case skizo katatonik jambi

BAB I
REKAM MEDIS

A. IDENTIFIKASI
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Pendidikan
Agama
Alamat

: Nn. Muwadah Rohimah
: 14 Tahun
: Perempuan
: Pelajar
: SMP kelas II
: Islam
: Penyengat rendah

Alloanamnesa

Nama
: Desmariani
Umur
: 44 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Pendidikan
: Tamat SMA
Agama
: Islam
Alamat
: Penyengat rendah
Hubungan dengan penderita : Ibu Kandung
B. ANAMNESIS
Sebab utama
: Badan sering gemetar, badan kaku
Keluhan Utama
:Riwayat perjalanan penyakit :

± 2 bulan yang lalu rumah os dimasuki maling, saat itu os sedang
sendiri dirumah. Semenjak itu, os mulai mengalami perubahan perilaku.
Os mulai tampak sering diam, murung dan gelisah.

Os masih bisa

mengurus dirinya sendiri.
 1 bulan yang lalu perubahan perilaku os semakin terlihat, os
terlihat sering termenung, gelisah, menangis. Os mengaku mendengar
bisikan-bisikan yang menyuruh os diam, Os mulai tidak bisa mengurus
diri sendiri. Os tidak bisa tidur, os tidak mau solat, tidak mau makan, dan
tidak mau mengerjakan pekerjaan rumah.

Os dibawa berobat ke RSJ

Jambi dan dikatakan bahwa os menderita psikotik akut. Os rajin minum
obat dan ada perbaikan.
 1 minggu yang os mengalami kejadian yang sama. Os mulai
diam dan tidak mau berbicara sama sekali, badan kaku, curiga terhadap


1

orang lain, perasaaan takut dan cemas merasa orang disekitarnya ingin
berbuat jahat, os tidak mau makan, tidak mau solat, susah tidur, os tidak
bisa mengurus dirinya sendiri. os dibawa berobat ke poli RSJ Jambi.
Riwayat penyakit dahulu :
-

Riwayat keluhan yang sama sebelumnya disangkal
Riwayat NAPZA (-)
Riwayat minuman beralkohol (-)
Riwayat trauma capitis disangkal
Riwayat kejang disangkal.

Riwayat premorbid :
-

Bayi
Anak


: Cukup bulan, lahir normal, ditolong dukun
: Pendiam, pemalu, sedikit teman

Riwayat keluarga :
-

Os anak pertama dari dua bersaudara.
Hubungan dengan saudara kandung harmonis.
Hubungan dengan kedua orantua harmonis.

Riwayat pendidikan :
- Pelajar SMP kelas II
Riwayat perkawinan :
- Belum menikah.
Riwayat perkerjaan:
- Tidak bekerja
Riwayat ekonomi:
- Os tinggal bersama kedua orang tua
- Sosio ekonomi kurang
C. Pemeriksaan Fisik

Status Generalikus :
- Sensorium
: Apatis
- TD : 110/70 mmHg
- Nadi : 88 x/m
- T
: 36,5°C
- RR
: 18 x/m
Status neurologikus
Status psikiatrikus

: tidak ada kelainan
:

2

-

Keadaan Utama :

Kesadaran : Apatis, Kontak fisik, mata, verbal (-)

-

Keadaan Spesifik :
Keadaan afek (mood )
Hidup emosi

: Inappropriate, flat, eutimik
: Stabil, terkendali, dangkal,
Unecht, Einfuhlung sulit
dirabarasakan.
Keadaan fungsi intelektual/kognitif
:
Taraf pendidikan
: sesuai dengan pendidikan
Daya konsentrasi
: kurang
Orientasi
Waktu

: baik
Tempat: baik
Orang
: baik
Daya ingat
: tidak ada amnesia
Keadaan sensasi dan persepsi : halusinasi (belum dapat dinilai),
Keadaan proses berfikir
: Mutisme (+), Rigiditas (+),
Fleksibilitas cerea (+)
Pengendalian impuls
: impulsivitas (-), Anxietas (+),
Reality testing ability
: Terganggu
D. Diagnosis
Aksis I

: F 20.2 Skizofrenia Katatonik

Aksis II


: Tidak ada gangguan kepribadian dan RM

Aksis III

: Tidak ada diagnosis

Aksis IV

: stressor: masalah psikososial

Aksis V

: GAF scale 80-71

E. Terapi :

- Risperidon 2x1mg
- Diazepam 2x1mg
Prognosis :

a. Quo ad vitam: bonam
b. Quo ad functionam: bonam
c. Quo ad sanationam : dubia ad bonam

3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak
belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau
“deterioriating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
perimbangan pengaruh genetiK, fisik, dan sosial budaya. Skizofrenia berasal dari
dua kata, yaitu “ Skizo “ yang artinya retak atau pecah (split), dan “ frenia “ yang
artinya jiwa. Dengan demikian seseorang yang menderita skizofrenia adalah
seseorang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian ( Hawari,
2003 ).
Pada umumnya skizofrenia ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan
karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar

(inappropriate)

atau

tumpul

(blunted).

Kesadaran

yang

jernih

(clear

consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun
kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.
Epidemiologi
Skizofrenia merupakan penyakit mental yang paling menyebabkan suatu

kemunduruan. Psikopatologi ini secara tipikal didiagnosis pada usia di antara 20
dan 25 tahun, suatu fase kehidupan di mana hampir setiap manusia memperoleh
kebebasan dari orang tua, menjalin suatu hubungan romantis yang intim,
merencanakan pencapaian-pencapaian dalam hal pendidikan, dan dimulainya
kehidupan berkarir pada seseorang. Prevalensi skizofrenia di Amerika Serikat
dilaporkan bervariasi terentang dari 1 sampai 1,5 persen dengan angka insidens 1
per 10.000 orang per tahun. Berdasarkan jenis kelamin prevalensi skizofrenia
adalah sama, perbedaannya terlihat dalam onset dan perjalanan penyakit. Onset

4

Model diatesis -stress Menurut teori ini skizofrenia timbul akibat faktor
psikososial dan lingkungan. Model ini berpendapat bahwa seseorang yang
memiliki kerentanan (diatesis) jika dikenai stresor akan lebih mudah menjadi
skizofrenia.

Faktor Biologi
Komplikasikelahiran
Bayi laki laki yang mengalami komplikasi saat dilahirkan sering mengalami
skizofrenia, hipoksia perinatal akan meningkatkan kerentanan seseorang terhadap
skizofrenia.
Infeksi
Perubahan anatomi pada susunan syaraf pusat akibat infeksi virus pernah
dilaporkan pada orang orang dengan skizofrenia. Penelitian mengatakan bahwa
terpapar infeksi virus pada trimester kedua kehamilan akan meningkatkan
seseorang menjadi skizofrenia.
HipotesisDopamin
Dopamin merupakan neurotransmiter pertama yang berkontribusi terhadap gejala
skizofrenia. Hampir semua obat antipsikotik baik tipikal maupun antipikal
menyekat reseptor dopamin D2, dengan terhalangnya transmisi sinyal di sistem

5

dopaminergik maka gejala psikotik diredakan.1° Berdasarkan pengamatan diatas
dikemukakan bahwa gejala gejala skizofrenia disebabkan oleh hiperaktivitas
sistem dopaminergik.5’7
HipotesisSerotonin
Gaddum, wooley dan show tahun 1954 mengobservasi efek lysergic acid
diethylamide (LSD) yaitu suatu zat yang bersifat campuran agonis/antagonis
reseptor 5-HT. Temyata zatini menyebabkan keadaan psikosis berat pada orang
normal. Kemungkinan serotonin berperan pada skizofrenia kembali mengemuka
karena penetitian obat antipsikotik atipikal clozapine yang temyata mempunyai
afinitas terhadap reseptor serotonin 5-HT~ lebih tinggi dibandingkan
reseptordopamin D2.57
StrukturOtak
Daerah otak yang mendapatkan banyak perhatian adalah sistem limbik dan
ganglia basalis. Otak pada pendenta skizofrenia terlihat sedikit berbeda dengan
orang normal, ventrikel teilihat melebar, penurunan massa abu abu dan beberapa
area terjadi peningkatan maupun penurunan aktifitas metabolik.
Pemenksaaninikroskopis dan jaringan otak ditemukan sedikit perubahan dalam
distnbusi sel otak yang timbul pada masa prenatal karena tidak ditemukannya sel
glia, biasa timbul pada trauma otak setelah lahir.81°
Genetika
Para ilmuwan sudah lama mengetahui bahwa skizofrenia diturunkan, 1% dari
populasi umum tetapi 10% pada masyarakat yang mempunyai hubungan derajat
pertama seperti orang tua, kakak laki laki ataupun perempuan dengan skizofrenia.
Masyarakat yang mempunyai hubungan derajat ke dua seperti paman, bibi,
kakek / nenek dan sepupu dikatakan lebih sering dibandingkan populasi umum.
Kembar identik 40% sampai 65% berpeluang menderita skizofrenia sedangkan
kembar dizigotik 12%. Anak dan kedua orang tua yang skizofrenia berpeluang
40%, satu orang tua 12%.
untuk laki laki 15 sampai 25 tahun sedangkan wanita 25-35 tahun. Prognosisnya
adalah lebih buruk pada laki laki dibandingkan wanita.

6

Beberapa penelitian menemukan bahwa 80% semua pasien skizofrenia menderita
penyakit fisik dan 50% nya tidak terdiagnosis. Bunuh diri adalah penyebab
umum kematian diantara penderita skizofrenia, 50% penderita skizofrenia pernah
mencoba

bunuh

diri

1

kali

seumur

hidupnya

dan

10%

berhasil

melakukannya. Faktor risiko bunuh diri adalah adanya gejala depresif, usia muda
dan tingkat fungsi premorbid yang tinggi.
Komorbiditas Skizofrenia dengan penyalahgunaan alkohol kira kina 30% sampai
50%, kanabis 15% sampal 25% dan kokain 5%-10%. Sebagian besar penelitian
menghubungkan hal ini sebagai suatu indikator prognosis yang buruk karena
penyalahgunaan zat menurunkan efektivitas dan kepatuhan pengobatan. Hal yang
biasa kita temukan pada penderita skizofrenia adalah adiksi nikotin, dikatakan 3
kali populasi umum (75%-90% vs 25%-30%). Penderita skizofrenia yang
merokok membutuhkan anti psikotik dosis tinggi karena rokok meningkatkan
kecepatan metabolisme obat tetapi juga menurunkan parkinsonisme. Beberapa
laporan mengatakan skizofrenia lebih banyak dijumpai pada orang orang yang
tidak menikah tetapi penelitian tidak dapat membuktikan bahwa menikah
memberikan proteksi terhadap Skizofrenia.
Skizofrenia ditemukan di dalam setiap perkumpulan dan area geografis. Meskipun
data untuk perbandingan sulit untuk didapatkan, insidens dan prevalensi rentang
hidup secara kasar sama besar di setiap tempat di seluruh dunia. Komponen gejala
positif dari gangguan ini bermanifestasi selama akhir masa remaja dan awal-awal
masa dewasa, meskipun terdapat perbedaan dari onset berkaitan dengan jenis
kelamin. Pada laki-laki, insidens dari onset gejala-gejala positif mencapai
puncaknya pada usia antara 17 sampai dengan 27 tahun, di mana pada perempuan,
puncak insidens berupa suatu proses yang panjang dengan rentang usia antara 17
sampai dengan 37 tahun. Insidens pada daerah perkotaan dan pedesaan
kemungkinan sama, namun didapatkan prevalensi skizofrenia yang lebih tinggi di
antara populasi daerah pinggiran dan dengan status sosioekonomi rendah.
Etiologi
Patofisiologi

7

Skizofrenia adalah suatu penyakit otak. Meskipun begitu, memang lebih
mudah untuk sekadar menyatakannya dibandingkan untuk menunjukkan suatu
bukti nyata adanya kelainan pada fisiologi otak. Oleh karena penyakit ini
menggambarkan adanya gangguan pada beberapa, namun tidak semua, fungsi
otak, cukup beralasan untuk berpikir bahwa adanya keterlibatan suatu area
spesifik atau sirkuit neurologik di otak dan manifestasi dari skizofrenia harus
melibatkan kelainan pemrosesan suatu informasi fisiologik; kelainan ini akan,
sebagai akibatnya, bergantung pada terganggunya aspek-aspek sitoarkitektural,
biokimia, atau elektrofisiologi dari sistem saraf.
Teori Neuroanatomi Mayor
Patofisiologi skizofrenia model sirkuit neural ini mengasumsikan bahwa
entah lesi structural atau lesi fungsional merusak integritas fungsional dari seluruh
sirkuit. Ada beberapa faktor yang sudah memberikan kontribusi bagi perubahan
dari sudut pandang. Pertama, delineasisasi dari neuroanatomi dari jaras-jaras
neurotransmitter yang berbeda telah meningkatkan perhatian terhadap bagaimana
area-area di otak saling berhubungan satu dengan yang lainnya dan bagaimana
struktur kortikal dan subkortikal mampu bekerja sama untuk saling mengatur
fungsi organ yang satunya. Sebagai contoh, ialah identifikasi dari jaras-jaras
mesolimbik dan mesokortikal yang berkontribusi bagi berkembangnya hipotesis
neuroanatomi dan mengimplikasikan korteks prefrontalis dan sistem limbik dalam
patofisiologi skizofrenia. Hipotesis korteks prefrontalis dan sistem limbik adalah
hipotesis neuroanatomi yang predominan dari skizofrenia. Ditampilkannya suatu
bukti berkurangnya volume dari alba mater prefrontalis, abnormalitas interneuron
kortikal prefrontalis, terganggunya metabolisme dan aliran darah prefrontalis,
berkurangnya

volume hipokampus

dan korteks entorhinalis, dan tidak

teroganisirnya atau migrasi abnormal dari neuron-neuron di hipokampus dan
entorhinalis memberikan dukungan yang kuat atas terlibatnya regio-regio di otak
ini dalam patofisiologi skizofrenia.

8

Teori Neurotransmitter Mayor
Informasi diproses di dalam jaringan saraf melalui penghantaran dari
signal elektrik dari sebuah sel saraf melalui aksonnya dan menyebrang sinapsis
sampai ke reseptor postsinapsis pada komponen lain sel saraf. Sel saraf secara
umum menerima, memproses, dan mengirim signal ke dan dari ribuan sel lainnya.
Penghantaran sinyal menyebrangi sinapsis-sinapsis dan pemrosesan sinyal di
dalam sel melibatkan beberapa kejadian-kejadian biokimia yang kompleks yang
memerlukan energy yang besar serta melibatkan ekspresi fen dan sintesis serta
degradasi protein. Ini merupakan sebuah fakta bahwa fungi fisiologik dari sistem
otak manapun melibatkan reaksi-reaksi kimia dari sistem tersebut dan sebuah
disfungsi dapat berasal atau berawal dari proses-proses biokimia ini. Oleh sebab
itu, kesadaran untuk mengasumsikan bahwa reaksi biokimia di dalam otak yang
memiliki peranan penting dalam rusaknya fungsi otak terlibat dalam skizofrenia.
Pergerakan dari konsep secara umum biokimia dari schizophrenia ke teori spesifik
didasarkan pada dua dasar ilmu pengetahuan. Yang pertama adalah sebuah
pemahaman yang semakin meningkat dari komunikasi intraselular dari membrane
sel ke nukleus dan materi-materi genetik sebuah sel dan komunikasi interselular
melalui berbagau sistem neurotransmitter di otak. Sumber pengetahuan yang
kedua adalah mekanisme aksi dari obat yang dapat menimbulkan tingkah laku
seperti skizofrenia (“schizophrenia-like behaviors”) atau merubah ekspresi gejala
pada pasien-pasien dengan skizofrenia. Pengetahuan kita mengenai reaksi
farmakologis dari obat-obat antipsikotik telah membawa ke hipotesis biokimia
meliputi dopamine, noradrenaline, serotonin, acetylcholine, glutamate, dan
beberapa peptida-peptida neuromodulatory serta reseptor-reseptor mereka.
Oleh karena terdapat banyak kemungkinan, adalah penting untuk mengerti
perkembangan secara umum dari sebuah hipotesis biokimia dari skizofrenia, di
mana hipotesis dopamine adalah yang paling menonjol dan bertahan hingga kini.
Dopamine dan Skizofrenia

9

Hipotesis hiperdopamine pada skizofrenia muncul dari dua observasi aksi
obat yang berhubungan dengan sistem dopaminergik. Obat-obatan yang
meningkatkan aktifitas sistem dopamine, seperti d-amphetamine, kokain,
levodopa (Larodopa), dan methylphenidate (Ritalin), dapat memancing terjadinya
psikosis paranoid yang dalam beberapa aspek memiliki kemiripan dengan
skizofrenia. Apabila obat-obat tersebut diberikan kepada pasien skizofrenia dapat
memperburuk gejala, khususnya pada area halusinasi, delusi, dan pikiran-pikiran
yang mengganggu. Sebaliknya, obat-obatan yang membagi kapasitas untuk
menghalangi

reseptor

domain

di

postsinapsis

mengurangi

gejala-gejala

skizofrenia.
Mekanisme-mekanisme lainnya, seperti blokade, telah diimplikasikan sebagai
penjelasan yang valid untuk efek-efek antipsikotik jangka panjang. Bahwa aksiaksi tersebut adalah sebenarnya perbaikan bagi gangguan patofisiologis pada
skizofrenia diajukan oleh fakta bahwa “dopamine-stimulating drugs” dapat
memperburuk gejala-gejala skizofrenik atau memancing psikosis. Rasional untuk
peran kelebihan dopamine ini, pada aspek kognitif dan gejala positif secara
khusus, adalah sangat meyakinkan.

DIAGNOSIS SKIZOFRENIA
1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a. – Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda, atau
- Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk
kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar dirinya (Withdrawal) dan
- Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau
umumnya mengetahuinya.

10

b. – Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar atau
- Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar atau
- Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya= secara jelas ,merujuk ke
pergerakan tubuh/anggota gerak atau kepikiran, tindakan atau penginderaan
khusus).
- Delusion perception = pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya , biasanya bersifat mistik dan mukjizat.

c. Halusional Auditorik ;
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap prilaku
pasien .
- Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai
suara yang
berbicara atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahi,misalnya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan
mahluk asing atau dunia lain)
Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:

11

e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja , apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan terus menerus.
f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation)
yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang tidak relevan atau
neologisme.
g. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing) atay fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
h. Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons emosional
yang menumpul tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari
pergaulan sosial dan menurunya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal
tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neureptika.
* adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal);
* Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitute), dan
penarikan diri secara sosial.
Perjalanan Gangguan Skizofrenik dapat diklasifikasi dengan menggunakan kode
lima karakter berikut: F20.X0 Berkelanjutan, F20.X1 Episodik dengan
kemunduran progresif, F20 X2 episodik dengan kemunduran stabil, F20.X3
Episode berulang , F20. X4 remisi tak sempurna, F20.X5 remisi sempurna,
F20.X8. lainnya, F20.X9. Periode pengamatan kurang dari satu tahun.
F.20.0 Skizofrenia Paranoid

12

Pedoman diagnostik
1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
2. Sebagai tambahan:
- Sebagai tambahan :
* Halusinasi dan/ waham arus menonjol;
(a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah,
atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit
(whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing).
(b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual , atau
lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang
menonjol.
(c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence) atau passivity
(delussion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka
ragam, adalah yang paling khas;
 Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata / tidak menonjol.
Diagnosa Banding :
- Epilepsi dan psikosis yang diinduksi oleh obat-obatan
- Keadaan paranoid involusional (F22.8)
- Paranoid (F22.0)
F20.1 Skizofrenia Hebefrenik
Pedoman Diagnostik

13

- Memenuhi Kriteria umum diagnosis skizofrenia
- Diagnosis hebefrenik untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia
remaja atau dewasa muda (onset biasanya 15-25 tahun).
- Kepribadian premorbid menunjukan pemalu dan senang menyendiri
(solitary), namun tidak harus demikian untuk memastikan bahwa
gambaran yang khas berikut ini
- Untuk meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama
2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang
khas berikut ini memang benar bertahan :perilaku yang tidak
bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan, serta manerisme,
ada kecenderungan untuk menyendiri (solitaris) dan perilaku
menunjukan hampa tujuan dan hampa perasaan. Afek pasien yang
dangkal (shallow) tidak wajar (inapproriate), sering disertai oleh
cekikikan (gigling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyumsenyum sendiri (self absorbed smiling) atau sikap tinggi hati (lofty
manner), tertawa menyerigai, (grimaces), manneriwme, mengibuli
secara bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondriakalI dan
ungkapan dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated
phrases), dan proses pikir yang mengalamu disorganisasi dan
pembicaraan yang tak menentu (rambling) dan inkoherens
- Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses
pikir biasanya menonjol, halusinasi dan waham biasanya ada tapi
tidak menonjol ) fleeting and fragmentaty delusion and
hallucinations, dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan
(determination) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga prilaku
tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of purpose)
Tujuan aimless tdan tampa maksud (empty of puspose). Adanya
suatu preokupasi yang dangkal, dan bersifat dibuat-buar terhadap
agama, filsafat, dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar
orang memahami jalan pikirannya.

14

F20.2 Skizofrenia Katatonik
Pedoman Diagnostik


Memenuhi kreiteria umum untuk diagnosis skizofrenia



Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran
klinisnya:
o Stupor
o Gaduh-gelisah
o Menampilkan posisi tubuh tertentu
o Negativisme
o Rigiditas
o Fleksibilitas cerea
o Gejala-gejala lain seperti (“Command Automatism”)



Pada pasien yang tidak komunkikatif dengan manifestasi perilaku dari
gangguan katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai
diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala lain. Penting untuk
diketahui bahwa gejala-gejala katatonik bukan petunjuk diagnostic untuk
skizofrenia. Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak,
gangguan metabolik, atau alkohol dan obat-obatan, serta dapat juga terjadi
pada gangguan afektif

F20.3 Skizofrenia Tak terinci (undifferentiated )
Pedoman diagnostik :

15

(1) Memenuhi kriteria umum untuk diagnosa skizofrenia
(2) Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia paranoid, hebefrenik,
katatonik.’
(3)Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi
pasca skiszofrenia
F20.4 Depresi Pasca-skizofrenia
Diagnostik harus ditegakkan kalau:


Pasien telah menderita skizofrenia 9 yang memenuhi criteria umum
skizofrenia) selama 12 bulan terakhir ini;



Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi mendominasi
gambaran klinisnya); dan



Gejala-gejala depersif menonjol dan mengganggu, memenuhi pakling
sedikit criteria untuk episode depresif (F32,-), dan telah ada dalam kurun
waktu paling sedikit 2 minggu.

Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia, diagnosis menjadi
Episode Dpresif (F32.-). Bila gejala skizofrenia masih jelas dan menonjol,
diagnosis harus tetap salah satu tipe dari subtype skizofrenia yang sesuai (F20.0F20.3)
F20.5 Skizofrenia Residual
Pedoman diagnostik:
Untuk suatu diagnostik yang menyakinkan , persyaratan berikut harus di penuhi
semua:
(a) Gejala “Negatif” dari skizofrenia yang menonjol misalnya perlambatan
psikomotorik, aktifitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan
ketidak adaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan,

16

komunikasi non verbal yang buruk, seperti ekspresi muka, kontak mata,
modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri, dan kinerja sosial yang
buruk.
(b) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau
yang memenuhi kriteria untuk diagnosa skizofrenia
(c) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan
frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat
berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom negatif dari skizofrenia
(d) Tidak terdapat dementia, atau penyakit/gangguan otak organik lainnya,
depresi kronis atau institusionla yang dapat menjelaskan disabilitas negatif
tersebut.
F20.6 Skizofrenia Simpleks
Pedoman diagnostik
- Skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena
tergantung pada pemantapan perkembangan yang berjalan berlahan
dan progresif dari: (1) gejala negatif yang khas dari skizofrenia
residual

tanpa

didahului

riwayat

halusinasi

waham,

atau

manifestasi lain dari episode psikotik. Dan (2) disertai dengan
perubahan-perubahan

perilaku

pribadi

yang

bermakna,

bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak
berbuat sesuatu tanpa tujuan hidup, dan penarikan diri secara
sosial.
- Gangguan ini kurang jelas gejala psokotiknya dibanding dengan sub
type skisofrenia lainnya.
DSM-IV mempunyai kriteria diagnosis resmi dari American Psychiatric
Association untuk skizofrenia.

17

a. Gejala karakteristik : dua (atau lebih) berikut, masing-masing ditemukan
untuk bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang
jika diobati dengan berhasil):
1. Waham
2. Halusinasi
3. Bicara terdisorganisasi (misalnya, sering menyimpang atau inkoheren)
4. Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas
5. Gejala negatif, yaitu pendataran afektif, alogia, atau tidak ada kemauan
(avolition)
Catatan : hanya satu gejala kriteria A yang diperlukan jika waham
adalah kacau atau halusinasi terdiri dari suara yang terus menerus
mengomentari perilaku atau pikiran pasien, atau dua atau lebih suara
yang saling bercakap satu sama lainya.
b. Disfungsi sosial/pekerjaan : untuk bagian waktu yang bermakna sejak
onset gangguan, satu atau lebih fungsi utama, seperti pekerjaan, hubungan
interpersonal, atau perawatan diri, adalah jelas dibawah tingkat yang
dicapai sebelum onset (atau jika onset pada masa anak-anak atau remaja,
kegagalan untuk mencapai tingkat pencapaian interpersonal, akademik,
atau pekerjaan yang diharapkan).
c. Durasi : tanda gangguan terus menerus menetap selama sekurangnya 6
bulan. Periode 6 bulan ini harus termasuk sekurangnya 1 bulan gejala (atau
kurang jika dobati dengan berhasil) yang memenuhi kriteria A (yaitu,
gejala fase aktif) dan mungkin termasuk periode gejala prodormal atau
residual. Selama periode prodormal atau residual, tanda gangguan
mungkin dimanifestasikan hanya oleh gejala negatif atau dua atau lebih
gejala yang ditulikan dalam kriteria A dalam bentuk yang diperlemah
(misalnya, keyakinan yang aneh, pengalaman persepsi yang tidak lazim)
d. Penyingkiran gangguan skizoafektif dan gangguan mood : gangguan
skizoafektif dan gangguan mood dengan ciri psikotik telah disingkirkan
karena : (1) tidak ada episode depresif berat, manik, atau campuran yang
telah terjadi bersama-sama dengan gejala fase aktif, atau (2) jika episode
mood telah terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya adalah relatif
singkat dibandingkan durasi periode aktif dan residual.

18

e. Penyingkiran zat/kondisi medis umum : gangguan tidak disebabkan oleh
efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang
disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum.
f. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif: jika terdapat riwayat
adanya gangguan austistik atau gangguan perkembangan pervasif lainya,
diagnosis tambahan skizofrenia dibuat hanya jika waham atau halusinasi
yang menonjol juga ditemukan untuk sekurangnya satu bulan (atau kurang
jika diobati secara berhasil),
Klasifikasi perjalanan penyakit longitudinal (dapat diterapkan hanya
setelah sekurangnya 1 tahun lewat sejak onset awal gejala fase aktif):
- Episodik dengan gejala residual interepisode
- Episodik tanpa gejala residual interepisodik
- Episodik tunggal dengan remisi parsial
- Episodik tunggal dengan remesi penuh
- Pola lain atau tidak ditentukan
Kriteria diagnostik untuk subtipe skizofrenia
a. Tipe paranoid
Suatu tipe skizofrenia di mana kriteria berikut ini terpenuhi:
1. Preokupasi dengan satau atau lebih waham atau halusinasi dengar yang
menonjol
2. Tidak ada dari berikut yang menonjol : bicara terdisorganisasi, perilaku
terdisorganisasi atau katatonik, atau afek yang datar atau tidak sesuai.
b. Tipe terdisorganisasi
Suatu tipe skizofrenia dimana kriteria berikut ini terpenuhi :
1. Semua yang berikut ini adalah menonjol : bicara terdisorganisasi,
perilaku terdisorganisasi, afek datar atau tidak sesuai
2. Tidak terpenuhi kriteria untuk tipe katatonik
c. Tipe katatonik
Suatu tipe skizofrenia dimana gambaran klinis didominasi oleh
sekurangnya dua berikut ini :
1. Imobilitas motorik seperti yang ditunjukan oleh katalepsi (termasuk
fleksibilitas lilin) atau stupor
2. Aktifitas motorik yang berlebihan (yang tamp aknya tidak bertujuan
dan tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal)

19

3. Negativisme yang ekstrim (suatu resistensi yang tampaknya tanpa
motivasi terhadap semua intruksi atau mempertahankan postur yang
kaku menentang semua usaha untuk digerakkan) atau mutisme
4. Gerakan volunter yang aneh seperti yang ditunjukkan oleh posturing
(mengambil postur yang tidak lazim atau aneh secara disengaja),
gerakan stereotipik, manerisme yang menonjol, atau seringgai yang
menonjol
5. Ekolalia atau ekopraksia
d. Tipe tidak tergolongkan
Suatu tipe skizofrenia di mana ditemukan gejala yang memenuhi kriteria
A, tetapi tidak memenuhi kriteria untuk tipe paranoid, terdisorganisasi,
atau katatonik
e. Tipe residual
Suatu tipe skizofrenia di mana kriteria berikut ini terpenuhi:
1. Tidak adanya waham, halusinasi, bicara terdisorganisasi, dan perilaku
katatonik terdisorganisasi atau katatonik yang menonjol
2. Terdapat terus bukti-bukti gangguan,seperti yang ditunjukkan oleh
adanya gejala negatif atau dua atau lebih gejala yang tertulis dalam
kriteria A untuk skizofrenia, ditemukan dalam bentuk yang lebih lemah
(misalnya, keyakinan yang aneh, pengalaman persepsi yang tidak
lazim).

Prognosis
Beberapa penelitian telah menemukan bahwa lebih dari periode 5 sampai 10 tahun
setelah perawatan psikiatrikpertama sekali dirumah sakit karena skizofrenia,
hanya kira-kira 10 sampai 20 % pasien dapat digambarkan memiliki hasil yang
lebih baik. Lebih dari 50% pasien dapat digambarkan memiliki hasil yang buruk,
dengan perawatan rumah sakit yang berulang, eksaserbasi gejala, episode
gangguan mood berat, dan usaha bunuh diri. Rentang angka pemulihan yang
dilaporkan dalam literature adalah dari 10 sampai 60 %, dan perkiraan yang
beralasan adalah bahwa 20-30% dari semua pasien skizofrenik mampu untuk
menjalani kehidupan yang agak normal. Kira-kira 20-30% dari pasien terus

20

mengalami gejala yang sedang, dan 40-60% dari pasien terus terganggu secara
bermakna oleh gangguannya selama seluruh hidupnya.
Terapi
1. PERAWATAN DI RUMAH SAKIT
Indikasi : tujuan diagnostik, menstabilkan medikasi, keamanan pasien
karena gagasan bunuh diri atau membunuh, dan perilaku yang sangat
kacau atau tidak sesuai, termasuk ketidakmampuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar (makanan, pakaian, dan tempat berlindung)
Dengan perawatan di rumah sakit dapat menurunkan stress pasien dan
membantu mereka menyusun aktivitas mereka. Rencana pengobatan
dirumah sakit memiliki orientasi praktis kea rah masalah kehidupan,
perawatn diri sendiri, kualitas hidup, pekerjaan, dan hubuangan social.
2. TERAPI SOMATIK
a. Antipsikotik
- Antagonis reseptor dopamine adalah obat antipsikotik yang klasik
dan efektif dalam pengobatan skizofrenia. 25% dapat kembali
dengan fungsi mental yang agak normal, namun kerugiannya,
dapat menyebabkan akatisia, dan gejala mirip parkinsonisme
berupa rigiditas dan tremor. Efek lainnya yaitu tardive dyskinesia
-

dan sindroma neuroleptik malignan.
Remoxipride merupakan antipsikotik yang efektif dengan efek
samping neurologis yang kurang bermakna dibandingkan dengan

-

antagonis reseptor dopamine.
Resperidone adalah sutau obat antipsikotik dengan aktivitas
antagonis yang bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2)

-

dan pada reseptor dopamine tipe 2 (D2)
Clozapine merupakan antipsikotik yang efektif, mekanisme
kerjanya merupakan suatu antagonis lemah terhadap reseptor D2
dan merupakan antagonis yang kuat terhadap reseptor D4 serta
mempunyai aktivitas antagonistic serotonergik. Efek sampingnya
yaitu terjadinya agranulositosis, sehingga harus dimonitoring
indeks darahnya.

21

b. Obat lain ( digunakan jika sekurangnya satu antagonis reseptor
dopaminergik semuanya tidak berhasil, sehingga harus digunakan
terapi kombinasi)
- Lithium
- Antikonvulsan (Carbamazepine dan valproate)
- Benzodiazepin
c. Terapi Somatik Lainnya
Terapi elektro konvulsan dapat diindikasikan pada pasien katatonik
dan bagi pasien yang karena suatu alasan tidak dapt menggunakan
antipsikotik, dimana Pasien diberi obat bius ringan dan kemudian
disuntik dengan penenang otot. Aliran listrik yang sangat lemah
dialirkan ke otak melalui kedua pelipis atau pada pelipis yang
mengandung belahan otak yang tidak dominan. Hanya aliran ringan
yang dibutuhkan untuk menghasilkan serangan otak yang diberikan,
karena serangan itu sendiri yang bersifat terapis, bukan aliran
listriknya. Penenang otot mencegah terjadinya kekejangan otot tubuh
dan kemungkinan luka. Pasien bangun beberapa menit dan tidak ingat
apa-apa tentang pengobatan yang dilakukan. Kerancuan pikiran dan
hilang ingatan tidak terjadi.
3. TERAPI PSIKOSOSIAL
a. Terapi Perilaku
Merupakan rencana pengobatan dimana mengguanakn suatu teknik
perilaku

dengan

menggunakan

hadiah

ekonomi

dan

latihan

keterampilan soial, untuk meningkatkan kemampuan social ,
kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi
interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian atau
hadiah yang dapat ditebus untuk hal yang diharapkan, dengan
demikian, frekuensi maladaptive dapat diturunkan.
b. Terapi Berorientasi Keluarga
Merupakan terapi yang dapat diarahkan kepada berbagai macam
penerapan strategi menurunkan stres dan mengatasi masalah dan
pelibatan kembali pasien ke dalam aktivitas.
c. Terapi Kelompok
Terapi ini lebih memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan
dalam kehidupan nyata. Terapi ini efektif dalam menurunkan isolasi

22

social, meningkatkan rasa persatuan dan meningkatkan tes realitas bagi
pasien dengan skizofrenia.
d. Psikoterapi Individual
Suatu konsep penting dalam psikoterapi bagi pasien skizofrenia adalah
perkembangan suatu hubungan terapetik yang dialami pasien. Hal ini
dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara
ahli terapi dan pasien, dan keihklasan ahli terapi seperti yang
diintrepetasikan oleh pasien.

23