Optimization of Fast Disintegrating Tablets (FDT) of Ranitidine Hydrochloride Using Simplex Lattice Design Method

Optimasi Fast Disintegrating Tablet (FDT) Ranitidin Hidroklorida dengan Menggunakan Metode Simplex Lattice Design

Linda Prabawati * , Adeltrudis Adelsa D*, Oktavia Eka P*

ABSTRAK

Gastroesophageal reflux disease (GERD) adalah suatu kondisi terjadinya kerusakan mukosa yang diakibatkan oleh aliran kembali isi lambung menuju esofagus dengan gejala dada terasa terbakar dan kesulitan menelan. Salah satu strategi mengatasi masalah kesulitan menelan pada pasien GERD adalah melalui pengembangan bentuk sediaan padat (tablet) tanpa memerlukan waktu hancur lebih lama dalam rongga mulut yaitu fast disintegrating tablet (FDT). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi dan perbandingan kadar chitosan dan sodium starch glycolate yang dapat mempengaruhi sifat fisik FDT Ranitidin HCl. Tiga formula FDT Ranitidin HCl dirancang berdasarkan metode simplex lattice design dengan perbandingan chitosan : sodium starch glycolate sebagai berikut: F I (0 % : 100 %), F II (50 % : 50 %), F III (100 % : 0 %). Metode granulasi basah dilakukan untuk pembuatan FDT Ranitidin HCl. FDT Ranitidin HCl yang diperoleh kemudian diuji sifat fisiknya meliputi kekerasan, kerapuhan, waktu hancur, waktu keterbasahan, dan disolusi. Hasil uji sifat fisik dianalisis menggunakan one way ANOVA pada batas

kepercayaan α = 0,05. Pengaruh kombinasi chitosan dan sodium starch glycolate terhadap sifat fisik FDT Ranitidin HCl dianalisis dengan uji Tukey, serta untuk menguji perbandingan kadar chitosan dan sodium starch glycolate untuk menghasilkan FDT Ranitidin HCl yang memiliki sifat fisik optimum. Hasil penelitian

menunjukkan kombinasi chitosan dan sodium starch glycolate dapat meningkatkan waktu disintegrasi FDT Ranitidin HCl dan memberikan sifat fisik tablet yang optimum. Formula optimum FDT Ranitidin HCl berdasarkan metode simplex lattice design adalah kombinasi chitosan 50 % : sodium starch glycolate 50 %. Sementara formula optimum FDT Ranitidin HCl berdasarkan trial setelah simplex lattice design adalah formula dengan kombinasi chitosan 40 % : sodium starch glycolate 60 % yang dapat memberikan sifat fisik tablet yang optimum. Kata kunci : Fast disintegrating tablet (FDT), Ranitidin hidroklorida, Simplex lattice design

Optimization of Fast Disintegrating Tablets (FDT) of Ranitidine Hydrochloride Using Simplex Lattice Design Method

ABSTRACT

Gastroesophageal reflux disease (GERD) is a condition of the occurrence of mucosal damage caused by the back flow of stomach contents to the esophagus with symptoms are heart burn and dysphagia. One strategy to overcome problems dysphagia in patients with GERD is through the development of solid dosage forms without the need for a longer disintegration time in the oral cavity. The innovated dosage forms is fast disintegrating tablet (FDT). The purpose of this study was to determine the effect of the combination and comparison of concentrations of chitosan and sodium starch glycolate which may affect the physical properties of Ranitidine HCl FDT. Three Ranitidine HCl FDT formulas designed by the simplex lattice design method with a ratio of chitosan : sodium starch glycolate as follows: FI (0 % : 100 %), F II (50 % : 50 %), F III (100 % : 0 %). Wet granulation method performed for the manufacture of Ranitidine HCl FDT. Ranitidine HCl FDT has been obtained and tested for physical properties include hardness, friability, disintegration time, wetting time, and dissolution. Physical properties of the test results were analyzed using One Way ANOVA at

α = 0.05. Tukey test was to examine the effect of the combination of chitosan and sodium starch glycolate on the physical properties of Ranitidine HCl FDT, and to assay the concentrations of chitosan and sodium starch glycolate which may produces Ranitidine HCl FDT which have optimum physical properties. The

results showed that combination of chitosan and sodium starch glycolate can increase the disintegration time of Ranitidine HCl FDT and provide optimum physical properties. Optimum formula of Ranitidine HCl FDT based on the simplex lattice design was a combination of 50 % chitosan : 50 % sodium starch glycolate. However, the optimum formula Ranitidine HCl FDT based on trial after simplex lattice design was a combination of 40 % chitosan : 60 % sodium starch glycolate which can provide optimum physical properties of tablets. Keywords : Fast disintegrating tablets, Ranitidine hydrochloride, Simplex lattice design * Program Studi Farmasi FKUB

PENDAHULUAN

glycolate disintegrasinya terjadi dengan penyerapan air yang cepat diikuti dengan

pengembangan yang cepat dan besar. (GERD) adalah suatu kondisi kerusakan

Partikel akan mengembang dan merapuhkan mukosa yang diakibatkan oleh refluks atau

matriks tablet secara bersamaan. Sodium aliran kembali isi lambung menuju esofagus.

starch glycolate mengembang 7-12 kali lipat Manifestasi klinis dari GERD yang paling

dalam waktu <30 detik. Mekanisme umum yaitu dada terasa terbakar (heart

disintegrasi sodium starch glycolate burn) dan regurgitasi. Gejala lainnya yang

menekankan pada pengembangan atau bisa terjadi pada pasien GERD yaitu

swelling. 7 Bila chitosan dan sodium starch dysphagia atau kesulitan menelan, nyeri

glycolate dikombinasikan, maka kombinasi dada, hipersalivasi, sendawa, dispepsia,

aksi swelling pada formula terbukti menjadi mual, odynophagia, asma, laringitis, dan

efisien karena kombinasi tersebut dapat batuk kronis. 1 meningkatkan kerja dari disintegran,

sehingga waktu hancurnya menjadi lebih menggunakan

Pengobatan GERD

dengan

golongan

H 2 -receptor

cepat. 8

antagonis contohnya yaitu Ranitidin. Dilakukan optimasi terhadap kombinasi Mekanisme kerjanya dengan menghambat

superdisintegran yang digunakan dalam aksi histamin pada sel parietal dalam

formula. Optimasi tersebut bertujuan agar lambung, sehingga akan terjadi penurunan

dapat meningkatkan waktu hancur tablet,

tetapi juga mempertimbangkan kekerasan untuk mengatasi masalah kesulitan menelan

produksi asam lambung. 2 Salah satu strategi

kerapuhannya. Penelitian ini pada pasien GERD adalah melalui

dan

menggunakan variasi perbandingan kadar pengembangan bentuk sediaan padat yang

chitosan dan sodium starch glycolate mempercepat waktu hancur lebih cepat

berdasarkan metode optimasi simplex lattice dalam rongga mulut. Bentuk sediaan tablet

design (SLD). Metode optimasi simplex tersebut adalah fast disintegrating tablet.

lattice design (SLD) ini bertujuan untuk Tablet akan hancur sebelum ditelan saat

perbandingan kadar kontak dengan lidah atau mukosa bukal

menentukan

superdisintegran chitosan dan sodium starch tanpa memerlukan bantuan air. 3-4 glycolate yang dapat menghasilkan FDT

Penelitian ini menggunakan kombinasi ranitidin hidroklorida yang memiliki sifat fisik superdisintegran chitosan dan sodium starch

yang optimal, serta diharapkan pada glycolate. Chitosan memiliki kapasitas

kombinasi kedua swelling yang tinggi ketika kontak dengan

penelitian

ini

tersebut dapat media air dan pecah karena tekanan yang

superdisintegran

meningkatkan kecepatan waktu hancur dan diberikan oleh aksi kapilernya sehingga

disolusi obat.

menimbulkan disintegrasi sesaat dari bentuk sediaan dan mengakibatkan pembentukan

BAHAN DAN METODE

dispersi seragam di media sekitarnya yang menyerupai seperti suspensi yang terbentuk

Desain Penelitian

di dalam tubuh sehingga menyebabkan Penelitian ini menggunakan desain penyerapan obat yang cepat dan lengkap. 5 penelitian eksperimental, dengan metode pe- Mekanisme utama disintegrasi chitosan yaitu

nelitian yang digunakan yaitu metode menekankan pada penyerapan air dan

simplex lattice design untuk optimasi formula ambilan air, kedua hal tersebut berhubungan

FDT ranitidin HCl.

dengan aksi swelling. 6 Sodium starch

Formulasi FDT Ranitidin HCl

sodium starch glycolate metode simplex Pada penelitian ini digunakan 3 formula

lattice design. Adapun 3 formula FDT FDT ranitidin HCl dengan menggunakan

dengan kombinasi kombinasi superdisintegran chitosan dan

ranitidin

HCl

superdisintegran disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Formula FDT ranitidin HCl berdasarkan metode SLD

FIII (%) Ranitidin HCl

Zat Aktif

10 10 0 Mg stearat

ad 100 Keterangan: SSG : Sodium starch glycolate MCC : Microcrystalline cellulose Bobot tablet dalam 1 formula adalah 150 mg.

Pembuatan Campuran Granul In Process Control (IPC) Granul FDT

FDT Ranitidin HCl dibuat dengan

Ranitidin HCl

metode granulasi basah. Bahan-bahan pada Dilakukan IPC terhadap granul FDT fase dalam yaitu kecuali Mg stearat dan talk

ranitidin HCl diantaranya yaitu uji moisture dimasukkan ke dalam mortir lalu dicampur

content (MC), uji laju alir, uji sudut diam, uji sampai homogen. Kemudian membuat

kompresibilitas, dan uji homogenitas larutan PVP dengan cara serbuk PVP

campuran.

dilarutkan dalam aquades ±7,1 ml. Lalu

1) Uji Moisture Content (MC)

ditambahkan cairan pewarna hijau sebanyak Sebanyak 5 gram granul yang telah

8 tetes, diaduk sampai homogen. Larutan dioven dimasukkan ke dalam alat moisture PVP tersebut ditambahkan kedalam

analyzer. Penetapan dihentikan setelah campuran serbuk dengan menambahkannya

mencapai angka konstan. Lalu dicatat % sedikit demi sedikit sambil campuran terus

moisture content yang didapatkan. Kadar diaduk hingga membentuk massa lembab

moisture content yang baik adalah 0,75- yang dapat dikepal. Selanjutnya massa

lembab tersebut dilakukan pengayakan

2) Uji Laju Alir

basah menggunakan ayakan no.8. Hasilnya Sebanyak 100 gram granul ditimbang. diperoleh granul basah. Granul basah

Kemudian granul tersebut dituang melalui kemudian dikeringkan dalam oven pada

tepi corong secara perlahan-lahan ke dalam suhu 50 °C selama ±7 jam. Granul yang

corong yang bagian bawahnya tertutup. telah kering dilakukan pengayakan kering

Tutup corong bagian bawah dibuka secara menggunakan ayakan no.18. Hasilnya

perlahan-lahan dan granul dibiarkan diperoleh granul kering. Selanjutnya granul

mengalir keluar. Dicatat waktu yang kering dicampur dengan fase luar yaitu Mg

diperlukan sampai semua granul melewati stearat dan talk sampai homogen selama 2

corong dengan menggunakan stopwatch. menit.

Laju alir dikatakan baik jika 100 gram serbuk yang diuji memiliki laju alir ≤10 g/detik. 9

2) Uji Sudut Diam

campuran granul dicetak dengan mesin Sebanyak

rotary single punch.

dimasukkan secara

perlahan-lahan

sementara bagian bawah ditutup. Buka

End Process Control (EPC) Sifat Fisik

penutupnya dan biarkan keluar. Lalu ukur

FDT Ranitidin HCl

tinggi dan diameter kerucut yang terbentuk. Uji yang dilakukan yaitu uji Hitung sudut diam bahan yang dievaluasi.

organoleptik, uji keseragaman bobot, uji Ulangi percobaan sebanyak 3 kali. Granul

keseragaman ukuran, uji kekerasan, uji dikatakan mengalir bebas (free flowing)

kerapuhan, uji waktu hancur, uji waktu apabila sudut diamnya lebih kecil dari 50°. 10 keterbasahan, uji disolusi, dan penetapan

3) Uji Kompresibilitas

kadar.

1) Uji Organoleptik

Sebanyak 100 gram granul dimasukkan

ke dalam gelas ukur dan dicatat volumenya, Diambil 10 tablet yang dihasilkan lalu kemudian granul dimampatkan sebanyak

diamati secara visual yang meliputi bentuk 500 kali ketukan dengan alat uji. Kemudian

tablet, warna, tekstur permukaan, dan dicatat volume uji sebelum dimampatkan

penampilan fisik. 12

2) Uji Keseragaman Bobot

(Vo) dan volume setelah dimampatkan

dengan pengetukan 500 kali (V). Ditimbang 20 tablet pada tiap-tiap Kompresibilitas yang baik yaitu tidak lebih

formula, lalu dihitung bobot rata-rata tiap dari 20 %. 10-11

tablet. Bila bobot rata-rata 150 mg jika

4) Homogenitas Campuran Granul

ditimbang satu persatu tidak lebih dari 2 Sampel campuran granul ditimbang

tablet yang masing-masing bobotnya sebanyak 50 mg, kemudian dilarutkan

menyimpang 10 % dari bobot rata-ratanya, dengan aquades hingga volumenya tepat 50

dan tidak ada satu pun tablet yang bobotnya ml. Lalu larutan tersebut dipipet 1 ml dan

menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari diencerkan dengan aquades hingga

3) Uji Keseragaman Ukuran

volumenya tepat

10 ml

dengan

menggunakan labu takar 10 ml. Larutan Sebanyak 20 tablet diukur diameter dan diambil 1 ml lalu diencerkan dengan

tebal menggunakan jangka sorong. Hasil aquades sampai volumenya tepat 10 ml.

pengukuran dicatat dan kemudian dihitung Kemudian dibaca absorbansinya pada

rata-ratanya. Diameter FDT Ranitidin HCl panjang gelombang maksimum. Hal tersebut

tidak lebih dari 3 kali dan tidak lebih dari 1 1/3 tebal tablet. dilakukan pada beberapa titik sampel. 13

4) Uji Kekerasan

Dihitung nilai koefisien variasi (KV).

Campuran serbuk tersebut mengandung

10 tablet, diukur ranitidin HCl setara dengan ranitidin tidak

Sebanyak

kekerasannya dengan cara memberi beban kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari

pada tablet. Saat tablet pecah, pada alat 110,0 % dari jumlah yang tertera pada etiket.

akan terbaca beban atau gaya maksimum Nilai koefisien variasi (KV) nilainya tidak

yang dapat diterima oleh tablet. 14 Kekerasan boleh lebih dari 6 %. 11 tablet FDT dibuat lebih rendah dari tablet

15 konvensional biasa, yaitu antara 1-3 kP.

5) Uji Kerapuhan

Penabletan FDT Ranitidin HCl

Campuran granul yang telah diuji IPC Sebanyak 20 tablet dari masing-masing disiapkan. Mesin cetak tablet diatur bagian

formula ditimbang dengan seksama (Wo). punch agar dihasilkan tablet dengan bobot

Sebelum ditimbang, permukaan tablet dan kekerasan yang seragam. Kemudian

dibersihkan dengan kuas secara hati-hati dibersihkan dengan kuas secara hati-hati

friabilator dan menjalankan alat (25 rpm

9) Penetapan Kadar

sebanyak 100 kali putaran selama 4 menit).

a) Pembuatan Larutan Baku

Setelah selesai, tablet dikeluarkan dan Sebanyak 100 mg Ranitidin HCl membersihkan serbuk pada permukaan

dimasukkan kedalam labu takar 100 ml dan tablet dengan kuas secara hati-hati.

dilarutkan dengan aquades sampai Selanjutnya timbang kembali (Wt). Dihitung

volumenya tepat 100 ml sehingga akan persentase kehilangan bobot sebelum dan

diperoleh konsentrasi 1000 µg/ml (1000

ppm). Dari konsentrasi 1000 ppm dipipet 10 Ranitidin HCl dianggap baik bila kerapuhan

sesudah perlakuan (% Kerapuhan). 14 FDT

ml dan diencerkan dalam labu takar 100 ml tidak lebih dari 1 %. 10,14 sehingga diperoleh konsentrasi 100 ppm

6) Uji Waktu Hancur

yang akan digunakan untuk pembuatan seri Dimasukkan 1 tablet pada masing-

konsentrasi. 18

masing tabung dari keranjang. Tanpa

b) Pembuatan Kurva Baku

menggunakan cakram pada tiap tabung, lalu Larutan baku dengan seri konsentrasi 5 jalankan alat. Gunakan air bersuhu 37± 2 o C ppm; 7,5 ppm; 10 ppm; 15 ppm; dan 20 ppm sebanyak 1-2 ml aquades sebagai media.

dibaca absorbansinya pada panjang Angkat keranjang dan amati semua tablet

gelombang maksimum yaitu 314 nm. Dari dan tablet harus hancur semua. Bila 1 tablet

data hasil absorbansi, selanjutnya dihitung atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi

persamaan kurva bakunya sehingga pengujian dengan 12 tablet lainnya, tidak

diperoleh persamaan garis y = bx + a. 18 kurang 16 tablet dari 18 tablet yang diuji

c) Penetapan Kadar Sampel

harus hancur sempurna. 11 Waktu hancur

Dua puluh tablet Ranitidin HCl yang untuk tablet FDT maksimal adalah 3 menit. 16 telah memenuhi keseragaman bobot digerus

7) Uji Waktu Keterbasahan

hingga halus dan homogen. Sampel serbuk Tablet ditempatkan dalam cawan petri

ditimbang setara dengan 50 mg ranitidin, dengan diameter 6,5 cm. Lalu ditambahkan

kemudian dilarutkan dengan aquades hingga aquades sebanyak 10 ml. Kemudian dicatat

volumenya tepat 50 ml. Lalu larutan tersebut waktu untuk keterbasahannya. Jika suatu

dipipet 1 ml dan diencerkan dengan aquades tablet memiliki waktu keterbasahan yang

hingga volumenya tepat 10 ml dengan rendah maka tablet tersebut akan lebih sulit

menggunakan labu takar 10 ml. Larutan untuk terdisintegrasi. 17 diambil 1 ml lalu diencerkan dengan

8) Uji Disolusi

aquades sampai volumenya tepat 10 ml. Dimasukkan sejumlah volume media

Kemudian dibaca absorbansinya pada disolusi yaitu 900 ml aquades kedalam

panjang gelombang maksimum. Penetapan wadah. Pasang alat, biarkan media disolusi

kadar dilakukan dengan pengulangan hingga suhu 37±0,5 o

sebanyak 3 kali, dihitung nilai koefisien termometer. Masukkan 1 tablet kedalam alat.

C. Kemudian angkat

variasi (KV). Tablet ranitidin HCl Segera jalankan alat pada laju kecepatan

mengandung ranitidin HCl setara dengan sebesar 50 rpm. Dalam interval waktu 45

ranitidin tidak kurang dari 90,0 % dan tidak menit, ambil cuplikan pada daerah

lebih dari 110,0 % dari jumlah yang tertera pertengahan antara permukaan media

pada etiket. Nilai koefisien variasi (KV) disolusi dan bagian atas dari keranjang

nilainya tidak boleh lebih dari 6 %. 11 berputar atau daun dari alat dayung, tidak kurang 1 cm dari dinding wadah. Dalam

Analisis Data

sebagai parameter utama yaitu kekerasan

a) Penentuan Profil Sifat-sifat Campuran

dengan bobot 0,1; kerapuhan dengan bobot Data hasil uji sifat fisik dari tiap formula

0,1; waktu hancur dengan bobot 0,3; waktu dibuat dalam persamaan simplex lattice

keterbasahan dengan bobot 0,3; dan disolusi design yaitu:

dengan bobot 0,2. Mengingat satuan Y = a(A) + b(B) + ab(A)(B) ……. 19 masing-masing respon tidak sama, maka

Keterangan: perlu standarisasi penilaian respon dengan Y = Respon (hasil uji tiap sifat fisik)

rumus:

A = Komponen bahan A (Sodium starch

N= X –X min

glycolate)

X max –X min …………………19

B = Komponen bahan B (Chitosan)

Keterangan :

a = Koefisien bahan A X= Respon yang didapat dari percobaan

X min = Respon minimal yang diinginkan (A)(B)= Besarnya komponen A (Sodium

b = Koefisien bahan B

X max = Respon maksimal yang diinginkan starch glycolate) dan komponen B (Chitosan)

N= Nilai standarisasi respon dengan jumlah (A)+(B) =1

R dihitung dengan mengalikan N Koefisien a ditentukan dari percobaan

dengan bobot yang telah ditentukan. yang menggunakan 100 % sodium starch

Perhitungan respon totalnya menjadi: glycolate, koefisien b menggunakan 100 %

R total = (bobot x N kekerasan) + (bobot x N chitosan, dan untuk koefisien ab kerapuhan) + (bobot x N waktu hancur) +

menggunakan 50 % chitosan dan 50 % (bobot x N waktu keterbasahan) + (bobot x N sodium starch glycolate. Sehingga akan

disolusi)

diperoleh 5 persamaan simplex lattice Formula optimum terpilih ditentukan dengan design. Masing-masing persamaan dapat

melihat harga total respon yang tertinggi. 19 digunakan untuk memprediksi profil sifat fisik suatu formula dengan berbagai macam

Analisis Statistika

perbandingan kadar superdisintegran yang Data uji sifat fisik dari persamaan SLD digunakan.

dibandingkan dengan pustaka. Sementara

b) Penentuan Formula Optimum FDT

data uji sifat fisik dari trial dibandingkan

dengan hasil persamaan SLD. Secara Setelah mendapatkan profil masing-masing

Ranitidin HCl

statistik, data uji sifat fisik dianalisis statistik sifat fisik FDT Ranitidin HCl, maka dicari

menggunakan one way ANOVA. Uji Tukey respon total yang merupakan penjumlahan

dilakukan untuk menguji pengaruh kombinasi dari respon-respon sifat fisik tablet. Respon

chitosan dan sodium starch glycolate total dihitung dengan rumus: terhadap sifat fisik FDT ranitidin HCl dan R total =R 1 +R 2 +R 3 + ... + R n ………………19 untuk menguji perbandingan kadar chitosan

Masing-masing respon diberi bobot, jumlah dan sodium starch glycolate yang dapat bobot total = 1. Pada penelitian ini

menghasilkan FDT ranitidin HCl yang menggunakan 5 respon yang dianggap

memiliki sifat fisik optimum.

HASIL

Hasil IPC Granul FDT Ranitidin HCl Berdasarkan Metode SLD

Tabel 2. Hasil IPC granul FDT ranitidin HCL berdasarkan metode SLD

Formula

Laju Alir

Sudut Diam (°)

(gram/detik)

1) Uji Laju Alir

formula I dan III yang hasil sudut diamnya Ketiga formula hasil laju alirnya ≤10

berbeda bermakna.

g/detik (Tabel 2). Hasil uji statistika one way ANOVA (0,399 > 0,05) menandakan hasilnya

Hasil EPC Sifat Fisik FDT Ranitidin HCl

tidak ada perbedaan bermakna antara hasil

Berdasarkan Metode SLD

laju alir formula I, II, dan III. Hasil uji sifat fisik yang diperoleh

2) Uji Sudut Diam

digunakan untuk menentukan persamaan Ketiga formula mempunyai sudut diam

SLD, setelah didapatkan persamaan SLD yang sangat baik yaitu <50° maka massa

ditentukan formula optimum menggunakan granul tersebut dapat mengalir bebas (Tabel

nilai respon total yang tertinggi. 2). Uji Tukey menunjukkan hanya antara

1) Uji Organoleptik

Tabel 3. Hasil organoleptik FDT ranitidin HCl berdasarkan metode SLD

Parameter

Hasil (F I, F II, F III)

Bentuk

Bulat, permukaan atas tablet cembung dan permukaan bawah rata

Warna

Putih Kekuningan

Tekstur Permukaan

Halus, tidak cacat

Penampilan Fisik Bebas dari bintik-bintik atau noda

2) Uji Keseragaman Bobot

Hasil uji keseragaman bobot untuk (Tabel 4). Uji Tukey menunjukkan bahwa formula I, II, dan III yang memenuhi

ada perbedaan bermakna antara formula I persyaratan yang telah ditentukan yaitu 150

dengan II dan formula I dengan III. mg, hanya formula II dan III yang memenuhi

Tabel 4. Hasil keseragaman bobot FDT ranitidin HCl berdasarkan metode SLD

Sifat Fisik

150 ± 0 Bobot (mg)

% KV

3) Uji Keseragaman Ukuran

Hasil diameter dan tebal uji tablet (Tabel 5). Uji Tukey menunjukkan keseragaman ukuran untuk formula I, II, dan

bahwa ada perbedaan bermakna antara

III telah memenuhi persyaratan yang diameter formula II dengan I dan formula II ditentukan yaitu diameternya tidak melebihi 3

dengan III.

kali tebal serta tidak kurang dari 1 1/3 tebal

Tabel 5. Hasil keseragaman ukuran FDT ranitidin HCl berdasarkan metode SLD

Sifat Fisik

9,02 ± 0,02 Ukuran Diameter % KV

3,00 ± 0,00 Ukuran Tebal % KV

4) Uji Kekerasan

dan sodium starch glycolate berpengaruh Dari data hasil uji kekerasan dan hasil

terhadap kekerasan FDT ranitidin HCl. uji Tukey, dapat disimpulkan bahwa formula I

Persamaan untuk kekerasan menurut dan III memenuhi persyaratan kekerasan

pendekatan simplex lattice design yaitu: Y= untuk FDT (Tabel 6) serta ketiga formula

1,77 (A) + 2,65 (B) + 7,84 (A) (B) terdapat

= Fraksi komponen Sodium starch glycolate kekerasannya. Sehingga kombinasi chitosan

perbedaan

bermakna

= Fraksi komponen Chitosan

Tabel 6. Hasil uji sifat fisik FDT ranitidin HCl berdasarkan metode SLD

Sifat Fisik

Waktu Hancur

(menit) Disolusi (%)

Gambar 1. Prediksi profil kekerasan FDT ranitin HCL

Gambar 1 menunjukkan bahwa nilai respon

5) Uji Kerapuhan

tertinggi pada kombinasi chitosan 40 % : Dari data hasil uji kerapuhan dan hasil sodium starch glycolate 60 %, yaitu sebesar

uji Tukey, dapat disimpulkan bahwa formula 4,18. Semakin rendah kadar chitosan yang

I, II, III memenuhi persyaratan kerapuhan digunakan, menunjukkan nilai respon yang

untuk FDT (Tabel 6), akan tetapi ketiga semakin tinggi sampai puncaknya pada

formula tidak menunjukkan perbedaan yang kadar 40 %. Setelah itu nilai responnya

bermakna pada kerapuhannya. Meskipun menurun. Kadar chitosan 0 % merupakan

demikian kombinasi chitosan dan sodium nilai respon paling rendah yaitu sebesar 1,7.

starch glycolate berpengaruh terhadap Semakin tinggi kadar sodium starch

kerapuhan FDT ranitidin HCl. Persamaan glycolate yang digunakan, menunjukkan nilai

untuk kerapuhan menurut pendekatan respon yang semakin tinggi sampai

simplex lattice design yaitu: Y= 0,55 (A) + puncaknya pada kadar 60 %. Setelah itu nilai

0,11 (B) – 1,32 (A) (B) responnya menurun. Kadar sodium starch

= Fraksi komponen Sodium starch glycolate glycolate 100 % merupakan nilai respon

= Fraksi komponen Chitosan paling rendah yaitu sebesar 1,7.

Gambar 2. Prediksi profil kerapuhan FDT ranitin HCl

Grafik 2 di atas menunjukkan bahwa nilai chitosan yang digunakan, menunjukkan nilai respon tertinggi pada kombinasi chitosan

respon yang semakin rendah. Tetapi pada

40 % : sodium starch glycolate 60 %, yaitu kadar 40 % nilai responnya meningkat dan sebesar 1,49. Semakin rendah kadar

merupakan respon tertingginya. Setelah itu merupakan respon tertingginya. Setelah itu

6), namun ketiga formula terdapat meningkat. Semakin tinggi kadar sodium

perbedaan bermakna waktu hancurnya. starch

Kombinasi chitosan dan sodium starch menunjukkan nilai respon yang semakin

glycolate yang

digunakan,

glycolate seharusnya berpengaruh terhadap rendah. Namun pada kadar 60 % meningkat

waktu hancur FDT ranitidin HCl, adapun bila tajam. Setelah itu nilai responnya menurun

persyaratan tidak memenuhi akibat faktor kembali. Pada kadar sodium starch glycolate

yang lain. Persamaan untuk waktu hancur 100 % nilai respon kembali meningkat.

menurut pendekatan simplex lattice design Dari data hasil uji waktu hancur dan

yaitu: Y= 5,34 (A) + 10,59 (B) – 2,98 (A) (B) hasil uji Tukey, dapat disimpulkan bahwa

= Fraksi komponen sodium starch glycolate formula I, II dan III tidak memenuhi

= Fraksi komponen chitosan

6) Uji Waktu Hancur

Gambar 3. Prediksi profil waktu hancur FDT ranitin HCl

Dari Gambar 3 di atas menunjukkan

7) Waktu Keterbasahan

bahwa nilai respon tertinggi pada kombinasi Dari data hasil uji waktu keterbasahan chitosan 20 % : sodium starch glycolate

dan hasil uji Tukey, dapat disimpulkan

80 %, yaitu sebesar 9,06. Semakin rendah bahwa formula I memenuhi persyaratan kadar chitosan yang digunakan yaitu pada

waktu keterbasahan untuk FDT (Tabel 6), kadar 80% dan kadar yang lebih rendah,

namun formula II dan III tidak memenuhi menunjukkan nilai respon yang mengalami

persyaratan. Namun demikian ketiga formula peningkatan signifikan. Kadar 20 % memiliki

terdapat perbedaan bermakna waktu nilai respon tertinggi saat dikombinasi

keterbasahannya. Kombinasi chitosan dan dengan sodium starch glycolate. Setelah itu

sodium starch glycolate seharusnya nilai responnya menurun kembali. Kadar

berpengaruh terhadap waktu keterbasahan chitosan 0 % merupakan nilai respon

FDT ranitidin HCl, adapun bila persyaratan terendahnya. Semakin tinggi kadar sodium

tidak memenuhi akibat faktor yang lain. starch

Persamaan untuk waktu keterbasahan menunjukkan nilai respon yang meningkat.

glycolate yang

digunakan,

menurut pendekatan simplex lattice design Akan tetapi selanjutnya seiring dengan

yaitu: Y= 1,2 (A) + 4,5 (B) + 5,64 (A) (B) peningkatan kadar, nilai respon terus

= Fraksi komponen sodium starch glycolate mengalami peningkatan yang signifikan.

= Fraksi komponen chitosan Kadar 80 % memiliki nilai respon tertinggi saat dikombinasi dengan chitosan.

Gambar 4. Prediksi profil waktu keterbasahan FDT ranitidine HCl

Dari Gambar 4 di atas menunjukkan mengalami peningkatan yang signifikan. bahwa nilai respon tertinggi pada kombinasi

Kadar 80 % memiliki nilai respon tertinggi chitosan 20 % : sodium starch glycolate

saat dikombinasi dengan chitosan.

80 %, yaitu sebesar 4,74. Semakin rendah kadar chitosan yang digunakan yaitu pada

8) Uji Disolusi

kadar 80 % dan kadar yang lebih rendah, Dari data hasil uji disolusi dan hasil uji menunjukkan nilai respon yang mengalami

Tukey, dapat disimpulkan bahwa formula I, II peningkatan signifikan. Kadar 20 % memiliki

dan III memenuhi persyaratan waktu hancur nilai respon tertinggi saat dikombinasikan

untuk FDT (Tabel 6), namun hanya pada dengan sodium starch glycolate. Setelah itu

formula I dengan III yang terdapat nilai responnya menurun kembali. Kadar

perbedaan bermakna disolusinya. Meskipun chitosan 0 % merupakan nilai respon

demikian kombinasi chitosan dan sodium terendahnya. Semakin tinggi kadar sodium

starch glycolate berpengaruh terhadap starch

disolusi FDT ranitidin HCl. Persamaan untuk menunjukkan nilai respon yang meningkat.

glycolate yang

digunakan,

disolusi menurut pendekatan simplex lattice Akan tetapi selanjutnya seiring dengan

design yaitu: Y= 94,9 (A) + 80 (B) + 19,96 peningkatan kadar, nilai respon terus

(A) (B) = Fraksi komponen sodium starch glycolate = Fraksi komponen chitosan

Gambar 5. Prediksi profil disolusi FDT ranitidine HCl

Dari Gambar 5 di atas menunjukkan bahwa chitosan 80 % : sodium starch glycolate nilai respon tertinggi pada kombinasi

20 %, yaitu sebesar 95,11. Semakin rendah 20 %, yaitu sebesar 95,11. Semakin rendah

dikombinasi dengan chitosan. menunjukkan nilai respon yang mengalami penurunan signifikan. Kadar 80 % memiliki

Penentuan Formula Optimum

nilai respon tertinggi saat dikombinasi Berdasarkan perhitungan dari R Total yang dengan sodium starch glycolate. Setelah itu

diperoleh, kombinasi chitosan 50 % : SSG nilai responnya menurun kembali. Semakin

50 % mempunyai respon tertinggi sehingga tinggi kadar sodium starch glycolate yang

digunakan sebagai formula optimum. digunakan, menunjukkan nilai respon yang

formula pembandingnya menurun. Pada kadar 20 % dan selanjutnya

Sementara

berdasarkan hasil r total yang diperoleh dipilih seiring dengan peningkatan kadar, nilai

kombinasi chitosan 40 % : SSG 60 % dan respon terus mengalami penurunan yang

kombinasi chitosan 20 % : SSG 80 %. signifikan. Pada kadar 100 % kembali mengalami peningkatan. Kadar 20 %

Tabel 7. Penentuan formula optimum FDT ranitidin HCl berdasarkan nilai R total

CHN

SSG R Kekerasan R Kerapuhan R W.Hancur R WtTime R Disolusi R Total

0 0,647 Keterangan: CHN: Chitosan SSG: Sodium starch glycolate Kombinasi Chitosan 50% dan SSG 50% merupakan formula optimum Kombinasi Chitosan 40% dan SSG 60% merupakan formula pembanding Kombinasi Chitosan 20% dan SSG 80% merupakan formula pembanding.

Formula terpilih adalah formula yang terdiri tahapan selanjutnya yaitu membuat 3 dari formula optimum dan formula

formula baru lagi secara trial menggunakan pembanding. Setelah diperoleh formula

formula terpilih.

terpilih dari SLD yang telah dilakukan,

Tabel 8. Formula FDT ranitidin HCl formula terpilih

20 % Sodium starch glycolate

Chitosan

Hasil IPC Granul FDT Ranitidin HCl Formula Terpilih

Tabel 9. Hasil IPC granul FDT ranitidin HCl formula terpilih

FV F VI Moisture Content

Sifat Fisik

F IV

1,38 Laju Alir

Sudut Diam

Indeks Kompresibilitas

Homogenitas Campuran

1) Moisture Content (MC)

Kadar MC pada formula IV, V, dan VI telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan yaitu antara 0,75-2% (Tabel 9).

5) Homogenitas Campuran

2) Laju Alir

Hasil uji homogenitas campuran untuk Hasil uji laju alir untuk formula IV, V, dan

formula IV, V, dan VI ketiganya memenuhi

yaitu campuran granul persyaratan ≤10 g/detik (Tabel 9). Uji Tukey

VI secara keseluruhan

memenuhi

persyaratan

mengandung ranitidin HCl setara dengan menunjukkan bahwa ada perbedaan

ranitidin tidak kurang dari 90 % dan tidak bermakna antara laju alir formula IV dengan

lebih dari 110 % (Tabel 9). Uji Tukey

VI. menunjukkan bahwa ada perbedaan

3) Sudut Diam

bermakna hasil homogenitas campuran Hasil uji sudut diam untuk formula IV, V,

antara formula IV dengan V dan VI. dan VI secara keseluruhan memenuhi persyaratan <50° (Tabel 9). Secara statistika

EPC Sifat Fisik FDT Ranitidin HCl

hasil sudut diam tidak terdapat perbedaan

Formula Terpilih

bermakna antara formula IV, V, dan VI. Formula pembanding yang telah

4) Uji Kompresibilitas

ditentukan dari nilai R total yang mendekati Hasil uji kompresibilitas untuk formula IV, V,

nilai formula optimum kemudian dilakukan uji dan VI ketiganya memenuhi persyaratan

sifat fisik dan dibandingkan dengan formula <20 % (Tabel 9). Uji Tukey menunjukkan

optimum. Data uji sifat fisik yang diperoleh bahwa ada perbedaan bermakna hasil

secara statistik dengan kompresibilitas antara formula IV dengan V

dianalisis

menggunakan uji statistik one way ANOVA dan VI.

pada batas kepercayaan α = 0,05.

Selanjutnya untuk

menguji

adanya

perbedaan antara teoritis dan trial dilakukan post hoc test dengan uji Honestly Significant Difference (HSD test) atau uji Tukey.

1) Uji Organoleptik FDT Ranitidin HCl Formula Terpilih

Tabel 10. Hasil organoleptik FDT ranitidin HCl formula terpilih

Parameter

Hasil (F IV, F V, F VI)

Bentuk

Bulat, permukaan atas tablet cembung dan permukaan bawah

rata

Warna

Hijau muda

Tekstur

Halus, tidak cacat

Permukaan Penampilan Fisik

Bebas dari bintik-bintik atau noda

2) Uji Keseragaman Bobot FDT Ranitidin

150 mg, hanya formula II dan III yang

HCl Formula Terpilih

memenuhi (Tabel 11). Uji Tukey Hasil uji keseragaman bobot untuk

menunjukkan bahwa ada perbedaan formula IV, V, dan VI yang memenuhi

bermakna antara hasil keseragaman bobot persyaratan yang telah ditentukan sebesar

formula IV dengan V dan VI.

Tabel 11. Hasil keseragaman bobot FDT ranitidin HCl formula terpilih

Sifat Fisik

Bobot (mg)

3) Uji Keseragaman Ukuran FDT

ditentukan yaitu diameternya tidak melebihi 3

Ranitidin HCl Formula Terpilih

kali tebal serta tidak kurang dari 1 1/3 tebal Hasil

diameter dan tebal uji tablet (Tabel 12). Uji Tukey menunjukkan keseragaman ukuran untuk formula IV, V,

bahwa terdapat perbedaan bermakna antara dan VI telah memenuhi persyaratan yang

diameter formula IV, V, dan VI.

Tabel 12. Hasil keseragaman ukuran FDT ranitidin HCl formula terpilih

FV F VI Keseragaman Ukuran Diameter

Sifat Fisik

Keseragaman Ukuran Tebal

3,00 ± 0,00 % KV

4) Uji Kekerasan FDT Ranitidin HCl

formula V dengan formula IV dan VI terdapat

Formula Terpilih

bermakna kekerasannya. Dari data hasil uji kekerasan dan hasil

perbedaan

Dengan demikian kombinasi chitosan dan uji Tukey, dapat disimpulkan bahwa formula

sodium starch glycolate berpengaruh

V memenuhi persyaratan kekerasan untuk terhadap kekerasan FDT ranitidin HCl. FDT yaitu antara 1-3 Kp (Tabel 13), antara

Tabel 13. Hasil uji sifat fisik FDT ranitidin HCl formula terpilih

FV F VI Kekerasan (kP)

Sifat Fisik

Waktu Hancur (menit)

Waktu Keterbasahan (menit)

5) Uji Kerapuhan FDT Ranitidin HCl

7) Uji Waktu Keterbasahan FDT Formula Terpilih

Ranitidin HCl Formula Terpilih

Dari data hasil uji kerapuhan dan hasil Dari data hasil uji waktu keterbasahan uji Tukey, dapat disimpulkan bahwa formula

dan hasil uji Tukey, dapat disimpulkan

VI, V, VI memenuhi persyaratan kerapuhan bahwa formula IV, V, VI memenuhi untuk FDT yaitu <1 % (Tabel 13), akan tetapi

persyaratan waktu keterbasahan untuk FDT ketiga formula tidak menunjukkan perbedaan

(Tabel 13). Namun demikian hanya formula bermakna pada kerapuhannya. Meskipun

IV dengan V yang menunjukkan perbedaan demikian kombinasi chitosan dan sodium

bermakna pada waktu keterbasahannya. starch glycolate berpengaruh terhadap

Kombinasi chitosan dan sodium starch kerapuhan FDT ranitidin HCl.

glycolate seharusnya berpengaruh terhadap

6) Uji Waktu Hancur FDT Ranitidin HCl

waktu keterbasahan FDT ranitidin HCl.

Formula Terpilih

8) Uji Disolusi FDT Ranitidin HCl

Dari data hasil uji waktu hancur dan

Formula Terpilih

hasil uji Tukey, dapat disimpulkan bahwa Dari data hasil uji disolusi dan hasil uji hanya formula II dan III yang memenuhi

Tukey, dapat disimpulkan bahwa formula IV, persyaratan waktu hancur untuk FDT yaitu

V dan VI memenuhi persyaratan disolusi maksimal 3 menit (Tabel 13), namun ketiga

untuk FDT (Tabel 13), namun pada ketiga formula terdapat perbedaan bermakna waktu

formula tidak terdapat perbedaan bermakna hancurnya. Kombinasi chitosan dan sodium

disolusinya. Meskipun demikian kombinasi starch glycolate seharusnya berpengaruh

chitosan dan sodium starch glycolate terhadap waktu hancur FDT ranitidin HCl,

berpengaruh terhadap disolusi FDT Ranitidin adapun bila persyaratan tidak memenuhi

HCl.

akibat faktor yang lain.

Penetapan Kadar FDT Ranitidin HCl

formula I. Semakin kecil sudut diam maka

Formula Terpilih

semakin mudah serbuk tersebut mengalir Hasil uji penetapan kadar untuk formula

bebas. Serbuk dikatakan mengalir bebas

IV, V, dan VI ketiganya memenuhi (free flowing) apabila sudut diamnya kurang persyaratan yang telah ditetukan dalam

dari 50°. Jika sudut diam lebih besar dari monografi (Tabel 13). Secara statistika hasil

50°, pada saat penabletan akan ditemui penetapan kadar tidak terdapat perbedaan

kesulitan. 10 Karena granul yang mengalir bermakna antara formula IV, V, dan VI.

tidak mengisi die secara sempurna, sehingga berpengaruh pada keseragaman

PEMBAHASAN

bobot yang buruk.

Indeks kompresibilitas dikatakan baik

FDT Ranitidin HCl Formula Terpilih

apabila nilainya tidak lebih dari 20 %. 11 IPC granul yang dilakukan diantaranya

Indeks kompresibilitas ketiga formula masuk uji moisture content (MC), uji laju alir, sudut

dalam kriteria tersebut karena ketiganya diam, uji kompresibilitas, dan homogenitas

mempunyai nilai kurang dari 20 %. Indeks campuran. Kadar MC juga berpengaruh

kompresibilitas berhubungan dengan sifat pada stabilitas kimia bahan serta

apabila indeks kemungkinan kontaminasi mikroba. Selain

alir,

karena

kompresibilitasnya kecil maka sifat alirnya itu, kadar MC yang terlalu rendah atau terlalu

juga baik. Nilai indeks kompresibilitas tinggi dapat menyebabkan capping pada

ditentukan oleh kemampuan serbuk mengisi tablet. 20 Secara keseluruhan ketiga formula

ruang antar partikel dan dalam kondisi paling memenuhi persyaratan kadar MC yang

mampat tanpa terjadi perubahan bentuk ditetapkan yaitu antara 0,75-2 %. Kadar MC

partikel. 10

di bawah kisaran kritis menyebabkan partikel

campuran granul cepat kehilangan kekompakan dan tablet

Homogenitas

dinyatakan homogen jika kadar zat aktif menjadi tidak mengkilap. Namun, kadar MC

pada beberapa titik (atas, tengah, bawah) di atas kisaran kritis menyebabkan granulasi

mengandung Ranitidin HCl setara dengan menjadi lengket dan tablet mengeras. 9 Ranitidin tidak kurang dari 90,0% dan tidak

Laju alir yang dihasilkan dari ketiga lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera formula secara keseluruhan memenuhi

pada etiket. 11 Pada ketiga formula persyaratan yaitu ≤10 g/detik. Aliran granul

seluruhnya memenuhi persyaratan tersebut. yang baik dapat menjamin keseragaman

Faktor-faktor

yang mempengaruhi

homogenitas pencampuran yaitu bentuk alir granul dipengaruhi oleh ukuran granul,

bobot yang dihasilkan. 20 Baik buruknya laju

partikel, ukuran partikel, kelembaban dan bentuk granul, dan kelembapan relatif.

lama pencampuran. 21 Serbuk dengan laju alir yang tidak baik akan

FDT ranitidin HCl yang dihasilkan menyebabkan aliran serbuk dari hopper ke

pada formula IV, V, dan VI mempunyai dalam die tidak sempurna, akhirnya bobot

penampakan fisik yang seragam yaitu tablet yang dihasilkan tidak konstan

mempunyai bentuk yang bulat, permukaan sehingga berpengaruh pada keseragaman

atas tablet yang cembung dan permukaan bobot. 10 bawah yang rata, serta berwarna hijau

Uji sudut diam ketiga formula secara muda. Tekstur permukaan FDT yang keseluruhan kurang dari 50°. Maka massa

dihasilkan halus dan tidak cacat, serta granul tersebut dapat mengalir bebas (free

penampilan fisiknya bebas dari bintik-bintik flowing). Sudut diam paling besar ada pada

atau noda.

formula III dan sudut diam paling kecil pada

Uji keseragaman bobot ditentukan Dengan demikian kombinasi chitosan dan berdasar banyaknya penyimpangan bobot

sodium starch glycolate berpengaruh tablet rata-rata yang masih diperbolehkan

terhadap kekerasan FDT ranitidin HCl. menurut persyaratan yang ditentukan, yaitu

Formula IV, V, VI secara keseluruhan bila bobot rata-rata 150 mg jika ditimbang

menghasilkan persen kerapuhan tidak lebih satu persatu tidak lebih dari 2 tablet yang

dari 1 %. Hasil uji kerapuhan tersebut sangat masing-masing bobotnya menyimpang 10 %

baik karena di dalam formula digunakan dari bobot rata-ratanya, dan tidak ada satu

larutan pengikat dalam pembuatan granul, pun tablet yang bobotnya menyimpang dari

sehingga daya ikat antar partikelnya baik.

Selain itu, faktor yang berpengaruh pada tidak tepat 150 mg dikarenakan punch yang

bobot rata-rata lebih dari 20 %. 13 Formula I

kerapuhan tablet yang baik yaitu digunakan tidak stabil. Akan tetapi dari

dilakukannya granulasi sehingga dapat ketiga formula tersebut telah memenuhi

meningkatkan kompresibilitas granul. 14 Dari persyaratan penyimpangan bobot rata-rata

data hasil uji kerapuhan dan hasil uji Tukey, yang

telah ditentukan. Uji Tukey dapat disimpulkan bahwa formula VI, V, VI menunjukkan bahwa ada perbedaan

memenuhi persyaratan kerapuhan untuk bermakna antara formula IV dengan V dan

FDT, akan tetapi ketiga formula tidak

VI.

perbedaan bermakna Uji keseragaman ukuran dipengaruhi

terdapat

Meskipun demikian oleh laju alir, homogenitas campuran, dan

kerapuhannya.

kombinasi chitosan dan sodium starch kestabilan punch. Hasil diameter dan tebal

glycolate berpengaruh terhadap kerapuhan uji keseragaman ukuran untuk formula IV, V,

FDT ranitidin HCl.

dan VI telah memenuhi persyaratan yang Uji waktu hancur dipengaruhi oleh jenis ditentukan yaitu diameternya tidak melebihi 3

dan jumlah disintegran dan banyaknya kali tebal serta tidak kurang dari 1 1/3 tebal

pengikat yang digunakan dalam formulasi tablet. 13 Uji Tukey menunjukkan bahwa

tablet. Dari ketiga formula, hanya formula V terdapat perbedaan bermakna antara

dan VI yang memenuhi persyaratan waktu diameter formula IV, V, dan VI.

hancur FDT. Hal ini dikarenakan pada Uji kekerasan tablet dipengaruhi oleh

formula V dan VI konsentrasi sodium starch penggunaan bahan pengikat, kompresibilitas

glycolate yang digunakan lebih tinggi. bahan, dan tekanan kompresi mesin cetak

Sodium starch glycolate dapat meningkatkan tablet. Hanya formula V yang memenuhi

waktu hancur lebih cepat dibandingkan persyaratan kekerasan FDT, yaitu diperoleh

chitosan. Seharusnya penambahan chitosan kekerasan 2,39 kP. Kemungkinan penyebab

dan SSG dilakukan secara internal- formula IV dan VI sedikit lebih keras adalah

eksternal. Penambahan secara internal- akibat granul yang dibasahi sedikit

eksternal merupakan metode penambahan berlebihan sehingga menghasilkan granul

yang paling baik karena bahan penghancur

dapat berperan secara maksimal. 23 Chitosan keras suatu tablet yang dihasilkan maka

yang keras untuk dibuat tablet. 22 Semakin

secara ekstragranular akan menurunkan waktu disintegrasi tablet

ditambahkan

terjadi mekanisme dan disolusinya. 9 Dari data hasil uji

bertujuan

agar

penghancuran yang lebih cepat, sedangkan kekerasan dan hasil uji Tukey, dapat

penambahan SSG secara intragranular agar disimpulkan bahwa formula V memenuhi

dapat menyebabkan dispersi partikel persyaratan kekerasan untuk FDT, antara

menjadi lebih halus. Kombinasi dari kedua formula V dengan formula IV dan VI terdapat

penambahan tersebut akan perbedaan

menghasilkan lebih baik dan lebih lengkap menghasilkan lebih baik dan lebih lengkap

metode

IV, V, VI telah memenuhi persyaratan uji

disolusi yaitu dalam waktu 45 menit harus data hasil uji waktu hancur dan hasil uji

penambahan disintegran yang biasa. 9 Dari

larut tidak kurang dari Q (80 %). Formula VI Tukey, dapat disimpulkan bahwa hanya

memiliki kadar paling kecil disebabkan formula II dan III yang memenuhi

karena formula VI memiliki kadar chitosan persyaratan waktu hancur untuk FDT,

yang kecil. Terkait mekanisme disolusi dari namun ketiga formula terdapat perbedaan

chitosan yaitu dengan cara swelling. Dengan bermakna waktu hancurnya. Kombinasi

begitu chitosan dan SSG tidak bekerja chitosan dan sodium starch glycolate

secara sinergis karena kadar chitosan seharusnya berpengaruh terhadap waktu

kurang optimal. Dari data hasil uji disolusi hancur FDT ranitidin HCl, adapun bila

dan hasil uji Tukey, dapat disimpulkan persyaratan tidak memenuhi akibat faktor

bahwa formula IV, V dan VI memenuhi yang lain.

persyaratan waktu hancur untuk FDT, Pada uji waktu keterbasahan terdapat

namun pada ketiga formula tidak terdapat hubungan linier antara waktu keterbasahan

perbedaan bermakna disolusinya. Meskipun dan waktu hancur tablet. Jika suatu tablet

demikian kombinasi chitosan dan sodium memiliki waktu keterbasahan yang rendah

starch glycolate berpengaruh terhadap maka tablet tersebut akan lebih sulit untuk

disolusi FDT ranitidin HCl. terdisintegrasi. 17 Formula V lebih cepat

Penetapan kadar ranitidin ini bertujuan waktu keterbasahannya karena seperti

untuk memastikan kandungan zat aktif diketahui bahwa waktu keterbasahan erat

dalam tiap tablet seragam. Pada ketiga kaitannya dengan waktu hancur. Dalam

formula seluruhnya memenuhi persyaratan formula V ini chitosan dan SSG bekerja

yaitu FDT ranitidin HCl mengandung ranitidin secara sinergis. Mekanisme chitosan yaitu

HCl setara dengan ranitidin tidak kurang dari dengan cara kelembapan dan ambilan air

90,0 % dan tidak lebih dari 110,0 % dari (water uptake). 6 Sementara SSG partikelnya

jumlah yang tertera pada etiket. 11 Hasil uji akan mengembang dan merapuhkan matriks

penetapan kadar untuk formula IV, V, dan VI tablet

ketiganya memenuhi persyaratan yang telah mengembang 7-12 kali lipat dalam waktu

secara bersamaan.

SSG

ditetukan dalam monografi, serta secara <30 detik, sehingga kemampuan menyerap

statistika hasil penetapan kadar tidak air dari medium dipastikan lebih kuat

terdapat perbedaan bermakna antara akibatnya waktu pembasahan menjadi

formula IV, V, dan VI. Uji Tukey semakin cepat. 7 Dari data hasil uji waktu

menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan keterbasahan dan hasil uji Tukey, dapat

bermakna antara kadar ketiga formula. disimpulkan bahwa formula IV, V, VI memenuhi persyaratan waktu keterbasahan

Analisis Perbandingan Nilai Respon

untuk FDT. Namun demikian hanya formula

Teoritis Berdasarkan Persamaan SLD

IV dengan V yang terdapat perbedaan

Terhadap Nilai Respon Trial

Bertujuan untuk mengetahui seberapa bermakna

waktu

keterbasahannya.

Kombinasi chitosan dan sodium starch besar terjadi perubahan nilai respon diantara hasil SLD dan trial. Pada formula kombinasi

glycolate seharusnya berpengaruh terhadap waktu keterbasahan FDT Ranitidin HCl.

chitosan 50 % : SSG 50 %, chitosan 40 % : SSG 60 %, dan chitosan 20 % : SSG 80 %

Uji disolusi tablet dipengaruhi oleh hal- hal seperti adanya bahan penghancur,

didapatkan nilai R total trial lebih kecil dibandingkan dengan hasil teoritis. Nilai

diameter, ketebalan, dan porositas tablet. Dari hasil penelitian, didapat ketiga formula

respon trial lebih kecil disebabkan karena respon trial lebih kecil disebabkan karena

terhadap kerapuhan FDT ranitidin HCl, hasil sifat fisik pada teoritis berdasarkan

namun seluruh formula hasil kerapuhannya persamaan SLD. Namun hasil yang kecil

memenuhi persyaratan. Perbandingan kadar tersebut justru memenuhi persyaratan sifat

chitosan 40 % : sodium starch glycolate fisik untuk FDT. Formula IV, V, dan VI

60 % dapat menghasilkan FDT ranitidin HCl menghasilkan sifat fisik FDT Ranitidin HCl

yang memiliki kekerasan, waktu hancur, yang optimum. Hal ini dikarenakan ketiga

waktu keterbasahan, dan disolusi yang formula hasil sifat fisiknya banyak yang

optimum. Kombinasi superdisintegran pada memenuhi persyaratan. Kalaupun ada yang