Negara Hukum.docx (1) negara-negara budaya negara-negara budaya negara-negara budaya

Edwin Ligasetiawan
Universitas Katolik Parahyangan

PENGERTIAN NEGARA HUKUM
Negara adalah suatu organisasi yang dapat memaksakan kehendaknya. Organisasi
adalah suatu bentuk kerja sama yang mempunyai pembagian tugas untuk mencapai suatu
tujuan tertentu dalam kurun waktu yang tertentu juga. Negara itu dapat memaksakan
kehendaknya karena telah dimilikinya alasan-alasan atau dasar-dasar pembenaran tindakan
dari penguasa dengan melalui suatu teori pembenaran negara (Rechts vaar diging theorieen).
Menurut R. Kranenburg, negara pada hakikatnya adalah suatu organisasi kekuasaan,
diciptakan oleh sekelompok manusia yang disebut bangsa dengan tujuan untuk memelihara
kepentingan dari kelompok tersebut. Jadi menurut Kranenburg terlebih dahulu harus
sekelompok manusia yang disebut bangsa dan kemudian mempunyai kesadaran untuk
mendirikan organisasi.
Hukum tidak lain adalah kemauan negara yang telah dinyatakan. Wujud negara terdiri
atas paksaan kemauannya secara tidak terbatas akan orang lain; inilah perumusan memerintah
dan dalam pengertian itu terletak asas negara. Negara sesungguhnya bergantung pada suatu
undang-undang yang memiliki arti sebagai aturan inti hukum yang mengikat secara sah. Jadi
yang dimaksud di sini adalah bahwa hukum pada dasarnya menjadi suatu ikatan yang sah
bagi persatuan dan berdirinya negara, di mana hal itu tertuang dalam suatu dasar Negara atau
Undang-Undang Dasar di suatu negara.

Negara Hukum ialah negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan
kepada warga negaranya. Keadilan merupakan syarat bagi terciptanya kebahagiaan hidup
untuk warga negaranya, dan sebagai dasar dari pada keadilan itu perlu diajarkan rasa susila
kepada setiap manusia agar ia menjadi warga negara yang baik. Demikian pula peraturan
hukum yang sebenarnya hanya ada jika peraturan hukum itu mencerminkan keadilan bagi
pergaulan hidup antar warga negaranya.

TEORI NEGARA HUKUM
Pengertian mengenai negara hukum melahirkan beberapa teori tentang negara hukum.
Salah satu teori yang berkembang adalah hasil dari pemikiran Immanuel Kant dari Jerman.
Menurut Kant pada dasarnya Negara hukum berfungsi sebagai Nachtwakerstaat atau Negara
Penjaga Malam yang di dalam tugas pokoknya adalah menjamin ketertiban dan keamanan
masyarakat.
Selain konsep negara penjaga malam, terdapat teori lain yaitu Negara Hukum Formil.
Negara Hukum Formil yaitu negara hukum yang mendapatkan pengesahan dari rakyat, segala
tindakan penguasa memerlukan bentuk hukum tertentu, harus berdasarkan undang-undang.
Dalam hal ini menurut Friderich Julius Stahl seorang sarjana Denmark maka Negara Hukum
Formil itu harus memenuhi empat unsur:
1. Bahwa harus adanya jaminan terhadap hal-hak asasi manusia (HAM)
2. Adanya pemisahan dan pembagian kekuasaan untuk menjamin perlindungan

HAM
3. Pemerintahan didasarkan pada undang-undang
4. Harus ada peradilan administrasi guna memeriksa, menilai, dan mengadili
perbuatan hukum pemerintah
Dari uraian unsur-unsur rechtsstaat maka dapat dikaitkan dengan konsep
perlindungan hukum, sebab konsep rechtsstaat tersebut tidak lepas dari gagasan untuk
memberi pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia. Dengan demikian
rechtsstaat memiliki inti upaya memberikan perlindungan pada hak-hak kebebasan sipil dari
warga negara, berkenaan dengan perlindungan terhadap hak-hak dasar yang sekarang lebih
populer dengan HAM, yang konsekuensi logisnya harus diadakan pemisahan atau pembagian
kekuasaan di dalam negara. Sebab dengan pemisahan atau pembagian kekuasaan di dalam
negara, pelanggaran dapat dicegah atau paling tidak dapat diminimalkan.
Di samping itu, konsep rechtsstaat menginginkan adanya perlindungan bagi hak asasi
manusia melalui pelembagaan peradilan yang independen. Pada konsep rechtsstaat terdapat
lembaga peradilan administrasi yang merupakan lingkungan peradilan yang berdiri sendiri.
Dari pemikiran Kant dan Stahl di Eropa ditutup oleh rumusan yang dikemukakan oleh M.

Scheltema yang menunjukkan empat unsur agar suatu negara dapat disebut Negara hukum.
Keempat unsur tersebut adalah:
1. Adanya kepastian hukum

2. Adanya persamaan di depan Hukum
3. Adanya demokrasi
4. Adanya pemerintahan yang melayani kepentingan umum.
Negara Anglo Saxon tidak mengenal negara hukum atau rechtstaat, tetapi mengenal
atau menganut apa yang disebut dengan “The Rule Of The Law” atau pemerintahan oleh
hukum atau government of judiciary.
Menurut A.V. Dicey, Negara hukum harus mempunyai 3 unsur pokok :
1. Supremasi hukum (Supermacy of Law)
Dalam suatu negara hukum, maka kedudukan hukum merupakan posisi tertinggi,
kekuasaan harus tunduk pada hukum bukan sebaliknya hukum tunduk pada kekuasaan, bila
hukum tunduk pada kekuasaan, maka kekuasaan dapat membatalkan hukum, dengan kata lain
hukum dijadikan alat untuk membenarkan kekuasaan. Hukum harus menjadi “tujuan” untuk
melindungi kepentingan rakyat.
2. Persamaan Dihadapan Hukum (Equality Before The Law)
Dalam negara hukum kedudukan penguasa dengan rakyat dimata hukum adalah sama
(sederajat), yang membedakan hanyalah fungsinya, yakni pemerintah berfungsi mengatur dan
rakyat yang diatur. Baik yang mengatur maupun yang diatur pedomannya satu, yaitu undangundang. Bila tidak ada persamaan hukum, maka orang yang mempunyai kekuasaan akan
merasa kebal hukum. Pada prinsipnya Equality Before The Law adalah tidak ada tempat bagi
backing yang salah, melainkan undang-undang merupakan backing terhadap yang benar.
3. Konstitusi Didasarkan Pada Hak Perorangan (Human Right)

Human Rights, meliputi 3 hal pokok, yaitu :
a. The rights to personal freedom (kemerdekaan pribadi), yaitu hak untuk melakukan
sesuatu yang dianggan baik badi dirinya, tanpa merugikan orang lain.

b. The rights to freedom of discussion (kemerdekaan berdiskusi), yaitu hak untuk
mengemukakan pendapat dan mengkritik, dengan ketentuan yang bersangkutan
juga harus bersedia mendengarkan orang lain dan bersedia menerima kritikan
orang lain.
c. The rights to public meeting (kemerdekaan mengadakan rapat), kebebasan ini
harus dibatasi jangan sampai menimbulkan kekacauan atau memprovokasi.
Persamaan negara hukum Eropa Kontinental dengan negara hukum Anglo-Saxon
adalah keduanya mengakui adanya “Supremasi Hukum”. Perbedaannya adalah pada negara
Anglo-Saxon tidak terdapat peradilan administrasi yang berdiri sendiri sehingga siapa saja
yang melakukan pelanggaran akan diadili pada peradilan yang sama. Sedangkan negara
hukum Eropa Kontinental terdapat peradilan administrasi yang berdiri sendiri.

KONSEP NEGARA HUKUM INDONESIA DAN
PENGATURAN NEGARA HUKUM DALAM UUD 1945
Negara Hukum Indonesia diilhami oleh ide dasar rechtsstaat dan rule of law.
Langkah ini dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa negara hukum Republik Indonesia

pada dasarnya adalah negara hukum, artinya bahwa dalam konsep negara hukum Pancasila
pada hakikatnya juga memiliki elemen yang terkandung dalam konsep rechtsstaat maupun
dalam konsep rule of law.
M. Yamin menjelaskan pengertian negara hukum dalam penjelasan UUD 1945, yaitu
dalam negara dan masyarakat Indonesia, yang berkuasa bukannya manusia lagi seperti
berlaku dalam negara-negara Indonesia lama atau dalam negara asing yang menjalankan
kekuasaan penjajahan sebelum hari proklamasi, melainkan warga Indonesia dalam suasana
kemerdekaan yang dikuasai semata-mata oleh peraturan negara berupa peraturan perundangundangan yang dibuatnya sendiri.
Indonesia berdasarkan UUD 1945 berikut perubahan-perubahannya adalah negara
hukum artinya negara yang berdasarkan hukum dan bukan berdasarkan kekuasaan belaka.
Negara hukum didirikan berdasarkan ide kedaulatan hukum sebagai kekuasaan tertinggi
Menurut Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H. ada dua belas ciri penting dari negara
hukum diantaranya adalah :
1. Supremasi hukum

4. Pembatasan kekuasaan

2. Persamaan dalam hukum

5. Organ eksekutif yang independen


3. Asas legalitas

6. Peradilan bebas dan tidak memihak

7. Peradilan tata usaha negara

10. Bersifat demokratis

8. Peradilan tata negara

11.Sarana

untuk

mewujudkan

tujuan

negara

9. Perlindungan hak asasi manusia
12. Transparansi dan kontrol sosial
Sedangkan menurut Prof. Dr. Sudargo Gautama, S.H. mengemukakan tiga ciri-ciri
atau unsur-unsur dari negara hukum, yakni:
a. Terdapat pembatasan kekuasaan negara terhadap perorangan
Maksudnya negara tidak dapat bertindak sewenang-wenang. Tindakan negara dibatasi
oleh hukum, individual mempunyai hak terhadap negara atau rakyat mempunyai hak
terhadap penguasa.
b. Azas Legalitas
Setiap tindakan negara harus berdasarkan hukum yang telah diadakan terlebih dahulu
yang harus ditaati juga oleh pemerintah atau aparaturnya.
c. Pemisahan Kekuasaan
Agar hak-hak azasi itu betul-betul terlindung adalah dengan pemisahan kekuasaan
yaitu badan yang membuat peraturan perundang-undangan, melaksanakan dan
mengadili harus terpisah satu sama lain tidak berada dalam satu tangan.
Namun apabila dikaji secara mendalam bahwa pendapat yang menyatakan orientasi
konsepsi Negara Hukum Indonesia hanya pada tradisi hukum Eropa Kontinental ternyata
tidak sepenuhnya benar, sebab apabila disimak Pembukaan UUD 1945 alinea I (satu) yang
menyatakan “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu,
maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan

dan perikeadilan” menunjukkan keteguhan dan kuatnya pendirian bangsa Indonesia

menghadapi masalah kemerdekaan melawan penjajahan. Dengan pernyataan itu bukan saja
bangsa Indonesia bertekad untuk merdeka, tetapi akan tetap berdiri di barisan yang paling
depan dalam menentang dan menghapuskan penjajahan di atas dunia.
Alinea ini mengungkapkan suatu dalil objektif, yaitu bahwa penjajahan tidak sesuai
dengan perikemanusiaan dan perikeadilan dan oleh karenanya harus ditentang dan
dihapuskan agar semua bangsa di dunia ini dapat menjalankan hak atas kemerdekaan sebagai
hak asasinya. Di samping itu dalam Batang Tubuh UUD 1945 naskah asli, terdapat pasalpasal yang memuat tentang hak asasi manusia antara lain: Pasal 27, 28, 29, 30, dan 31. Begitu
pula dalam UUD 1945 setelah perubahan pasal-pasal yang memuat tentang hak asasi manusia
di samping Pasal 27, 28, 29, 30 dan 31 juga dimuat secara khusus tentang hak asasi manusia
dalam Bab XA tentang Hak Asasi Manusia yang terdiri dari Pasal 28A, 28B, 28C, 28D, 28E,
28F, 28G, 28H, 28I dan Pasal 28J. Hal ini menunjukkan bahwa dalam konsep negara hukum
Indonesia juga masuk di dalamnya konsepsi negara hukum Anglo-Saxon yang terkenal
dengan rule of law.
Dari penjelasan dua konsep tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep negara hukum
Indonesia tidak dapat begitu saja dikatakan mengadopsi konsep rechtsstaat maupun konsep
the rule of law, karena latar belakang yang menopang kedua konsep tersebut berbeda dengan
latar belakang negara Republik Indonesia, walaupun kita sadar bahwa kehadiran istilah
negara hukum berkat pengaruh konsep rechtsstaat maupun pengaruh konsep the rule of law.

Selain istilah rechtstaat, sejak tahun 1966 dikenal pula istilah the rule of law yang diartikan
sama dengan negara hukum.
Dari berbagai macam pendapat, nampak bahwa di Indonesia baik the rule of law
maupun rechtsstaat diterjemahkan dengan negara hukum. Hal ini sebenarnya merupakan
sesuatu yang wajar, sebab sejak tahun 1945 the rule of law merupakan suatu topik diskusi
internasional, sejalan dengan gerakan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia. Dengan
demikian, sulitlah untuk saat ini, dalam perkembangan konsep the rule of law dan dalam
perkembangan konsep rechtsstaat untuk mencoba menarik perbedaan yang hakiki antara
kedua konsep tersebut, lebih-lebih lagi dengan mengingat bahwa dalam rangka perlindungan
terhadap hak-hak dasar yang selalu dikaitkan dengan konsep the rule of law, Inggris bersama

rekan-rekannya dari Eropa daratan ikut bersama-sama menandatangani dan melaksanakan
The European Convention of Human Rights.
Dengan demikian, lebih tepat apabila dikatakan bahwa konsep negara hukum
Indonesia yang terdapat dalam UUD 1945 merupakan campuran antara konsep negara hukum
tradisi Eropa Kontinental yang terkenal dengan rechtsstaat dengan tradisi hukum AngloSaxon yang terkenal dengan the rule of law. Hal ini sesuai dengan fungsi negara dalam
menciptakan hukum yakni mentransformasikan nilai-nilai dan kesadaran hukum yang hidup
di tengah-tengah masyarakatnya. Mekanisme ini merupakan penciptaan hukum yang
demokratis dan tentu saja tidak mungkin bagi negara untuk menciptakan hukum yang
bertentangan dengan kesadaran hukum rakyatnya. Oleh karena itu kesadaran hukum rakyat

itulah yang diangkat, yang direfleksikan dan ditransformasikan ke dalam bentuk kaidahkaidah hukum nasional yang baru.
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun
1945 menyebutkan, bahwa “Negara Indonesia adalah negara hukum”. Negara hukum
dimaksud adalah negara yang menegakkan supermasi hukum untuk menegakkan kebenaran
dan keadilan dan tidak ada kekuasaan yang tidak dipertanggungjawabkan. Hal ini sama juga
di dalam Konstitusi Republik Indonesia Serikat (KRIS). Dalam KRIS dinyatakan secara tegas
dalam kalimat terakhir dari bagian Mukadimah dan juga dalam Pasal 1 ayat (1) bahwa
Indonesia adalah negara hukum. Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai perbandingan
konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia akan dibahas pada bagian “Perbandingan Konsep
Negara Hukum Dalam Konstitusi RIS 1949 dan UUDS 1950.”

IMPLEMENTASI NEGARA HUKUM DI INDONESIA
Berbicara tentang negara hukum yang disebut supremasi hukum tentu saja tidak
akan lepas dari konsepsi dasar yang dipakai sebagai landasan untuk menciptakan sebuah
negara nasional yang pada tataran kenegaraan dan hukum tertinggi disebut konstitusi. Ini
merupakan dasar yang bersifat universal yang berlaku pada tiap-tiap negara.
Dalam tataran koridor konstitusional, maka persoalan mengenai supremasi hukum
terwujud di dalam sebuah masyarakat nasional yang disebut negara hukum konstitusional,
yaitu suatu negara di mana setiap tindakan dari penyelenggara negara: pemerintah dan
segenap alat perlengkapan negara di pusat dan didaerah terhadap rakyatnya harus

berdasarkan atas hukum-hukum yang berlaku yang ditentukan oleh rakyat / wakilnya di
dalam badan perwakilan rakyat. Sesuai prinsip kedaulatan rakyat yang ada, di dalam
negara demokrasi hukum dibuat untuk melindungi hak-hak azasi manusia warga negara,
melindungi mereka dari tindakan di luar ketentuan hukum dan untuk mewujudkan tertib
sosial dan kepastian hukum serta keadilan sehingga proses politik berjalan secara damai
sesuai koridor hukum/konstitusional.
UUD NRI 1945 sebenarnya telah mempunyai ukuran-ukuran dasar yang bisa dipakai
untuk mewujudkan negara hukum di mana supremasi hukum akan diwujudkan. Kalau dilihat
dengan seksama UUD NRI 1945 menjelaskan bahwa :
“Indonesia adalah negara berdasar atas negara hukum, tidak berdasar atas kekuasaan belaka”
Ini sebenarnya norma hukum yang paling dasar (grundnorm) yang telah diberikan
oleh founding fathers yang membangun negara ini. Bagaimana kita akan menyusun negara
hukum, bagaimana negara hukum itu akan diarahkan, dalam arti untuk apa kita wujudkan

negara hukum ini, sekaligus dituntut untuk menegakkan hukum sebagai salah satu piranti
yang bisa dipergunakan secara tepat di dalam mewujudkan keinginan atau cita-cita bangsa.
Formula UUD 1945 tersebut mengandung pengertian dasar bahwa di dalam negara yang
dibangun oleh rakyat Indonesia ini sebenarnya diakui adanya dua faktor yang terkait dalam
mewujudkan negara hukum, yaitu satu faktor hukum dan yang kedua faktor kekuasaan.
Artinya hukum tidak bisa ditegakkan inkonkreto dalam kehidupan berbangsa, bernegara,
dan bermasyarakat tanpa adanya kekuasaan dan dimanifestasikan di dalam UUD NRI 1945.
Dengan demikian dua faktor hukum dan kekuasaan, tidak bisa dilepaskan satu sama lain,
bagaikan lokomotif dan relnya serta gerbong yang ditarik lokomotif. Artinya hukum tidak
bisa ditegakkan bahkan lumpuh tanpa adanya dukungan kekuasaan. sebaliknya kekuasaan
sama sekali tidak boleh meninggalkan hukum, oleh karena apabila kekuasaan dibangun dan
tanpa mengindahkan hukum, yang terjadi adalah satu negara yang otoriter. Fungsi kekuasaan
pada hakikatnya adalah memberikan dinamika terhadap kehidupan hukum dan kenegaraan
sesuai norma-norma dasar atau grundnorm yang dituangkan dalam UUD NRI 1945 dan
kemudian dielaborasi lebih lanjut secara betul dalam hierarki perundang-undangan yang
jelas.

PERBANDINGAN KONSEP NEGARA HUKUM DALAM
KONSTITUSI RIS 1949 DAN UUDS 1950
Sejak Indonesia merdeka konsep negara hukum telah menjadi konsep dasar dari
berdirinya negara Indonesia. Dalam konstitusi pertama negara Indonesia, berdasarkan Bab I
Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 dengan tegas ditulis “Negara Indonesia adalah
negara hukum”. Hal ini tetap terus bertahan walaupun konstitusi Indonesia berubah karena
negara Indonesia seperti yang dicitakan oleh para bapak bangsa adalah negara yang harus
berdasarkan hukum untuk menjamin segala hak warga negara.
Pada masa pemerintahan Republik Indonesia Serikat (RIS) dari tahun 1949-1950, hal
mengenai negara hukum diatur di dalam konstitusi yang berlaku pada saat itu yaitu Konstitusi
Republik Indonesia Serikat. Sama halnya dengan UUD 1945, Konstitusi RIS menyatakan
bahwa negara Indonesia adalah negara hukum. Hal ini tertuang di dalam Bab I Pasal 1a
Konstitusi Republik Indonesia Serikat: “Republik Indonesia Serikat yang merdeka dan
berdaulat ialah suatu negara-hukum yang demokrasi dan berbentuk federasi.” Di sini jelas
bahwa pada masa RIS, Indonesia adalah tetap negara yang berdasarkan pada hukum, di mana
pemerintah tidak bisa melakukan tindakan sewenang-wenang terhadap warganya karena
setiap warga negara mendapatkan perlindungan.
Pergantian pemerintahan kembali menjadi negara kesatuan, juga ikut mengubah
konstitusi yang berlaku di Indonesia. Sejak tahun 1950 di Indonesia berlaku Undang-Undang
Dasar Sementara 1950 (UUDS 1950) yang hanya untuk mengisi kekosongan hukum (dasar
negara) dalam menunggu pembuatan dan pengesahan konstitusi yang baru. Dalam UUDS
1950 mengenai negara hukum juga ditulis secara langsung bahwa Indonesia adalah Negara

hukum. Berdasarkan Bab I Bagian I Pasal 1a Undang-Undang Dasar Sementara 1950
menyatakan: “Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat ialah suatu negara-hukum
yang demokratis dan berbentuk kesatuan.”
Dari ketiga konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia (UUD 1945, Konstitusi RIS
1949, dan UUDS 1950) semuanya mengatur dengan jelas dan tegas mengenai negara hukum,
di mana Indonesia adalah negara yang merdeka dan berdaulat sebagai suatu negara hukum.
Artinya Indonesia adalah negara yang didirikan di atas hukum, di mana hukum ini menjadi
pengawas pemerintah agar tidak sewenang-wenang dan menjadi perlindungan bagi para
warga negara yang haknya dijamin oleh konstitusi.

DAFTAR PUSTAKA
Busroh, Abu Daud. 2011. Ilmu Negara. Jakarta: Bumi Aksara.
Kranenburg, R. 1959. Ilmu Negara Umum. Jakarta: J. B. Wolters.
Sidharta, B. Arief. 2014. Diktat Pengantar Hukum Indonesia. Bandung: Fakultas Hukum
Universitas Katolik Parahyangan.
https://adedidikirawan.wordpress.com/teori-negara-hukum-rechtstaat/
http://meilabalwell.wordpress.com/negara-hukum-konsep-dasar-dan-implementasinya-diindonesia/
http://www.itjen.depkes.go.id/public/upload/unit/pusat/files/uud1945.pdf
http://www.sejarahnusantara.com/undang-undang-dasar/sejarah-dan-isi-undang-undangdasar-sementara-republik-indonesia-tahun-1950-10005.htm
http://www.pta-makassarkota.go.id/peraturan_perundangan/UUD/KONSTITUSI
%20REPUBLIK%20INDONESIA%20SERIKAT.pdf