KAJIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN BUAH-BUAHAN DI KABUPATEN SAMBAS

  

KAJIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN BUAH-BUAHAN DI

KABUPATEN SAMBAS

Nur Istiqamah

  

Politeknik Negeri Sambas Jurusan Agrobisnis Progam Studi Agrobisnis Perikanan dan Kelautan

e-mail: nur_istiqamah83@yahoo.com

  

Uray Dian Novita

Politeknik Negeri Sambas Jurusan Agrobisnis Progam Studi Agrobisnis Perikanan dan Kelautan

e-mail: diannovi_281182@yahoo.com

  ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan menentukan komoditas unggulan buah-buahan yang diprioritaskan untuk

dikembangkan di Kabupaten Sambas, merumuskan strategi pengembangan agribisnis komoditas

unggulan tanaman buah-buahan di Kabupaten Sambas dan Menentukan alternatif lokasi

pengembangan agribisnis komoditas unggulan tanaman buah-buahan di Kabupaten Sambas.

  

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode survey. Teknik pengambilan sampel

yang digunakan adalah dengan purposive sampling yaitu menentukan atau memilih responden dengan

sengaja. Responden dipilih karena dianggap memiliki pengetahuan, kemampuan dan pengalaman

dalam bidang pengembangan komoditas hortikultura buah-buahan. Alat analisis yang digunakan

adalah Location Quotient. Hasil analisis Location Quotient (LQ) rata-rata komoditas buah-buahan

adalah 2,68. Buah-buahan ini terdiri dari bermacam buah yang di produksi di Kabupaten Sambas,

antara lain: alpukat, belimbing, duku, durian, jambu biji, jambu air, jeruk siam, jeruk besar, mangga,

manggis, nangka, nenas, pepaya, pisang, rambutan, salak, sawo, markisa, sirsak dan buah naga. Dari

19 kecamatan yang ada Kecamatan Sajad merupakan kecamatan yang paling banyak komoditas

unggulan yaitu sebanyak 12 komoditas buah-buahan. Sedangkan kecamatan Semparuk, Tebas dan

Tangaran tidak memiliki komoditas unggulan. Dari hasil analisis ini dapat diketahui bahwa tingkat

produksi yang tinggi belum tentu menjadi komoditas unggulan untuk suatu daerah seperti kasus pada

kecamatan Tebas yang merupakan penghasil jeruk siam terbesar di Kabupaten Sambas. Kata Kunci : Buah-buahan, Komoditas Unggulan, LQ ABSTRACT

The aim of this study determine superior commodities of priority fruits to be developed in Sambas

District, formulate the agribusiness development strategy of superior commodities of fruit plants in

Sambas Regency and determine alternative location of agribusiness development of superior

commodities of fruit plants in Sambas Regency. This research is descriptive by using survey method.

The sampling technique used is purposive sampling that is determining or selecting the respondents

intentionally. Respondents were selected because they were considered to have knowledge, skills and

experience in the field of horticultural commodities development of fruits. The analytical tool used is

Location Quotient. The result of the Location Quotient (LQ) analysis of the average commodity of

fruits is 2.68. These fruits consist of various fruits that are produced in Sambas District, among

others: avocado, starfruit, duku, durian, guava, cashew nut, siam orange, orange, mango,

mangosteen, jackfruit, pineapple, papaya, rambutan, salak, sawo, passion fruit, soursop and dragon

fruit. Of the 19 existing sub-district, Sajad subdistrict is the most widely superior commodity that is as

many as 12 commodities of fruit. While Semparuk, Tebas and Tangaran subdistricts do not have

excellent commodities. From the results of this analysis it can be seen that high production level does

not necessarily become a superior commodity for a region such as the case in Tebas sub-district

which is the biggest producer of siam orange in Sambas district. Keywords: Fruits, Superior Commodities, LQ P-ISSN: 2085-1596 E-ISSN: 2407-5310

  JMM Vol. 13 No. 2 Oktober 2017 P-ISSN: 2085-1596 E-ISSN: 2407-5310 JMM Vol. 13 No. 2 Oktober 2017

  PENDAHULUAN

  Pembangunan sektor pertanian tanaman pangan, merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan telah terbukti memberikan peranan penting bagi pembangunan nasional, ditinjau dari aspek ekonomi, sosial, maupun pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang, pembangunan pertanian dihadapkan pada tantangan besar terutama pada sub sektor non pangan seperti hortikultura, perikanan, peternakan, perkebunan dan kehutanan. Tantangan tersebut berupa persaingan yang ketat antar negara-negara produsen, bahkan tidak tertutup kemungkinan bahwa agribisnis Indonesia akan menjadi penonton di rumahnya sendiri.

  Pertumbuhan ekonomi daerah pada dasarnya dipengaruhi oleh keunggulan komperatif daerah, spesialisasi wilayah serta potensi ekonomi yang dimiliki oleh daerah tersebut. Oleh karena itu pemanfaatan dan pengembangan seluruh potensi ekonomi menjadi prioritas utama yang harus digali dan dikembangkan dalam melaksanakan pembangunan ekonomi daerah secara berkelanjutan.

  Saragih (2002) menekankan pentingnya pembangunan dengan pendekatan agribisnis karena beberapa hal yaitu: meningkatkan daya saing melalui keunggulan komperatif, merupakan sektor perekonomian utama daerah yang memberikan kontribusi dalam pembentukan PDB dan kesempatan kerja serta merupakan sumber pertumbuhan baru yang signifikan.

  Sektor pertanian yang menjadi penggerak utama dalam bidang agribisnis di Kabupaten Sambas merupakan sektor terpenting yang dapat ditingkatkan guna meningkatkan pendapatan masyarakat.

  Sebagai kabupaten yang sebagian besar penduduknya bermata pencarian di bidang Pertanian, Kabupaten Sambas berkomitmen untuk memajukan bidang pertanian guna meningkatkan taraf hidup masyarakatnya. Bidang penunjang lainnya seperti bidang hortikultura turut juga memberikan andil untuk kemajuan P-ISSN: 2085-1596 E-ISSN: 2407-5310 JMM Vol. 13 No. 2 Oktober 2017

  pembangunan pertanian di Kabupaten ini karena sejak dulu, Kabupaten Sambas terkenal sebagai salah satu daerah sentra buah-buahan untuk Provinsi Kalimantan Barat.

  Ditinjau dari ketersediaan sumber daya alam, Kabupaten Sambas cukup potensial bagi pelaksanaan program pembangunan pertanian, namun demikian sejalan dengan lajunya pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat maka penggunaan dan pemanfaatan sumber daya alam perlu ditingkatkan terus dengan tetap menjaga dan memperhatikan kelestariannya.

  Potensi pengembangan komoditas hortikultura di Kabupaten Sambas masih dapat ditingkatkan ditinjau dari aspek ketersediaan lahan dan peluang peningkatan adopsi teknologi. Potensi tanaman buah- buahan di Kabupaten Sambas belum diusahakan secara penuh oleh petani serta masih banyak kendala dalam pengembangannya seperti rendahnya tingkat keterampilan dan pengetahuan petani, keterbatasan teknologi dan kurangnya dukungan dan prasarana.

  Berbagai upaya telah dilakukan untuk mendukung pengembangan tanaman buah-buahan di Kabupaten Sambas seperti program pengembangan sentra produksi tanaman buah-buahan, pemberian paket bantuan sarana produksi, peningkatan kemampuan sumber daya petani dan petugas penyuluh serta pengolahan pasca panen dan pemasarannya. Walaupun demikian pengembangan komoditas ini masih menghadapi berbagai permasalahan.

  Analisis penentuan prioritas komoditas unggulan buah-buahan perlu dilakukan agar daerah Kabupaten Sambas bisa menentukan komoditas buah-buahan yang bisa dijadikan komoditas unggulan daerah, yang mempunyai daya saing tinggi, sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan petani yang pada akhirnya dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan daerah dan pembangunan nasional. P-ISSN: 2085-1596 E-ISSN: 2407-5310 JMM Vol. 13 No. 2 Oktober 2017

  Sektor pertanian erat kaitannya dengan agribisnis dan keberhasilan dari sektor pertanian sangat dipengaruhi oleh kesuksesan dari rantai agribisnis dari hulu sampai hilir. Menurut Suryanto (2004) Agribisnis atau agribusiness adalah usaha pertanian dalam arti luas mencakup semua kegiatan mulai dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi sampai pada kegiatan budidaya produksi usahatani, kegiatan pengolahan hasil dan kegiatan pemasarannya. Kegiatan agribisnis secara utuh mencakup :

  1. Subsistem agribisnis hulu (upstream agribusiness) yaitu kegiatan ekonomi yang menghasilkan danmenyalurkan sarana produksi ;

  2. Subsistem usaha budidaya usahatani (on-farm agribusiness) yaitu kegiatan ekonomi yang menggunakan saprodi untukmenghasilkan produksi primer;

  3. Subsistem agribisnis hilir (down tream agribusiness) yaitu kegiatan ekonomi yang mengolah hasil pertanian primer menjadi produk olahan yang siap dikonsumsi;

  4. Subsistem pemasaran (marketing agribusiness) kegiatan memasarkan hasil pertanian primer dan produk olahannya.

  Agribisnis adalah sebagai kegiatan yang meliputi seluruh sektor bahan masukan usaha tani, produk yang memasok bahan masukan usaha tani yang terlibat dalam bidang produksi dan pada akhirnya menangani pemrosesan, penyebaran, penjualan baik secara borongan maupun penjualan eceran produk kepada konsumen akhir (Downey dan Erickson, 1987).

  Soekartawi (1999) menyatakan bahwa agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas.

  Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses yang mencakup pembentukan institusi-institusi baru, P-ISSN: 2085-1596 E-ISSN: 2407-5310 JMM Vol. 13 No. 2 Oktober 2017

  pembangunan industri-industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk barang dan jasa yang baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan dan pengembangan pasar baru (Arsyad, 1999). Dijelaskan lebih lanjut oleh Kuncoro (2000) bahwa pembangunan regional sebaiknya lebih memperhatikan keunggulan-keunggulan dan karakteristik khusus suatu daerah. Pembangunan juga harus dapat meningkatkan pendapatan perkapita dari penduduk tersebut dan akan meningkatkan daya tarik daerah untuk menarik investor-investor baru untuk menanamkan modalnya di daerah, yang pada akhirnya akan mendorong kegiatan ekonomi yang lebih tinggi.

  Pembangunan wilayah (regional) merupakan fungsi dari potensi sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia, investasi modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi, situasi ekonomi dan perdagangan antar wilayah, kemampuan pendanaan dan pembiayaan pembangunan daerah dan lingkungan pembangunan secara luas (Rahardjo, 2005).

  Beberapa penelitian tentang strategi komoditas unggulan daerah telah dilakukan oleh sejumlah peneliti dengan daerah dan periode waktu yang berbeda pula, antara lain: Penelitian yang dilakukan olehZainuddin (2003) melakukan penelitian mengenai Strategi Pengembangan Agribisnis Hortikultura Unggulan di Propinsi Jambi. Penelitian ini bertujuan untuk memilih komoditas buah-buahan yang menjadi unggulan daerah Jambi dan mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengembangan agribisnis hortikultura unggulan tersebut, selanjutnya dirumuskan strategi pengembangan yang tepat sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani secara berkelanjutan dan mampu memberikan nilai tambah bagi pembangunan daerah. Ruang lingkup penelitian ini meliputi pengkajian faktor- faktor internal dan eksternal, merumuskan strategi pengembangannya dan penentuan strategi yang tepat dengan unit analisnya

  • – buahan yang menjadi sektor unggulan (leading sector) di setiap kecamatan.

  P-ISSN: 2085-1596 E-ISSN: 2407-5310 JMM Vol. 13 No. 2 Oktober 2017

  yaitu pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan di Propinsi Jambi. Penelitian menggunakan metode deskriptif melalui survey, wawancara dan pengisian kuesioner kepada responden yang dipilih secara sengaja (purposive). Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE), pengkajian faktor-faktor strategi internal dan eksternal dengan menggunakan metode perbandingan berpasangan (pairewaise comparison) dan dilakukan rating untuk menentukan peringkat dari masing-masing faktor strategi, merumuskan alternatif strategi melalui analisis matrik Threat, Opportunities, Weaknesses, Strength (TOWS) , serta menetapkan prioritas strategi yang tepat dengan menggunakan analisis Quantitative Strategic Planning Matriks (QSPM).

  Dari hasil analisis diperoleh 3 (tiga) prioritas strategi utama yaitu : (1).

  Mendorong penumbuhan investasi dan fasilitas kemitraan antara petani dengan pengusaha / lembaga penunjang lainnya, (2).

  Mendorong peningkatan mutu hasil melalui penyediaan saraana produksi dan penerapan teknologi usaha tani dan produksi, (3). Pengembangan intensifikasi, ekstensifikasi, rehabilitasi dan pola tumpang sari dalam rangka penumbuhan kawasan hortikultura.

  Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Sedangkan yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah jumlah produksi buah

   Data yang digunakan dalam

  penelitian ini adalah data sekunder dengan time series atau runtut waktu (dari tahun 2012 sampai tahun 2016). Data sekunder yaitu data yang di peroleh dari Pemerintah Kabupaten Sambas, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Barat dan BPS Kabupaten Sambas. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data produksi

  • – buahan yang ada di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Sambas.

  P-ISSN: 2085-1596 E-ISSN: 2407-5310 JMM Vol. 13 No. 2 Oktober 2017

  buah

  Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka dan dokumentasi. Studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan informasi melalui pendalaman literatur-literatur yang berkaitan dengan objek studi. Teknik dokumentasi dilakukan dengan menelusuri dan mendokumentasikan data-data dan informasi yang berkaitan dengan obyek studi.

  Untuk menjawab permasalahan pertama yaitu untuk menentukan komoditas buah-buahan unggulan di Kabupaten Sambas digunakan metode analisa Location Quotient (LQ). Pada analisa LQ diperlukan data produksi komoditas buah-buahan selama 5 (lima) tahun untuk tingkat Kecamatan dan tingkat Kabupaten.

  Melalui metode ini dapat diketahui dan didefinisikan jenis komoditas hortikultura buah-buahan yang potensial untuk dijadikan komoditas unggulan di Kabupaten Sambas dan kemudian dibuat perumusan strategi pengembangan masa depan. Cara menghitung nilai LQ adalah dengan memasukkan notasi-notasi yang diperoleh kedalam formula LQ yaitu pi / pt sebagai pembilang dan Pi / Pt sebagai penyebut (Bachrein, 2003).

  Secara ringkas dapat ditulis :

  LQ =

  dimana: LQ = Location Quotient pi = Produksi komoditas i di masing- masing kecamatan. pt = Produksi total komoditas pada tingkat kecamatan.

  Pi = Produksi komoditas i pada tingkat kabupaten.

  Pt = Produksi total komoditas pada tingkat kabupaten.

  Sub sektor tanaman pangan merupakan salah satu subsektor pada sektor pertanian. Sub sektor ini mencakup tanaman padi (padi sawah dan padi ladang), jagung, P-ISSN: 2085-1596 E-ISSN: 2407-5310 JMM Vol. 13 No. 2 Oktober 2017

  ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang kedelai dan kacang hijau.

  Secara umum peningkatan produksi tanaman pangan di Kabupaten Sambas masih dipengaruhi pertambahan luas panen. Selain itu, produktivitas juga mempengaruhi produksi. Kondisi tersebut terutama akibat pengaruh faktor alam dan kemampuan petani mengelola usaha pertaniannya.

  LQ >1 berarti komoditas tersebut merupakan komoditi prioritas/unggulan di Kabupaten Sambas, hasilnya tidak saja dapat memenuhi kebutuhan diwilayah bersangkutan akan tetapi juga dapat di ekspor keluar wilayah. LQ < 1 berarti komoditi tersebut tergolong tidak unggul di Kabupaten Sambas atau merupakan produk prioritas/unggulan di Kabupaten lain sehingga produksi komoditas tersebut disuatu wilayah tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri sehingga perlu pasokan atau impor dari luar. LQ = 1 berarti komoditi tersebut tergolong tidak memiliki keunggulan, produksi dari komoditi tersebut hanya mampu memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan tidak mampu untuk di ekspor.

  LQ rata-rata komoditas buah-buahan adalah 2,68. Buah-buahan ini terdiri dari bermacam buah yang di produksi di Kabupaten Sambas, antara lain: alpukat, belimbing, duku, durian, jambu biji, jambu air, jeruk siam, jeruk besar, mangga, manggis, nangka, nenas, pepaya, pisang, rambutan, salak, sawo, markisa, sirsak dan buah naga. Pada tahun 2016 jumlah produksi keseluruhan sebesar 951.527,70 Ton, dimana kontribusi terbesar diberikan oleh buah jeruk siam sebesar 807.104,89 Ton.

  Data yang menggunakan untuk penelitian ini adalah data jumlah produksi pada 19 (Sembilan belas) kecamatan di wilayah Kabupaten Sambas diketahui bahwa produksi tertinggi yaitu jeruk siam, buah naga, rambutan, pisang, durian, sawo, nangka/cempedak, nanas, salak dan duku/langsat. Jeruk siam merupakan komoditas dengan persebaran paling banyak yaitu tersebar di 19 kecamatan dengan

  15 Duku/Langsat, Durian, Mangga, Manggis,

  penghasil jeruk siam terbesar yaitu Galing Nangka/Cempedak, Nanas, Pepaya. Kecamatan Tebas,rambutan tersebar di 14 16 Duku/Langsat, Durian, Nangka/Cempedak, Nanas, Sajingan Besar Pepaya kecamatan dengan penghasil rambutan 17 Teluk Keramat Pisang dan Salak terbesar yaitu di Kecamatan Sajad. 19 Durian, Jambu Biji, Jambu Air, Jeruk Besar, 18 Tangaran -

  Sedangkan penghasil durian terbesar di Paloh Mangga, Nagka/Cempedak, Nanas, Pepaya, Pisang, Sawo, Sirsak. Kabupaten Sambas adalah Kecamatan

  Sumber : Analisis data primer,( 2017) Sebawi.

  Berdasarkan hasil perhitungan Location Tabel 1

  Quoetient selama kurun waktu pengamatan Komoditas Buah Unggulan Berdasarkan

  Kecamatan No Kecamatan Urutan buah-buahan unggulan berdasarkan dari tahun 2012 - 2016diperoleh kesimpulan nilai LQ bahwa Kabupaten Sambas memiliki 1 Selakau Salak dan Sawo. 2 Selakau Timur Pisang komoditi-komoditi yang teridentifikasi 3 Pemangkat Mangga sebagai basis, antara lain: 5 Semparuk 4 Salatiga Mangga alpukat,belimbing,duku, durian, jambu biji, 6 Tebas - - jambu air, jeruk besar, mangga, manggis, 7 Tekarang Nanas, Pisang, Sawo. nangka/cempedak,nanas, pepaya,pisang, 8 Belimbing, Jambu Biji, Jambu Air, Jeruk Besar, Jawai Nangka/Cempedak, Pepaya, Pisang, Sawo. rambutan, salak, sawo, markisa, sirsak dan 9 Alpukat, Belimbing, Jambu Biji, Jambu Air, Jawai Selatan Pepaya, Sawo, Sirsak. buah naga. 10 Sebawi Durian dan Jeruk Besar. Hasil analisis Location Quotient (LQ) 11 Alpukat, Manggis, Nangka/Cempedak, Rambutan, Sambas Buah Naga. didapat bahwa Kecamatan Sajad merupakan 12 Belimbing, Duku/Langsat, Jambu Biji, Jambu Air, Sajad Manggis,Nangka/Cempedak, Nanas, Pepaya, unggulan yaitu sebanyak 12 komoditas Pisang, Rambutan, Markisa, Sirsak. kecamatan yang paling banyak komoditas 13 Duku/Langsat, Durian, Jambu Biji, Mangga, Sejangkung Rambutan, Sirsak. buah-buahan. Sedangkan kecamatan 14 Belimbing, Duku/Langsat, Durian, Jambu biji, Subah Jambu Air, Mangga, Nangka/Cempedak, Nanas, Semparuk, Tebas dan Tangaran tidak Pepaya, Pisang, Rambutan. memiliki komoditas unggulan. Dari hasil analisis ini dapat diketahui bahwa tingkat

  P-ISSN: 2085-1596 E-ISSN: 2407-5310 JMM Vol. 13 No. 2 Oktober 2017 produksi yang tinggi belum tentu menjadi KESIMPULAN DAN SARAN komoditas unggulan untuk suatu daerah Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik seperti kasus pada kecamatan Tebas yang kesimpulan bahwa : merupakan penghasil jeruk siam terbesar di

  1. LQ rata

  • – rata komoditas buah-buahan kabupaten Sambas. Namun beberapa tahun yang ada di Kabupaten Sambas adalah terakhir mengalami penurunan produksi

  2,68 karena serangan virus sehingga

  2. Produksi buah

  • – buahan yang tinggi mengakibatkan kerusakan pada tanaman belum tentu menjadi sektor unggulan di jeruk siam.

  suatu kecamatan. Peran pemerintah sangat diharapkan

  Berdasarkan kesimpulan diatas dapat dalam rangka mendorong dan direkomdasikan beberapa hal : mempertahankan agar beberapa komoditas yang menjasi sektor basis tetap menjadi

  1. Pemerintah dapat memelihara unggulan. Pemerintah daerah harus mampu kesinambungan produksi buah

  • – buahan menjaga eksistensi lahan tanaman buah - yang menjadi unggulan untuk buahan di daerah-daerah yang menjadi diprioritaskan sesuai dengan kondisi penghasil komoditas buah-buahan agar tidak lapangan serta berorientasi terhadap terjadi alih fungsi lahan oleh petani pemilik pasar dan mendapat keuntungan.

  lahan. Pemerintah harus mendorong

  2. Bagaimana pemerintah daerah bisa peningkatan produksi komoditas ini beserta mengoptimalkan laju pertumbuhan turunan produknyaagar memberikan nilai ekonomi dengan promosi daerah untuk tambah ekonomi yang tinggi, sehingga menarik investor terutama untuk petani buah-buahan tetap menjaga luas komoditas yang produksinya tidak tanam dari kegiatan pertanian ini. terlalu tinggi tapi menjadi sektor unggulan.

  P-ISSN: 2085-1596 E-ISSN: 2407-5310 JMM Vol. 13 No. 2 Oktober 2017

  

DAFTAR PUSTAKA Diskusi Panel Penggalangan

  Agribisnis sebagai Leading Sektor Alkadri, 2001. Manajemen Teknologi untuk menghadapi Era AFTA dan APEC.

  Pengembangan Wilayah. Edisi Jakarta. Revisi. Badan Pengkajian dan Subiyakto. 1996. Manajemen Agribisnis. Penerapan Teknologi. Jakarta.

  Kanisius. Jakarta. Firdaus, Muhammad. 2008. Manajemen

  Saptana, Sumaryanto, Masdjidin S., Henny Agribisnis. Bumi Aksara. Jakarta.

  M, Ikin S, dan Supena F. Analisis Kadariah. 1985. Ekonomi

  Daya Saing Komoditas Unggulan Perencanaan. Fakultas Ekonomi

  Hortikultura. Buletin Agroekonomi, Universitas Indonesia.Jakarta. Volume 3, Nomor 1, November

  Saragih, B. 1992. Agroindustri sebagai 2002.

  Suatu Sektor yang Memimpin dalam Tarigan, R. 2005. Ekonomi Regional. PT. PJPT II. (Disampaikan Pada Seminar Bumi Aksara. Jakarta. Parhepi Dinamika Pemikiran Tentang Pembangunan Pertanian).

  Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia. Jakarta.

  Solahuddin. 1999. Tinjauan Strategik Kebijaksanaan. Disampaikan pada

  P-ISSN: 2085-1596 E-ISSN: 2407-5310 JMM Vol. 13 No. 2 Oktober 2017