STUDI EKSPERIMEN TENTANG EFEKTIVITAS CERITA BONEKA TANGAN DENGAN GERAK DAN LAGU SEBAGAI IMPLEMENTASI TEKNIK RELAKSASI PADA ANAK RA MUSLIMAT NU 70 HIDAYATUS SALAM LOWAYU DUKUN GRESIK.

STUVI EKSPERIMEN TENTANG EFEKTIVITAS CERITA BONEKA
TANGAN VENGAN GERAK VAN LAGU SEBAGAI IMPLEMENTASI
TEKNIK RELAKSASI PAVA ANAK RA MUSLIMAT NU 70 HIVAYATUS
SALAM LOWAYU VUKUN GRESIK

SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk
Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos)

Oleh:
Ella Chisniah
NIM: B03213006

PROGRAM STUVI BIMBINGAN VAN KONSELING ISLAM
JURUSAN VAKWAH
FAKULTAS VAKWAH VAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABA
SURABAYA
2017


ABSTRAK
Ella Chisniah (B03213006). Studi Eksperimen Tentang Efektivitas Cerita Boneka
Tangan dengan Gerak dan Lagu sebagai Implementasi Teknik Relaksasi
pada anak RA Muslimat NU 70 Hidayatus Salam Lowayu Dukun Gresik.
Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan fenomena yang ada di RA Muslimat NU
70 Hidayatus Salam yang menunjukkan perilaku yang membutuhkan
pendampingan baik verbal maupun non verbal. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pelaksanaan cerita boneka tangan dengan gerak dan lagu sebagai
implementasi teknik relaksasi, mengetahui keefektifan cerita boneka tangan
dengan gerak dan lagu sebagai implementasi teknik relaksasi serta untuk
mengetahui tingkat keefektifan cerita boneka tangan dengan gerak dan lagu
sebagai implementasi teknik relaksasi pada anak RA Muslimat NU 70 Hidayatus
Salam Lowayu Dukun Gresik.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen
the one group pretest-posttest design. Populasi penelitian yaitu 105 anak RA
Muslimat NU 70 Hidayatus Salam Lowayu Dukun Gresik dengan jumlah sampel
15 anak, teknik sampel diambil dengan teknik purposive sampling. Metode
pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik
analisis data yang digunakan yakni analisis Uji Wilcoxon dan analisis deskriptif
persentase.

Uji hipotesis statistik wilcoxon diperoleh nilai Z sebesar -3,423 dengan p value
(Asymp.Sig 2 tailed) sebesar 0,001 dimana kurang dari batas kritis penelitian 0,05
sehingga keputusan hipotesis adalah menerima Ha dan menolok Ho atau yang
berarti Pendekatan behavior dengan teknik relaksasi efektif pada anak di RAM
NU 70 Dukun Gresik. Sebelum diberikan relaksasi diperoleh persentase perilaku
anak yang membutuhkan pendampingan mencapai 97% yaitu dalam kategori
sangat tinggi. Sedangkan setelah dilakukan relaksasi, menjadi 49% yaitu dalam
kategori rendah. Pendekatan behavior dengan teknik relaksasi 87% efektif
diterapkan pada anak RA Muslimat NU 70 Hidayatus Salam Lowayu Dukun
Gresik.

Kata Kunci : Cerita Boneka Tangan, Gerak dan Lagu, Teknik Relaksasi.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI .................................................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. iv

PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI ................................................... v
ABSTRAK

............................................................................................ vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 8
E. Metode Penelitian ......................................................................... 8
1.
2.
3.
4.
5.
6.


Pendekatan dan Jenis Penelitian ...........................................
Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ...............................
Variabel dan Indikator Penelitian .........................................
Definisi Operasional .............................................................
Jenis Data, Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data .....
Teknik Analisis Data .............................................................

9
10
11
12
14
16

F. Sistematika Pembahasan ............................................................... 17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA CERITA BONEKA TANGAN DAN
IMPLEMENTASI TEKNIK RELAKSASI ................................................. 19
A. Perkembangan Anak Prasekolah ................................................. 19
1. Anak pada Masa Prasekolah ................................................. 19

2. Karakteristik Anak Prasekolah ............................................. 20

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

B.

C.

D.
E.

3. Tugas Perkembangan Anak Prasekolah ................................ 27
Cerita ........................................................................................... 31
1. Pengertian Cerita ................................................................... 31
2. Fungsi Cerita ......................................................................... 33
3. Tujuan Cerita ........................................................................ 34
4. Manfaat Cerita bagi Anak ..................................................... 35
5. Imajinasi anak terhadap Cerita .............................................. 37
6. Cerita Islami Anak ................................................................ 38
Cerita Boneka Tangan dengan Gerak dan Lagu sebagai Implementasi

Teknik Relaksasi ......................................................................... 42
1. Pengertian Relaksasi ............................................................. 42
2. Macam-macam Relaksasi ..................................................... 44
3. Tahap-tahap Relaksasi .......................................................... 49
4. Cerita Boneka Tangan dengan Gerak dan Lagu sebagai
Implementasi Teknik Relaksasi ............................................ 55
Penelitian yang Relevan .............................................................. 56
Hipotesis Penelitian .................................................................... 58

BAB III PENYAJIAN DATA ......................................................................
A. Deskripsi Umum RA Muslimat NU 70 Hidayatus Salam Lowayu
Dukun Gresik ............................................................................. 60
B. Deskripsi Umum Klien .............................................................. 68
C. Penyajian Data Mengenai Penerapan Cerita Boneka Tangan dengan
Gerak dan Lagu sebagai Implementasi Teknik Relaksasi pada Anak
RA Muslimat NU 70 Hidayatus Salam Lowayu Dukun Gresik 77
BAB IV ANALISIS DATA ........................................................................... 99
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 108

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Taman Kanak-kanak (TK) merupakan satu-satunya lembaga pendidikan
formal bagi anak-anak yang berumur 4-6 tahun. Sampai sekarang, belum semua
anak usia TK dapat memperoleh pendidikan di TK. Sebagian besar anak di
pedesaan langsung masuk ke kelas 1 SD setelah berumur 6 tahun. Pada dasarnya
pendidikan di TK sangat perlu bagi anak usia 4-6 tahun sebelum mereka masuk
SD. Melalui pendidikan di TK diharapkan kemampuan berbahasa, daya cipta,
daya pikir atau kecerdasan, kesadaran sosial, keterampilan, perasaan dan jasmani
anak berkembang pesat. Semua ini akan mendasari perkembangan selanjutnya
sehingga setelah menyelesaikan pendidikan di TK, anak akan memiliki bekal
sikap, pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk bergaul dalam
lingkungannya dan siap memasuki pendidikan di SD.
Salah satu orang yang pertama kali mempelajari anak sebagai individu
ialah John Amos Comenius yang berkebangsaan Slavik, seorang pembaharu
pendidikan yang terkenal di abad ke tujuh belas. Comenius berpendapat
bahwa anak-anak harus dipelajari bukan sebagai embrio orang dewasa
melainkan


dalam

sosok

alami

anak

yang

penting

untuk

memahami

kemampuan mereka dan mengetahui bagaimana berhubungan dengannya.1
Anak TK dikategorikan sebagai anak prasekolah yang berlangsung dari dua
sampai enam tahun. Oleh orang tua disebut sebagai usia yang problematis,

1

Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak ed.6 jilid 1 (Jakarta: Erlangga, 2012), hal. 2.

1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

menyulitkan atau mainan; oleh para pendidik dinamakan sebagai usia prasekolah;
dan oleh ahli psikologi sebagai prakelompok, penjelajah atau usia bertanya.2
Anak-anak prasekolah umumnya sedang berada dalam proses perkembangan yang
berlangsung dengan cepat dalam aspek fisik, emosional, intelektual, dan sosial.
Dalam tahap perkembangan tersebut, tak jarang anak mengalami hambatan atau
bahkan melakukan perilaku yang keliru yang mampu merugikan mereka.
Ada perilaku anak yang kadang dianggap sebagai kenakalan Tetapi
sesungguhnya merupakan perilaku yang wajar dilakukan oleh anak. Perilaku
tersebut merupakan hak usia anak yang perlu dihargai. Tindakan anak yang kita
anggap nakal memang tidak selalu merupakan hak usia anak. Ada tindakantindakan anak yang perlu diluruskan agar tidak berkembang menjadi kebiasaan
anak meskipun anak tidak bermaksud bertindak bandel.

Perkembangan anak dengan anak lain mengikuti suatu pola-pola tertentu.
Pola-pola ini dapat dilihat, pada saat mengobservasi sejumlah anak-anak yang
sedang bermain. Salah satu sumber kegagalan dalam mendidik adalah
seorang anak yang menunjukkan permasalahan dalam berperilaku. Biasanya di
kelas ada satu atau beberapa anak yang mengganggu temannya atau
menjengkelkan gurunya dan menyia-nyiakan usaha baik dari gurunya tersebut.3
Salah dalam berperilaku bisa dikatakan sebagai permasalahan yang dimiliki
sesorang, menurut Soetarlinah Soekadji dapat dikenali meskipun konseli tidak
mengeluh, Tetapi orang-orang di sekitarnya merasakan pengaruh tidak
2

Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan, (Jakarta: Erlangga, 1980), hal. 146
3
Koestoer Partowisastro, Dinamika dalam Psikologi Pendidikan jilid 1 (Jakarta: Erlangga,
1983), hal. 113

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3


menyenangkan akibat tindakan-tindakan konseli, atau orang sekitar menilai
konseli tidak efektif, destructive (merusak), mengganggu atau menjengkelkan,
atau

tindakannya

bertentangan

dengan

kepentingan kesejahteraan dirinya

maupun kesejahteraan masyarakat.4
Anak prasekolah dapat berperilaku yang salah terutama ketika marah,
terluka, kecewa, atau frustrasi. Beberapa anak menjadi lebih agresif untuk
mendapatkan perhatian atau pengendalian. Perilaku yang salah dapat menjadi
satu-satunya cara bagi seorang anak kecil untuk menyatakan kehendaknya,
terutama ketika ia merasa diserang. Situasinya sering seperti ini, terutama karena
anak prasekolah cenderung bertindak seperti ini ketika mereka lelah atau lapar.
Walaupun perilaku destructive (merusak) anak prasekolah mungkin bukan
merupakan tindakan kekerasan yang disengaja, perilaku agresif tidak pernah
diterima.5
Perilaku yang salah di ruang kelas paling umum berwujud memukul,
melempar barang, mengatai, meludah, menggigit, menendang, mendorong atau
menarik, secara fisik memaksa seseorang melakukan sesuatu, menahan seseorang,
menghancurkan barang-barang, atau mengambil paksa milik atau giliran orang
lain. Anak-anak kecil yang belum belajar mengendalikan kemarahan mereka
sering kali memilih perilaku agresif ataupun perilaku destructive (merusak).6
Fenomena ini terjadi di RA Musllimat NU 70 Dukun Gresik, berdasarkan
informasi dari guru RA Muslimat NU 70 Dukun Gresik, terdapat beberapa anak
4

Soetarlinah Soekadji, Modifikasi Perilaku: Penerapan Sehari-hari dan Penerapan
Profesional (Yogyakarta: Liberty, 1983), hal. 6.
5
Sal Severe, Bagaimana Bersikap pada Anak Agar Anak Prasekolah Anda Bersikap Baik,
(Jakarta: PT Gramedia, 2002), hal. 336.
6
Janice J. Beaty, Observasi Perkembangan Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana, 2013), hal. 103.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

yang berperilaku menghormati gurunya di depan kelas, antusias dan ceria dalam
mengikuti pembelajaran, tidak mengganggu teman saat pembelajaran, disiplin saat
jam pelajaran, tidak ribut di kelas dan sangat tenang ketika guru menjelaskan di
depan. Namun, terdapat beberapa anak yang memiliki perilaku sebaliknya
yaitu anak yang menunjukkan perilaku tidak menghormati gurunya di kelas
dan mengganggu temannya yang sedang fokus belajar. Sementara ada juga
siswa menunjukkan perilaku yang mengganggu atau ribut di kelas, dan ada
yang tiba-tiba menarik rambut temannya tanpa alasan yang jelas. Ada lagi
siswa yang menunjukkan perilaku yang hanya diam saja tetapi memiliki
tatapan yang sinis kepada gurunya, dan ada juga siswa berperilaku hingga
memukul temannya, berkata-kata yang kasar kepada temannya, selalu mencari
perhatian guru saat jam belajar di kelas, dan memusuhi teman dengan alasan
yang tidak jelas. Perilaku seperti inilah yang sering disebut prilaku yang agresif.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru di RA Muslimat NU 70 Lowayu
Dukun Gresik tersebut didapatkan data bahwa beberapa anak laki-laki saat
bermain bersama di sekolah, kecenderungan permainan berakhir dengan adanya
perkelahian. Saat pelajaran pun, sebagian besar anak laki-laki memilih ribut
sendiri di kelas dan menjahili teman-temannya. Menurut salah satu guru, hampir
seluruh anak laki-laki menunjukkan perilaku yang salah di kelas, namun hanya
ada 5 anak laki-laki yang paling sering berperilaku salah ketika di sekolah baik itu
mengganggu temannya dengan fisik maupun dengan vebal.
Berdasarkan fenomena tersebut, maka dibutuhkan suatu pendampingan serta
suatu pemecahan masalah. Anak-anak perlu diberikan suatu bimbingan dan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

konseling agar tidak menghambat perkembangan anak selanjutnya sehingga tidak
menjadi kartakter anak sampai anak menginjak dewasa, namun cara yang
digunakan harus sesuai dengan karakter anak TK pada umumnya. Dalam artian
anak tidak nampak digurui ataupun dinasehati. Anak akan lebih tertarik jika apa
yang kita berikan jauh lebih berkesan, sebab anak akan mudah mengingatnya
dalam dunia imajinasinya. Seperti halnya anak-anak pada umumnya yang suka
dibacakan cerita.
Anak-anak senang dibacakan dan melihat gambar-gambar dari buku. Yang
sangat menarik adalah dongeng-dongeng, nyanyian anak-anak, cerita-cerita
tentang hewan dan kejadian sehari-hari.7
Berdasarkan hal di atas membacakan cerita kepada anak memiliki manfaat
yang sangat besar untuk anak. Hal ini dapat menumbuhkan minat kepada anak.
Hal ini terjadi karena setelah mendengar cerita anak dapat mengenal struktur
kalimat dan ketertarikan terhadap suatu bacaan.
Oleh karenanya membaca cerita untuk anak sangat baik dilakukan, ketika
anak dibacakan cerita, anak akan menyimak setiap kata yang diucapkan guru,
mereka akan mendengarkan dengan seksama penuh konsentrasi demi mengetahui
kejadian-kejadian

selanjutnya

dalam

alur

cerita

tersebut.

Ketika

anak

mendengarkan cerita tersebut anak akan berimajinasi sehingga mampu
meningkatkan daya khayalnya. Dalam hal ini wawasan anak akan bertambah
sering apa yang di dengarnya, dilihatnya bahkan apa yang dirasakan ketika tokoh

7

Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan, hal. 122.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

dalam cerita tersebut merasakan sedih, gembira, cemas, bingung atau bahkan saat
suasana mencekam.
Dalam menerapkan cerita kepada anak-anak, penelitian ini menggunakan
media boneka tangan. Media ini sangat membantu dalam proses bercerita karena
dengan adanya boneka tangan anak lebih tertarik dan antusias dalam
mendengarkan cerita. Tidak hanya media boneka tangan, akan tetapi juga cerita
dikemas dengan menggunakan gerak dan lagu dimana anak tidak hanya
mendengarkan cerita saja akan tetapi anak diajak secara langsung ikut
berpartisipasi dengan gerakan dan nyanyian yang ada dalam cerita. Hal ini
membuat ketegangan dan kelelahan dalam pembelajaran hilang dan anak menjadi
rileks sehingga perilaku yang salah bisa terkontrol dan bisa dimininalisir agar bisa
berkurang dalam kelas.
Bercerita dengan boneka tangan dengan gerak dan lagu dikemas sebagai
inovasi dari teknik relaksasi. Teknik relaksasi merupakan suatu teknik yang dapat
digunakan semua orang untuk menciptakan mekanisme batin dalam diri seseorang
dengan membentuk pribadi yang baik, menghilangkan berbagai bentuk pikiran
yang kacau akibat ketidakberdayaan seseorang dalam mengendalikan stress dan
emosi

yang

dimilikinya,

mempermudah

seseorang

mengontrol

diri,

menyelamatkan jiwa dan membersihkan kesehatan dan kecantikan tubuh.8
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian
dengan judul “Studi Eksperimen tentang Efektivitas Cerita Boneka Tangan

8

Jingga Gemilang, Manajemen Stres & Emosi, (Yogyakarta : Mantra Books, 2013), hal. 153.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

dengan Gerak dan Lagu sebagai Implementasi Teknik Relaksasi pada Anak RA
Muslimat NU 70 Lowayu Dukun Gresik”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan cerita boneka tangan dengan gerak dan lagu sebagai
implementasi teknik relaksasi pada anak RA Muslimat NU 70 Hidayatus
Salam Lowayu Dukun Gresik?
2. Apakah cerita boneka tangan dengan gerak dan lagu sebagai implementasi
teknik relaksasi efektif diterapkan pada anak RA Muslimat NU 70 Hidayatus
Salam Lowayu Dukun Gresik?
3. Bagaimanakah tingkat keefektifan cerita boneka tangan dengan gerak dan
lagu sebagai implementasi teknik relaksasi pada anak RA Muslimat NU 70
Hidayatus Salam Lowayu Dukun Gresik?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pelaksanaan cerita boneka tangan dengan gerak dan lagu sebagai
implementasi teknik relaksasi pada anak RA Muslimat NU 70 Hidayatus
Salam Lowayu Dukun Gresik
2. Mengetahui cerita boneka tangan dengan gerak dan lagu sebagai
implementasi teknik relaksasi efektif diterapkan pada anak RA Muslimat NU
70 Hidayatus Salam Lowayu Dukun Gresik
3. Mengetahui tingkat keefektifan cerita boneka tangan dengan gerak dan lagu
sebagai implementasi teknik relaksasi pada anak RA Muslimat NU 70
Hidayatus Salam Lowayu Dukun Gresik.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian tentang cerita boneka tangan dengan gerak dan lagu
sebagai implementasi teknik relaksasi pada anak TK atau RA ini diharapkan
dapat memperkaya pengetahuan tentang fungsi TK dalam mendidik anak,
khususnya sebagai bahan masukan bagi personel-personel sekolah dalam
memberikan bimbingan dan tindakan pada anak.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat praktis sebagai berikut:
a. Bagi Pihak Sekolah
1) Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kualitas sekolah terutama
hal membentuk karakter anak
2) Sebagai bahan masukan bagi guru dalam mendidik anak
b. Bagi Orang Tua
1) Sebagai usaha orang tua dalam mendisiplinkan anak
2) Sebagai usaha alternatif dalam membantu anak bersosialisasi dengan
teman-temannya baik di sekolah maupun di luar sekolah
c. Bagi Peneliti Lanjutan
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi peneliti lanjutan
E. Metode Penelitian
Keberhasilan kegiatan yang dilakukan dalam suatu penelitian banyak
ditentukan oleh penggunaan metode yang tepat. Ketepatan dalam memilih metode
akan mengatur arah serta tujuan penelitian. Ada beberapa hal yang dapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

menentukan langkah-langkah pelaksanaan kegiatan penelitian. Hal ini bertujuan
untuk melaksanakan kegiatan penelitian secara sistematis. Adapun

langkah-

langkah yang harus ditentukan adalah 1) pendekatan dan jenis penelitian 2)
populasi, sampel dan teknik sampling 3) variabel dan indikator penelitian 4) jenis
data, sumber data dan teknik pengumpulan data 5) teknik analisis data.
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian
kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang informasi atau
datanya dianalisis menggunakan teknik statistik. Dengan demikian, hipotesis
pada penelitian kuantitatif diuji dengan prosedur pengujian statistik.
Sedangkan jenis penelitian dalam penelitian ini adalah eksperimen.
Penelitian eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebabakibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh
peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktorfaktor lain yang mengganggu.9
Jadi dapat dipahami bahwa eksperimen adalah suatu penelitian yang
berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain
dalam kondisi yang terkontrol secara ketat.
Alasan peneliti menggunakan eksperimen dalam penelitian ini adalah
untuk melihat akibat dari suatu perlakuan (Cerita boneka tangan dengan gerak
dan lagu sebagai implementasi teknik relaksasi)

9

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2014), hal. 9.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

Desain penelitian yang digunakan adalah Pre-Eksperimental Design
berbentuk the one group pretest-posttest design. the one group pretestposttest design adalah penelitian eksperimen dimana sebelum diberi
perlakuan dilakukan pretest terlebih dahulu, hasil perlakuan dapat diketahui
dengan lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum
diberi perlakuan.10 Model ini dipilih karena peneliti hendak memberikan
treatment sebelum dan sesudah untuk mengetahui efektivitas cerita boneka
tangan dengan gerak dan lagu sebagai implementasi teknik relaksasi anak di
RA Muslimat NU 70 Hidayatus Salam Lowayu Dukun Gresik.
Tabel 1.1
The One Group Pretest Posttest Design
O1

X

O2

Pretest

Treatment

Posttest

2. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin
meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi.11 Populasi dari penelitian ini
adalah 105 anak yaitu jumlah keseluruhan siswa RA Muslimat NU 70
Lowayu Dukun Gresik yang terdiri dari dua kelas yaitu kelompok A (nol
kecil) dan kelompok B (nol besar). Kelompok A (nol kecil) berjumlah 53
10

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2014), hal.
74.
11
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,hal. 173.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

anak dengan rincian 25 anak laki-laki dan 28 anak perempuan. sedangkan
kelompok B berjumlah 52 anak dengan rincian 25 anak laki-laki dan 27 anak
perempuan.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.12 Sedangkan
menurut Sugiyono sampel adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut”.13 Sampel yang diambil dalam
penelitian

ini

adalah

sebanyak

15

anak yang membutuhkan

pendaampingan dengan rincian 7 anak laki-laki dan 3 anak perempuan di
kelompok A (nol kecil), 3 anak laki-laki dan 2 anak perempuan di kelompok
B (nol besar).
Penelitian ini menggunakan teknik sampling purposive. Teknik
sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu.14 Pengambilan sampel dilakukan dengan cara observasi dan
wawancara guru kelas sehingga diperoleh data anak yang membutuhkan
pendampingan.
3. Variabel dan Indikator Penelitian
Penelitian ini tedapat dua jenis variabel, yaitu variabel terikat (dependent
variable) dan variabel bebas (independent variabele). Variabel bebas adalah
variabel yang memberikan pengaruh pada variabel yang lain, sedangkan
variabel terikat adalah variabel yang keberadaannya dipengaruhi oleh
variabel yang sebelumnya.

12

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, hal. 174
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, hal.118.
14
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, hal. 124.

13

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

Dari judul penelian “Studi Eksperimen tentang Efektivitas Cerita Boneka
Tangan dengan Gerak dan Lagu Sebagai Implementasi Teknik Relaksasi pada
Anak RA Muslimat NU 70 Hidayatus Salam Lowayu Dukun Gresik”. Jenis
variabel dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Variabel indpenden (x)

: Cerita boneka tangan dengan gerak dan lagu

b. Variabel dependen (y) : Teknik relaksasi
Sedangkan indikator dari penelitian ini meliputi:
a. Cerita boneka tangan dengan gerak dan lagu
1) Penyampaian cerita dengan menggunakan media boneka tangan
2) Gerakan atau tarian untuk melatih ketangkasan anak
3) Bernyanyi untuk melatih perkembangan bahasa anak
b. Teknik Relaksasi
1) Ambil nafas
2) Buang nafas
3) Gerakan tangan
4) Gerakan kaki
4. Definisi Operasional
a. Efektivitas
Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan suatu ukuran
seberapa jauh target (kuantitatas, kualitas, dan waktu) telah tercapai.
Dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi
efektivitasnya.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

b. Cerita Boneka Tangan
Cerita adalah metode komunikasi bangsa Indonesia yang sudah
berlaku dari generasi ke generasi, tetapi sekarang makin dilupakan orang.
Tekanan hidup sehari-hari membuat kita kehilangan kesabaran kepada
anak-anak sehingga orangtua menjadi kurang cerdas dalam mengisi
anak-anak kita dengan kebajikan karakter “kenakalan” anak-anak.
Padahal ada cara yang lebih baik dalam menolong anak.15
Bercerita merupakan pemebelajaran secara lisan dalam bentuk
cerita dari guru kepada anak didik Taman Kanak-kanak. Oleh karena itu
materi yang disampaikan berbentuk cerita sebagai salah satu cara yang
dapat dilakukan untuk menjalin komunikasi dalam pendidikan anak pada
hakikatnya bukanlah bercerita untuk anak melainkan bersama anak.
Bercerita merupakan salah satu metode bagi pembinaan akhlak anak
dengan memperhatikan hal-hal yang terkandung dalam cerita juga
penceritaan yang sesuai dengan karakter yang diharapkan.
Bahkan setelah mendengarkan cerita ide-ide anak akan muncul,
secara tidak lagsung bercerita mampu menstimulasi daya pikir anak
untuk menumbuh kembangkan kreatifitas imajinasi yang dimiliki oleh
anak.

15

Nia Hidayati, Manfaat Cerita bagi Kepribadian Anak, (Bandung: 2009), hal. 25.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

c. Implementasi
Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau
adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas,
tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan.
d. Teknik Relaksasi
Teknik relaksasi adalah salah satu teknik dalam pendekatan
behavior untuk melupakan kecemasan dan mengistirahatkan pikiran
dengan cara menyalurkan kelebihan energi atau ketegangan (psikis)
melalui sesuatu kegiatan yang menyenangkan.
5. Jenis Data, Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data
Data pertama yang digali peneliti adalah data primer yaitu terkait
pelaksanaan cerita boneka tangan dengan gerak dan lagu sebagai
implementasi teknik relaksasi pada anak RA Muslimat NU 70 Hidayatus
Salam Lowayu Dukun Gresik dengan menggunakan teknik pengumpulan data
berupa dokumentasi dengan sumber data peneliti sendiri. Data primer yang
kedua yang digali peneliti yaitu terkait perilaku anak di RA Muslimat NU 70
Hidayatus Salam Lowayu Dukun Gresik dengan menggunakan teknik
pengumpulan data berupa observasi dan wawancara kepada konseli secara
langsung.
Data sekunder yaitu berupa dokumen RA Muslimat NU 70 Hidayatus
Salam Lowayu Dukun Gresik, seperti visi dan misi, sejarah sekolah, keadaan
sekolah dan sarana pra sarana sekolah. Adapun untuk menggali data sekunder

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa dokumentasi dan
juga wawancara kepada pihak sekolah.
Tabel 1.2
Jenis Data, Teknik Pengumpulan Data, Sumber Data
No

Jenis Data

TPD

1.

Pelaksanaan cerita boneka tangan dengan

D

Sumber Data
Peneliti

gerak dan lagu sebagai implementasi
teknik relaksasi
2.

Perilaku anak di RA Muslimat NU 70

O, W

Responden

D, W

Dokumenter

Hidayatus Salam Lowayu Dukun Gresik
3.

Dokumen Sekolah meliputi visi misi,
struktur organisasi, sejarah sekolah dan
sarana dan prasarana

Keterangan :
TPD

= Teknik pengumpulan data

O

= Observasi

W

= Wawancara

D

= Dokumentasi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

6. Teknik Analisis Data
Untuk menguji efektif tidaknya cerita boneka tangan dengan gerak dan
lagu sebagai implementasi teknik relaksasi, peneliti menggunakan teknik
analisis uji peringkat bertanda Wilcoxon (Wilcoxon signed rank test) yang
merupakan penyempurnaan dari uji tanda (sign test). Uji Wilcoxon adalah
alternatif untuk uji t data berpasangan (t-paired), dimana pada uji Wilcoxon
data harus dilakukan pengurutan (rangking) dan kemudian baru diproses.16
Kalau dalam uji tanda besarnya selisih nilai angka antara positif dan negative
tidak diperhitungkan, namun dalam uji peringkat bertanda Wilcoxon, selisih
nilai angka antara positif dan negative diperhitungkan. Uji Wilcoxon ini
digunakan untuk data dua sample berpasangan yang digunakan untuk
menguji hipotesis dua sampel berpasangan dengan datanya berbentuk ordinal.
Rumus yang digunakan untuk uji peringkat bertanda Wilcoxon (Wilcoxon
signed rank test) adalah sebagai berikut:

Keterangan:

Z=

n −n
√n + n

n1= jumlah data positif
n2= jumlah data negatif
Untuk memudahkan perhitungan, maka seluruh perhitungan dilakukan
dengan bantuan computer program statistical package for social sciene(SPSS)
for windows sehingga tidak diperlukan melakukan perbandingan antara hasil
16

Singgih Santoso, Menguasai SPSS 22 from Basic to Expert Skills,(Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2015), hal. 392.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

penelitian dengan tabel statistic karena dari out put computer dapat diketahui
besarnya nilai Z diakhir semua teknik statistic yang diuji.
Sedangkan untuk menguji sejauh mana tingkat keefektifan cerita boneka
tangan dengan gerak dan lagu sebagai implementasi teknik relaksasi, peneliti
menggunakan teknik analisis deskriptif persentase. Analisis data deskriptif
persentase ini digunakan untuk mendeskripsikan hasil observasi check list,
yaitu untuk mengetahui perubahan perilaku anak selama direlaksasi. Rumus
yang digunakan dalam analisis data deskriptif persentase adalah:

P=

n
x 100%
N

P : Persentase munculnya perilaku yang membutuhkan pendampingan
n : Skor hasil munculnya perilaku yang membutuhkan pendampingan
N : Jumlah pernyataan x nilai skor tertinggi
F. Sistematika Pembahasan
Di dalam BAB I pendahuluan ini, peneliti membicarakan fenomena yang
ada dalam masyarakat yaitu pada latar belakang masalah. Fenomena yang terjadi
tersebut mendorong peneliti untuk selanjutnya memutuskan untuk mencari tahu
permasalahan tersebut. Setelah peneliti memaparkan latar belakang permasalahan
yang di dapat peneliti membuat rumusan masalah serta menentukan tujuan dan
manfaat apa yang ada dalam penelitian ini.
Bab II membahas teori-teori apa saja yang mendukung permasalahan dari
penelitian yang dilakukan. Dan teori-teori tersebut peneliti dapatkan dari beberapa
referensi yang mendukung penelitian ini. Setelah peneliti mencari teori-teori yang

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

berkaitan, peneliti membuat kerangka teoritis untuk memudahkan peneliti dalam
menyelesaikan laporan penelitian ini.
Pada BAB III ini peneliti akan memaparkan metode apa saja yang akan
digunakan oleh peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Pertama peneliti
menguraikan identifikasi variabel dalam penelitian, lalu definisi operasional juga
terdapat dalam bab ini yang nantinya akan digunakan sebagai instrument
penelitian. Selain itu peneliti juga membahas metode apa saja yang akan dipakai
dan metode analisa data setelah instrument penelitian di uji validitas dan
reliabilitas.
BAB IV akan dibahas mengenai gambaran umum likasi penelitian dan
persiapan-persipan yang dilakukan peneliti sebelum melaksanakan penelitian dan
waktu pelaksanaan penelitian. Lalu akan ada hasil analisis data yang telah di
peroleh peneliti yang selanjutnya hasil analisis data tersebut akan dibahas dalam
pembahasan.
Sedangkan untuk BAB V ini berisi kesimpulan apa saja yang diperoleh
peneliti setelah melakukan penelitian ini yang kemudian akan diberikan saransaran yang berguna untuk kepentingan praktis maupun kepentingan ilmiah.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
CERITA BONEKA TANGAN DAN IMPLEMENTASI TEKNIK
RELAKSASI
A. Perkembangan Anak Prasekolah
1. Anak pada Masa Prasekolah
Masa prasekolah merupakan masa-masa bahagia dan amat memuaskan
dari seluruh masa kehidupan anak. Untuk itulah kita perlu menjaga hal
tersebut berjalan sebagaimana adanya. Janganlah memaksakan sesuatu karena
diri kita sendiri dan mengharapkan secara banyak dan segera, maupun
mencoba untuk melakukan hal-hal yang memang mereka belum siap. Suatu
hal yang tidak mudah untuk mengajari anak untuk berhitung, membaca
ataupun menulis pada masa-masa pertama kehidupannya.
Perlu dicamkan bahwa masa prasekolah adalah masa pertumbuhan.
Masa-masa ini adalah masa menemukan orang seperti apakah anak kita
tersebut, dan teknik apakah yang bisa cocok dalam menghadapinya.
Masa prasekolah adalah masa belajar, tetapi bukan dalam dunia dimensi
(pensil dan kertas) melainkan belajar pada dunia nyata, yaitu dunia tiga
dimensi. Benar perkataan lain, masa prasekolah merupakan time for play.
Jadi, biarkanlah anak menikmatinya.
Frank dan Theresa Caplan dalam buku The Power of Play menyebutkan
bahwa pada masa prasekolah yang ditekankan adalah bermain. Waktu
bermain (playtime) merupakan sarana pertumbuhan. Pada tahun-tahun
pertama kehidupannya, anak membutuhkan bermain sebagai sarana untuk
tumbuh dalam lingkungan budaya dan kesiapannya dalam belajar formal.

19
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

Bermain merupakan aktivitas yang spontan dan melibatkan motivasi serta
prestasi dalam prestasi dalam diri anak yang mendalam. Dalam dunianya,
seorang anak merupakan decision maker dan play master. Dengan bermain,
anak bebas beraksi dan juga mengkhayalkan sebuah dunia lain, sehingga
dengan bermain ada elemen petualangan.1
Mengingat pentingnya arti permainan bagi anak, hendaknya para
pendidik tidak memandang remeh kegiatan bermain. Bahkan diharapkan agar
mereka bisa ikut membimbing dan mengembangkannya, agar bisa
dimanfaatkan sebagai alat pendidikan. Sebab hampir setiap permainan yang
dipilih sendiri oleh anak itu menyerap segenap minatnya. Dan anak akan
menjadi marah kalau ia diusik dalam permainannya.2
2. Karakteristik Anak Prasekolah
Anak usia prasekolah merupakan fase perkembangan individu sekitar 2-6
tahun, ketika anak mulai sadar tentang dirinya sebagai pria atau wanita, dapat
mengatur diri dalam buang air (toilet training),dan mengenal beberapa hal
yang dianggap berbahaya (mencelakakan dirinya).3
Untuk para pendidik, masa awal kanak-kanak disebut sebagai usia
prasekolah. Sebutan ini diberikan dengan maksud untuk membedakan antara
anak-anak yang berada dalam pendidikan formal dan yang belum. Oleh
karena itu, tekanan yang diberikan untuk anak prasekolah, yaitu bahwa usia
prasekolah merupakan usia persiapan menuju sekolah formal.
1

Reni Akbar Hawadi, Psikologi Perkembangan Anak, (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana, 2001),
hal. 4-6.
2
Kartini Kartono, Psikologi Anak, (Bandung: Mandar Maju, 1995), hal. 124-125
3
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 162.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

Para ahli psikologi memiliki sebutan yang lain untuk anak usia dini. Bagi
para ahli psikologi, anak usia dini disebut sebagai usia berkelompok yang
dimengerti sebagai masa di mana anak-anak mempelajari dasar-dasar perilaku
sosial yang lebih tinggi, misalnya pada waktu mereka berada di sekolah
formal nantinya.4
Ada beberapa karakteristik perkembangan anak pada masa prasekolah,
diantaranya:
a. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan
berikutnya. Dengan meningkatnya pertumbuhan tubuh, baik menyangkut
ukuran berat dan tinggi, maupun kekuatannya memungkinkan anak untuk
dapat lebih mengembangkan keterampilan fisiknya, dan eksplorasi
terhadap lingkungannya dengan tanpa bantuan orangtuanya.
Pada usia 3 tahun rata-rata tingginya sekitar 80-90 cm, dan beratnya
sekitar 10-13 kg, sedangkan pada usia 5 tahun, tingginya sudah mencapai
sekitar 100-110 cm. tulang kakinya tumbuh dengan cepat, namun
pertumbuhan tengkoraknya tidak secepat usia sebelumnya. Pertumbuhan
tulangg-tulangnya semakin besar dan kuat. Pertumbuhan giginya semakin
lengkap/komplit sehingga dia sudah menyenangi makanan padat seperti
daging, sayuran, buah-buahan, dan kacang-kacangan.5 Selain dari di atas
ada beberapa karakteristik lainnya dalam perkembangan fifis yaitu: dia
kecil, kemampuan motornya lemah tetapi otot-ototnya mulai berkembang,
4

Riana Mashar, Emosi Anak Usia Dini dan Strategi pengembangannya, ( Jakarta: Kencana, 2011),
hal. 8.
5
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan, hal. 163.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

otot vokalnya tidak berkembang, dia dapat melakukan sesuatu pada suatu
saat, dia aktif.6
Tentu ada perbedaan berat dan tinggi badan pada setiap anak, karena
faktor keturunan, efek dari pembeian nutrisi, dan faktor lain yang dimiliki
anak dalam riwayat hidupnya. Anak laki-laki akan lebih tinggi dan lebih
berat daripada anak perempuan,namun hal ini juga bisa saja berbeda
karena bergantung pada perawatan dan kecenderungan pertumbuhan
anak.
Dan otak pun telah berkembang sekitar 75% dari berat otak usia
dewasa. Gigi masih merupakan gigi susu dan akan bergantipada
perkembangan berikutnya dengan gigi tetap.7
Disamping itu pada usia ini banyak juga perubahan fisiologis lainnya,
seperti (1)

pernapasan menjadi lebih lambatdan mendalam, dan (2)

denyut jantung lebih lambat dan menetap.
Untuk perkembangan fisik, anak diperlukan gizi yang baik atau
cukup, misalnya protein untuk membangun sel-sel tubuh, kemudia
vitamin dan mineral untuk pertumbuhan struktur tubuh, dan karbohidrat
untuk energi.
Dalam membantu perkembangan fisik anak maka guru taman kanakkanak sebaiknya memberikan bimbingan kepada anak-anak taman kanakkanak agar mereka mempunyai kesadaran akan kemampuan sensorisnya,

6

Daniel Fung dan Cai Yi-Ming, Mengembangkan Kepribadian Anak dengan Tepat, (Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2003), hal. 45.
7
Reni Akbar Hawadi, Psikologi Perkembangan Anak, hal. 6-7.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

dan juga memiliki sikap positif terhadap dirinya sendiri. Dan bimbingan
guru itu bekaiatan dengan beberapa aspek-aspek diantaranya:
1) Pengenalan / pengetahuan akan namanya dan bagian-bagian tubuhnya.
2) Kemampuan untuk mengidentifikasi fungsi-fungsi tubuh.
3) Pemahaman bahwa walaupun setiap individu berbeda dalam
penampilannya, seperti perbedaan dalam warna rambut, kulit dan
mata, atau tingginya, namun semua orang memiliki kesamaan
karakteristik fisik yang sama.
4) Menerima bahwa semua orang memiliki keterbatasan dalam
kemampuannya, seperti setiap orang dapat berjalan, berlari atau
melompat, tetapi tidak ada seorang pun yang dapat terbang.
5) Kemampuan untuk memahami bahwa tubuh itu berubah secara
konstan, dan pertumbuhan fisik itu berawal dengan kelahiran dan
berakhir dengan kematian.
6) Pemahaman akan pentingnya tidur, dan juga sebagai dua siklus
kehidupan yang penting bagi kehidupan.
7) Mengetahui

kesadaran

sensori

(merasa,

melihat,

mendengar,

mencium, dan menyentuh / meraba ).
8) Memahami keterbatasan fisik, seperti lelah, sakit, dan melemah.8
b. Perkembangan Intelektual
Menurut Piaget, perkembangan kognitif pada usia ini berada pada
periode preoperasional, yaitu tahapan dimana anak belum mampu

8

Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan, hal. 164.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

menguasai operasi mental secara logis. Yang dimaksud dengan operasi
adalah kegiatan-kegiatan yang diselesaikan secara mental bukan fisik.
Periode ini ditandai dengan berkembangnya representasional, atau
“symbolic function”, yaitu kemampuan untuk menggunakan sesuatu
untuk

merepresentasikan

(mewakili)

sesuatu

yang

lain

dengan

menggunakan simbol (kata-kata, ,gesture / bahasa gerak, dan benda ).
Dapat juga dikatakan sebagai “semiotic fuinction”, kemampuan untuk
menggunakan simbol-simbol (bahasa, gambar, tanda/isyarat, benda,
gesture, atau peristiwa) untuk melambangkan suatu kegiatan , benda yang
nyata, atau peristiwa.
Usia prasekolah merupakan usia yang sangat temperamental bagi
seorang anak. Rasa takut muncul dari apa saja yang mengancam ataupun
hal-hal yang tidak biasa. Dengan meningkatkatnya kesadaran diri seorang
anak, anak mudah untuk takut. Dan rasa takut tersebut muncul pada
kebanyakan anak berusia empat sampai lima tahun dari cerita-cerita
tentang hantu, tempat-tempat berbahaya dan seram, penculikan,
kecelakaan dan kematian.9
c. Perkembangan Emosional
Pada usia 4 tahun, anak sudah mulai menyadari akunya, bahwa
akunya (dirinya) berbeda dengan bukan Aku (orang lain atau benda).
Kesadaran ini diperoleh dari pengalamannya, bahwa tidak setiap
keinginannya berhadapan dengan keinginan orang lain, sehingga orang

9

Reni Akbar Hawadi, Psikologi Perkembangan Anak, hal. 7.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

lain tidak selamanya memenuhi keinginannya. Bersamaan dengan itu,
berkembang pula perasaan harga diri yang menuntut pengakuan dari
lingkungannya. Jika lingkunangannya (terutama orangtuanya) tidak
mengakui harga diri anak, seperti memperlakukan anak secara keras, atau
kurang menyayanginya, maka pada diri anak akan berkembang sikapsikap: (a) keras kepala/menentang, atau (b) menyerah menjadi penurut
yang diliputi rasa harga diri kurang dengan sifat pemalu.
Para psikolog menggunakan reaksi perilaku sebagai salah satu indeks
tetapi mereka juga mengukur reaksi fisiologis.10
Beberapa jenis emosi yang berkembang pada masa anak, yaitu sebagai
berikut.
a. Takut, yaitu perasaan terancam oleh suatu objek yang dianggap
membahayakan. Rasa takut terhadap sesuatu berlangsung melalui
tahapan: (1) mula-mula tidak takut, karena anak belums anggup
melihat kemungkinan bahaya yang terdapat dalam objek, (2) timbul
rasa takut setelah mengenal adanya bahaya, dan (3) rasa takut bisa
hilang kembali setelah mengetahui cara-cara menghindar dari bahaya.
b. Cemas, yaitu perasaan takut yang bersifat khayalan, yang tidak ada
objeknya. Kecemasan ini muncul mungkin dari situasi-situasi yang
dikhayalkan, berdasarkan pengalaman yang diperoleh, baik perlakuan
orangtua, buku-buku bacaan/komik, radio, atau film. Contoh perasaan

10

Paul Henry Mussen, Perkembangan & Kepribadian Anak, (Jakarta: Erlangga, 1984) hal. 127.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

cemas: anak takut berada di dalam kamar yang gelap, takut hantu, dan
sebagainya.
c. Marah, merupakan perasaan tidak senang, atau benci baik terhadap
orang lain, diri sendiri, atau objek tertentu, yang diwujudkan dalam
bentuk

verbal

(kata-kata

kasar/makian/sumpah

serapah),

atau

nonverbal (seperti mencubit, memukul, menampar, menendang, dan
merusak). Perasaan marah ini merupakan reaksi terhadap situasi
frustasi yang dialaminya, yaitu perasaan kecewa atau perasaan tidak
senang karena adanya hambatan terhadap pemenuhan keinginannya.
d. Cemburu, yaitu perasaan tidak senang terhadap orang lain yang
dipandang telah merebut kasih sayang kepadanya. Sumber yang
menimbulkan rasa cemburu selalu bersifat situasi sosial, hubungan
dengan orang lain. Seperti kakak cemburu kepada adiknya, karena dia
telah merebut kasih sayang orangtuanya.
e. Kegembiraan, kesenangan, kenikmatan, yaitu perasaan yang positif,
nyaman, karena terpenuhi keinginannya. Kondisi yang melahirkan
perasaan gembira pada anak, diantaranya terpenuhinya kebutuhan
jasmaniah (makan dan minum), keadaan jasmaniah yang sehat,
diperolehnya kasih sayang, ada kesempatan untuk bergerak (bermain
secara leluasa), dan memiliki mainan yang disenanginya.
f. Kasih sayang, yaitu perasaan yang senang untuk memberikan
perhatian, atau perlindungan terhadap orang lain, hewan atau benda.
Perasaan

ini

berkembang

berdasarkan

pengalamannya

yang

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

menyenangkan dalam berhubungan denan orang lain (orangtua,
saudara, dan teman), hewan (seperti, kucing dan burung) atau benda
(seperti mainan).
g. Phobi, yaitu perasaan takut terhadap objek yang tidak patut
ditakutinya (takut yang abnormal) seperti takut ulat, takut kecoa, dan
takut air. Perasaan ini muncu lakibat perlakuan orangtua yang suka
menakut-nakuti anak, sebagai cara orangtua untuk menghukum, atau
menghentikan perilaku anak yang tidak disenanginya.
h. Ingin tahu, (curiosity), yaitu perasaan ingin mengenal, mengetahui
segala sesuatu atau objek-objek, baik yang bersifat fisik maupun
nonfisik. Perasaan ini ditandai dengan pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan anak.11
3. Tugas Perkembangan Anak Prasekolah
Robert Havighurst berpendapat bahwa periode yang beragam dalam
tugas perkembangannya yang khusus. Tugas-tugas ini berkaitan erat dengan
perubahan

kematangan,

persekolahan,

pekerjaan,

penganuhan

dan

kebahagiaan hidupnya.
Selanjutnya Havighurst mengartikan tugas-tugas perkembangan itu
sebagai berikut:
A developmental task is a task which arises at or certain period in the life
of the individual, successful achievement of which leads to his happiness and

11

Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan, hal. 167-168.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

to success with later task, while failure leads to unhappiness in the individual,
disapproval by society, and difficulty with later task.
Maksudnya, bahwa tugas perkembangan itu merupakan suatu tugas yang
muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila
tugas itu dapat berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan
kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikutnya. Sementara apabila gagal,
maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang
bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan
dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya.
Tugas- tugas perkembangan ini berkaitan dengan sikap, perilaku, atau
keterampilan yang sebaiknya dimiliki oleh individu, sesuai dengan usia atau
fase perkembangannya. Hurlock menyebut tugas-tugas perkembangan ini
sebagai

social

expectations.

Dalam

arti,

setiap

kelompok

budaya

mengharapkan anggotanya menguasai keterampilan tertentu yang penting dan
memperoleh pola perilaku yang disetujui bagi berbagai usia sepanjang
rentang kehidupan.
Munculnya tugas-tugas perkembangan, bersumbe