Gerakan Sosial Melalui Sosio Drama Berbasis Kearifan Lokal Untuk Meningkatkan Nasionalisme Daerah Pedalaman

  Proceeding of Community Development Volume 1 (2017): 36-40; DOI: https://doi.org/10.30874/comdev.2017.6 “Memberdayakan Masyarakat Melalui Inklusi dan Literasi Keuangan untuk Pembangunan”

  

Gerakan Sosial Melalui Sosio Drama Berbasis Kearifan Lokal Untuk

Meningkatkan Nasionalisme Daerah Pedalaman

Ahmad Sudi Pratikno, Dewi Nur Masita

  

Universitas Negeri Yogyakarta

Jl. Colombo No. 1, Karangmalang, Sleman, Yogyakarta 55281

E-mail: ahmadsudi.ibnsuman@gmail.com; masitadewinur@gmail.com

  

Abstrak

Gerakan sosial merupakan upaya yang dilakukan untuk memberikan manfaat bagi orang lain. Namun,

dalam konteks penanaman karakter, penelitian mengenai gerakan sosial melalui sosio drama berbasis

kearifan lokal sangat terbatas jumlahnya. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti peningkatan karakter

nasionalisme melalui gerakan sosial berupa sosio drama. Subjek penelitian adalah siswa Sekolah Dasar

(SD) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) yang berada di daerah pedalaman. Metode penelitian yang

digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi,

observasi, dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternyata peningkatan karkater

nasionalisme hanya timbul saat bermain sosio drama saja, mereka akan kembali pada karakter

sebelumnya. Penanaman karakter membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga perubahan karakter

tidak serta merta terjadi.

  Kata Kunci: gerakan sosial; sosio drama; kearifan lokal; karakter nasionalisme.

  

Abstract

Social movement is an effort to provide benefits to others. However, within the context of cultivating the

character, research on social movement through socio-drama based on local wisdom is very limited. This

study aims to examine the increasing character of nationalism through social movements in the form of

socio-drama. Research subjects were elementary and secondary students residing in rural area. This

research used qualitative and descriptive method. Data collection techniques were documentations,

observations, and interviews. The results showed that the increased character of nationalism only arise

when playing socio-drama only, they would return to the previous character. Cultivating the character

values need a long time, so the change of character did not necessarily happen.

  Keywords: social movement; socio-drama; local wisdom; nationalism character PENDAHULUAN

  Kondisi masyarakat di suatu tempat mencerminkan pola interaksi, budaya, dan kebiasaan bersosial bagi orang-orang yang tinggal di suatu lingkungan. Budaya yang terbangun ditengah-tengah masyarakat akan memunculkan ciri khas atau karakteristik di masing-masing daerah, misalnya budaya kesenian reog ponorogo, kerapan sapi di Madura, dan kebudayaan lainnya. Gerakan sosial yang dilaku- kan memiliki tujuan untuk menanamkan karakter nasionalisme. Gerakan sosial dapat dipelopori oleh agen aktif masyarakat (Kim, Kim, & Yoo, 2014). Melalui pemberdayaan masyarakat penananam karakter akan lebih mudah dengan mengaitkan kearifan lokal yang ada di suatu daerah. Selain itu, kearifan lokal disuatu daerah dapat merevitalisasi nilai-nilai budaya yang sudah mulai tenggelam dan dilupakan oleh generasi muda seperti cerita rakyat, legenda, dan dongeng asli daerah. Revitalisasi yang dapat dilakukan tidak hanya menjaga agar budaya tidak punah, namun juga upaya dalam menjaga agar desa tradisional, desa adat tidak punah dan hiilang (Gao & Wu, 2017). Salah satu contohnya dengan mempromosikan melalui sektor pariwisata seperti yang ada di Bali.

  

Ahmad Sudi Pratikno, Dewi Nur Masita

  Karakter mengandung nilai-nilai yang baik serta tercermin dalam setiap sikap yang muncul dalam diri seseorang. Karakter yang kuat dan terpatri dalam diri akan terwujud dalam perilaku sehari-hari. Karakter secara koheren memancar dari hasil olahpikir (intellectual development), olahhati (spiritual and

  

emotional development), olahraga (physical development), serta olahrasa (affective development) dan

  karsa (creativity development) sesorang atau suatu kelompok masyarakat (Salahudin dan Alkrienciechie, 2013: 42). Berkaitan dengan hal tersbeut, tujuan pendidikan karakter menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2011), yakni mengembangkan nilai-nilai yang membentuk karkater bangsa yakni Pancasila yang meliputi:

  1. Mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia berhati baik, berpikrian baik, dan berperilaku baik; 2.. Membangun bangsa yang berkarakter Pancasila;

  3. Mengembangkan potensi warganegara agar memiliki sikap percaya diri, bangga pada bangsa dan negaranya serta mencintai umat manusia.

  Pemerintah saat ini sedang menggalakkan gerakan Pendalaman Pendidikan Karakter (PPK) yang diinisasi oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Pendidikan Karakter menjadi penting karena dalam beberapa penelitian menunjukkan nilai moral dan norma kesopanan generasi muda Indonesia sudah mulai hilang.

  Secara etimologis kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta “budhayah”, yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal (Nuswantoro, 2015). Keberagaman budaya yang ada di Indonesia merupakan sesuatu yang harus dijaga dan dilestarikan bersama. Keberagaman ini menunjukkan kekayaan budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Budaya dapat berupa seni tari, seni lukis, seni kriya, karya sastra, dan senin patung. Apabila ditinjau dari asal wilayahnya, budaya dapat berbeda-beda, contohnya budaya jawa, budaya sunda, budaya batak, budaya dayak, budaya bugis, serta budaya-budaya lain. Salah satu budaya yang diangkat dalam penelitian ini adalah budaya jawa.

  Budaya jawa memiliki karakteristik yang luwes dan lembut. Hal ini tercermin pada perilaku masyarakat jawa yang kesehariannya menggunakan bahasa dan bertegur sapa satu sama lain. Namun, seiring berjalannya waktu, budaya yang dahulu terkenal bahwa, masyarakat jawa bertutur kata lembut, berperilaku sopan, sekarang perlahan mulai luntur. Salah satu penyebabnya adalah ekspansi teknologi informasi yang semakin masif. Dampak yang diakbatkan oleh perkembangan teknologi ini dirasakan mulai dari orang tua hingga para remaja, bahkan anak-anak. Permaian game online, akses media sosial yang berlebihan memunculkan problematika baru. Selain dampak negatif yang ditimbulkan dapat berimbas pada kesehatan, juga perilaku seseorang sehari-hari akan berubah. Contohnya orang yang dahulu bangun pagi membuka jendela dan menghirup udara segar, sekarang kebiasaan tersebut mulai luntur karena orang sekarang saat bangun tidur mereka mengecek notifikasi whatsapp di smartphone masing-masing. Tidak jarang juga ditemui siswa SD sudah memiliki akun Instagram, padahal umur mereka belum sampai 17 tahun. Perlunya pengawasan orangtua dan guru harus ditingkatkan secara berangsur-angsur. Tentu harapannya dampak positif dari perkembangan teknologi semakin dirasakan oleh berbagai kalangan.

  Indikasi lain yang dirasakan tentang dampak negatif yakni adanya penurunan karakter nasionalisme. Nasionalisme merupakan salah satu dari 18 nilai karakter yang diinisasi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Nasionalisme merupakan rasa cinta terhadap tanah kelahiran. Bahkan terdapat fatwa yang berbunyi “ḥubbul waṭan min al-īmān” artinya cinta tanah air adalah sebagian dari iman. Pentingnya cinta tanah air memberikan benteng yang kokoh bagi keutuhan suatu negara. Negara akan aman dan tenteram tanpa diselimuti oleh propaganda dan perpecahan.

  Oleh sebab itu, untuk mengembalikan rasa nasionalisme yang mulai luntur dapat diupayakan untuk revitalisasi dan reaktualisasi budaya asli Indonesia. Revitalisasi dan reaktualisasi budaya berarti

  

Ahmad Sudi Pratikno, Dewi Nur Masita

  memunculkan dan menyegarkan kembali budaya-budaya asli Indonesia yang saat ini sudah mulai menghilang. Apabila dikorelasikan dengan kondisi saat ini, terutama pada generasi muda, reaktualisasi dan revitalisasi budaya dapat diterapkan pada pembelajaran di sekolah maupun kegiatan di luar kelas, salah satunya berupa kegiatan sosio drama.

  Sosio drama merupakan bagian dari adegan sosial masyarakat yang dilakukan melalui alur skenario yang telah dirancang sebelumnya berdasarkan fakta sejarah masa lampau. Sosio drama dapat dilakukan di ruang terbuka maupun di dalam kelas. Pada saat sosio drama diterapkan, para generasi muda terutama siswa akan merasakan sendiri dan meresapi nilai-nilai yang terkandung di dalam cerita yang diperankannya. Sosio drama bertujuan untuk melatih siswa dalam bersastra, merevitalisasi dan mereaktualisasi nilai-nilai budaya, serta menumbuhkan kecintaannya. Melalui sosio drama, siswa akan lebih mudah memahami nilai-nilai budaya maupun amanat yang terkandung dalam sebuah cerita. Hal ini dikarenakan mereka terlibat secara aktif dan langsung sehingga memberikan kesan bahwa kejadian tersebut hampir serupa dengan aslinya.

  Unsur di dalam sosio drama disesuiakan dengan kearifan lokal yang ada, sehingga amanah yang ada dalam cerita rakyat, legenda, maupun dongeng dapat diserap dan dimaknai di dalam diri masing- masing siswa yang ikut serta pada kegiatan tersebut. Kegiatan sosio drama berbasis kearifan lokal dapat menggerakkan para generasi muda setempat untuk sadar dan peduli dengan cerita rakyat, legenda, maupun mite asli daerah. Para pelaku yang terlibat di dalam sosio drama ini merupakan anak-anak desa yang berasal dari berbagai latar belakang dan jenjang pendidikan yang berbeda. Kearifan lokal juga tersebar di berbagai wilayah Indonesia dengan berbagai karakteristik dan keunikan masing-masing (Kartikawangi, 2017). Hal tersebut merupakan bentuk kebanggan bagi bangsa Indonesia, karena memiliki keberagaman yang banyak namun tetap utuh dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.

  Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya meneliti tentang penananamn karakter berbasis kearifan lokal (Kim, Kim, Yo, 2014; Patriadi, Bakar, Hamar, 2015; Liao, Chan, 2016; Osman, & Farahat, 2017), namun sedikit sekali yang menggunakan sarana sosio drama sebagai wadah menerapkan nilai karakter nasionalisme pada siswa atau generasi muda pada umumnya.

  Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dilakukan penelitian mengenai upaya merevitalisasi dan mereaktualisasi karakter nasionalisme generasi muda Indonesia berupa gerakan sosial melalui kegiatan sosio drama.

  METODE

  Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan karakter nasionalisme melalui gerakan sosial berbentuk sosio drama sebagai wadah bagi generasi muda untuk meningkatkan karkater nasionalisme. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa SD dan MTs di sebuah sekolah negeri di wilayah pedalaman provinsi DIY (Daearh Istimewa Yogyakarta).

  Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi, observasi, dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif dengan menjabarkan segala kegiatan yang telah diakukan selama penerapan sosio drama.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Gerakan sosial melalui kegiatan sosio drama berbasis kearifan lokal memberikan gambaran bahwa penanaman nilai-nilai karakter dapat maksimal dalam bentuk gerakan dan praktik nyata, bukan

  

Ahmad Sudi Pratikno, Dewi Nur Masita

  hanya sekedar teori. Akan tetapi, setelah dianalisis hingga beberapa waktu berikutnya, karakter nasionalisme yang telah diajarkan dalam bentuk sosio-drama masih kurang maksimal. Indikasinya adalah karakter nasionalisme dalam diri siswa masih lemah.

  Hasil dalam penelitian ini didukung oleh teori sosial yang dipelopori oleh Albert Bandura. Albert Bandura (1977), menyatakan bahwa terdapat ada tiga hal yang saling berpengaruh pada saat manusia belajar (entah belajar akademik maupun belajar dari lingkungan), yakni diri sendiri (pribadi), lingkungan, dan tingkah laku. Perilaku siswa dipengaruhi oleh ketiga faktor. Guru dan orangtua seharusnya mampu mengontrol secara penuh pengaruh ketiga faktor tersebut pada lingkungan di sekolah maupun di keluarga.

  Penanaman nilai-nilai karakter terutama karakter nasionalisme membutuhkan proses yang cukup lama. Karakter bukan hal yang serta merta dapat dilihat hasilnya dalam waktu singkat, namun lebih kepada bagaimana proses penanamannya dan kondisi siswa. Solusinya adalah dengan keteladanan guru yang setiap hari dilihat oleh siswa sebagai figur panutan siswa dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Kedua, peran orangtua dalam mendidik anaknya di rumah merupakan hal penting dalam penanaman karakter. Perlu adanya proses yang membutuhkan waktu karena pembentukan karakter bukan sesuatu yang instan dan matematis yang dapat langsung dilihat hasilnya. Semua proses membutuhkan usaha dan kesabaran.

  SIMPULAN

  Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan, dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan pendidikan karakter nasionalisme perlu dilakukan dengan melibatkan berbagai unsur dengan usaha dan kesabaran. Hasil dari kegiatan sosio drama tidak dapat dilihat secara cepat, sehingga untuk peningkatan rasa nasionalisme tidak serta merta meningkatkan kesadaran mereka untuk berperilaku nasionalis dan patriotis. Hal inilah yang menjadi temuan utama dalam penelitian ini. Bahwa sosio drama hanyalah upaya kecil untuk meningkatkan karakter nasionalisme siswa. Semua tergantung dari kondisi siswa, keadaan siswa, latar belakang siswa, serta upaya guru, orangtua, dan pemerintah secara maksimal.

  Saran dalam penelitian ini adalah agar terus digalakkan gerakan social terutama untuk meningkatkan penanaman nilai-nilai karakter luhur bangsa Indonesia, agar generasi muda Indonesia tidak semakin kehilangan jati diri dan identitasnya dalam berkehidupan dan berbangsa.[]

   DAFTAR PUSTAKA Bandura, A. (1977). Social learning theory. New Jersey: Prentice Hall.

  Gao, J., & Wu, B. (2017). Revitalizing traditional villages through rural tourism: A case study of Yuanjia Village, Shaanxi Province, China. Tourism Management. 63(2017), 223-233. doi:10.1016/j.tourman.2017.04.003

  Kartikawangi, D. (2017). Symbolic convergence of local wisdom in cross

  • –cultural collaborative social responsibility: Indonesian case. Public Relations Review, 43(2017), 33-45. doi:10.1016/j.pubrev.2016.10.012

  Kim, J. W., Kim, Y., & Yo, J., J. (2014). The public as active agents in social movement: facebook and gangjeong movement. Computer in Human Behavior, 37(2014), 144-151. doi:10.1016/j.chb.2014.04.038

  

Ahmad Sudi Pratikno, Dewi Nur Masita

  Liao, K., H., & Chan, J., K., H. (2016). What is ecological wisdom and how does it relate to ecological knowledge?. Landscape and Urban Planning, 155(2016), 111-113. doi: 10.1016/j.landurbplan.2016.07.006 Nuswantoro, U. D. (2015). Kebudayaan dan masyarakat. Retrieved from: http://eprints.dinus. ac.id/14516/1/%5BMateri%5D_Bab_04_kebudayaan_dan_masyarakat.pdf

  Osman, K. A., & Farahat, B. I. (2017). The conservation of the waterfront of Saida: A model for tourism and culture-led revitalization in valuable areas. HBRC Journal, doi:10.1016/j.hbrcj.2017.02.003 Patriadi, H. B., Bakar, M., Z., A., & Hamar, Z. (2015). Human security in local wisdom perspective:

  Pesantren and its responsibility to protect People. Procedia Social and Behavioral Sciences, 28(2015), 100-105. doi: 10.1016/j.proenv.2015.07.015

  Pompimon, C. Wallapha, A., & Prayuth, C. (2014). Strategy challenges the local wisdom applications sustainability in schools. Procedia Social and Behavioral Sciences, 112(2014), 626-634. doi:

  10.1016/j.sbspro.2014.01.1210

  Salahudin, Anas dan Alkrienciechie, I. (2013) Pendidikan Karakter Pendidikan Berbasis Agama dan Budaya Bangsa. Bandung: Pustaka Setia .(3).

Dokumen yang terkait

Kemampuan Masyarakat dan Budaya Asing Dalam Mempertahankan Budaya Lokal di Kecamatan Datuk Bandar Emi Wakhyuni, D.S.Sari, N.A Siregar, D.N Pane, Anwar Adnalin, Febrilian Lestario, Rusiadi, Rizal Ahmad, Abdi Setiawan, M.T Daulay Abstrak - View of KEMAMPUAN

0 0 7

View of Efektivitas Ekstrak Daun Kejibeling untuk Meningkatkan Fagositosis Makrofag dan Produksi Roi Makrofag “Studi Eksperimental pada mencit Swiss yang diinfeksi Staphylococcus aureus”

0 0 7

Kata Kunci : Digitalisasi, Kearsipan, Client-Server, TWAIN 1. PENDAHULUAN - Penerapan Fasilitas TWAIN Untuk Digitalisasi Kearsipan Pada PT. PLN Area Flores Bagian Barat Berbasis Client-Server

0 1 7

Kewirausahaan (Entreprenuership) Berbasis Manajemen Strategik bagi Wirausaha Baru di Kecamatan Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan

0 1 10

Pengembangan Ekowisata Berbasis Industri Kreatif Berwawasan Kearifan Lokal di Palangkaraya

0 0 10

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengelolaan Sampah Menjadi Nilai Ekonomis dan Pembentukan Bank Sampah di Kelurahan Tanjung Barat

1 5 5

Sedekah Sampah sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendidikan Anak Usia Dini di Kauman Tamanan Banguntapan Bantul

1 1 6

Meningkatkan Peran Mobilisasi Sosial dalam Membentuk Sinergi antara Pemerintah dan Non-Govermental Organization (NGO) dalam Upaya Pemberdayaan Ekonomi di Daerah Tertinggal

0 0 11

Peran Dana Zakat Produktif terhadap Peningkatan Penghasilan Melalui Bantuan Modal Usaha Kecil dan Mikro

1 4 16

Konstruksi Harmoni Keberagaman Masyarakat Pedesaan Berbasis Masjid

0 0 11