MANAJEMEN EKSPOR IMPOR INDONESIA
PROSIDING PENELITIAN
Karya: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
Copyrights © Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang All rights reserved Desain Sampul: Zam-Zam Design Tata Letak Isi: Zam-Zam DesignISBN: 978-602-5548-14-7
Cetakan I, Desember 2017 Diterbitkan oleh:
ZAM-ZAM TOWER
Jl. Flamboyan III No. 35, Enggal, Bandar Lampung (Anggota IKAPI)
PROSIDING PENELITIAN
PELAKSANA
Penanggung Jawab Prof Dr. Satria Bangsawan,S.E.,M.Si
Pengarah Dr.Mahrinasari,S.E.,M.SBADr. Fajar Gustiawati Dewi, S.E.,M.Si., Akt Dr. Ambya, S.E.,M.Si Dr. Nairobi, S.E,M.Si Dr. Farichah, S.E,M.Si Dr.RR Erlina,S.E,M.Si Pelaksana Ketua Dr .Marselina, S.E, M.P.M Sekretaris Prayudha Ananta, S.E.,M.Si. Bendahara Emi Maimunah, S.E.,M.Si Dr. Toto Gunarto, S.E,M.S Penyunting Dr Erni Hendrawati, S.E.,M.Si Dr. Rindu Ekagamayuni, S.E, MSi, Akt Dr.Lies Maria Hamzah, S.E., M.E. Forum Riset Ekonomi dan Bisnis
Bidang Kajian Ekonomi Pembangunan Koordinator Nurbetty Herlina Sitorus, S.E., M.Si Anggota Zulfa Emalia, S.E., M.Sc Bidang Kajian Manajemen Koordinator Zainur M.Rusdi, S.E. , M.Si Anggota Yuniarti Fihartini, S.E., M.Si.
Bidang Kajian Akuntansi Koordinator Dr Tri Joko Prasetyo, S.E.,M.Si
Anggota Niken Kesumawardhani, S.E, M.Si,
AktKATA PENGANTAR
Prosiding penelitian ini disusun berdasarkan hasil Call For Paper dan Seminar Nasional,
2017 yang mengangkat Tema “ Meningkatan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat
Bidang Ekonomi dan Bisnis yang Berkualitas, Dalam Upaya Meningkatkan Publikasi
Internasional, 2017 “.Hasil penelitian yang berkualitas diperlukan dalam pembangunan nasional. Penelitian
berkualitas akan melewati prosedur ilmiah secara benar, berdasarkan data yang diperoleh
secara objektif, dilakukan terus menerus. Hasil penelitiaan yang berkualitas mempunyai
nilai tambah yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun kebijakan. Dengan terselenggaranya
Call For Paper dan Seminar Nasional 2017 ini, muncul penelitian-penelitian berkualiitas
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang diselesaikan dengan bidang ilmu yang relevan.
Penelitian yang berkualitas berpeluang besar untuk published di jurnal nasional terakreditasi
dan atau jurnal internasional bereputasi Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak, para presenter, narasumber,editor serta seluruh panitia pelaksana Call For Paper dan Seminar Nasional, FEB 2017
ini, atas jerih payahnya sehingga kegiatan ini dapat berlangsung dengan baik sampai
tersusunnya prosiding ini. Akhir kata, semoga prosiding ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.Bandar Lampung, 11 Desember 2017 Ketua Pelaksana Dr. Marselina,S.E., M.P.M
PROSIDING PENELITIAN iv
DAFTAR ISI
PROSIDING PENELITIAN — iii KATA PENGANTAR — iv
IMPLEMENTASI TRANSPARANSI PEMERINTAH DAERAH DAN AKUNTABILITAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MEMINIMALISASI TINGKAT KORUPSI PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA Afrizal Nilwan, Syamsu Rizal, Indrayenti, Khairudin — 1
EVALUASI PENERAPAN GREEN GOVERNMENT DI PROVINSI LAMPUNG
Doni Sagitarian Warganegara, Lindrianasari — 7
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT
PENGUNGKAPAN WAJIB DALAM LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAHDAERAH (STUDI PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA)
Fegy Yuliant, Rindu Rika Gamayuni — 12
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT PENGUNGKAPAN PADA
WEBSITE PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIARisa Rikafitri, Lindrianasari, Agrianti Komalasari — 23
PENGARUH PENGUNGKAPAN (DISCLOSURE) TERHADAP BIAYA DANA
PERUSAHAANTri Joko Prasetyo, Doni Warganegara, Marselina, — 29 HUBUNGAN AMNESTI PAJAK DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK BANDAR LAMPUNG
Yuliana — 35
ANALISIS SPASIAL EKONOMI DAN MIGRASI DI SUMATERA, JAWA, DAN BALI
Arivina Ratih — 39 DISPARITAS DAN KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI; STUDI DAERAH OTONOM BARU (DOB) DI SUMATERA
Dr. Ambya,S.E.,M.Si. — 46 POLA KONSUMSI MAHASISWA DI UNIVERSITAS LAMPUNG
Emi Maimunah, Julian — 53
PENGARUH SPASIAL KENAIKAN UPAH MINIMUM DI PASAR KERJA INDONESIA
Ida Budiarty — 61
EFEKTIFITAS PROGRAM PUMP PADA KUBE DI DESA KUSAMBA
Gusti Ayu Putu Wirathi, Surya Dewi Rustariyuni, Luh Putu Aswitari — 70
MODEL DATA PANEL UNTUK PENANAMAN MODAL ASING LANGSUNG,
FAKTOR-FAKTOR EKONOMI DAN INDEKS PERSEPSI KORUPSI PADAEMPAT NEGARA ASEAN
Irma Febriana MK — 85
PENGARUH KEBIJAKAN MONETER, PDB, DAN FDI TERHADAP NILAI
EKSPOR INDONESIANurbetty Herlina Sitorus, Grandtino Arganata — 93
ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN NELAYAN: STUDI LAPANG DI
PESISIR PUGER JEMBER JAWA TIMURSiswoyo Hari Santosa — 99
TARIF JASA ANGKUTAN KOTA BERDASARKAN ABILITY TO PAY DAN
WILLINGNESS TO PAY PENGGUNA DI KOTA TARAKANPENYERAPAN TENAGA KERJA DI INDUSTRI MEUBEL KOTA DENPASAR
BERPENGARUH TERHADAP SOSIAL DEMOGRAFI?
Surya Dewi Rustariyuni, S.E.,M.Si — 117 ANALISIS PUSAT PERTUMBUHAN DAN WILAYAH HINTERLAND DI KABUPATEN KLATEN
Dr. Unggul Priyadi, M.Si, Aulia Wahid Yudi Utama — 123
EXCHANGE RATES PASS THROUGH TO PRICES DURING THE IMPLEMENTATION
OF INFRATION TARGETING FRAMEWORK (2005:08-2017:03) ININDONESIA Yoke Muelgini, Sonia Anggun Andini — 127
IDENTIFIKASI POTENSI IMPLEMENTASI INOVASI LAYANAN KEUANGAN
DIGITAL (LKD) DALAM PENGEMBANGAN UMKM DII PROVINSI LAMPUNG 135 Yoke Muelgini dan Ria Pujianti — 135
DETERMINAN AGLOMERASI INDUSTRI MANUFAKTUR DI PROVINSI JAWA
BARAT Zulfa Emalia — 145
PERAN BRAND IMAGE DALAM MEMEDIASI PENGARUH COUNTRY OF ORIGIN
TERHADAP NIAT BELI A.A Diah Tarama Devi, Ni Wayan Ekawati — 152
PENERAPAN 8 LANGKAH PERUBAHAN ORGANISASI DARI KOTTER’S DALAM
RANGKA MENGEMBANGKAN INOVASI DI PT. POS INDONESIA UNTUK MENJAGA EKSISTENSI DAN DAYA SAING PELAYANAN PUBLIK (STUDI KASUS DI KANTOR POS JAKARTA UTARA 14000)PROSIDING PENELITIAN vi
Agung Surya Dwianto, Pupung Purnamasari — 159
IDENTIFIKASI MARKET REGIME SEKTOR NON MANUFAKTUR PADA BURSA
EFEK INDONESIA Defrizal dan Hengky Achmad Subing — 167
PEMANFAATAN PENGARUH PERILAKU KONSUMEN TERHADAP PENERAPAN
TEKNOLOGI INFORMASI PADA SISTEM PEMBELIAN ONLINE DI KOTA PALEMBANG Desi Apriyanty, Indra Satriadi, Sony Oktapriandi , Hetty Meyleni — 174PENGARUH KUALITAS LAYANAN PENDIDIKAN TERHADAP KEPUASAN MAHASISWA PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI PADA UNIVERSITAS SWASTA DI BANDARLAMPUNG.
Dra. Endang Siswati Prihastuti, MS — 185
PENINGKATAN KETERAMPILAN RUMAH TANGGA MISKIN DI KABUPATEN
BULELENG PROVINSI BALII Gede Wardana, I Gede Sujana Budhiasa, I Made Jember — 193
EFEKTIFITAS PROGRAM PUMP PADA KUBE DI DESA KUSAMBA GUSTI AYU
PUTU WIRATHI, SURYA DEWI RUSTARIYUNI, LUH PUTU ASWITARIPENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL Habibullah Jimad — 223
PERAN CITRA MEREK DALAM MEMEDIASI PENGARUH GREEN MARKETING
TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN (STUDI PADA PRODUK SPA BALI TANGI)I G. N. Satria Bramantha Rahmanda Putra, I Gede Ketut Warmika, Ni Made Rastini — 229
TOURISM CONTRIBUTION ON BALI PROVINCIAL ECONOMY AND ITS
IMPLICATIONS ON SUSTAINABLE TOURISM DEVELOPMENT
I Made Wardana — 240
PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI DAN ORGANIZATIONAL CTIZENSHIP
BEHAVIOR (OCB) TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI PT. BANKPERKREDITAN RAKYAT HOKI KANTOR PUSAT DENPASAR
I Putu Agus Yoga Pratama. A.A.A Sriathi, Ni Wayan Mujiati — 247
STRATEGI PENGEMBANGAN PASAR TRADISIONAL BERBASIS KEARIFAN
LOKAL DI BALII Putu Gde Sukaatmadja , Ni Nyoman Kerti Yasa, Henny Rahyuda — 256
LAYANAN JASA TRANSPORTASI ONLINE BERBASIS INTERNET SEBAGAI
ALTERNATIF TRANSPORTASI DI KALANGAN MAHASISWA DI PALEMBANGIda Wahyuningrum, M.Noval, Heni Madora, Yusniarti — 266
PENGARUH PERSEPSI KEMUDAHAN, PERSEPSI MANFAAT, PERSEPSI HARGA,
DAN PEMASARAN INTERNET TERHADAP PEMESANAN ULANGONLINE HOTEL DI BALI
Komang Agus Satria Pramudana, I Wayan Santika — 274
KOMPARASI REKSADANA SAHAM PERUSAHAAN INVESTASI NASIONAL DAN
ASING DI INDONESIADr. Luh Gede Sri Artini, SE., M.Si1, A.A.Ayu Putri Utami — 284
FAKTOR-FAKTOR RELASIONAL, TUGAS, DAN ORGANISASI PADA KINERJA
TENAGA PENJUAL DI BANDAR LAMPUNGMirwan Karim, Yuniarti Fihartini — 291
APAKAH NET PERFORMING LOANS (NPL) DIPENGARUHI OLEH SKALA
USAHA? (ANALISIS KREDIT UMKM PADA BANK PEMBANGUNANDAERAH) Muslimin, Dariyus — 303
PERBANDINGAN PENGGUNAAN FORWARD CONTRACT HEDGING DENGAN
OPEN POSITION DALAM MEMINIMALISASI EKSPOSUR VALUTA ASINGPADA CV. SABI-SABI
Ni Kadek Diah Dwi Sartika Yanti, Nyoman Triaryati — 310
PENGARUH LOYALITAS, PRESTASI KERJA DAN KOMPETENSI KARYAWAN
TERHADAP PROMOSI JABATAN DI PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSIBALI , Ni Komang Tri Astiti, A.A Sagung Kartika Dewi — 317
STRATEGI PENGEMBANGAN SDM DAN KOMPENSASI SERTA PENGARUHNYA
TERHADAP KEPUASAN KERJA DAN DAMPAKNYA PADA KINERJA KARYAWAN Nova Mardiana — 329
PENGARUH STRES KERJA DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KOMITMEN
ORGANISASI KARYAWAN PBF. PT. BANYUMAS DENPASAR Putu Agus Yoga Ariawan1, A.A. Ayu Sriathi — 339
PERAN PROFITABILITAS MEMEDIASI PENGARUH STRUKTUR MODAL,
PERTUMBUHAN PERUSAHAAN DAN LIKUIDITASTERHADAP NILAI PERUSAHAAN Putu Ayu Intan Permata Putri1 dan Ida Bagus Anom Purbawangsa — 351METODOLOGI PENELITIAN PENGARUH MERCHANDISE, GERAI ATMOSFER DAN RETAIL SERVICE TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PADA UD.
Putu Dian Karmana1, Ni Ketut Seminari — 359 PROSIDING PENELITIAN viii
INFLUENCE OF MERCHANDISE, ATMOSPHERE AND RETAIL SERVICE
CUSTOMERS ON CUSTOMER SATISFACTION IN UD. COMPUTERCORNER, RIMO TRADING CENTER DENPASAR
Putu Dian Karmana1, Ni Ketut Seminari — 359
PEMBERDAYAAN KARYAWAN, STRES KERJA DAN KOMITMEN
ORGANISASIONAL KARYAWANPutu Saroyini Piartrini — 369
PERAN MEDIASI DISIPLIN KERJA PEGAWAI PADA PENGARUH KEPEMIMPINAN
TERHADAP KINERJA ORGANISASI. STUDI PADA KOPERASI DI KABUPATEN TABANANSuparthaWayan Gede, I Wayan Mudiartha Utama, I Komang Ardana — 378
PENGARUH FAKTOR EXTERNAL TRIGGER CUES, IMPULSE BUYING
TENDENCY, INTERNAL CUES, DAN NORMATIVE EVALUATIONTERHADAP ONLINE IMPULSE BUYING DI BANDAR LAMPUNG 386 Yuniarti Fihartini — 386
IMPLEMENTASI TRANSPARANSI PEMERINTAH DAERAH DAN
AKUNTABILITAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MEMINIMALISASI
TINGKAT KORUPSI PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA
Afrizal Nilwan, Syamsu Rizal, Indrayenti, Khairudin
*Dosen Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bandar Lampung
Email: [email protected]
Abstrak: Sejak diberlakukannya otonomi daerah hingga saat ini, pengelolaan keuangan daerah semakin menunjukkan
perkembangan yang positif. Hal ini dapat dilihat dari makin meningkatnya pemerintah daerah yang mendapatkan opini WTP dari BPK-RI. Namun perkembangan positif pengelolaan keuangan daerah ini ternyata juga diikuti dengan makin meningkatnya tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan praktek korupsi tersebut tentunya dapat dicegah apabila pemerintah daerah menerapkan tranparansi dan akuntabilitas terhadap pengelolaan keuangannya. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris pengaruh transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan terhadap tingkat korupsi pemerintah daerah di Indonesia. Variabel transparansi diukur dengan melihat seberapa banyak informasi pemerintah daerah yang terdapat dalam website pemerintah daerah, variabel akuntabilitas diukur berdasarkan opini audit BPK-RI yang diperoleh pemda dan variabel tingkat korupsi diukur dengan indek intergritas nasional yang dikeluarkan oleh KPK. Sampel pada penelitian sebanyak 60 pemerintah daerah yang memiliki indek intergritas nasional yang dikeluarkan oleh KPK dengan menggunakan data tahun 2013. Hasil penelitian secara statistik membuktikan bahwa transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat korupsi pemerintah daerah di Indonesia.
Kata Kunci: Transparansi, Akuntabilitas, Korupsi, Pemerintah Daerah
PENDAHULUAN
menunjukkan perkembangan yang positif. Hal ini dapat dilihat dari makin meningkatnya pemerintah daerah yang mendapatkan opini WTP dari BPK-RI,
Otonomi daerah yang diberlakukan efektif mulai 1 mengingat opini WTP merupakan bentuk akuntabilitas Januari 2001 berdasarkan UU No. 22 dan 25 tahun
(pertanggungjawaban) pemerintah daerah atas 1999 kemudian direvisi melalui UU No. 32 tahun 2004 pengelolaan keuangan daerah yang telah sesuai dengan dimaksudkan agar pemerintah daerah dapat mengelola prinsip akuntansi yang berlaku umum, kecukupan pemerintahannya sendiri tanpa campur tangan dari pengungkapan, kepatuhan terhadap peraturan pemerintah pusat dengan tujuan meningkatkan perundang-undangan; dan efektivitas pengendalian kemakmuran masyarakat, pelayanan umum dan daya intern yang baik (Mardiasmo, 2002). Adapun saing daerah.Sejak diberlakukannya otonomi daerah perkembangan opini audit BPK-RI atas pemerintah hingga saat ini, pengelolaan keuangan daerah semakin daerah adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Perkembangan Opini Audit BPK-RI
Tahun Opini Audit Jumlah WTP % WDP % TW % TMP %
2007
4 1 283
60
59 13 123 26 469 2008
13 3 323
67
31 6 118 24 485 2009
15 3 330
65
48 10 111 22 504 2010
34 7 341
65
26 5 121 23 522 2011
67 13 349
67
8
2
96 18 520 2012 120 22,95 319 60,99 6 1,15 78 14,91 523 2013 156 29,77 311 59,35
11 2,1 46 8,78 524 2014 251 49 230
45 4 0,7 19 3,7 504
Sumber: BPK RI, 2015 daerah ini ternyata juga diikuti dengan makin meningkatnya tindak pidana korupsi, seperti yang disebutkan oleh Rinaldi, Purnomo, dan Damayanti (2007) sejak berlakunya otonomi daerah telah terjadi kecenderungan korupsi yang meningkatdan korupsi merupakan salah satu penghambat terbesar bagi pembangunan ekonomi dan sosial di seluruh dunia. Bahkan menurut Pusat Kajian Anti Korupsi FH UGM pada tahun 2010 yang menyatakan bahwa dari 103 orang pelaku korupsi, 43 diantaranya adalah pejabat daerah. Dan menutup tahun 2010 pada triwulan IV (Oktober-Desember), pejabat daerah kembali berada di urutan teratas aktor korupsi sebanyak 124 orang. Dibawahnya diikuti oleh para legislator sebanyak 118 orang dan kalangan swasta sebanyak 33 orang (www.
pukat.hukum.ugm.ac.id).
Pada tahun 2010 Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyebutkan bahwa sebanyak 73 persen perkara yang ditangani adalah korupsi di daerah. Data itu menunjukkan bahwa seiring pelaksanaan otonomi daerah, terjadi peningkatan angka korupsi di daerah.
Dengan demikian semakin luasnya pelaksanaan otonomi daerah, perlu diimbangi dengan pengawasan yang memadai agar tidak menimbulkan korupsi, kolusi, nepotisme (KKN) baru atau memindahkan KKN dari tingkat pusat ke daerah.
Praktek korupsi tersebut tentunya dapat dicegah apabila pemerintah daerah menerapkan tranparansi dan akuntabilitas terhadap pengelolaan keuangannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Widodo (2001) dan (ITB, 2004) yang menyatakan bahwa akuntabilitas merupakan persyaratan mendasar untuk mencegah penyalahgunaan kewenangan yang didelegasikan dan menjamin kewenangan tersebut diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan nasional yang diterima secara luas dengan tingkat efisiensi, efektivitas, dan kejujuran dan hasil sebesar mungkin (Widodo, 2001). Transparansi juga merupakan salah satu cara untuk mewujudkan pertanggungjawaban pemerintah kepada masyarakat. Masyarakat memiliki kesempatan untuk mengetahui berbagai aktivitas dalam penyelenggaraan pemerintahan, termasuk diantaranya kebijakan yang diambil pemerintah dan implementasi kebijakan tersebut. Adanya keterbukaan dalam penyelengaraan urusan publik akan memudahkan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan. Pengawasan dari masyarakat dapat mencegah terjadinya penyimpangan alokasi sumber daya maupun berbagai pelanggaran dalam kegiatan pemerintahan seperti korupsi (ITB, 2004).
Penelitian ini penting untuk dilakukan untuk memberikan informasi yang akurat tentang implementasi transparansi, akuntabilitas dan tingkat korupsi pemerintah daerah di Indonesia; sekaligus juga untuk merumuskan rekomendasi untuk menghasilkan pemerintah daerah yang transparan, akuntabel dan bebas korupsi dalam rangka meningkatkan kualitas pemerintah daerah di Indonesia.
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan menyangkut hubungan kontraktual antara dua pihak, yaitu principal dan agent. Teori keagenan membahas tentang hubungan keagenan dimana suatu pihak tertentu (principal) mendelegasikan pekerjaan kepada pihak lain (agent) yang melakukan pekerjaan. Adanya perbedaan kepentingan antara prinsipal dan agen dapat menimbulkan masalah keagenan. Dalam teori agensi yang diperkenalkan oleh
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan diantara
pihak-pihak yang berkepentingan, pemilik dan pengelola, sejak perusahaan publik melakukan pemisahan antara keduanya, terdapat asimetri informasi antara kedua pihak tersebut. Akibat adanya asimetri informasi tersebut, pemilik kesulitan untuk mengetahui (observe) apakah agen sudah bertindak sebagaimana mestinya (Kusumawati dan Riyanto, 2005). Adanya asimetri informasi inilah yang memungkinkan terjadinya penyelewengan atau korupsi oleh agen. Pemerintah daerah harus dapat meningkatkan akuntabilitas atas kinerjanya agar dapat mengurangi asimetri informasi (Setiawan, 2012).
Pengaruh Transparansi Pemerintah Daerah terhadap Tingkat Korupsi Pemerintah Daerah
Gedeona (2005) yang melakukan penelitian mengenai transparansi pengelolaan anggaran daerah sebagai sebuah alternatif pemberantasan korupsi di tingkat daerah. Ketertutupan sistem pengelolaan anggaran terlalu berbahaya untuk dibiarkan terus berlangsung tanpa transparansi. Pemerintah daerah harus proaktif dalam mengumumkan berbagai informasi mengenai pengelolaan APBD kepada masyarakat, sehingga akses informasi tentang anggaran dapat diperoleh masyarakat. Penerapan asas keterbukaan (transparan) dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengetahui berbagai informasi tentang penyeleng-
PROSIDING PENELITIAN
2 Perkembangan positif akuntabilitas pemerintah
garaan pemerintahan daerah secara benar, jujur, dan tidak diskriminatif. Semakin meningkatnya transparansi pemerintah daerah akan mengurangi tingkat korupsi dan sebaliknya, semakin kurangnya transparansi pemerintah daerah maka tingkat korupsi akan semakin meningkat.
Adanya keterbukaan dalam penyelengaraan urusan publik akan memudahkan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan. Pengawasan dari masyarakat dapat mencegah terjadinya penyimpangan alokasi sumber daya maupun berbagai pelanggaran dalam kegiatan pemerintahan seperti korupsi (ITB, 2004). Keterbukaan (openness) pemerintah dalam memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas pengelolaan sumber daya publik kepada pihak-pihak yang membutuhkan informasi diperlukan untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Transparansi diyakini mampu mereduksi tingkat korupsi, dan sebaliknya. H 1 = Transparansi pemerintah daerah berpengaruh positif terhadap tingkat korupsi Pemerintah
Daerah.
Pengaruh Akuntabilitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah terhadap Tingkat Korupsi Pemerintah Daerah
Penelitian yang dilakukan Rini dan Sarah (2014) menyatakan bahwa pengungkapan laporan keuangan daerah kabupaten dan opini audit memiliki keterkaitan dengan tingkat korupsi di Indonesia. Penelitian Setiawan (2012) menemukan bukti empiris bahwa akuntabilitas laporan keuangan pemerintah daerah (opini audit, kelemahan sistem pengendalian intern, dan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan) tidak berpengaruh terhadap tingkat korupsi pemerintah daerah di Indonesia.
Menurut De Asis (2006) strategi yang dapat dilakukan untuk memberantas korupsi di pemerintahan daerah salah satunya, yaitu dengan meningkatkan akuntabilitas. Akuntabilitas diyakini memberikan kontribusi dalam usaha mereduksi praktek korupsi yang banyak terjadi di pemerintah daerah. Pemeriksaan atas laporan keuangan dilakukan dalam rangka memberikan pendapat/opini atas kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan (www.bpk.go.id).
Opini audit laporan keuangan menunjukkan tingkat kewajaran yang mencerminkan tingkat akuntabilitas laporan keuangan yang diyakini memberikan kontribusi dalam usaha mereduksi praktek korupsi. Opini audit yang wajar menunjukkan akuntabilitasnya baik diyakini mampu mereduksi tingkat korupsi, demikian juga sebaliknya. H 2 = Akuntabilitas laporan keuangan pemerintah daerah berpengaruh positif terhadap tingkat korupsi Pemerintah Daerah.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan data skunder berupa data transparansi diperoleh dari website masing-masing pemerintah daerah se-Indonesia. Data akuntabilitas diperoleh dari opini yang diterbitkan BPK RI melalui Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP). Data tingkat korupsi diperoleh dari indeks integritas nasional yang dipublikasikan oleh Komisi Pemberantas Korupsi (KPK). Berikut ini adalah tabel pemilihan sampel penelitian sebagaiberikut:
Tabel 2 Pemilihan Sampel
Populasi 542 Pemda Pemda yang telah memilikiopini audit dari BPK-RI 2013 542 Pemda Pemda yang telah memiliki website danaktif 506 Pemda Pemda yang memiliki Indeks Integritas Nasional dari KPK 2013
60 Pemda Sampel yang diobservasi
60 Pemda Tingkat Korupsi pemerintah daerah diukur menggunakan indeks integritas nasional yang dimodifikasi berdasarkan logika operasional matematika sederhana. Proses modifikasinya adalah sebagai berikut (Setiawan, 2012):
1. Dasar logika: Rentang indeks integritas nasional adalah dari 0 sampai dengan 10. Secara matematis apabila nilai indeks integritas nasional adalah 0 maka tingkat korupsinya adalah 10 (terjadi korupsi yang sangat tinggi) dan apabila nilai indeks integritas nasional adalah 10 maka tingkat korupsinya adalah 0 (tidak terjadi praktek korupsi).
2. Rumus operasional matematikanya adalah: Tingkat korupsi yang dimodifikasi dari indeks
HASIL, KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan tabel 3 dapat dijelaskan bahwa data pada penelitian ini berdistribusi normal (nilai signifikansi > 0,05), tidak terjadi multikolinearitas (nilai VIF untuk transparansi dan akuntabilitas < 10).
60 Sumber: Data Primer Diolah
1 4 3,37 ,663 Korupsi 60 5,66 7,71 6,80 ,443 Valid N (listwise)
60
60 6 2,98 2,354 Akuntabilitas
N Minimum Maximum Mean Std. Deviasi Transparansi
Tabel 4 Statistik Deskriptif
Sedangkan hasil pengujian heteroskedastisitas dengan grafik Scatterplot menunjukkan titik-titik yang menyebar diatas angka nol pada sumbu Y sehingga tidak terjadi heterokedastisitas, seperti gambar berikut:
PROSIDING PENELITIAN
4
integritas nasional inilah yang digunakan untuk mengukur tingkat korupsi pemerintah daerah.
Uji Multikolinearitas
Keterangan Nilai Kesimpulan Uji Normalitas Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,988 Terdistribusi Normal
Tabel 3 Uji Asumsi Klasik
Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif meliputi:uji asumsi klasik, regresi linier berganda, uji hipotesis dan uji koefisien determinasi.
BPK RI. Pengukuran opini menggunakan skala 1 sampai 4 dengan WTP diberi nilai 4, WDP diberi nilai 3, TW diberi nilai 2, dan TMP diberi nilai 1.
Akuntabilitas diukur dari opini yang diterbitkan
penelitian ini melihat seberapa banyak informasi pemerintah daerah yang terdapat dalam website pemerintah daerah. Indikator transparansi yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian Sopanah dan Mardiasmo (2003) dan penelitian Aminah, Lindrianasari dan Tarmizy (2013) sebagai berikut: (1) terdapat pengumuman kebijakan anggaran; (2) tersedia dokumen anggaran dan mudah diakses; (3) tersedia laporan pertanggungjawaban yang tepat waktu; (4) terakomodasinya suara/usulan rakyat; (5) terdapat sistem pemberian informasi kepada publik; (6) informasi lainnya yang dipublikasikan pemerintah daerah terkait dengan aktivitas penting lainnya yang tidak dibatasi kriterianya, seperti informasi pengadaan barang terbuka/tender, informasi kesempatan investasi di daerah, informasi kekayaan alam, informasi green government, dan lain sebagainya yang memiliki kandungan informasi penting. Pengukuran transparansi menggunakan skala 1 sampai 6. Apabila memenuhi enam kriteria tersebut dan selisih satu kriteria maka pemerintah daerah tersebut akan diberi skor 6, dan seterusnya. Semakin banyak informasi yang dirilis pemerintah daerah ke dalam website, maka diasumsikan semakin tinggi pula tingkat transparansi pemerintah daerah tersebut.
Ukuran Transparansi yang digunakan dalam
VIF Trans=1,008; VIFAkun=1,008 No Multikolinearitas Berdasarkan statistik deskriptif di atas, maka dapat dijelaskan bahwa untuk variable akuntabilitas nilai minimum sebesar 1 sedangkan nilai maksimumnya sebesar 4 dan nilai rata-ratanya sebesar 3,37. Hal ini menunjukkan bahwa telah banyak pemerintah daerah yang menjadi sampel penelitian memperoleh opini wajar tanpa pengecualian. Untuk variable transparansi menunjukkan bahwa nilai rata-ratanya sebesar 2,96.
Hal ini menunjukkan bahwa transparansi informasi pada pemerintah daerah yang menjadi sampel penelitian masih relative rendah. Sedangkan nilai rata- rata variable tingkat korupsi sebesar 6,80. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata tingkat korupsi yang terjadi pada pemerintah daerah yang menjadi sampel penelitian masih relatif tinggi.
Tabel 5 Regresi, PengujianHipotesis, R Square danUji Model
Keterangan Nilai Beta t_statistic Sig Konstanta 3,233 9,783 0,000 Transparansi 0,047 1,077 0,028 Akuntabilitas 0,066 0,745 0,046 Adjusted R_Square
0,267 F
585.670 Sig
0,000 Sumber: Data Primer Diolah Berdasarkan tabel 5 diatas, maka persamaan regresi linier adalah sebagai berikut:Y =
3,233+0,047TR+0,066AK. Persamaan regresi tersebut dapat di interpretasikan bahwa jika transparansi dan akuntabilitas bernilai 0, maka tingkat korupsi mencapai 3,233%. Sedangkan untuk koefisien regresi transparansi bernilai 0,047 yang berarti jika transparansi naik sebesar 1% maka tingkat korupsi akan turun sebesar 0,047 %. Nilai koefisien regresi akuntabilitas sebasar 0,066 yang berarti jika akuntabilitas naik sebesar 1% maka tingkat korupsi akan turun sebesar 0,066 %. Sedangkan nilai F_ statistik menunjukkan nilai 585.670 dengan tingkat signifikansi 0,000 < 0,05 sehingga model regresi di atas adalah fit, dan nilai Adjusted R_Square sebesar 0,267 menunjukkan bahwa tingkat korupsi pemerintah daerah yang menjadi sampel penelitian ini dipengaruhi oleh transparansi dan akuntabilitas sebesar 26,7%, sedangkan sisanya 73,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Transparansi laporan keuangan pemerintah daerah berpengaruh positif terhadap tingkat korupsi pemerintah daerah
Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa nilai t statistic variabel transparansi sebesar 1,077 dengan tingkat signifikansi 0,028 < 0,05 sehingga hipotesis pertama diterima. Hal ini berarti bahwa transparansi laporan keuangan pemerintah daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat korupsi pemerintah daerah. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat ITB (2004) bahwa adanya keterbukaan dalam penyelengaraan urusan publik akan memudahkan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan. Pengawasan dari masyarakat dapat mencegah terjadinya penyimpangan alokasi sumber daya maupun berbagai pelanggaran dalam kegiatan pemerintahan seperti korupsi. Selain itu hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian Gedeona (2005) yang melakukan penelitian mengenai transparansi pengelolaan anggaran daerah sebagai sebuah alternatif pemberantasan korupsi di tingkat daerah. Ketertutupan sistem pengelolaan anggaran terlalu berbahaya untuk dibiarkan terus berlangsung tanpa transparansi.
Pemerintah daerah harus proaktif dalam mengumumkan berbagai informasi mengenai pengelolaan APBD kepada masyarakat, sehingga akses informasi tentang anggaran dapat diperoleh masyarakat. Penerapan asas keterbukaan (transparan) dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengetahui berbagai informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan daerah secara benar, jujur, dan tidak diskriminatif. Semakin meningkatnya transparansi pemerintah daerah akan mengurangi tingkat korupsi dan sebaliknya, semakin kurangnya transparansi pemerintah daerah maka tingkat korupsi akan semakin meningkat.
Akuntabilitas laporan keuangan pemerintah daerah berpengaruh positif terhadap tingkat korupsi pemerintah daerah.
Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa nilai t statistic variabel akuntabilitas sebesar 0,745 dengan tingkat signifikansi 0,046 < 0,05 sehingga hipotesis
6
Mardiasmo. (2002). Akuntansi Sektor Publik.
www.kpk.go.id
www.bpk.go.id www.pukat.hukum.ugm.ac.id
Surabaya: Insan Cendekia.
Dimensi Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah.
Widodo, Joko. (2001). Good Governance: Telaah dari
Sopanah, dan Mardiasmo. (2003). Pengaruh Partisipasi Masyarakat dan Transparansi Kebijakan Publik terhadap Hubungan Pengetahuan antara Pengetahuan Dewan tentang Anggaran dengan Pengawasan Keuangan Daerah. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VI di Surabaya.
Setiawan, Wahyu. (2012). Pengaruh Akuntabilitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) terhadap Tingkat Korupsi Pemerintah Daerah di Indonesia. Skripsi Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Rini, dan Sarah, Adhariani. (2014). Opini Audit dan Pengungkapan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten serta Kaitannya dengan Korupsi di Indonesia. Jurnal Etikonomi, Volume 13, Nomor 1.
Decentralized Indonesia Case Studies on Handling Local Government Corruption.
Dewi. (2007). Fighting Corruption in
Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah Rinaldi, Taufik., Purnomo, Marini., dan Damayanti,
Yogyakarta: ANDI Yogyakarta. Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 32
(2005). Corporate Governance dan Kinerja: Analisis Pengaruh Compliance Reporting dan Struktur Dewan terhadap Kinerja. Simposium Nasional Akuntansi VIII di Solo.
diterima. Hal ini berarti bahwa akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat korupsi pemerintah daerah. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Rini dan Sarah (2014) yang menyatakan bahwa pengungkapan laporan keuangan daerah kabupaten dan opini audit (akuntabilitas) memiliki keterkaitan dengan tingkat korupsi di Indonesia. Selain itu hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian De Asis (2006) yang menyatakan bahwa strategi yang dapat dilakukan untuk memberantas korupsi di pemerintahan daerah salah satunya, yaitu dengan meningkatkan akuntabilitas. Akuntabilitas diyakini memberikan kontribusi dalam usaha mereduksi praktek korupsi yang banyak terjadi di pemerintah daerah.
Kusumawati, Dwi Novi, dan Riyanto, Bambang.
The Firm: Managerial Behavior, Agency Cost, and Ownership Structure. Journal of Financial Economics 3: 305-360.
Jensen, M. C., and W. Meckling. (1976). Theory of
Governance. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Volume 15, Nomor 1: 34-37.
ITB, CUI. (2004). Keterkaitan Akuntabilitas dan Transparansi dalam Pencapaian Good
Transparansi Pengelolaan Anggaran Daerah: Sebuah Alternatif Pemberantasan Korupsi di Tingkat Daerah. Jurnal Ilmu Administrasi, Volume 2, Nomor 3: 245-256.
Gedeona, Hendrikus Triwibawanto. (2005).
HASIL,KESIMPULAN DAN SARAN
at the Local Level. Washington DC: World Bank Institute.
(2015). Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I & II. Jakarta. De Asis, Maria Gonzales. (2006). Reducing Corruption
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia.
Good Goverment and Opinions of The Audit Board of Republik Indonesia. International Journal of Monetary Economics and Finance. Vol 9, No.2.
DAFTAR PUSTAKA Aminah, Lindrianasari dan Tarmizy, Rosmiati. (2013).
Hasil pengujian secara statistik membuktikan bahwa transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan pemerintah daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat korupsi pada pemerintah daerah di Indonesia. Sehingga berdasarkan hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk mereduksi praktek korupsi pada pemerintah daerah di Indonesia adalah dengan meningkatkan kualitas transparansi informasi dan kualitas pengelolaan keuangan pemerintah daerah (akuntabilitas). Penelitian ini menarik untuk di teliti lebih lanjut dengan menambahkan variabel-variabel penelitian yang dimungkinkan relevan dengan kondisi di Indonesia. Hasil penelitian ini bagi pemerintah (pusat dan daerah) maupun bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan dapat dijadikan referensi dalam rangka mewujudkan pemerintah daerah yang bebas dari korupsi.
PROSIDING PENELITIAN
EVALUASI PENERAPAN GREEN GOVERNMENT DI PROVINSI LAMPUNG
Doni Sagitarian Warganegara, Lindrianasari Abstrak: Tujuan Penelitian ini dibuat adalah untuk melihat gambaran terhadap kesadaran kebijakan pemerintah
dalam mentaati UU No.32 Tahun 2009 mengenai perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang terkait dengan Green Government yang ada di Provinsi Lampung. Perhatian terhadap Undang – Undang lain seperti Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 mengenai Penanggulangan Bencana, serta memperhatikan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 mengenai Penataan Ruang menjadi acuan penyertaan penerapan Green Government dalam pengembangan konsep kota hijau (Green City) di berbagai daerah di Indonesia yang tentunya juga harus diterapkan untuk Provinsi Lampung. Terlaksananya fokus penelitian ini akan semakin menyadari pentingnya peran pemerintah dan pemerintah daerah dalam melaksanakan tugasnya sesuai didalam pasal 63 didalam UU kementerian lingkungan hidup No. 32 tahun 2009 dimana Undang-Undang tersebut menjadi acuan sebagai gambaran konsep Green Government Provinsi Lampung. Selain itu, disisi lain penerapan Green Government di provinsi ini, dilandasi dengan prinsip-prinsip etika dan nilai dalam issue sosial dan lingkungan yang merupakan bagian dalam penerapan peran pemerintah daerah tersebut.
Keywords: anggaran, produk hukum, akuntansi lingkungan PENDAHULUAN
Mengatasi permasalahan sosial perkotaan dan bisa keluar dari kondisi buruk perkotaan tersebut bukanlah perkara yang mudah. P ertumbuhan kota, degradasi lingkungan, penyebaran lahan terbangun, inefisiensi jaringan transportasi, meningkatnya polusi udara perkotaan, dapat menimbulkan pemborosan biaya – biaya yang tidak sedikit didalam menanggulangi permasalahan-permasalahan tersebut dan berdampak bergesernya nilai-nilai positif masyarakat perkotaan. Menciptakan dan melaksanakan Visi dan komitmen yang tinggi dalam mengatasi permasalahan sosial diperkotaan saat ini menjadi salah satu langkah yang harus ditempuh dalam memimpin keperintahanan serta menyatukan visi, komitmen, serta paradigma berpikir lainnya oleh setiap kepala daerah yang berada di kawasan Indonesia, baik bupati maupun walikota yang memimpin di wilayahnya masing-masing yang akan menjadi penyangga Ibu Kotanya tersebut.
Pemahaman green governmentdapat dikembangkan di setiap kepala daerah yang memimpin didaerahnya masing-masing untuk mengatasi masalah sosial perkotaan. Dewasa ini, pemahamanGreen government diartikan sebagai pemerintahan yang berwawasan lingkungan berkelanjutan. Namun, green
government bukan saja diartikan sekadar pemerintahan
1.1 Latar Belakang
yang peduli lingkungan hidup, melainkan juga pemerintahan yang benar-benar memiliki visi dan misi terhadap pembangunan kota yang berkelanjutan.
Green Government mengutamakan pengaruhnya
dalam adaptasi atas perubahan iklim dalam membuat k e b i j a k a n p e m e r i n t a h . R e g i s t e r ( 1 9 8 7 ) menyatakanbahwa green government sama artinya pemerintah yang dapat membangun sebuah kota mandiri, yang bisa menggunakan sumber energi yang ramah lingkungan, berpolusi sangat rendah, gedung- gedung bermaterial ramah lingkungan, dan berkontribusi meminimalisasi terjadinya perubahan iklim.
Selain UU RI No.32 tahun 2009, Indonesia mempunyai peraturan yang menjadi acuan yang dapat dikaitkan dalam konsep hijau kepemerintahan RI, dimana, Indonesia telah memiliki Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 yang isinya mengenai Penanggulangan Bencana. Kaitannya dengan UU ini, agar kota-kota yang berada di Indonesia harus menjadi kota waspada bencana. Pasal 2 didalam UU ini menekankan Penanggulangan bencana harus juga berasaskan pada kelestarian lingkungan hidup. pembangunan kota hijau (Green City) dapat juga memperhatikan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.Pasal 17 didalam UU ini juga mengatur ketentuan tata ruang wilayah dengan melihat memperhatikan keterkaitan antar wilayah,antar fungsi kawasan dan antar kegiatan wawasan. Pasal 1 dari UU ini juga membahas klasifikasi ruang terbuka hijau (RTH) didalam perbagai jenis-jenis dari kawasan hijau di Indonesia saat ini.
Provinsi Lampung, pengembangan konsep green government tentunya banyak mengadopsi dari aturan- aturan perundang yang disosialisasikan oleh pemerintah pusat. program pengembangan kota hijau P2KH yang telah dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) seperti penerapannya terhadap Green Planning dan Design, Green
2. Apakah Kepala Daerah Yang ada di Provinsi Lampung telah memperoleh gambaran yang jelas mengenai konsep Green Government?
penting penerapannya dalam membangun kota hijau di Provinsi Lampung. Namun Keberhasilan Green Government yang diciptakan oleh Green Government Berkelanjutan yang diterapakan di Bonita Spring 2046, Florida, Amerika Serikat dengan menanamkan komponen strateginya seperti pengoptimalan energi, transportasi, konservasi, lingkungan serta penggunaan tanahnya telah banyak dioptimalkan dan telah menunjukan suatu keberhasilan penerapan wilayah tersebut. Bonita Springs Florida adalah salah satu negara bagian di Amerika Serikat yan mempunyai ketertarikan dalam bidang pantai wisatanya, dan sangat berkembang dalam bidang seni musik, tari dansanya, dan pertunjukan festival-festival seninya dan menjadi salah satu ranking yang cukup tinggi di Amerika Serikat. Bonita Springs mempunyai Taman pantai pemeliharaan kaki ayam/Barefoot, Taman Pantai Pulau Litlle Hickory dan lain-lain dimana negara tersebut juga sangat baik dalam merawat perkebunan dan pemeliharaan hewan-hewan khasnya di negara tersebut.
Openspace, Green Waste, Green Transportation, Green Water, Green Energy, Green Building, dan Green Community di Indonesia menjadikan indikator
Berkelanjutan di negara tersebut serta perkembangan etika dan nilai-nilai dari Kepala Daerah, pelaku bisnis dan Masyarakatnya dalam mendukung program green government tersebut. Dari alasan-alasan tersebut diatas yang menjadi latar belakang penulis untuk mencoba meneliti judul yang bernuansa lingkungan berjudul “EVALUASI PENERAPAN GREEN
GOVERNMENT DI PROVINSI LAMPUNG”
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan UU yang berkaitan dengan Konsep Green Government di atas, masalah yang akan dikaji didalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah pelaksanaan Green Government saat ini di Provinsi Lampung telah melaksanakan penerapan prinsip-prinsip etika didalam membangun issue sosial atas lingkungan dibangunnya?
LANDASAN TEORI
Penulis mencoba mengevaluasi penerapan konsep Green Government yang ada di Provinsi Lampung, apakah telah berjalan sesuai dengan menghubungkan penerapan kebijakan yang telah dibuat di pemerintah Indonesiadalam membangun kota yang bernuansa hijau yang terkandung P2KH sertamencoba memperoleh gambaran keberhasilan penerapan green governent yang berada diwilayah lain seperti Bonita Springs, Florida yang telah berhasil mengembangkan konsep Green Government
Di dalam UndangUndang No. 22 Tahun 1999 pada
pasal 90 juga terdapat identifikasi 4 jenis kawasan perkotaan. Pertama, kawasan perkotaan yang sudah berstatus kota. Kedua, kawasan perkotaan yang merupakan bagian dari kabupaten (bisa kelurahan atau kecamatan), Ketiga kawasan perkotaan yang baru dan merupakanhasil pembangunan yang mengubah kawasan perdesaan menjadi perkotaan di kabupaten.
Keempat, kawasan perkotaan yang merupakan bagian
dari dua atau lebih daerah otonom yang berbatasan sebagai satu kesatuan sosial, ekonomi, dan fisik perkotaan.
2.2 Undang-Undang Terkait Dalam Konsep Green Government
2.3.1 Undang-Undang 32 tahun 2009
Undang-Undang ini dibuat untuk segala aktivitas manusia untuk meningkatkan taraf hidup yang seringkali tidak melaksanakan tanggung jawabnya dalam semua aktivitas yang dilakukan dan mengakibatkan kerusakan pada alam. Dengan adanya
2.1 Otonomi Daerah
PROSIDING PENELITIAN
8 Undang-undang lain yang berkaitan dengan
UU ini menjadikan sebagai tindakan pemerintah untuk mencegah semakin rusaknya lingkungan dan untuk mengelola lingkungan menjadi lebih baik.
Pemerintah daerah dalam melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup daerah harus bertindak secara efektif dan efisien dalam melaksanakan kredibilitasnya di mata publik.
Sampel yang dipergunakan adalah kabupaten/ kota seprovinsi Lampung sebanyak 10 kabupaten kota yaitu: Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten
Data yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi data anggaran pemerintah daerah terkait dengan alokasi anggaran pemerinntah daerah untuk lingkungan hidup yang dilakukan sebelum penerapan UU no 32 tahun 2009 dengan data anggaran setelah penerapan UU no 32 tahun 2009. Data lainnya yang dibutuhkan adalah data terkait dengan produk yang dihasilkan pemerinntah daerah untuk melakukan perlindungan terhadap lingkungan di daerah/kota tempat produk tersebut dihasilkan.
4.1 Analisis Data
Pengumpulan data tersebut dipelajari, dicatat, dan menyadur sumber dari beberapa buku serta yang berhubungan dengan permasalahan secara online dan offline.
3.5. Studi Perpustakaan
Metode pengumpulan data yang dilaksakana dalam laporan tersebut dengan membuat laporan dan analisis masalah objek penelitian dalam bentuk kebenaran dan keakuratan data yang berhububan dengan teoritis serta situasi objek penelitianlaporan tersebut. Adapun metode pengumpulan data dan informasi dalam laporan ini berupa:
3.4 Metode Pengumpulan Data
Sumber data diperoleh dari website dari masing- masing kabupaten, kota dan provinsi tersebut dengan melihat kebijakan–kebijakan terkait dengan 16 items yang merupakan terdapat dalam Pasal 63 pada Undang-Undang No. 32 Tahun 2009.
3.3 Data Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pemerintah daerah di Provinsi Lampung. Provinsi Lampung mempunyai 15 kepala daerah yang terdiri dari 12 Kabupaten dan 2 Kota serta 1 Provinsi.