MARASUK: SUATU KONSEP PELARASAN GAMALAN BANJAR DI KALIMANTAN SELATAN - Institutional Repository ISI Surakarta

  

MARASUK: SUATU KONSEP PELARASAN GAMALAN BANJAR

DI KALIMANTAN SELATAN

TESIS

  Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana S2 Program Studi Penciptaan dan Pengkajian Seni

  Minat studi Pengkajian Musik Nusantara Diajukan Oleh

  Novyandi Saputra

  15211107

  

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA

  

INSTITUT SENI INDONESIA (ISI)

SURAKARTA

2017

  INTISARI Gamalan Banjar merupakan salah satu musik tradisional

  yang ada di Kalimantan Selatan. Gamalan Banjar terdiri dari dua versi yaitu gamalan Banjar versi keraton dan gamalan Banjar versi rakyatan. Pada penelitian ini gamalan Banjar yang menjadi objek material adalah gamalan Banjar rakyatan yang kemudian hanya disebut gamalan Banjar. Laras pada gamalan Banjar berbeda dengan gamelan-gamelan yang ada di Jawa, Sunda, Bali, dan Palembang. Perbedaan ini terjadi pada setiap daerah budaya. Satu siklus nada pada gamalan Banjar memiliki lima nada yaitu Babun,

  

tangah, lima, anam, dan sanga. Pada siklus yang lebih rendah nada

sanga disebut tangu dan anam disebut anam bawah. Marasuk

  dalam konteks pelarasan gamalan Banjar adalah suatu upaya membentuk tinggi rendahnya nada dengan cara ditempa. Karena didasari oleh pitch suara pemesan menyebabkan gamalan Banjar yang ada sekarang ini memiliki frekuensi nada berbeda-beda pada setiap pajakan-nya. Perbedaan tinggi rendah nada tersebut menjadi suatu fenomena musikal yang hadir dan dapat dirasakan oleh masyarakat di Kalimantan Selatan. Meskipun berbeda namun mereka masih menganggap gamalan-gamalan tersebut enak dan sesuai dengan rasa musikal budayanya. marasuk adalah sebuah proses membentuk sistem nada gamalan Banjar yang berdasarkan pada suara dalang atau pemesan untuk nada awalan nada 6. Selain suara, pelaras juga memiliki pengetahuan dalam menentukan ukuran nada dan menentukan tumbang nada yang berdasar pada susunan nada-nada yang selesai dirasuk hingga mencapai caruk.

  

gamalan Banjar yang caruk adalah gamalan yang memiliki sistem

  nada dengan pola tumbang jauh-parak-sadang-sadang-sadang-jauh dan pada siklus satu dan siklus duanya digoyang naik. Secara kuat akhirnya dapat dikatakan bahwa pembentuk sistem laras salindru Banjar pada gamalan Banjar adalah pola tumbang.

  Kata kunci: Gamalan Banjar, marasuk, sistem nada, caruk

  

Abstract

Banjarese gamalan is a type of traditional music from the province of

South Kalimantan. It is a combination of keraton-nuanced Gamelan

(the music of royal palaces) and the localized, folk varieties of

Banjarese gamalan themselves. The focus of this study will be

Banjarese gamalan, herein called just Banjar gamalan. Its tuning

varies greatly from the gamelan of Jawa, Sunda, Bali, and

Palembang, and these differences happen in specific areas, and arise

from specific cultures. A single interval, in Banjar gamalan, consists

of five notes: babun, tangah, lima, anam, and sanga. Taken one cycle

higher, sanga is called tangu and anam is called anam bawah.

  

Finally, there is marasuk that, in the context of the pitch of Banjar

gamalan, refers to the style of creating a high-pitched note using an

instrumental hammer. As it often accompanies a vocalist, Banjar

gamalan has to attempt new frequencies that are hard for these

instruments to attain. The differences between the high-pitch notes

aforementioned are seen as a musical phenomenon, experienced and

taken into the hearts of the people of South Kalimantan. Though the

styles are so varied, the people still consider these varieties under the

Banjarese gamalan umbrella; they are viewed as tasteful and

harmonious with the regional sense of a cultural-musical identity.

Marasuk is also the technique of arriving at a range of notes, for

Banjarese gamalan, based entirely on the pitch of the vocalist or

shadow puppeteer as sung at the start of the performance, to be

assigned as the anam note. A gamalan performer also knows how to

determine the lengths of the notes, and to determine the fall of notes,

as organized starting from rasuk, up until caruk. Banjarese gamalan,

of the caruk variety, employs the following pattern: jauh-parak-

sadang-sadang-sadang-jauh, and in the first and second cycles it

rises waveringly. In an indefinite way it can finally be said that the

evolution of the tuning system, known as salindru, in Banjarese

gamalan, took place because of the intervals of notes, or the way the

notes were placed in succession, one after another.

  Keywords: Banjarese gamalan, marasuk, tuning system, caruk

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat dan atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis yang berbentuk tesis ini sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.

  Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya yang selalu eksis membantu perjuangan beliau dalam menegakkan Dinullah di muka bumi ini.

  Penyusunan tesis ini adalah merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister pada Pascasarjana Institut Seni Indonesia Surakarta. Dalam penelitian tesis ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil.

  Oleh karena itu peneliti ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tiada hingganya kepada :

  1. Bapak Dr. Guntur, M.Hum selaku Rektor ISI Surakarta beserta staf jajaranya.

  2. Bapak Dr. Bambang Sunarto, S.Sen, M.Sn, selaku Direktur Pascasarjana ISI Surakarta sekaligus ketua penguji, beserta para dosen dan seluruh karyawan/ staf pegawai Pascasarjana

  ISI Surakarta atas bantuan yang diberikan selama peneliti mengikuti studi.

  3. Bapak Prof. Dr. Sri Hastanto, S.kar selaku pembimbing yang telah banyak mamberikan bimbingan, nasehat dan arahan kepada peneliti.

  4. Dr. Aton Rustandi Mulyana, M.Sn, selaku penguji utama yang banyak memberikan arahan dan masukan yang bermanfaat untuk tesis ini.

  5. Dalang Busera Zuddin, Dalang Rahmadi (Sanggar Taruna Jaya), Dalang Dimansyah (Sanggar Asam Marimbun), Dalang Taufik Rahman (Sanggar Anak Pandawa), Sunarno, Amay, Lupi anderiani (Sanggar Ading Bastari) yang telah bersedia menjadi narasumber dan memberikan keleluasaan terhadap peneliti pada saat melakuka penelitian.

  6. Secara khusus peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda yang peneliti banggakan dan Ibundaku tercinta serta Kakak-kakaku yang telah banyak memberikan dukungan dan pengorbanan baik secara moril maupun materil sehingga peneliti dapat menyelesaikan studi dengan baik. Terkhusus lagi istri saya Mayania kekasihku yang telah membantu secara moril dan materil atas terselesaikannya tesis ini.

  7. Bapak Dr. Zulkarnain Mistortofy, M.Sn, Dr. Slamet, M.hum Bapak Taufiqurahman Saleh Gombloh, yang telah banyak memberikan masukan dan kritik terhadap proses penyelesaian Tesis.

  8. Muhammad Subhan, Bayu Raditya, I Komang Adi, Dani Yanwar, Dennis Setiaji, dan Joni Suranto para saudara kawan seperjuangan kajian musik 2015 Pascasarjan ISI Surakarta yang selalu siap sedia membantu peneliti.

  9. Haekal Ridho affandi, Yudi Leo, Fantri Pribadi, Galuh Tulus Utama, Taslim Saputra, Muhajir, Uud Iswahyudi yang selalu meluangkan waktu untuk bertukar fikiran dalam proses penyelesaian tesis ini.

  10. Seluruh staff administrasi Pascasarjana ISI Surakarta mas Kirun, mas Bayu, Mas Johan, dan Mba wulan yang selalu memberikan pelayanan terbaiknya untuk saya selama menempuh studi di Pascasarjana ISI Surakarta.

  11. Irwan, Rahmatullah, Rudiansyah, Noza Kurniawan, R Dew Safitri, Muhammad Asnan, Mahmuddin, Ahmad Sujali, Sanggar Anak Pandawa yang telah membantu peneliti di lapangan baik bantuan tenaga, peralatan, dan fikiran.

  12. Ucapan terima kasih peneliti kepada semua sahabat yang telah banyak memberikan bantuan, dorongan serta motivasi sehingga tesis ini dapat terselesasikan. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, maka saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya.

  Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan dan semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi peneliti dan para pembaca pada umumnya, semoga Allah SWT meridhoi dan dicatat sebagai ibadah disisi-Nya, amin.

  Surakarta, 7 November 2017 Novyandi Saputra

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

  …………………………………………………… i

  HALAMAN PERSETUJUAN

  …………………...………………….. ii

  HALAMAN PENGESAHAN .................................................. iii HALAMAN PERNYATAAN

  …………………………….…………… iv

  INTISARI

  ………………………………………………………………. v

  ABSTRACT

  ……………………………………………………………. vi

  KATA PENGANTAR ............................................................. vii DAFTAR ISI ........................................................................ xi DAFTAR GAMBAR .............................................................. xiii DAFTAR TABEL .................................................................. xvi DAFTAR SKEMA

  ……………..……………………………………… xx

  BAB I PENDAHULUAN.......................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................ 1 B. Rumusan Masalah....................................................... 7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................... 7 D. Tinjauan Pustaka ....................................................... 8 E. Kerangka Konseptual ................................................. 18 F. Metode Penelitian ....................................................... 24 G. Sistematika Penulisan ................................................ 43 BAB II GAMALAN BANJAR .................................................. 44 BAB III PROSES MARASUK DAN DATA-DATA POLA TUMBANG YANG DIANGGAP CARUK DALAM BUDAYA GAMALAN BANJAR............................................... 73 A. Proses Marasuk pada Gamalan Banjar......................... 73 B. Sarun Halus dan Sarun Ganal Sebagai Instrumen Larasan Utama ........................................................... 85 C. Proses Identifikasi Frekuensi Nada dan Pola Tumbang Pada Gamalan Banjar

  ………………………………………… 89

  BAB IV CARUK SEBAGAI KARAKTERISTIK MUSIKAL PADA PELARASAN GAMALAN BANJAR ............................. 94 A. Observasi Pembentuk Salindru Banjar ........................ 95 BAB V PENUTUP ................................................................ 110 A. Kesimpulan ............................................................... 110 B. Saran ........................................................................ 112 DAFTAR PUSTAKA ............................................................ 114 WEBTOGRAFI .................................................................... 116 DAFTAR NARASUMBER .................................................... 117 GLOSARIUM ...................................................................... 118 LAMPIRAN METODE PENGUKURAN................................... 128 A. Tata Cara Pengukuran Frekuensi Nada, Tumbang Nada dan Pergeseran Nada ......................................... 128 B. Data Pengukuran Frekuensi Nada .............................. 137

  DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Sajian tabuhan gamalan Banjar di Sanggar Anak

  Pandawa 44 ……………………………………………………………………….

  Gambar 2. Gamalan Banjar Simangu Kacil pada masa keraton

  Nagara Daha 47 ...........................................................…………........

  Gambar 3. Gamalan Banjar Sanggar Anak Pandawa di Desa

  Panggung, Barikin

  47 ……...…………………………………………………… Gambar 4. Sarun halus gamalan Banjar Sanggar Anak Pandawa ..

  48 Gambar 5. Posisi panggamalanan pambawa dan panggamalanan

  paningkah pada sarun halus

  48 ………………………………………………

  Gambar 6. Sarun ganal gamalan Banjar Sanggar

  Anak Pandawa… 51

  Gambar 7. Posisi panggamalanan pambawa dan panggamalanan paningkah pada sarun ganal

  51 …………………………………………......

  Gambar 8. Babun pada gamalan Banjar Sanggar Anak Pandawa

  … 53 Gambar 9. Posisi panggamalanan dalam menabuh babun.

  Rumpiang selalu ditabuh dengan tangan yang paling kuat antara

  54 kedua tangan………………………………………………………………....

  Gambar 10. Agung halus dan agung ganal yang digantung pada talawah pada gamalan Banjar Sanggar Anak

  55 Pandawa…………….

  Gambar 11. Agung halus pada gamalan Banjar Sanggar Anak

  Pandawa

  56 …………………………………………………………………………

  Gambar 12. Agung ganal pada gamalan Banjar Sanggar Anak

  Pandawa

  56 …………………………………………………………………………

  Gambar 13. Posisi panggamalan yang bertugas menabuh agung halus dan agung ganal

  57 ………………………………………………………

  Gambar 14. Kanung lima pada gamalan Banjar Sanggar Anak

  59 Pandawa…………………………………………………………………….....

  Gambar 15. Posisi panggamalan dalam menabuh kanung lima

  60 ……………………………………………………………………………...

  Gambar 16. Kanung ampat pada gamalan Banjar Sanggar Anak

  Pandawa……………………………………………………………………..... 62

  Gambar 17. Posisi panggamalanan dalam menabuh kanung ampat

  62 …………………………………………………………………………...

  Gambar 18. Sarun paking pada gamalan Banjar Sanggar Anak

  Pandawa……………………………………………………………………..... 64

  Gambar 19. Posisi panggamalanan dalam menabuh sarun paking

  ………………………………………………………………………..... 65

  Gambar 20. Dawu pada gamalan Banjar Sanggar Anak

  Pandawa 67 ……………………………………………………………………………...

  Gambar 21. Posisi panggamalanan dalam menabuh dawu

  ………. 67

  Gambar 22. Kangsi pada gamalan Banjar Sanggar Anak

  70 Pandawa………………………………………………………………………..

  Gambar 23. Posisi panggamalanan dalam menabuh kangsi

  ……... 70

  Gambar 24. Besi per bahan utama pelarasan sarun halus dan sarun ganal

  75 ……………………………………………………………..........

  Gambar 25. Besi plat bahan utama yang digunakan untuk membuat kanung ampat, kanung lima, dan dawu …………………….

  75 Gambar 26. Besi drum yang digunakan sebagai bahan utama pelarasan agung halus dan agung ganal ……………....................... 76

  Gambar 27. Landasan yang digunakan pandai untuk memotong

  dan membentuk (kulung dan lampar) besi gamalan

  78 Banjar………………………………………………………………………….

  Gambar 28. Peralatan yang digunakan untuk marasuk gamalan

  Banjar seperti landasan dari kayu, palu, bitil cumpul dan bitil

  landap

  79 ………………………………………………………………………….

  Gambar 29. Proses menurunkan nada sarun halus oleh Taufik

  Rahman 82 ………………………………………………………………………..

  Gambar 30. Proses meninggikan nada sarun halus oleh Taufik

  Rahman ……………………………………………………………………..... 82

  Gambar 31. Proses pengukuran frekuensi nada sarun halus dan sarun ganal di Sanggar

  Taruna Jaya (Dalang Rahmadi)………….... 130

  Gambar 32. Aplikasi True-RTA yang digunakan pada proses

  mencek data-data ukuran nada yang didapatkan dari hasil pengukuran gamalan Banjar……………………………….................. 131

  Gambar 33

  .Tampilan awal pada website Sengpielaudio.com……… 132

  Gambar 34. Tampilan awal dan kemudian pilih dan klik audio Conversions Calculations Online pada bagian kanan layar

  132 website………………………………………………………………………….

  Gambar 35. Masuk pada bagian dua kemudian pilih dan klik

  133 ……………………………………………………………….

  Gambar 36. Tampilan setelah Setalah muncul kemudian scrool

  133 ke bawah……………………………………………………………………….

  Gambar 37. Tampilan website untuk mengukur interval nada

  yang digunakan sebagai media ukur tumbang dalam penelitian 134 ini……………………………………………………………………………….. .

  Gambar 38. Tampilan layar adobe audition CC 2015 yang peneliti

  gunakan dalam upaya pengecekan ulang nada-nada sarun halus dan sarun ganal untuk melihat kembali frekuensi nada-nada 135 tersebut………………………………………………………………………...

  Gambar 39. Tampilan aplikasi pada handphone android G-String sebagai aplikasi pengukuran frekuensi-frekuensi nada-

  nada pada gamalan Banjar………………………………….................. 136

  DAFTAR TABEL Tabel 1. Gambaran dua macam pola urutan pelarasan yang dilakukan pelaras …………………………………………………………………

  21 Tabel 2. Ukuran Frekuensi nada dan tumbang nada Sarun halus

  gamalan Banjar Sanggar

  50 Anak Pandawa………………………………

  Tabel 3. Ukuran Frekuensi nada dan tumbang nada Sarun ganal gamalan Banjar Sanggar

  52 Anak Pandawa……………………………..

  Tabel 4. Ukuran frekuensi nada agung halus dan agung ganalpada gamalan Banjar Sanggar Anak Pandawa

  58 ………………..

  Tabel 5. Ukuran frekuensi nada dan tumbang nada kanung lima

  pada gamalan Banjar Sanggar

  61 Anak Pandawa………………………

  Tabel 6. Ukuran frekuensi nada dan tumbang nada kanung ampat pada gamalan Banjar Sanggar

  63 Anak Pandawa……………..

  Tabel 7.Ukuran frekuensi nada dan tumbang nada sarun paking

  pada gamalan Banjar Sanggar

  66 Anak Pandawa……………………….

  Tabel 8. Ukuran frekuensi nada dan tumbang nada dawu siklus

  rendah pada gamalan Banjar Sanggar

  69 Anak Pandawa…………….

  Tabel 9. Ukuran frekuensi nada dan tumbang nada dawu siklus

  tinggi pada gamalan Banjar Sanggar

  69 Anak Pandawa………………

  Tabel 10. Frekuensi nada dan tumbang nada Sarun halus gamalan Banjar Sanggar

  90 Asam Marimbun…………………………..

  Tabel 11. Frekuensi nada dan tumbang nada Sarun ganal gamalan Banjar Sanggar

  90 Asam Marimbun…………………………..

  Tabel 12. Frekuensi nada dan tumbang nada Sarun halus gamalan Banjar Sanggar

  91 Taruna Jaya………………………………

  Tabel 13. Frekuensi nada dan tumbang nada Sarun ganal gamalan Banjar Sanggar

  91 Taruna Jaya……………………………….

  Tabel 14. Frekuensi nada dan tumbang nada Sarun halus gamalan Banjar Sanggar

  91 Anak Pandawa……………………………

  Tabel 15. Frekuensi nada dan tumbang nada Sarun ganal gamalan Banjar Sanggar Anak Pandawa

  91 ……………………………

  Tabel 16. Frekuensi nada dan tumbang nada Sarun halus gamalan Banjar Dalang Busera Zuddin

  92 ……………………………..

  Tabel 17. Frekuensi nada dan tumbang nada Sarun ganal gamalan Banjar Dalang Busera Zuddin

  92 ……………………………..

  Tabel 18. Tabel jenis jangkah menurut Hastanto pada buku

  Kehidupan Laras Slendro di Nusantara

  96 ……………………………..

  Tabel 19. Hasil konfirmasi Dalang Dimansyah atas tumbang

  nada pada sarun halus gamalan 97 yang dimilikinya………………..

  Tabel 20. Hasil konfirmasi Dalang Dimansyah atas tumbang

  nada pada sarun ganal gamalan

  98 yang dimilikinya……………….

  Tabel 21. Hasil konfirmasi Dalang Rahmadi atas tumbang nada

  pada sarun halus gamalan 98 yang dimilikinya……………………….

  Tabel 22. Hasil konfirmasi Dalang Rahmadi atas tumbang nada

  pada sarun ganal gamalan 99 yang dimilikinya………………………..

  Tabel 23. Hasil konfirmasi Taufik rahman atas tumbang nada

  pada sarun halus gamalan Sanggar

  99 Anak Pandawa……………….

  Tabel 24. Hasil konfirmasi Taufik rahman atas tumbang nada

  pada sarun ganal gamalan Sanggar 100 Anak Pandawa……………….

  Tabel 25. Hasil konfirmasi Sunarno atas tumbang nada pada sarun halus gamalan

  100 Dalang Busera Zuddin………………………

  Tabel 26. Hasil konfirmasi Sunarno atas tumbang nada pada sarun ganal gamalan

  101 Dalang Busera Zuddin……………………….

  Tabel 27. Jenis tumbang pada gamalan Banjar. Hijau=dekat,

  102 kuning=sedang, dan merah=jauh…………………………………….

  Tabel 28. Pola-pola tumbang pada sarun halus pada masing-

  masing gamalan 102 yang menjadi objek penelitian……………………

  Tabel 29. Pola-pola tumbang pada sarun ganal pada masing-

  masing gamalan 102 yang menjadi objek penelitian……………………

  Tabel 30. Data frekuensi dan jangkah nada gender barung

  gamelan Pendopo ISI Surakarta (gamelan terkemuka di 103

  Surakarta kota)……………………………………………………………

  Tabel 31. Data Frekuensi dan jangkah nada Penerus gamelan

  Asep Sunarya Sunandar (gamelan terkemuka di daerah 103 Pasundan)………………………………………………………………….

  Tabel 32. Data frekuensi dan jangkah nada gamelan Rindik

  

I Gusti Nyoman Susila (gamelan terkemuka daerah Bali) 104

……….

  Tabel 33. Data Frekuensi dan jangkah nada instrumen gambang

  gamelan Palembang (Gamelan terkemuka di daerah budaya 104 Palembang…………………………………………………………………..

  

Tabel 34. Frekuensi nada dan tumbang nada Sarun halus 104

gamalan Banjar Sanggar Anak Pandawa yang dilakukan Peneliti. Tabel 35. Ukuran pergeseran naik dari siklus dua ke siklus

  tiga 108 …………………………………………………………………………..

  Tabel 36. Hasil pengukuran frekuensi sarun halus gamalan

  Banjar Sanggar 108 Asam Marimbun (Dalang Dimansyah)…………..

  Tabel 37. Hasil pengukuran frekuensi sarun ganal gamalan

  Banjar Sanggar Asam Marimbun (Dalang Dimansyah) 137 …………..

  Tabel 38. Hasil pengukuran frekuensi sarun halus gamalan

  Banjar Sanggar Taruna Jaya (Dalang Rahmadi) 138 …………………..

  Tabel 39. Hasil pengukuran frekuensi sarun ganal gamalan

  138 Banjar Sanggar Taruna Jaya (Dalang Rahmadi) …………………..

  Tabel 40. Hasil pengukuran frekuensi sarun halus gamalan

  Banjar Sa 138 nggar Anak Pandawa

  ………………………………………..

  Tabel 41. Hasil pengukuran frekuensi sarun ganal gamalan

  Banjar Sanggar Anak Pandawa 139 ………………………………………..

  Tabel 42. Hasil pengukuran frekuensi sarun halus gamalan

  139 Banjar Dalang Busera Zuddin…………………………………………

  Tabel 43. Hasil pengukuran frekuensi sarun ganal gamalan

  Banjar Dalang Busera Zuddin 139

  …………………………………………

  

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Pembagian siklus dalam sapajak gamalan Banjar

  ……… 19

  Skema 2. Gambar bilahan sarun halus pada gamalan Banjar

  ……. 21

  Skema 3. Teba nada sarun halus pada gamalan Banjar

  …………… 50

  Skema 4. Teba nada sarun ganal pada gamalan Banjar

  …………… 53

  Skema 5. Nada agung halus dan agung ganal pada gamalan

  59 Banjar ……………………………………………………………………………

  Skema 6. Teba nada kanung lima pada gamalan Banjar

  …………… 61

  Skema 7 . Teba nada kanung ampat pada gamalan Banjar

  …........ 64

  Skema 8. Teba nada sarun paking pada gamalan Banjar

  ………….. 66

  Skema 9. Teba nada dawu pada gamalan Banjar

  ………………....... 69

  Skema 10. Nada kangsi pada gamalan Banjar. Pada dasarnya

  Kangsi tidak bernada, namun kedekatan bunyi berada pada teba nada tersebut karena bilah yang dijadikan kangsi pada kebiasaannya adalah antara nada 6 atau 9

  ……………………………. 71

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pelarasan (tuning system) sangat beragam di Indonesia. Pada masing-masing kebudayaan di Indonesia seperti

  di Jawa, Bali, Sunda, dan termasuk di Banjar (Kalimantan Selatan) memiliki sistem pelarasan yang berbeda-beda. Sistem pelarasan mampu menjadi sebuah penanda identitas musikal bagi sebuah kebudayaan. Sebagai contoh ketika kita mendengar gamelan Bali dan gamelan Jawa kita bisa membedakan antara keduanya dari bunyi yang dihasilkan sebagai wujud karakteristik budaya masing- masing.

  1 Persoalan ini juga terjadi dengan gamalan Banjar di

  Kalimantan Selatan. Secara bentuk gamalan Banjar dengan gamelan-gamelan yang ada di Indonesia lainnya hampir memiliki kesamaan fisik namun secara bunyi yang dihasilkan dari sebuah

1 Peristilahan gamelan yang secara khusus berada dan digunakan

  

di Jawa serta secara umum sudah mendunia kemudian berubah

penyebutannya menjadi gamalan oleh masyarakat Banjar. Hal ini karena

dialek masyarakat Banjar yang tidak mengenal huruf vokal e dan o. Hal

ini juga berlaku pada kata-kata lain seperti slendro= salindru , atau sistem nada, gamalan Banjar memiliki perbedaan rasa musikal dengan daerah lainnya.

  Proses pelarasan pada budaya Banjar disebut dengan

  

marasuk. Marasuk adalah proses untuk menentukan tinggi rendah

  nada gamalan Banjar menurut budaya Banjar. Nada tersebut diambil dari suara dalang atau suara pemesan. Pelaras biasanya

  2

  meminta dalang atau pemesan manambang untuk mengambil satu nada saja yaitu nada yang paling tinggi yang bisa dicapai suara dalang atau pemesan saat manambang tersebut. Nada tersebut kemudian akan dirasuk pada salah satu bilah gamalan Banjar dengan instrumen yang dipilih adalah sarun halus. Sarun

  

halus adalah instrumen utama pada gamalan Banjar yang menjadi

  patokan instrumen lainnya. Sarun halus juga menjadi instrumen yang menjadi patokan utama dalang dalam menentukan nada pada saat manambang.

  Pada proses marasuk setelah mendapatkan nada pertama, maka akan dilanjutkan dengan marasuk nada kedua yang lebih tinggi dari nada pertama. Setelah itu kemudian dilanjutkan dengan

  

marasuk dua nada yang sama dengan nada pertama dan nada

2 Manambang adalah sebuah perlakuan vokal berupa pantun yang

  

ada dalam kesenian wayang kulit purwa Banjar. Dalam budaya Jawa

  

3

  kedua namun berada pada siklus yang lebih rendah dari dua nada tersebut. Kemudian pelaras kembali marasuk sisa nada siklus

  

sarun halus dengan marasuk nada di bawah nada pertama,

  dilanjutkan nada di bawahnya lagi dan dilanjutkan nada di bawahnya lagi sehingga terbentuk satu siklus nada. Satu siklus nada terdiri dari lima nada. Pada instrumen sarun halus terdiri dari lima nada siklus ke empat dari semua siklus yang ada di dalam

  

gamalan Banjar dan dua nada dari siklus ketiga sehingga

terbentuk tujuh nada.

  Kata marasuk pada masyarakat Banjar adalah kata yang umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari yang artinya adalah menyamakan, mencocokan atau menyatukan. Kata dasar

  

rasuk yang mendapat awalan ma- menjadi sebuah kata kerja yang

  selalu menjelaskan sebuah pekerjaan menyamakan, mencocokan atau menyatukan dua hal. Sebagai contoh untuk menyatukan antara mur dan baut juga disebut marasuk, atau ketika ada dua orang yang sedang bermasalah kemudian ingin di damaikan juga

3 Siklus adalah peristilahan yang digunakan untuk mewakili satu

  

putaran nada. Kata ini digunakan sebagai kata padanan dari gembyang menggunakan kata marasuk yang biasanya disebut marasuk

  4 pandir .

  Kata marasuk juga digunakan dalam budaya pelarasan

  

gamalan Banjar. Marasuk dalam gamalan Banjar adalah proses

  menyamakan atau menyatukan suara yang menjadi sumber utama pembentukan nada pertama gamalan Banjar dari suara dalang atau pemesan yang dilanjutkan menentukan tinggi rendah nada dan jarak antar nada pada gamalan Banjar hingga mencapai sistem pelarasan yang enak dan sesuai dengan budaya Banjar.

  Pada proses marasuk, seorang pelaras memiliki kemampuan dalam menentukan ukuran nada dan jarak antar nada. Istilah jarak antar nada dalam gamalan Banjar menggunakan kata

  5

tumbang . Suara dalang yang berbeda-beda menyebabkan

gamalan Banjar yang ada sekarang ini memiliki frekuensi nada

  

6

  berbeda-beda pada setiap pajak -nya. Perbedaan tinggi rendah

  4 Contoh Kalimat, “Amun sudah badapat, sadang marasuk pandir

supaya kada bahual lagi (kalau sudah bertemu, sudah saatnya

menyamakan pembicaraan supaya tidak jadi masalah lagi).

  

cuba pang rasuk lah baut lawan murnya? (coba dulu cocok tidak baut

dan mornya?)

  5 kata tumbang berasal dari kesepakatan antara peneliti dan para

narasumber. Hal ini dikarenakan dalam budaya gamalan Banjar para

pelaras tidak memiliki kata yang mewakili isitilah jarak antar nada.

  6 Pajak adalah istilah yang digunakan untuk menyebut satu set nada ini juga membuat tumbang nada pada masing-masing gamalan berbeda-beda.

  Perbedaan frekuensi nada dan tumbang nada tersebut menjadi suatu fenomena musikal yang hadir dan dapat dirasakan oleh masyarakat di Kalimantan Selatan. Meskipun berbeda-beda namun mereka masih menganggap gamalan-gamalan tersebut enak dan sesuai dengan rasa musikal budayanya. Perasaan enak dan sesuai dengan karakteristik budaya Banjar ini oleh para pelaras disebut dengan caruk. Namun hingga sekarang belum pernah terungkap mengenai apa yang menjadi acuan dalam pembentukan caruk tersebut dalam gamalan Banjar sehingga penelitian ini ingin mengungkapkan hal tersebut.

  Istilah caruk dalam gamalan Banjar adalah sebuah capaian kualitas musikal yang baik dan pas sesuai rasa budaya Banjar pada suatu sistem pelarasan gamalan Banjar baik untuk satu instrumen ataupun untuk keseluruhan instrumen (sapajak).

  Munculnya kualitas musikal caruk sangat ditentukan dari proses marasuk gamalan Banjar.

  Proses melaras di Nusatara ini memiliki cara yang berbeda- beda seperti di Jawa, Sunda, Bali, dan Banjar yang memiliki kekhasan masing-masing sehingga penting untuk menjelaskan secara rinci bagaimana cara budaya Banjar dalam melaras

  

gamalan Banjar yang disebut marasuk gamalan Banjar. Penelitian