PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILTY TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK | Jessica | Tax & Accounting Review 3097 5816 1 SM
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 4, NO.1, 2014
PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILTY TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK
Jessica dan Agus Arianto Toly
Program Akuntansi Pajak Program Studi Akuntansi Universitas Kristen Petra
elizabeth.jessica93@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengungkapan Corporate Social
Responsibility perusahaan terhadap agresivitas pajak. Model regresi dalam penelitian ini adalah
analisis regresi linier berganda. Sampel penelitian ini adalah laporan tahunan 56 perusahaan di
Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2013. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak adanya
pengaruh signifikan antara pengungkapan CSR terhadap agresivitas pajak. Namun jika
pengungkapan pajak diuji secara bersama-sama dengan variabel kontrol antara lain ukuran
perusahaan, Leverage, Capital Intensity, Research & Development Intensity, Return on Assets
menunjukkan terdapat pengaruh terhadap agresivitas pajak. Keterbatasan dalam penelitian ini
adalah data laporan tahunan perusahaan yang tidak lengkap, laporan tahunan untuk 2 periode, dan
minimalnya data yang digunakan untuk mengolah satu variabel.
Kata kunci: Pengungkapan Corporate Social Responsibility, Agresivitas Pajak Perusahaan,
Ukuran Perusahaan, Leverage, Capital Intensity, Research & Development Intensity, Return on
Assets
ABSTRACT
This study examines the association between corporate social responsibility disclocure
(CSR disclosure) and corporate tax aggressiveness. The regression method of this study is multiple
liner regression. Based on a sample of 56 publicy listed Indonesia corporations in IDX for the
2012-2013 financial year. The regression results show that there is not significant association
between CSR disclosure and corporate tax aggressiveness. But if CSR disclosure stimultantly
tested with the control variable which are corporate size, leverage, capital intensity, research &
development intensity, return on assets the results show that there is significant association with
corporate tax aggressiveness. The limitations of this study are uncompleteness of corporates
annual reports, annual reports which used just only two periods, and the minimal of data which
used for a variable.
Keywords: Corporate Social Responsibility Disclocure, Corporate Tax Aggressiveness, Corporate
Size, Leverage, Capital Intensity, Research & Development Intensity, Return on Assets
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 4, NO.1, 2014
tujuan utamanya adalah untuk menurunkan
PENDAHULUAN
kewajiban pajak perusahaan. Zuber (2013)
menyatakan di antara penghindaran dan
Latar Belakang
Pendapatan utama suatu negara
penggelapan pajak, terdapat grey area yang
berasal dari berbagai sektor, salah satunya
potensial untuk agresivitas. Grey area ini
berasal dari sektor pajak. Di berbagai
ada karena ada tax shelter (usaha untuk
negara, pendapatan pajak sangat penting
meminimalkan pajak yang harus dibayar
digunakan untuk kegiatan pembangunan
atas penghasilan saat ini) diluar semua
nasional
dan
sumber
dana
untuk
transaksi pajak baik yang diijinkan menurut
masyarakat.
Di
negara
hukum perpajakan maupun tidak. Tidak ada
Indonesia besar penerimaan dari sektor
garis yang jelas di antara penghindaran dan
pajak pada realisasi penerimaan negara
penggelapan
tahun 2010-2014 berkisar antara 72-78%,
penjelasan
penerimaan
sumber
transaksi. Disamping itu, transaksi agresive
penerimaan paling besar dibanding sektor
dan pembuatan keputusan dapat berpotensi
penerimaan lain. Sumber pajak di Indonesia
sebagai
berasal dari wajib pajak orang pribadi
penggelapan pajak.
kesejahteraan
pajak
merupakan
maupun badan. di indonesia telah banyak
pajak
yang
karena
cukup
penghindaran
Dengan
tidak
untuk
pajak
melakukan
ada
semua
maupun
agresivitas
perusahaan yang tergolong sebagai WP bdan
pajak, dampak langsung adalah terhadap
dari
industri.
penerimaan negara yang menjadi berkurang
Semakin besar penghasilan yang diperoleh
dari jumlah seharusnya. Menurut Lanis dan
berarti semakin besar beban pajak yang
Richardson (2013) pandangan masyarakat
harus
mengenai
perusahaan
yang
Tingginya pajak terhutang yang harus
tindakan
agresivitas
dianggap
dibayarkan perusahaan membuat perusahaan
membentuk suatu kegiatan yang tidak
berusaha untuk meminimalkan beban pajak
bertanggung jawab secara sosial dan tidak
terhutang yang besar tersebut.
sah. Dalam Undang-Undang RI No. 40
berbagai
macam
dibayarkan
Bagi
sektor
oleh
perusahaan,
perusahaan.
pajak
melakukan
telah
dapat
tahun 2007 pasal 74 mengenai tanggung
menjadi faktor motivasi dalam berbagai
jawab sosial dan lingkungan, tertulis bahwa
keputusan perusahaan. Tindakan manajerial
“Perseroan
dirancang hanya untuk meminimalkan pajak
usahanya di bidang dan/atau berkaitan
perusahaan melalui kegiatan agresivitas
dengan
pajak menjadi hal yang umum dalam dunia
melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan
perusahaan yang ada di seluruh dunia (Lanis
Lingkungan”. Sebutan lain bagi tanggung
dan Richardson, 2011). Menurut Slemrod
jawab perusahaan adalah Corporate Social
(2004) dalam Balakrishnan, Blouin, dan
Responsibility.
Guay (2011) berpendapat bahwa agresivitas
yang
sumber
Corporate
menjalankan
daya
Social
alam
kegiatan
wajib
Responsibility
pajak merupakan aktivitas yang spesifik,
menurut
yang mencakup transaksi-transaksi, dimana
bagaimana perusahaan mengelola proses
Baker
(2003)
adalah
tentang
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 4, NO.1, 2014
Terdapat
bisnis untuk menghasilkan dampak positif
penelitian
membahas
hubungan
secara keseluruhan pada masyarakat. CSR
sebelumnya
telah menjadi hal yang lazim dalam dunia
antara
bisnis (Lindgreen, Swaen, & Maon, 2009
agresivitas pajak. ETR (Effective Tax Rates)
dalam Octaviana, 2014). Cara perusahaan
adalah salah satu proksi yang digunakan
menginformasikan telah melakukan CSR
sebagai alat pengukur agresivitas pajak, hasil
adalah
CSR.
regresi yang ditemukan menunjukkan bahwa
proses
semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR
melalui
pengungkapan
pengungkapan
CSR
pengkomunikasian
adalah
efek-efek
lingkungan
atas
perusahaan
pada
sosial
tindakan
dan
ekonomi
kelompok-kelompok
yang
beberapa
pengungkapan
CSR
dengan
dari suatu perusahaan, semakin rendah
tingkat
agresivitas
pajak
perusahaan
tersebut. Dalam penelitian ini proksi yang
pada
digunakan yaitu proksi ETR (Effective Tax
masyarakat secara keseluruhan (Gray et. al.,
Rates) dalam mengukur agresivitas pajak.
1987 dalam Rosmasita, 2007). Terdapat
Dengan menggunakan ukuran perusahaan,
ketentuan dalam Pasal 66 ayat 2c UU No. 40
Leverage,
tahun 2007, yang menyatakan bahwa semua
Development Intensity, Return on Assets
perseroan
melaporkan
yang merupakan bagian dari variabel kontrol
pelaksanaan tanggung jawab sosial dan
yang dapat digunakan untuk mengukur
lingkungan dalam laporan tahunan.
agresivitas pajak perusahaan.
tertentu
dalam
masyarakat
wajib
untuk
dan
Capital Intensity, Research &
Kaitan pengungkapan CSR dengan
Untuk menguji hubungan pengaruh
agresivitas pajak terletak pada tujuan utama
pengungkapan CSR terhadap agresivitas
perusahaan
pajak, maka penulis melakukan penelitian
untuk
memperoleh
profit
maximum tanpa menghilangkan tanggung
dengan
jawab sosial dan lingkungan, sehingga
Corporate Social Responsibility terhadap
semakin
Tax Agresiveness”.
besar
laba
yang
diperoleh
judul
“Pengaruh
Pengungkapan
perusahaan semakin besar penghasilan kena
pajak.
Ketika
perusahaan
melakukan
Rumusan Masalah
agresivitas pajak, secara umum dianggap
Berdasarkan latar belakang yang telah
tidak membayar beban pajak sesungguhnya
diuraikan di atas maka rumusan masalah
untuk pembangunan negara (Freeman, 2003;
dalam
Freise et al., 2008). Kekurangan pendapatan
pengungkapan CSR berpengaruh terhadap
negara
agresivitas pajak ?
dari
agresivitas
pajak
ini
penelitian
ini
adalah:
apakah
menyebabkan kerugian bagi masyarakat
secara keseluruhan (Slemrod, 2004). Oleh
Tujuan Penelitian
karena itu, agresivitas pajak perusahaan
Berdasarkan perumusan masalah di atas,
dianggap tidak bertanggung jawab secara
maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
sosial (Erle, 2008; Schön, 2008 dalam
menganalisis
Yoehana, 2014).
Corporate Social Responsibility terhadap
pengaruh
agresivitas pajak.
pengungkapan
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 4, NO.1, 2014
produk (10 item), kategori keterlibatan
LANDASAN TEORI
masyarakat (9 item), dan kategori umum (2
item). Adapun rumus untuk menghitung
Corporate Social Responsibilty
Definisi CSR yang dikemukakan
CSRI sebagai berikut:
∑Xyi
oleh World Bank yang memandang CSR
dapat
dijelaskan
perusaaan
untuk
sebagai
komitmen
berkontribusi
terhadap
CSRIj =
ni
CSRIi: Indeks luas pengungkapan tanggung
bekerjanya pembangunan ekonomi yang
jawab
berkelanjutan
perusahaan i.
perwakilan
dengan
mereka
karyawan
dalam
dan
komunitas
dan
lingkungan
ΣXyi: nilai 1 = jika item y diungkapkan; 0 =
setempat dan masyarakat secara luas untuk
meningkatkan kualitas hidup, dengan cara
sosial
jika item y tidak diungkapkan.
N: jumlah item untuk perusahan i, ni ≤ 78.
yang baik dimana baik untuk dunia usaha
dan juga untuk pembangunan. Implementasi
Keuntungan Pengungkapan CSR
CSR merupakan suatu wujud komitmen
yang
dibentuk
oleh
perusahaan
Menurut Wibisono (2007) ada 10
untuk
keuntungan yang dapat diperoleh dalam
memberikan kontribusi pada peningkatan
melakukan CSR, yaitu: mempertahankan
kualitas kehidupan (Susiloadi, 2008).
dan
mendongkrak
reputasi
dan
image
perusahan, layak mendapatkan social license
Pengungkapan CSR
to
Menurut Deegan (2002) dalam
mereduksi
operate,
resiko
bisnis
perusahaan, melebarkan akses sumber daya,
Lanis dan Richardson (2013) menyatakan
membentangkan
bahwa
mereduksi biaya, memperbaiki hubungan
pengungkapan
sebagai
sarana
yang
CSR
dipandang
digunakan
oleh
akses
menuju
market,
dengan stakeholder, memperbaiki hubungan
menajemen perusahaan dalam berinteraksi
dengan
dengan masyarakat yang lebih luas untuk
meningkatkan semangat dan produktivitas
mempengaruhi persepsi. Pengungkapan CSR
karyawan,
terdapat dalam laporan tanggung jawab
penghargaan.
regulator
(pemerintah),
peluang
mendapatkan
sosial perusahaan, laporan sumber daya
manusia,
dan
laporan
kesehatan
dan
Teori Legitimasi
keselamatan kerja.
Menurut peraturan BAPEPAM No
Teori legitimasi telah digunakan
dalam
kajian
akuntansi
untuk
VIII.G.2 terdapat 78 item pengungkapan
mengembangkan
yang sesuai dengan kondisi di Indonesia.
tanggung jawab sosial dan lingkungan,
yang terdiri atas 7 kategori yang terdiri dari
seperti dalam Naser et al. (2006) dan
kategori lingkungan (13 item), kategori
Rustiarini (2011). Legitimasi merupakan hal
energi (7 item), kategori kesehatan dan
yang sangat diinginkan oleh perusahaan. Ani
keselamatan tenaga kerja (8 item), kategori
(2007) dalam Machmud dan Djakman
lain-lain tenaga kerja (29 item), kategori
(2008) menjelaskan bahwa perbedaan antara
teori
pengungkapan
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 4, NO.1, 2014
organisasi
dan
nilai-nilai
sosial
dapat
Murphy, 2004, Sikka, 2010) dalam Lanis
mengancam legitimasi yang menyebabkan
dan Richarson (2013). Tidak ada definisi
berakhirnya
perusahaan.
ataupun ukuran agresivitas pajak yang dapat
Legitimasi penting untuk menjamin arus
diterima secara universal (Balakrishnan, et.
modal masuk, tenaga kerja, dan kebutuhan
Al., 2011). Hlaing (2012) mendefinisikan
pelanggan
agresivitas
eksistensi
untuk
kelangsungan
hidup
pajak
sebagai
kegiatan
perusahaan (Pleffer dan Salanick, 1978; Neu
perencanaan pajak semua perusahaan yang
et al., 1998; dikutip dari Michelon dan
terlibat dalam usaha mengurangi tingkat
Parbonetti,
2010).
pajak yang efektif.
legitimasi
memiliki
mendukung
Dengan
demikian,
manfaat
untuk
keberlangsungan
hidup
perusahaan (going concern).
Dapat
manajemen pajak dalam hal perencanaan
Teori Stakeholder
stakeholder
bahwa
agresivitas pajak merupakan bagian dari
pajak.
Teori
disimpulkan
memprediksi
manajemen memperhatikan ekspektasi dari
Dimana
jika
dikaitkan
dengan
penggelapan
pajak,
penghindaran
atau
perencanaan
agresivitas
pajak
lebih
mengarah pada penghindaran pajak yang
stakeholder
yang
berkuasa,
yaitu
termasuk dalam tindakan legal dalam upaya
stakeholder
yang
memiliki
kuasa
untuk
mengendalikan
sumber
daya
mengurangi
pajak
yang
harus
yang
dibayarkan perusahaan. Namun terdapat
dibutuhkan oleh perusahaan (Deegan, 2000).
pembeda antara penghindaran pajak dan
Teori
agresivitas pajak yaitu dalam kegiatan
menyatakan
stakeholder
bahwa
perusahaan memiliki tanggung jawab sosial
agresivitas
yang
mengharuskan
mempertimbangkan
pihak
yang
mereka.
kegiatan
perencanaan
mereka
untuk
untuk mengurangi pajak terhutang dilakukan
kepentingan
semua
dengan lebih agresive.
terkena
Agar
pajak
dampak
tindakan
Dalam Lanis dan Richardson, 2013
perusahaan
mampu
jenis umum transaksi agresivitas pajak yaitu
berkembang dan bertahan lama di dalam
penggunaan
masyarakat maka perusahaan membutuhkan
perusahaan
dukungan dari para stakeholder -nya. Untuk
penghasilan kena pajak dengan mengklaim
membuat keputusan dibutuhkan informasi,
berlebihan pengurangan pajak untuk beban
salah
yang
bunga, penggunaan berlebihan atas kerugian
berhubungan dengan aktivitas tanggung
pajak. Transaksi mayoritas yang sering
jawab
dilakukan dalam agresivitas pajak adalah
satunya
adalah
sosial
informasi
(Corporate
Social
Responsibility) perusahaan (Ardian, 2013).
berlebihan
untuk
atas
utang
meminimalisir
secara efektif menambah pengurangan pajak
(melalui bunga, kerugian pajak, dan biaya
R&D) yang dapat digunakan perusahaan
Agresivitas Pajak
Agresivitas pajak adalah strategi
perusahaan
harapan
yang
tidak
masyarakat
sesuai
dengan
(Christensen
dan
untuk mengimbangi penilaian pendapatan,
sehingga mengurangi pajak penghasilan dan
jumlah pajak terhutang perusahaan.
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 4, NO.1, 2014
����=�
Penelitian ini menggunakan proksi
ETR sesuai dengan proksi yang dipakai
dalam penelitian terdahulu yang dilakukan
�� � �
Leverage (LEV)
oleh Lanis dan Richardson (2011). Rumus
Riyanto (2001) dalam Octaviana
ETR terdiri dari beban pajak penghasilan
(2014) mendefinisikan Leverage sebagai
dan pendapatan sebelum pajak. Beban pajak
rasio yang timbul apabila dalam kegiatan
penghasilan terdiri dari beban pajak kini dan
opersionalnya
beban
pajak
dana pinjaman atau menggunakan dana yang
pendapatan
memiliki beban bunga. Gupta dan Newberry
pajak
penghasilan
sebelum
tangguhan.
diperoleh
pajak
pengenaan
Beban
dari
dikalikan
pajak
dengan
(1997)
menyatakan
menggunakan
bahwa
keputusan
badan.
pembiayaan perusahaan dapat berdampak
Penghitungan beban pajak kini diperoleh
pada ETR karena ketetapan pajak biasanya
dari pendapatan kena pajak dikalikan dengan
memungkinkan
tarif pajak terhutang untuk badan. Beban
berbeda untuk keputusan struktur modal
pajak
perusahaan. Leverage menurut Lanis dan
tangguhan
terhutang
tarif
perusahaan
diperoleh
dari
hasil
pengalian pendapatan sebelum pajak dikali
perlakuan
yang
Richardson (2013) dihitung dari:
tarif dikurangi dengan beban pajak kini.
Dengan demikian, ETR dapat digunakan
pajak
Total hutang jangka
panjang
Leverage =
untuk mengukur agresivitas pajak. Rumus
Total aset
untuk menghitung ETR adalah sebagai
berikut:
Capital Intensity (CINT)
Beban pajak penghasilan
Menurut Waluyo dan Kearo (2002)
ETR =
Pendapatan sebelum pajak
dalam Octaviana (2014) Intensitas modal
mencerminkan seberapa besar modal yang
dibutuhkan untuk menghasilkan pendapatan.
Ukuran Perusahaan (SIZE)
Siegfried (1972) dalam penelitian
Lanis
dan
Richardon
(2007),
Capital intensity telah banyak digunakan
sebagai variabel kontrol dalam beberapa
mengemukakan bahwa perusahaan besar
penelitian
lebih banyak melakukan agresivitas pajak
Richardson, 2011; Tao Zeng, 2012; Lanis
dibanding
dan Richardson, 2013; Landry, et.al., 2013).
perusahaan
kecil
karena
sebelumnya
berhubungan
dan
dengan
perusahaan besar menginginkan laba dan
Capital
kekuatan politik yang lebih dibandingkan
agresivitas
perusahaan
untuk
depresiasi yang disesuaikan dengan masa
mengurangi beban pajak yang dikenakan.
aset (Gupta dan Newberry, 1997). Capital
Ukuran perusahaan menurut Lanis dan
intensity dirumuskan sebagai berikut:
kecil
dan
mampu
sebagai berikut:
pajak
karena
akumulasi
Total aset tetap bersih
Richardson (2013) dapat diukur dengan
logaritma natural total aset dengan rumus
intensity
(Lanis
CINT =
Total aset
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 4, NO.1, 2014
pajak yang harus dibayarkan kepada negara,
Research & Dev. Intensity (RDINT)
Research & development intensity
dan berdampak langsung pada penerimaan
dipakai sebagai variabel kontrol dalam
negara
beberpa penelitian sebelumnya (Landry,
seharusnya. Dengan kata lain, perusahaan
et.al., 2013; Lanis dan Richardson, 2011;
tidak bertanggung jawab secara sosial.
Watson, 2011). Research & development
Sesuai dengan peraturan undang-undang
juga
intensity
agresivitas
berhubungan
pajak
dengan
sebagai
hasil
beban
research
yang
lebih
sedikit
dari
yang
dimana perusahaan wajib melaksanakan
dari
tanggung jawab sosial. Perusahaan harus
&
melakukan tanggung jawab sosial dengan
development
melaporkan kegiatan CSR-nya sebagai bukti
intensity diukur dengan biaya research &
bahwa perusahaan benar-benar melakukan
development dibagi dengan penjualan bersih
kegiatan CSR. Hal ini didukung dengan
(Lanis dan Richardson, 2011). Research &
dengan
Development Intensity intensity menurut
mengungkapkan bahwa perusahaan terus
Lanis dan Richardson (2011) dihitung dari :
mencoba untuk meyakinkan bahwa mereka
pengurangan
pajak
development.
Research
&
teori
melakukan kegiatan sesuai dengan batasan
Penjualan bersih
dan norma-norma masyarakat atau berusaha
melegitimasi
Dalam Hanafi dan Halim (2007)
disebutkan bahwa ROA memperhitungkan
kemampuan perusahaan menghasilkan suatu
laba terlepas dari pendanaan yang dipakai.
Dengan kata lain ROA termasuk dalam
proksi profitabilitas. ROA menunjukkan
perusahaan
laba
dari
tindakannya
dalam
aktiva
yang
digunakan perusahaan dalam suatu periode.
ROA diukur dengan menggunakan proksi
pada model Lanis dan Richardson (2013)
sejalan
dengan
menjelaskan
dapat
melakukan
Pendapatan sebelum pajak
teori
stakeholder
yang
bahwa
perusahaan
dalam
kegiatan
operasinya
harus
mempertimbangkan
kepentingan
semua
pihak yang terkena dampak aktivitas operasi
perusahaan.
Apabila
penghasilan
pembayaran
badan
hanyalah
pajak
dianggap
sebagai sebuah transaksi bisnis dan salah
satu biaya perusahaan, mungkin tujuan
perusahaan
tersebut
meminimalkan
yaitu:
adalah
jumlah
pajak
untuk
terutang
sebanyak mungkin. William (2007) dalam
Lanis dan Richardson (2012) menyatakan
(EBIT)
ROA =
agar
diterima di dalam masyarakat. Hal ini juga
Return On Assets (ROA)
menghasilkan
yang
Pengeluaran R&D
RDINT =
kemampuan
legitimasi
bahwa sulit untuk membedakan tindakan
Total aset
CSR yang dilakukan perusahaan benar-benar
dengan tujuan untuk memenuhi kewajiban
Hipotesis Penelitian
Perusahaan
yang
melakukan
agresivitas pajak berarti mengurangi jumlah
perusahaan
menurut
peraturan
undang-
undang atau karena perusahaan mempunyai
motif lain dalam mengungkapkan CSR-nya
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 4, NO.1, 2014
yang dalam penelitian ini adalah motif
deskriptif statistik, uji asumsi klasik, analisis
melakukan agresivitas pajak.
regresi linear berganda dan uji hipotesis.
Dengan
demikian
diharapkan
bahwa semakin tinggi tingkat pengungkapan
HASIL PENELITIAN DAN
CSR yang dilakukan perusahaan, berarti
PEMBAHASAN
perusahaan
tersebut
semakin
tidak
Dari hasil statistik deskriptif jumlah
melakukan agresivitas pajak. Oleh karena
data masing-masing variabel yang diuji
itu, hipotesis dari penelitian ini adalah:
sebanyak 56, sesuai dengan jumlah sampel
H0 : CSR tidak berpengaruh terhadap
perusahaan yang diteliti. Nilai ETR pada
agresivitas pajak
sampel perusahaan yang di ambil terdapat
H1 : CSR berpengaruh terhadap agresivitas
perusahaan yang memiliki nilai minimum
pajak
sebesar 2%, nilai maksimum sebesar 79%
serta rata-rata 30%. Hal ini berarti 30% dari
pendapatan sebelum pajak adalah beban
METODOLOGI PENELITIAN
pajak penghasilan perusahaan. Untuk CSRIj
Hubungan antara variabel-variabel
menunjukkan nilai minimum 5%, nilai
yang akan diteliti dinyatakan dalam model
maksimum 56%, dan nilai rata-rata sebesar
analisis sebagai berikut:
31%. Hal ini berarti perusahaan sudah
mengungkapkan
Gambar 1 Model Analisis
31%
dari
standar
pengungkapan CSRI yang seharusnya. SIZE
Variabel Independen
CSR
menunjukkan nilai minimum dari log total
aset sebesar 13,14, nilai maksimum sebesar
Variabel Kontrol :
SIZE
Leverage
Capital Intensity
R & D Intensity
Return on Assets
Agresivitas Pajak
29,02, dan nilai rata-rata sebesar 20,43.
LEV mempunyai nilai minimum
0%, maksimum 52%, dan nilai rata-rata
Jenis data dalam penelitian ini
17%. Hasil ini menunjukkan besar total
adalah data kuantitatif yang merupakan data
hutang jangka panjang pada total aset adalah
sekunder. Populasi penelitian ini adalah
sebesar 17%. CINT menunjukkan nilai
semua perusahaan yang terdaftar di Bursa
minimum 0%, maksimum 72% dan rata-rata
Efek
sampling
sebesar 27%. Hasil ini menunjukkan total
dan
aset tetap bersih pada total aset adalah
pemenuhan syarat yang telah ditentukan
sebesar 27%. RDINT mempunyai nilai
oleh peneliti.
minimum 0%, maksimum 0%, dan rata-rata
Indonesia.
menggunakan
Teknik
Penentuan
purposive
analisis
sampling
data
dalam
sebesar 0,01%. Hal ini menunjukkan bahwa
penelitian ini menggunakan analisis regresi
biaya R&D hanya sebesar 0,01% dari total
linier berganda dengan mengolah data
penjualan bersih. ROA mempunyai nilai
menggunakan SPSS 20. Teknik analisis
minimum 0%, maksimum 40%, dan rata-rata
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
11%. Hal ini menunjukkan bahwa besar
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 4, NO.1, 2014
pendapatan sebelum pajak pada total aset
sebesar 11%.
Untuk
Gambar 2
Hasil Uji Heterokedastisitas Scatterplot
memastikan bahwa data
layak digunakan, maka perlu dilakukan uji
asumsi klasik terlebih dahulu, yaitu: uji
autokorelasi,
heterokedastisitas,
multikolinearitas,
dan
normalitas.
Confidence interval dalam penelitian ini
adalah 95% (α=5%). Variabel dependen
adalah ETR, variabel independen adalah
CSR, dan variabel kontrol adalah SIZE,
LEV, CINT, RDINT dan ROA. Hasil output
atas pengujian asumsi klasik adalah sebagai
Tabel di atas menunjukkan bahwa
titik-titik tidak membentuk pola yang jelas,
dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah
berikut:
Tabel 1 Hasil Uji Multikolinearitas
angka 0 pada sumbu Y. Jadi dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah
heteroskedastisitas dalam model regresi.
Tabel 3 Hasil Uji Normalitas
Tabel di atas menunjukkan bahwa
dari pengolahan data atas variabel-variabel
yang diteliti menunjukkan VIF lebih kecil
dari 10, dan tolerance value lebih besar 0,1.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa atas
penelitian ini tidak terjadi multikolinearitas.
Tabel 2 Hasil Uji Autokorelasi
Hasil pengujian normalitas dengan
metode Kolmogorov-Smirnov pada di atas
dapat dilihat bahwa significance lebih besar
dari 0.05. Dengan demikian, berdasarkan
hasil pengujian normalitas, terbukti bahwa
data berdistribusi normal.
Untuk mengetahui apakah variabel
Tabel di atas menunjukkan angka
Durbin-Watson adalah 1,664. Angka ini
memenuhi kriteria DW yang terletak di
antara -4 dan 4. Dengan demikian dapat
disimpulkan atas penelitian ini tidak terjadi
autokorelasi.
pengungkapan
CSR
(X)
berpengaruh
terhadap agresivitas pajak (Y), dilakukan
pengujian menggunakan regresi berganda.
Berikut hasil pengujian hipotesis yaitu
menggunakan uji F, uji t, dan R2 (Tabel3).
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 4, NO.1, 2014
ini lebih kecil dari t tabel (0,7570,05) maka hasil ini memperlihatkan
.
pengaruh
3,753
ditola
bahwa variabel CSRI tidak berpengaruh
yang
Sig F =
k
secara signifikan terhadap agresivitas pajak.
signifikan
0,004
secara
F tabel =
SIZE menunjukkan nilai (-1,2670,05) sehingga
CSRIj, SIZE,
α = 0,05
SIZE tidak berpengaruh signifikan terhadap
LEV, CINT,
R = 0,561
agresivitas pajak. Hasil uji t untuk LEV
RDINT
R square =
menunjukkan nilai (4,098>1,677) dengan
0,315
signifikansi
(0,0001,677)
CINT
dengan
signifikansi (0,016 2,29 ). Sedangakan
signifikan terhadap agresivitas pajak. Hasil
hasil tingkat signifikansi 0,004 < 0,025 hal
uji t ROA menunjukkan nilai (0,2930,05) maka ROA
yang cukup signifikan dari CSRIj, SIZE,
tidak memiliki pengaruh yang signifikan
LEV, CINT, RDINT dan ROA terhadap
terhadap agresivitas pajak.
agresivitas pajak.
Tabel 5 Hasil Uji t
Pembahasan
Pengaruh
Pengungkapan
CSR
terhadap
Agresivitas Pajak
Berdasarkan
hasil
uji
t,
membuktikan bahwa pengungkapan CSR
memiliki t hitung < t tabel (0,757
PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILTY TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK
Jessica dan Agus Arianto Toly
Program Akuntansi Pajak Program Studi Akuntansi Universitas Kristen Petra
elizabeth.jessica93@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengungkapan Corporate Social
Responsibility perusahaan terhadap agresivitas pajak. Model regresi dalam penelitian ini adalah
analisis regresi linier berganda. Sampel penelitian ini adalah laporan tahunan 56 perusahaan di
Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2013. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak adanya
pengaruh signifikan antara pengungkapan CSR terhadap agresivitas pajak. Namun jika
pengungkapan pajak diuji secara bersama-sama dengan variabel kontrol antara lain ukuran
perusahaan, Leverage, Capital Intensity, Research & Development Intensity, Return on Assets
menunjukkan terdapat pengaruh terhadap agresivitas pajak. Keterbatasan dalam penelitian ini
adalah data laporan tahunan perusahaan yang tidak lengkap, laporan tahunan untuk 2 periode, dan
minimalnya data yang digunakan untuk mengolah satu variabel.
Kata kunci: Pengungkapan Corporate Social Responsibility, Agresivitas Pajak Perusahaan,
Ukuran Perusahaan, Leverage, Capital Intensity, Research & Development Intensity, Return on
Assets
ABSTRACT
This study examines the association between corporate social responsibility disclocure
(CSR disclosure) and corporate tax aggressiveness. The regression method of this study is multiple
liner regression. Based on a sample of 56 publicy listed Indonesia corporations in IDX for the
2012-2013 financial year. The regression results show that there is not significant association
between CSR disclosure and corporate tax aggressiveness. But if CSR disclosure stimultantly
tested with the control variable which are corporate size, leverage, capital intensity, research &
development intensity, return on assets the results show that there is significant association with
corporate tax aggressiveness. The limitations of this study are uncompleteness of corporates
annual reports, annual reports which used just only two periods, and the minimal of data which
used for a variable.
Keywords: Corporate Social Responsibility Disclocure, Corporate Tax Aggressiveness, Corporate
Size, Leverage, Capital Intensity, Research & Development Intensity, Return on Assets
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 4, NO.1, 2014
tujuan utamanya adalah untuk menurunkan
PENDAHULUAN
kewajiban pajak perusahaan. Zuber (2013)
menyatakan di antara penghindaran dan
Latar Belakang
Pendapatan utama suatu negara
penggelapan pajak, terdapat grey area yang
berasal dari berbagai sektor, salah satunya
potensial untuk agresivitas. Grey area ini
berasal dari sektor pajak. Di berbagai
ada karena ada tax shelter (usaha untuk
negara, pendapatan pajak sangat penting
meminimalkan pajak yang harus dibayar
digunakan untuk kegiatan pembangunan
atas penghasilan saat ini) diluar semua
nasional
dan
sumber
dana
untuk
transaksi pajak baik yang diijinkan menurut
masyarakat.
Di
negara
hukum perpajakan maupun tidak. Tidak ada
Indonesia besar penerimaan dari sektor
garis yang jelas di antara penghindaran dan
pajak pada realisasi penerimaan negara
penggelapan
tahun 2010-2014 berkisar antara 72-78%,
penjelasan
penerimaan
sumber
transaksi. Disamping itu, transaksi agresive
penerimaan paling besar dibanding sektor
dan pembuatan keputusan dapat berpotensi
penerimaan lain. Sumber pajak di Indonesia
sebagai
berasal dari wajib pajak orang pribadi
penggelapan pajak.
kesejahteraan
pajak
merupakan
maupun badan. di indonesia telah banyak
pajak
yang
karena
cukup
penghindaran
Dengan
tidak
untuk
pajak
melakukan
ada
semua
maupun
agresivitas
perusahaan yang tergolong sebagai WP bdan
pajak, dampak langsung adalah terhadap
dari
industri.
penerimaan negara yang menjadi berkurang
Semakin besar penghasilan yang diperoleh
dari jumlah seharusnya. Menurut Lanis dan
berarti semakin besar beban pajak yang
Richardson (2013) pandangan masyarakat
harus
mengenai
perusahaan
yang
Tingginya pajak terhutang yang harus
tindakan
agresivitas
dianggap
dibayarkan perusahaan membuat perusahaan
membentuk suatu kegiatan yang tidak
berusaha untuk meminimalkan beban pajak
bertanggung jawab secara sosial dan tidak
terhutang yang besar tersebut.
sah. Dalam Undang-Undang RI No. 40
berbagai
macam
dibayarkan
Bagi
sektor
oleh
perusahaan,
perusahaan.
pajak
melakukan
telah
dapat
tahun 2007 pasal 74 mengenai tanggung
menjadi faktor motivasi dalam berbagai
jawab sosial dan lingkungan, tertulis bahwa
keputusan perusahaan. Tindakan manajerial
“Perseroan
dirancang hanya untuk meminimalkan pajak
usahanya di bidang dan/atau berkaitan
perusahaan melalui kegiatan agresivitas
dengan
pajak menjadi hal yang umum dalam dunia
melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan
perusahaan yang ada di seluruh dunia (Lanis
Lingkungan”. Sebutan lain bagi tanggung
dan Richardson, 2011). Menurut Slemrod
jawab perusahaan adalah Corporate Social
(2004) dalam Balakrishnan, Blouin, dan
Responsibility.
Guay (2011) berpendapat bahwa agresivitas
yang
sumber
Corporate
menjalankan
daya
Social
alam
kegiatan
wajib
Responsibility
pajak merupakan aktivitas yang spesifik,
menurut
yang mencakup transaksi-transaksi, dimana
bagaimana perusahaan mengelola proses
Baker
(2003)
adalah
tentang
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 4, NO.1, 2014
Terdapat
bisnis untuk menghasilkan dampak positif
penelitian
membahas
hubungan
secara keseluruhan pada masyarakat. CSR
sebelumnya
telah menjadi hal yang lazim dalam dunia
antara
bisnis (Lindgreen, Swaen, & Maon, 2009
agresivitas pajak. ETR (Effective Tax Rates)
dalam Octaviana, 2014). Cara perusahaan
adalah salah satu proksi yang digunakan
menginformasikan telah melakukan CSR
sebagai alat pengukur agresivitas pajak, hasil
adalah
CSR.
regresi yang ditemukan menunjukkan bahwa
proses
semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR
melalui
pengungkapan
pengungkapan
CSR
pengkomunikasian
adalah
efek-efek
lingkungan
atas
perusahaan
pada
sosial
tindakan
dan
ekonomi
kelompok-kelompok
yang
beberapa
pengungkapan
CSR
dengan
dari suatu perusahaan, semakin rendah
tingkat
agresivitas
pajak
perusahaan
tersebut. Dalam penelitian ini proksi yang
pada
digunakan yaitu proksi ETR (Effective Tax
masyarakat secara keseluruhan (Gray et. al.,
Rates) dalam mengukur agresivitas pajak.
1987 dalam Rosmasita, 2007). Terdapat
Dengan menggunakan ukuran perusahaan,
ketentuan dalam Pasal 66 ayat 2c UU No. 40
Leverage,
tahun 2007, yang menyatakan bahwa semua
Development Intensity, Return on Assets
perseroan
melaporkan
yang merupakan bagian dari variabel kontrol
pelaksanaan tanggung jawab sosial dan
yang dapat digunakan untuk mengukur
lingkungan dalam laporan tahunan.
agresivitas pajak perusahaan.
tertentu
dalam
masyarakat
wajib
untuk
dan
Capital Intensity, Research &
Kaitan pengungkapan CSR dengan
Untuk menguji hubungan pengaruh
agresivitas pajak terletak pada tujuan utama
pengungkapan CSR terhadap agresivitas
perusahaan
pajak, maka penulis melakukan penelitian
untuk
memperoleh
profit
maximum tanpa menghilangkan tanggung
dengan
jawab sosial dan lingkungan, sehingga
Corporate Social Responsibility terhadap
semakin
Tax Agresiveness”.
besar
laba
yang
diperoleh
judul
“Pengaruh
Pengungkapan
perusahaan semakin besar penghasilan kena
pajak.
Ketika
perusahaan
melakukan
Rumusan Masalah
agresivitas pajak, secara umum dianggap
Berdasarkan latar belakang yang telah
tidak membayar beban pajak sesungguhnya
diuraikan di atas maka rumusan masalah
untuk pembangunan negara (Freeman, 2003;
dalam
Freise et al., 2008). Kekurangan pendapatan
pengungkapan CSR berpengaruh terhadap
negara
agresivitas pajak ?
dari
agresivitas
pajak
ini
penelitian
ini
adalah:
apakah
menyebabkan kerugian bagi masyarakat
secara keseluruhan (Slemrod, 2004). Oleh
Tujuan Penelitian
karena itu, agresivitas pajak perusahaan
Berdasarkan perumusan masalah di atas,
dianggap tidak bertanggung jawab secara
maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
sosial (Erle, 2008; Schön, 2008 dalam
menganalisis
Yoehana, 2014).
Corporate Social Responsibility terhadap
pengaruh
agresivitas pajak.
pengungkapan
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 4, NO.1, 2014
produk (10 item), kategori keterlibatan
LANDASAN TEORI
masyarakat (9 item), dan kategori umum (2
item). Adapun rumus untuk menghitung
Corporate Social Responsibilty
Definisi CSR yang dikemukakan
CSRI sebagai berikut:
∑Xyi
oleh World Bank yang memandang CSR
dapat
dijelaskan
perusaaan
untuk
sebagai
komitmen
berkontribusi
terhadap
CSRIj =
ni
CSRIi: Indeks luas pengungkapan tanggung
bekerjanya pembangunan ekonomi yang
jawab
berkelanjutan
perusahaan i.
perwakilan
dengan
mereka
karyawan
dalam
dan
komunitas
dan
lingkungan
ΣXyi: nilai 1 = jika item y diungkapkan; 0 =
setempat dan masyarakat secara luas untuk
meningkatkan kualitas hidup, dengan cara
sosial
jika item y tidak diungkapkan.
N: jumlah item untuk perusahan i, ni ≤ 78.
yang baik dimana baik untuk dunia usaha
dan juga untuk pembangunan. Implementasi
Keuntungan Pengungkapan CSR
CSR merupakan suatu wujud komitmen
yang
dibentuk
oleh
perusahaan
Menurut Wibisono (2007) ada 10
untuk
keuntungan yang dapat diperoleh dalam
memberikan kontribusi pada peningkatan
melakukan CSR, yaitu: mempertahankan
kualitas kehidupan (Susiloadi, 2008).
dan
mendongkrak
reputasi
dan
image
perusahan, layak mendapatkan social license
Pengungkapan CSR
to
Menurut Deegan (2002) dalam
mereduksi
operate,
resiko
bisnis
perusahaan, melebarkan akses sumber daya,
Lanis dan Richardson (2013) menyatakan
membentangkan
bahwa
mereduksi biaya, memperbaiki hubungan
pengungkapan
sebagai
sarana
yang
CSR
dipandang
digunakan
oleh
akses
menuju
market,
dengan stakeholder, memperbaiki hubungan
menajemen perusahaan dalam berinteraksi
dengan
dengan masyarakat yang lebih luas untuk
meningkatkan semangat dan produktivitas
mempengaruhi persepsi. Pengungkapan CSR
karyawan,
terdapat dalam laporan tanggung jawab
penghargaan.
regulator
(pemerintah),
peluang
mendapatkan
sosial perusahaan, laporan sumber daya
manusia,
dan
laporan
kesehatan
dan
Teori Legitimasi
keselamatan kerja.
Menurut peraturan BAPEPAM No
Teori legitimasi telah digunakan
dalam
kajian
akuntansi
untuk
VIII.G.2 terdapat 78 item pengungkapan
mengembangkan
yang sesuai dengan kondisi di Indonesia.
tanggung jawab sosial dan lingkungan,
yang terdiri atas 7 kategori yang terdiri dari
seperti dalam Naser et al. (2006) dan
kategori lingkungan (13 item), kategori
Rustiarini (2011). Legitimasi merupakan hal
energi (7 item), kategori kesehatan dan
yang sangat diinginkan oleh perusahaan. Ani
keselamatan tenaga kerja (8 item), kategori
(2007) dalam Machmud dan Djakman
lain-lain tenaga kerja (29 item), kategori
(2008) menjelaskan bahwa perbedaan antara
teori
pengungkapan
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 4, NO.1, 2014
organisasi
dan
nilai-nilai
sosial
dapat
Murphy, 2004, Sikka, 2010) dalam Lanis
mengancam legitimasi yang menyebabkan
dan Richarson (2013). Tidak ada definisi
berakhirnya
perusahaan.
ataupun ukuran agresivitas pajak yang dapat
Legitimasi penting untuk menjamin arus
diterima secara universal (Balakrishnan, et.
modal masuk, tenaga kerja, dan kebutuhan
Al., 2011). Hlaing (2012) mendefinisikan
pelanggan
agresivitas
eksistensi
untuk
kelangsungan
hidup
pajak
sebagai
kegiatan
perusahaan (Pleffer dan Salanick, 1978; Neu
perencanaan pajak semua perusahaan yang
et al., 1998; dikutip dari Michelon dan
terlibat dalam usaha mengurangi tingkat
Parbonetti,
2010).
pajak yang efektif.
legitimasi
memiliki
mendukung
Dengan
demikian,
manfaat
untuk
keberlangsungan
hidup
perusahaan (going concern).
Dapat
manajemen pajak dalam hal perencanaan
Teori Stakeholder
stakeholder
bahwa
agresivitas pajak merupakan bagian dari
pajak.
Teori
disimpulkan
memprediksi
manajemen memperhatikan ekspektasi dari
Dimana
jika
dikaitkan
dengan
penggelapan
pajak,
penghindaran
atau
perencanaan
agresivitas
pajak
lebih
mengarah pada penghindaran pajak yang
stakeholder
yang
berkuasa,
yaitu
termasuk dalam tindakan legal dalam upaya
stakeholder
yang
memiliki
kuasa
untuk
mengendalikan
sumber
daya
mengurangi
pajak
yang
harus
yang
dibayarkan perusahaan. Namun terdapat
dibutuhkan oleh perusahaan (Deegan, 2000).
pembeda antara penghindaran pajak dan
Teori
agresivitas pajak yaitu dalam kegiatan
menyatakan
stakeholder
bahwa
perusahaan memiliki tanggung jawab sosial
agresivitas
yang
mengharuskan
mempertimbangkan
pihak
yang
mereka.
kegiatan
perencanaan
mereka
untuk
untuk mengurangi pajak terhutang dilakukan
kepentingan
semua
dengan lebih agresive.
terkena
Agar
pajak
dampak
tindakan
Dalam Lanis dan Richardson, 2013
perusahaan
mampu
jenis umum transaksi agresivitas pajak yaitu
berkembang dan bertahan lama di dalam
penggunaan
masyarakat maka perusahaan membutuhkan
perusahaan
dukungan dari para stakeholder -nya. Untuk
penghasilan kena pajak dengan mengklaim
membuat keputusan dibutuhkan informasi,
berlebihan pengurangan pajak untuk beban
salah
yang
bunga, penggunaan berlebihan atas kerugian
berhubungan dengan aktivitas tanggung
pajak. Transaksi mayoritas yang sering
jawab
dilakukan dalam agresivitas pajak adalah
satunya
adalah
sosial
informasi
(Corporate
Social
Responsibility) perusahaan (Ardian, 2013).
berlebihan
untuk
atas
utang
meminimalisir
secara efektif menambah pengurangan pajak
(melalui bunga, kerugian pajak, dan biaya
R&D) yang dapat digunakan perusahaan
Agresivitas Pajak
Agresivitas pajak adalah strategi
perusahaan
harapan
yang
tidak
masyarakat
sesuai
dengan
(Christensen
dan
untuk mengimbangi penilaian pendapatan,
sehingga mengurangi pajak penghasilan dan
jumlah pajak terhutang perusahaan.
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 4, NO.1, 2014
����=�
Penelitian ini menggunakan proksi
ETR sesuai dengan proksi yang dipakai
dalam penelitian terdahulu yang dilakukan
�� � �
Leverage (LEV)
oleh Lanis dan Richardson (2011). Rumus
Riyanto (2001) dalam Octaviana
ETR terdiri dari beban pajak penghasilan
(2014) mendefinisikan Leverage sebagai
dan pendapatan sebelum pajak. Beban pajak
rasio yang timbul apabila dalam kegiatan
penghasilan terdiri dari beban pajak kini dan
opersionalnya
beban
pajak
dana pinjaman atau menggunakan dana yang
pendapatan
memiliki beban bunga. Gupta dan Newberry
pajak
penghasilan
sebelum
tangguhan.
diperoleh
pajak
pengenaan
Beban
dari
dikalikan
pajak
dengan
(1997)
menyatakan
menggunakan
bahwa
keputusan
badan.
pembiayaan perusahaan dapat berdampak
Penghitungan beban pajak kini diperoleh
pada ETR karena ketetapan pajak biasanya
dari pendapatan kena pajak dikalikan dengan
memungkinkan
tarif pajak terhutang untuk badan. Beban
berbeda untuk keputusan struktur modal
pajak
perusahaan. Leverage menurut Lanis dan
tangguhan
terhutang
tarif
perusahaan
diperoleh
dari
hasil
pengalian pendapatan sebelum pajak dikali
perlakuan
yang
Richardson (2013) dihitung dari:
tarif dikurangi dengan beban pajak kini.
Dengan demikian, ETR dapat digunakan
pajak
Total hutang jangka
panjang
Leverage =
untuk mengukur agresivitas pajak. Rumus
Total aset
untuk menghitung ETR adalah sebagai
berikut:
Capital Intensity (CINT)
Beban pajak penghasilan
Menurut Waluyo dan Kearo (2002)
ETR =
Pendapatan sebelum pajak
dalam Octaviana (2014) Intensitas modal
mencerminkan seberapa besar modal yang
dibutuhkan untuk menghasilkan pendapatan.
Ukuran Perusahaan (SIZE)
Siegfried (1972) dalam penelitian
Lanis
dan
Richardon
(2007),
Capital intensity telah banyak digunakan
sebagai variabel kontrol dalam beberapa
mengemukakan bahwa perusahaan besar
penelitian
lebih banyak melakukan agresivitas pajak
Richardson, 2011; Tao Zeng, 2012; Lanis
dibanding
dan Richardson, 2013; Landry, et.al., 2013).
perusahaan
kecil
karena
sebelumnya
berhubungan
dan
dengan
perusahaan besar menginginkan laba dan
Capital
kekuatan politik yang lebih dibandingkan
agresivitas
perusahaan
untuk
depresiasi yang disesuaikan dengan masa
mengurangi beban pajak yang dikenakan.
aset (Gupta dan Newberry, 1997). Capital
Ukuran perusahaan menurut Lanis dan
intensity dirumuskan sebagai berikut:
kecil
dan
mampu
sebagai berikut:
pajak
karena
akumulasi
Total aset tetap bersih
Richardson (2013) dapat diukur dengan
logaritma natural total aset dengan rumus
intensity
(Lanis
CINT =
Total aset
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 4, NO.1, 2014
pajak yang harus dibayarkan kepada negara,
Research & Dev. Intensity (RDINT)
Research & development intensity
dan berdampak langsung pada penerimaan
dipakai sebagai variabel kontrol dalam
negara
beberpa penelitian sebelumnya (Landry,
seharusnya. Dengan kata lain, perusahaan
et.al., 2013; Lanis dan Richardson, 2011;
tidak bertanggung jawab secara sosial.
Watson, 2011). Research & development
Sesuai dengan peraturan undang-undang
juga
intensity
agresivitas
berhubungan
pajak
dengan
sebagai
hasil
beban
research
yang
lebih
sedikit
dari
yang
dimana perusahaan wajib melaksanakan
dari
tanggung jawab sosial. Perusahaan harus
&
melakukan tanggung jawab sosial dengan
development
melaporkan kegiatan CSR-nya sebagai bukti
intensity diukur dengan biaya research &
bahwa perusahaan benar-benar melakukan
development dibagi dengan penjualan bersih
kegiatan CSR. Hal ini didukung dengan
(Lanis dan Richardson, 2011). Research &
dengan
Development Intensity intensity menurut
mengungkapkan bahwa perusahaan terus
Lanis dan Richardson (2011) dihitung dari :
mencoba untuk meyakinkan bahwa mereka
pengurangan
pajak
development.
Research
&
teori
melakukan kegiatan sesuai dengan batasan
Penjualan bersih
dan norma-norma masyarakat atau berusaha
melegitimasi
Dalam Hanafi dan Halim (2007)
disebutkan bahwa ROA memperhitungkan
kemampuan perusahaan menghasilkan suatu
laba terlepas dari pendanaan yang dipakai.
Dengan kata lain ROA termasuk dalam
proksi profitabilitas. ROA menunjukkan
perusahaan
laba
dari
tindakannya
dalam
aktiva
yang
digunakan perusahaan dalam suatu periode.
ROA diukur dengan menggunakan proksi
pada model Lanis dan Richardson (2013)
sejalan
dengan
menjelaskan
dapat
melakukan
Pendapatan sebelum pajak
teori
stakeholder
yang
bahwa
perusahaan
dalam
kegiatan
operasinya
harus
mempertimbangkan
kepentingan
semua
pihak yang terkena dampak aktivitas operasi
perusahaan.
Apabila
penghasilan
pembayaran
badan
hanyalah
pajak
dianggap
sebagai sebuah transaksi bisnis dan salah
satu biaya perusahaan, mungkin tujuan
perusahaan
tersebut
meminimalkan
yaitu:
adalah
jumlah
pajak
untuk
terutang
sebanyak mungkin. William (2007) dalam
Lanis dan Richardson (2012) menyatakan
(EBIT)
ROA =
agar
diterima di dalam masyarakat. Hal ini juga
Return On Assets (ROA)
menghasilkan
yang
Pengeluaran R&D
RDINT =
kemampuan
legitimasi
bahwa sulit untuk membedakan tindakan
Total aset
CSR yang dilakukan perusahaan benar-benar
dengan tujuan untuk memenuhi kewajiban
Hipotesis Penelitian
Perusahaan
yang
melakukan
agresivitas pajak berarti mengurangi jumlah
perusahaan
menurut
peraturan
undang-
undang atau karena perusahaan mempunyai
motif lain dalam mengungkapkan CSR-nya
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 4, NO.1, 2014
yang dalam penelitian ini adalah motif
deskriptif statistik, uji asumsi klasik, analisis
melakukan agresivitas pajak.
regresi linear berganda dan uji hipotesis.
Dengan
demikian
diharapkan
bahwa semakin tinggi tingkat pengungkapan
HASIL PENELITIAN DAN
CSR yang dilakukan perusahaan, berarti
PEMBAHASAN
perusahaan
tersebut
semakin
tidak
Dari hasil statistik deskriptif jumlah
melakukan agresivitas pajak. Oleh karena
data masing-masing variabel yang diuji
itu, hipotesis dari penelitian ini adalah:
sebanyak 56, sesuai dengan jumlah sampel
H0 : CSR tidak berpengaruh terhadap
perusahaan yang diteliti. Nilai ETR pada
agresivitas pajak
sampel perusahaan yang di ambil terdapat
H1 : CSR berpengaruh terhadap agresivitas
perusahaan yang memiliki nilai minimum
pajak
sebesar 2%, nilai maksimum sebesar 79%
serta rata-rata 30%. Hal ini berarti 30% dari
pendapatan sebelum pajak adalah beban
METODOLOGI PENELITIAN
pajak penghasilan perusahaan. Untuk CSRIj
Hubungan antara variabel-variabel
menunjukkan nilai minimum 5%, nilai
yang akan diteliti dinyatakan dalam model
maksimum 56%, dan nilai rata-rata sebesar
analisis sebagai berikut:
31%. Hal ini berarti perusahaan sudah
mengungkapkan
Gambar 1 Model Analisis
31%
dari
standar
pengungkapan CSRI yang seharusnya. SIZE
Variabel Independen
CSR
menunjukkan nilai minimum dari log total
aset sebesar 13,14, nilai maksimum sebesar
Variabel Kontrol :
SIZE
Leverage
Capital Intensity
R & D Intensity
Return on Assets
Agresivitas Pajak
29,02, dan nilai rata-rata sebesar 20,43.
LEV mempunyai nilai minimum
0%, maksimum 52%, dan nilai rata-rata
Jenis data dalam penelitian ini
17%. Hasil ini menunjukkan besar total
adalah data kuantitatif yang merupakan data
hutang jangka panjang pada total aset adalah
sekunder. Populasi penelitian ini adalah
sebesar 17%. CINT menunjukkan nilai
semua perusahaan yang terdaftar di Bursa
minimum 0%, maksimum 72% dan rata-rata
Efek
sampling
sebesar 27%. Hasil ini menunjukkan total
dan
aset tetap bersih pada total aset adalah
pemenuhan syarat yang telah ditentukan
sebesar 27%. RDINT mempunyai nilai
oleh peneliti.
minimum 0%, maksimum 0%, dan rata-rata
Indonesia.
menggunakan
Teknik
Penentuan
purposive
analisis
sampling
data
dalam
sebesar 0,01%. Hal ini menunjukkan bahwa
penelitian ini menggunakan analisis regresi
biaya R&D hanya sebesar 0,01% dari total
linier berganda dengan mengolah data
penjualan bersih. ROA mempunyai nilai
menggunakan SPSS 20. Teknik analisis
minimum 0%, maksimum 40%, dan rata-rata
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
11%. Hal ini menunjukkan bahwa besar
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 4, NO.1, 2014
pendapatan sebelum pajak pada total aset
sebesar 11%.
Untuk
Gambar 2
Hasil Uji Heterokedastisitas Scatterplot
memastikan bahwa data
layak digunakan, maka perlu dilakukan uji
asumsi klasik terlebih dahulu, yaitu: uji
autokorelasi,
heterokedastisitas,
multikolinearitas,
dan
normalitas.
Confidence interval dalam penelitian ini
adalah 95% (α=5%). Variabel dependen
adalah ETR, variabel independen adalah
CSR, dan variabel kontrol adalah SIZE,
LEV, CINT, RDINT dan ROA. Hasil output
atas pengujian asumsi klasik adalah sebagai
Tabel di atas menunjukkan bahwa
titik-titik tidak membentuk pola yang jelas,
dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah
berikut:
Tabel 1 Hasil Uji Multikolinearitas
angka 0 pada sumbu Y. Jadi dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah
heteroskedastisitas dalam model regresi.
Tabel 3 Hasil Uji Normalitas
Tabel di atas menunjukkan bahwa
dari pengolahan data atas variabel-variabel
yang diteliti menunjukkan VIF lebih kecil
dari 10, dan tolerance value lebih besar 0,1.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa atas
penelitian ini tidak terjadi multikolinearitas.
Tabel 2 Hasil Uji Autokorelasi
Hasil pengujian normalitas dengan
metode Kolmogorov-Smirnov pada di atas
dapat dilihat bahwa significance lebih besar
dari 0.05. Dengan demikian, berdasarkan
hasil pengujian normalitas, terbukti bahwa
data berdistribusi normal.
Untuk mengetahui apakah variabel
Tabel di atas menunjukkan angka
Durbin-Watson adalah 1,664. Angka ini
memenuhi kriteria DW yang terletak di
antara -4 dan 4. Dengan demikian dapat
disimpulkan atas penelitian ini tidak terjadi
autokorelasi.
pengungkapan
CSR
(X)
berpengaruh
terhadap agresivitas pajak (Y), dilakukan
pengujian menggunakan regresi berganda.
Berikut hasil pengujian hipotesis yaitu
menggunakan uji F, uji t, dan R2 (Tabel3).
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 4, NO.1, 2014
ini lebih kecil dari t tabel (0,7570,05) maka hasil ini memperlihatkan
.
pengaruh
3,753
ditola
bahwa variabel CSRI tidak berpengaruh
yang
Sig F =
k
secara signifikan terhadap agresivitas pajak.
signifikan
0,004
secara
F tabel =
SIZE menunjukkan nilai (-1,2670,05) sehingga
CSRIj, SIZE,
α = 0,05
SIZE tidak berpengaruh signifikan terhadap
LEV, CINT,
R = 0,561
agresivitas pajak. Hasil uji t untuk LEV
RDINT
R square =
menunjukkan nilai (4,098>1,677) dengan
0,315
signifikansi
(0,0001,677)
CINT
dengan
signifikansi (0,016 2,29 ). Sedangakan
signifikan terhadap agresivitas pajak. Hasil
hasil tingkat signifikansi 0,004 < 0,025 hal
uji t ROA menunjukkan nilai (0,2930,05) maka ROA
yang cukup signifikan dari CSRIj, SIZE,
tidak memiliki pengaruh yang signifikan
LEV, CINT, RDINT dan ROA terhadap
terhadap agresivitas pajak.
agresivitas pajak.
Tabel 5 Hasil Uji t
Pembahasan
Pengaruh
Pengungkapan
CSR
terhadap
Agresivitas Pajak
Berdasarkan
hasil
uji
t,
membuktikan bahwa pengungkapan CSR
memiliki t hitung < t tabel (0,757