkaj ian ini hanya memf okuskan pada part isipasi perempuannya saj a. Met ode penelit ian yang digunakan adalah j enis penelit ian normat ive, dengan menggunakan bahan hukum primer, sekunder dan t ersier. Dari hasil penelit ian diperoleh hasil bahwa Pilgub Lampung t ahun 2008 dilaksanakan berdasarkan Pasal 233 ayat (2) Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 t ent ang Pemerint ahan Daerah, sedangkan proses pelaksanaan selanj ut nya didasarkan pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 t ent ang Perubahan Kedua Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tent ang Pemerint ahan Daerah. Karena Pilgub ini selenggarakan ber- dasarkan dua UU sekaligus, sehingga mengakibat kan pro dan kont ra. Dari 5, 36 j ut a j iwa pemilih pada Pilgub Lampung 2008 ini, j umlah pemilih laki-laki sebanyak 2. 778. 763 j iwa, sedangkan perempuan sebanyak 2. 587. 978 j iwa, sehingga j umlah secara keseluruhan sebanyak 5. 366. 741 j iwa. Pemilih laki- laki sebesar 51, 77 %, sedangkan pemilih perempuan sebesar 48, 33 %. Art inya, keikut sert aan perempuan dalam Pilgub Lampung 2008 ini, sebesar 48, 33 %. Dengan demikian, t anpa keikut sert aan perempuan, maka t idak sat u pasang calon pun yang akan dit et apkan sebagai calon t erpilih.

  Kat a Kunci: Pemilihan Gubernur, Part isipasi Perempuan.

  

Pendahuluan donesia masih harus berj uang unt uk bisa mem-

  Melihat persent ase perempuan yang ber- pengaruhi kebij akan publik yang berkait an de- saing dalam pemilu legislat if pada April lalu, ngan kehidupan mereka. 35, 35 persen dari 11. 301 t ot al kandidat , orang Sej umlah organisasi perempuan t engah bisa saj a menyimpulkan bahwa hak perempuan berusaha mengubah realit as ini dengan menye- unt uk berpart isipasi akt if dalam kehidupan po- lenggarakan program pendidikan pemilih yang lit ik di Indonesia t elah benar-benar dij amin. mengulas bukan hanya f akt or polit ik dan bu- Unt uk soal hak memilih dan dipilih, kesimpulan daya, t et api j uga f akt or agama yang mempe- ini mungkin saj a benar. Tet api perempuan In- ngaruhi peran polit ik perempuan. Sej ak 1999,

  350 Jurnal Dinamika Hukum Vol . 11 No. 2 Mei 2011

  organisasi-organisasi ini t elah melat ih kaum perempuan unt uk menggunakan hak polit ik me- reka agar bisa meningkat kan kualit as part isipasi mereka dalam polit ik. Banyak perempuan Indonesia t idak menyadari pot ensi yang mereka miliki unt uk menent ukan kualit as demokrasi di negeri ini. Selain it u, mereka pun t ak memiliki penget ahuan dan ket erampilan unt uk meng- gunakan hak polit ik mereka dan akhirnya memi- lih bungkam. Akibat nya, mereka t ak bisa t er- libat dalam pembuat an legislasi yang mempe- ngaruhi hak-hak mereka dan t ak t erwakili de- ngan baik di lembaga-lembaga pengambilan kebij akan.

  Real i sasi Undang-Undang No. 23 Tahun 2004” , Jur nal

  Perkembangan pemikiran perempuan pa- da awalnya hanya merupakan seruan moral t e- rus berkembang yang kemudian mulai mema- suki ranah polit ik di mana st rukt ur kebij akan st rat egis di pemerint ahan j uga harus diisi oleh 4 Desak Gde Dwi Ar ini , “ Keset ar aan Gender Dal am

  t ikan sebagai pemilihan kepala daerah/ wakil kepala daerah yang diat ur dalam Undang-Un- dang (UU) Nomor 32 Tahun 2004 t ent ang Peme- rint ahan Daerah, UU No. 12/ 2008 t ent ang Peru- bahan Kedua At as UU No. 32/ 2004, dan Pera- t uran Pemerint ah Nomor 6 Tahun 2005 t ent ang Pemilihan, Pengesahan Pengangkat an, dan Pemberhent ian Kepala Daerah dan Wakil Kepa- la Daerah. Pasal 1 angka 1 PP No. 6/ 2005, men- j elaskan: ” Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang selanj ut nya disebut pe- milihan adalah sarana pelaksanaan kedaulat an rakyat di wilayah provinsi dan/ at au kabupa- t en/ kot a berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 unt uk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah” , yang t elah dirubah dengan PP No. 49/ 2008 t ent ang Perubahan Ket iga at as PP No. 6/ 2005.

  Ket i ga, f rase ” pemilihan gubernur” diar-

  Ada t iga aspek yang perlu dij elaskan t er- lebih dahulu dalam art ikel ini. Per t ama, kat a ” part isipasi” dalam Kamus Besar Bahasa Indo- nesia (KBBI), berart i: (1) prihal t urut berperan sert a dalam suat u kegiat an; (2) keikut sert aan; dan (3) peran sert a. Dengan demikian, ber- part isipasi mengandung art i bahwa: (1) mela- kukan part isipasi; (2) berperan sert a (dalam suat u kegiat an); dan (3) ikut sert a. Sebagai cont oh kalimat yang di dalamnya memuat kat a ” part isipasi” adalah: seluruh masyarakat harus berpart isipasi dalam menyukseskan pemba- ngunan. Kedua, kat a ” perempuan” dalam KBBI diart ikan sebagai: (1) orang (manusia) yang mempunyai puki, dapat menst ruasi, hamil, me- lahirkan anak, dan menyusui; wanit a; (2) ist ri (bini); dan (3) bet ina (khusus unt uk hewan).

  hampir selalu disebut -sebut sebagai domain la- ki-laki, hingga perempuan dianggap t ak pant as unt uk berpart isipasi di dalamnya.

  4 Polit ik

  posisi dan perannya dibidang polit ik.

1 Kurangnya penget ahuan polit ik bukan sa-

  Agust us 2007. 3 Faj ar Apr iani, “ Berbagai Pandangan Mengenai Gender Dan Feminisme” , Jur nal Sosi al -Pol i t i ka, Vol . 15, No. 1,

  1 ” Part i si pasi Perempuan Dal am Pol it ik dan Pemerin- t ahan” , Jur nal Per empuan Edi si 34, Peneri bit Yayasan Jurnal Perempuan dan The For d Foundat ion, Jakart a, 2004. 2 Asl i m, “ Gender dal am Pemikir an Isl am Dan Kenyat aan Sosial ” , Jur nal SELAMI IPS, Vol . II, No. 21, Tahun XII,

  Pelabelan-pelabelan negat if / st ereot ype yang diberikan kepada perempuan pun menj adi salah sat u penyebab posisi perempuan diranah publik sepert i t erpuruk, dimana salah sat u diant aranya

  t elah digunakan sedemikian rupa unt uk melang- gengkan pemisahan ruang publik bagi laki-laki dan ruang privat bagi perempuan. Negara t er- masuk segala kebij akannya t idak selalu ber- j alan sesuai minat perempuan, dan pasar t idak selalu berj alan berlawanan dengan kepent ingan perempuan. Kompleksit as dalam hubungan se- git iga ini dapat membawa rint angan bagi pe- rempuan unt uk berpart isipasi dalam lingkup po- lit ik. Hal ini disebabkan oleh adanya pert im- bangan bahwa perempuan t idak mandiri secara ekonomis, oleh karenanya perempuan dianggap t idak layak unt uk memperoleh akses pada sum- ber daya.

  part isipasi mereka dalam perpolit ikan negeri ini, t radisi, adat -ist iadat , corak budaya, aj aran agama, dan bahkan kebij akan negara j uga t urut berperan di dalamnya.

  t u-sat unya f akt or yang mempengaruhi kualit as

2 Agama, t ermasuk Islam,

3 Sehingga perempuan akan kehilang- an posisi t awar mereka dalam dunia polit ik.

  Part i si pasi Perempuan dal am Pemil ihan Gubernur … 351

  kaum perempuan. Gerakan moral t idak mem- bawa perubahan signif ikan, karena sering dij adikan alat oleh para penguasa unt uk meng- absahkan t uj uan pribadi/ kelompoknya. Namun sepert inya, kaum perempuan yang belum pa- ham hal ini, bahkan diant ara akt ivis pergerakan sekalipun. Oleh karena it u, set iap kali diada- kannya “ pest a demokrasi” sepert i Pemilihan Kepala Daerah didorong adanya pemberdayaan polit ik perempuan yang memiliki t arget pe- rubahan paradigma t ent ang perempuan yang rendah menj adi paradigma yang memberikan peran lebih besar kepada perempuan. Arah pemberdayaan perempuan haruslah memiliki t arget perubahan yang lebih menekankan pada peran sert anya dalam bidang polit ik karena hanya dengan pemberdayaan polit ik perem- puan, akan t ercipt a kesadaran dalam diri para perempuan sekaligus dorongan kearah demo- krasi yang lebih baik.

  Berdasarkan Pasal 24 ayat (2) UU No. 32/ 2004, “ Kepala daerah unt uk provinsi disebut gubernur, unt uk kabupat en disebut bupat i, dan unt uk kot a disebut walikot a” . Oleh sebab it u, pemilihan kepala daerah di daerah provinsi disebut pemilihan gubernur (Pilgub), di daerah kabupat en disebut pemilihan bupat i (Pilbup), dan di daerah kot a disebut pemilihan walikot a (Pilwal). Pada t anggal 3 Sept ember 2008 ini di Provinsi Lampung diselenggarakan Pilgub, dan di Kabupat en Lampung Ut ara diselenggarakan Pilbub, yang sama-sama diikut i oleh t uj uh pa- sang calon. Perbedaannya adalah, semua pasa- ngan calon gubernur adalah pria, sedangkan t erdapat salah sat u pasang calon bupat i ber- j enis kelamin perempuan.

  Minimnya calon kepala daerah yang ber- j enis kelamin perempuan di Provinsi Lampung, bukan berart i bahwa kaum hawa ini t er- pinggirkan. Pemberdayaan perempuan dan anak t elah menunj ukkan peningkat an yang t ercermin dari kualit as hidup perempuan dan anak it u sendiri. Meski belum merat a di semua bidang pembangunan, karier perempuan di Provinsi Lampung cukup maj u, baik di pemerint ah dae- rah, DPRD, inst ansi vert ikal, maupun di lem- baga sosial masyarakat .

  Indonesia yang memiliki keragaman seca- ra geograf is, budaya maupun sosial, perempuan Indonesia pun beragam. Peran perempuan men- j adi semakin publik; perempuan kini menikmat i kesempat an pendidikan yang sama dengan laki- laki dan merupakan bagian yang signif ikan dari t enaga kerj a. Perempuan yang bekerj a di pela- yanan publik hampir mencapai set engahnya, dan sekarang t erdapat lebih banyak perempuan yang duduk di parlemen dibandingkan periode- periode sebelumnya.

  Pemerint ah Indonesia berkomit men unt uk menj unj ung hak-hak perempuan melalui ber- bagai perat uran hukum dan menunj ukkannya dengan menandat angani sej umlah komit men dan kovenan int ernasional t erkait dengan kese- t araan gender. Sement ara Keput usan Presiden yang dikeluarkan t ahun 2000 t elah memberikan mandat unt uk pengarusut amaan gender kepada pemerint ah, Kement erian Pemberdayaan Pe- rempuan dan Perlindungan Anak t elah mem- buat rancangan sebuah undang-undang baru t ent ang keset araan gender, yang diharapkan akan diberlakukan t ahun 2011. Undang-undang ini akan menggant ikan Keput usan Presiden dalam memast ikan kebij akan-kebij akan yang sensit ive gender supaya diimplement asikan di keseluruhan kement erian dan pemerint ahan lokal dan undang-undang ini pun akan memiliki yurisdiksi hukum unt uk melakukan hal-hal t er- sebut sebelumnya. Meskipun demikian, masih t erdapat beberapa hambat an bagi ket erlibat an perempuan di kehidupan publik (UNDP Indo- nesia).

  5 Pada Pemilu 2004 yang lalu, t erdapat

  kont roversi mengenai ket erwakilan perempuan di lembaga legislat if . Banyak sekali kelompok yang peduli t erhadap perempuan ini menunt ut ket erwakilan t ersebut , karena menganggap ke- mampuan kaum hawa ini sama dengan laki-laki. Membedakan ant ara perempuan dan laki-laki dalam berpolit ik memang t idak pada t empat - nya, dan kelompok peduli perempuan ini meng- anggap membuat dikot omi dalam berpolit ik merupakan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang t ert uang dalam UUD 1945.

  Pasal 28 I ayat (2) UUD 1945, memuat : ” set iap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersif at dikriminat if at as dasar apapun dan berhak mendapat kan perlindungan t erhadap 5

  352 Jurnal Dinamika Hukum Vol . 11 No. 2 Mei 2011

  perlakuan yang bersif at dikriminat if it u” . Mes- kipun secara gaya bahasa f rase ” yang bersif at diskriminat if ” adalah salah, namun semangat yang t erkandung di dalamnya merupakan se- suat u yang mulia. Alasannya, karena kat a ” dis- kriminat if ” dalam Kamus Besar Bahasa Indo- nesia berart i bersif at diskriminasi (membeda- bedakan). Diskriminasi art inya, perbedaan per- lakuan t erhadap sesama warga negara berda- sarkan warna kulit , golongan, suku, ekonomi, agama, dan sebagainya.

  Sebagai t indak lanj ut dari Pasal 28 I ayat (2) UUD 1945 t ersebut , maka Pasal 65 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 t ent ang Pemilihan Umum Anggot a Dewan Perwakilan Rakyat , Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, mengat ur bahwa: ” set iap part ai polit ik pesert a Pemilu dapat mengaj ukan calon anggot a DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD kabupat en/ kot a unt uk set iap daerah pemilihan dengan memperhat ikan ket erwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30%” . Kat a ” dapat ” yang t erdapat dalam pasal t ersebut bisa diart ikan dengan berbagai makna, sehingga mengakibat kan ket erwakilan perempuan t er- sebut menj adi t idak mut lak 30%. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kat a ” dapat ” diart ikan sebagai: (1) mampu, sanggup, bisa, boleh, mungkin; (2) menerima, memperoleh; (3) di- t emukan, t ert angkap, dan sebagainya; dan (4) berhasil, t ercapai. Dengan demikian, kat a ” da- pat ” yang t erdapat dalam pasal undang-undang t ersebut , art inya boleh ” ya” dan boleh j uga ” t idak” .

  Permasalahan

  Penelit ian ini memf okuskan pada dua permasalahan. Per t ama, apakah yang mendasa- ri pelaksanaan Pilgub Lampung t ahun 2008? Ke-

  dua, bagaimana part isipasi perempuan dalam

  Pilgub Lampung t ahun 2008 t ersebut ?

  Met ode Penelitian

  Analisis hukum t idak lain dari penye- lidikan dan pengkaj ian menurut ilmu hukum ( r echt swet enschap, t he sci ence of l aw). Obj ek penyelidikan ilmu hukum akan mencakup: 1) hukum posit if , yakni hukum yang berlaku; 2) penyelidikan t erhadap hukum yang pernah ver- laku; dan 3) penyelidikan t erhadap hukum-hu- kum yang diharapkan berlaku di masa depan.

  Met ode Penelit ian yang dilakukan dalam penelit ian ini dengan melakukan penelit ian yu- ridis normat if . Penelit ian yuridis normat if / dok- t rinal merupakan upaya invent arisasi t erhadap hukum posit if , penemuan asas-asas dan dasar f alsaf ah hukum posit if sert a upaya menemukan hukum i nconcr et o. Penelit ian ini dilakukan de- ngan melihat bagaimanakah norma hukum dalam hubungannya t erhadap t at anan normat if berkait an dengan sinkronisasi hukum perat uran perundangan mengenai part isipasi perempuan dalam Pilgub Lampung 2008 at au yang t erkait dengan it u.

  Sumber dat a yang digunakan dalam pe- nelit ian ini adalah dat a sekunder yang t erdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yang t erkait dengan part isipasi pe- rempuan dalam Pilgub Lampung 2008 at au yang berhubungan dengan it u, baik dit ingkat propinsi dan kabupat en. Dat a sekunder, yait u dat a di- peroleh melalui st udi kepust akaan, t erdiri dari bahan hukum primer berupa perat uran perun- dang-undangan, bahan hukum sekunder j uga berupa lit erat ur-lit erat ur, t ulisan-t ulisan ilmiah yang berkait an dengan part isipasi perempuan dalam Pilgub Lampung 2008. dan bahan hukum t ersier yang berupa kamus, monograf i dan lain sebagainya, yang semua diperoleh dari perpus- t akaan Universit as Lampung, Perpust akaan Pasca Sarj ana Fakult as Hukum Universit as Lampung, Perpust akaan pribadi, perpust akaan Daerah Lampung maupun perpust akaan lainnya. Dalam rangka mendapat kan dat a yang akurat , maka dit empuh langkah, yait u dengan melaku- kan st udi kepust akaan dengan t ekhik yang di- t empuh adalah dengan membaca, mempelaj ari, mengut ip, membandingkan dan menghubung- kan bahan-bahan hukum dari perundang-un- dangan dan lit erat ure, sehingga menj adi sat u kesat uan agar mudah dalam pengolahannya.

  Dat a yang t elah diolah kemudian diana- lisis secara kualit at if , yait u memberi art i dan mengint erprest asikan set iap dat a yang t elah diolah kemudian diuraikan secara komprehensip dan mendalam dalam bent uk uraian kalimat yang sist emat is unt uk kemudian dit arik ke- Part i si pasi Perempuan dal am Pemil ihan Gubernur … 353

  simpulan, mengenai part isipasi perempuan da- lam Pilgub Lampung 2008.

  Hasil Penelitian Dasar Hukum Pelaksanaan Pemilihan Guber- nur Lampung Tahun 2008

  Pemilihan Gubernur/ Wakil Gubernur (Pil- gub) Provinsi Lampung periode 2009-2014, berdasarkan Keput usan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Lampung Nomor 119/ SK/ KPU- LPG/ TAHUN 2007 t ent ang Penet apan Tahapan, Program dan Jadwal Wakt u Penyelengaraan Pe- milihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Lampung Tahun 2008, diseleng- garakan pada t anggal 3 Sept ember 2008. Pert a- nyaannya adalah: mengapa Pilgub Lampung t ersebut dilakukan begit u cepat , sedangkan Keput usan Presiden Nomor 71/ M Tahun 2004 t anggal 1 Juni 2004 yang mengesahkan peng- angkat an Drs. Sj achroedin Z. P. , S. H. sebagai Gubernur Lampung masa j abat an 2004-2009 dan Drs. Syamsurya Ryacudu sebagai Wakil Gu- bernur Lampung masa j abat an 2004-2009 baru akan berakhir pada t anggal 2 Juni 2009 men- dat ang? Padahal unt uk menj amin siklus kekua- saan yang bersif at t erat ur diperlukan mekanis- me pemilihan umum yang diselenggarakan se- cara berkala, sehingga demokrasi dapat t er- j amin, dan pemerint ahan yang sungguh-sung- guh mengabdi kepada kepent ingan seluruh rak- yat dapat benar-benar bekerj a ef ekt if dan ef isien.

  sanakan secara berkala/ periodik dalam wakt u t ert ent u sesuai dengan perat uran yang berlaku.

  Berdasarkan Pasal 233 ayat (2) Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 t ent ang Peme- rint ahan Daerah (UU No. 32/ 2004), ” Kepala daerah yang berakhir masa j abat annya pada bulan Januari 2009 sampai dengan bulan Juli 2009 diselenggarakan pemilihan kepala daerah secara langsung sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini pada bulan Desember 2008” . Pasal yang t ergabung dalam ket ent uan peralihan UU No. 32/ 2004 inilah yang dij adikan dasar unt uk menyelenggarakan Pilgub Lampung pada t anggal 3 Sept ember 2008 t ersebut . 6 Jiml y Asshiddi qi e, “ Par t ai Pol i t ik Dan Pemil i han Umum Sebagai Inst rumen Demokrasi” , Jur nal Konst i t usi , Vol .

  Ket ent uan Pasal 233 ayat (2) ini adalah bert ent angan dengan Pasal 28D ayat (1) Un- dang-Undang Dasar 1945, yakni: ” Set iap orang berhak at as pengakuan, perlindungan, dan ke- past ian hukum yang adil sert a perlakuan yang sama di hadapan hukum” . Pasal t ersebut t er- ut ama bert ent angan dengan kepast ian hukum ( pr i nci pl e of l egal secur i t y) dan perlakuan yang sama di hadapan hukum. Menurut van der Vlies, asas kepast ian hukum berkait an dengan dua aspek. Per t ama, asas yang melarang pemerin- t ah membiarkan seseorang berada dalam ke- t idakpast ian mengenai apa yang boleh dan t idak boleh dilakukannya. Kedua, asas ekspek- t asi yang waj ar harus dihormat i. Aspek yang ke- dua ini mewaj ibkan pemerint ah unt uk menj a- lankan asas menanggapi pengharapan yang wa- j ar ( pr i nci pl e of meet i ng r ai sed expect at ion).

  Menurut Indrohart o, berpendapat bahwa ” suat u aspek dari kepast ian hukum harus diru- muskan dengan j elas dan pengert iannya j angan sampai bergant ung pada penaf siran seseorang” . Hal it u sesuai dengan Pasal 110 ayat (3) UU No. 32/ 2004, yakni: ” kepal a daer ah dan waki l ke- pal a daer ah sebagai mana di maksud pada ayat (1) memegang j abat an selama 5 (l i ma) t ahun t er hi t ung sej ak pelant i kan dan sesudahnya dapat di pi li h kembal i dalam j abat an yang sama hanya unt u sat u kal i masa j abat an” .

  7 Ber dasar kan ket ent uan Pasal 110 ayat

  (3) Undang-Undang No. 32/ 2004, meski pun Pi l gub di percepat , namun t i dak merugi kan “ i ncumbent ” unt uk menj alankan amanahnya (j abat annya) selama lima t ahun. Hal it u sesuai pendapat Indrohart o, “ bahwa hukum yang ber- laku it u yang harus dit erapkan dan bahwa kepu- t usan it u t idak dapat diubah yang akan merugi- kan warga masyarakat yang bersangkut an t anpa sesuat u alasan yang lebih mat on” .

6 Pemilihan Gubernur seharusnya dilak-

  8 Meskipun Kepres a quo sayogyanya berla-

  ku hingga 2 Juni 2009, t et api f akt a di lapangan menj adi berbeda. Kepres a quo t elah dicabut berdasarkan Kepres No. 49/ P Tahun 2008 t er- t anggal 19 Juni 2008 yang berisi dua hal. Per -

  t ama, mengesahkan pemberhent ian Drs. Sj ach-

  roedin Z. P. , S. H. dari j abat an Gubernur Lam- 7 Indrohart o, 1994, Usaha memahami Undang-Undang t ent ang Per adil an Tat a Usaha Negara Buku II, hl m. 159. 8

  354 Jurnal Dinamika Hukum Vol . 11 No. 2 Mei 2011

  Ket ent uan Pasal 233 ayat (2) Undang-Un- dang No. 32/ 2004 a quo, selain bert ent angan dengan asas kepast ian hukum, j uga bert en- t angan dengan asas persamaan perlakuan. Asas persaman perlakuan dengan asas kepast ian hu- kum pada dasarnya merupakan asas-asas yang paling f undament al dan paling berakar dalam kesadaran hukum yang bersif at umum.

  11 Pasal 6 ayat (1) huruf h Undang-Undang

  hal yang sama harus diperlakukan sama, di samping sebagai salah sat u asas hukum yang paling mendasar dan berakar pada kesadaran hukum, it u merupakan asas yang hidup dan kuat dalam lingkungan administ rasi. Asas per- samaan ini memaksa pemerint ah unt uk men- j alankan kebij aksanaan, karena t uj uan dari at uran-at uran kebij aksanaan menunj ukkan per- wuj udan asas perlakuan yang sama.

  egal it e) bahwa hal-

  At eng Syaf rudin berpendapat bahwa, ber- dasarkan asas persamaan (

  ini menghendaki bahwa agar kasus-kasus yang sama diperlakukan sama pula, sedangkan kasus yang t idak sama diperlakukan t idak sama sesuai dengan t ingkat ket idaksamaannya.

  10 Asas

  narikan kembali at au perubahan dimungkin- kan, apabila yang berkepent ingan dengan mem- berikan ket erangan yang t idak benar at au t idak lengkap, t elah ikut menyebabkan t erj adinya keput usan yang keliru. Keempat , penarikan kembali at au perubahan dimungkinkan, apabila syarat -syarat at au ket ent uan-ket ent uan yang dikait kan pada suat u keput usan yang meng- unt ungkan t idak dit aat i.

  pung dan Drs. Syamsurya Ryacudu dari j abat an Wakil Gubernur Lampung. Kedua, mengesahkan pengangkat an Drs. Syamsurya Ryacudu sebagai Gubernur Lampung unt uk masa j abat an 2004- 2009. Ment eri Dalam Negeri (Mendagri) Mardi- yant o, t elah melant ik Drs. Syamsurya Ryacudu menj adi Gubernur Lampung (Gubernur Peng- gant i) masa j abat an 2004-2009 pada hari Rabu t anggal 3 Juli 2008 bert empat di ruang sidang ut ama DPRD Provinsi Lampung. Karena Drs.

  Layak Pegangan Bagi Pengabdi an Kepal a Daerah, Ban-

  berdasarkan asas kepast ian hukum, seseorang yang dirugi- kan dapat dipulihkan haknya dengan empat cara. Per t ama, asas kepast ian hukum t idak menghalangi penarikan kembali at au perubahan suat u keput usan (baca: ket ent uan), apabila se- sudah sekian wakt u dipaksa oleh perubahan keadaan at au pendapat . Kedua, penarikan kem- bali at au perubahan j uga mungkin apabila ke- put usan yang mengunt ungkan didasarkan pada kekeliruan, asal saj a kekeliruan it u dapat di- ket ahui oleh yang berkepent ingan. Ket i ga, pe- 9 At eng Syaf rudin, 1991, Asas-Asas Pemer int ahan Yang

  9

  Menurut At eng Syaf rudin,

  Berkait an dengan kepast ian hukum, Pasal 6 ayat (1) huruf i Undang-Undang Nomor 10 Ta- hun 2004 t ent ang Pembent ukan Perat uran Per- undang-Undangan (UU No. 10/ 2004), mengat ur bahwa mat eri muat an perat uran perundang- undangan mengandung asas ket ert iban dan ke- past ian hukum. Maksudnya adalah dengan asas ket ert iban dan kepast ian hukum, bahwa set iap mat eri muat an perat uran-perundang harus da- pat menimbulkan ket ert iban dalam masyarakat melalui j aminan adanya kepast ian hukum. Mo- cht ar Kusumaat madj a, berpendapat bahwa da- lam analisis t erakhir, t uj uan pokok dari hukum apabila hendak direduksi pada sat u hal saj a, adalah ket ert iban ( or der ). Ket ert iban adalah t uj uan pokok dan pert ama dari segala hukum. Kebut uhan t erhadap ket ert iban ini, syarat po- kok ( f undament al ) bagi adanya suat u masya- rakat manusia yang t erat ur.

  Sj achroedin Z. P. , S. H. bukan lagi merupakan Gubernur Lampung, maka calon i ncumbent (di dalam j abat an) dalam Pilgub Lampung menj adi t idak ada, sebab semua calon t idak t erikat (lepas, bebas) dengan j abat an kepala daerah.

  No. 10/ 2004, mengharuskan mat eri muat an perat uran perundang-undangan mengandung asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerint ahan. Sesuai dengan penj elasannya, maka maksud asas kesamaan dalam hukum dan pemerint ahan adalah bahwa mat eri muat an pe- rat uran perundang-undangan t idak boleh berisi hal-hal yang bersif at membedakan berdasarkan lat ar belakang ant ara lain agama, suku, ras, golongan, gender, at au st at us sosial. Frase “ ant ara lain” menunj ukkan bahwa t erdapat alasan pembeda lain selain yang disebut kan it u. Art inya, apapun alasannya bahwa mat eri muat - an perat uran perundang-undangan t idak boleh 10 Indrohart o, op. ci t . hl m. 163 11

  Part i si pasi Perempuan dal am Pemil ihan Gubernur … 355

  membuat perbedaan perlakuan dalam hukum dan pemerint ahan. Hal ini sej alan dengan pen- dapat Indrohart o bahwa salah sat u aspek dari asas persamaan perlakuan adalah larangan dis- kriminasi, yait u larangan diadakan pembedaan- pembedaan at as dasar ciri-ciri golongan yang t idak relevan.

  Selain it u, pemuat an Pasal 233 ayat (2) Undang-Undang No. 32/ 2004 dalam Bab XV Ke- t ent uan Peralihan adalah t idak t epat , baik secara t eorit ik maupun prakt ik perundang-un- dangan. Bagir Manan, berpendapat bahwa “ ke- t ent uan peralihan t imbul sebagai cara memper- t emukan ant ara asas mengenai akibat keha- diran perat uran baru dengan keadaan sebelum perat uran baru it u berlaku” . Secara asas, bah- wa ket ika perat uran baru diberlakukan, maka semua perat uran lama besert a akibat -akibat nya menj adi t idak berlaku. Akan t et api, j ika asas ini dit erapkan t anpa memperhit ungkan keadaan yang sudah berlaku, maka akan t imbul kekacau- an hukum, ket idakpast ian hukum, dan kesewe- nang-wenangan hukum. Oleh sebab it u, unt uk mengakomodir akibat berlakunya perat uran ba- ru t erhadap perat uran lama, maka diadakanlah perat uran peralihan.

  Kekhawat iran Bagi Manan it u t erbukt i, karena dalam Pasal 239A UU No. 12/ 2008, bahwa “ pada saat undang-undang ini mulai berlaku, semua ket ent uan dalam perat uran perundang-undangan yang bert ent angan dengan undang-undang ini dinyat akan t idak berlaku” . It ulah sebabnya, Pilgub Lampung yang diseleng- garakan berdasarkan Undang-Undang No. 32/ 2004, t et api proses pelaksanaannya didasarkan UU No. 12/ 2008, sehingga menimbulkan ket i- dakpast ian hukum dan perlakuan t idak sama kepada calon gubernur i ncumbent . Seharusnya, j ika Pilgub didasarkan pada UU No. 32/ 2004, maka proses pelaksanaannya pun harus ber- dasarkan undang-undang yang sama, sehingga calon i ncumbent kedudukannya menj adi j elas.

  Berdasarkan logika hukum yang benar, maka t idak boleh mencampuradukkan ant ara mat eri muat an dalam “ ket ent uan mengenai ob- j ek yang diat ur” dengan mat eri muat an dalam “ ket ent uan peralihan” . Hal inilah yang t erj adi pada Pasal 233 ayat (2) Undang-Undang No. 32/ 2004, seharusnya mat eri muat an t ersebut lebih t epat berada pada “ ket ent uan obyek yang di- at ur” dibandingkan dengan “ ket ent uan peralih- an” . Alasannya, karena ket ent uan Pasal 233 ayat (2) a quo merupakan mat eri muat an yang seharusnya t erdapat dalam ” ket ent uan obyek yang diat ur” dalam UU No. 32/ 2004, dan bukan merupakan ket ent uan yang mempert emukan ant ara Undang-Undang No. 32/ 2004 sebagai UU yang baru dengan UU No. 22/ 1999 t ent ang Pemerint ahan Daerah sebagai UU yang lama.

  Berpedoman pada lampiran C. 4. angka 100 UU No. 10/ 2004, “ ket ent uan peralihan” memuat penyesuaian t erhadap perat uran perundang-undangan yang sudah ada pada saat perat uran perundang-undangan baru mulai ber- laku, agar perat uran perundang-undangan t er- sebut dapat berj alan lancar dan t idak menim- bulkan permasalahan hukum. Jika demikian isi dari “ ket ent uan peralihan” , maka ket ent uan yang mengat ur wakt u diseleng-garakannya pe- milihan umum kepala daerah (Pilkada) merupa- kan mat eri muat an (isi) dari mat eri pokok (ket ent uan mengenai obyek) yang diat ur dalam perat uran perundang-undangan.

  Ket ent uan yang memerint ahkan Pilgub di- percepat t ersebut seharusnya bukanlah meru- pakan mat eri muat an dari “ ket ent uan peralih- an” , melainkan mat eri muat an dari “ ket ent uan obyek yang diat ur” . Selain it u, semakin mem- buat ket idakpast ian hukum adalah karena dasar penyelenggaraan Pilgub t ersebut adalah UU No. 32/ 2004, sedangkan proses penyelenggaraannya berdasarkan ket ent uan UU No. 12/ 2008, sepert i yang t elah disebut kan sebelumnya. Tumpang t indih pemberlakuan kedua undang-undang ini ant ara lain disebabkan, karena keduanya t idak bisa membedakan ant ara mat eri muat an yang seharusnya diat ur dalam “ ket ent uan obj ek yang diat ur” dan mat eri muat an yang seharusnya diat ur dalam “ ket ent uan peralihan” , maupun mat eri muat an yang seharusnya diat ur dalam “ ket ent uan penut up” . Alasannya, karena mat e- ri muat an yang seharusnya diat ur dalam mat eri muat an dalam “ ket ent uan obyek yang diat ur” j ust ru diat ur dalam “ ket ent uan peralihan” , dan mat eri muat an yang seharusnya diat ur dalam “ ket en-t uan peralihan” j ust ru diat ur dalam “ ket ent uan penut up” .

  356 Jurnal Dinamika Hukum Vol . 11 No. 2 Mei 2011

  Partisipasi Perempuan Dalam Pemilihan Gu- bernur Lampung 2008

  Dari sej umlah art i part isipasi yang t elah diuraikan pada awal t ulisan ini, kiranya yang paling t epat unt uk mewakili art i yang sesung- guhnya berkait an dengan j udul di at as adalah keikut sert aan. Dengan demikian, part isipasi pe- rempuan diart ikan menj adi keikut sert aan pe- rempuan dan j ika digabung dengan f rase Pilgub Lampung 2008, maka kalimat t ersebut menj adi ” keikut sert aan perempuan pada Pilgub Lam- pung t ahun 2008” .

  Part isipasi dibedakan dengan eksploit asi yang berart i: (1) pengusahaan, pendayagunaan; dan (2) pemanf aat an unt uk keunt ungan sendiri, pengisapan, pemerasan. Pada ” part isipasi” , orang yang ikut berperan sert a secara sadar apa yang mereka perbuat at as kendali diri me- reka sendiri, sedangkan pada ” eksploit asi” , orang yang berperan sert a t idak sadar bahwa mereka di bawah kendali orang lain. Pada ” par- t isipasi” , orang yang ikut berperan sert a berke- dudukan sej aj ar dengan orang lain yang t er- gabung dalam suat u kegiat an, sedangkan pada ” eksploit asi” , orang yang ikut berperan sert a berkedudukan sebagai ” alat ” (bawahan) orang lain dalam suat u kegiat an. Pada ” part isipasi” , seseorang bekerj a berdasarkan kemauan dan akal sehat mereka sendiri, sedangkan pada ” eksploit asi” , seseorang t ersebut bekerj a ber- dasarkan kemauan dan akal sehat orang lain (pengendali).

  Berdasarkan perbedaan art i ant ara ” par- t isipasi” dan ” eksploit asi” t ersebut , maka da- pat diuj i perihal keikut sert aan perempuan da- lam Pilgub Lampung t ahun 2008 ini. Jika ada sekelompok perempuan yang bekerj a secara sadar dan at as kendali mereka sendiri unt uk memenangkan sat u pasangan Cagub/ Cawagub pada Pilgub Lampung 2008 ini, maka mereka di- sebut ” berpart isipasi” . Akan t et api, j ika t erda- pat sekelompok perempuan yang bekerj a di bawah kendali orang lain unt uk memenangkan sat u pasangan calon, maka mereka disebut ” di- eksploit asi” . Karena t idak menut up kemungkin- an, ada part ai t ert ent u yang memperkerj akan sekelompok perempuan unt uk memenangkan sat u pasang calon, sehingga mereka di bawah kendali ” elit part ai” t ersebut dalam bent uk dan sebut an apapun, maka sekelompok perempuan t ersebut sedang berada dalam ” eksploit asi” . Eksploit asi semacam ini seringkali dibungkus dengan ideologi t ert ent u, sehingga t erkesan sepert i kegiat an yang ” mulia” , padahal sebe- t ulnya merupakan kegiat an yang ” hina” .

  Part isipasi dalam sist em polit ik merupa- kan t ugas yang kompleks. Dengan duduknya pe- rempuan di Legilslat if khususnya DPRDD Kabu- pat en at au Kot a maka perempuan dit unt ut unt uk mampu menyumbangkan pemikiran yang st rat egis bagi perbaikan nasib dan mampu mengakomodasi kebut uhan perempuan didae- rahnya sendiri. Sert a mampu menghasilkan ke- bij akan-kebij akan yang mendukung kearah ke- maj uan bangsa dan daerah pada khusunya.

  Dit et apkannya kuot a 30% dari daf t ar ca- lon anggot a parlemen unt uk perempuan meru- pakan pencapaian t erbaik gerakan perempuan, sekalipun banyak kalangan f eminis pesimist is dengan pelaksanaan kuot a t ersebut . Adanya kuot a 30% bagi perempuan sej alan dengan Pa- sal 4 Konvensi CEDAW yang berbunyi ” t indakan af f irmat if adalah langkah-langkah khusus se- ment ara yang dilakukan unt uk mencapai per- samaan kesempat an dan perlakuan anat ar laki- laki dan perrempuan” . Kebij akan ini dianggap sangat pent ing guna memberikan kesempat an seluas-luasnya bagi perempuan berkiprah dalam polit ik. Hal ini j uga mempert egas hak-hak polit ik kaum perempuan.

  12 Part isipasi (keikut sert aan) perempuan pa-

  da Pilgub Lampung 2008 t erbagi dalam t iga ka- t egori, yait u: penyelenggara, pesert a pemi- lihan (kandidat ), dan para pemilih (masyarakat ) umum. Penyelenggara Pilgub Lampung t erdiri dari KPUD dan j uga Panit ia Pengawas. Baik KPUD Provinsi Lampung maupun Panit ia Peng- awas Pilgub Lampung 2008, t erdapat orang yang berj enis kelamin perempuan. Art inya, t er- dapat part isipasi langsung perempuan pada t at aran penyelenggara Pilgub Lampung 2008, yang besarannya sekit ar 20 persen dari kese- luruhan penyelenggara. 12 Lies Ari any, “ Part isipasi Perempuan Di Legi sl at if Mel a-

  l ui Kuot a 30% Ket erwakil an Perempuan Di Provi nsi Kal i mant an Sel at an” , Jur nal Konst i t usi , Vol . 2, No. 1, Part i si pasi Perempuan dal am Pemil ihan Gubernur … 357 Penut up Simpulan Keikut sert aan perempuan sebagai pesert a Pilgub Lampung sama sekali t idak ada at au nol

  persen. Karena dari t uj uh pasang calon pesert a Pilgub Lampung t ersebut , t idak sat u pun yang berj enis kelamin perempuan. Karena t idak sat u pasang pun dari Cagub/ Cawagub Lampung yang berj enis kelamin perempuan, maka kemenang- an mereka it u past i akan dit ent ukan oleh ke- ikut sert aan perempuan dalam Pilgub Lampung 2008 ini. Sebab, t anpa keikut sert aan pemilih perempuan, maka sulit bagi pasangan siapapun unt uk meraih kemenangan sesuai dengan ke- t ent uan Pasal 107 ayat (1) dan (2) UU No. 12/ 2008. Per t ama, pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang memperoleh sua- ra lebih dari 50 % j umlah suara sah dit et apkan sebagai pasangan calon t erpilih. Kedua, apabila t idak t erpenuhi, maka pasangan calon yang memperoleh suara lebih dari 30 % dari j umlah suara sah, pasangan calon yang perolehan sua- ranya t erbesar dinyat akan sebagai pasangan calon t erpilih.

  Berkait an dengan keikut sert aan perempu- an dalam Pilgub Lampung t ahun 2008 ini, maka KPUD Provinsi Lampung t elah menet apkan j um- lah pemilih sebanyak 5, 36 j ut a j iwa. Hal it u di- put uskan dalam rapat pleno yang dihadiri lima anggot a KUPD Lampung pada hari Selasa t ang- gal 15 Juli 2008 lalu. Meski hal it u merupakan hasil keput usan rapat pleno, t et api t idak j elas dit erbit kan dalam bent uk produk hukum apa, karena j ika t idak dit erbit kan dalam bent uk pro- duk hukum t ert ent u, maka hal it u t idak mem- punyai kekuat an mengikat secara hukum. Kepu- t usan rapat pleno hanya mengikat secara int er- nal, keput usan t ersebut baru dapat mengikat secara ekst ernal apabila t elah dit et apkan da- lam bent uk produk hukum. Diduga masih ba- nyak hasil keput usan rapat pleno KPUD Provinsi

  Lampung yang t idak dit erbit kan dalam bent uk produk hukum, sehingga t idak mempunyai ke- kuat an mengikat secara hukum pula. Dari 5. 36 j ut a j iwa pemilih pada Pilgub lampung 2008 ini, j umlah pemilih laki-laki sebanyak 2. 778. 763 j i- wa, sedangkan perempuan sebanyak 2. 587. 978 j iwa, sehingga j umlah secara keseluruhan se- banyak 5. 366. 741 j iwa.

DAFTAR PUSTAKA

  Apriani, Faj ar. “ Berbagai Pandangan Mengenai Gender dan Feminisme” . Jur nal Sosi al -

  Pol i t i ka, Vol. 15, No. 1, Juli 2008;

  Ariany, Lies. “ Part isipasi Perempuan di Legisla- t if melalui Kuot a 30% Ket erwakilan Pe- rempuan di Provinsi Kalimant an Selat - an” . Jur nal Konst i t usi , Vol. 2, No. 1, Juni 2009;

  Arini, Desak Gde Dwi. “ Keset araan Gender da- lam Realisasi Undang-Undang No. 23 Ta- hun 2004” . Jur nal Ker t ha Wiaksana, Vol. 16, No. 1, Januari 2010;

  Aslim. “ Gender dalam Pemikiran Islam dan Ke- nyat aan Sosial” . Jur nal SELAMI IPS, Vol.

  II, No. 21, Tahun XII, Agust us 2007; Asshiddiqie, Jimly. “ Part ai Polit ik dan Pemilih- an Umum sebagai Inst rumen Demokra- si” . Jur nal Konst it usi , Vol. 3, No. 4, Desember 2006;

  Indrohart o. 1994. Usaha Memahami Undang-Un-

  dang t ent ang Per adi l an Tat a Usaha Ne- gar a Buku II. Jakart a: Tat anusa;

  Jurnal Perempuan. ” Part isipasi Perempuan da- lam Polit ik dan Pemerint ahan” . Jur nal

  Per empuan Edisi 34, 2004. Penerbit Ya-

  yasan Jurnal Perempuan dan The Ford Foundat ion, Jakart a;

  Syaf rudin, At eng. 1991. Asas-asas Pemerint ahan yang Layak Pegangan bagi Pengabdian Kepala Daerah. Bandung: PT Cit ra Adit ya Bhakt i;