Analisa Penggunaan Bahan Bakar Bioethanol Dari Batang Padi Sebagai Campuran Pada Bensin

  Abstrak —Kandungan minyak bumi didunia semakin menipis, karena semakin bertambahnya kebutuhan manusia terhadap penggunaan minyak bumi sebagai bahan bakar. Dengan kondisi yang semakin menipis ini, cadangan minyak diprediksi hanya cukup untuk beberapa tahun ke depan. Semakin menipisnya kandungan minyak bumi menyebabkan harga bahan bakar melambung tinggi. Indonesia merupakan negara yang mempunyai sumber daya alam yang melimpah. Banyak kekayaan alam yang terdapat di Indonesia, dimana sektor pertanian merupakan salah satu urat nadi bangsa Indonesia. Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Melimpahnya sumber daya alam dan semakin menipisnya kandungan minyak bumi di Indonesia mendorong manusia beralih menggunakan bahan bakar alternative yang ramah lingkungan dan mempunyai jumlah atau stok yang banyak. Bahan bakar yang berasal dari alam disebut bioethanol. Salah satu sumber daya alam yang bisa digunakan untuk dijadikan bahan bakar yaitu Batang padi. Pada saat panen padi para petani hanya mengambil biji atau berasnya saja, sekam dan batang padi hasil panen dibuang begitu saja padahal sekam dan batang padi bisa digunakan untuk membuat bahan bakar alternative yaitu bioethanol. Penelitian ini membahas tentang bagaimana pembuatan bioethanol dari batang padi, kandungan ethanol dalam batang padi, uji performa mesin otto dengan variasi konsentrasi bahan bakar bensin dengan etanol dengan variasi 100% Bensin, 75% Bensin + 25%Etanol, 50% Bensin + 50% Etanol, 25% Bensin + 75% Etanol dan 100% Etanol. Serta dengan variasi pembebanan yaitu dengan menggunakan beban 500, 1000, 1500, 2000,2500 watt. Selain itu juga dilakukan penelitian emisi yang dihasilkan oleh bahan bakar bioethanol. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan bahan bakar bioethanol memilki kandungan ethanol sebesar 95% dan hasil uji performa dari mesin otto dengan menggunakan variasi konsentrasi bahan bakar dan variasi pembebanan menunjukkan bahwa Daya, RPM, Torsi dan SFOC dari penggunaan variasi bahan bakar dan pembebanan menunjukkan bahwa semua parameter tersebut mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan penggunaan bahan bakar bensin. Selain itu dari segi emisi yang dihasilkan, emisi NOx mengalami peningkatan.

  Kata Kunci — Bioethanol batang padi, Uji performance, Uji emisi I.

  PENDAHULUAN ANDUNGAN minyak bumi didunia semakin menipis dan semakin berkurang berdasarkan data Ditjen migas pada tahun 2004 menunjukkan bahwa ketersediaan minyak bumi di Indonesia sekitar 8.61 milyar barrel sedangkan data terbaru dari Ditjen migas tahun 2011 menunjukkan bahwa cadangan minyak bumi di Indonesia tersisa 7.73 milyar barrel. (Ditjen Migas, 2010). Dari data tersebut menunjukkan bahwa semakin berkurangnya kandungan minyak bumi di Indonesia. Hal ini mendorong manusia untuk mencari energy alternative untuk menggantikan penggunaan minyak bumi sebagai bahan bakar.

  Salah satu energy alternaif yang dapat digunakan untuk menggantikan minyak bumi sebagai bahan bakar adalah bahan bakar Bioethanol. Bioethanol (C

  2 H

  5 OH) merupakan salah satu biofuel yang

  hadir sebagai bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan dan sifatnya yang terbarukan. Merupakan bahan bakar alternatif yang diolah dari tumbuhan yang memiliki keunggulan karena mampu menurunkan emisi CO

  2

  hingga 18%, dibandingkan dengan emisi bahan bakar fosil seperti minyak tanah (Anonim, 2007a). Bioethanol dapat diproduksi dari berbagai bahan baku yang banyak terdapat di Indonesia, sehingga sangat potensial untuk diolah dan dikembangkan karena bahan bakunya sangat dikenal masyarakat. Tumbuhan yang potensial untuk menghasilkan bioethanol antara lain tanaman yang memiliki kadar karbohidrat tinggi, seperti tebu, nira, aren, sorgum, ubi kayu, jambu mete (limbah jambu mete), garut, batang pisang, ubi jalar, jagung, bonggol jagung, jerami, dan bagas (ampas tebu). (Gusmailina, 2010) Jerami padi mengandung kurang lebih 39% selulosa dan 27,5% hemiselulosa (dasar berat kering). Kedua bahan polisakarida ini, sama halnya dengan tetes tebu dapat dihidrolisis menjadi gula sederhana yang selanjutnya dapat difermentasi menjadi bioethanol. Potensi produksi jerami padi per ha kurang lebih 10-15 ton, keadaan basah dengan kadar air kurang lebih 60%. Jika seluruh jerami per ha ini diolah menjadi ethanol fuel grade ethanol (FGE), maka potensi produksinya kurang lebih 766-1.148 liter/ha FGE (perhitungan ada di lampiran). Dengan asumsi harga ethanol fuel

  grade (FGE) sekarang adalah Rp. 5500,- per liter (harga dari pertamina), maka nilai ekonominya kurang lebih Rp.

  4.210.765 hingga Rp. 6.316.148 /ha. (Gusmailina, 2010).

  

Analisa Penggunaan Bahan Bakar Bioethanol

Dari Batang Padi Sebagai Campuran Pada

Bensin

  

Andre Dwiky Kurniawan, Semin, dan Tjoek Suprajitno

Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia

e-mail : semin@its.ac.id

  K Potensi etanol dari jerami padi menurut Kim and Dale (2004) adalah sebesar 0.28 l/kg jerami. Sedangkan kalau dihitung dengan cara Badger (2002) adalah sebesar 0.20L/kg jerami. Dari data ini bisa diperkirakan berapa potensi etanol dari jerami padi di Indonesia, yaitu: berdasarkan perhitungan menurut Kim and Dale (2004) dengan menggunakan bahan baku jerami padi sebanyak 54,70 juta ton dapat menghasilkan etanol sebanyak 15,316 juta liter dan bahan baku jerami padi sebanyak 82,05 juta ton dapat menghasilkan etanol sebanyak 22,974 juta liter. Sedangkan perhitungan menurut Badger (2002) dengan menggunakan bahan baku jerami padi sebanyak 54,316 juta ton dapat menghasilkan etanol sebanyak 10,940 juta liter dan bahan baku jerami padi sebanyak 82,05 juta ton dapat menghasilkan etanol sebanyak 16,410 juta liter. (Jannah, 2010) II.

   Pembuatan Bioethanol dari Batang Padi

   Uji Performance Mesin

  Pada pengujian kadar etanol ini, telah dilakukan tiga kali pengujian, pertama dilakukan pengujian kadar etanol dari bahan fermentasi batang padi, hasil pengujian didapat masih banyak kandungan air lebih banyak dari pada kandungan etanol, hal ini dikarenakan belum dilakukan destilasi atau pemisahan antara kandungan air dan kandungan etanol. Pada pengujian pertama ini dilakukann dengan tujuan untuk

  Setelah didapat etanol hasil dari destilasi fermentasi batang padi, langkah selanjutnya untuk mengetahui kandungan etanol yang terdapat pada etanol hasil destilasi yaitu dilakukan uji lab.

   Hasil destilasi fermentasi batang padi

  B.

  Dari pembuatan bioethanol dari 30 kg batang padi menghasilkan tujuh liter air hasil fermentasi.

   Hasil pembuatan bioethanol

  III. HASIL DAN DISKUSI A.

  Pengujian kandungan emisi ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan emisi yang dihasilkan oleh bensin dengan bioethanol dari batang padi dicampur dengan bensin. Pengambilan sampel emisi pada pembebanan 500,1500,2500 watt tiap variasi konsentrasi bahan bakar, yaitu 100% Bensin, 75% Bensin + 25%Etanol, 50% Bensin + 50% Etanol, 25% Bensin + 75% Etanol dan 100% Etanol.

   Uji Emisi

  E.

  Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui performance dari mesin otto dengan menggunakan campuran bioethanol dengan bensin. Dengan menggunakan variasi konsentrasi bahan bakar yaitu 100% Bensin, 75% Bensin + 25%Etanol, 50% Bensin + 50% Etanol, 25% Bensin + 75% Etanol dan 100% Etanol. Serta dengan variasi pembebanan yaitu dengan menggunakan beban 500, 1000, 1500, 2000,2500 watt. Mesin yang digunakan untuk uji performance adalah genset dengan menggunakan mesin otto sebagai penggeraknya.

  Penelitian ini menggunakan bahan bakar campuran yaitu bensin dengan ethanol.Ethanol yang digunakan dalam penilitian ini menggunakan ethanol dari fermentasi batang padi dengan kadar ethanol sebesr 95%. Penelitian ini menggunakan variasi konsentrasi bahan bakar yaitu dengan variasi 100% Bensin, 75% Bensin + 25%Etanol, 50% Bensin + 50% Etanol, 25% Bensin + 75% Etanol dan 100% Etanol. Variasi konsentrasi bahan bakar ini akan digunakan untuk uji performance mesin dengan bahan bakar campuran antara D.

  Dalam pembuatan bioetanol dari batang padi, terdapat beberapa langkah dalam proses pembuatannya. Langkah pertama yaitu persiapan bahan baku pembuatan etanol dari batang padi. Etanol didapat dengan cara fermentasi batang padi.

   Komposisi Campuran Ethanol

  C.

METODE PENELITIAN A.

  Sebelum dilakukan uji performance pada mesin terlebih dahulu dilakukan engine set-up, dengan tujuan untuk mengetahui daya maksimal yang dapat dihasilkan oleh motor, putaran mesin, Spesific Fuel Oil Consumption (SFOC), serta beban yang dapat diterima oleh mesin. Dari hasil engine set- up, didapatkan daya maksimal yang dapat dihasilkan oleh mesin yaitu 2500 watt, serta pembebanan yang dapat diterima oleh mesin yaitu 500, 1000, 1500, 2000, dan 2500 watt. Pada pengambilan sampel emisi menggunakan beban 500,1500,dan2500watt.

  Mesin yang digunakan dalam penelitian ini adalah genset dengan spesifikasi yaitu: Merk :Champion Generator Type : CG7000H-DXEA Daya : 2500 watt (max) RPM : 2800 RPM

   Data Mesin

  B.

  Destilasi adalah memisahkan komponen - komponen yang mudah menguap suatu campuran cair dengan cara menguapkannya (separating agentnya panas), yang diikuti dengan kondensasi uap yang terbentuk dan menampung kondensat yang dihasilkan. Uap yang dikeluarkan dari campuran disebut sebagai uap bebas, kondensat yang jatuh sebagai destilat dan bagian campuran yang tidak menguap disebut residu. (Warren L. Mc Cabe, 1993)

  C C.

  Destilasi adalah metode pemisahan berdasarkan perbedaan titik didih. Proses ini dilakukan untuk mengambil alkohol dari hasil fermentasi. Destilasi dapat dilakukan pada suhu 80°C, karena titik alkohol 78°C. sedangkan titik didih air 100

  Langkah kedua dalam pembuatan bioetanol ini yaitu dengan pemisahan kandungan air yang masih terdapat dalam hasil dari fermentasi batang padi sehingga didapatkan kandungan etanolnya saja. Langkah ini dilakukan dengan cara destilasi.

  Langkah pembuatannya yaitu menghaluskan batang padi dengan cara dipotong-potong atau digiling sehingga menjadi potongan-potongan kecil. Langkah selanjutnya yaitu dengan menempatkan pada wadah dan dicampuri dengan ragi, kemudian ditutup selama 14 hari. Setelah 14 hari akan didapatkan hasil fermentasi dari batang padi.

  Tabel III..3.1.1 Tabel III.3.2.1 Tabel RPM VS SFOC 100% bensin RPM VS SFOC 75% bensin+ 25% ethanol

  Beban Beban No. RPM No. RPM

  SFOC SFOC watt watt (gr/kWh)

  (gr/kWh) `1 500 2505.3 1 500 2431.2 2940.475

  3273.776 2 1000 2020.6 2 1000 1919.6 1758.938

  3246.497 3 1500 1890.5 3 1500 1763 1433.638

  2288.633 4 2000 1786.7 4 2000 1744.5 1425.387

  1826.617 5 2500 1765.9 5 2500 1734.6 1423.175

  1769.899 Tabel III.3.1.2 Tabel III.3.2.2 DAYA VS SFOC 100% bensin DAYA VS SFOC 75% bensin+ 25% ethanol

  Beban Beban Daya

  Daya No. No. SFOC

  SFOC (kW) (kW) watt watt (gr/kWh)

  (gr/kWh) 1 500 0.500 1 500 0.500 2940.475

  3273.776 1758.938 3246.497 3 1500 4.500

  3 1500 4.500 1433.638 2288.633 4 2000 8.000

  4 2000 8.000 1425.387 1826.617 5 2500 12.500

  5 2500 12.500 1423.175 1769.899 Tabel III..3.3.1

  RPM VS SFOC 50% Bensin + 50% Ethanol

  mengetahui apakah terdapat kandungan etanol pada hasil

  Beban

  fermentasi batang padi. Pengujian kedua dilakukan setelah

  No. RPM SFOC

  hasil fermentasi batang padi telah dilakukan destilasi, dari

  watt (gr/kWh)

  hasil pengujian kedua ini didapatkan hasil masih banyaknya

  1 500 2202.9 3248.758

  kandungan air yang terdapat pada hasil pengujian destilasi. Hal

  2 1000 1992.2

  ini dikarenakan pengujian destilasi yang tidak maksimal. Pada

  1762.802

  pengujian ketiga didapatkan hasil yaitu, kandungan etanol

  3 1500 1885.3 1378.249

  yang terdapat pada hasil destilasi yaitu sebanyak 95%. Pada

  4 2000 1789.6 1140.046

  pengujian etanol ini masih belum maksimal karena proses

  5 2500 1752.2

  destilasi dilakukan dengan alat destilasi sederhana. Hasil

  986.765

  maksimal bisa didapatkan apabila proses destilasi dilakukan dengan menggunakan proses destilasi bertingkat untuk dilihat bahwa penggunaan daya yang paling efisien pada daya mendapatkan kadar etanol yang lebih banyak. 4500 kW dengan pembebanan 1500 dan sfoc 1433.638 gr/kWh.

  C.

   Hasil uji performance dengan menggunakan variasi 2) 75% Bensin + 25% Ethanol bahan bakar

  Pada uji performance ini didapatkan data menggunakan variasi konsentrasi bahan bakar dan variasi pembebanan, yaitu: Dari tabel III.3.2.1 menunjukkan bahwa semakin

  Dari pengambilan data uji performance mesin dengan meningkatnya putaran motor atau rpm, semakin besar juga variasi konsentrasi bahan bakar dan variasi pembebanan konsumsi bahan bakar yang digunakan oleh mesin. Dari tabel didapat data sebagai berikut:

  III.3.2.1 juga dapat dilihat penggunaan bahan bakar yang

  1) 100% Bensin

  paling efisien terletak pada rpm 1919.6 dengan pembebanan 1000 watt dan sfoc 3246.497 gr/kWh. Dari tabel III..3.1.1 menunjukkan bahwa semakin meningkatnya putaran motor atau rpm, semakin besar juga konsumsi bahan bakar yang digunakan oleh mesin. Dari

  Dari tabel III.3.2.2 menunjukkan bahwa semakin besar gambar tabel III..3.1.1juga dapat dilihat penggunaan bahan daya yang dihasilkan semakin turun konsumsi bahan bakar bakar yang paling efisien terletak pada rpm 1890.5 dengan yang digunakan oleh mesin. Dari tabel III.3.2.2 dapat dilihat pembebanan 1500 watt dan sfoc 1433.638 gr/kWh. bahwa penggunaan daya yang paling efisien pada daya 8000 kW dengan pembebanan 2000 dan sfoc 1826.617 gr/kWh. Dari tabel III.3.1.2 menunjukkan bahwa semakin besar daya yang dihasilkan semakin turun konsumsi bahan bakar Tabel III.3.3.2 DAYA VS SFOC 50% Bensin + 50% Ethanol No.

  Beban Daya (kW) SFOC

  Beban RPM SFOC (gr/kWh) watt 1 500 2145.8

  Dari tabel III.3.5.2 menunjukkan bahwa semakin besar daya yang dihasilkan semakin turun konsumsi bahan bakar yang digunakan oleh mesin. Dari tabel tabel III.3.5.2 juga dapat dilihat bahwa penggunaan daya yang paling efisien pada daya 2000 kW dengan pembebanan 500 dan sfoc 6678.533 gr/kWh.

  III..3.5.1 juga dapat dilihat penggunaan bahan bakar yang paling efisien terletak pada rpm 1874.4 dengan pembebanan 1000 watt dan sfoc 6678.533 gr/kWh.

  Dari tabel III..3.5.1 menunjukkan bahwa semakin meningkatnya putaran motor atau rpm, semakin besar juga konsumsi bahan bakar yang digunakan oleh mesin. Dari tabel

  5) 100% Ethanol

  Dari tabel III.3.4.2 menunjukkan bahwa semakin besar daya yang dihasilkan semakin turun konsumsi bahan bakar yang digunakan oleh mesin. Dari tabel III.3.4..2 juga dapat dilihat bahwa penggunaan daya yang paling efisien pada daya 2000 kW dengan pembebanan 1000 dan sfoc 1546.626 gr/kWh.

  1.625 2 500 2431.2 1.539 3 500 2202.9 1.509 4 500 2096 1.447 5 500 1874.4 1.317

  Beban RPM Torsi N.m watt 1 500 2505.3

  6678.533 Tabel III.3.6.1 RPM VS TORSI 100% ethanol No.

  (gr/kWh) watt 1 500 0.500 2 1000 2.000

  Beban Daya (kW) SFOC

  No.

  2 1000 1874.4 6678.533 Tabel III.3.5.2 DAYA VS SFOC 100% Ethanol

  Tabel III..3.5.1 RPM VS SFOC 100% Ethanol No.

  (gr/kWh) watt 1 500 0.500 3248.758 2 1000 2.000 1762.802 3 1500 4.500 1378.249 4 2000 8.000 1140.046 5 2500 12.500 986.765

  Dari tabel III..3.4.1 menunjukkan bahwa semakin meningkatnya putaran motor atau rpm, semakin besar juga konsumsi bahan bakar yang digunakan oleh mesin. Dari tabel tabel III..3.4.1juga dapat dilihat penggunaan bahan bakar yang paling efisien terletak pada rpm 1928.5 dengan pembebanan 1000 watt dan sfoc 1951.881 gr/kWh.

  4) 25% Bensin + 75% Ethanol

  Dari tabel III.3.3.2 menunjukkan bahwa semakin besar daya yang dihasilkan semakin turun konsumsi bahan bakar mesin. Dari tabel III.3.3.2 dapat dilihat bahwa penggunaan daya yang paling efisien pada daya 8000 kW dengan pembebanan 2000 dan sfoc 1140.046 gr/kWh.

  III.3.3.1 dapat dilihat penggunaan bahan bakar yang paling efisien terletak pada rpm 1885.3 dengan pembebanan 1500 watt dan sfoc 1378.249 gr/kWh.

  Dari tabel III.3.3.1 menunjukkan bahwa semakin meningkatnya putaran motor atau rpm, semakin besar juga konsumsi bahan bakar yang digunakan oleh mesin. Dari tabel

  3) 50% Bensin + 50% Ethanol

  (gr/kWh) watt 1 500 0.500 3560.282 2 1000 2.000 1951.881 3 1500 4.500 1546.626

  Beban Daya (kW) SFOC

  DAYA VS SFOC 25% Bensin + 75% Ethanol No.

  3560.282 2 1000 1928.5 1951.881 3 1500 1800.7 1546.626 Tabel III.3.4.2

  Beban RPM SFOC (gr/kWh) watt 1 500 2096

  Tabel III..3.4.1 RPM VS SFOC 75% Bensin + 25% Ethanol No.

  Pada percobaan menggunakan bahan bakar 100 % etanol, data yang diperoleh hanya dengan pembebanan 500, dikarenakan mesin mati karena tidak dapat dibebani lagi.

  6) RPM VS TORSI Pada Pembebanan 500 watt

  Dari tabel III.3.6.1 dapat dilihat bahwa torsi maksimum pada pembebanan 500 watt adalah pada putaran 2505.3 dengan torsi sebesar 1.625 N.m.

IV. KESIMPULAN

  Setelah dilakukan pembuatan bioethanol dari batang padi, pengambilan sampel serta pengujian terhadap mesin, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1.

  Kadar ethanol yang terkandung dalam hasil destilasi fermentasi batang padi sebesar 95%.

  2. Dari hasil uji performance mesin dengan variasi konsentrasi bahan bakar yaitu 100% bensin, 75% bensin + 25% ethanol, 50% bensin + 50% ethanol, 25% bensin + 75% ethanol dan 100% etanol dapat disimpulkan bahwa daya, sfoc, torsi dan Rpm dari variasi konsentrasi bahan bakar bensin + ethanol lebih tinggi daripada konsumsi bahan bakar dari pada daya, sfoc, torsi dan Rpm mesin dengan menggunakan bensin.

  3. Dari hasil pengujian emisi dapat disimpulkan bahwa campuran bahan bakar bioethanol menghasilkan emisi NOx yang lebih tinggi daripada bahan bakar murni.

V. SARAN

  Perlu percobaan kembali jika dilakukan pada kecepatan tetap tetapi beban berubah ubah dan pada beban tetap tetapi kecepatan berubah.

  UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam lancarnya pengerjaan skripsi ini serta doa dan dukungan semua pihak agar skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik

  DAFTAR PUSTAKA

  [1] Ditjen Migas.2010.”Statistik minyak bumi.” [2] Gusmailina, Sri Komarayati, “Prospek bioethanol sebagai pengganti minyak tanah

  ” (2010). [3] Jannah, Asyeni Miftahul , “Proses fermentasi hidrolisat jerami padi untuk menghasilkan bioethanol.

  ” (2010) [4] Musanif, Jamil, “BIO-ETHANOL” (2008) [5] Patriayudha, Devanta Bayu Prasetyo dan Fajar, “Pemakaian gasohol sebagai bahan bakar.”

  [6] Putra, Myanp, Prarancangan pabrik fuel grade ethanol dari batang sorgum.” (2009) [7]

  Wirahadikusumah, Muhammad, “Biokimia metabolism energy karbohidrat dan lipid.” (1985) [8] vanirawan, bagas, “Bioethanol dari jerami.” (2010)