Index of /ProdukHukum/kehutanan TN Kep Seribu 2008

TAMAN NASIONAL LAUT KEPULAUAN SERIBU
SEJARAH PENGELOLAAN LAUT KEPULAUAN SERIBU
1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Keputusan Menteri Pertanian Nomor 527/ Kpts/ Um/ 7/ 1982 tanggal 21 Juli 1982, yang
menetapkan wilayah seluas 108.000 hektar Kepulauan Seribu sebagai Cagar Alam dengan
nama Cagar Alam Laut Pulau Seribu.
Pernyataan Menteri Pertanian pada Konggres Taman Nasional Se-Dunia ke I I I tahun 1982
di Bali, Nomor 736/ Mentan/ X/ 1982 tanggal 10 Oktober 1982, yang menyatakan Cagar

Alam Laut Pulau Seribu seluas 108.000 hektar sebagai Taman Nasional Laut Kepulauan
Seribu.
Keputusan Direktur Taman Nasional dan Hutan Wisata Direktorat Jenderal Perlindungan
Hutan dan Pelestarian Alam Departemen Kehutanan Nomor 02/ VI / TN-2/ SK/ 1986 tanggal
19 April 1986 tentang Pembagian zona di kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu.
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 162/ Kpts-I I / 1995 tanggal 21 Maret 1995 tentang
Perubahan fungsi Cagar Alam Laut Kepulauan Seribu yang terletak di Kotamadya Daerah
Tingkat I I Jakarta Utara Daerah Khusus I bukota Jakarta selua s + / - 108.000 (Seratus
delapan ribu) hektar menjadi Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu.
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 220/ Kpts-I I / 2000 tanggal 2 Agustus 2000 tentang
Penunjukan kawasan hutan dan perairan di wilayah Propinsi Daerah Khusus I bukota
Jakarta seluas 108.475,45 (Seratus delapan ribu empat ratus tujuh puluh lima koma empat
puluh lima) hektar.
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 6310/ Kpts-I I / 2002 tanggal 13 Juni 2002 tentang
Penetapan kawasan pelestarian alam perairan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu
seluas 107.489 (Seratus tujuh empat ratus delapan puluh sembilan) hektar di Kabupaten
Administrasi Kepulauan Seribu Propinsi Daerah Khusus I bukota Jakarta.
Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Departemen
Kehutanan Nomor SK.05/ I V-KK/ 2004 tanggal 27 Januari 2004 tentang Zonasi Pengelolaan
Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu.


KONDISI UMUM TAMAN NASIONAL

Letak, Luas dan Pulau
Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu seluas 107.489 hektar, merupakan kawasan perairan laut
sampai batas pasang tertinggi, pada geografis antara 5°24' - 5°45' LS dan 106°25' - 106°40' BT,
termasuk kawasan darat Pulau Penjaliran Barat dan Pulau Penjaliran Timur seluas 39,50 hektar.
Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu tersusun oleh Ekosistem Pulau-Pulau Sangat Kecil dan
Perairan Laut Dangkal, yang terdiri dari Gugus Kepulauan dengan 78 pulau sangat kecil, 86
Gosong Pulau dan hamparan laut dangkal pasir karang pulau sekitar 2.136 hektar (Reef flat
1.994 ha, Laguna 119 ha, Selat 18 ha dan Teluk 5 ha), terumbu karang tipe fringing reef,
Mangrove dan Lamun bermedia tumbuh sangat miskin hara/ lumpur, dan kedalaman laut dangkal
sekitar 20-40 m.
Dari jumlah pulau yang berada di dalam kawasan TNKpS yang berjumlah 78 pulau, diantaranya
20 pulau sebagai pulau wisata, 6 pulau sebagai hunian penduduk dan sisanya dikelola
perorangan atau badan usaha.
Dengan bermodalkan slogan LSM (Lestarikan terumbu karang, mangrove, lamun dan
ekosistemnya; Selamatkan penyu sisik Kepulauan Seribu; dan Manfaatkan Taman Nasional Laut
Kepulauan Seribu melalui wisata bahari di resort wisata, wisata konservasi di pulau pemukiman
dan budidaya kelautan kelautan tradisional di Zona Pemukiman), TNKpS mencoba untuk

1

mengajak seluruh lapisan masyarakat yang ada di Kepulauan Seribu untuk bersama-sama
menjaga kelestarian ekosistem pulau-pulau sangat kecil dan perairan laut dangkal.

Kondisi umum
Ditinjau dan letak kontinental dan oseanografisnya, wilayah Kepulauan Seribu mempunyai iklim
muson laut tropis, yakni adanya pergantian arah angin setiap setengah tahun yang disebut
angin muson. Banyaknya uap air laut yang berpengaruh terhadap suhu udara. Hal ini juga
sebagai akibat karena Kepulauan Seribu berada pada daerah equator yang mempunyai sistem
equator yang dipengaruhi variasi tekanan udara. Dimana musim basah mencapai kondisi
maksimum pada bulan Januari, sedang musim kering mencapai puncak pada bulan Juni Agustus. Pengaruh musim terlihat sebagai tiupan angin Barat Laut - Utara yang kuat seiama
musim Barat pada bulan Oktober - April; serta angin Tenggara - Timur pada musim Tenggara
atau Timur pada bulan Mei - September.
Kondisi iklim di Kepulaun Seribu tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan pesisir
Teluk Jakarta, dimana termasuk tipe iklim D menurut Schimidt dan Fergusson dengan nisbah
jumlah bulan kering dan bulan basah antara 60 - 100% . Musim hujan berlangsung pada bulan
November - April dengan jumlah hari hujan antara 10 - 20 hari per bulan dan curah hujan
terbesar terjadi pada bulan Januari. Musim kemarau berlangsung antara bulan Mei - Oktober
dengan hari hujan antara 4 - 10 had per bulandan curah hujan terendah terjadi pada bulan

Agustus. Rata-rata curah hujan bulanan selama 10 tahun terakhir berkisar antara 43 - 510
mm, dimana curah hujan terbanyak (510 mm) terjadi pada bulan Januari dan curah h ujan
terkecil (43 mm) terjadi pada bulan Agustus (BPLHD DKI Jakarta, 2002).
Suhu udara rata-rata berkisar antara 26,5 ° C - 28,5 ° C, suhu udara maksimum berkisar antara
29,5 ° C - 32,5 ° C, sedangkan suhu udara minimum berkisar antara 23,4 ° C - 23,8 ° C.
Kelembaban nisbi rata-rata berkisar antara 75 - 85 % , sedangkan tekanan udara rata-rata
antara 1009,0 -1011,0 mb (Dinas Tata Kota DKI Jakarta, 2003).

Angin dan Gelombang laut
Pengamatan angin permukaan menunjukkan bahwa angin dominan di Kepulauan Seribu adalah
angin timur. Dikaitkan dengan arah angin dominan yang terjadi tersebut, karakteristik arah
gelombang datang teramati yaitu 130° (dan Timur -Tenggara) menunjukkan adanya
ketergantungan gelombang terhadap angin. Tinggi gelombang di Kepulauan Seribu pada
musim Barat adalah sebesar 0,5 - 1,5 m, sedangkan pada musim timur sebesar 0,5 - 1,0
meter. Benvariasinya tinggi geiombang ini dikarenakan terdapat perbedaan kecepatan angin
musim yang bertiup di atasnya (Kab. Adm. Kep. Seribu-LAPI I TB, 2004).

Kualitas Peraian Laut
Suhu dan salinitas air permukaan laut di Kepulauan Seribu secara umum berkisar antara 30 34° / oo. Salinitas air permukaan pada musim barat, musim timur dan msim pncaroba tidak
berfluktuasi secara nyata (Suyarso, 1995; Pardjaman, 1977 dalam Dinas Per ikanan DKl Jakarta,

1997).
Kecerahan perairan berkisar antara 3-8 meter, sedangkan kekeruhannya berkisar antara 0,51,1 NTU yang bervariasi dimana pada musim barat umumnya mempunyai kecerahan lebih
rendah dan kekeruhan lebih tinggi dibanding musim timur ( Dinas Perikanan DKI Jakarta,
1997).

Kondisi Sosial EKonomi Masyarakat
Penduduk yang bermukim di wilayah ini umumnya adalah pelaut yang berasal dari beberapa
etnis di Sulawesi, yang paling dominan adalah etnis Bugis, sehingga budaya yang berkembang di
masyarakat saat ini mencerminkan etnis-etnis tersebut. Mata pencaharian penduduk umumnya

2

sebagai nelayan (70,99% ) perikanan tangkap atau budidaya sebagai petani rumput laut
musiman sedangkan sisanya bekerja di sektor jasa perdagangan dan sektor lainnya.
Jumlah penduduk yang bermukim di pulau-pulau pemukiman dalam kawasan TNKpS sebanyak
11.052 jiwa yang tersebar di lima buah pulau, yaitu Pulau Pramuka, P. Panggang, P. Kelapa, P.
Harapan dan P. Kelapa Dua. Tingkat pertumbuhan penduduk di wilayah ini rata-rata 1,21 %
pertahun. Tingginya angka pertumbuhan penduduk ini umumnya tidak dibarengi dengan animo
untuk bermigrasi keluar pulaunya (Laporan RKL TN Kepulauan Seribu, 1999), sehingga
pemukiman penduduk hanya terkonsentrasi pada pulau pemukiman yang telah ada.

Beberapa pulau mempunyai tingkat kepadatan yang cukup tinggi, bahkan lebih tinggi dari
kepadatan penduduk rata-rata DKI Jakarta, seperti Pulau Panggang 35.278 jiwa/ km2, Pulau
Kelapa 34.156 jiwa/ km2, dan Pulau Harapan 10.000 jiwa/ km2 yang secara geografi s berada
dalam kawasan taman nasional.
Komposisi tingkat pendidikan masyarakat di kabupaten ini 39,21% tidak tamat SD, 43,01%
tamat SD, 9,59% tamat SLTP, 7,19% tamat SLTA, 1,17% tamat Akademi/ Diploma, dan 0,51%
tamat sarjana. Porsi terbesar masyarakat kabupaten ini, yaitu 82,22% berpendidikan SD dan
tidak tamat SD.
Kehidupan sehari-hari masyarakat tidak lepas dari keberadaan dan fungsi laut. Anak-anak biasa
dengan kegiatan bersenda gurau dan berenang di pantai selain kegiatan mereka menuntut ilmu
di bangku sekolah. Kegiatan berenang di dermaga mereka lakukan seolah-olah tidak ada
sedikitpun rasa takut dan ngeri akan tersapu gelombang. Kegiatan rutin orang tua sebagian
besar adalah melaut untuk mencari ikan. Tetapi kegiatan tersebut tidak mereka lakukan pada
setiap hari Jum’at. Apabila tidak melaut, hari-hari mereka diisi dengan memperbaiki/ membuat
jaring ataupun memperbaiki/ membuat kapal. Kehidupan seperti ini sudah rutin dan bisa
dinikmati setiap saat.
Berdasarkan kriteria kegiatan budidaya perikanan berupa kondisi fisik geofisik (keterlindungan,
kedalaman perairan, dan substrat dasar laut), oceanografis (kecepatan arus), dan kualitas air
(kecerahan dan salinitas), kapasitas Kepulauan Seribu untuk pengembangan budidaya perikanan
laut seluas 904,17 ha, diantaranya 622,49 ha (66 % ) dalam kawasan Taman Nasional Laut

Kepulauan Seribu.
Berdasarkan kriteria kepariwisataan berupa keindahan alam, keaslian panorama alam, keunikan
ekosistem, tidak adanya gangguan alam yang berbahaya, dan ketersediaan sarana dan
prasarana pendukung, kapasitas Kepulauan Seribu untuk pengembangan pariwisata seluas
872,06 ha dengan kapasitas pengunjung 2.318 Orang per hari, diantaranya 795,38 ha dan 1.699
Orang per hari (73 % ) adalah kapasitas dalam kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu.

3. Potensi Sumber Daya Alam

Terumbu Karang
Pulau-pulau di Kepulauan Seribu umumnya dikelilingi oleh terumbu karang tepian ( fringing reefs)
pada kedalaman 0,5 - 10 meter. Jenis-jenis karang yang dapat ditemukan di sini termasuk ke
dalam jenis karang keras ( hard coral) dan karang funak ( soft coral). Kondisi terumbu karang di
wilayah Kepulauan Seribu umumnya berada di wilayah Kepulauan Seribu utara di kawasan TNKpS
dengan kategorikan rusak sampai sedang. Presentase penutupan karang hidup di kawasan TNKpS
berkisar antara 4,3 - 50,7 % dan dominasi tutupan unsur-unsur abiotik seperti pasir, pecahan
karang, serta karang mati umumnya telah melampaui 50% . Kerusakan terumbu karang ini
sebagian besar diakibatkan oleh kegiatan pengambilan karang untuk bahan bangunan dan cara
penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak dan bahan kimia.
3


Dari Pengamatan yang dilakukan selama kurun waktu 22 tahun oleh berbagai instasi tercatat jenis
terumbu karang yang terdapat di Taman Nasional Kepulauan Seribu mencakup 68 genera dan
subgenera dengan 134 spesies. Sedangkan dan berbagai penefitian ditemukan bahwa di kawasan
Kepulauan Seribu secara keseluruhan terdapat sekitar 276 jenis karang di wilayah Kepulauan
Seribu Utara dan Selatan.
TNKpS mempunyai sumber daya alam yang khas yaitu keindahan alam laut dengan ekosistem
karang yang unik seperti terumbu karang, ikan hias dan ikan konsumsi, echinodermata,
crustacea, molusca, penyu, tumbuhan laut dan darat, mangrove, padang lamun, dan lain-lain.
Terumbu karang di kawasan perairan ini membentuk ekosistem khas daerah tropik, pulaupulaunya dikelilingi terumbu karang tepian (fringing reef) dengan kedalaman 1 - 20 meter.
Terumbu karang merupakan salah satu sub sistem ekosistem perairan laut yang produktif, yaitu
dengan produktivitas primernya mencapai sekitar 10.000 gram Carbon/ m2/ tahun, sangat tinggi
bila dibandingkan dengan produktivitas perairan laut lepas pantan hanya sekitar 50-100 gram
Carbon/ m2/ tahun.
Jenis-jenis karang yang dapat ditemukan adalah jenis karang keras ( hard coral) seperti karang
batu ( massive coral) misalnya Monstastrea dan Labophyllia; karang meja ( Table coral); karang
kipas ( Gorgonia); karang daun ( Leaf coral); karang jamur ( Mushroom coral); dan jenis karang
lunak ( Soft coral).
Jenis ikan hias yang banyak ditemukan diantara-nya adalah jenis-jenis yang termasuk dalam
famili Chaetodontidae, Apogonidae dan Pomancanthidae, sedangkan jenis I kan konsumsi yang

bernilai ekonomis tinggi antara lain adalah Baronang (Family Siganidae), Ekor Kuning (Family
Caesiodiae), Kerapu (Family Serranidae) dan Tongkol ( Eutynus sp. ). Dari hasil pengamatan
terdapat 232 Spesies ikan, dengan kondisi potensi rata-rata 36.132 individuals/ hektar, dimana
tertinggi 140.875 di taman nasional, dan terendah 1.425 di luar taman nasional dengan ukuran
ikan umumnya kecil-sedang.

Echinodermata yang banyak dijumpai diantaranya adalah Bintang Laut, Lili Laut, Teripang dan
Bulu Babi yang juga merupakan indikator kerusakan terumbu karang. Crustacea yang banyak
dikonsumsi antara lain Kepiting, Rajungan ( Portumus sp. ) dan Udang Karang ( Spiny lobster ).
Moluska (binatang lunak) yang dijumpai terdiri dari Gastropoda, Pelecypoda, termasuk jenis yang
dilindungi diantaranya adalah Kima Raksasa ( Tridacna gigas) dan Kima Sisik ( Tridacna
squamosa).

Padang Lamun
Ekosistem padang lamun umumnya berada di rataan terumbu karang, didominasi oleh
tumbuhan rumput laut ( sea grass) dengan struktur perakaran di dasar perairan. Di Kepulauan
Seribu terdapat 4 (empat) famili rumput laut yang hidup pada padang lamu n, yang didominasi
oleh genus Thalassia, Enhalus dan Cymodoceae. Sedangkan dari jenis alga ( sea weed )
umumnya ditemukan Halimeda, Sargassum, dan Caulerpa.


Mangrove dan Tumbuhan Darat
Hutan di kawasan TNKpS umumnya ditemukan di pulau-pulau bagian utara seperti Pulau
Penjaliran, Pulau Gosong Rengat dan Pulau Nyamplung. Penyebaran mangrove di kawasan ini
tidak memiliki zonasi spesies mangrove seperti yang umumnya ditemukan di Teluk Jakarta.
Hal ini disebabkan pulau-pulaunya yang sangat terbuka dan tidak terdapatnya sungai di
daratan. Jenis mangrove yang ditemukan adalah jenis Rhyzopora stylosa di daerah intertidal
dan Nypa frutucans di daratnya.

4

Jenis-jenis tumbuhan darat yang banyak ditemukan antara lain adalah Kelapa ( Cocos nucifera),
Mengkudu ( Morinda citrifolia), Ketapang ( Terminalia catappa), Butun ( Baringtonia asiatica),
Sukun ( Artocarpus atilis), Pandan Laut ( Pandanus tectorius), Sentigi ( Pemphis acidula), dan
Cemara Laut ( Casuarina equisetifolia).

Penyu Sisik
Kawasan TNKpS merupakan habitat bagi Penyu Sisik ( Eretmochelys imbricata) yang dilindungi,
dan keberadaannya cenderung semakin langka. Dalam upaya pelestarian satwa ini, selain
dilakukan perlindungan terhadap tempat-tempat penelurannya seperti Pulau Peteloran Timur,
Penjaliran Barat, Penjaliran Timur dan Pulau Belanda, telah dilakukan juga pengembangan pusat

penetasan, pembesaran dan pelepasliaran Penyu Sisik di Pulau Pramuka dan Pulau Sepa.
Kegiatan di Pulau Pramuka dan Pulau Sepa tersebut dilakukan dengan cara mengambil telur dari
pulau-pulau tempat bertelur untuk ditetaskan secara semi alami. Anak penyu (tukik) hasil
penetasan tersebut kemudian sebagian dilepaskan kembali ke alam, dan sisanya dipelihara untuk
dilepaskan secara bertahap.

Zonasi
Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Departemen
Kehutanan Nomor SK.05/ I V-KK/ 2004 tanggal 27 Januari 2004 tentang Zonasi Taman Nasional
Laut Kepulauan Seribu sebagai berikut :

1.

Zona I nti Taman Nasional (4.449 Hektar) adalah bagian kawasan taman nasional yang
mutlak dilindungi dan tidak diperbolehkan adanya perubahan apapun oleh aktivitas
manusia.

5

Zona I nti I (1.389 hektar) meliputi perairan sekitar Pulau Gosong Rengat dan Karang
Rengat pada posisi geografis 5°27'00" - 5°29'00" LS dan 106°26'00" - 106°28'00" BT, yang
merupakan perlindungan Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata), dan Ekosistem Terumbu
Karang.
Zona I nti I I (2.490 hektar) meliputi perairan sekitar Pulau Penjaliran Barat dan Penjaliran
Timur, dan perairan sekitar Pulau Peteloran Timur, Peteloran Barat, Buton, dan Gosong
Penjaliran, pada posisi 5°26'36" - 5°29'00" LS dan106°32'00" - 106° 36'00" BT, yang
merupakan perlindungan Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata), Ekosistem Terumbu
Karang, dan Ekosistem Hutan Mangrove.
Zona I nti I I I (570 hektar) meliputi perairan sekitar Pulau Kayu Angin Bira, Belanda dan
bagian utara Pulau Bira Besar, pada posisi 5°36'00"-5° 37'00" LS dan 106°33'36"106°36'42" BT, yang merupakan perlindungan perlindungan Penyu Sisik (Eretmochelys
imbricata), dan Ekosistem Terumbu Karang.
2.

Zona Perlindungan Taman Nasional (26.284, 50 Hektar) adalah bagian kawasan taman
nasional yang berfungsi sebagai penyangga zona inti taman nasional.
Zona Perlindungan meliputi perairan sekitar Pulau Dua Barat, Dua Timur, Jagung, Gosong
Sebaru Besar, Rengit, dan Karang Mayang, pada posisi geografis5°24'00"-5°30'00" LS dan
106°25'00"-106°40'00" BT, dan daratan Pulau Penjaliran Barat dan Penjaliran Timur seluas
39,5 hektar.

3.

Zona Pemanfaatan Wisata Taman Nasional (59.634,50 Hektar) adalah bagian kawasan
taman nasional yang dijadikan sebagai pusat rekreasi dan kunjungan wisata.
Zona Pemanfaatan Wisata meliputi perairan sekitar Pulau Nyamplung, Sebaru Besar, Lipan,
Kapas, Sebaru Kecil, Bunder, Karang Baka, Hantu Timur, Hantu Barat, Gosong Laga, Yu
Barat/ Besar, Yu Timur, Satu/ Saktu, Kelor Timur, Kelor Barat, Jukung, Semut Kecil, Cina,
Semut Besar, Sepa Timur/ Kecil, Sepa Barat/ Besar, Gosong Sepa, Melinjo, Melintang Besar,
Melintang Kecil, Perak, Kayu Angin Melintang, Kayu Angin Genteng, Panjang, Kayu Angin
Putri, Tongkeng, Petondan Timur, Petondan Barat/ Pelangi, Putri Kecil/ Timur, Putri
Barat/ Besar, Putri Gundul, Macan Kecil, Macan Besar/ Matahari, Genteng Besar, Genteng
Kecil, Bira Besar, Bira Kecil, Kuburan Cina, Bulat, Karang Pilang, Karang Ketamba, Gosong
Munggu, Kotok Besar, dan Kotok Kecil, pada posisi geografis 5°30'00"-5°38'00" LS dan
106°25'00"-106°40'00" BT, dan 5°38'00"-5°45'00" LS dan 106°25'00"-106°33'00" BT.

4.

Zona Pemukiman Taman Nasional (17.121 Hektar) adalah bagian kawasan taman nasional
yang dijadikan sebagai pusat pemerintahan dan perumahan penduduk masyarakat.
Zona Pemukiman meliputi perairan sekitar Pulau Pemagaran, Panjang Kecil, Panjang, Rakit
Tiang, Kelapa, Harapan, Kaliage Besar, Kaliage Kecil, Semut, Opak Kecil, Opak Besar,
Karang Bongkok, Karang Congkak, Karang Pandan, Semak Daun, Layar, Sempit, Karya,
Panggang, dan Pramuka, pada posisi geografis 5°38'00"-5°45'00" LS dan 106°33'00"106°40'00" BT.

Beberapa pulau/obyek yang menarik untuk dikunjungi:
Kepulauan Seribu terdapat beberapa Resort Wisata Bahari seperti Resort Wisata Pulau Kotok,
Pulau Bira, Pulau Sepa, Pulau Putri, Pulau Matahari, dan Pulau Pantara. Sedangkan di Pulau
Pramuka terdapat Paket Wisata Pendidikan dan Konservasi Laut yang dikelola oleh Koperasi
Taman Nasional Kepulauan Seribu dengan melibatkan masyarakat setempat.

6

Beberapa obyek yang menarik dalam wisata pendidikan dan konservasi laut adalah Pengenalan
Tukik/ Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata); Pengenalan jenis, manfaat dan berkarya dengan
menanam Mangrove; Pengenalan jenis, manfaat dan berkarya dengan menanam Lamun;
Pengenalan biota laut & melakukan transplantasi karang hias; Menikmati panorama alam bahari
dan budaya masyarakat Kepulauan Seribu; Pengenalan Diving awal/ diving; Pengenalan
Snorkeling/ Snorkeling; Melakukan kunjungan ke Pulau Rambut, Resort Wisata Pulau Kotok, Pulau
Putri (akuarium bawah laut); Melihat Penangkaran Kupu-kupu dan Hatchery Biota Langka;
Memancing; Bakar I kan/ Api Unggun; High Ropes Out Bond; dsb

7

Musim kunjungan terbaik: bulan Maret s/ d Mei setiap tahunnya.

Cara pencapaian lokasi: Dari Muara Angke setiap hari ada kapal kayu/ ojeg yang melayani
pengunjung untuk ke Kepulauan Seribu, dengan waktu tempuh + 2,5 jam. Atau dari Marina Ancol
dengan menggunakan speedboat tetapi harus reservasi terlebih dahulu, lama perjalanan + 1 jam.

8

Akomodasi
Kepulauan Seribu terdapat beberapa Resort Wisata Bahari seperti Resort Wisata Pulau Kotok,
Pulau Bira, Pulau Sepa, Pulau Putri, Pulau Matahari, dan Pulau Pantara. Sedangkan terkait
dengan Wisata Pendidikan dan Konservasi Laut di Pulau Pramuka dan sekitarnya, terdapat
beberapa akomodasi antara lain Mess/ wisma tamu TNKpS, vila de lima, vila dermaga, dan
homestay milik penduduk.

BALAI TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU
Jl. Salemba Raya No. 9 Lt. I I I Jakarta Pusat 10440
Telp/ Fax. (021) 3915773
Website: www.tnlkepulauanseribu.net
Email: webmail@tnlkepulauanseribu.net

9