PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 4 TAHUN 2001
TENTANG
PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG
BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :
a. bahwa hut an dan at au lahan merupakan sumber daya alam yang mempunyai
berbagai f ungsi, baik ekologi, ekonomi, sosial maupun budaya, yang diperlukan
unt uk menunj ang kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya, karena it u perlu
dilakukan pengendalian kerusakan dan at au pencemaran lingkungan hidup;
b. bahwa kebakaran hut an dan at au lahan merupakan salah sat u penyebab kerusakan
dan at au pencemaran lingkungan hidup, baik berasal dari lokasi maupun dari luar
lokasi usaha dan at au kegiat an;
c. bahwa kebakaran hut an dan at au lahan t elah menimbulkan kerusakan dan at au
pencemaran lingkungan hidup, baik nasional maupun lint as bat as negara, yang
mengakibat kan kerugian ekologi, ekonomi, sosial dan budaya;
d. bahwa berdasarkan pert imbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b,
dan huruf c sert a unt uk melaksanakan ket ent uan Pasal 14 ayat (2) dan ayat (3)
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 t ent ang Pengelolaan Lingkungan Hidup, perlu
menet apkan Perat uran Pemerint ah t ent ang Pengendalian Kerusakan dan at au

Pencemaran Lingkungan Hidup yang Berkait an dengan Kebakaran Hut an dan at au
Lahan.
Mengingat :
1.
2.

3.

4.

5.

6.

Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana t elah diubah dengan
Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar 1945;
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 t ent ang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayat i dan Ekosist emnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990
Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419);
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 t ent ang Sist em Budidaya Tanaman

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3478);
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 t ent ang Penerbangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3481);
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 t ent ang Pengesahan Unit ed Nat ions
Convent ion on Biol ogical Diversit y (Konvensi Perserikat an Bangsa-Bangsa
Mengenai Keanekaragaman Hayat i) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1994 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 35 56);
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1994 t ent ang Pengesahan Unit ed Nat ions
Framework Convent ion on Cl imat e Change (Konvensi Kerangka Kerj a
Perserikat an Bangsa-Bangsa Mengenai Perubahan Iklim) (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3557);

7.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 t ent ang Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3699);

8. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 t ent ang Pemerint ahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3839);
9. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 t ent ang Kehut anan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3888);
10. Perat uran Pemerint ah Nomor 27 Tahun 1999 t ent ang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3838);
11. Perat uran Pemerint ah Nomor 41 Tahun 1999 t ent ang Pengendalian Pencemaran
Udara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 86, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3853);
12. Perat uran Pemerint ah Nomor 25 Tahun 2000 t ent ang Kewenangan Pemerint ah
dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Ot onom (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2952);
M E M U T U SK A N :
Menet apkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU
PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN
HUTAN DAN ATAU LAHAN.
BAB I

KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Perat uran Pemerint ah ini yang dimaksud dengan :
1.

2.
3.
4.

5.

6.

7.

8.

Hut an adalah suat u kesat uan ekosist em berupa hamparan lahan berisi sumber
daya alam hayat i yang didominasi pepohonan dalam persekut uan alam
lingkungannya, yang sat u dengan lainnya t idak dapat dipisahkan;

Lahan adalah suat u hamparan ekosist em darat an yang perunt ukannya unt uk
usaha dan at au kegiat an ladang dan at au kebun bagi masyarakat ;
Kawasan hut an adalah wilayah t ert ent u yang dit unj uk dan at au dit et apkan oleh
Pemerint ah unt uk dipert ahankan keberadaannya sebagai hut an t et ap;
Pengendalian kerusakan dan at au pencemaran lingkungan hidup adalah upaya
pencegahan dan penanggulangan sert a pemulihan kerusakan dan at au
pencemaran lingkungan hidup yang berkait an dengan kebakaran hut an dan at au
lahan;
Pencegahan kerusakan dan at au pencemaran lingkungan hidup adalah upaya
unt uk mempert ahankan f ungsi hut an dan at au lahan melalui cara-cara yang
t idak memberi peluang berlangsungnya kerusakan dan at au pencemaran
lingkungan hidup yang berkait an dengan kebakaran hut an dan at au lahan;
Penanggulangan kerusakan dan at au pencemaran lingkungan hidup adalah
upaya unt uk menghent ikan meluas dan meningkat nya kerusakan dan at au
pencemaran lingkungan hidup sert a dampaknya yang berkait an dengan
kebakaran hut an dan at au lahan;
Pemulihan kerusakan dan at au pencemaran lingkungan hidup adalah upaya
unt uk mengembalikan f ungsi hut an dan at au lahan yang berkait an dengan
kebakaran hut an dan at au lahan sesuai dengan daya dukungnya;
Dampak lingkungan hidup yang berkait an dengan kebakaran hut an dan at au

lahan adalah pengaruh perubahan pada lingkungan hidup yang berupa

9.

10.

11.

12.
13.
14.
15.
16.
17.

kerusakan dan at au pencemaran lingkungan hidup yang berkait an dengan
kebakaran hut an dan at au lahan yang diakibat kan oleh suat u usaha dan at au
kegiat an;
Kerusakan lingkungan hidup yang berkait an dengan kebakaran hut an at au lahan
adalah perubahan langsung at au t idak langsung t erhadap sif at f isik dan at au

hayat inya yang mengakibat kan hut an dan at au lahan t idak berf ungsi lagi dalam
menunj ang pembangunan yang berkelanj ut an;
Pencemaran lingkungan hidup yang berkait an dengan kebakaran hut an dan at au
lahan adalah masuknya makhluk hidup, zat , energi, dan at au komponen lain ke
dalam lingkungan hidup akibat kebakaran hut an dan at au lahan sehingga
kualit as lingkungan hidup menj adi t urun sampai ke t ingkat t ert ent u yang
menyebabkan lingkungan hidup t idak dapat berf ungsi sesuai dengan
perunt ukannya;
Krit eria baku kerusakan lingkungan hidup yang berkait an dengan kebakaran
hut an dan at au lahan adalah ukuran bat as perubahan sif at f isik dan at au hayat i
lingkungan hidup yang dapat dit enggang;
Orang adalah orang perorangan, dan at au kelompok orang, dan at au badan
hukum;
Penanggung j awab usaha adalah orang yang bert anggung j awab at as nama
suat u badan hukum, perseroan, perserikat an, yayasan at au organisasi;
Inst ansi yang bert anggung j awab adalah inst ansi yang bert anggung j awab di
bidang pengendalian dampak lingkungan;
Ment eri adalah ment eri yang dit ugasi unt uk mengelola lingkungan hidup;
Gubernur adalah Kepala Daerah Propinsi;
Bupat i/ Walikot a adalah Kepala Daerah Kabupat en/ Kot a.

Pasal 2

Ruang lingkup Perat uran Pemerint ah ini meliput i upaya pencegahan, penanggulangan,
dan pemulihan sert a pengawasan t erhadap pengendalian kerusakan dan at au
pencemaran lingkungan hidup yang berkait an dengan kebakaran hut an dan at au lahan.
BAB II
KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP
YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN
Bagian Pert ama
Umum
Pasal 3
Krit eria baku kerusakan lingkungan hidup yang berkait an dengan kebakaran hut an dan
at au lahan meliput i:
a. lingkungan hidup nasional; dan
b. Krit eria baku kerusakan lingkungan hidup daerah.
Bagian Kedua
Krit eria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup Nasional
Pasal 4
Krit eria baku kerusakan lingkungan hidup nasional meliput i:
a. Krit eria umum baku kerusakan lingkungan hidup nasional; dan

b. Krit eria t eknis baku kerusakan lingkungan hidup nasional.

Pasal 5
(1)

Krit eria umum baku kerusakan lingkungan hidup nasional meliput i:
a. Krit eria umum baku kerusakan t anah mineral yang berkait an dengan
kebakaran hut an dan at au lahan;
b. Krit eria umum baku kerusakan t anah gambut yang berkait an dengan
kebakaran hut an dan at au lahan;
c. Krit eria umum baku kerusakan f lora yang berkait an dengan
kebakaran hut an dan at au lahan; dan
d. Krit eria umum baku kerusakan f auna yang berkait an dengan
kebakaran hut an dan at au lahan.

(2)

Krit eria umum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) t ercant um dalam lampiran
Perat uran Pemerint ah ini.
Pasal 6


(1)

Krit eria t eknis baku kerusakan lingkungan hidup nasional sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf b didasarkan pada krit eria umum baku kerusakan lingkungan
hidup nasional.

(2)

Krit eria t eknis baku kerusakan lingkungan hidup nasional sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dit et apkan lebih lanj ut dengan Keput usan Kepala Inst ansi yang
bert anggung j awab.
Pasal 7

Dalam hal krit eria t eknis baku kerusakan lingkungan hidup nasional sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) belum dit et apkan, maka berlaku krit eria umum baku
kerusakan lingkungan hidup nasional.
Bagian Ket iga
Krit eria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup Daerah
Pasal 8

(1)

Gubernur/ Bupat i/ Walikot a menet apkan krit eria baku kerusakan lingkungan hidup
daerah.

(2)

Penet apan krit eria baku kerusakan lingkungan hidup daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), berdasarkan krit eria t eknis baku kerusakan lingkungan hidup
nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2).

(3)

Dalam hal krit eria t eknis baku kerusakan lingkungan hidup nasional sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) belum dit et apkan, maka penet apan krit eria baku
kerusakan lingkungan hidup daerah berdasarkan krit eria umum baku kerusakan
lingkungan hidup nasional yang t ercant um dal am lampiran Perat uran Pemerint ah
ini.

(4)

Krit eria baku kerusakan lingkungan hidup daerah dit et apkan dengan ket ent uan
sama at au lebih ket at daripada ket ent uan krit eria baku kerusakan lingkungan
hidup nasional.

BAB III
BAKU MUTU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP
Pasal 9
Baku mut u pencemaran lingkungan hidup yang berkait an dengan kebakaran hut an dan
at au lahan meliput i:
a. Baku mut u pencemaran li ngkungan hidup nasional; dan
b. Baku mut u pencemaran lingkungan hidup daerah.
Pasal 10
Baku mut u pencemaran lingkungan hidup nasional dan baku mut u pencemaran
lingkungan hidup daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dit et apkan berdasarkan
perat uran perundang-undangan yang berlaku.
BAB IV
TATA LAKSANA PENGENDALIAN
Bagian Pert ama
Umum
Pasal 11
Set iap orang dilarang melakukan kegiat an pembakaran hut an dan at au lahan.
Bagian Kedua
Pe n c e gah an
Pasal 12
Set iap orang berkewaj iban mencegah t erj adinya kerusakan dan at au pencemaran
lingkungan hidup yang berkait an dengan kebakaran hut an dan at au lahan.
Pasal 13
Set iap penanggung j awab usaha yang usahanya dapat menimbulkan dampak besar dan
pent ing t erhadap kerusakan dan at au pencemaran lingkungan hidup yang berkait an
dengan kebakaran hut an dan at au lahan waj ib mencegah t erj adinya kebakaran hut an
dan at au lahan di lokasi usahanya.
Pasal 14
(1)

Set iap penanggung j awab usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 waj ib
memiliki sarana dan prasarana yang memadai unt uk mencegah t erj adinya
kebakaran hut an dan at au lahan di l okasi usahanya.

(2) Sarana dan prasarana pencegahan t erj adinya kebakaran hut an dan at au lahan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliput i:
a.
b.

sist em det eksi dini unt uk menget ahui t erj adinya kebakaran hut an dan
at au lahan;
alat pencegahan kebakaran hut an dan at au lahan;

c.
d.
e.

prosedur operasi st andar unt uk mencegah dan menanggulangi
t erj adinya kebakaran hut an dan at au lahan;
perangkat organisasi yang bert anggung j awab dalam mencegah dan
menanggulangi t erj adinya kebakaran hut an dan at au lahan;
pelat ihan penanggulangan kebakaran hut an dan at au lahan secara
berkala.
Pasal 15

Penanggung j awab usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 waj ib melakukan
pemant auan unt uk mencegah t erj adinya kebakaran hut an dan at au lahan di lokasi
usahanya dan melaporkan hasilnya secara berkala sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan
sekali yang dilengkapi dengan dat a penginderaan j auh dari sat elit kepada Gubernur/
Bupat i/ Walikot a dengan t embusan kepada inst ansi t eknis dan inst ansi yang bert anggung
j awab.
Pasal 16
Pej abat yang berwenang memberikan izin melakukan usaha sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 waj ib memperhat ikan:
a. kebij akan nasional t ent ang pengelolaan hut an dan at au lahan sebagai bagian dari
pendayagunaan sumber daya alam;
b. kesesuaian dengan t at a ruang daerah;
c. pendapat masyarakat dan kepala adat ; dan
d. pert imbangan dan rekomendasi dari pej abat yang berwenang.
Bagian Ket iga
Penanggulangan
Pasal 17
Set iap orang berkewaj iban menanggulangi kebakaran hut an dan at au lahan di lokasi
kegiat annya.
Pasal 18
(1)

Set iap penanggung j awab usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
bert anggung j awab at as t erj adinya kebakaran hut an dan at au lahan di lokasi
usahanya dan waj ib segera melakukan penanggulangan kebakaran hut an dan at au
lahan di lokasi usahanya.

(2)

Pedoman umum penanggulangan kebakaran hut an dan at au lahan dit et apkan lebih
lanj ut dengan Keput usan Ment eri yang bert anggung j awab di bidang kehut anan
set elah berkoordinasi dengan Ment eri lain yang t erkait dengan inst ansi yang
bert anggung j awab.

(3)

Ket ent uan lebih lanj ut t ent ang pedoman t eknis penanggulangan kebakaran hut an
dan at au lahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dit et apkan dengan perat uran
daerah.

Pasal 19
Dalam hal pedoman umum dan pedoman t eknis penanggulangan kebakaran hut an dan
at au lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) dan ayat (3) belum
dit et apkan, maka penanggulangan kebakaran hut an dan at au lahan dilakukan sesuai
dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku.
Bagian Keempat
Pe m u l i h an
Pasal 20
Set iap orang yang mengakibat kan t erj adinya kebakaran hut an dan at au lahan waj ib
melakukan pemulihan dampak lingkungan hidup.
Pasal 21
(1)

Set iap penanggung j awab usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 waj ib
melakukan pemulihan dampak lingkungan hidup yang berkait an dengan kebakaran
hut an dan at au lahan di lokasi usahanya.

(2)

Pedoman umum pemulihan dampak lingkungan hidup yang berkait an dengan
kebakaran hut an dan at au lahan dit et apkan lebih lanj ut oleh Kepala Inst ansi yang
bert anggung j awab.

(3)

Ket ent uan lebih lanj ut t ent ang pedoman t eknis pemulihan lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dit et apkan dengan perat uran daerah.
Pasal 22

Dalam hal pedoman umum dan pedoman t eknis pemulihan dampak lingkungan hidup
yang berkait an dengan kebakaran hut an dan at au lahan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21 ayat (2) dan ayat (3) belum dit et apkan, maka pemulihan dampak lingkungan
hidup dilakukan sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku.
BAB V
WEWENANG PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN
LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN
KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN
Bagian Pert ama
Wewenang Pemerint ah Pusat
Pasal 23
Ment eri yang bert anggung j awab di bidang kehut anan mengkoordinasikan pemadaman
kebakaran hut an dan at au lahan lint as propinsi dan at au lint as bat as negara.
Pasal 24
Dalam melaksanakan t anggung j awab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Ment eri
yang bert anggung j awab di bidang kehut anan mengkoordinasikan:
a. penyediaan sarana pemadam kebakaran hut an dan at au lahan;

b. pengembangan sumber daya manusia unt uk pemadaman kebakaran hut an dan at au
lahan; dan at au
c. pelaksanaan kerj a sama int ernasional unt uk pemadaman kebakaran hut an dan at au
lahan.
Pasal 25
Dalam rangka pengendalian kerusakan dan at au pencemaran lingkungan hidup yang
berkait an dengan kebakaran hut an dan at au lahan, inst ansi yang bert anggung j awab
mengembangkan kemampuan sumber daya manusia di bidang evaluasi dampak
lingkungan hidup dan penyusunan st rat egi pemulihan dampak lingkungan hidup yang
berkait an dengan kebakaran hut an dan at au lahan.
Pasal 26
Kepala Inst ansi yang bert anggung j awab mengkoordinasikan penanggulangan dampak
dan pemulihan dampak lingkungan hidup yang berkait an dengan kebakaran hut an dan
at au lahan yang t erj adi pada lint as propinsi dan at au lint as bat as negara.
Bagian Kedua
Wewenang Pemerint ah Propinsi
Pasal 27
Gubernur bert anggung j awab t erhadap pengendalian kerusakan dan at au pencemaran
lingkungan hidup yang berkait an dengan kebakaran hut an dan at au lahan yang
dampaknya lint as kabupat en/ kot a.
Pasal 28
(1)

Dalam hal t erj adi kebakaran hut an dan at au lahan di lint as kabupat en/ kot a,
Gubernur waj ib melakukan koordinasi penanggulangan kebakaran hut an dan at au
lahan lint as kabupat en/ kot a.

(2)

Dalam melakukan koordinasi penanggulangan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), Gubernur dapat memint a bant uan kepada Gubernur yang t erdekat dan at au
Pemerint ah Pusat .
Pasal 29

(1)

Dalam melakukan koordinasi penanggulangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
28 Gubernur dapat membent uk at au menunj uk inst ansi yang berwenang di bidang
pengendalian kebakaran hut an dan at au lahan di daerahnya.

(2)

Inst ansi yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), waj ib melakukan
invent arisasi t erhadap usaha dan at au kegiat an yang pot ensial menimbulkan
kerusakan dan at au pencemaran lingkungan hidup, melakukan invent arisasi dan
evaluasi dampak lingkungan hidup, penyusunan st rat egi, rencana, dan biaya
pemulihan dampak lingkungan hidup sebagai upaya pengendalian kerusakan dan
at au pencemaran lingkungan hidup yang berkait an dengan kebakaran hut an dan
at au lahan yang dampaknya lint as kabupat en/ kot a.

Bagian Ket iga
Wewenang Pemerint ah Kabupat en/ Kot a
Pasal 30
Bupat i/ Walikot a bert anggung j awab t erhadap pengendalian kerusakan dan at au
pencemaran lingkungan hidup yang berkai t an dengan kebakaran hut an dan at au lahan
di daerahnya.
Pasal 31
(1)

Dalam hal t erj adinya kebakaran hut an dan at au lahan, maka Bupat i/ Walikot a
waj ib melakukan t indakan:
a.
b.

c.
d.

(2)

penanggulangan kebakaran hut an dan at au lahan;
pemeriksaan kesehat an masyarakat di wilayahnya yang mengalami
dampak kebakaran hut an dan at au lahan melalui sarana pelayanan
kesehat an yang t elah ada;
pengukuran dampak;
pengumuman pada masyarakat t ent ang pengukuran dampak dan
langkah-langkah yang diperlukan unt uk mengurangi dampak yang
berkait an dengan kebakaran hut an dan at au lahan.

Kewaj iban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, t idak mengurangi
kewaj iban set iap orang dan at au set iap penanggung j awab usaha sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 dan Pasal 18 ayat (1).
Pasal 32

Bupat i/ Walikot a yang melakukan penanggulangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
31 ayat (1) huruf a, dapat memint a bant uan pada Bupat i/ Walikot a t erdekat .
Pasal 33
(1)

Dalam melakukan penanggulangan kebakaran hut an dan at au lahan,
Bupat i/ Walikot a dapat membent uk at au menunj uk inst ansi yang berwenang di
bidang pengendalian kebakaran hut an dan at au lahan di daerahnya.

(2)

Inst ansi yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) waj ib melakukan
invent arisasi t erhadap usaha dan at au kegiat an yang pot ensial menimbulkan
kerusakan dan at au pencemaran lingkungan hidup, melakukan invent arisasi dan
evaluasi dampak lingkungan hidup, penyusunan st rat egi, rencana, dan biaya
pemulihan dampak lingkungan hidup sebagai upaya pengendalian kerusakan dan
at au pencemaran lingkungan hidup yang berkait an dengan kebakaran hut an dan
at au lahan.
BAB VI
P E N G A W A SA N
Pasal 34

(1)

Bupat i/ Walikot a melakukan pengawasan at as pengendalian kerusakan dan at au
pencemaran lingkungan hidup yang berkait an dengan kebakaran hut an dan at au
lahan di daerahnya.

(2)

Gubernur melakukan pengawasan at as pengendalian kerusakan dan at au
pencemaran lingkungan hidup yang berkait an dengan kebakaran hut an dan at au
lahan yang berdampak at au yang diperkirakan dapat berdampak lint as
kabupat en/ kot a.

(3)

Ment eri dan at au Kepala Inst ansi yang bert anggung j awab, melakukan pengawasan
at as pengendalian kerusakan dan at au pencemaran lingkungan hidup yang
berkait an dengan kebakaran hut an dan at au lahan yang berdampak at au yang
diperkirakan dapat berdampak lint as propinsi dan at au lint as bat as negara.
Pasal 35

Gubernur/ Bupat i/ Walikot a melakukan pengawasan t erhadap pelaksanaan penaat an
persyarat an yang diwaj ibkan bagi usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14.
Pasal 36
Ment eri dan at au Kepala Inst ansi yang bert anggung j awab, dalam hal t ert ent u dapat
melakukan pengawasan t erhadap pelaksanaan penaat an persyarat an yang diwaj ibkan
bagi usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14.
Pasal 37
Pelaksanaan pengawasan at as pengendalian kerusakan dan at au pencemaran lingkungan
hidup yang berkait an dengan kebakaran hut an dan at au lahan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 34, Pasal 35, dan Pasal 36 dilakukan:
a. secara periodik unt uk mencegah kerusakan dan at au pencemaran lingkungan hidup;
b. berkait an dengan kebakaran hut an dan at au lahan.
Pasal 38
Apabila hasil pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34, Pasal 35, Pasal 36,
dan Pasal 37 menunj ukkan ket idakpat uhan penanggung j awab usaha, maka
Gubernur/ Bupat i/ Walikot a waj ib memerint ahkan penanggung j awab usaha unt uk
menghent ikan pelanggaran yang dilakukan dan melakukan t indakan unt uk mencegah
dan mengakhiri t erj adinya pelanggaran sert a menanggulangi akibat yang dit imbulkan
oleh suat u pelanggaran, melakukan t indakan penyelamat an, penanggulangan, dan at au
pemulihan.
BAB VII
PEL A PORA N
Pasal 39
(1)

Set iap orang yang menduga at au menget ahui t erj adinya kebakaran hut an dan at au
lahan, waj ib melaporkan kepada pej abat daerah set empat .

(2)

Pej abat daerah set empat yang menerima laporan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) waj ib mencat at :
a. ident it as pelapor;
b. t anggal pelaporan;
c. wakt u dan t empat kej adian;

d. sumber yang menj adi penyebab t erj adinya kebakaran hut an dan at au lahan;
e. perkiraan dampak kebakaran hut an dan at au lahan yang t erj adi.
(3)

Pej abat daerah set empat yang menerima laporan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dalam j angka wakt u selambat -lambat nya sat u kali dua puluh empat j am
t erhit ung sej ak t anggal dit erimanya laporan, waj ib meneruskannya kepada
Gubernur/ Bupat i/ Walikot a yang bersangkut an.

(4)

Gubernur/ Bupat i/ Walikot a set elah menerima laporan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (3) dal am j angka wakt u selambat -lambat nya sat u kali dua puluh empat
j am sej ak t anggal dit erimanya laporan, waj ib melakukan verif ikasi dari pej abat
daerah yang menerima laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) unt uk
menget ahui t ent ang kebenaran t erj adinya kebakaran hut an dan at au lahan.

(5)

Apabila hasil verif ikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) menunj ukkan t elah
t erj adi kebakaran hut an dan at au lahan, maka Gubernur/ Bupat i/ Walikot a waj ib
memerint ahkan penanggung j awab usaha dan at au kegiat an unt uk menanggulangi
kebakaran hut an dan at au lahan sert a dampaknya.
Pasal 40

Dalam hal penanggung j awab usaha dan at au kegiat an t idak melakukan t indakan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 dan Pasal 39 ayat (5), Gubernur/ Bupat i/ Walikot a
dapat melaksanakan at au menugaskan pihak ket iga unt uk melaksanakannya at as beban
biaya penanggung j awab usaha dan at au kegiat an yang bersangkut an.
Pasal 41
Set iap penanggung j awab usaha dan at au kegiat an at au pihak ket iga yang dit unj uk
unt uk melakukan penanggulangan dan pemulihan kerusakan dan at au pencemaran
lingkungan hidup yang berkait an dengan kebakaran hut an dan at au lahan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 38, Pasal 39 ayat (5), dan Pasal 40, waj ib menyampaikan
laporannya kepada Gubenur/ Bupat i/ Walikot a yang bersangkut an.
BAB VIII
PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT
Pasal 42
(1)

Gubernur/ Bupat i/ Wal ikot a/ Kepala Inst ansi yang bert anggung j awab/ Pimpinan
inst ansi t eknis/ Ment eri berkewaj iban meningkat kan kesadaran masyarakat
t ermasuk aparat ur akan hak dan t anggung j awab sert a kemampuannya unt uk
mencegah kebakaran hut an dan at au lahan.

(2)

Peningkat an kesadaran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat
dilakukan dengan mengembangkan nilai-nilai dan kelembagaan adat sert a
kebiasaan-kebiasaan masyarakat t radisional yang mendukung perlindungan hut an
dan at au lahan.
BAB IX
KETERBUKAAN INFORMASI DAN PERAN MASYARAKAT
Pasal 43

(1)

Gubernur/ Bupat i/ Walikot a waj ib memberikan inf ormasi kepada masyarakat
mengenai kebakaran hut an dan at au lahan sert a dampaknya.

(2)

Pemberian inf ormasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melalui
media cet ak, media elekt ronik at au papan pengumuman yang meliput i:
a. lokasi dan luasan kebakaran hut an dan at au lahan;
b. hasil pengukuran dampak;
c. bahaya t erhadap kesehat an masyarakat dan ekosist em;
d. dampaknya t erhadap kehidupan masyarakat ;
e. kebakaran hut an dan at au lahan.
Pasal 44

Dalam hal dampak kebakaran hut an dan at au lahan melampaui lint as propinsi dan at au
lint as bat as negara, koordinasi pemberian inf ormasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
43 dilakukan oleh Kepala Inst ansi yang bert anggung j awab.
Pasal 45
(1)

Set iap orang mempunyai hak yang sama unt uk mendapat kan inf ormasi dalam
rangka ikut sert a melakukan upaya pengendalian kerusakan dan at au pencemaran
lingkungan hidup yang berkait an dengan kebakaran hut an dan at au lahan yang
meliput i:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

h.

(2)

pet a daerah rawan kebakaran hut an dan at au lahan;
pet a peringkat bahaya kebakaran hut an dan at au lahan;
dokumen perizinan pengusahaan hut an dan at au lahan;
dokumen AMDAL;
rencana penyiapan/ pembukaan hut an dan at au lahan;
hasil penginderaan j auh dari sat elit ;
laporan berkala dari penanggung j awab usaha mengenai st at us
penaat an t erhadap persyarat an perizinan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 ayat (2);
hasil pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1), dan
ayat (2).

Inf ormasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) waj ib diberikan oleh
Gubernur/ Bupat i/ Walikot a.
Pasal 46

Set iap orang mempunyai hak unt uk berperan dalam rangka pengendalian kerusakan dan
at au pencemaran lingkungan hidup yang berkait an dengan kebakaran hut an dan at au
lahan sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku.
BAB X
PEMBI AYAAN
Pasal 47
Biaya unt uk melakukan kegiat an sebagaimana dimaksud dalam:
a. Pasal 6 ayat (2), Pasal 18 ayat (2), Pasal 21 ayat (2), Pasal 23, Pasal 24, Pasal 25,
Pasal 26, Pasal 34 ayat (3), Pasal 36, dan Pasal 42 dibebankan pada Anggaran

Pendapat an Belanj a Negara (APBN) dan at au sumber dana lain sesuai dengan
perat uran perundang-undangan yang berlaku.
b. Pasal 8 ayat (1), Pasal 18 ayat (3), Pasal 21 ayat (3), Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29,
Pasal 30, Pasal 31, Pasal 32, Pasal 33, Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 35, Pasal
39 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), dan Pasal 42 dibebankan pada Anggaran
Pendapat an Belanj a Daerah (APBD) dan at au sumber dana lain sesuai dengan
perat uran perundang-undangan yang berlaku.
BAB XI
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 48
Pelanggaran t erhadap ket ent uan Pasal 12, Pasal 14, dan Pasal 15 dikenakan sanksi
administ rasi sebagaimana diat ur dalam Pasal 25 dan Pasal 27 Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1997 t ent ang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
BAB XII
GANTI KERUGIAN
Pasal 49
(1)

Set iap perbuat an yang melanggar ket ent uan Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13, Pasal 14,
Pasal 15, Pasal 17, Pasal 18 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 21 ayat (1) yang
menimbulkan akibat kerusakan dan at au pencemaran lingkungan hidup yang
berkait an dengan kebakaran hut an dan at au lahan yang menimbulkan kerugian
pada orang lain at au lingkungan hidup, waj ib unt uk membayar gant i kerugian dan
at au melakukan t indakan t ert ent u.

(2)

Selain pembebanan unt uk melakukan t indakan t ert ent u sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), hakim dapat menet apkan pembayaran uang paksa at as set iap hari
ket erlambat an penyelesaian t indakan t ert ent u t ersebut .

(3)

Tat a cara penet apan besarnya gant i kerugian sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) diat ur secara t ersendiri dengan Perat uran Pemerint ah.
Pasal 50

Dalam hal t at a cara penet apan besarnya gant i kerugian sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 49 ayat (3) belum dit et apkan, maka t at a cara penet apan besarnya gant i kerugian
dilakukan sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 51
(1)

Penanggung j awab usaha dan at au kegiat an yang usaha dan kegiat annya
menimbulkan dampak besar dan pent ing t erhadap lingkungan hidup yang
menggunakan bahan berbahaya dan beracun, dan at au menghasilkan limbah bahan
berbahaya dan beracun, bert anggung j awab secara mut lak at as kerugian yang
dit imbulkan, dengan kewaj iban membayar gant i kerugian secara langsung dan
seket ika pada saat t erj adinya pencemaran dan at au perusakan lingkungan hidup.

(2)

Penanggung j awab usaha dan at au kegiat an dapat dibebaskan dari kewaj iban
membayar gant i kerugian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) j ika yang

bersangkut an dapat membukt ikan bahwa pencemaran dan at au perusakan
lingkungan hidup disebabkan salah sat u alasan di bawah ini:
a.
b.
c.

(3)

adanya bencana alam at au peperangan; at au
adanya keadaan t erpaksa di luar kemampuan manusia; at au
adanya t indakan pihak ket iga yang menyebabkan t erj adinya
pencemaran dan at au perusakan lingkungan hidup.

Dalam hal t erj adi kerugian yang disebabkan oleh pihak ket iga sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) huruf c, pihak ket iga bert anggung j awab membayar gant i
kerugian.
BAB XIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 52

Set iap orang yang melanggar ket ent uan Pasal 11, Pasal 14, Pasal 15, Pasal 17, dan Pasal
18 yang mengakibat kan t erj adinya kerusakan dan at au pencemaran lingkungan hidup,
diancam dengan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43,
Pasal 44, Pasal 45, Pasal 46, dan Pasal 47 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 t ent ang
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 53
Dengan diundangkannya Perat uran Pemerint ah ini:
a. izin usaha yang t elah diaj ukan t et api masih dalam proses penyelesaian, waj ib
menyesuaikan dengan ket ent uan Perat uran Pemerint ah ini.
b. izin usaha yang sudah dit erbit kan sebelum Perat uran Pemerint ah ini waj ib
menyesuaikan dalam wakt u paling lama 6 (enam) bulan sej ak diundangkannya
Perat uran Pemerint ah ini.
Pasal 54
Pada saat mulai berlakunya Perat uran Pemerint ah ini, maka semua perat uran
perundang-undangan yang berkait an dengan pengendalian kebakaran hut an dan at au
lahan, dinyat akan t et ap berlaku sepanj ang t idak bert ent angan dengan Perat uran
Pemerint ah ini.
BAB XV
PENU T U P
Pasal 55
Perat uran Pemerint ah ini mulai berlaku pada t anggal diundangkan.
Agar set iap orang menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan Perat uran Pemerint ah
ini dengan penempat annya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Dit et apkan di Jakart a
pada t anggal 5 Pebruari 2001
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
t t d.
ABDURRAHMAN WAHID
Diundangkan di Jakart a
pada t anggal 5 Pebruari 2001
SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
t t d.
DJOHAN EFFENDI
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2001 NOMOR 10