Faktor Risiko Gangguan Pendengaran pada Skrining Pendengaran Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta | Susyanto | Jurnal Mutiara Medika 2491 6962 1 PB

ARTIKEL PENELITIAN

Bambang Edy Susyanto, Faktor Risiko Gangguan ...

Faktor Risiko Gangguan Pendengaran pada Skrining Pendengaran Bayi Baru
Lahir di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Hearing Impairment Risk Factors of Newborn Hearing Screening at PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Hospital
Bambang Edy Susyanto1*, Asti Widuri2
1
Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
2
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung dan Tenggorok, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
*Email: [email protected]
Abstrak
Jenis ketulian neonatus yang banyak dijumpai adalah sensori. Upaya habilitasi hanya dengan
memasang alat bantu dengar dan melatih dengan metode audiovisual. Habilitasi sangat efektif bila
dilakukan pada periode perkembangan bicara anak sekitar usia 9 bulan sampai 3 tahun. Untuk itu
perlu dideteksi dini adanya ketulian pada neonatus, dan segera dimulai habilitasi pendengaran.

Penelitian ini untuk mengetahui frekuensi jenis faktor risiko yang potensial penyebab ketulian
neonatal. Penelitian ini menggunakan rancang penelitian potong lintang, dengan menggunakan alat
otoacoustic emission (OAE) untuk deteksi ketulian neonatus yang lahir antara bulan Januari dan
December 2014 di RS PKU Muhammadiyah. Faktor risiko di lihat dalam rekam medik, data dianalisis
menggunakan chi-square. Faktor risiko ketulian yang paling banyak adalah hiperbilirubin sejumlah 44
(53.0%) kasus, prematuritas sejumlah 30 (36.1%) kasus, ventilasi mekanik sejumlah 27 (32.5%)
kasus, dan BBLR sejumlah 16 (19.3%). Uji statistik chi-square menunjukkan p=0,001 pada risiko
BBLR. Disimpulkan BBLR menjadi salah satu risiko gangguan pendengaran pada skrining
pendengaran bayi baru lahir.
Kata kunci: neonatus, tuli sensori, faktor risiko, deteksi dini, OAE
Abstract
The most common congenital neonatus hearing loss is sensory disorder. The habilitation is
wearing hearing aids, and audiovisual training. Effective habilitation if perform at optimal early
childhood speech development around 9 month to 3 years old. For this reason need early neonatus
hearing detection and habilitation. The aims to know the frequency and potential of neonatal hearing
loss risk factors. The method by cross sectional method newborns were tested with OAE screening
test, between Januari 2014 and December 2014 in PKU Muhammadiyah Hospital. From medical
report all risk factors data and analyzed by chi-square. Most hearing impairment risk factors are
hyperbilirubinemia 44 (53.0%) cases, prematurity 30 (36.1%) cases, mechanical ventilation 27
(32.5%) cases, and low birth weight LBW 16 (19.3%) cases. By chi-square shown p=0,001 for low

birth weight. LBW as one of risk factor to hearing impairment at newborn hearing screening.
Key words: neonatus, sensory hearingloss, risk factor, early detection, OAE.

30

Mutiara Medika
Vol. 15 No. 1: 30 - 36, Januari 2015

PENDAHULUAN

kesehatan

dan

masyarakat,

tetapi

dokter


Gangguan pendengaran (ketulian) yang

spesialis anak dan spesialis telinga hidung

pada

tenggorok merupakan ujung tombaknya.2

terjadi

masa

neonatus

(pre

menyebabkan

deafness)
perkembangan


hambatan

faktor risiko gangguan

pendengaran adalah BBLR. Tuli pada bayi baru

emosi dan komunikasi sosial. Dengan demikian

lahir dapat disebabkan oleh berbagai kondisi

perlu dilakukan deteksi dini ketulian neonatus

antara lain hipoksia dan perkembangan organ

dan segera menghabilitasi pendengaran secara

yang tidak sempurna. Faktor risikonya antara

audiovisual


lain

dengan

berbahasa,

Salah satu

kognitif,

dengar

bicara,

lingual

memasang

mengingat


alat

periode

bantu
optimal

adalah

kadar

bilirubin

rendah (BBLR),

bulan sampai tiga tahun.

mekanik yang lama, apgar


perlu dilakukan deteksi dini

tinggi

(jaundice),prematuritas atau bayi berat lahir

perkembangan bicara pada anak usia sembilan
Sehubungan dengan hal tesebut diatas

yang

obat-obat ototoksik, ventilasi
score rendah dan

3

meningitis. WHO mendefinisikan Berat Badan

ketulian pada


Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat

neonatus sedangkan pelaksanaan lebih efektif

badan lahir kurang dari 2500 gram tanpa

bila

sebagai

memandang usia gestasi. Joint Committee of

penyebab ketulian neonatus. Beberapa faktor

Infant Hearing menyatakan bahwa berat badan

risiko yang telah diindikasi penyebab kelutian

lahir < 1500 gram merupakan faktor risiko


neonatus antara lain genetik,

terjadinya gangguan fungsi pendengaran bayi

diketahui

dulu

faktor

risiko

prematuritas,

TORCH, berat badan lahir rendah dan ikterus

baru lahir.4

neonatorum. The Joint Committee on Infant


Gangguan

pendengaran

banyak

Hearing tahun 2007 merekomendasikan skrining

dijumpai pada anak-anak, baik yang disebabkan

pendengaran neonatus harus dilakukan sebelum

gangguan sistem saraf pendengaran maupun tuli

usia 3 bulan dan intervensi telah diberikan

konduksi akibat serumen, cairan telinga tengah

sebelum usia 6 bulan, dan terutama pada bayi


maupun perforasi membran timpani. Menurut

dengan faktor risiko.

1

perkiraan terakhir, 31,5 juta orang di Amerika

Ketulian atau penurunan kemampuan
mendengar

pada

bayi

yang

Serikat

mengalami

gangguan

pendengaran.

menyebabkan

Sekitar 6 dari setiap seribu bayi baru lahir

ketidakmampuan mendengar dengan atau tanpa

memiliki beberapa jenis gangguan pendengaran

alat pengeras suara akan memberikan dampak

unilateral atau bilateral.1

yang besar pada perkembangan anak. Faktor

Tujuan

Penellitian

ini

adalah

untuk

risiko gangguan pendengaran sensori neural

mengetahui jenis dan frekuensi faktor risiko

antara lain infeksi meningitis, bayi prematur,

ketulian neonatus di RS PKU Muhammadiyah

berat badan lahir rendah, ikterus, maupun bayi

Yogyakarta.

dengan

perawatan

di

NICU.

Deteksi

dini

gangguan pendengaran pada bayi memerlukan
peranan

aktif

dari

semua

bidang

BAHAN DAN CARA

tenaga

31

Bambang Edy Susyanto, Faktor Risiko Gangguan ...

Penelitian

ini

menggunakan

metode

cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui

Tabel 1. Karakteristik Subyek Penelitian Faktor
Risiko Ketulian pada Bayi.

faktor risiko terhadap gangguan pendengaran

Karakteristik

menggunakan OAE. Subyek dalam penelitian ini

Jumlah subyek
Faktor Risiko
Negatif
Positif
Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Usia Kehamilan
Matur
Prematur
Berat Lahir
Normal
Rendah
Bilirubin
Normal
Hiper
Ventilasi
Ya
Tidak
Riwayat keluarga
Ya
Tidak
Infeksi TORCH
Ya
Tidak
Kongenital
Ya
Tidak

adalah bayi baru lahir di bagian Kebidanan RS
PKU

Muhammadiyah

Yogyakarta.

Sebagai

sampelnya adalah 83 bayi baru lahir di bagian
Kebidanan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
dengan kriteria inklusi sehat ataupun dengan
factor risiko perawatan NICU, sedangkan kriteria
eksklusinya adalah terdapat kelainan congenital
(craniofacial) yang menyulitkan pemeriksaan
OAE.
Instrumen

pada

penelitian

ini

menggunakan data sekunder berupa rekapan
hasil pemeriksaan Otoacoustic Emission (OAE)
pada pasien bayi baru lahir yang dilakukan
secara rutin pada bayi dan rekam medik untuk
melihat berbagai faktor risiko.
HASIL
Pemeriksaan OAE dilakukan pada 83
bayi baru lahir sejumlah 24 bayi normal tanpa
faktor risiko dan 59 bayi baru lahir dengan faktor
risiko

ketulian. Dari rekam medik didapatkan

Jumlah
(N)
83

Prosentase
(%)
100.0

24
59

28.9
71.1

37
46

44.6
55.4

53
30

63.9
36.1

67
16

80.7
19.3

39
44

47.0
53.0

56
27

67.5
32.5

1
82

1.2
98.8

5
78

6.0
94.0

5
78

6.0
94.0

faktor risiko antara lain berupa berat bayi baru
lahir rendah (BBLR), usia kehamilan kurang

(71.1 %) bayi dan tanpa faktor risiko sejumlah 24

(prematur),

mengalami

(28.9%)

bayi,

perawatan dengan ventilasi mekanik, APGAR

motivasi

pemeriksaan

skor saat lahir rendah, adanya riwayat infeksi

hanya pada bayi dengan faktor risiko, sedangkan

TORCH pada ibu, sindrom kongenital dan

bayi normal hanya sebatas anjuran. Hal ini

adanya riwayat ketulian pada anggota keluarga,

berbeda dengan standar prosedur di negara

seperti terlihat pada Tabel 1.

maju dimana semua bayi sebelum keluar dari

hiperlilirubinemia,

hal

ini

disebabkan
skrining

prioritas

pendengaran

Berdasar Tabel 1. terlihat jumlah bayi

rumah sakit telah dilakukan skrining. Faktor

dengan jemis kelamin perempuan lebih banyak

risiko ketulian yang paling banyak berdasar data

yaitu 46 (55.4%) dibanding dengan laki-laki 37

diatas adalah hiperbilirubin sejumlah 44 (53.0%)

(44.6%), faktor risiko yang diperiksa sebesar 59

kasus, prematuritas sejumlah 30 (36.1%) kasus,

32

Mutiara Medika
Vol. 15 No. 1: 30 - 36, Januari 2015

ventilasi mekanik sejumlah 27 (32.5%) kasus,

pemeriksaan

OAE

refer

BBLR sejumlah 16 (19.3%) kasus, infeksi

pemeriksaan

OAE

pass.

TORCH dan kelainan congenital masing masing

digunakan

sejumlah 5 (6 %) kasus dan riwayat keluarga

sebagai salah satu faktor risiko terjadinya

sejumlah 1 (1.2 %) kasus. Untuk selanjutnya

kerusakan sel rambut luar koklea yang diukur

analisis dilakukan pada 4 faktor risiko terbanyak.

dengan menggunakan OAE. Hasil analisis uji

Berdasar peringkat insidensi faktor risiko

statistik

untuk

dan
Uji

mengetahui

menunjukkan

13
chi

hasil
square

prematuritas

p=0,065

yang

maka yang pertama dianalisis adalah faktor

menunjukkan tidak ada hubungan bermakna

hiperbilirubinemia dimana pengaruhnya terhadap

secara statistik antara premature dengan hasil

hasil pemeriksaan OAE terlihat pada Tabel 2.

pemeriksaan OAE.

Berdasarkan Tabel 2. pada kelompok

Berdasarkan Tabel 2. pada kelompok

neonatus lahir dengan hiperbilirubin terdapat 21

neonatus lahir ventilasi mekanik terdapat 15

kasus hasil pemeriksaan OAE refer dan 23 hasil

kasus hasil pemeriksaan OAE refer dan 12 hasil

pemeriksaan

pemeriksaan

OAE

Uji

pass.

Chi

Square

OAE

pass.

Uji

chi

square

pengaruh

digunakan untuk mengetahui ventilasi mekanik

hiperbilirubin sebagai salah satu faktor risiko

sebagai salah satu faktor risiko terjadinya

terjadinya kerusakan sel rambut luar koklea yang

kerusakan sel rambut luar koklea yang diukur

diukur dengan menggunakan OAE. Hasil analisis

dengan menggunakan OAE. Hasil analisis uji

uji

statistik

digunakan

statistik

untuk

mengetahui

menunjukkan

p=0,392

yang

menunjukkan

p=0,121

yang

hubungan

menunjukkan tidak ada hubungan bermakna

bermaknasecara statistik antara hiperbilirubin

secara statistic antara ventilasi mekanik dengan

dengan hasil pemeriksaan OAE.

hasil pemeriksaan OAE.

menunjukkan

tidak

ada

Berdasarkan Tabel 2. pada kelompok

Berdasarkan Tabel 2, pada kelompok

neonatus lahir prematur terdapat 17 kasus hasil

neonatus lahir BBLR terdapat 6 kasus hasil

Tabel. 2. Pengaruh Hiperbilirubin dengan Hasil
Pemeriksaan OAE

Pass
Hiperbilirubin
Normal
Hiperbilirubin
Prematuritas
Normal
Prematur
Ventilasi Mekanik
Tanpa Ventilasi
Ventilasi
mekanik
BBLR
BB Normal
BBLR

Refer

p

pemeriksaan

OAE

refer

pemeriksaan

OAE

pass.

dan
Uji

10
Chi

hasil
Square

digunakan untuk mengetahui BBLR sebagai
salah satu faktor risiko terjadinya kerusakan sel

24
23

15
21

0.392

34
13

19
17

0.065

35

21

12

15

41
6

26
10

rambut

luar

koklea

yang

diukur

dengan

menggunakan OAE. Hasil analisis uji statistik
menunjukkan p=0,001 yang menunjukkan ada
hubungan bermakna secara statistik antara
BBLR dengan hasil pemeriksaan OAE.
0.121
DISKUSI
Pada penelitian ini terdapat 21 bayi baru
0.001

lahir dengan hiperbilirubinemia yang mengalami

33

Bambang Edy Susyanto, Faktor Risiko Gangguan ...

gangguan fungsi sel rambut luar koklea dan 23

luar koklea dibanding neonatus yang lahir ≥32

bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia tanpa

minggu.
Faktor

gangguan fungsi sel rambut luar koklea. Hasil

risiko

selanjutnya

yang

analisis menunjukkan tidak terdapat perbedaan

didapatkan pada penelitian ini yaitu ventilasi

bermakna secara statistik dengan p=0,392 maka

mekanik,

berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan

terdapat perbedaan bermakna secara statistik

hiperbilirubinemia tidak ada hubungan dengan

dengan p=0,121 maka berdasarkan analisis

kejadian gangguan fungsi sel rambut luar koklea.

tersebut dapat disimpulkan ventilasi mekanik

Hasil penelitian sesuai dengan da Silva and

tidak ada hubungan dengan kejadian gangguan

5

hasil

analisis

menunjukkan

tidak

Martins (2009), yang mendapatkan fungsi sel

fungsi sel rambut luar koklea. Hasil penelitian ini

rambut

berbeda dengan teori yang mengatakan bahwa

luar

koklea

pada

bayi

dengan

hiperbilirubinemia masih baik sedangkan fungsi

penggunaan

sarafnya terganggu. Penelitian yang dilakukan

merupakan

Oysu et al. (2002),

6

ventilasi
faktor

mekanik

risiko

>5

untuk

hari

terjadinya

mendapatkan adanya

gangguan pendengaran pada neonatus, dimana

gangguan fungsi sel rambut luar pada bayi

pernafasan dengan ventilasi mekanik, ventilator

dengan

dapat

akan memompakan udara ke paru pada saat

fungsi

inspirasi dan akan memberikan tekanan positif.

hiperbilirubinemia

disebabkan

adanya

yang

gangguan

Pada

endokoklear.

saat

ini

tekanan

intratorakal

akan

Faktor risiko lain yang didapatkan pada

meningkat dan dapat terjadi kenaikan tekanan

penelitian ini yaitu premature, hasil analisis

darah pulmonal. Hal ini mengakibatkan darah

menunjukkan

yang dipompa dari jantung ke paru dan kembali

tidak

terdapat

perbedaan

bermakna secara statistik dengan p=0,065 maka

ke

jantung

berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan

penurunan cardiac output jantung.
Hasil

prematuritas (lahir dengan usia gestasional