PROS Yunus H, Fatchan A, Payamta Implementasi E Procurement fulltext

3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
IMPLEMENTASIE-PROCUREMENT DITINJAU DARI
KESUKSESAN SISTEM TEKNOLOGIINFORMASIDENGAN
MENGGUNAKAN MODEL DELONE DAN MCLEAN
Yunus Harjito
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Surakarta
yunus_accounting @ yahoo.co.id
Fatchan Achyani
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Surakarta
achyanifatchan@yahoo.co.id
Payamta
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sebelas Maret Surakarta
kappayamta@yahoo.com
ABSTRACT
This study aims to obtain empirical evidence on the success of the information
technology systems that viewed from the quality of system and the quality of information on the
implementation of e-procurement in local government. Success in this research refers to the
use and satisfaction of users of the e-procurement system, and also give an impact on the
individuals and organizations that use it. The method of research used in this study are
quantitative methods with questionnaire.The population in this study are the committee

procurement of goods and services in local government, while the sample are the committee
procurement of goods and services electronically in the Surakarta city government. Data
analysis tools used in this study is SmartPLS ver.2.0.M3. The results of the statistical analysis
shows that the system quality is not influence on user satisfaction and use. The information
quality is a positive influence on the user satisfaction and actual use. While actual use is not
influence on the user satisfaction. Moreover, user satisfaction and use also gives a positive
influence on the individual impact and the individual impact gives positive impact on the
organizational impact.
Keywords: e-procurement, system quality, information quality, use, user satisfaction,
individual impact and organizational impact.

PENDAHULUAN
Keputusan Presiden nomor 80 tahun 2003 secara eksplisit telah mengijinkan proses
pengadaan melalui e-procurement. Hal inilah yang menjadi dasar lahirnya e-procurement
sektor publik di Indonesia. Namun pada kenyataanya penerapan e-procurement di sektor
publik baru dimulai pada tahun 2004. Pada awalnya Badan Perencanaan dan Pembangunan
Nasional (Bappenas) ditunjuk sebagai penanggung jawab atas sistem ini sebelum Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) dibentuk berdasarkan Keppres nomor
106 pada bulan Desember 2007. Ketegasan e-procurement ini nampak setelah ditetapkannya
Peraturan Presiden nomor 54 Tahun 2010 yang mengatur tentang pengadaan barang/jasa

pemerintah yang telah diubah dengan peraturan presiden nomor 35 tahun 2011 sebagai
perubahan pertama dan peraturan presiden nomor 70 tahun 2012 sebagai perubahan kedua.
Implementasi e-procurement yang merupakan sistem berbasis elektronik
mengindikasikan adanya usaha pemerintah untuk memberikan pelayanan yang lebih teipadu
feb
, "

Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

^633

3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
dan berkualitas serta mengikuti perkembangan teknologi. Sistem ini akan berjalan apabila
didukung dengan menggunakan seperangkat komputer yang harus terhubung dengan jaringan
internet. Sistem yang digunakan merupakan sistem online yang didesain untuk memfasilitasi
share informasi atas kebutuhan barang/jasa instansi pemerintah dan upload dokumen dari pihak
penyedia barang/jasa. Pada dasarnya semua sistem yang diterapkan baik pada instansi
pemerintah maupun instansi non pemerintah haruslah dievaluasi atau diukur tingkat

keberhasilan sistem tersebut. Keberhasilan atau kesuksesan sistem ini akan menentukan
kualitas sistem yang digunakan dan sebagai evaluasi untuk perbaikan dan pengembangan
terhadap sistem yang telah diterapkan. Goodhue dan Thompson (1995) menyatakan kesuksesan
sistem informasi suatu perusahaan tergantung pada bagaimana sistem itu dijalankan,
kemudahan sistem itu bagi para penggunanya, dan pemanfaatan teknologi yang digunakan.
Evaluasi terhadap sistem yang digunakan sangatlah penting, karena jika evaluasi hanya
diterapkan pada prosedur teknis pengadaan barang/jasa saja, maka tidak bisa diketahui
permasalahan lain tentang keberhasilan penerapan e-procurement terutama jika permasalahan
tersebut berasal dari sistem yang digunakan. Akan lebih efektif dan efisien jika dilakukan
evaluasi keberhasilan sistem, terutama pada penerapan sistem e-procurement.Di dalam
penelitian sistem informasi, ada beberapa faktor dalam menilai kesuksesan sistem teknologi
informasi. Oleh karena itu telah banyak peneliti yang mengembangkan model kesuksesan
sistem informasi ini (Bailey dan Paerson 1983, DeLone dan McLean 1992, Seddon 1997, Rai
et al., 2002 dalam Sabherwal et ah, 2004). Belum adanya standar baku menjadikan pengukuran
kesuksesan suatu sistem informasi menjadi tidak mudah, harus ada beberapa aspek yang
menjadi pertimbangan seperti faktor lingkungan di mana sistem tersebut diterapkan, jenis
sistem apa yang akan diterapkan, dan sebagainya. Meskipun belum ada standar baku untuk
mengukur kesuksesan sistem teknologi informasi, tetapi pengukuran ini sangatlah diperlukan.
Begitu juga pada instansi pemerintah yang telah menerapkan e-procurement, kesuksesan sistem
yang telah diterapkan sangat diperlukan untuk mengukur berjalannya kinerja sektor publik

dalam menjalankan e-procurement.
Munculnya berbagai permasalahan pada sistem e-procurement seperti permasalahan
sistem e-procurement yang terjadi di LPSE kota Surakarta, rekanan telah meng-upload
dokumen sebanyak dua kali tetapi dinyatakan tidak ada. Kejadian serupa juga dialami oleh
rekanan lain di LPSE kota Surakarta yang telah meng-upload penawarannya dan progres
pengiriman mencapai 100%, tetapi dokumen yang di upload tidak berhasil dan kembali ke
bagian awal lagi (http://lpse.surakarta.go.id/eproc/faqr)age;isessionid=5BA6512EBDB0BE
25E9E8EDD6BB938834). Selain itu, permasalahan juga terjadi pada rekanan yang telah
mendaftarkan secara online di LPSE kota Surakarta dan telah mendapatkan 2 password baru,
tetapi kedua password tersebut tidak bisa untuk membuka login. Beberapa waktu lalu LPSE
kota Surakarta menjelaskan bahwa web LPSE sedang mengalami error. Hal ini menyebabkan
beberapa rekanan kesusahan untuk memasukkan data peket lelangnya dan lebih parahnya lagi
di alamat web yang muncul adalah tulisan error di atas (http://lpse.surakarta.go.id/eproc/faqpage;jsessionid=5BA6512EBDB0BE25E9E8EDD6BB938834).
Berbagai permasalahan tersebut mendorong peneliti untuk mengkaji lebih dalam
tentang kesuksesan sistem e-procurement. Untuk mengukur kesuksesan sistem ini tidaklah
mudah, karena belum ada standar- baku yang mengatur tentang bagaimana mengukur
kesuksesan suatu sistem. DeLone dan McLean (1992) mencoba untuk menawarkan suatu model
untuk mengukur kesuksesan sistem. Model ini dirasa cocok untuk menilai kesuksesan suatu

feb


Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

1634

3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
sistem terbukti telah banyak peneliti menggunakan model ini meskipun memunculkan basil
yang berbeda-beda (Livari, 2005; Radityo dan Zulaikha, 2007; Darmawan, 2010)
Model DeLone dan McLean (1992) merupakan suatu kerangka yang direkomendasikan
sehubungan dengan kesuksesan suatu implementasi sistem. Dasar model kesuksesan informasi
sistem terdiri dan enam konstruk atau dimensi: (1) kualitas sistem, (2) kualitas informasi, (3)
pengguna sistem, (4) kepuasan pengguna, (5) pcngaruh
individu, dan (6) pcngaruh
organisasional (DeLone dan McLean, 1992). Dengan mengevaluasi kesuksesan sistem eprocurement dengan menggunakan model DeLone dan McLean (1992) ini, maka diharapkan
pemerintah daerah dapat mengambil informasi sebagai perbaikan proses pelaksanaan eprocurement. Selain itu LPSE beserta LKPP sebagai pengembang dan pelaksana sistem dapat
melakukan pengambangan atau perbaikan sistem untuk menjadikan lebih berkualitas.

MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang terlibat
dalam proses pengadaan barang dan jasa pada lingkup Pemerintah Kota Surakarta, diantaranya
adalah Pemerintah Kota Surakarta, dapat mengambil informasi dari penilaian persepsi
kesuksesan penerapan sistem e-procurement.Selain itu LPSE kota Surakarta beserta LKPP
sebagai pengembang dan pelaksana sistem dapat melakukan pengambangan atau perbaikan
sistem untuk menjadikan lebih berkualitas. Penelitian ini juga diharapkan dapat sebagai acuan
dan referensi bagi instansi pemerintah daerah lain, universitas, dan organisasi publik lain dalam
hal penerapan sistem pengadaan barang dan jasa sebagai upaya penciptaan pemerintahan yang
bersih, transparan. dan berkualitas. Serta dari penggunaan model, diharapkan dapat mengetahui
hasil pengujian secara empiris dari model kesuksesan implementasi sistem yang telah
dikemukakan oleh Delone dan McLean dengan harapan dapat berguna bagi pengetahuan
akademik yang akan datang.

KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Pengadaan Barang/Procnrement
Penerapan sisten e-procurement di sektor publik maupun sektor swasta telah menjadi
daya tarik akan adanya peningkatan efisiensi. Sistem ini tidak lepas dari peranan teknologi
online serta adanya web yang memberikan kemudahan dalam melakukan transaksi antara
instansi dengan konstituen dengan harapan untuk memperoleh keuntungan bcsar yang
disebabkan dari aktivitas efisiensi yang telah dilakukan (MacManus, 2002; Wirtz et al. 2010).

Menurut Wirtz et al. (2010) definisi e-procurement saat ini tidak membedakan antara sektor
swasta dan administrasi publik. Lebih lanjut dijelaskan bahwa tidak ada konsistensi definisi eprocurement pada adminishasi publik di Jerman. Bahkan beberapa peneliti maupun badan atau
organisasi yang menangani e-procurement telah mendefinisikan istilah e-procurement. Seperti
halnya Engstorm, et al. (2009) mendefinisikan pengertian e-procurementadalah proses
pengadaan barang dan jasa secara elektronik. Selain itu Croom dan Brandon-Jones (2005)
mengartikan e-procurement sebagai penggunaan sistem komunikasi secara terintegrasi
(biasanya berbasis web) pada suatu tahap ataupun semua tahap dalam proses pembelian.
Devila et al. (2003) menjelaskan bahwa teknologi e-procurement didefinisikan sebagai
suatu teknologi yang dirancang untuk memfasilitasi perolehan barang oleh organisasi komersial
ataupun pemerintah melalui teknologi internet. E-procurementini menawarkan peluang yang
feb
, "

Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
signifikan untuk mengurangi biaya, meningkatkan efektivitas organisasi, serta meningkatkan
pelayanan konsumen (Mitchell, 2000). MacManus (2002) menjelaskan bahwa procurement

memiliki art! yang lebih luas daripada pembelian, procurement menunjukkan fungsi kombinasi
dari pembelian atau purchasing, pengendalian terhadap persediaan, pengiriman, penerimaan
dan inspeksi, serta memberikan tindakan terhadap persediaan. Selain itu, Gerson dalam Lee
(2010) mendefinisikan procurement sebagai seluruh proses akuisisi dari pihak ketiga yang
meliputi barang, jasa dan proyek konstruksi. Peraturan presiden nomor 54 tahun 2010 yang
mengatur tentang pengadaan barang/jasa pemerintah yang telah diubah dengan peraturan
presiden nomor 35 tahun 2011 sebagai perubahan pertama dan peraturan presiden nomor 70
tahun 2012 sebagai perubahan kedua menjelaskan bahwa pengadaan secara elektronik atau eprocurement adalah Pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi
informasi dan transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Manfaat dan Tantangan Penerapan Sistem E-Procurement
Sistem informasi berbasis web terbukti memberikan keuntungan pada instansi yang
menerapkan sistem tersebut. Begitu juga dengan penerapan sistem e-procurement, yang telah
terbukti memberikan banyak manfaat bagi pemerintah yang sudah menerapkan e-procurement
ini. Reddick (2004) menjelaskan bahwa ada beberapa manfaat yang diperoleh pemerintah
setelah menerapkan sistem e-procurement, diantaranya lebih rendahnya biaya administrasi
yang digunakan untuk aktivitas pengadaan barang yang diakibatkan dari bisa dikuranginya
jumlah orang atau pegawai dalam pelaksanaan aktivitas procurement, serta penghematan pada
waktu pelaksanaan proses procurement. Selain itu Gansler et al. (2003) menjelaskan dalam
basil penemuanya bahwa dengan menggunakan e-procurement dapat mengurangi biaya
berkisar $10 sampai $15 yaitu dengan mengurangi bahkan menghilangkan biaya yang berkaitan

dengan fax, panggilan telepon, persiapan dokumen, padahal apabila menggunakan proses
pembelian secara manual berkisar dari $125 sampai $175.
Ronchi et al. (2010) membahas pada penelitian yang telah dilakukannya yang berkaitan
dengan manfaat yang diperoleh dari penerapan e-procurement dengan membandingkan kinerja
keuangan dan kinerja organisasi sebelum dan sesudah menerapkan e-procurement. Dari basil
penelitian tersebut dapat dijelaskan bahwa dimensi kinerja keuangan dan kinerja organisasi
mengalami perubahan setelah organisasi menerapkan sistem e-procurement. Hasil penelitian
ini juga didukung oleh Singer et al. (2009) yang menyatakan bahwa dengan penerapan eprocurement pada organisasi pemerintah, dapat mengurangi biaya administrasi birokrasi yang
membantu negara menghindari tugas yang berulang-ulang (seperti rcgistrasi dan sertifikasi
kontraktor), menunjukkan adanya mekanisme kontrol yang efisien dan mengurangi kertas
kerja.
Banyaknya manfaat yang telah dihasilkan dari penerapan e-procurement memicu
adanya celah yang harms diwaspadai oleh organisasi yang menerapkan e-procurement tersebut.
Harms disadari bahwa berjalannya e-procurement ini memerlukan banyak faktor untuk
menghasilkan manfaat yang dapat dirasakan. Tersedianya sumber daya manusia, kompetensi
sumber daya manusia untuk menjalankan sistem, fasilitas yang mendukung untuk
terlaksananya proses e-procurement dan komitmen yang kuat untuk amanah dalam melakukan
proses secara benar, menjadikan faktor utama untuk keberhasilan sistem e-procurement.

feb

"TTS"'

Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

1636

3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
Pelaksana E-procurement di Berbagai Negara
Wirtz et al. (2010) melakukan penelitian tentang hambatan-hambatan yang dihadapi
dalam penerapan e-procurement di Sektor Publik Jerman. Lebih spesifik penelitiannya ingin
mengetahui hambatan yang berasal dari individu, eksternal, maupun internal organisasi
berkaitan dengan tingkat implementasi. Selain itu juga ada penelitian yang dilakukan oleh
Croom dan Jones (2007) meneliti tentang dampak e-procurement di sektor publik UK. Dari
penelitian tersebut mereka menemukan bahwa implementasi e-procurement berdampak pada
biaya perolehan barang dan jasa. Biaya perolehan barang dikurangi melalui peningkatan sistem
procurement, selain itu juga mengurangi maverick buying.
Model Kesuksesan Sistem Infromasi DeLone dan Mclane
Kesuksesan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu merujuk pada penilaian

pengguna atas kualitas sistem dan kualitas informasi yang dijabarkan pada kepuasan pengguna
dan penggunaan terhadap sistem yang digunakan tersebut. Model DeLone dan McLean (1992)
merupakan suatu kerangka yang direkomendasikan sehubungan dengan kesuksesan suatu
implementasi sistem. DeLone dan McLean (1992) mengusulkan sebuah kerangka untuk
mengukur keberhasilan infomasi sistem dengan membedakan kualitas sistem, kualitas
informasi, kepuasan pengguna, kegunaan, dampak individu dan dampak organisasi. Dari
beberapa model pengujian kesuksesan atas penerapan suatu sistem informasi, model DeLone
dan McLean (1992) banyak mendapat perhatian. Berikut adalah gambar dari model DeLone
dan McLean (1992).
System
Quality

Use
Individual
Impact

Information
Quality

Organizational
Impact

User
Satisfaction

Gambar 1:
Model Kesuksesan Sistem DeLone dan McLean (1992)

Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Kualitas Sistem Terhadap Kepuasan Pengguna
Kesuksesan sebuah sistem informasi yang digunakan oleh suatu instansi dipengaruhi
oleh kualitas sistem yang digunakan tersebut (DeLoone dan McLean, 2003). Poon dan Wager
(2000) menjelaskan bahwa kesuksesan sistem informasi dalam sebuah organisasi diharapkan
mampu mengatasi kegagalan-kegagalan yang pernah terjadi dalam organisasi tersebut. Seddon
dan Kiew (1996) menyatakan bahwa kualitas sistem berfokus pada tidak adanya gangguan
sistem, konsistensi dari bentuk sistem, kemudahan dalam penggunaan sistem, dokumentasi
yang mudah dan terkadang berkaitan dengan pembuatan kode-kode yang mudah dimengerti
oleh pengguna. Pengguna sistem yang memperoleh hasil yang diinginkan dari sistem yang
dipakai tersebut akan merasa lebih puas dan akan terus menggunakan sistem tersebut. Selain
itu, Sistem yang jarang mengalami error juga akan memberikan kepuasan dengan kata lain
kepuasna pengguna akan meningkat jika sistem yang digunakan semakin berkualitas.
Berdasarkan paparan tersebut maka dapat dijabarkan dalam hipotesis berikut:

feb
"TTS"'

Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

1637

3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
HI: Kualitas sistem (system quality) berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna
(user satisfaction).
Pengaruh Kualitas Informasi Terhadap Kepuasan Pengguna
DeLone dan McLean (2003) menyatakan bahwa kesuksesan sebuah sistem informasi
dipengaruhi oleh kualitas dari informasi. Selain itu, Jogiyanto (2007) menyatakan bahwa
kualitas informasi mengukur kualitas keluaran dari sistem informasi. Seddon dan Yip (1992)
mengindikasikan dari basil penelitian mereka bahwa kualitas informasi merupakan faktor
penentu penting terhadap kepuasan pemakai. Selain itu, Livari (2005) menjelaskan dalam basil
penelitiannya bahwa kualitas sistem merupakan prediktor bagi kepuasan pengguna. Penelitian
di Indonesia oleh Radityo dan Zulaikha (2007) memberikan penegasan bahwa kualitas
informasi menunjukkan output dari sistem informasi yang berhubungan dengan nilai, manfaat
dan relevansi dari informasi yang dihasilkan bagi pengguna sistem. Suatu sistem yang dapat
memberikan informasi berkualitas yakni lengkap, akurat, up to date dan dapat dipercaya, maka
seseorang pengguna akan merasa lebih puas dengan informasi yang diperoleh. Berdasarkan
paparan tersebut maka dapat dijabarkan dalam hipotesis berikut:
H2: Kualitas informasi (information quality) berpengaruh positif terhadap kepuasan
pengguna (user satisfaction).
Pengaruh Kualitas Sistem Terhadap Penggunaannya
DeLone dan McLean (2003) mengungkapkan bahwa tingkat kebermanfaatan sebuah
sistem akan terlihat dari frekwensi penggunaan sistem tersebut. jika sistem dapat digunakan
maka hal tersebut menunjukkan bahwa seorang akan terbantu dengan sistem tersebut. dan hal
itu menunjukkan bahwa sistem yang ada memiliki kualitas yang baik dan dapat membantu saat
bekerja. Seddon dan Kiew (1996) menyatakan bahwa usefulness menunjukkan persepsi dari
pengguna tentang kebermanfaatan sistem dalam upaya mengoptimalkan pencapaian para
pengguna sistem. Sistem yang berkualitas harms mampu berjalan sesuai dengan fungsi sistem
yang telah diterapkan. Pengguna sistem akan cenderung menggunakan sestem secara terus
menerus apabila sistem yang telah digunakan berkualitas.. Berdasarkan paparan diatas maka
dapat dijabarkan dalam hipotesis berikut:
H3: Kualitas sistem (system quality) berpengaruh positif terhadap penggunaannya
(use).
Pengaruh Kualitas Informasi Terhadap Penggunaannya
Saarinen (1996) mengungkapkan bahwa penilaian terhadap kesuksesan sistem
informasi dipengaruhi oleh empat faktor dalam organisasi. Faktor tersebut meliputi proses
pengembangan sistem, proses penggunaan sistem, kualitas dari produk yang dihasilkan oleh
sistem informasi, serta dampak sistem informasi bagi organisasi. Selain itu, Poon dan Wagner
(2000) menyatakan bahwa kesksesan sebuah sistem informasi akan berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan yang diambil oleh para eksekutif organisasi. Namun menentukan
kesuksesan sebuah sistem informasi tidaklah mudah. Seddon dan Kiew (1996) menyatakan
apabila informasi yang tersedia merupakan informasi yang berkualitas maka pengguna sistem
akan sering memanfaatkan informasi tersebut. Li (1997) menjelaskan bahwa apabila sistem
menghasilkan informasi yang berkualitas dan kemudian informasi tersebut bermanfaat terhadap
pekerjaan penggunanya maka pengguna akan mempromosikan sistem tersebut terhadap rekan
kerja lainnya. Berdasarkan paparan tersebut maka dapat dijabarkan dalam hipotesis berikut:

feb

Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

1638

3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
H4:

Kualitas Informasi (information
penggunaannya (use).

quality)

berpengaruh

positif terhadap

Pengaruh Penggunaan Terhadap Kepuasan Pengguna
Saarinen (1996) menjelaskan bahwa kesuksesan sebuah sistem informasi dinilai dari
outcome sistem atau kepuasan dari pengguna sistem. Kepuasan pengguna sistem dapat dinilai
dari keuntungan yang didapatkan pengguna yang sesuai dan mendukung pekerjaannya. Seddon
dan Kiew (1996) menyatakan bahwa kepuasan pengguna menunjukkan kesuksesan atau
kejengkelan dalam interaksi yang dilakukan dengan sistem. Selain itu, Jogiyanto (2007)
menjelaskan bahwa kepuasan pengguna sistem informasi merupakan respon yang ditampilkan
oleh pengguna sistem terhadap penggunaan keluaran informasi sistem tersebut. Berdasarkan
paparan tersebut maka dapat dijabarkan dalam hipotesis berikut:
H5: Penggunaan (use) berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna (user
satisfaction).
Pengaruh Penggunaan Terhadap Dampak Individu
Penggunaan sistem informasi yang telah dikembangkan mengacu pada seberapa sering
pengguna memakai sistem informasi. Semakin sering pengguna memakai sistem informasi,
biasanya diikuti oleh semakin banyak tingkat pembelajaran (degree of learning) yang didapat
pengguna mengenai sistem informasi (McGill et al, 2003). Peningkatan derajat pembelajaran
ini merupakan salah satu indikator bahwa terdapat pengaruh keberadaan sistem terhadap
kualitas pengguna (individual impact). Leavitt dalam Radityo dan Zulaikha (2007) mencermati
bahwa penerapan sistem informasi yang baru akan berdampak pada reaksi yang ditunjukkan
oleh perilaku individu dalam organisasi. Reaksi itu berupa munculnya motivasi baru untuk
bersaing dan meningkatkan kinerja. DeLone dan McLean (1992) menjelaskan bahwa adanya
hubungan antara penggunaan sistem dengan dampak individu yang merupakan suatu hubungan
untuk menilai kesuksesan sistem. Berdasarkan paparan tersebut maka dapat dijabarkan dalam
hipotesis berikut:
H6: Penggunaan (use) berpengaruh positif terhadap dampak individu (individual
impact).
Pengaruh Kepuasan Pengguna Terhadap Dampak Individu
Livari (2005) menjelaskan bahwa jika kepuasan pengguna meningkat, seseorang akan
menjadi terdorong untuk meningkatkan kinerjannya. Selain itu Seddon dan Kiew (1996)
menyatakan kepuasna pengguna menunjukkan kesuksesan atau kejengkelan dalam interaksi
yang dilakukan dengan sistem. Apabila keuntungan yang didapat dari sistem lebih besar dari
yang diharapkan maka terjadilah kepuasan penguna, dan sebaliknya. Li (1997) mengungkapkan
bahwa persepsi tentang pentingnya sistem menunjukkan bahwa user telah mengambil manfaat
dan kepuasan tertentu dari sistem tersebut, sehingga apabila sistem tersebut tidak ada maka
kinerja akan menjadi terganggu. Hal ini juga berlaku sebaliknya bahwa dengan adanya
kepuasan terhadap pemakaian sistem, maka kinerja akan lebih meningkat. Berdasarkan paparan
yang telah dijelaskan diatas maka dapat dijabarkan dalam hipotesis berikut:
H7: Kepuasan pengguna (user satisfaction) berpengaruh positif terhadap dampak
individu (individual impact).

Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

1639

3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
Pengaruh Dampak Individu Terhadap Dampak Organisasi
DeLone dan McLean (1992) mengungkapkan bahwa kesuksesan suatu sistem diukur
dengan adanya hubungan antara individu yang nantinya akan mempengaruhi kinerja organisasi.
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Markus dan Keil (1994) yang menyatakan bahwa
sebuah kesuksesan sistem akan berdampak pada individu dan organisasi penggunanya, dan
selanjutnya dampak individual tersebut berpengaruh terhadap kinerja organisasional.
Peningkatan kualitas kinerja organisasi tersebut didasari dari adanya dampak prestasi individu
yang juga meningkat. Berdasarkan paparan tersebut maka dapat dijabarkan dalam hipotesis
berikut:
H8: Dampak individu (individual impact) berpengaruh positif terhadap dampak
organisasi (organizational impact).
Kerangka Pemikiran
Berdasarkan hipotesis yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat disusun
kerangka pemikiran sebagai berikut:
Kualitas
Sistem
(System
Quality)

H3

, Penggunaan
Nyata
(Use)
V/
H5
X
Kualitas
Kepuasan
Informasi /4\ Pengguna
(Information H2
(User
Satisfaction)
Quality)

Dampak
Individu
(Individual
Impact)

Dampak
Organisasi
(Organizational
Impact)

Gambar 2:
Model Penelitian
METODA PENELITIAN
Sampel dan Data Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah panitia pengadaaan barang/jasa di pemerintah
daerah yang sudah menerapkan e-procurement. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah panitia pengadaan barang/jasa yang berada di kota Surakarta sebagai pengguna internal
dan telah menerapkan sistem e-procurement. Hal yang mendasari Kota Surakarta dalam
pemilihan dikarenakan Pemerintah daerah kota Surakarta dalam menarapkan e-procurement
termasuk penerapan sistem yang baru, maka dart itu masih banyak memerlukan evaluasi dan
penilaian untuk kebaikan sistem yang diterapkan tersebut dan juga diharapkan bisa memberikan
generalisasi basil penelitian. Berdasarkan surat keputsan Wali Kota Surakarta nomor 027/11J/l/2014 tentang pengangkatan pejabat dan staf unit layanan pengadaan barang/jasa pemerintah
di lingkungan pemerintah kota Surakarta, panitia pengadaan terdiri dari 57 orang.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Penelitian ini menggunakan 6 variabel dart model yang dikeluarkan oleh DeLone dan
McLean (1992) yaitu terdiri dart vartabel kualitas sistem, kualitas informasi, kepuasan
pengguna, penggunaan, dampak individu, dan dampak organisasi. Teknik penskalaan pada
kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan semantic differential scale
yaitu pilihan jawaban dibuat suatu perbandingan yang ekstrim (bipolar), responden hanya
diminta untuk memberikan penekanan sesuai dengan persepsinya (Wiyono, 201 l).Rentang
skala yang digunakan pada penelitian ini yaitu untuk semua vartabel masing-masing adalah 7
digit.

feb

Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

^^0

3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
Kualitas Sistem (System Quality)
Kualitas sistem yaitu kualitas dan kombinasi hardware dan software dalam sistem
informasi. Fokusnya adalah performa dan sistem, yang merujuk pada seberapa baik
kemampuan perangkat keras, perangkat lunak, kebijakan, prosedur dari sistem informasi dapat
menyediakan informasi kebutuhan pengguna (DeLone dan McLean, 1992).Indikator yang
digunakan mereplikasi dari penelitian Livari (2005) terdiri atas 5 skala pengukuran yakni:
fleksibilitas sistem (system flexibility), kemampuan integrasi sistem (system integration), waktu
respon (time to respon), perbaikan kesalahan (error recovery), dan kenyamanan akses
(convinience of access). Tiap-tiap skala diukur dengan menggunakan empat item, dan tiap item
diukur dengan skala likert 1 sampai dengan 7.
Kualitas Informasi (Information Quality)
Kualitas informasi yang dimaksud adalah kualitas informasi yang diukur secara
subyektif oleh pengguna yang selanjutnya disebut sebagai kualitas informasi (information
quality). Kualitas informasi terkait isu-isu seperti ketepatan waktu, akurasi, relevansi, dan
format informasi yang dihasilkan oleh sebuah sistem informasi (Kiew dan Seddon, 1996).
Kualitas informasi dalam penelitian ini diadopsi dari Bailey dan Pearson (1983) terdiri dari 7
skala pengukuran, yaitu: ketersediaan, kelengkapan (completeness), ketepatan (precision),
keakuratan informasi (accuracy), konsistensi (consistency) keandalan (reliability) dan kekinian
(currency), serta bentuk dari keluaran (format of output). Tiap-tiap skala diukur dengan
menggunakan empat item dengan skala likert 1 sampai dengan 7.
Penggunaan Nyata (Use)
Penggunaan nyata (use) merupakan frekuensi seberapa sering suatu sistem informasi
digunakan oleh pengguna setelah sistem tersebut diimplementasikan. Hartono (2007)
membedakan penggunaan (use) ke dalam penggunaan informasi (information use) dan
penggunaan sistem (system use).Mereplikasi item yang digunakan pada penelitian Chin et al.
(1988), penelitian ini menggunakan 2 item yakni: penggunaan waktu harian (daily used time)
dan frekuensi penggunaan (frequency of use), sementara itu tiap item diukur dengan skala likert
1 sampai dengan 7.
Kepuasan pengguna (user satisfaction)
Kepuasan pengguna sistem (user satisfaction) adalah perasaan akhir yang berupa rasa
senang atau tidak senang yang dihasilkan dari mengumpulkan semua manfaat yang diharapkan
seseorang untuk diterima dari interaksi dengan sistem informasi (Kiew dan Seddon, 1996).
Selain itu, Radityo dan Zulaikha (2007) menjelaskan bahwa kepuasan pengguna sistem (user
satisfaction) merupakan respon dan umpan balik yang dimunculkan pengguna setelah memakai
sistem informasi. Item pertanyaan yang digunakan untuk mengukur kepuasan pengguna (user
satisfaction) dalam penelitian ini mereplikasi item pertanyaan yang dipakai oleh Livari (2005)
yang diadopsi dari Chin et al. (1988), tiap item diukur dengan skala likert 1 sampai dengan 7.
Dampak individual (individual impact)
Dampak individu (individual impact) adalah pengaruh keberadaan dan pemakaian
sistem informasi terhadap kualitas kinerja pengguna secara individual termasuk didalamnya
produktivitas, efisiensi dan efektivitas kinerja (Radityo dan Zulaikha, 2007). Livari (2005)
menggunakan 6 item yang diadopsi dari ukuran persepsi kegunaan (perceived usefrdness)oleh
Davis (1989) yang juga digunakan dalam penelitian ini, yakni: kecepatan menyelesaikan tugas
(speed of accomplishing task), prestasi kerja (job performance), produktivitas (productivity),
efektivitas (effectiveness), kemudahan pekerjaan (ease of job), dan bermanfaat dalam pekerjaan
(usefull in work). Tiap item diukur dengan skala likert 1 sampai dengan 7.

feb

Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

1641

3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
Dampak organisasi (organizational impact)
Dampak organisasi (organizational impact) yaitu pengaruh keberadaan dan
penggunaan sistem informasi terhadap kualitas kinerja organisasi dalam hal ini institusi yang
mengembangkan (Hartono, 2007). Dalam penelitian ini, variabel dampak organisasi
(organizational impact) diukur dengan persepsi pengguna atas pengarus sistem terhadap
kualitas kinerja organisasi dengan menggunakan lima item, dan tiap item diukur dengan skala
likert 1 sampai dengan 7.
Analisis Data
Pengujian hipotesis dalam penelitian dilakukan dengan menggunakan alat analisis
Partial Least Square (PLS) dengan bantuan software SmartPLS versi 2.0 M3. PLS adalah salah
satu metoda statistik SEM yang berbasis varian, didesain untuk menyelesaikan regresi berganda
ketika terjadi permasalahan spesifik pada data, seperti ukuran sampel penelitian kecil, adanya
data yang hilang, dan multikolinearitas (Hartono, 2011). Menurut Gefen et al. (2000) model
(PLS) ini tidak memeiiukan asumsi distribusi normal, jumlah sampel yang diperlukan tidak
begitu besar, serta bisa diaplikasikan pada penelitian yang bersifat confirmatory maupun
exploratory.
Di dalam PLS mengakui dua komponen model kausal, yaitu model struktural dan
model pengukuran. Model pengukuran digunakan untuk uji validitas dan reliabilitas, sedangkan
model struktural digunakan untuk uji kausalitas (pengujian hipotesis dengan model prediksi).
Pengujian hipotesis untuk memprediksi adanya hubungan kausalitas diperoleh melalui uji tstatisticyang dihasilkan dari proses bootstrap. Pengujian dilakukan dengan membandingkan
nilai t-tabel dengan nilai t-statisticsyang diperoleh dari proses bootstrap menggunakan
SmarPLS.Hipotesis didukung jika nilai t-statisticslebih besar dibandingkan nilai t-tabel.
Dengan tingkat keyakinan 95% (a = 5%), maka nilai t-tabel untuk uji hipotesis satu ekor (onetailed) adalah + 1,68 (Hair et al. 2010).
PEMBAHASAN
Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data yang berasal dari kuesioner, basil
dari tanggapan responden yaitu panitia pengadaan barang dan jasa dengan e-procurement di
Pemerintah Kota Surakarta. Peneliti memperoleh data yang berisi nama-nama panitia
pengadaan di Unit Layanan Pengadaan (ULP) Kota Surakarta. Berdasarkan data tersebut,
peneliti membagikan kuesioner dan mengambil pada waktu yang telah disepakati. Kuesioner
yang telah dikirim sebanyak 57 dan kuesioner yang kembali sebanyak 54. Terdapat 3 kuesioner
yang tidak kembali, karena sampai dengan hari pengambilan kuesioner belum diisi. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat pengembalian dari kuesioner yang telah dibagikan 94,74%.
Hasil Pengujian Instrumen
Validitas Konvergen
Validitas konvergen berupa factor loading seharusnya nilainya lebih dari 0,5. Item di
konstruk yang mempunyai nilai factor loading di bawah 0,50 menunjukkan bahwa konstruk ini
kurang valid atau dengan kata lain item-item di konstruk bukan item yang valid untuk
membentuk konstruk, seharusnya tidak dimuat (load) di dalam konstruk.

lii s-vtew
feb

Fakultas Ekonomika
danWacana
Bisnis
Universitas
Kristen Satya

^642

3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
Tabel 1
Overview Iterasi Algoritma PLS
Uji Validitas

Kualitas Sistem
Kualitas Informasi
Penggunaan Nyata
Kepuasan Pengguna
Dampak Individu
Dampak Organisasi

Uji Reliabilitas

AVE

Communality

Composite
Reliability

Cronbacbs
Alpha

0,502055
0,607413
0,680835
0,692735
0,704414
0,694565

0,502055
0,607413
0,680834
0,692735
0,704414
0,694565

0,956422
0,976479
0,803440
0,918404
0,933880
0,919010

0,952164
0,974888
0,628470
0,889017
0,913468
0,890005

Square

0,063790
0,524665
0,394757
0,541643

Sumber: Output SmartPLS ver 2.0 M3 Tahun 2014
Penelitian ini menggunakan AVE > 0,50 dan communality > 0,50 sebagai indikator
validitas konvergen. Dengan demikian, indikator tidak akan dihapus jika memiliki skor AVE
dan communality di atas 0,50. Berdasarkan data yang diolah, nilai AVE dan communality untuk
variabel kualitas sistem, kualitas informasi, penggunaan nyata, kepuasan pengguna, dampak
individu, dan dampak organisasi memiliki nilai di atas 0,50.
Validitas Diskriminan
Car a untuk menguji validitas diskriminan dengan indikator reflektif yaitu dengan
melihat nilai cross loading untuk setiap variabel harus > 0,50. Cara lain yang dapat digunakan
untuk menguji validitas diskriminan adalah dengan membandingkan akar kuadrat dari AVE
untuk setiap konstruk dengan nilai korelasi antar konstruk dalam model. Validitas diskriminan
yang baik ditunjukkan dari akar kuadrat AVE untuk tiap konstruk lebih besar dari korelasi antar
konstruk dalam model (Fornell dan Larcker, 1981 dalam Ghozali dan Latan, 2012). Nilai cross
loading (terlampir)pada penelitian ini menunjukkan bahwa setiap variabel >0,50. Hal ini berarti
bahwa nilai AVE yang dilihat detail dari cross loading tidak perlu dihapus (semua konstruk
>0,50) dan dinyatakan valid. Selain itu basil pengujian pada cross loading (terlampir)
menunjukkan bahwa setiap konstruk lebih besar dari korelasi antar konstruk dalam model.
Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan indikasi mengenai stabilitas dan konsistensi di mana instrumen
mengukur konsep dan membantu menilai ketepatan suatu pengukuran (Sekaran, 2010). Uji
reliabilitas pada penelitian ini menggunakan Cronbctch 'sAlphct dan Composite Reliability yang
mana skor reliabilitas Cronbach's Alpha harus lebih besar dari 0,50 dan nilai composite
reliability harus lebih besar dari 0,70. Dilihat dari tabel diatas menunjukkan nilai Cronbach's
Alpha lebih dari 0,50 dan Composite Reliability lebih dari 0,70, sehingga secara umum dapat
dinyatakan bahwa instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah valid,
karena telah memenuhi kriteria validitas konvergen dan diskriminan serta dapat diandalkan,
sehingga layak digunakan untuk pengujian hipotesis.
Evaluasi Model dengan Inner Model (Model Struktural)
Innermodelmerupakan struktural untuk memprediksi hubungan kausalitas antar
variabel laten. Model struktural ini dievaluasi dengan menggunakan R2 dan nilai koefisien path.
Nilai R2 digunakan untuk mengukur tingkat variasi perubahan variabel independen terhadap

lUl ,-vtew
fQb

Fakultas Ekonomika
danWacana
Bisnis
Universitas
Kristen Satya

3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
variabel dependen. Semakin tinggi nilai R2 berarti semakin baik model prediksi dari model
penelitian yang diajukan.
Berdasarkan data yang telah diolah, nilai R2 disajikan dalam tabel diatas mengenai
overview algoritma. Nilai R2 dari variabel dependen kepuasan pengguna adalah 0,524665,
artinya variasi perubahan variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen sebesar
52,47%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model yang diajukan. Nilai R2
dari variabel dependen penggunaan nyata adalah sebesar 0,063790, artinya variasi perubahan
variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen sebesar 6,38%, sedangkan sisanya
dijelaskan oleh variabel lain di luar model yang diajukan. Nilai R2 dari variabel dependen
dampak individu adalah sebesar- 0,394757, artinya bahwa variasi perubahan variabel dependen
dapat dijelaskan oleh variabel independen sebesar- 39,48%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh
variabel lain di luar model yang diajukan. Demikian juga untuk nilai R2 dari variabel dependen
dampak organisasi adalah sebesar- 0,541643, artinya variasi perubahan variabel dependen dapat
dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar- 54,16%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh
variabel lain di luar- model yang diajukan.
Hasil Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hasil olah data menggunakan software SmartPLS versi 2.0 M3, diperoleh
hasil evaluasi model struktural seperti yang disajikan pada tabel berikut:
Tabel 2
Koefisien Jalur (Mean, STDEV, T-Value)

Kualitas Sistem ->
Kepuasan Pengguna
Kualitas Informasi >
Kepuasan
Pengguna
Kualitas Sistem ->
Penggunaan Nyata
Kualitas Informasi > Penggunaan Nyata
Penggunaan Nyata >
Kepuasan
Pengguna
Penggunaan Nyata > Dampak Individu
Kepuasan Pengguna
-> Dampak Individu
Dampak Individu ->
Dampak Organisasi

Standard
,, . ^
Deviatro

,
0
Standard
^

T
Statisi

Original
Sample
(O)

Sample
Mean
(M)

0,183517

0,148905

0,198450

0,198450

0,924752

0,572816

0,629698

0,180582

0,180582

3,172049*

0,331876

0,327458

0,239239

0,239239

1,387219

0,410693

0,425358

0,195210

0,195210

2,103849*

0,147589

0,142444

0,113255

0,113255

0,303156

0,242147

0,226867

0,100719

0,100719

2,404185*

0,595401

0,606793

0,075720

0,075720

7,863191*

0,735964

0,747984

0,061612

0,061612

#

(STDEV)

(STERR)

(IO/Sr]

Rl)

11 945102
'

Sumber: Data diolah tahun 2014
*Signifikan pada tingkat signifikansi 5% (t-tabel 1,68)

feb

Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

1644

3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
Nilai koefisien path atau inner model menunjukkan tingkat signifikansi dalam
pengujian hipotesis. Skor koefisien path atau inner model dapat dilihat pada tabel koefisien
jalur (Mean, STDEV, T-Values), yang mana ditunjukkan dengan nilai t-statistics-nya.
Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas informasi berpengaruh langsung
terhadap kepuasan pengguna dengan koefisien sebesar 0,572816 dan nilai t hitung 3,172049.
Hal ini berarti nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel (t tabel 1,68 untuk tingkat signifikansi
5%). Kualitas informasi juga berpengaruh langsung terhadap penggunaan nyata dengan
koefisien sebesar 0,410693 dan nilai t hitung 2,103849. Penggunaan nyata juga berpengaruh
langsung terhadap dampak individu dengan koefisien sebesar 0,242147 dan nilai t hitung
2,404185. Kepuasan pengguna juga berpengaruh langsung terhadap dampak individu dengan
koefisien sebesar- 0,595401 dan nilai t hitung 7,863191. Dampak individu juga berpengaruh
langsung terhadap dampak organisasi dengan koefisien sebesar- 0,735964 dan nilai t hitung
11,945102. Selain itu, dari basil pengujian yang telah dilakukan dan disajikan pada tabel
koefisien jalur diatas terdapat tiga hubungan yang tidak signifikan yaitu kualitas sistem
terhadap kepuasan pengguna, kualitas sistem terhadap penggunaan nyata, dan penggunaan
nyata terhadap kepuasan pengguna. Hal ini terjadi karena ketiganya memiliki t hitung kurang
dari 1,68 (t tabel dengan signifikansi 5%).
Tabel 3
Hasil Pengujian Hipotesis
Keterangan

Hipotesis Penelitian
Kualitas sistem (system quality) berpengaruh positif terhadap
kepuasan pengguna (user satisfaction)
Kualitas informasi (information quality) berpengaruh positif
H2
terhadap kepuasan pengguna (user satisfaction)
Kualitas sistem (system quality) berpengaruh positif terhadap
H3
penggunaannya(use)
Kualitas informasi (information quality) berpengaruh positif
H4
terhadap penggunaannya (use)
Penggunaan (use) berpengaruh positif terhadap kepuasan
H5
pengguna (user satisfaction)
Penggunaan (use) berpengaruh positif terhadap dampak
H6
individu (individual impact)
Kepuasan pengguna (user satisfaction) berpengaruh positif
H7
terhadap dampak individu (individual impact)
Dampak individu (individual impact) berpengaruh positif
H8
terhadap dampak organisasi (organizational impact)
Sumber: Data diolah tahun 2014
HI

HI
didukung

tidak

H2 didukung
H3
didukung

tidak

H4 didukung
H5
didukung

tidak

H6 didukung
H7 didukung
H8 didukung

Dari tabel hasil pengujian hipotesis yang telah disajikan di atas dapat dijelaskan bahwa
dengan adanya informasi yang berkualitas dan semakin baik, maka akan mempengaruhi
kepuasan pengguna atau kepuasan pengguna dapat meningkat (H2). Selain itu, semakin tinggi
kualitas informasi yang diperoleh dari penggunaan sistem akan meningkatkan tingkat
penggunaanya dengan kata lain intensitas penggunaan sistem akan meningkat apabila kualitas
informasi yang diperoleh dari penggunaan sistem tersebut dapat berkualitas dan berguna (H4).
Hasil penelitian ini khususnya pada kualitas informasi mendukung hasil penelitian DeLone dan
McLean (1992) dan konsisten dengan penelitian Livari (2005), serta Seddon dan Kiew (1996)
feb

Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

1645

3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
yang menyatakan bahwa kualitas informasi merupakan prediktor bagi kepuasan pengguna.
Tetapi basil penelitian ini juga menyangkal pendapat Livari (2005), Seddon dan Kiew (1996),
maupun DeLone dan McLean yang menyatakan bahwa semakin tinggi kualitas sistem akan
semakin tinggi juga kepuasan pengguna sistem informasi.
Kualitas sistem tidak berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna (HI) dan
penggunaannya (H3). Dimungkinkan HI dan H3 tersebut tidak terdukung karena penggunaan
sistem e-procurement bersifat insidental, panitia akan mengakses sistem ini hanya pada saat
yang bersangkutan mempunyai paket lelang saja. Di luar itu, panitia bekerja untuk mengurusi
pekerjaan lain di masing-masing satuan kerjanya. Selain itu basil pengujian juga menunjukkan
bahwa penggunaan tidak berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna (H5). Pengaruh
yang tidak signifikan ini mungkin sifat pengguna sistem e-procurement yang semi mandatory,
artinya pengguna sistem masih diberikan suatu toleransi, meskipun dalam lingkungan yang
sifatnya mandatory dan pengguna sistem ini maih memiliki pilihan (e-procurement atau lelang
langsung). Hal tersebut bisa terjadi karena panitia masih bisa melakukan pengadaan barang dan
jasa melalui lelang langsung, tanpa harus melalui LPSE meskipun lelang tersebut masuk ke
dalam kriteria yang harms menggunakan sistem e-procurement atau dengan kata lain melalui
LPSE.
Hasil pengujian H6 menunjukkan bahwa semakin intens pengguna sistem eprocurement menggunakan sistem, akan meningkatkan kinerja individu. Pengguna sistem yang
menggunakan sistem ini untuk pengadaan barang merasa terbantu, karena dapat mempercepat
proses pengadaan sehingga pelaksanaan pengadaan dapat berjalan dengan cepat dan
dimungkinkan pengguna tersebut untuk mengerjakan tugas pengadaan yang lain atau pekerjaan
yang lain, sehingga produktivitas pengguna sistem akan lebih meningkat. Hasil analisis H6 ini
berbeda dengan yang dilakukan Livari (2005) yang menunjukkan tidak ada hubungan antara
penggunaan nyata terhadap dampak individu. Penelitian ini juga berhasil membuktikan bahwa
kepuasan pengguna berpengaruh positif terhadap dampak individu (H7), yang artinya adalah
jika kepuasan pengguna meningkat, seseorang akan menjadi terdorong untuk meningkatkan
kinerjannya. Hasil ini mendukung hasil penelitian DeLone dan McLean (1992), dan konsisten
dengan penelitian Livari (2005).
Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa dampak individu berpengaruh positif
terhadap dampak organisasi (H8). Penggunaan sistem yang telah meningkatkan dampak
individu akan berdampak pada organisasi yaitu semakin meningkatkan kinerja organisasi
(dapat melalui penghematan biaya dan pemilihan rekanan yang memberikan kualitas barang
yang baik dengan harga yang telah ditetapkan). Organisasi yang panitia pengadaannya
(individu) mau melaksanakan pengadaan barang dengan sistem e-procurement, akan semakin
menghemat biaya yang besar dibandingkan dengan sistem tradisional atau manual.
SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI
Simpulan
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, sebagai hasil dart penelitian dapat
disimpulkan bahwa model kesuksesan sistem informasi DeLone dan McLean (1992) yang diuji
sccara parsial sebagaimana yang telah dilakukan oleh Livart (2005), Seddon dan Kiew (1996)
tidak semua terbukti secara empiris dalam implementasi sistem e-procurement di Pemerintah
Kota Surakarta. Dart delapan hipotesis yang diajukan, terdapat lima hipotesis yang terbukti
sccara empiris berpengaruh yaitu kualitas informasi terhadap penggunaan nyata dan kepuasan
pengguna, penggunaan nyata terhadap dampak individu, kepuasan pengguna terhadap dampak
individu, dan dampak individu terhadap dampak organisasi. Sedangkan tiga hipotesis yang lain
feb

Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

^646

3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
tidak berpengaruh yaitu kualitas sistem terhadap penggunaan nyata dan kepuasan pengguna,
serta penggunaan nyata terhadap kepuasan pengguna.
Keterbatasan dan Saran
Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu lingkup penelitian yang masih kecil hanya
di Pemerintah Kota Surakarta, sementara sistem e-procurement telah diterapkan di organisasi
sektor publik lainnya. Untuk penelitian selanjutnya agar memperluas lingkup penelitian seperti
di universitas, rumah sakit, dll. Penelitian ini sebatas evaluasi dari panitia pengadaan
barang/jasa di Pemerintah Kota Surakarta, belum bisa digeneralisasikan kepada seluruh
pemakai sistem e-procurement yang juga melibatkan rekanan. Untuk penelitian selanjutnya
agar memasukkan rekanan atau penyedia barang agar evaluasi menjadi utuh. Penelitian ini
masih mengesampingkan perilaku pengguna sistem, terutama terkait masalah penyimpangan
terhadap proses pengadaan barang dan jasa. Penelitian selanjutnya bisa mengangkat isu-isu
praktek korrrpsi, kolusi, dan nepostisme yang berkaitan dengan adanya sistem ini.

DAFTAR PUSTAKA
Abu-Elsamen, Amjad, Gorrtam Chakraborty, dan David Warren. 2010. A Process-Based
Analysis of E-Procurement Adoption. Journal of Internet Commerce, vol. 9, pages:
243-259.
Bailey, J.E. and S.W. Pearson. 1983. "Development of a Tool for Measuring and Analyzing
Computer User Satisfaction Management Science 29 (May)
Dai, Q., dan R.J.Kauffman. 2002. Business Models for Internet-Based B2B Electronic Markets.
International Journal of Electronic Commerce, vol.6, no. 4, pages: 41-72.
Davila, Antonio, Mahendra Gupta dan Richard Palmer. 2003. Moving Procurement Systems to
the Internet: The Adoption and Use of E-procurement Technology Models. European
Management Journal, vol.21, no.l, pages: 11-23.
DeLone, William H. dan Ephraim R. McLean. 1992. Information System Success: The Quest
for the Dependent Variable. Information System Research3:1, pages: 60-95.
. 2003. The DeLone and McLean Model of Information Systems Success: A TenYear Update. Journal of Management Information Systems, vol. 19, no. 4, pages: 930.
Engstrom, Anne, Asa Wallstrom, dan Esmail Salehi S. 2010. Implementation of Public EProcurement in Swedish Government Entities. Proceedings of the International
Multiconference on Computer Science and Information Technology, pages: 315-319.
Ghozali, Imam dan Latan, Hengky. 2012. Partial Least Squares: Konsep, Teknik, dan Aplikasi
Smart PLS 2.0 M3. Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hair, Joseph F., William C. Balck, Barry J. Babin, dan Rolph E. Anderson. 2010. Multivariate
Data Analysis. Seventh Edition. Pearson.
Hartono, Jogiyanto. 2007. Model Kesuksesan Sistem Teknologi Informasi. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Jogiyanto. 2007. Model Kesuksesan Sistem Teknologi Informasi. Penerbit Andi: Jogjakarta.
Lee, Mi Jung. 2010. An Exploratory Study on The Mature Level Evaluation of E-Procurement
Systems. Journal of Public Procurement, vol. 10, issue 3, pages: 405-427.

feb
' t&fM'

Fakultas Ekonomika
danWacana
Bisnis
Universitas
Kristen Satya

1647

3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
Livari, Juhani. 2005. An Empirical Test of the Delone-McLean Model of Information System
Success. The Data Base for Advances in Information System,vol. 36, no. 2, pages: 827.
MacManus, Susan A. 2002. Understanding the Incremental Nature of E-procurement
Implementation at the State and Local Levels. Journal of Public Procurement, vol. 2,
issues 1, pages: 5-28.
Markus, M. Lynne dan Mark Keil. 1994. If We Build It, They Will Come: Designing
Inf