134359 AKJ 2009 01 07 Mubeng Beteng Khasanah Budaya Dan Pariwisata
Judul
Tempat
Rep
Tanggal
: “mubeng beteng” khasanah budaya dan pariwisata DIY
: yogyakarta
: akj
: oktober 2008
Hening adalah bentuk refleksi manusia atas eksistensi dirinya. // Eksistensi diri manusia yang mengada karena adanya
sang pencipta. Bentuk refleksi atas permulaan kemanusiaan itu diejawantahkan oleh masyarakat Yogyakarta dalam bentuk
tradisi tapa bisu mubeng beteng yang dilaksanakan pada pertengahan malah 1 Suro. //
Laku mengelilingi tembok benteng Kraton dalam keheningan total itu merupakan simbol keprihatinan serta kesiapan
masyarakat Yogyakarta khususnya penganut kejawen untuk menghadapi tahun yang akan datang. Diharapkan dengan
sikap prihatin, mereka lebih mawas diri dan tidak berpuas diri terhadap segala sesuatu yang telah diraih pada tahun-tahun
sebelumnya.
Mubeng beteng atau berjalan mengelilingi benteng Kraton adalah tradisi yang terbuka untuk masyarakat umum. Selama
menjalankan lelaku tapa bisu mubeng beteng itu, tidak boleh berkata-kata serta harus berjalan kaki mengelilingi beteng
sejauh kurang lebih empat km. Tradisi mubeng atau memutar itu sebenarnya tidak hanya berada di seputaran benteng
Kraton Kasultanan Yogyakarta, tetapi juga terdapat tradisi mubeng kuthagara, dan mubeng manca negara karena sebagai
pusat negara, Kraton dikelilingi oleh kutha negara dan kutha negara dikelilingi oleh manca negara.
Manca negara yang dimaksud di sini adalah daerah-daerah di luar wilayah kesunanan dan kesultanan tetapi masih wilayah
Kerajaan Yogyakarta. Karena tradisi mubeng beteng lebih mudah diikuti oleh masyarakat secara luas, maka tradisi itulah
yang kemudian paling terkenal.
Pada mulanya, mubeng beteng adalah tradisi asli Jawa / yang disebut muser atau munjer (memusat) yang artinya
mengelilingi pusat, dalam hal ini pusat wilayah desa. Ketika pedesaan kemudian pada akhirnya berkembang menjadi
kerajaan, maka muser pun menjadi sebuah tradisi mengelilingi pusat wilayah kerajaan.
Sejarah lainnya mengatakan, mubeng beteng merupakan tradisi Jawa-Islam yang dimulai ketika Kerajaan Mataram
(Kotagede) membangun benteng mengelilingi Kraton // Para prajurit Kraton ketika itu rutin mengelilingi (mubeng) benteng
untuk menjaga Kraton dari ancaman musuh. Setelah kerajaan membangun parit di sekeliling benteng, tugas keliling
dialihkan kepada abdi dalem Kraton. Agar tidak terkesan seperti militer, para abdi dalem itu menjalankan tugasnya dengan
membisu sambil membaca doa-doa di dalam hati agar mereka diberi keselamatan.
Dari sisi peristiwa budaya, ritual yang telah berlangsung ratusan tahun ini, tidak hanya diikuti oleh masyarakat Yogyakarta
saja, tetapi juga orang-orang dari berbagai daerah di Indonesia. Bisa jadi, sebagian dari mereka tak paham makna spiritual
dan supranatural yang mengemuka.
Tapi, nilai kebersamaan diantara merekalah yang penuh makna dan tampak indah.// berjalan bersama dalam jumlah
ribuan orang pastilah ada makna dan nilainya. //
Sebagian orang percaya, dengan melakukan ritual mubeng beteng itu, maka seseorang akan menemukan ketentraman,
sikap waspada, dan kebahagiaan yang sulit dilukiskan. //
Tim melaporkan untuk akj rbtv ///
News reader : “mubeng beteng” khasanah budaya dan pariwisata DIY
Tradisi tapa bisu Mubeng beteng yang digelar setahun sekali / ternyata menjadi suguhan yang menarik bagi masyarakat dan
sekitarnya // tradisi mubeng beteng yang digelar dalam rangka MENYAMBUT TAHUN BARU HIJRIYAH 1 MUHARRAM / ATAU
1 SURO / sekaligus juga menjadi khasanah budaya dan aset pariwisata di jogjakarta ///
Tempat
Rep
Tanggal
: “mubeng beteng” khasanah budaya dan pariwisata DIY
: yogyakarta
: akj
: oktober 2008
Hening adalah bentuk refleksi manusia atas eksistensi dirinya. // Eksistensi diri manusia yang mengada karena adanya
sang pencipta. Bentuk refleksi atas permulaan kemanusiaan itu diejawantahkan oleh masyarakat Yogyakarta dalam bentuk
tradisi tapa bisu mubeng beteng yang dilaksanakan pada pertengahan malah 1 Suro. //
Laku mengelilingi tembok benteng Kraton dalam keheningan total itu merupakan simbol keprihatinan serta kesiapan
masyarakat Yogyakarta khususnya penganut kejawen untuk menghadapi tahun yang akan datang. Diharapkan dengan
sikap prihatin, mereka lebih mawas diri dan tidak berpuas diri terhadap segala sesuatu yang telah diraih pada tahun-tahun
sebelumnya.
Mubeng beteng atau berjalan mengelilingi benteng Kraton adalah tradisi yang terbuka untuk masyarakat umum. Selama
menjalankan lelaku tapa bisu mubeng beteng itu, tidak boleh berkata-kata serta harus berjalan kaki mengelilingi beteng
sejauh kurang lebih empat km. Tradisi mubeng atau memutar itu sebenarnya tidak hanya berada di seputaran benteng
Kraton Kasultanan Yogyakarta, tetapi juga terdapat tradisi mubeng kuthagara, dan mubeng manca negara karena sebagai
pusat negara, Kraton dikelilingi oleh kutha negara dan kutha negara dikelilingi oleh manca negara.
Manca negara yang dimaksud di sini adalah daerah-daerah di luar wilayah kesunanan dan kesultanan tetapi masih wilayah
Kerajaan Yogyakarta. Karena tradisi mubeng beteng lebih mudah diikuti oleh masyarakat secara luas, maka tradisi itulah
yang kemudian paling terkenal.
Pada mulanya, mubeng beteng adalah tradisi asli Jawa / yang disebut muser atau munjer (memusat) yang artinya
mengelilingi pusat, dalam hal ini pusat wilayah desa. Ketika pedesaan kemudian pada akhirnya berkembang menjadi
kerajaan, maka muser pun menjadi sebuah tradisi mengelilingi pusat wilayah kerajaan.
Sejarah lainnya mengatakan, mubeng beteng merupakan tradisi Jawa-Islam yang dimulai ketika Kerajaan Mataram
(Kotagede) membangun benteng mengelilingi Kraton // Para prajurit Kraton ketika itu rutin mengelilingi (mubeng) benteng
untuk menjaga Kraton dari ancaman musuh. Setelah kerajaan membangun parit di sekeliling benteng, tugas keliling
dialihkan kepada abdi dalem Kraton. Agar tidak terkesan seperti militer, para abdi dalem itu menjalankan tugasnya dengan
membisu sambil membaca doa-doa di dalam hati agar mereka diberi keselamatan.
Dari sisi peristiwa budaya, ritual yang telah berlangsung ratusan tahun ini, tidak hanya diikuti oleh masyarakat Yogyakarta
saja, tetapi juga orang-orang dari berbagai daerah di Indonesia. Bisa jadi, sebagian dari mereka tak paham makna spiritual
dan supranatural yang mengemuka.
Tapi, nilai kebersamaan diantara merekalah yang penuh makna dan tampak indah.// berjalan bersama dalam jumlah
ribuan orang pastilah ada makna dan nilainya. //
Sebagian orang percaya, dengan melakukan ritual mubeng beteng itu, maka seseorang akan menemukan ketentraman,
sikap waspada, dan kebahagiaan yang sulit dilukiskan. //
Tim melaporkan untuk akj rbtv ///
News reader : “mubeng beteng” khasanah budaya dan pariwisata DIY
Tradisi tapa bisu Mubeng beteng yang digelar setahun sekali / ternyata menjadi suguhan yang menarik bagi masyarakat dan
sekitarnya // tradisi mubeng beteng yang digelar dalam rangka MENYAMBUT TAHUN BARU HIJRIYAH 1 MUHARRAM / ATAU
1 SURO / sekaligus juga menjadi khasanah budaya dan aset pariwisata di jogjakarta ///