Tata cara sholat dhuha (2)

Tata cara sholat dhuha
Tata cara sholat dhuha hampir sama dengan sholat sunah pada umumnya,
Setelah membaca niat seperti yang telah tertulis diatas kemudian membaca
takbir,
Membaca doa Iftitah
Membaca surat al Fatihah
Membaca satu surat didalam Alquran. Afdholnya rakaat pertama membaca surat
Asy-Syam dan rakaat kedua surat Al Lail
Ruku’ dan membaca tasbih tiga kali
I’tidal dan membaca bacaannya
Sujud pertama dan membaca tasbih tiga kali
Duduk diantara dua sujud dan membaca bacaanya
Sujud kedua dan membaca tasbih tiga kali
Setelah rakaat pertama selesai, lakukan rakaat kedua sebagaimana cara diatas,
kemudian Tasyahhud akhir setelah selesai maka membaca salam dua kali. Rakaatrakaat selanjutnya dilakukan sama seperti contoh diatas.
Jumlah rakaat sholat dhuha
Sholat dhuha dilakukan dalam satuan dua rakaat satu kali salam. Sementara itu
untuk berapa jumlah maksimal sholat dhuha ada pendapat yang berbeda dari para
ulama, ada yang mengatakan maksimal 8 rakaat, ada yang maksimal 12 rakaat,
dan ada juga yang berbedapat tidak ada batasan.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai perbedaan pendapat jumlah rakaat sholat

dhuha silahkan simak penjelasan yang kami kutip dari konsultasi syariah di bawah
ini
Pertama, jumlah rakaat maksimal adalah delapan rakaat. Pendapat ini dipilih oleh
Madzhab Maliki, Syafi’i, dan Hambali. Dalil yang digunakan madzhab ini adalah
hadis Umi Hani’ radhiallaahu ‘anha, bahwasanya Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam
memasuki rumahnya ketika fathu Mekah dan Beliau shalat delapan rakaat. (HR.
Bukhari, no.1176 dan Muslim, no.719).
Kedua, rakaat maksimal adalah 12 rakaat. Ini merupakan pendapat Madzhab
Hanafi, salah satu riwayat dari Imam Ahmad, dan pendapat lemah dalam Madzhab
Syafi’i. Pendapat ini berdalil dengan hadis Anas radhiallahu’anhu
‫من صلى الضحى ثنتي عشرة ركعة بنى الله له قصرا من ذهب في الجنة‬
“Barangsiapa yang shalat dhuha 12 rakaat, Allah buatkan baginya satu istana di
surga.” Namun hadis ini termasuk hadis dhaif. Hadis ini diriwayatkan oleh Tirmidzi,

Ibn Majah, dan Al-Mundziri dalam Targhib wat Tarhib. Tirmidzi mengatakan, “Hadis
ini gharib (asing), tidak kami ketahui kecuali dari jalur ini.” Hadis ini didhaifkan
sejumlah ahli hadis, diantaranya Al-Hafidz Ibn Hajar Al-Asqalani dalam At-Talkhis AlKhabir (2: 20), dan Syaikh Al-Albani dalam Al-Misykah (1: 293).
Ketiga, tidak ada batasan maksimal untuk shalat dhuha. Pendapat ini yang
dikuatkan oleh As-Suyuthi dalam Al-Hawi. Dalam kumpulan fatwanya tersebut,
Suyuthi mengatakan, “Tidak terdapat hadis yang membatasi shalat dhuha dengan

rakaat tertentu, sedangkan pendapat sebagian ulama bahwasanya jumlah
maksimal 12 rakaat adalah pendapat yang tidak memiliki sandaran sebagaimana
yang diisyaratkan oleh Al-Hafidz Abul Fadl Ibn Hajar dan yang lainnya.”. Beliau juga
membawakan perkataan Al-Hafidz Al-’Iraqi dalam Syarh Sunan Tirmidzi, “Saya tidak
mengetahui seorangpun sahabat maupun tabi’in yang membatasi shalat dhuha
dengan 12 rakaat. Demikian pula, saya tidak mengetahui seorangpun ulama
madzhab kami (syafi’iyah) – yang membatasi jumlah rakaat dhuha – yang ada
hanyalah pendapat yang disebutkan oleh Ar-Ruyani dan diikuti oleh Ar-Rafi’i dan
ulama yang menukil perkataannya.”
Setelah menyebutkan pendapat sebagian ulama Syafi’iyah, As-Suyuthy
menyebutkan pendapat sebagian ulama malikiyah, yaitu Imam Al-Baaji Al-Maliky
dalam Syarh Al-Muwattha’ Imam Malik. Beliau mengatakan, “Shalat dhuha bukanlah
termasuk shalat yang rakaatnya dibatasi dengan bilangan tertentu yang tidak boleh
ditambahi atau dikurangi, namun shalat dhuha termasuk shalat sunnah yang boleh
dikerjakan semampunya.” (Al-Hawi lil fataawa, 1:66).
Kesimpulan dan Tarjih
Jika dilihat dari dalil tentang shalat dhuha yang dilakukan Nabi shalallahu ‘alaihi wa
sallam jumlah rakaat maksimal yang pernah beliau lakukan adalah 12 rakaat. Hal ini
ditegaskan oleh Al-’Iraqi dalam Syarh Sunan Tirmidzi dan Al-’Aini dalam Umdatul
Qori Syarh Shahih Bukhari. Al-Hafidz Al ‘Aini mengatakan, “Tidak adanya dalil –yang

menyebutkan jumlah rakaat shalat dhuha– lebih dari 12 rakaat, tidaklah
menunjukkan terlarangnya untuk menambahinya.” (Umdatul Qori, 11:423)
Setelah membawakan perselisihan tentang batasan maksimal shalat dhuha, Syaikh
Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan,
“Pendapat yang benar adalah tidak ada batasan maksimal untuk jumlah rakaat
shalat dhuha karena:
Hadis Mu’adzah yang bertanya kepada Aisyah radhiallahu’anha, “Apakah Nabi
shalallahu ‘alaihi wa sallam shalat dhuha?” Jawab Aisyah, “Ya, empat rakaat dan
beliau tambahi seseuai kehendak Allah.” (HR. Muslim, no. 719). Misalnya ada orang
shalat di waktu dhuha 40 rakaat maka semua ini bisa dikatakan termasuk shalat
dhuha.
Adapun pembatasan delapan rakaat sebagaimana disebutkan dalam hadis
tentang fathu Mekah dari Umi Hani’, maka dapat dibantah dengan dua alasan:

pertama, sebagian besar ulama menganggap shalatnya Nabi shalallahu ‘alaihi wa
sallam ketika fathu Mekah bukan shalat dhuha namun shalat sunah karena telah
menaklukkan negeri kafir. Dan disunnahkan bagi pemimpin perang, setelah berhasil
menaklukkan negri kafir untuk shalat 8 rakaat sebagai bentuk syukur kepada Allah.
Kedua, jumlah rakaat yang disebutkan dalam hadis tidaklah menunjukkan tidak
disyariatkannya melakukan tambahan, karena kejadian Nabi shalallahu ‘alaihi wa

sallam shalat delapan rakaat adalah peristiwa kasuistik –kejadian yang sifatnya
kebetulan– (As-Syarhul Mumthi’ ‘alaa Zadil Mustaqni’ 2:54).
Doa sholat dhuha
Do’a Shalat Dhuha bahasa Arab :
Berikut ini merupakan bacaan doa sholat dhuha dalam bahasa arab
‫قد لارة ا قهد لارت ه ا‬
‫قومة ا قهومت ه ا‬
‫مال ه ا‬
‫ اوال لب ااهااء ب ااهاهء ا‬،‫ك‬
‫حاهء ا‬
‫ما ا‬
‫ة‬
‫ اوال ل ه‬،‫ك‬
‫ اوال ل ه‬،‫ك‬
‫م ا‬
‫ل ا‬
‫ اوال ل ا‬،‫ك‬
‫ض ا‬
‫حآاء ه‬
‫ض ا‬

‫ن ال ض‬
‫م اا م‬
‫ص ا‬
‫ج ا‬
‫ج ا‬
‫االلهه م‬
‫ اوال لعا ل‬،‫ك‬
‫ا‬
‫ا‬
‫ل‬
‫ل‬
‫ا‬
‫ا‬
‫ا‬
‫ا‬
‫مت ه ا‬
‫ن‬
‫ض فاأ ل‬
‫ا‬
‫سلره ه واا ا ل‬

‫ن كا ا‬
‫ه واا ا ل‬
‫خر ا ل‬
‫ن كا ا‬
‫ه واا ا ل‬
‫ن كا ا‬
‫م اا ل‬
‫سررا فاي ا س‬
‫معا م‬
‫ن رالزاقى افى ال م‬
‫ن ه‬
‫ج ه‬
‫مآاء فاأن لزال ه‬
‫س ا‬
‫ االلهه م‬.‫ك‬
‫ص ا‬
‫ع ل‬
‫ن افى اللر ا‬
‫ا‬
‫ا‬

‫ا‬
‫ا‬
‫عاباد اكا‬
‫ا‬
‫ا‬
‫ا‬
‫ا‬
‫ا‬
‫ه‬
‫ه‬
‫ا‬
‫ا‬
‫دا ف ا‬
‫ت ا‬
‫حااءك واب ااهااءك وا ا‬
‫ض ا‬
‫حق س ه‬
‫ه با ا‬
‫ن ب اعاي ل ر‬
‫ن كا ا‬

‫ما فطهسلره ه واا ا ل‬
‫ن ا‬
‫كا ا‬
‫مآات اي ل ا‬
‫ى ا‬
‫ج ا‬
‫قسرب ل ه‬
‫حارا ر‬
‫مال اك واقومت اك واقد لارت اك آت ان ا ل‬
‫ن‬
‫ي‬
‫ح‬
‫ل‬
‫صا‬
‫ال‬
‫ا‬
‫ا‬
‫ل‬
‫م‬
‫ا‬

Do’a Shalat Dhuha bahasa indonesia
Sedangkan bagi yang belum bisa membaca tulisan Arab, bisa membaca tekst latin
di bawah ini
Allahumma innadh dhuha-a dhuha-uka, wal bahaa-a bahaa-uka, wal jamaala
jamaaluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrata qudratuka, wal ishmata
ishmatuka. Allahuma inkaana rizqi fis samma-i fa anzilhu, wa inkaana fil ardhi faakhrijhu, wa inkaana mu’asaran fayassirhu, wainkaana haraaman fathahhirhu, wa
inkaana ba’idan fa qaribhu, bihaqqiduhaa-ika wa bahaaika, wa jamaalika wa
quwwatika wa qudratika, aatini maa ataita ‘ibadakash shalihin.

Artinya doa sholat dhuha
Di bawah ini merupakan arti dari bacaan sholat dhuha
“Ya Allah, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah
keagunan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu,
penjagaan adalah penjagaan-Mu, Ya Allah, apabila rezekiku berada di atas langit
maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar
mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan
kebenaran dhuha-Mu, kekuasaan-Mu (Wahai Tuhanku), datangkanlah padaku apa
yang Engkau datangkan kepada hamba-hambaMu yang soleh”.

Semoga artikel mengenai panduan sholat dhuha yang dilengkapi dengan bacaan

niat dan doa sholat dhuha di atas bisa bermanfaat bagi. Rajinlah sholat dhuha
setiap pagi. Semoga selalu berlimpah pahala dari Allah SWT, mendapatkan rezki
halal dan baik bagi dunia dan akhirat. Aamiin.