MENGURAI PERMASALAHAN DISTRIBUSI ZAKAT KEPADA FAKIR MISKIN: PENGALAMAN ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT BAZNAZ, DOMPET DHUAFA, DAN LAZIZMU

MENGURAI PERMASALAHAN DISTRIBUSI ZAKAT KEPADA FAKIR MISKIN: PENGALAMAN ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT BAZNAZ, DOMPET DHUAFA, DAN LAZIZMU

Fiqih Afriadi, Yulizar D Sanrego

Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) Tazkia Jl. Raya Darmaga Km 7 Jawa Barat E-mail: fiqih@tazkia.ac.id, Senapatie@yahoo.com

Abstract: The Problems Solving of Zakah Distribution for the needy Persons: the Experiences of Baznaz

Management, Dhuafa Finance, and Lazizmu. This paper tries to unravel the problems of distribution of zakah through clustering problems by using problem decomposition Analytic Network Process (ANP) method. Decomposition of the problem is done with the study of literature and indepth interviews with experts and practitioners who have in-depth knowledge and extensive experience in the world of zakah. This study also conducted a comparative analysis of priority of the various problems and its possible solutions. The results of this study indicate that some of the problems to be used as a main priority are; the lack of standards in the determination mustahik priority, yet the landscape and the data base mustahiq, mental problems and less of mustahik awareness and overlap distribution with government programs. While the two solutions as the top priority to be done ie; the establishment of a data base mustahiq, and cooperation, synergy and coordination between OPZ with the government, as well as with various of other institutions.

Keywords : zakah distribution; ANP; needy persons

Abstrak: Mengurai Permasalahan Distribusi Zakat kepada Fakir Miskin: Pengalaman Organisasi Pengelola Zakat

Baznaz, Dompet Dhuafa, dan lazizmu. Tulisan ini mencoba untuk mengurai berbagai permasalahan distribusi zakat melalui pengelompokan permasalahan dengan menggunakan metode dekomposisi masalah Analytic Network Process (ANP). Dekomposisi permasalahan dilakukan dengan studi literatur dan indepth interview dengan pakar dan praktisi yang mempunyai pengetahuan mendalam dan pengalaman luas dalam dunia zakat. Penelitian ini juga melakukan analisa perbandingan prioritas dari berbagai permasalahan dan beberapa pilihan solusi. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa beberapa permasalahan yang perlu dijadikan sebagai prioritas utama yaitu; belum adanya standar baku dalam penentuan mustahik prioritas, belum adanya landscape dan database mustahik, rendahnya mental dan kesadaran mustahik dan tumpang tindih distribusi dengan program pemerintah. Sedangkan dua solusi yang menjadi prioritas utama untuk segera dilakukan yaitu;pembentukan database mustahik dan kerjasama, sinergi serta koordinasi antar Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) dengan pemerintah, maupun dengan berbagai lembaga lainnya.

Kata kunci: distribusi zakat; ANP; fakir miskin

Pendahuluan

zakat yaitu pengentasan fakir miskin. Hal ini dapat Islam memiliki ajaran khusus berkaitan

dilihat dari masuknya ashnâf fakir miskin dalam dengan pengentasan kaum fakir miskin. Salah

delapan ashnâf yang Allah perintahkan diberikan satu ajaran Islam berkaitan dengan pengentasan 2 zakat kepada mereka.

kaum fakir miskin ini adalah perintah tentang Menurut sebagian besar ulama, ashnâf zakat. Zakat sebagai rukun Islam yang ketiga

fakir miskin ini merupakan ashnâf yang paling mempunyai peranan yang sangat penting dalam

perlu diutamakan untuk diberikan zakat kepada agama Islam. 3 1 Salah satu peranan penting dari mereka. Bahkan beberapa ulama menyarankan

1 Didin Hafidhuddin dan Irfan Syauqi Beik, “Zakat 2 Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, terj.Salman Harun, Didin Development : The Indonesia’s Experience”,disampaikan pada

Hafidhuddin, Hasanuddin, (Jakarta: PT Pustaka Litera Antar Seventh International Conference – The Tawhidi Epistemology:

Nusa, 2006), h. 510.

Zakat and Waqf Economy, Bangi: 2010, h. 1. 3 Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat..., h. 510.

MADANIA Vol. 20, No. 1, Juni 2016

agar tidak memberikan zakat kepada ashnâf golongan fakir miskin ini yang perlu diprioritaskan lain jika masih terdapat ashnâf fakir miskin yang

untuk diberikan dana zakat kepada mereka. membutuhkan dana zakat. 4 Studi dan diskusi tentang fakir miskin dalam

Faktanya tingkat kemiskinan di Indonesia konteks zakat di Indonesia memang masih relatif selalu di atas angka 10%. Walaupun terjadi fluktuasi

sedikit. 9 Bahkan kajian yang membahas khusus pada angka kemiskinan tersebut, akan tetapi

mengenai permasalahan distribusi dan berbagai angka 10% masih menunjukkan jumlah yang besar

solusinya masih sulit untuk ditemukan. Padahal jika melihat total populasi masyarakat Indonesia.

praktisi mustahik sangat membutuhkan panduan Untuk lebih jelasnya berikut penulis tampilkan

dan pemetaandalam permasalahan distribusi dana perkembangan kemiskinan Indonesia dari tahun

zakat.

ke tahun. Berangkat dari pentingnya amanah distribusi zakat kepada fakir miskin inilah maka artikel ini bertujuan untuk mengungkap permasalahan distribusi dana zakat kepada fakir miskin yang dihadapi oleh OPZ, urutan prioritas tingkat kepentingan dari berbagai permasalahan distribusi dana zakat kepada fakir miskin, solusi

Sumber : diolah dari data Badan Pusat Statistik Indonesia tahun

dari permasalahan distribusi dana zakat kepada

2000-2014

fakir miskin yang dapat dilakukan oleh OPZ, dan Di sisi yang lain permasalahan distribusi zakat

urutan prioritas tingkat kepentingan dari berbagai begitu kompleks, 5 kelemahan dan kekurangan

solusi permasalahan distribusi dana zakat kepada dalam pendistribusian zakat masih banyak

fakir miskin.

ditemukan. 6 Berbagai hambatan datang dari berbagai sisi baik itu sisi hambatan teknis,

Kerangka Teori

hambatan organisatoris, hambatan moral, Hasil penelitian terdahulu menunjukan

hambatan psikologis dan hambatan operasional. 7

berbagai permasalahan yang ada dalam proses Jumlah mustahik yang telah terlayani oleh OPZ distribusi zakat kepada fakir miskin. Dalam hasil dari peduduk miskin di Indonesia juga masih survei kinerja manajemen OPZ yang dilakukan relatif sedikit, yaitu hanya 9,03 persen dari

8 oleh Indonesia Magnificence of Zakat (IMZ), 10 penduduk miskin secara nasional. dijelaskan mengenai berbagai data-data empiris Dengan kenyataan banyaknya jumlah fakir

dari survey yang merka lakukan terhadap berbagai miskin dan kompleksnya permasalahan distribusi

OPZ di Indonesia. Survei ini selain mendata profil zakat, maka prioritas dan seleksi distribusi

OPZ secara umum juga melihat seberapa dalam dana zakat menjadi sangat penting. Organisasi

tingkat kemiskinan dan pengaruh OPZ dalam pengelola zakat (OPZ) harus jeli dan bekerja

mengurangi tingkat kedalaman kemiskinan keras dalam mendistribusikan dana zakat agar

tersebut.

tepat sasaran. OPZ harus paham betul mana dari Dalam sebuah studi distribusi zakat di

malaysia, 11 menyebutkan beberapa permasalahan

Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat..., h. 964. 5 Emmy Hamidiyah, Pendayagunaan Zakat Untuk

Pengentasan Kemiskinan, Mungkinkah?, dalam Kuntarno Noor 9 Kuntarno Noor Aflah, Menentukan Kriteria Fakir Miskin Aflah dan Mohd. Nasir Tajang, (ed.), Zakat dan Peran Negara,

dengan Ukuran Kebutuhan Konsumsi dan Pendidikan, dalam (Jakarta: Forum Zakat (FOZ), 2006), h. 126.

Kuntarno Noor Aflah dan Mohd. Nasir Tajang, (ed.), Zakat 6 Kuntarno Noor Aflah dan Mohd. Nasir Tajang (ed), Zakat

dan...,h. 149.

dan Peran..., h. x. 10 Nana Mintarti dkk, Indonesia Zakat & Development 7 Iskandar Zulkarnain, Perlunya Jaringan Bagi Pengelolaan

Report 2012, Membangun Peradaban Zakat Indonesia; Soal Zakat di Indonesia, dalam Kuntarno Noor Aflah dan Mohd.

Kebijakan dan Hal Lain yang Belum Paripurna, (Jakarta: Institut Nasir Tajang, (ed.), Zakat dan Peran..., h. 173.

Manajemen Zakat,2012), h. 5, 209, 114, 117, 119, 124, 127, 138, 8 Nana Mintarti, dkk, Indonesia Zakat & Development

Report 2012 Membangun Peradaban Zakat Indonesia; Soal 11 Hairunnizam Wahid dan Radiah Abdul Kader, Kebijakan dan Hal Lain yang Belum Paripurna, (Jakarta: Institut

“Localization Of Malaysian Zakat Distribution: Perceptions Manajemen Zakat,2012), h. 4.

Of Amil And Zakat Recipients”, disampaikan pada Seventh

Fiqih Afriadi: Mengurai Permasalahan Distribusi Zakat kepada Fakir Miskin

dan solusi dari distribusi zakat. Beberapa kaidah dan panduan dalam berbagai urusan umat permasalahan yang disebutkan antara lain; ketidak

Islam termasuk di dalamnya mengenai distribusi puasan dan persepsi negatif dari masyarakat

zakat. Beberapa kaidah dan panduan tersebut terhadap manajemen distribusi zakat, lambatnya

antara lain; memperbaiki diri sebelum memperbaiki distribusi zakat, connection gap antara mustahik

sistem, mendahulukan ilmu pengetahuan atas dan OPZ, tidak adanya data akurat mustahik,

amal perbuatan, prioritas amalan hati atas amalan penyelewengan distribusi zakat melaui pengisian

anggota badan, prioritas yang luas manfaatnya form pengajuan zakat oleh pihak yang tidak

atas perbuatan yang kurang bermanfaat, prioritas bertanggung jawab, birokrasi manajemen zakat

studi dan perencanaan pada urusan dunia, prioritas dan masalah geografis. Sedangkan solusi yang

fardu kifayah yang masih sedikit orang yang ditawarkan yaitu; lokalisasi pendistribusian

melakukanya, dan mendahulukan kepentingan zakat, penerapan syariah dan kemauan politik,

yang berkesinambungan atas kepentingan yang penggunaan teknologi pada seluruh aktifitas

sementara dan insidental. 14 distribusi zakat, amil yang terpercaya, dan

Adapun perbedaan penelitian ini dengan distribusi tanpa penundaan.

berbagai penelitian yang disebutkan di atas Tidak terlalu jauh berbeda dengan penelitian

yaitu penelitian ini fokus untuk melihat berbagai pertama di atas, dalam penelitian mengenai

permasalahan distribusi zakat dan solusi-solusi manajemen zakat di Brunei Darussalam diuraikan

yang mungkin di lakukan dan kemudian melihat beberapa permasalahan distribusi zakat yang

mana permasalahan dan solusi yang paling antara lain adalah sebagai berikut; banyaknya

prioritas untuk dilaksanakan. Penelitian ini akumulasi dana zakat sedangkan data jumlah

mengambil penelitian IMZ, Wahid dan Kader serta penerima sedikit, lebih banyak ditemukan

Abdullah dalam membantu mendekomposisikan kegagalan daripada dari distribusi dana zakat,

berbagai permasalahan dan solusi distribusi zakat kurangnya kepedulian publik, serta database yang

kepada fakir miskin. Sedangkan hukum zakat dan tidak lengkap. 12 Dalam penelitian tersebut juga

fiqih prioritas Yusuf Qardhawi dijadikan sebagai menawarkan beberapa solusi yaitu; kerjasama

pelengkap dalam pembahasan hasil penelitian. dan koordinasi yang lebih baik dengan agensi dan organisasi lain, Sumber Daya Manusia (SDM) yang

Metode Penelitian

lebih berpengalaman dan terlatih, melibatkan Penelitian ini merupakan penelitian analisis sukarelawan, implementasi komputerisasi sistem,

kualitatif yang berusaha untuk menangkap suatu publikasi dan penciptaan kesadaran zakat,

nilai atau pandangan yang diwakili para pakar Dalam pembahasan mengenai hukum zakat, 13 dan praktisi zakat tentang analisa permasalahan

menyebutkan beberapa permasalahan yang perlu dan solusi permasalahan distribusi dana zakat di untuk diperhatikan. Beberapa permasalahan

Indonesia. Oleh sebab itu, metodologi yang tepat ter sebut yaitu; problematika ketimpangan,

untuk penelitian ini adalah dengan Analitic Network problematika meminta-minta, problematika

Process (ANP). ANP adalah metodologi penelitian dengki dan rusaknya hubungan dengan sesama,

dengan pendekatan kualitatif non parametrik non dan problematika bencana.

Bayesian untuk proses pengambilan keputusan Dalam pembahasan yang lain yaitu al-Fiqh al-

dengan kerangka kerja umum tanpa membuat Aulâwiyyât atau fiqih prioritas, terdapat beberapa

asumsi-asumsi. 15

Wawancara dan studi literatur merupakan

sumber data untuk penyusunan kerangka

International Conference – The Tawhidi Epistemology: Zakat and

Waqf Economy, Bangi, 2010. 12 Rose Binti Abdullah, “Zakat Management In Brunei

Darussalam: A Case Study,” disampaikan pada Seventh 14 Yusuf Qardhawi, Fiqih Prioritas, Sebuah Kajian Baru International Conference – The Tawhidi Epistemology: Zakat and

Berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah, terj. Bahruddin F, (Jakarta: Waqf Economy, Bangi: 2010.

Rabbani Press, 2004), dirangkum dari keseluruhan buku. 13 Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, terj.Salman Harun, Didin

15 Ascarya, “Analytic Network Process (ANP): Pendekatan Hafidhuddin, Hasanuddin, (Jakarta: PT Pustaka Litera Antar

Baru Dalam Penelitian Kualitatif Volume 2 (Aplikasi),” Buku Nusa, 2006), h. 886-908.

Daras Metodologi Penelitian, (STEI-Tazkia, Bogor, 2010), h. 3.

MADANIA Vol. 20, No. 1, Juni 2016

model ANP dari analisa permasalahan dan solusi

5. Melakukan sintesis dan proses data (hasil permasalahan ditribusi dana zakat di Indonesia.

survei dalam bentuk pengisian kuesioner) Kerangka ANP yang telah disusun baru dapat

dengan menggunakan software ANP yaitu diselesaikan setelah tersedia data maupun

super decisions; dan

informasi preferensi/tanggapan/pendapat yang

6. Menganalisa hasil dan mengajukan diwakili oleh para pakar/ praktisi ekonomi Islam

rekomendasi strategi.

tentang permasalahan yang akan diteliti. Dalam tahap pertama, data diperoleh melalui

Untuk memperoleh data preferensi tersebut, wawancara mendalam dengan pertemuan digunakan kuesioner dan wawancara langsung

langsung kepada 3 pakar OPZ dan 3 praktisi

OPZ dan juga dengan melakukan berbagai data ini dititikberatkan bagi kalangan praktisi amil

kepada para pakar dan praktisi. 16 Pengumpulan

studi literatur. 19 Selanjutnya keenam responden maupun pakar untuk mendapatkan data-data yang

tersebut dijadikan sebagai responden untuk diperlukan untuk analisa kualitatif dalam kerangka

pengisian kuesioner perbandingan. 20 analisis yang akan digunakan. Jenis data yang

Setelah kuesioner perbandingan didapatkan, digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.

maka langkah selanjutnya adalah mencari skala Jika dibandingkan dengan metodologi

rasio. Tahapan dalam proses pencarian skala rasio Analytic Hierarchy Process (AHP), ANP memiliki

ini adalah sebagai berikut:

banyak kelebihan, seperti komparasi yang lebih

1. Pembandingan pasangan dari hierarki di- objektif, prediksi yang lebih akurat, dan hasil

cerminkan ke dalam matriks. yang lebih stabil dan kuat. ANP lebih bersifat

2. Kalikan matriks pangkat dua. umum dari AHP yang digunakan di multi-criteria

decision analysis. Struktur AHP merupakan suatu

3. Jumlahkan tiap barisnya, kemudian lakukan decision problem dalam bentuk tingkatan suatu

normalisasi untuk mendapatkan eigenvector. hirarki, sementara ANP menggunakan pendekatan

4. Ulangi langkah 2 dan 3 dan berhenti jika selisih jaringan tanpa harus menetapkan level seperti

antara eigenvector baru dan sebelumnya lebih pada hierarki yang digunakan dalam AHP. 17 kecil dari angka tertentu (misalnya sampai

Dalam rangka menyelesaikan penelitian ini,

empat angka desimal)

ada beberapa langkah yang harus ditempuh, dan Dalam melakukan empat tahapan tersebut diantaranya adalah: 18 penulis menggunakan software super decision

1. Melakukan studi literatur dan wawancara yang telah dikembangkan oleh Saaty. Sehingga yang mendalam tentang permasalahan

hanya perlu melakukan input hasil kuisioner yang dikaji kepada pakar dan praktisi yang

ke dalam software tersebut dan langsung bisa memahami dan menguasai masalah secara

didapatkan hasilnya. 21 Langkah terakhir yang komprehensif.

dilakukan yaitu menghitung rater agreement

2. Dekomposisi untuk mengidentifikasi, meng- dan kemudian menyajikan data tersebut dalam

bentuk grafik. 22

analisa dan menstruktur kompleksitas masalah kedalam jaringan ANP.

Hasil dan pembahasan

3. Menyusun dan membuat kuesioner per-

1. Dekomposisi Masalah

bandingan (pair-wise comparison) berdasarkan pada jaringan ANP yang telah dibuat;

Dekomposisi masalah merupakan tahapan pertama dan terpenting dalam penelitian yang

4. Melakukan wawancara kedua berupa pengisian kuesioner kepada pakar dan

19 Hasil dekomposisi masalah dapat dilihat pada lampiran

praktisi;

I dan II

20 Contoh kuisioner perbandingan dapat dilihat pada lampiran III

16 Lihat lampiran III 21 Hasil penghitungan dapat dilihat pada lampiran IV 17 Thomas L Saaty, Theory and Applications of the Analytic

22 Data yang dijadikan sumber grafik dapat dilihat pada Network Process, (Pittsburgh: University of Pittsburgh, 2005), h. 8.

lampiran V, contoh penghitungan rater agreement dapat 18 Ascarya, Analytic Network Process (ANP)..., h. 3.

dilihat pada lampiran VI

Fiqih Afriadi: Mengurai Permasalahan Distribusi Zakat kepada Fakir Miskin

menggunakan metodologi ANP. Tahapan ini OPZ, permasalahan yang datang dari mustahik, sangat mempengaruhi kualitas dan hasil pada

permasalahan yang datang dari pemerintah dan tahap-tahap selanjutnya. Dekomposisi masalah

permasalahan yang datang dari masyarakat dan merupakan proses menstrukturkan masalah

umum. Urutan prioritas dari kelima kelompok yang kompleks menjadi kerangka hierarki atau

permasalahan tersebut dapat dilihat pada grafik jaringan cluster, sub-cluster, sub-sub cluster, dan

di bawah ini:

seterusnya. 23 Dekomposisi masalah ini dilakukan dengan cara melakukan studi literatur, yaitu dari berbagai penelitian dan pemikiran para pakar dan praktisi.

Dari beberapa pendapat yang telah penulis kumpulkan dari para pakar dan praktisi melalui indepth interview (wawancara secara

W = 0,972222

mendalam) serta dari proses studi literatur, Hasil pengolahan data pada grafik di atas terdapat beberapa permasalahan yang masih

menunjukan urutan prioritas dari berbagai cluster menghambat perkembangan OPZ hingga sekarang

permasalahan distribusi zakat kepada fakir miskin. ini. Faktor-faktor tersebut dapat dilihat melalui

Permasalahan yang datang dari internal OPZ aspek internal, aspek antar OPZ, aspek mustahik,

menjadi prioritas pertama dengan nilai prioritas aspek pemerintah dan aspek masyarakat dan

sebesar (0,45). Responden memiliki kesamaan umum. Untuk lebih detailnya penjelasan mengenai

pendapat mengenai mana yang lebih prioritas aspek serta node pada setiap aspek dapat dilihat

diantara berbagai permasalahan tersebut. Hal pada tabel definisi operasional pada lampiran

itu ditunjukan dengan nilai rater agreement yang

1. Sedangkan untuk tabel literatur yang berisi

sangat tinggi (0,972222).

sumber literatur dari setiap elemen cluster atau Permasalahan internal sebagai prioritas node dapat dilihat pada lampiran II. Sedangkan

utama dengan nilai rater agreement yang tinggi secara garis besar kerangka konseptual jaringan

antar responden sangat sejalan dengan kaidah dekomposisi dapat dilihat pada gambar berikut :

fikih prioritas. Kaidah fikih prioritas tersebut yaitu kaidah dalam bidang reformasi yang

Gambar 3.1: Kerangka Konseptual Jaringan Dekomposisi

berbunyi “memperbaiki diri sebelum memperbaiki

• INTERNAL OPZ Permasalahan • MUSTAHIK • ANTAR OPZ

sistem”. Yang paling tepat ialah apabila kita

• MASYARAKAT DAN UMUM • PEMERINTAH

mempergunakan istilah yang dipakai oleh Alquran

Internal OPZ • Standarisasi ANTAR OPZ

MUSTAHIK

MASYARAKAT

yang berkaitan dengan perbaikan diri ini, yaitu:

• Penentuan • Transparansi Mustahik • Mafia Mustahik • Mental dan

• Keberpihakan PEMERINTAH Pemerintah

DAN UMUM

• Terlalu Fokus Mustahik Prioritas • Database Mustahik

• Kondisi Ekonomi Akademik • Kurang Jemput Bola Dukungan Institusi Distribusi • Overlap • Rendahnya

Program Lembaga • Ketimpangan • Egosime Lembaga • Pengetahuan dan Kesadaran

• Infrastruktur Undang-Undang

Perhatian Masyarakat

“...Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan

SOLUSI

• PEMBENTUKAN DATABASE • PENDIDIKAN DAN PENDAMPINGAN • KERJASAMA, SINERGI DAN KOORDINASI

suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan

• SERTIFIKASI AMIL DAN OPZ • PEMBENTUKAN PANDUAN DAN PERATURAN

yang ada pada diri mereka sendiri...” (Q.S. al-Ra`d [13]: 11)

Inilah sebenarnya yang menjadi dasar bagi setiap usaha perbaikan, perubahan, dan

2. Analisa Perbandingan Prioritas

pembinaan sosial, yaitu usaha yang dimulai dari

1. Hasil dan Analisis Permasalahan

individu (amil OPZ dan OPZ itu sendiri), yang Grafik berikut ini menunjukan hasil pengolahan

menjadi pondasi bangunan secara menyeluruh. data dari lima kelompok permasalahan. Kelima

Karena kita tidak bisa berharap untuk mendirikan kelompok permasalahan tersebut yaitu:

sebuah bangunan yang selamat dan kokoh kalau permasalahan internal OPZ, permasalahan yang

batu-batu pondasinya keropos dan rusak. 24 datang dari atau dikarenakan hubungan antar

23 Ascarya, Analytic Network Process (ANP)..., h. 8. 24 Yusuf Qardhawi, Fiqih Prioritas..., h. 260.

MADANIA Vol. 20, No. 1, Juni 2016

2. Hasil dan Analisis Aspek Permasalahan Internal

Para amil zakat di OPZ harus bekerja keras Beberapa permasalahan internal OPZ yang

untuk membuat skala prioritas bagi mustahik- dibahas pada penelitian ini yaitu tidak adanya

mustahik yang ada karena hal itu merupakan standar penentuan mustahik prioritas, terlalu

salah satu tugas pokok mereka. 29 Akan tetapi fokus kepada program lembaga dalam distribusi

alat untuk menentukan mustahik prioritas ini zakat, kurangnya transparansi dan kurangnya

masih belum ada yang praktis dan mudah untuk jemput bola dari OPZ. Sedangkan urutan prioritas

diaplikasikan. Antara satu OPZ dan OPZ lainya dari keempat permasalahan internal tersebut

pun mempunyai cara yang beragam dalam dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

menentukan mustahik prioritas. 30 Seringkali juga implementasi pemahaman hukum zakat yang terkait dengan kriteria orang-orang fakir-miskin kebanyakan dirumuskan dengan ukuran-ukuran

yang sangat sederhana. 31 Pada akhirnya ketiadaan tools ini menjadikan penyaluran zakat kepada mustahik prioritas menjadi terhambat.

Belum adanya standar baku penentuan W = 0,3

mustahik prioritas sebagai permasalahan Permasalahan internal OPZ yang paling prioritas

internal OPZ yang paling prioritas sesuai dengan untuk diatasi adalah belum adanya standar baku

kaidah fikih prioritas yaitu “Sesungguhnya ilmu penentuan mustahik prioritas (0,39) dan rendahnya

pengetahuan mesti didahulukan atas amal transparansi dari OPZ (0,33). Nilai rater agreement

perbuatan”, karena ilmu pengetahuanlah yang yang tidak terlalu tinggi (0.3) memperlihatkan

mampu membedakan antara yang hak dan yang bahwa terdapat perbedaan pendapat diantara

batil dalam keyakinan umat manusia; antara yang praktisi KJKS.Hal tersebut merupakan hal yang

benar dan yang salah di dalam perkataan mereka; wajar dikarenakan masing-masing OPZ memiliki

antara yang benar dan yang tidak benar di dalam prioritas permasalahan internal yang berbeda.

melakukan muamalah; antara tindakan yang halal Pada praktiknya seringkali OPZ mengalami

dan tindakan yang haram; antara yang terpuji dan kesulitan untuk membedakan antara mustahik

yang hina di dalam akhlak manusia; antara ukuran yang memang benar-benar membutuhkan

yang diterima dan ukuran yang ditolak; antara dengan mustahik yang sebenarnya tidak terlalu

perbuatan dan perkataan yang bisa diterima membutuhkan. 25 Belum lagi jika ada pihak yang

dan yang tidak dapat diterima. 32 Termasuk juga tidak bertanggung jawab mengaku sebagai

ilmu pengetahuanlah yang bisa membedakan mustahik padahal dia orang yang mampu. 26 mana mustahik yang prioritas untuk didahulukan

Kerumitan bertambah jika kebanyakan yang dan mana mustahik yang tidak prioritas dalam

mendistribusikan dana zakat. ini dikarenakan banyak sekali kasus yang terjadi

datang adalah individu perorangan. 27 Kerumitan

ketika individu yang datang ke OPZ bukanlah mustahik prioritas, bahkan praktisi OPZ sudah

IMZ pada tanggal 20 Agustus 2015 pukul 08.25-09.45 di Ciputat,

tidak asing lagi dengan berbagai modus penipuan

Tangerang Selatan, Bapak Hari Eko P pada tanggal 27 Juli 2015 yang mengatasnamakan mustahik. 28 pukul 09.05-10.25 di Menteng, Jakarta Pusat, dan Manager Divisi Research and Development Dompet Dhuafa pada tanggal

21 Agustus 2015 pukul 13.35-15.05 di Ciputat, Tangerang Selatan. 25 Sesuai dengan hasil indepth interview dengan manager

29 Sesuai dengan hasil indepth interview dengan Prof divisi pengembangan dan pengendalian Baznas pada tanggal

Didin Hafidhuddin pada tanggal 7 Juli 2015 pukul 07.00-08.15 14 Agustus 2015 pukul 09.15-11.00 di Kebon Sirih, Jakarta Pusat.

di Bogor.

26 Sesuai dengan hasil indepth interview dengan Kepala 30 Sesuai dengan hasil indepth interview dengan manajer Bagian Kerjasama Forum Zakat pada tanggal 27 Juli 2015 pukul

divisi pengembangan dan pengendalian Baznas pada tanggal 13.10-14.40 di Menteng, Jakarta Pusat.

14 Agustus 2015 pukul 09.15-11.00 di Kebon Sirih, Jakarta Pusat 27 Sesuai dengan hasil indepth interview dengan Kepala

31 Teten Kustiawan, Perlunya Standardisasi Mustahik Bagian Distribusi LazisMu pada tanggal 27 Juli 2015 pukul

di Indonesia, dalam Kuntarno Noor Aflah dan Mohd. Nasir 09.05-10.25 di Menteng, Jakarta Pusat.

Tajang,(ed.), Zakat dan Peran..., h. 27. 28 Sesuai dengan hasil indepth interview dengan Direktur

32 Yusuf Qardhawai, Fiqih Prioritas..., h. 60.

Fiqih Afriadi: Mengurai Permasalahan Distribusi Zakat kepada Fakir Miskin

3. Hasil dan Analisis Aspek Permasalahan Antar OPZ

per individu hingga sampai ke standar yang akan Hasil dekomposisi masalah menunjukan

di gunakan bersama. 35 Pada kenyataanya memang ada empat permasalahan yang datang dari atau

tidak semua lembaga zakat mempunyai data dikarenakan hubungan antar OPZ. Keempat 36 mustahiknya sampai pada NIK. Padahal NIK

permasalahan tersebut yaitu; egoisme lembaga, inilah yang direncanakan sebagai kunci standar minimnya database mustahik, ketimpangan 37 untuk data base mustahik.

distribusi dan tidak adanya standardisasi Masalah berikutnya adalah pembentukan mustahik. Adapun urutan prioritas dari keempat 38 database ini akan sangat mahal. Jangankan untuk

permasalahan tersebut dapat dilihat pada grafik membuat database untuk membuat landscape saja di bawah ini:

membutuhkan dana yang tidak sedikit. 39 Untuk membuat landscape dan database mustahik juga akan memerlukan sumber daya yang banyak, infrastruktur yang tidak sedikit dan energi yang

luar biasa. 40 Walaupun ada juga lembaga zakat yang dapat memanfaatkan landscape kemiskinan yang disusun oleh BPS, akan tetapi hal tersebut tidak cukup karena informasinya yang belum lengkap dan standar fakir miskin yang berbeda

W = 0,833333 antara BPS dan fakir miskin versi mustahik. 41

Permasalahan antar OPZ yang paling prioritas Tidak adanya landscape dan database untuk diatasi adalah tidak adanya landscap dan mustahik sebagai prioritas utama pada cluster

database mustahik (0,54). Nilai rater agreement permasalahan antar OPZ sesuai dengan kaidah

yang tinggi (0,833333) memperlihatkan bahwa fikih prioritas pada bab prioritas maksud dan terdapat kesamaan pendapat diantara praktisi

tujuan atas penampilan luar yang berbunyi dan pakar OPZ. “prioritas studi dan perencanaan pada urusan

Pada saat ini memang masih belum ada dunia”. Semua permasalahan di atas (termasuk integrasi data mustahik yang dimiliki oleh para

di dalamnya penyusunan landscape dan database OPZ, baik dalam lingkup yang kecil, apalagi untuk

mustahik) tidak dapat diketahui kecuali dengan lingkup nasional. Kondisi tersebut jelas tidak sehat.

ilmu pengetahuan dan kajian yang objektif, yang Bagaimana mungkin kita dapat merencanakan

sama sekali tidak emosional, bebas dari pelbagai pengentasan fakir miskin dengan baik kalau

berapa jumlah dan keberadaan fakir miskin saja kita tidak tahu. Bagaimana kita dapat menetapkan 35 Sesuai dengan hasil indepth interview dengan Manager

jumlah fakir miskin yang telah berhasil menjadi Divisi Research and Development Dompet Dhuafapada tanggal

21 Agustus 2015 pukul 13.35-15.05 di Ciputat, Tangerang Selatan.

muzaki kalau kriteria fakir miskin antara satu OPZ

36 Sesuai dengan hasil indepth interview dengan Kepala dengan OPZ lainya berbeda-beda. 33 Bagian DistribusiLazisMu pada tanggal 27 Juli 2015 pukul 09.05-

10.25 di Menteng, Jakarta Pusat.

Akan tetapi hal ini terbentur masalah lainya

37 Sesuai dengan hasil indepth interview dengan manager

yaitu ketiadaan laporan lengkap penyaluran dana

divisi pengembangan dan pengendalian Baznas pada tanggal 14 Agustus 2015 pukul 09.15-11.00 di Kebon Sirih, Jakarta Pusat.

ZIS dari seluruh lembaga, sehingga belum dapat

38 Sesuai dengan hasil indepth interview dengan Direktur

dipetakan manfaat yang telah dirasakan mustahik

IMZpada tanggal 20 Agustus 2015 pukul 08.25-09.45 di Ciputat,

34 dari penyaluran. Tangerang Selatan. Terutama permasalahan ini 39

Sesuai dengan hasil indepth interview dengan Manager

sangat mungkin datang dari internal masing-

Divisi Research. and Development Dompet Dhuafapada tanggal

masing OPZ terutama OPZ yang kecil-kecil.

21 Agustus 2015 pukul 13.35-15.05 di Ciputat, Tangerang Selatan 40 Sesuai dengan hasil indepth interview dengan manager

Mereka mungkin menyalurkan zakat dengan

divisi pengembangan dan pengendalian Baznas pada tanggal

baik kepada mustahik, tetapi tidak ada yang

14 Agustus 2015 pukul 09.15-11.00 di Kebon Sirih, Jakarta Pusat.

41 menjamin bahwa mereka mempunyai catatan Sesuai dengan hasil indepth interview dengan Kepala

Bagian Kerjasama Forum Zakat pada tanggal 27 Juli 2015 pukul 13.10-14.40 di Menteng, Jakarta Pusatdan Manager Divisi

33 Teten Kustiawan, Perlunya Standardisasi Mustahik..., h. 27. Research and Development Dompet Dhuafapada tanggal 21 34 Emmy Hamidiyah, Pendayagunaan Zakat..., h. 127.

Agustus 2015 pukul 13.35-15.05 di Ciputat, Tangerang Selatan.

MADANIA Vol. 20, No. 1, Juni 2016

pengaruh individual, lingkungan dan waktu sejauh Ketika mereka mendapat bantuan seperti model

BLT maka dapat dipastikan bantuan tersebut itu, mesti ada perencanaan sebelum melakukanya

yang dapat dilakukan oleh manusia. 42 Oleh karena

akan habis segera dalam beberapa saat. 47 Jadi dan harus diperhitungkan secara matematis dan

bisa dikatakan bahwa latar belakang mental dilakukan berbagai penelitian sebelum pekerjaan

dari masyarakat masih belum kuat, bahkan itu dilakukan. 43

beberapa dari mereka sudah mengarah kepada ketergantungan dari bantuan-bantuan langsung. 48

4. Hasil dan Analisis Aspek Permasalahan Mustahik

Tentu saja OPZ juga harus terlebih dahulu melihat Hasil analisis aspek permasalahan mustahik

bagaimana kondisi mustahik sesungguhnya. Jika beserta urutan prioritasnya dapat dilihat pada

mustahik kondisinya adalah terlilit hutang atau grafik dibawah ini:

sedang sakit yang membutuhkan uang banyak, maka kita juga tidak bisa menyalahkan mustahik jika zakat yang diberikan menjadi langsung habis dalam sesaat. 49

Pada akhirnya memang kesadaran dari mustahik itu sendiri yang menjadi kunci utamanya, mereka harus mempunyai kesadaran dari diri

W = 0,361111 sendiri bahwa mereka harus berusaha keluar dari lubang kemiskinan. Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa masih 50 Peran dari OPZ untuk

rendahnya mental dan kesadaran mustahik menjadi menumbuhkan kesadaran juga harus terus permasalahan yang datang dari mustahik yang

diusahakan, Karena kesulitan mustahik seringkali paling utama dengan skala prioritas sebesar (0,5).

tidak sesederhana yang ada di kepala amil OPZ, Rater agreement menunjukan angka (0,361111), hal

karena kesulitan mustahik juga seringkali akibat dari minimnya pengetahuan. ini berarti terdapat beberapa perbedaan pendapat 51

diantara responden mengenai urutan tingkatan Permasalahan rendahnya mental dan kesadaran prioritas dari permasalahan yang ada.

masyarakat menjadi pekerjaan rumah bersama, Salah satu permasalahan mental dari

tidak hanya OPZ tetapi juga para ulama, organisasi mustahik adalah mental meminta-minta.

Islam, lembaga dakwah dan juga pemerintah. Hal Permasalahan mental meminta-minta memang

ini dikarenakan permasalahan mental merupakan sudah menjadi karakter dari manusia yang tidak

permasalahan moralitas yang telah dijelaskan dalam

ayat yang muhkamat dalam Alquran, yang tidak sebagian besar dari mereka sebenarnya tidak

pernah merasa cukup. 44 Yang disesalkan adalah

dapat dipertentangkan lagi sehingga semua orang terlalu membutuhkan, dikarenakan mereka

memiliki pandangan yang sama. 52 menganggap diri mereka juga mempunyai hak

kemudian mereka datang untuk meminta dana

13.10-14.40 di Menteng, Jakarta Pusat

zakat. Mereka merasa diri sebagai orang msikin

47 Sesuai dengan hasil indepth interview dengan Kepala

padahal sebenarnya tidak.

Bagian Distribusi LazisMu pada tanggal 27 Juli 2015 pukul 09.05-10.25 di Menteng, Jakarta Pusat

Selain mental merasa sebagai orang miskin,

48 Sesuai dengan hasil indepth interview dengan manager

mental konsumtif juga menjadi kendala bagi

divisi pengembangan dan pengendalian Baznas pada tanggal

46 para praktisi OPZ dalam distribusi dana zakat. 14 Agustus 2015 pukul 09.15-11.00 di Kebon Sirih, Jakarta Pusat 49

Sesuai dengan hasil indepth interview dengan Prof Didin Hafidhuddin pada tanggal 7 Juli 2015 pukul 07.00-08.15 di Bogor

42 Yusuf Qardhawi, Fiqih Prioritas..., h. 84. 50 Sesuai dengan hasil indepth interview dengan Kepala 43 Yusuf Qardhawi, Fiqih Prioritas..., h. 83.

Bagian Kerjasama Forum Zakat pada tanggal 27 Juli 2015 pukul 44 Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, (Jakarta: PT Pustaka

13.10-14.40 di Menteng, Jakarta Pusat Litera Antar Nusa,2006), h. 889.

51 Sesuai dengan hasil indepth interview dengan Kepala 45 Sesuai dengan hasil indepth interview dengan manager

Bagian Distribusi LazisMu pada tanggal 27 Juli 2015 pukul divisi pengembangan dan pengendalian Baznas pada tanggal

09.05-10.25 di Menteng, Jakarta Pusat 14 Agustus 2015 pukul 09.15-11.00 di Kebon Sirih, Jakarta Pusat

52 Yusuf Qardhawi, Fiqih Prioritas, Sebuah Kajian Baru 46 Sesuai dengan hasil indepth interview dengan Kepala

Berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah, terj. Bahruddin F, (Jakarta: Bagian Kerjasama Forum Zakat pada tanggal 27 Juli 2015 pukul

Rabbani Press, 2004), h. 87.

Fiqih Afriadi: Mengurai Permasalahan Distribusi Zakat kepada Fakir Miskin

Hal ini sesuai dengan kaidah fikih prioritas untuk pendidikan juga yang paling mayoritas. 55 dalam bidang amal yang berbunyi “prioritas

Padahal pemerintah Indonesia sudah me- amalan hati atas amalan anggota badan”.

nganggarkan dana yang begitu banyak untuk Permasalahan mental dan kesadaran ini terkait

mendanai pendidikan. Pada akhirnya praktik dengan permasalahan hati, dan hati merupakan

seperti ini memunculkan ketidak adilan, dan hakikat manusia, sekaligus menjadi poros dari 56 distribusi zakat menjadi tidak tepat sasaran.

kebaikan dan kerusakannya. 53 Selain tumpang tindih dengan dengan pemerintah, tumpang tindih distribusi zakat juga

5. Hasil dan Analisis Aspek Permasalahan Pemerintah

seringkali terjadi diantara OPZ itu sendiri. Hal Hasil dekomposisi masalah menunjukan

ini dikarenakan lemahnya koordinasi dan tidak ada empat permasalahan yang datang dari sisi

adanya database mustahik yang menjadi pegangan pemerintah. Keempat permasalahan tersebut

bersama oleh OPZ. 57 Walaupun sebetulnya selama yaitu kurangnya keberpihakan dari pemerintah,

ini tidak begitu menakutkan apa yang dibayangkan minimnya infrastruktur yang disediakan oleh

ketika satu orang numpuk sekian juta kemudian menjadi sindikasi itu tidak. pemerintah, minimnya undang-undang dan 58 Bahkan pada kondisi peraturan tentang distribusi zakat serta terjadinya

tertentu ketika terjadi tumpang tindih, maka tumpang tindih antara program pemerintah

justru akan menjadi lebih optimal, dan terasa dengan program OPZ. Adapun urutan prioritas 59 percepatan untuk keluar dari kemiskinan itu.

dari keempat permasalahan tersebut dapat dilihat Tetapi bagaimanapun juga dari sisi manajemen pada grafik di bawah ini:

pengelolaan zakat itu menjadi sesuatu hal yang tidak baik karena masih banyak mustahik yang membutuhkan di daerah yang lain.

Keberpihakan dari pemerintah masih sangat diperlukan dalam bentuk niat baik dan dukungan pengembangan OPZ. 60 Namun sampai saat ini masih sangat minim kekuatan dari luar OPZ

termasuk juga dari sisi pemerintah. 61 Seperti W = 0,455556

yang terjadi pada Badan Amil Zakat (BAZ) daerah Permasalahan yang datang dari pemerintah

dimana hajat hidup BAZ daerah sangat tergantung yang paling prioritas untuk diatasi adalah adanya

kepada sosok kepala daerah. Jika pemerintah tumpang tindih antara program pemerintah dengan

daerah memiliki dukungan dan komitmen yang program OPZ (0,37) dan kurangnya keberpihakan

kuat untuk pengembangan zakatnya maka BAZ- dari pemerintah (0,34). Nilai rater agreement

yang sedang (0,455556) memperlihatkan bahwa

55 Sesuai dengan hasil indepth interview dengan manager

terdapat beberapa perbedaan pendapat diantara

divisi pengembangan dan pengendalian Baznas pada tanggal

praktisi dan pakar OPZ.

14 Agustus 2015 pukul 09.15-11.00 di Kebon Sirih, Jakarta Pusat 56 Sesuai dengan hasil indepth interview dengan manager

Tumpang tindih antara program pemerintah

divisi pengembangan dan pengendalian Baznas pada tanggal

seringkali terjadi diantaranya pada bidang

14 Agustus 2015 pukul 09.15-11.00 di Kebon Sirih, Jakarta Pusat

57 kesehatan dan pendidikan. Penelitian yang Sesuai dengan hasil indepth interview dengan Manager

Divisi Research and Development Dompet Dhuafapada tanggal

diadakan oleh Dompet Dhuafa menemukan bahwa

21 Agustus 2015 pukul 13.35-15.05 di Ciputat, Tangerang Selatan

satu kepala keluarga bisa mendapatkan kartu 58 Sesuai dengan hasil indepth interview dengan manager

divisi pengembangan dan pengendalian Baznas pada tanggal

kesehatan dari tiga lembaga yaitu dari BPJS dari

14 Agustus 2015 pukul 09.15-11.00 di Kebon Sirih, Jakarta Pusat

pemda dan dari Dompet Dhuafa sendiri. 54 59 Sesuai dengan hasil indepth interview dengan manager divisi pengembangan dan pengendalian Baznas pada tanggal

Disisi yang lain ternyata penyaluran zakat

14 Agustus 2015 pukul 09.15-11.00 di Kebon Sirih, Jakarta Pusat 60 Sesuai dengan hasil indepth interview dengan Kepala

Bagian Kerjasama Forum Zakat pada tanggal 27 Juli 2015 pukul 53 Yusuf Qardhawi, Fiqh Prioritas, Sebuah...,

13.10-14.40 di Menteng, Jakarta Pusat 54 Sesuai dengan hasil indepth interview dengan Manager

61 Sesuai dengan hasil indepth interview dengan Kepala Divisi Research and Development Dompet Dhuafapada tanggal

Bagian Distribusi LazisMu pada tanggal 27 Juli 2015 pukul 21 Agustus 2015 pukul 13.35-15.05 di Ciputat, Tangerang Selatan

09.05-10.25 di Menteng, Jakarta Pusat

MADANIA Vol. 20, No. 1, Juni 2016

62 nya akan maju dan begitu pula sebaliknya. 64 aktivis. Padahal untuk pengembangan organisasi Terjadinya tumpang tindih dalam distribusi

sangat dibutuhkan riset dan pengembangan yang dan kurangnya keberpihakan pemerintah sebagai

selalu berkesinambungan dengan praktik yang masalah yang paling prioritas pada cluster

dilakukan.

permasalahan yang berkaitan dengan pemerintah, Lembaga pendidikan mempunyai jumlah yang sesuai dengan kaidah fikih prioritas pada bab

banyak dan memiliki tenaga-tenaga muda yang prioritas dalam berbagai bidang amal yaitu

dapat diandalkan. Melalui lembaga pendidikan “prioritas yang luas manfaatnya atas perbuatan

diharapkan dapat mengumpulkan orang-orang yang kurang bermanfaat”, itulah yang antara

yang ikhlas, yang tidak memaksa dibayar lain para ulama salaf mengatakan, “kalau kami

profesional. Para mahasiswa ini dapat di training mempunyai doa yang lekas dikabulkan maka kami

terlebih dahulu untuk kemudian diperbantukan akan mendoakan penguasa karena sesungguhnya

misalnya untuk membuat laporan keuangan atau Allah dapat melakukan perbaikan terhadap 65 untuk sinergi melakukan berbagai penelitian.

banyak makhluknya dengan kebaikan penguasa Dalam bidang kajian dan penelitian banyak tersebut. 63

sekali permasalahan yang memerlukan penelitian mendalam. Seperti landscape mustahik, asessment

6. Hasil Analisis Aspek Permasalahan Masyarakat

mustahik, kajian efektifitas penyaluran, kajian

dan Umum

penyimpangan oleh mafia mustahik, dan berbagai Hasil analisis aspek permasalahan masyarakat

kajian-kajian lainya. Jadi ini yang menjadi keinginan dan umum beserta urutan prioritasnya dapat

ke depan, yaitu adanya pemihakan untuk di dilihat pada grafik dibawah ini:

dorong ke level yang lebih kuat terutama dalam kajian-kajian ilmiah dan riset-riset. 66

Kurangnya dukungan institusi akademik khususnya pada bidang riset dan kajian harus segera di sambut oleh institusi-institusi akademik. Hal ini sesuai dengan kaidah fikih prioritas pada bab prioritas maksud dan tujuan atas

W = 0,25 penampilan luar yang berbunyi “prioritas studi dan perencanaan pada urusan dunia”. Semua

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa permasalahan tidak dapat diketahui kecuali kurangnya dukungan dari institusi akademik dengan ilmu pengetahuan dan kajian yang objektif

menjadi permasalahan yang datang dari yang sama sekali tidak emosional dan juga bebas

masyarakat dan umum yang paling utama dari pelbagai pengaruh individual, oleh karena dengan skala prioritas sebesar (0,46). Rater itu mesti ada perencanaan sebelum melakukanya

agreement menunjukan angka (0.25), hal ini dan harus diperhitungkan secara matematis dan berarti terdapat beberapa perbedaan pendapat dilakukan berbagai penelitian sebelum pekerjaan

diantara responden mengenai urutan tingkatan itu dilakukan. 67 Akan tetapi, OPZ memiliki berbagai

prioritas dari permasalahan yang ada. keterbatasan sehingga membutuhkan dukungan Berkaitan dengan distribusi dari lembaga-

dari institusi akademik untuk melakukan berbagai lembaga zakat di Indonesia ini belum didukung

kajian dan riset-riset.

dengan kekuatan institusi akademik yang bagus dan kuat. Jadi kapasitasnya itu bukan kapasitas

64 Sesuai dengan hasil indepth interview dengan Kepala

profesional yang didukung disiplin imu, tetapi

Bagian Distribusi LazisMu pada tanggal 27 Juli 2015 pukul

yang ada di Indonesia ini baru pada kapasitas 09.05-10.25 di Menteng, Jakarta Pusat

65 Sesuai dengan hasil indepth interview dengan Direktur IMZ pada tanggal 20 Agustus 2015 pukul 08.25-09.45 di Ciputat,

62 Nana Mintarti dkk, Indonesia Zakat & Development

Tangerang Selatan

Report 2012 Membangun Peradaban Zakat Indonesia; Soal 66 Sesuai dengan hasil indepth interview dengan Kepala Kebijakan dan Hal Lain yang Belum Paripurna, (Jakarta: Institut

Bagian Kerjasama Forum Zakat pada tanggal 27 Juli 2015 pukul Manajemen Zakat, 2012).

13.10-14.40 di Menteng, Jakarta Pusat 63 Yusuf Qardhawi, Fiqih Prioritas, Sebuah..., h. 126.

67 Yusuf Qardhawi, Fiqih Prioritas, Sebuah...,, h. 83.

Fiqih Afriadi: Mengurai Permasalahan Distribusi Zakat kepada Fakir Miskin

Selain itu rendahnya kesadaran dan pe- Penyusunan database mustahik menjadi mahaman masyarakat terhadap kewajiban zakat

prioritas utama sebagai solusi dalam menyelesaikan menjadi masalah yang masih dihadapi OPZ hingga

berbagai permasalahan OPZ dengan angka saat ini. 68 Banyak kaum muslimin yang nyaris

prioritas (0, 46). Kemudian disusul prioritas kedua buta sama sekali tentang zakat. Tidak sedikit dari

yaitu kerjasama, sinergi dan koordinasi dengan mereka hanya mengetahui zakat fitrah, itupun

nilai prioritas (0, 23). Di urutan ketiga, keempat dengan pengetahuan yang sangat dangkal dan

dan kelima dengan tingkatan prioritas yang hampir minim. 69 Di sisi yang lain yang mengerti lebih

sama yaitu pendampingan dan pendidikan (0,13), banyak berdiskusi dan berwacana daripada

sertifikasi amil (0,09) dan pembentukan panduan implementasi, dan cenderung skeptis terhadap

dan peraturan oleh pemerintah (0,08). Nilai rater amil yang ada. 70

agreement sebesar (0.761111) menunjukan bahwa Kalau kita hendak bertanya: “apa yang bisa

secara umum terdapat kesamaan pendapat kita tunjukan bahwa umat Islam Indonesia telah

diantara responden dan hanya sedikit terjadi memperhatikan zakat?, maka jawabnya hampir-

perbedaan pendapat dalam menilai prioritas solusi hampir tidak ada. Jejak dan bukti lahiriyah praktik

menyelesaikan berbagai permasalahan distribusi zakat di Indonesia, nyaris tak berbekas. Seolah

zakat kepada fakir miskin.

selama ratusan tahun umat Islam di Indonesia, Dari berbagai solusi di atas, ada dua solusi zakatnya bagai ombak yang menggulung di

yang memiliki nilai prioritas yang cukup tinggi. tengah lautan, tapi hilang tak berbekas setelah

Yang pertama adalah pembentukan database

mustahik nasional dan yang kedua yaitu di Indonesia masih menganggap bahwa zakat

terhempas di tepi pantai. 71 Umat Islam, terutama

mempererat kerjasama, sinergi dan koordinasi adalah urusan individu, sehingga umat Islam tidak

dengan berbagai lembaga. Kedua solusi prioritas terlalu peduli dengan aturan yang dibuat oleh

tersebut sejalan dengan konsep fikih prioritas. pemerintah sebagai representasi negara yang

Solusi yang pertama yaitu pembentukan berkewajiban untuk mengelola zakat. 72 database mustahik nasional setidaknya sesuai

dengan beberapa kaidah fikih prioritas berikut:

7. Hasil dan Analisis Solusi Permasalahan

1. Prioritas ilmu atas amal. Hasil analisis dari berbagai solusi permasalahan

2. Prioritas studi dan perencanaan pada urusan distribusi zakat beserta urutan prioritasnya dapat

dunia.

dilihat pada grafik dibawah ini:

3. Prioritas amal yang berkelanjutan atas amal

yang terputus-putus.

4. Prioritas amalan yang luas manfaatnya atas perbuatan yang kurang bermanfaat.

5. Prioritas terhadap amal perbuatan yang lebih lama manfaatnya dan lebih langgeng kesannya.

W = 0,761111

6. Perbedaan tingkat keutamaan sesuai dengan

tingkat perbedaan waktu, tempat dan

Aries Muftie,“Optimalisasi Pengumpulan Zakat”, dalam Kuntarno Noor Aflah dan Mohd. Nasir Tajang, (ed.), Zakat dan

keadaan.

Peran Negara, (Jakarta: Forum Zakat(FOZ), 2006).

7. Prioritas fardu kifayah yang masih sedikit

Yahya, Muhammad Ridwan, Buku Pintar Fiqih dan Amaliyah Zakat, (Jakarta: Pustaka Nawaitu, 2007).

orang yang melakukanya.

70 Aries Muftie, “Optimalisasi Pengumpulan ...,

Sedangkan solusi yang kedua yaitu mem-

Juwaini, Ahmad,“Ketika Zakat Ditunaikan Melalui Lembaga”, dalam Kuntarno Noor Aflah dan Mohd. Nasir

pererat kerjasama, sinergi dan koordinasi dengan

Tajang,(ed.), Zakat dan Peran...,.

berbagai lembaga juga memiliki kesesuaian

72 Kuntarno Noor Aflah, “Menentukan Kriteria Fakir Miskin dengan Ukuran Kebutuhan Konsumsi dan Pendidikan”, dalam

dengan beberapa kaidah fikih prioritas berikut:

Kuntarno Noor Aflah dan Mohd. Nasir Tajang (ed.), Zakat dan

1. Mendahulukan kepentingan yang besar atas

Peran...,

MADANIA Vol. 20, No. 1, Juni 2016

kepentingan yang kecil. sinergi dan koordinasi, pendidikan dan

2. Mendahulukan kepentingan sosial atas pendampingan kepada mustahik, sertifikasi amil kepentingan individual.

dan OPZ serta yang terakhir yaitu pembentukan panduan dan peraturan. Dari lima solusi yang

3. Mendahulukan kepentingan yang banyak ada, solusi yang paling prioritas untuk dilakukan

atas kepentingan yang sedikit. saat ini yaitu pembentukan database mustahik

4. M e n d a h u l u k a n k e p e n t i n g a n y a n g

nasional.

berkesinambungan atas kepentingan yang sementara dan insidental.

5. Mendahulukan kepentingan masa depan yang LAMPIRAN I: TABEL SUMBER LITERATUR kuat atas kepentingan kekinian yang lemah.

Masalah/ solusi

Sumber literatur dan wawancara

6. Menolak kerusakan harus didahulukan atas

Transparansi

Hamidiyah, Aligori, Hidayat, Tsani,

pengambilan manfaat. Kasirin, Mintarti, Beik, Tanjung,

Haryono, Setyabudi, Muftie

Penentuan Mustahik

Kustiawan, Yahya, Hafidhuddin,

Penutup

Prioritas

Muttaqin, Hidayat, Purwanto, Setyabudi, Aligori,

Dekomposisi permasalahan distribusi zakat Terlalu Fokus Program menghasilkan lima cluster permasalahan distribusi Aflah, Tajang, Hidayat, Hafidhuddin,

Lembaga

Muttaqin, Purwanto,

zakat kepada fakir miskin yaitu, permasalahan

Kurang Jemput Bola

Hafidhuddin, Hidayat, Setyabudi,

yang datang dari internal OPZ, permasalahan dari hubungan antar OPZ, permasalahan yang Standarisasi Mustahik Kustiawan, Aligori,Hafidhuddin,

Hidayat, Setyabudi, Aflah, Tajang

datang dari sisi mustahik, permasalahan dari sisi

Database Mustahik

Hamidiyah, Kustiawan, Muttaqin,

pemerintah dan permasalahan dari masyarakat

Hafidhuddin, Hidayat, Purwanto,

dan umum.

Setyabudi, Aligori, Aflah, Tajang

Dari berbagai permasalahan tersebut

Egoisme Lembaga

Juwaini, Zulkarnain, Surur, Hafidhuddin, Muttaqin, Hidayat,

permasalahan yang datang dari Internal OPZ

Setyabudi, Aligori,

menjadi permasalahan yang paling prioritas.

Ketimpangan Distribusi Beik, Tanjung, Haryono, Tsani,

Permasalahan internal OPZ yang paling prioritas

Kasirin, Mintarti, Hafidhuddin,

adalah belum adanya standar baku dalam Muttaqin, Hidayat, Purwanto,

Setyabudi, Aligori

penentuan mustahik prioritas dan rendahnya

Mafia Mustahik

Muttaqin, Hidayat, Purwanto,

transparansi. Permasalahan antar OPZ yang

Setyabudi, Aligori,

paling prioritas adalah belum adanya landscape

Mental Dan Kesadaran Muttaqin, Hidayat, Purwanto,

dan database mustahik serta egoisme lembaga.

Aligori, Hafidhuddin

Rendahnya mental dan kesadaran menjadi masalah

Pengetahuan Dan

Muttaqin, Hidayat, Purwanto,

yang paling prioritas pada cluster permasalahan

Akses

Aligori,

yang datang dari mustahik. Kemudian pada cluster

Keberpihakan

Haryono, Tsani, Kasirin, Mintarti,

permasalahan yang datang dari pemerintah, Beik, Tanjung, Muttaqin, Hidayat,

Pemerintah

Purwanto, Setyabudi, Aligori

rendahnya keberpihakan pemerintah dan

Peraturan/ Undang-

Agung, Muttaqin, Hidayat,

terjadinya overlap program menjadi dua hal

undang

Purwanto, Setyabudi, Aligori,

yang menempati prioritas teratas. Sedangkan

Infrastruktur

Tajang, Aflah, Muttaqin, Hidayat,

pada cluster permasalahan yang datang dari

Setyabudi, Aligori,

masyarakat dan umum kurangnya dukungan

Overlap

Kustiawan, Muttaqin, Hidayat,

institusi akademik menjadi masalah yang paling

Purwanto, Aligori,

prioritas.

Kurangnya Dukungan

Muttaqin, Purwanto, Setyabudi,

Institusi Akademik

Hasil dekomposisi menghasilkan lima solusi