Policy Brief Simplifikasi Regulasi Dan Penciptaan Iklim Investasi

Policy Brief
Paket Kebijakan Ekonomi & Simplifikasi Regulasi Pusat–Daerah
Dalam Mendukung Peningkatan Investasi Dan Pertumbuhan Ekonomi Nasional
No. 0 /

/

/ Juni 2016

OVERVIEW
Investasi memiliki peran sebagai salah satu tumpuan pendorong perekonomian, dimana tiga pilar
ekonomi Indonesia di masa depan akan terdiri dari investasi, industri, dan ekspor. Sebagai tumpuan
perekonomian, investasi memiliki beberapa tujuan, seperti mendukung pertumbuhan ekonomi,
penciptaan lapangan kerja, mengubah ekonomi yang berbasis konsumsi menjadi ekonomi berbasis
produksi, meningkatkan pendapatan nasional melalui pajak, serta mendorong pemerataan ekonomi.
Dalam beberapa waktu belakangan ini sebenarnya telah banyak pengusaha dari berbagai negara dari
Eropa maupun Amerika, juga Singapura dan China yang ingin masuk ke Indonesia. Hal tersebut tak lepas
dari proyeksi perkembangan ekonomi global ke depan yang cenderung mengarah ke Asia. Banyak yang
menegaskan bahwa Eropa dan Amerika merupakan masa lalu. Ke depan adalah waktunya Asia.
Kelancaran akan masuknya arus investasi seringkali terkendala berbagai hambatan terkait
permasalahan kepastian dan sinkronisasi peraturan. Iklim investasi Indonesia butuh kepastian dan

sinkronisasi peraturan dari pemerintah untuk mendorong masuknya investasi ke Indonesia. Meskipun
Indonesia sudah mendapat peringkat Investment Grade, namun dengan lambatnya kondisi kepastian
dan sinkronisasi peraturan antara pusat dan daerah serta antar instansi di Indonesia, masih dianggap
kalangan dunia usaha sebagai hambatan utama bagi perbaikan iklim investasi.
Permasalahan terkait kepastian dan sinkronisasi peraturan dapat menjadi hambatan utama bagi aliran
investasi. Bagi kalangan dunia usaha kepastian peraturan dan kebijakan antar instansi yang belum
sinkron, harus segera dibenahi oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah. Semua pengusaha pasti
butuh kepastian agar operasional usaha dapat berjalan dengan baik. Kepastian peraturan antara pusat
dan daerah, serta kebijakan antar lembaga yang belum sinkron, harus segera dibenahi.
Kepastian dan sinkronisasi peraturan dan kebijakan sudah sangat ditunggu oleh kalangan dunia usaha
dalam negeri sehingga dapat mengembangkan usahanya agar dapat bersaing dengan pengusaha luar
negeri. Dunia usaha Indonesia tidak takut terhadap masuknya pengusaha luar negeri, karena sebagian
dari mereka pasti akan menggandeng pengusaha lokal. Mereka (pengusaha luar negeri) tidak mungkin
jalan sendiri sehingga ini merupakan peluang yang akan menguntungkan semua pihak, baik pemerintah,
masyarakat maupun pengusaha di Indonesia.

PERLAMBATAN EKONOMI
PERTUMBUHAN EKONOMI 2011-2015

PERTUMBUHAN INDUSTRI DALAM 20 TAHUN TERAKHIR (%)


CABANG INDUSTRI
INDUSTRI PENGOLAHAN
a. Industri M i g a s
1). Pengilangan Minyak Bumi
2). Gas Alam Cair
b. Industri tanpa Migas
1). Makanan, Minuman dan Tembakau
2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki
3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya.
4). Kertas dan Barang cetakan
5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet
6). Semen & Brg. Galian bukan logam
7). Logam Dasar Besi & Baja
8). Alat Angk., Mesin & Peralatannya
9). Barang lainnya
Sumber : BPS

Sumber : BPS, 2015.


1994

2004

2010

2011

2012

2013

2014

10.87
7.84
3.39
10.99
11.4
18.85

6.96
5.94
13.95
11.09
19.72
6.44
9.62
12.12

6.38
-1.95
-0.23
-3.22
7.51
1.39
4.06
-2.07
7.61
9.01
9.53

-2.61
17.67
12.77

4.74
0.56
1.25
0.01
5.12
2.78
1.77
-3.47
1.67
4.7
2.18
2.38
10.38
3

6.14

-0.94
0.53
-2.15
6.74
9.14
7.52
0.35
1.4
3.95
7.19
13.06
6.81
1.82

5.74
-2.8
-1.93
-3.53
6.42
7.57

4.27
-3.14
-4.75
10.5
7.8
5.86
7.03
-1.13

5.56
-1.76
1.14
-4.26
6.1
3.34
6.06
6.18
4.45
2.21
3

6.93
10.54
-0.7

4.86
-2.27
1.32
-5.53
5.34
7.24
2.35
7.33
6.15
1.27
1.52
4.21
6.05
8.91

Dari dua tabel di atas, secara keseluruhan, perekonomian nasional dalam beberapa tahun terakhir

dihadapkan pada beberapa tantangan, antara lain :
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Perlambatan ekonomi (paling lambat sejak 2009, jauh dari harapan 7,00%).
Investasi meningkat tapi penyebaran tidak merata (masih terpusat di Pulau Jawa).
kenaikan Indeks Harga Konsumen / IHK (sejak tahun 2012 sudah terdapat perubahan sebesar
20,14% – Inflasi dikarenakan faktor supply side).
Pelemahan Indeks Keyakinan Konsumen (selama Januari s/d Juni 2015 IKK turun sebesar 7%)
Perlambatan industri (kondisi terbaik performansi industri terjadi pada tahun 1994).
Penurunan kinerja perdagangan luar negeri (sejak tahun 2012 s/d 2014 terjadi perlambatan ekspor
yang signifikan).

INVESTASI : Salah Satu Tumpuan Pemulihan Ekonomi
Sebagai respon terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi, sejak 9 September 2015 hingga saat ini
Pemerintah telah mengeluarkan 12 Paket Kebijakan Ekonomi. Presiden dalam silaturahmi dan

pertemuan dengan dunia usaha di Jakarta pada 9 Juli 2015 lalu telah menegaskan bahwa tiga pilar
ekonomi Indonesia masa depan bertumpu pada investasi, industri, dan ekspor. Data BKPM pada
Lampiran 1 memperlihatkan jumlah proyek investasi PMDN dan PMA beserta besaran nilainya
sepanjang tahun 2015. Data dalam Lampiran 2 memperlihatkan target investasi PMDN dan PMA 2016
yang rata-rata naik 18,5% dan 12,6% versus realisasi tahun 2015.

REGULASI DAN IKLIM INVESTASI
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Kementerian Dalam Negeri RI, saat ini proses penyelesaian
dan sinkronisasi peraturan-peraturan pusat dan daerah yang bermasalah masih berlangsung. Oleh
karena itu dunia usaha berkeyakinan bahwa urgensi terhadap sinkronisasi berbagai UU dan peraturan
(pusat dan daerah) yang tumpang tindih harus segera diselesaikan. Tahun 2016 diharapkan dapat
menjadi tahun pembuktian Kabinet Kerja, melalui K/L (Kementerian / Lembaga) terkait dalam
membereskan permasalahan tersebut, dan tidak dapat ditunda lagi. Lampiran 3 menunjukkan data
perkembangan jumlah Kecamatan, Kelurahan, dan Desa berdasarkan Permendagri 18/2013.
Pembentukan dan penyusunan peraturan daerah semestinya harus terbebas dari kepentingankepentingan politik yang menghambat dunia investasi dan memperpanjang jalur birokrasi. Kondisi
tersebut akan mengakibatkan terhambatnya investasi di berbagai daerah yang potensial, yang pada
akhirnya menyebabkan dunia usaha mengalami kesulitan dalam berusaha di Indonesia.
Deregulasi Penanaman Modal
HARMONISASI PERATURAN PERIZINAN UNTUK PERCEPATAN INVESTASI




Penghilangan Izin gangguan (HO),
Izin Tempat Usaha, Izin Prinsip Bagi
UMKM



Pemangkasan Izin Lingkungan
dengan menyederhanakan izin
AMDAL di Kawasan Industri



Pemangkasan Perizinan yang
menghambat investasi dan
birokrasi, terutama di daerah

Harmonisasi perizinan memang tidak berarti peniadaan fungsi pemerintah dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup, namun memastikan fungsi itu berjalan dengan baik, lebih efisien, lebih
efektif sehingga tidak terjadi kendala dalam berusaha dan berinvestasi. Lampiran 4 dan Lampiran 5
memperlihatkan Deregulasi Penanaman Modal serta strategi penyederhanaan perizinan Penanaman
Modal.

PAKET KEBIJAKAN EKONOMI DAN PENYEDERHANAAN REGULASI
Sebagai respon terhadap perlambatan ekonomi, sejak 9 September 2015 Pemerintah telah
mengeluarkan 12 Paket Kebijakan Ekonomi yang antara lain diarahkan dalam rangka revitalisasi industri
manufaktur, mendorong pengembangan UMKM, perbaikan iklim investasi, pengembangan
konektivitas, dan percepatan pembangunan infrastruktur. Intinya adalah penyelarasan, pengurangan,
penyederhanaan, penegakan dan kepastian Peraturan, Birokrasi, dan Fasilitas / Insentif. Sebagian besar
Paket Kebijakan yang telah dikeluarkan Pemerintah tersebut memang telah memenuhi kebutuhan /
keinginan dunia usaha. Namun, dunia usaha tetap mengharapkan agar Paket-Paket Kebijakan tersebut
diikuti dengan sinkronisasi regulasi terkait, agar tidak berbenturan sehingga tujuan dari Paket Kebijakan
tersebut dapat tercapai dan dinikmati dunia usaha.

Menyelaraskan

186 Regulasi
(Peraturan, Birokrasi, dan
Fasilitas / Insentif)

Mengurangi
Menyederhanakan
Penegakan & Kepastian
Sumber : Kementerian Dalam Negeri RI, 2016.

PAKET I – 9 September 2015 (124 regulasi) :

PAKET II – 29 September 2015 (15 regulasi) :

MENDORONG DAYA SAING INDUSTRI :

PROMOSI INVESTASI DAN DEVISA: Kemudahan

mengurangi regulasi dan birokrasi

perizinan investasi dan insentif devisa hasil ekspor

PAKET III – 7 Oktober 2015 (8 regulasi) :

PAKET IV – 15 Oktober 2015 (10 regulasi) :

AKSES

JAMINAN

PEMBIAYAAN

DAN

PENGURANGAN

SISTIM

PENGUPAHAN

DAN

BIAYA PRODUKSI : Perluasan KUR, Fasilitasi jasa

PENGAMANAN PHK : sistem pengupahan yang adil,

keuangan, pembiayaan ekspor, fasilitas pertanahan, dan

sederhana dan terproyeksi serta Kredit Usaha Rakyat

insentif listrik, BBM, Gas bagi industri

(KUR) yang lebih murah dan luas.

PAKET V – 22 Oktober 2015 (3 regulasi) :

PAKET VI – 6 November 2015 (5 regulasi) :

REVALUASI ASET DAN AKSES PEMBIAYAAN

MENGGERAKKAN

SYARIAH :

PINGGIRAN DAN KELANCARAN BAHAN BAKU

insentif

pajak

bagi

perusahaan

dan

pembiayaan real estate, kemudahan pembiayaan syariah

EKONOMI

DI

WILAYAH

OBAT : insentif KEK, pengairan, dan sistim eletronik
(INSW) pengadaan bahan baku obat

PAKET VII – 7 Desember 2015 (5 regulasi) :

PAKET VIII – 21 Desember 2015 (3 regulasi) :

INSENTIF PAJAK DAN SERTIFIKASI TANAH :

KEPASTIAN USAHA DAN INVESTASI MRO DAN

Mendorong daya saing industri padat karya melalui insentif

MINYAK

PPh Pasal 21 dan kemudahan sertifikasi tanah

penyelesaian konflik lahan, upaya meningkatkan produksi

:

one

map

policy

yang

mempermudah

minyak nasional, dan mendorong usaha perawatan pesawat
terbang

PAKET X – 11 Februari 2016 (1 regulasi) :

PAKET IX – 27 Januari 2016 (7 regulasi) :
INFRASTRUKTUR

LISTRIK

DAN

LOGISTIK

:

KETERBUKAAN INVESTASI : perubahan kebijakan DNI yang

Pemenuhan listrik rakyat, stabilisasi pasokan daging, dan

menjamin

agregator ekspor UKM untuk pengembangan logistik desa ke

perlindungan dan pengembangan UMKM dan koperasi, serta

pasar global

mendorong investasi teknologi tinggi, padat modal, dan wisata

PAKET XI – 29 Maret 2016 (5 regulasi) :

PAKET XII – 29 April 2016 :

AKSES PEMBIAYAAN, DWELLING TIME, DAN

KEMUDAHAN BERUSAHA : Menaikkan peringkat Ease

INDUSTRI FARMASI / ALKES : Kredit Usaha Rakyat

of Doing Business (EoDB) di Indonesia melalui sejumlah

Berorientasi Ekspor, insentif BPHTB bagi DIRE, manajemen

perbaikan baik dari aspek peraturan maupun prosedur

resiko

perizinan dan biaya, agar peringkat EoDB Indonesia –

untuk

kelancaran

arus

barang

pengembangan industri farmasi / alkes

(INSW),

dan

efektivitas

pelaksanaan

investasi,

meningkatkan

terutama bagi UMKM – semakin meningkat

TINDAK LANJUT PAKET-PAKET KEBIJAKAN EKONOMI
Dua belas Paket Kebijakan Ekonomi tersebut merupakan langkah debirokratisasi dan deregulasi
terhadap ratusan peraturan (PP, Perpres, Inpres, Permen, Perka, Peraturan BI/OJK, Kepmen, Instruksi
Menteri, Perdirjen, dan MoU).
Selain kepatuhan penyelesaian regulasi, tentu tidak kalah pentingnya adalah penguatan koordinasi dan
kerjasama serta kepatuhan substansi baik itu oleh Kementerian / Lembaga (K/L) maupun Pemda agar
tujuan dikeluarkannya Paket Kebijakan Ekonomi dapat mengakomodir kebutuhan dunia usaha. Artinya,
K/L maupun Pemda harus segera menindaklanjuti dengan merubah peraturan-peraturan yang ada, dan
menyesuaikan perubahannya agar sejalan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Sebagai tindak lanjut Paket Kebijakan di daerah, kerjasama dengan Pemda antara lain diwujudkan
dalam bentuk penyediaan dan pembebasan lahan bagi pembangunan infrastruktur, kawasan industri
dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), serta kawasan Berikat. Kerjasama lain yang sedang dilakukan
adalah dukungan kepada PTSP daerah terhadap kebijakan perbaikan iklim investasi untuk mendukung
implementasi penyederhanaan perijinan UMKM, perusahaan baru, dan investasi di beberapa sektor.
Selain itu, berdasarkan UU No. 23/2014 tentang Pemda, daerah dalam menetapkan kebijakan daerah
wajib berpedoman pada norma, standar, prosedur, dan kriteria yang telah ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat. Inisiatif dan inovasi yang diambil oleh Pemda hendaknya dilakukan secara berhati-hati mengikuti
kebijakan Pusat dengan memberikan insentif bagi kemudahan berusaha dan perbaikan iklim investasi,
bukan kebijakan yang menimbulkan ekonomi biaya tinggi dan melemahkan daya saing.

TANTANGAN & RESPON KEBIJAKAN – DEREGULASI UNTUK
MENDORONG INVESTASI : PANDANGAN APINDO
Deregulasi Aturan Ijin Usaha












Penerapan sistem pelayanan perijinan melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) bukanlah
kunci satu-satunya untuk mengundang investasi. PTSP hanyalah sebagian dari upaya penciptaan
iklim yang kondusif bagi investasi. Justru yang lebih penting adalah melakukan reformasi regulasi
(deregulasi) peraturan yang berlaku yang bersifat tidak ramah investasi. Banyaknya regulasi di
bidang usaha harus dikaji kembali melalui regulatory impact assesment.
Tujuan regulasi daerah di bidang usaha bukanlah semata untuk meraup pendapatan yang
berakibat ekonomi biaya tinggi bagi investor. Regulasi dalam bentuk Perda dan Perkada harus
bertujuan untuk menciptakan kepastian dan keamanan berusaha dengan mempertimbangkan
potensi ekonomi, budaya, tenaga kerja, infrastruktur, keuangan daerah, dan tidak boleh
bertentangan dengan Perda lain, peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan
kepentingan umum.
Dunia usaha mengapresiasi kebijakan pemerintah yang telah melakukan deregulasi peraturan
terkait ijin usaha. Namun di lapangan, aturan terkait ijin usaha yang masih tumpang tindih dan
memberatkan masih cukup banyak terutama di tingkat daerah. Oleh karena itu, upaya deregulasi
perlu dilakukan dengan lebih terinstitusionalisasi dan lebih cepat hingga mencapai ke level daerah.
Dunia usaha meminta agar juga dirumuskan peraturan yang bisa memberikan sanksi kepada kepala
daerah yang menghambat investasi dan perkembangan dunia usaha. Para pengusaha sering
mengalami hambatan dari Pemda di beberapa wilayah yang menghambat perijinan dan meminta
bagian lebih dari proyek yang akan dikerjakan, misalnya di sektor perkebunan dan pertambangan.
Perda bermasalah bukan saja merugikan pelaku usaha, tetapi juga tenaga kerja. Karenanya,
pemerintah jangan hanya menemukan Perda bermasalah lalu mempublikasikan di media. Yang
lebih dibutuhkan adalah tindak lanjutnya, yakni dengan mencabutnya. Apabila telah ditemukan,
tentu harus ditindaklanjuti dengan pencabutan.
APINDO menganggap bahwa tahun 2016 merupakan tahun pembuktian kinerja dan tidak dapat
diundur lebih lama lagi hingga 2017 apalagi hingga 2018. Sehingga, faktor percepatan perbaikan
dan penyempurnaan regulasi menjadi indikator krusial dan tidak dapat ditawar-tawar lagi.

************

Lampiran 1.

Realisasi Januari – Desember 2015 : Berdasarkan Lokasi

PMDN

PMA

Sumber : BKPM, 2016.

Lampiran 2.

CAPAIAN BKPM 2015

TARGET BKPM 2016

periode Jan – Des

Rp 545,4 trilyun

Realisasi
Investasi

naik 17,8% vs realisasi Jan–Des 2014

Rp 594,8 trilyun
naik 14,4% vs target 2015

periode Jan – Des

Rp 365,9 trilyun

Realisasi
PMA

naik 19,2% vs realisasi Jan–Des 2014

Rp 386,4 trilyun
naik 12,6% vs target 2015

periode Jan – Des

Rp 179,5 trilyun
naik 15,0% vs realisasi Jan–Des 2014
Sumber : BKPM, 2016.

Realisasi
PMDN

Rp 208,4 trilyun
naik 18,5% vs target 2015

Lampiran 3.
Perbandingan Jumlah Daerah Otonom Sebelum Desentralisasi 1999 & Sesudah Desentralisasi

Data Kecamatan,
Keluarahan dan Desa
Berdasarkan Permendagri
18 Tahun 2013

Lampiran 4.
Deregulasi Penanaman Modal
BENTUK DEREGULASI
DEREGULASI







Mengurangi jumlah dengan
menghilangkan duplikasi /
redundansi / unjustified
regulation



Melakukan keselarasan
(termasuk substansi antar
peraturan maupun
keselarasan dengan
ketentuan persaingan
usaha/competition check list)

Melakukan konsistensi
peraturan

Sumber : BKPM.

PENEGAKAN HUKUM DAN
KEPASTIAN USAHA

DEBIROKRATISASI

Simplifikasi perizinan
seperti satu identitas
pelaku usaha / profile
sharing sedikit persyaratan
perizinan, SOP, SLA yang
jelas, dan kemudahan yang
menyangkut pelimpahan
kewenangan kepada PTSP
(tempat, bentuk, waktu,
biaya)
Pelayanan perizinan dan
non perizinan melalui
sistem elektronik



Melalui mekanisme dan
tempat penyelesaian
kasus / friksi peraturan



pemberantasan
premanisme dan pungli



Membangun ketentuan
sanksi yang tegas dan
tuntas dalam setiap
peraturan

Lampiran 5.
Deregulasi Penanaman Modal
STRATEGI PENYEDERHANAAN PERIZINAN
METODE





PENDEKATAN

HARMONISASI
OUTPUT
OUTCOME
Sumber : BKPM.







Hapus, Gabung, Sederhanakan dan Limpahkan (HGSL)
Penyederhaan administrasi proses perizinan
Perizinan yang memerlukan waktu penyelesaian cukup lama : Perizinan
Lingkungan, implementasi perizinan lingkungan di daerah. Yang termasuk
kategori perizinan lingkungan adalah Izin Lingkungan, dan Izin Gangguan
di daerah
Pemetaan perizinan tumpang tindih
Rapat koordinasi Interkem
Rekomendasi HGSL
Proses izin yang lebih cepat, transparan, sederhana, efisien dan
terintegrasi
Akselerasi perekonomian nasional oleh dunia usaha