Keanekaragaman Tumbuhan Paku (Pteridophyta) di Taman Hutan Kenali Kota Jambi Suraida, Try Susanti, dan Riza Amriyanto

  

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Keanekaragaman Tumbuhan Paku (Pteridophyta) di Taman

Hutan Kenali Kota Jambi

  

Suraida*, Try Susanti*, dan Riza Amriyanto*

  • * Program Studi Biologi, Fakultas Tarbiyah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

    e-mail: reyda2012@gmail.com

  

Abstrak. Taman Hutan Kenali Kota Jambi (THKKJ) dengan luas sekitar 10,25 ha,

merupakan pusat konservasi hutan yang dikelola oleh dinas pertanian, perkebunan,

peternakan, dan kehutanan Kota Jambi memiliki tutupan vegetasi beragam dan berperan

sebagai kawasan penyangga. THKKJ merupakan kawasan hutan yang didominasi oleh Pinus

(Pinus mercusii). Adapun jenis tumbuhan lain yang hadir di kawasan ini seperti Bulian

(Eusideroxylon zwageri), Gaharu (Aquilaria malacensis) dan beberapa jenis tumbuhan lain

termasuk tumbuhan paku (Pteridophyta). Tumbuhan paku memiliki keanekaragaman jenis

yang tinggi dan mampu hidup dalam kondisi lingkungan yang bervariasi. Tumbuhan paku

memiliki fungsi ekologis yang penting dalam ekosistem hutan serta pemanfaatan bagi

manusia sebagai sumber pangan, tanaman hias, dan obat-obatan. Keberadaan paku-pakuan

ini masih kurang mendapat perhatian dibanding kelompok tumbuhan lainnya dan seringkali

terabaikan, sehingga THKKJ belum mempunyai data tentang tumbuhan paku yang hadir di

kawasan tersebut. Penelitian bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis tumbuhan

paku di THKKJ. Data dikumpulkan dari bulan Februari 2012 sampai dengan Mei 2012

dengan menggunakan metode petak ganda ukuran (5m x 5m), sebanyak 100 petak,

disarangkan (nested) pada setiap unit petak besar yang berukuran (50m x 50m) sebanyak 4

[7];[8]

petak . Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 16 jenis paku, yang terdiri dari 11 paku

terestrial dari 8 famili dan 5 jenis paku epifit dari 5 famili. Indeks keanekaragaman jenis

tumbuhan paku terestrial 0,609 dan paku epifit 0,539 < 1 (rendah). Nilai kepentingan

tertinggi paku terestrial adalah Stenochlaena palutris (Blechnaceae) 86,58%, diikuti oleh

Taenitis blechnoides , Lygodium circinatum, Gleichenia linearis, Nephrolepis falcata,

Nephrolepis bisserata

  , Dryopteris sp, Pteris vittata, Dryopteris expansa, Lycopodium

cernuum , dan Blechnum orientale. Sedangkan paku epifit adalah Drynaria sparsisora

(Polypodiaceae) 56,38% diikuti oleh Elaphoglossum robinsonii, Vittaria angustifolia,

Asplenium nidus , dan Davallia denticulata.

  Kata kunci: Nilai Kepentingan, Metode petak, Pteridophyta, Keanekaragaman, THKKJ.

  PENDAHULUAN tumbuhan paku, dengan lebih dari 10.000 jenis.

  Indonesia memiliki wilayah 750 juta Berdasarkan strategi besar konservasi, hektar dengan luas daratan 193 juta hektar Pulau Sumatera adalah bagian penting (24,7%). Di atas daratan tersebut, terdapat hotspot keanekaragaman hayati di kawasan hutan seluas 143,9 juta hektar (kira-kira daratan Sunda yang merupakan satu

  .

  75%) dari luas daratan Hutan merupakan kawasan dari 34 wilayah dunia yang paru-paru bumi tempat berbagai satwa memiliki tingkat keanekaragaman hayati hidup, vegetasi, hasil tambang dan berbagai tinggi dan endemisitas yang luar biasa. sumber daya lainnya yang tak ternilai harganya bagi manusia. Ada sekitar 20.000 Kota Jambi salah satu kota di Indonesia jenis hewan, dan sekitar 28.000 jenis yang kaya akan hutan pada saat ini terjadi tumbuhan. Satu diantaranya kelompok penurunan luas kawasan hutan, disebabkan tumbuhan yang kaya akan jenisnya adalah kerusakan hutan dan konversi hutan untuk pemanfaatan lain. Kerusakan hutan

  Semirata 2013 FMIPA Unila

  

Suraida, dkk: Keanekaragaman Tumbuhan Paku (Pteridophyta) di Taman Hutan Kenali

Kota Jambi

  388| Semirata 2013 FMIPA Unila mencapai 40% dari 2,2 juta hektar luas hutan Provinsi Jambi. Lahan kritis akibat penggundulan hutan di Provinsi Jambi mencapai 1,1 juta hektar perlu diselamatkan karena keanekaragaman plasma nutfah yang Untuk itu perlu dilakukan konservasi demi menyelamatkan kawasan hutan yang makin menyusut.

  Taman Hutan Kenali Kota Jambi (THKKJ) yang terletak di Kelurahan Kenali Asam Bawah, Kecamatan Kota Baru dan berjarak sekitar 11 kilometer dari pusat kota merupakan salah satu pusat konservasi yang berperan sebagai kawasan penyangga.

  Pengelolaan kawasan tersebut diarahkan sebagai wilayah resapan air yang mampu menjaga wilayah di sekitarnya dari ancaman banjir dan longsor di musim hujan serta ancaman kekeringan di musim kemarau. THKKJ mempunyai vegetasi yang masih dalam kondisi baik, dan sebagai tempat persinggahan burung-burung lokal seperti tekukur, kutilang, pipit, elang dan burung balam.

  THKKJ memiliki luas kurang lebih 10,25 hektar yang dikelola oleh dinas pertanian, perkebunan, peternakan, dan kehutanan Kota Jambi yang memiliki tutupan vegetasi beragam seperti pohon Pinus (Pinus mercusii ), Bulian (Eusideroxylon

  zwageri),

  Gaharu (Aquilaria malacensis), Akasia (Acacia

  mangium), Asam kandis (Tamarindhus indica), Durian (Durio zibethinus), Pinang

  (Areca catecu) dan lain-lain seperti paku- pakuan.

  Tumbuhan Paku (Pteridophyta) sebagai bagian dari keanekaragaman hayati merupakan komunitas tumbuhan yang memiliki fungsi ekologis yang cukup penting di dalam ekosistem hutan, seperti sebagai vegetasi penutup tanah, pencampur serasah bagi pembentukan hara tanah, dan produsen dalam rantai makanan, Disamping itu berperan sebagai sumber plasma nutfah juga berpotensi sebagai sumber pangan, dan obat-obatan. Hal tersebut perlu mendapatkan perhatian yang cukup besar di dalam pengelolaannya. Tumbuhan paku dan mampu hidup dalam kondisi lingkungan yang bervariasi. Keberadaan paku-pakuan ini masih kurang mendapat perhatian dibanding kelompok tumbuhan lainnya dan seringkali terabaikan. Berdasarkan informasi yang diperoleh, diketahui bahwa THKKJ belum mempunyai data tentang keanekaragaman jenis tumbuhan paku yang hadir di kawasan tersebut. Penelitian tentang keanekaragaman tumbuhan paku belum pernah dilaporkan sehingga membuat peneliti tertarik untuk mengkaji tentang keanekaragaman tumbuhan paku (Pteridophyta).

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman tumbuhan paku dan spesies-spesiesnya yang hadir di THKKJ. Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memperkaya khasanah pengetahuan tentang kehadiran tumbuhan paku dan sebagai data informasi tentang keanekaragaman jenis tumbuhan paku yang ada di THKKJ.

METODE PENELITIAN

  Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu dari tanggal Februari-Mei 2012. Penelitian dilakukan di Taman Hutan Kenali Kota Jambi yang terletak di Jalan Jambi-Palembang km 11, Kecamatan Kota Baru dengan luas area kurang lebih 10,25 hektar yang terdiri dari jalan setapak, pendopo, taman bermain, kolam dan lain- lain.

  Pelaksanaan penelitian ini dibagi atas 4 langkah yaitu: survey untuk mendapatkan informasi awal, koleksi data disertai pembuatan herbarium, identifikasi

  • –Wienner didefinisikan sebagai berikut : a.

  Nilai menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu tempat adalah sedang.

  sparsisora ), dan Vittariaceae (Vittaria angustifolia ). (tabel 2).

  ), Polypodiaceae (Drynaria

  robinsonii

  paku epifit ditemukan 5 jenis yang termasuk ke dalam 5 famili yaitu, Aspleniaceae (Asplenium nidus ), Davalliaceae (Davallia denticulata ), Dryopteridaceae (Elaphoglossum

  Nephrolepis falcata ), Pteridaceae (Pteris vittata ) dan Schizaeaceae (Lygodium circinatum ). (tabel 1). sedangkan untuk

  (Dryopteris expansa, Dryopteris sp), Gleicheniaceae (Gleichenia linearis ), Lycopodinaceae (Lycopodium cernuum), Nephrolepidaceae (Nephrolepis bisserata,

  Stenochlaena palutris ), Dryopteridaceae

  Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kawasan Taman Hutan Kenali Kota Jambi, ditemukan 11 jenis paku terestrial yang termasuk ke dalam 8 famili yaitu: Adiantiaceae (Taenitis blechnoides), Blechnaceae (Blechnum orientale ,

  Nilai menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu tempat adalah sedikit atau rendah.

  c.

  b.

  

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

  Nilai menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu tempat adalah melimpah tinggi.

  Besarnya indeks keanekaragaman jenis menurut Shanon

  Kemelimpahan spesies tumbuhan paku di kawasan Taman Hutan Kenali Kota Jambi dapat diketahui dengan menggunakan parameter indeks nilai penting (INP). Analisis vegetasi yang Relatif (KR), Frekuensi (F), Frekuensi Relatif (FR), Indeks Keanekaragaman Shannon- Wienner (H‘).

  Tumbuhan paku yang terdapat dalam semua plot pengamatan dikoleksi dan kemudian diproses lebih lanjut untuk dibuat herbarium melalui tahapan pengawetan, pengapitan, pengeringan, penempelan dan pemberian label, selanjutnya digunakan untuk identifikasi jenis tumbuhan paku. Identifikasi menggunakan acuan Fern of Malaya dan Malaya Fern Handbook.

  Sedangkan untuk pengambilan sampel paku terrestrial dengan membuat plot pengamatan berukuran (5m × 5m) sebanyak 100 plot yang diletakkan bersarang (nested) di dalam plot pengamatan paku epifit (50m x 50m). Pengamatan dilakukan pada seluruh jenis paku-pakuan yang berada di dalam plot pengamatan.

  (hidup menempel) dan terestrial (hidup di permukaan). Teknik pengambilan sampel paku epifit dilakukan dengan menggunakan plot pengamatan berukuran (50m × 50m) sebanyak 4 plot.

  epifit

  Penelitian ini meneliti tentang jenis paku

  Penelitian ini menggunakan alat-alat dan bahan antara lain gunting, pisau, meteran, tali plastik, kamera, kompas, teropong, kertas koran, alat pengepres, etiket gantung, etiket tempel, alat tulis, dan alkohol 70%,

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Semirata 2013 FMIPA Unila tumbuhan spesimen dan analisis data. Penelitian ini menggunakan metode petak ganda, analisis data dengan menggunakan analisis vegetasi. merupakan metode yang serba guna, kuadrat adalah luas pada suatu habitat dalam berbagai bentuk yang dapat membatasi vegetasi. Sehingga penutupan vegetasi di area tersebut dapat dihitung dan luas vegetasi pada habitat yang dikaji dapat diperkirakan. Cara meletakkan kuadrat plot sampling pada habitat vegetasi yang diteliti adalah secara random atau acak.

  

Suraida, dkk: Keanekaragaman Tumbuhan Paku (Pteridophyta) di Taman Hutan Kenali

Kota Jambi

  Stenochlaena palutris sebesar 86,58%

  2 Davallia Ceae Davallia denticulat a

  11,76 2,09 13,85

  3 Dryopterid aceae Elapho glossum robinsonii

  23,52 31,35 54,87

  4 Polypodia Ceae Drynaria sparsisora

  23,52 32,86 56,38

  5 Vittariacea e Vittaria angustifo lia

  17,64 31,35 48,99 JUMLAH 100 100 200

  Indeks nilai penting (INP) diperoleh dari nilai penjumlahan frekuensi relatif dan densitas relatif. Indeks nilai penting jenis paku terestrial yang paling besar adalah

  diikuti berturut-turut oleh spesies Taenitis

  1 Asplenia Ceae Asplenium nidus

  blechnoides , Lygodium circinatum , Gleichenia linearis , Nephrolepis falcata, Nephrolepis bisserata

  , Dryopteris sp, Pteris

  vittata , Lycopodium cernuum, Dryopteris expansa dan yang terendah adalah jenis Blechnum orientale dengan nilai INP

  sebesar 0,79%. Jenis paku epifit yang tertinggi indeks nilai pentingnya adalah

  Drynaria sparsisora dengan nilai 56,38% robinsonii , Vittaria angustifolia, Asplenium nidus

  , dan yang terendah adalah jenis

  Davallia denticulata dengan nilai 13,85% (Gambar 1 dan 2).

  Spesies yang dominan dalam suatu komunitas tumbuhan biasanya memilki INP paling tinggi diantara spesies lainnya. Selain itu besarnya nilai INP juga menandakan besar atau tidaknya pengaruh spesies tersebut dalam suatu komunitas tumbuhan.

  Lingkungan tumbuhan paku mencakup tanah untuk akarnya, sinar matahari yang sampai ke daun, hujan, angin, perubahan suhu, termasuk tumbuhan lain yang tumbuh di sekitarnya. Kondisi lingkungan di hutan tertutup ditandai dengan sedikitnya jumlah sinar yang menembus kanopi hingga mencapai permukaan tanah dan kelembaban udaranya sangat tinggi. Dengan demikian paku hutan memiliki kondisi hidup seragam dan lebih terlindung dari panas. Kondisi ini dapat terlihat dari jumlah paku yang dapat beradaptasi dengan cahaya matahari penuh tidak pernah dijumpai di hutan yang benar- benar tertutup. Beberapa paku hutan tidak dapat tumbuh apabila terkena cahaya matahari.

  23,52 2,32 25,84

  INP (%)

  390| Semirata 2013 FMIPA Unila

  4 Glechenia ceae Gleichenia linearis

  Tabel 1. Jenis Tumbuhan Paku Terestrial di Taman Hutan Kenali Kota Jambi N o Famili Spesies FR (%) DR (%) NP (%)

  1 Adiantia Ceae Taenitis blechnoides

  21,27 14,47 35,74

  2 Blechna Ceae Blechnum orientale

  0,70 0,09 0,79 Stenochlae na palutris

  34,75 51,83 86,58

  3 Dryopteri daceae Dryopteris expansa

  1,41 0,19 1,6 Dryopteris sp

  2,83 0,48 3,31

  2,12 18,05 20,17

  Tabel 2. Jenis Tumbuhan Paku Epifit di Taman Hutan kenali Kota Jambi No Famili Spesies FR (%) DR (%)

  5 Lycopodi Naceae Lycopodium cernuum

  1,41 0,19 1,6

  6 Nephrole pidaceae Nephrolepis bisserata

  4,96 2,02 6,98 Nephrolepis falcata

  13,47 5,11 18,58

  7 Pterida Ceae Pteris vittata

  2,12 0,77 2,89

  8 Schizaea Ceae Lygodium circinatum

  14,89 6,75 21,64 JUMLAH 100 100 200

  Gambar 1. INP Paku Terestrial

  

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

  KESIMPULAN

  Gambar 2. INP Paku Epifi Tabel 3. Indeks Keanekaragaman Shannon- Wiener Jenis Tumbuhan Paku

  Jenis H‘ Paku terestrial 0,609

  Paku epifit 0,539 Jenis paku yang ditemukan di Taman

  Hutan Kenali Kota Jambi ternyata memilki banyak manfaat bagi manusia, baik sebagai tanaman hias, obat-obatan ataupun keperluan lain. Tumbuhan paku yang pada umumnya dimanfaatkan sebagai keperluan pengobatan yaitu Dryopteris expansa yang dapat digunakan sebagai obat penurun panas, Lycopodium cernuum untuk obat batuk dan lelah. Blechnum orientale untuk obat bisul dan obat gangguan saluran kencing. Lygodium circinatum dan

  yang terendah yaitu Davallia denticulata yaitu 13,85%. Saran dari peneliti perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang menghubungkan atau mengkorelasikan antara jenis-jenis paku Pteridophyta yang tumbuh dengan parameter lingkungan.

  sparsisora 56,38% dan indeks nilai penting

  0,79%. Sedangkan jenis paku epifit yang mempunyai indeks nilai penting yang tertinggi yaitu Drynaria

  palutris 86,58% dan yang terendah Blechnum orientale

  Berdasarkan hasil penelitan yang dilakukan di Taman Hutan Kenali Kota Jambi disimpulkan bahwa keanekaragaman paku terestrial tergolong rendah (0,609) dan paku epifit juga tergolong rendah (0,539). Untuk jenis paku terestrial yang indeks nilai penting tertinggi adalah Stenochlaena

UCAPAN TERIMA KASIH

  Gleichenia linearis untuk bahan baku

  Semirata 2013 FMIPA Unila

  [14] .

  Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan indeks Shannon-Wiene r (H‘) diperoleh indeks keanekaragaman paku terestrial yaitu 0,609 (rendah) dan indeks keanekaragaman jenis paku epifit yaitu 0,539 (rendah). Indeks keanekaragaman jenis ini menunjukkan keanekaragaman jenis paku di kawasan Taman Hutan Kenali

  . Sedangkan

  Davalia denticulata

  dan

  Nephrolepis falcata, Nephrolepis bisserata ,

  untuk obat luka. Jenis tumbuhan paku yang dapat dimanfaatkan sebagai tanaman hias yaitu Asplenium nidus (paku sarang burung), Pteris vittata,

  Drynaria sparsisora

  Dengan selesainya pembuatan artikel ilmiah ini, perkenankanlah peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Kehutanan Kota Jambi sebagai pengelola Taman Hutan Kenali Kota Jambi yang telah memberi bantuan tenaga dan waktu selama pelaksanaan penelitian serta semua pihak yang telah banyak membantu terselesaikannya penelitian ini.

  DAFTAR PUSTAKA Indriyanto. (2005). Ekologi Hutan. Jakarta.

  Bumi Aksara.

  kerajinan tangan, Stenochlaena palutris untuk bahan makanan dan membuat perangkap ikan serta keranjang

  

Suraida, dkk: Keanekaragaman Tumbuhan Paku (Pteridophyta) di Taman Hutan Kenali

Kota Jambi

  nd ed. Wm. C. Brown Publ.

  Department of Agriculture Netherlands, India. Heyne, R.E. (1987). Tumbuhan Berguna

  Handbook to the Determination of the Fern of the Malaya Island . Bataula : The

  Government Printing Office Singapore. Rosenburgh, C.R. 1908. Malaya Fern

  nd ed.

  Holtum, R.E. (1959). Flora of Malaya, Volume II : Fern of Malaya. 2

  B. (2000). Sebaran dan Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Paku di Buku Sari Jambi. Bogor : IPB.

  (1974). Aims and method of vegetation ecology. John Wiley & Son, New York. Haryadi,

  Cox, G.W. (1967). Laboratorium manual of general ecology. WM.C. Brown Company Publishers, Dubuque, Iowa. Mueller-Dumbois, D. & H. Ellenberg.

  Dubuque.

  Brewer, J.E., & Zar, J.H. (1984). Field and Laboratory Methods for General Ecology. 2

  392| Semirata 2013 FMIPA Unila Irwan, Z.D. (1989). Ekosisten Komunitas dan Lingkungan. Jakarta : Bumi Aksara.

  Benjamin Cummings Pub. Co.Inc. California.

  nd ed.

  Institut Pertanian Bogor, Bogor: 104 hlm Barbour, M.G., Burk, J.H., & Pitts, W.D. (1987). Terrestrial plant ecology. 2

  Ekologi hutan Indonesia . Laboratorium ekologi hutan. Fakultas Kehutanan.

  . Kantor Kehutanan Kota Jambi, Jambi: 14 hlm. Soerianegara, I. & A. Indrawan. (1998).

  Bahan sosialisasi Hutan Kota

  (April,5,2011). Dinas Kehutanan. (2006).

  Jakarta : Erlangga. [Conservation International. (2011). Online at

  Burnie, D. (2008). Explorer Tumbuhan.

  Indonesia. Jilid I. Jakarta : Koperasi Karyawan Departemen Kehutanan Republik Indonesia.

Dokumen yang terkait