Ahmad Hady Wiyono, Etika Belajar Dalam Al-Qur’an

  

ETIKA BELAJAR DALAM AL-QUR’AN

(Kajian Tafsir Maudhu’i)

Ahmad Hady Wiyono

  wiyono.ady@gmail.com

  Abstract This paper examines the ethics of learning in the Qur'an, the Qur'an does not explicitly mention that the study is ethical but there are some verses of Qur'an which discuss exaltation for someone who increase their knowledge. Humans when present on earth empty, and as time goes by the name of the process need to know, know that using ethics, which is still much to learn without the use of ethics. As when selecting teachers as instructors, the place will be studying. The Qur'an was revealed for the good of all mankind, it is not necessary to not understand what is in it. The Qur'an teaches mankind to be patient in learning, sincere in search of knowledge, and also explained in order to ask when finding something difficult case to understand the lesson. The companions of the Prophet when seeking knowledge, striving to always be in front when the prophet was about to deliver his message, to come at the beginning of the assembly.

  Keywords: Ethics, Learning, Tafsir Maudhui. Pendahuluan

  Islam meletakkan ilmu sebagai asas dalam pembangunan diri manusia dan alam seluruhnya. Tuntutan pertama dan utama terhadap manusia ialah saran menuntut ilmu. Halini telah diperkukuh dengan turunnya wahyu pertama yang diterima oleh Rasulullah SAW dalam surah Al-‘Alaq ayat 1-5:

  َﻖَﻠَﺧ يِﺬﱠﻟا َﻚِّﺑَر ِﻢْﺳﺎِﺑ ْأَﺮْـﻗا ) ١ ( ٍﻖَﻠَﻋ ْﻦِﻣ َنﺎَﺴْﻧﻹا َﻖَﻠَﺧ ) ٢ (

  ُمَﺮْﻛﻷا َﻚﱡﺑَرَو ْأَﺮْـﻗا ) ٣ ( َﻠَﻘْﻟﺎِﺑ َﻢﱠﻠَﻋ يِﺬﱠﻟا ِﻢ ) ٤ (

  َﻢﱠﻠَﻋ ْﻢَﻠْﻌَـﻳ َْﱂ ﺎَﻣ َنﺎَﺴْﻧﻹا ) ٥ (

  Artinya:“(Wahai Muhammad bacalah) dengan nama Tuhanmu yang menciptakan (sekalian mahkluk), Dia menciptakan manusia dari sebuku darah beku, bacalah dan Tuhanmu yang Maha pemurah, yang mengajar manusia melalui pena dan tulisan, Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”. (QS. Al-Alaq/ 96: 1-5).

  1 1 Departement Agama RI, Al-Quran Dan

  Realisasi perintah tersebut tidak mengharuskan adanya suatu teks tertulis sebagai objek bacaan, tidak pula harus diucapkan sehingga terdengar oleh orang lain karena dalam kamus-kamus ditemukan aneka ragam arti dari kata tersebut adalah bisa menyampaikan, menela’ah, membaca, meneliti, mendalami.

  2 Membaca adalah lambang dari segala

  apa yang dilakukan oleh manusia, baik yang sifatnya aktif maupun pasif. Kalimat tersebut dalam pengertian dan semangatnya ingin menyatakan “bacalah demi Tuhanmu, bergeraklah demi Tuhanmu, bekerjalah demi Tuhanmu,jadilah seluruh kehidupanmu, 2 Kata Iqra’ diambil dari kata

  kerja qara’a yang pada mulanya berarti menghimpun. Apabila kita merangkai huruf kemudian mengucapkan rangkaian tersebut maka kita sudah menghimpunnya yakni membacanya.

  Lihat Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, Wujudmu, dalam cara dan tujuanmu, kesemuanya demi karena Allah semata”.

3 Di dalam menuntut ilmu terdapat

  sesuatu yang amat penting yang perlu diketengahkan, yaitu adab menuntut ilmu. Adab menuntut ilmu ini adalah sangat penting untuk menjamin kualitas ilmu yang dipelajarinya. Karena antara menuntut ilmu yang berkesan ialah dengan keridhaan dari gurunya. Adab-adab ilmu bukan seperti adab-adab yang lainnya dari segi membuahkan hasil, namun ia memiliki tatacaranya yang tersendiri yang mesti diketahui oleh penuntut-penuntutnya dan dijadikan pakaiannya sepanjang hayatnya. Inilah hiasan sejati yang tidak boleh lekang dan ditanggal selama-lamanya.

  diulas tentang etika belajar dan menuntut ilmu dalam al-Qur’an dengan menganalisa ayat-ayatyang berhubungan dengan etika belajar dengan pendekatan tafsir maudhu’i (tematik). Al-Qur’an sebagai kalam Allah SWT yang notabene berbeda dengan kalam manusia, tentu hanya Dialah satu-satunya yang paling mengerti maksudnya.Sebagai petunjuk hidup, tentu manusia harus berupaya memahaminya dengan pemahaman yang mendekati pemiliknya. Pada konteks seperti inilah, tafsir atas ayat- ayat Al-Qur'an diperlukan.

  5 3 Ibid,. 394. 4 Mohammad Subki Abdul Rahman, Martabat Ilmu & Ulama’ (Selangor: PSN Publications, 2012), 93. 5 Istilah tafsir merujuk kepada al-Qur’an sebagaimana tercantum di dalam ayat 33 surat Al-

  Furqan yang artinya : “Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya”. Pengertian inilah yang dimaksud dalam lisan al- ‘Arab dengan “kasyf al-mughaththa yaitu membukakan sesuatu yang tertutup dan “tafsir” tulis Ibn Manzhur ialah membuka dan menjelaskan maksud yang sukar dari suatu lafal. Lihat Ibn

  Penulisan ini dilakukan dengan menggunakan metode tafsir maudhu’i dengan mencari dan mengumpulkan data- data ilmiah yang relevan dan objektif dengan tema yang dibahas terutama yang terdapat dalam kitab-kitab tafsir para ‘ulama, kitab-kitab tafsir dan pendidikan para salaf al-shalih serta kitab-kitab/buku tafsir dan pendidikan kontemporer saat ini.

  6 Definisi Etika Belajar

  Secara etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethikos, ethos (adat, kebiasaan, praktek). Sebagaimana digunakan Aristoteles, istilah ini mencakup ide “karakter” dan “disposisi” (kecondongan). Kata moralis diperkenalkan ke dalam kosa kata filsafat oleh Cirero. Baginya kata ini ekuivalen dengan kata ethikos yang diangkat oleh Aristoteles. Kedua istilah itu menyiratkan hubungan dengan kegiatan praktis.

4 Oleh karena itu, dalam tulisan ini akan

  7 Dengan demikian menurut pengertian

  yang asli, yang dikatakan baik itu apabila sesuai dengan kebiasaan masyarakat. Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak); kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; nilai mengenai nilai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Kata etika pun 6 Metode tafsir mawdhu’i juga disebut

  dengan metode tematik karena pembahasannya berdasarkan tema-tema tertentu yang terdapat dalam Al-Qur’an. Ada dua cara dalam tata kerja metode tafsir mawdhu’i yaitu yang pertama, dengan cara menghimpun seluruh ayat-ayat Al-Quran yang berbicara tentang satu masalah (mawdhu’i/tema) tertentu serta mengarah kepada satu tujuan yang sama, sekalipun turunnya berbeda dan tersebar dalam pelbagai surah Al-Qur’an. Kedua, penafsiran yang dilakukan berdasarkan surah Al-Qur’an. Lihat Abd Muin Salim, Metodologi Ilmu Tafsir (Jakarta: Teras,2005), 47. 7 dapat diartikan dengan adab dalam bahasa Arab yaitu aduba, ya’dabu, adaban, yang mempunyai arti bersopan santun, beradab.

8 Sedangkan secara terminologi,

  beberapa ahli menguraikan definisi etika sebagai berikut, Mulyadhi Kartanegara mengatakan etika adalah filsafat moral atau ilmu akhlak, tidak lain daripada ilmu atau seni hidup (the art of living) yang mengajarkan bagaimana cara hidup bahagia, atau bagaimana memperoleh kebahagiaan.

9 Ahmad Amin mengatakan

  etika adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh sebagian manusia kepada lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.

  Di kalangan kaum muslimin ramai yang beranggapan bahwa mencari ilmu itu merupakan perkara yang wajib karena ia adalah ibadah.Islam secara mutlaq mendorong para pengikutnya untuk menuntut ilmu sejauh mungkin, bahkan sampai ke negeri Cina.Hal ini menunjukkan bahwa jauhnya letak suatu negara tidaklah menjadi masalah, sebagai ilustrasi unik terhadap kemuliaan nilai ilmu pengetahuan. Lihat Abdurrahman Mas’ud, Menggagas Format Pendidikan Nondikotomik, (Yogyakarta, Gema Media, 2002), 24-27. 13 Muhammad Quraish Shihab, Wawasan al-

  13 Imam Raghib al- 12 Demikianlah ayat-ayat tentang keunggulan ilmu.Dalam Islam mereka yang tekun mencari ilmu lebih dihargai daripada mereka yang beribadah sepanjang masa. Kelebihan ahli ilmu, al- ‘alim daripada ahli ibadah, al-‘abid, adalah seperti kelebihan Muhammad atas orang Islam seluruhnya.

  ‘Ilm dari segi etimologi berarti kejelasan, karena itu segala yang terbentuk dari akar katanya mempunyai ciri kejelasan. Ilmu adalah pengetahuan yang jelas tentang sesuatu.

  12

  golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.

  “Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap

  اَذِإ اﻮُﻌَﺟَر ْﻢِﻬْﻴَﻟِإ ْﻢُﻬﱠﻠَﻌَﻟ َنوُرَﺬَْﳛ

  اﻮُﻬﱠﻘَﻔَـﺘَﻴِّﻟ ِﰱ ِﻦﻳِّﺪﻟٱ اوُرِﺬﻨُﻴِﻟَو ْﻢُﻬَﻣْﻮَـﻗ

  ﻦِﻣ ِّﻞُﻛ ٍﺔَﻗْﺮِﻓ ْﻢُﻬْـﻨِّﻣ ٌﺔَﻔِﺋﺎَﻃ

  ْﻮَﻠَـﻓ َﻻ َﻔَـﻧ َﺮ

  Al-Qur’an juga telah memperingatkan manusia agar mencari ilmu pengetahuan, sebagaimana dalam al-Qur’an surat at- Taubah ayat 122 disebutkan:

  beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.

  “Allah akan meninggikan orang-orang yang

  َﻢْﻠِﻌْﻟٱاﻮُﺗوُأ ٍﺖَٰﺟَرَد

  ِﻊَﻓْﺮَـﻳ ﱠ ٱ ْﻢُﻜﻨِﻣاﻮُﻨَﻣاَءَﻦﻳِﺬﱠﻟٱ َﻦﻳِﺬﱠﻟٱَو

  manusia akan menjadi sengsara. Tidak hanya itu, al-Qur’an bahkan memposisikan manusia yang memiliki pengetahuan pada derajat yang tinggi. Al-Qur’an surat al- Mujadalah ayat 11 menyebutkan:

10 Definisi belajar secara umum dapat

  VII; (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), 3. 11 Kadar M Yusuf,Tafsir tarbawi pesan pesan

  Indonesia Terlengkap(Surabaya : Pustaka Progressif, 1997), 462. 9 Mulyadhi Kartanehara, Menembus Batas Waktu: Panorama Filsafat Islam. Cet. II; (Bandung: Mizan, 2005), 67. 10 Ahmad Amin, Etika Ilmu Akhlak. Cet.

  Al-Qur’an telah berkali-kali menjelaskan pentingnya pengetahuan. Tanpa pengetahuan niscaya kehidupan 8 A.W. Munawwir, Kamus Al-MunawwirArab-

  Urgensi Etika Belajar dan Menuntut Ilmu

  uraian di atas, dapat ditarik benang merah bahwa etika belajar adalah adab, sopan santun dan tata krama selama proses belajar mengajar.

  dikatakan sebagai aktivitas pencarian ilmu atau dengan kata lain merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang dimana aktivitas itu membuatnya memperoleh ilmu.

11 Dari

  Ashfahani dalam kitabnya, Mufradat al-

  18 Klasifikasi Ayat-Ayat Tentang Etika Belajar dan Menuntut Ilmu

  sesuatu sesuai dengan hakikatnya.Ia terbagi dua: pertama, mengetahui inti sesuatu itu yang oleh ahli logika dinamakan thasawwur. Kedua, menghukum adanya sesuatu pada sesuatu yang ada atau menafikan sesuatu yang tidak ada yang oleh ahli logika dinamakan tashdiq, maksudnya mengetahui hubungan sesuatu dengan sesuatu yang lain.

14 Seorang yang menuntut ilmu adalah

  wajib beretika dengan akhlak-akhlak yang baik yang dituntut oleh syara’, menghias diri dengan perkara-perkara kepujian dan sunnah-sunnah dalam segala keadaannya.Zuhud daripada kepentingan dunia, tiada terpengaruh dengan harta benda dunia dan ahlinya, pemurah sepanjang masa, tenang dan sopan serta tetap pendirian, rendah diri dan tunduk, berpenampilan yang kemas lagi bersih dengan membersihkan semua objek yang dianjurkan oleh syara’.

  Qur’an, berkata, “ilmu adalah mengetahui

  Memilih guru juga merupakan suatu perkara yang penting dalam menuntut ilmu. Pilih guru yang paling alim, paling wara’ dan tua seperti Imam Abu Hanifah memilih Imam Hammad bin Sulaiman. Setelah beliau memikirkannya masak- masak, kata beliau: “Aku

  telah mendapatkan guru yang sopan dan tetap pendirian, penyantun dan penyabar”.

  17 Penuntut ilmu juga hendaklah pandai

  memilih sahabat dengan tidak bergaul dengan orang yang tidak baik tingkah lakunya.Sebaliknya, bergaullah dengan orang yang memberi faidah atau kita dapat mengambil faidah darinya.Biarlah dalam bersahabat itu kita memiliki watak-watak seperti baik, berakal, kuat pegangan agamanya, bertakwa, wara’, banyak melakukan kebaikan dan sedikit keburukannya, mulia budi perkertinya, suka mengingatkan ketika kita lupa, dan sanggup pula membantu.

15 Seorang penyair menyebutkan di

  Di sini penulis akan mengklasifikasikan ayat-ayat tentang etika menuntut ilmu, ayat-ayat tersebut yaitu:

  16 14 Yusuf Qardhawi, Al-‘Aqlu wal-‘ilmu fil- Qur’anil-Karim, diterjemahkan oleh Abdul Hayyie al- Kattani, Al-Qur’an berbicara tentang akal dan Ilmu pengetahuan (Cet. I; Kairo: Maktabah Wahbah, 1416/1996), 88. 15 Mohammad Subki, Martabat Ilmu & ulama’ (Selangor: PSN Publications, 2012), 99. 16 Selain daripada bersikap rendah diri dan beradab terhadap orang yang pernah mengajarnya, penuntut ilmu juga perlu memuliakan gurunya.Oleh sebab itu, penuntut ilmu hendaklah memandang kepada gurunya dengan pandangan penghormatan, menyakini kebolehannya, menjaga hak-haknya dan bersungguh-sungguh menghormatinya. Lihat Bakr

  َلﺎَﻗ ِﱏُﺪِﺠَﺘَﺳ َءﺎَﺸﻧِإ ُﱠ ٱ

  اًﺮِﺑﺎَﺻ َﻻَو ﻰِﺼْﻋَأ َﻚَﻟ اًﺮْﻣَأ

  Artinya:Nabi Musa berkata: "Engkau akan dapati aku, Insyaa Allah: orang Yang sabar; dan Aku tidak akan membantah perintahmu" (QS. Al-Kahfi/ 18: 69).

  19

  2. Ayat 70 dari surah Al-Kahfi:

  َلﺎَﻗ ِنِﺈَﻓ ِﲎَﺘْﻌَـﺒﱠـﺗٱ َﻼَﻓ ِﲎْﻠَٔـْﺴَﺗ

  ﻦَﻋ ٍءْﻰَﺷ ٰﱠﱴَﺣ َثِﺪْﺣُأ

  َﻚَﻟ ُﻪْﻨِﻣ اًﺮْﻛِذ

  Artinya:Ia menjawab: "Sekiranya Engkau mengikutku, maka janganlah Engkau 17 Mohammad Subki, Martabat Ilmu & Ulama’ (Selangor: PSN Publications, 2012), 127. 18 Ibid,. 129. 19 Departement Agama RI, Al-Quran Dan

  dalam kitabnya yaitu: ”Hiasilah dirimu dengan adab-adab hati, seperti kehormatan, kebijaksanaan, kesabaran, rendah hatiterhadap kebenaran, bersikap tenang, berwibawa dan sanggup menahan semua derita saat belajar untuk kemuliaan ilmu serta tunduk pada kebenaran.

  1. Ayat 69 dari surah Al-Kahfi:

  bertanya kepadaKu akan sesuatupun sehingga Aku ceritakan halnya kepadamu" (QS. Al-Kahfi/ 18: 70).

  25

  ﺎَِﲟ َنﻮُﻠَﻤْﻌَـﺗ ﲑِﺒَﺧ

  Artinya:“Wahai orang-orang Yang beriman! apabila diminta kepada kamu memberi lapang dari tempat duduk kamu (untuk orang lain) maka lapangkanlah supaya Allah melapangkan (segala halnya) untuk kamu dan apabila diminta kamu bangun 20 Ibid., 21 Ibid., 413. 22 maka bangunlah, supaya Allah meninggikan derajat orang-orang Yang beriman di antara kamu, dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan agama (dari kalangan kamu) - beberapa derajat dan (ingatlah), Allah Maha mendalam pengetahuannya tentang apa yang kamu lakukan.” (QS. Al- Mujadalah/ 58: 11).

  24

  7. Ayat 151 dari surah Al-Baqarah:

  ﺎَﻤَﻛ ﺎَﻨْﻠَﺳْرَأ ْﻢُﻜﻴِﻓ ًﻻﻮُﺳَر ْﻢُﻜﻨِّﻣ اﻮُﻠْـﺘَـﻳ ْﻢُﻜْﻴَﻠَﻋ ﺎَﻨِﺘَٰﻳاَء ْﻢُﻜﻴِّﻛَﺰُـﻳَو ُﻢُﻜُﻤِّﻠَﻌُـﻳَو َﺐَٰﺘِﻜْﻟٱ

  َﺔَﻤْﻜِْﳊٱَو ﻢُﻜُﻤِّﻠَﻌُـﻳَو َْﱂﺎﱠﻣ اﻮُﻧﻮُﻜَﺗ َنﻮُﻤَﻠْﻌَـﺗ

  Artinya:“(Nikmat berkiblatkan Ka’bah Yang Kami berikan kepada kamu itu), samalah seperti (nikmat) Kami mengutuskan kepada kamu seorang Rasul dari kalangan kamu (yaitu Muhammad), Yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu, dan membersihkan kamu (dari amalan syirik dan maksiat), dan yang mengajarkan kamu kandungan Kitab (Al-Quran) serta hikmat kebijaksanaan, dan mengajarkan kamu apa yang belum kamu ketahui.” (QS. Al- Baqarah/ 2: 151).

  8. Ayat 63 dari surah Al-Ma’idah:

  اوُﺰُﺸﻧٱ اوُﺰُﺸﻧﭑَﻓ ِﻊَﻓْﺮَـﻳ ُﱠ ٱ َﻦﻳِﺬﱠﻟٱ اﻮُﻨَﻣاَء

  ْﻮَﻟ َﻻ ٰﻰَﻬْـﻨَـﻳ ُﻢُﻫ

  َنﻮﱡﻴِﻨٰﱠﺑﱠﺮﻟٱ ُرﺎَﺒْﺣَْﻷٱَو ﻦَﻋ ُﻢِِﳍْﻮَـﻗ

  َْﰒِْﻹٱ ُﻢِﻬِﻠْﻛَأَو َﺖْﺤﱡﺴﻟٱ ﺎَﻤَﺴْﺌِﺒَﻟ

  اﻮُﻧﺎَﻛ َنﻮُﻌَـﻨْﺼَﻳ Artinya:“Alangkah baiknya kalau ketua- ketua agama dan pendeta-pendeta mereka melarang mereka dari mengeluarkan perkataan-perkataan yang dusta dan dari memakan yang haram? Sesungguhnya amatlah buruk apa yang mereka telah kerjakan.” (QS. Al-Ma’idah/ 5: 63).

  26

  9. Ayat 175 dari surah Al-A’raaf:

  ُﻞْﺗٱَو ْﻢِﻬْﻴَﻠَﻋ َﺄَﺒَـﻧ ىِﺬﱠﻟٱ ُﻪَٰﻨْـﻴَـﺗاَء ﺎَﻨِﺘَٰﻳاَء َﺦَﻠَﺴﻧﭑَﻓ

  ﺎَﻬْـﻨِﻣ ُﻪَﻌَـﺒْـﺗَﺄَﻓ ُﻦَٰﻄْﻴﱠﺸﻟٱ َنﺎَﻜَﻓ َﻦِﻣ َﻦﻳِوﺎَﻐْﻟٱ

  ْﻢُﻜﻨِﻣ َﻦﻳِﺬﱠﻟٱَو اﻮُﺗوُأ َﻢْﻠِﻌْﻟٱ ٍﺖَٰﺟَرَد ُﱠ ٱَو

  ُﱠ ٱ ُﻜَﻟ ْﻢ اَذِإَو َﻞﻴِﻗ

  20

  ﻦَﻟ َﻊﻴِﻄَﺘْﺴَﺗ َﻰِﻌَﻣ اًﺮْـﺒَﺻ

  3. Ayat 73 dari surah Al-Kahfi:

  َلﺎَﻗ َﻻ ِﺧاَﺆُـﺗ ِﱏْﺬ

  ﺎَِﲟ ُﺖﻴِﺴَﻧ َﻻَو ِﲎْﻘِﻫْﺮُـﺗ ْﻦِﻣ ىِﺮْﻣَأ

  اًﺮْﺴُﻋ Artinya:Nabi Musa berkata: "Janganlah Engkau marah kepadaku disebabkan Aku lupa (akan syaratmu); dan janganlah Engkau memberatiku dengan sebarang kesukaran dalam urusanku (menuntut ilmu)" (QS. Al-Kahfi/ 18: 73).

  21

  4. Ayat 75 dari surah Al-Kahfi:

  َلﺎَﻗ َْﱂَأ ﻞُﻗَأ َﻚﱠﻟ َﻚﱠﻧِإ

  Artinya:Ia menjawab: "Bukankah, Aku telah katakan kepadaMu, Bahwa Engkau tidak sekali-kali akan dapat bersabar bersamaku?" (QS. Al-Kahfi/ 18: 75).

  ْﻢُﻜَﻟ اﻮُﺤﱠﺴَﻔَـﺗ ِﰱ ِﺲِﻠَٰﺠَﻤْﻟٱ اﻮُﺤَﺴْﻓﭑَﻓ ِﺢَﺴْﻔَـﻳ

  22

  5. Ayat 78 dari surah Al-Kahfi:

  َلﺎَﻗ اَﺬَٰﻫ ُقاَﺮِﻓ ِﲎْﻴَـﺑ َﻚِﻨْﻴَـﺑَو َﻚُﺌِّﺒَـﻧُﺄَﺳ

  ِﻞﻳِوْﺄَﺘِﺑ َْﱂﺎَﻣ ﻊِﻄَﺘْﺴَﺗ ِﻪْﻴَﻠﱠﻋ اًﺮْـﺒَﺻ

  Artinya:Ia menjawab: "Inilah masanya perpisahan antaraku denganmu, Aku akan terangkan kepadamu maksud (kejadian- kejadian yang dimusykilkan) yang engkau tidak dapat bersabar mengenainya.” (QS. Al- Kahfi/ 18: 78).

  23

  6. Ayat 11 dari surah Al-Mujadalah:

  ﺎَﻬﱡـﻳَﺄَٰﻳ َﻦﻳِﺬﱠﻟٱ اﻮُﻨَﻣاَء اَذِإ َﻞﻴِﻗ

  Artinya:“Dan bacakanlah kepada mereka (Wahai Muhammad), khabar berita seorang yang kami beri kepadanya (pengetahuan 24 Ibid.,793. 25

  mengenai) ayat-ayat (Kitab) kami kemudian ia menjadikan dirinya keluar dari mematuhinya, lalu ia diikuti oleh syaitan (dengan godaannya), maka menjadilah dari orang-orang yang sesat.” (QS. Al-A’raaf/ 7: 175).

  Artinya: “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu tidak mengetahui”.

  Asbabun nuzul merupakan salah satu ilmu yang harus dipelajari bagi seseorang yang ingin menafsirkan Al- 29 Ayat tesebut meskipun latar belakang

  29 Asbabun Nuzul Ayat-ayat Tentang Etika Belajar dan Menuntut Ilmu

  Adapun dalam surat an-Nahl ayat 43 menunjukkan perintah agar selalu bertanya kepada orang lain yang lebih mengetahui. Hal ini menunjukkan bahwa kita harus selalu merasa belum bisa, sehingga ada usaha terus menerus untuk menggali ilmu dan pengalaman dari orang lain yang lebih bisa. Sikap selalu ingin tau dan ingin belajar akan menambah semangat menimba ilmu dari orang lain.

  Pada surah Al-Baqarah ayat 151, dan surah Al-Maidah ayat yang ke 63 serta surah Al-‘Araaf pada ayat 175 menerangkan bahwa setiap orang-orang yang berilmu perlu mengamalkan ilmunya, yaitu dengan mengajar kepada orang lain. Suatu kewajiban bagi setiap penuntut ilmu yang mengetahui tentang sesuatu ilmu itu untuk mengamalkannya atau menyebarkan kepada orang lain. Dan ayat 29 dari surah Al-‘Araaf menerangkan bahwa niat yang ikhlas beribadah hanya karena Allah SWT karena menuntut ilmu itu adalah perkara ibadah baik fardhu ‘ain atau fardhu kifayah.

  78.Ayat-ayat ini menerangkan tentang pentingnya kesabaran dalam menuntut ilmu, bersabar di dalam setiap liku-liku kesusahan ketika menuntut ilmu. Adapun pada surah Al-Mujadalah pada ayat 11, menerangkan bahwa setiap penuntut ilmu perlu melapangkan tempat duduknya kepada penuntut ilmu yang lain. Sebagai 27 contoh ketika terdapat penuntut yang lewat hadir di dalam pembelajaran, maka diharuskan untuk melapangkan tempat duduk bukan dengan menutupnya.

  Quran yaitu pada surah Al-Kahfi pada ayat 69, ayat 70, ayat 73, ayat 75, dan ayat

  (Surat an- Nahl: 43) Penulis mengklasifikasikan ayat-ayat tentang etika menuntut ilmu di dalam Al-

  ِﺮْﻛِّﺬﻟٱ نِإ ْﻢُﺘﻨُﻛ َنﻮُﻤَﻠْﻌَـﺗ َﻻ

  27

  ًﻻﺎَﺟِر ﻰِﺣﻮﱡﻧ ْﻢِﻬْﻴَﻟِإ اﻮُﻠَٔـْﺴَﻓ َﻞْﻫَأ

  ﺎَﻨْﻠَﺳْرَأﺎَﻣَو ﻦِﻣ َﻚِﻠْﺒَـﻗ ﱠﻻِإ

  11. Ayat 43 dari surat an-Nahl

  28

  Artinya:Katakanlah: "Tuhanku menyuruh berlaku adil (pada Segala perkara), dan (menyuruh supaya kamu) hadapkan muka (dan hati) kamu (kepada Allah) Dengan betul pada tiap-tiap kali mengerjakan sembahyang, dan Beribadatlah Dengan mengikhlaskan amal agama kamu kepadanya semata-mata; (karena) sebagaimana ia telah menjadikan kamu pada mulanya, (demikian pula) kamu akan kembali (kepadaNya).” (QS. Al-A’raaf/ 7: 29).

  ٍﺪِﺠْﺴَﻣ ُﻩﻮُﻋْدٱَو َﲔِﺼِﻠُْﳐ ُﻪَﻟ َﻦﻳِّﺪﻟٱ ﺎَﻤَﻛ ْﻢُﻛَأَﺪَﺑ َنوُدﻮُﻌَـﺗ

  ْﻞُﻗ َﺮَﻣَأ ِّﰉَر ِﻂْﺴِﻘْﻟﭑِﺑ اﻮُﻤﻴِﻗَأَو ْﻢُﻜَﻫﻮُﺟُو َﺪﻨِﻋ ِّﻞُﻛ

  10. Ayat 29 dari surah Al-A’raaf:

  turunnya untuk ahli kitab, namun penerapannya berlaku untuk umum.Dalam tafsir Al Muyassar dijelaskan, “kami tidak mengutus pada umat-umat sebelummu wahai Rasul, kecuali rasul dari kalangan laki-laki bukan dari kalangan malaikat, yang Kami berikan wahyu kepada mereka. Jika kalian wahai orang-orang musyrik Quraisy, tidak percaya akan hal itu, maka bertanyalah kepada Ahlul kitab sebelumnya supaya mereka menyampaikan kepada kalian bahwa para Nabi itu semuanya manusia, jika kalian tidak mengetahui bahwa mereka itu manusia. Ayat ini berlaku umum dalam semua persoalan Qur’an.Pemahaman terhadapnya merupakan kemestian, agar tidak terjadi kesalahan dalam menafsirkan ayat-ayat Al- Qur’an.Asbabun nuzul artinya sebab-sebab turunnya ayat-ayat Al-Qur’an.Fungsi asbabun nuzul dalam kaitannya dengan penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an adalah menuntun kepada pemahaman makna tafsir yang benar karena di dalamnya diterangkan latar belakang yang menerangkan penyebab turunnya ayat-ayat suci Al-Quran dan mata rantai peristiwa- peristiwa yang menyangkutnya.

  nuzul itu sangat banyak, namun dapat disimpulkan sebagai berikut, yaitu dapat mengetahui rahasia yang terkandung dalam hukum suatu ayat, mengetahui hukum atau kelompok yang menjadi kasus turunnya ayat serta memberikan ketegasan bila terdapat keraguan dan sebagainya.

  Di sini penulis akan mencantumkan asbabun nuzul ayat yang penulis bahas pada karya ilmiah ini: 1. Surah Al-Mujadalah ayat 11.

  Qatadah telah menceritakan bahwa kaum Muslim apabila melihat seseorang datang kepada mereka (pada saat itu sedang berada di hadapan Nabi SAW) dengan menghadapkan diri, mereka merapatkan tempat duduknya di hadapan Rasulullah SAW (sehingga orang yang baru datang itu tidak kebagian tempat duduk).Lalu turunlah ayat tersebut.

  Imam Ibnu Abu Hatim telah mengetengahkan sebuah hadis melalui Muqatil, bahwa ayat ini diturunkan pada hari Jumat.Pada hari itu datanglah segolongan orang-orang yang pernah ikut perang Badar, tetapi tempat duduk yang ada sangat terbatas lagi sempit, dan mereka yang hadir tidak mau melapangkan tempat 30 Jalaluddin Al-Mahali, Jalaluddin As- duduknya buat orang-orang yang baru datang itu.

  Akhirnya orang-orang yang baru datang itu berdiri. Lalu Rasulullah SAW menyuruh berdiri beberapa orang yang jumlahnya sama dengan mereka, lalu beliau mempersilakan Ahli Badar yang baru datang itu menempati tempat duduk mereka yang disuruh berdiri. Maka orang- orang yang disuruh berdiri itu merasa tidak senang akan hal tersebut, lalu turunlah ayat ini.

  31

  2. Surah Al-Maidah ayat 63 Abusy Syekh dan Ibnu Hibban telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang telah mengatakan, bahwa Rifa’ah Ibnu Zaid Ibnu Tabut dan Suwaid Ibnul Haris telah menampakkan keislamannya, akan tetapi keduanya menjadi munafik. Dan tersebutlah bahwa ada seorang lelaki dari kalangan kaum Muslim, bersahabat dengan sangat intimnya dengan mereka. Kemudian Allah SWT menurunkan ayat: “Hai orang-

30 Adapun faedah mengetahui asbabun

  orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi walimu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan…. sampai dengan firman-Nya: Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan” (Surah Al-Maidah ayat 57-

  61).

  Sehubungan dengan turunnya ayat ini Ibnu Abbas meriwayatkan, bahwa ada segolongan orang-orang Yahudi datang kepada Nabi SAW yang di antaranya ialah Abu Yasir Ibnu Akhtab, Nafi Ibnu Abi Nafi, dan Gazi Ibnu Umar. Mereka bertanya kepada Nabi SAW tentang Rasul-rasul yang diimaninya, kemudian Nabi menjawab: “Aku beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub, dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada Nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan kami hanya tunduk dan patuh kepada-Nya”. Tatkala Nabi SAW menuturkan tentang perihal Nabi Isa, mereka kontan mengingkari kenabian Isa, dan mengatakan: “Kami tidak beriman kepada Isa dan juga kepada orang-orang yang beriman kepadanya”.

  32

  yang bersih yang tidak ada noda di dalamnya. Tidak dicampuri oleh partikel lain seperti perunggu dan lain sebagainya.

  merupakan perbuatan Allahterhadap makhluknya; Dia mengajar Adam, mengajar para Nabi lainnya dan semua manusia seperti yang digambarkan dalam berbagai ayat.Maka dengan demikian, perbuatan mengajar yang dilakukan seorang guru mengandung misi ilahiah. Untuk itu profesi keguruan tidak hanya sekedar sebagai suatu pekerjaan yang mendatangkan kesejahteraan material terhadapnya, tetapi ia mesti dimaknai sebagai dakwah

  36 Bahkan mengajar itu sendiri

  mengajarkan mengharap ridhaAllahatau dengan kata lain, kegiatan belajar mengajar merupakan aktivitas jihad memerangi kebodohan yang diperintahkan Allah kepada manusia. Serta harus diniatkan puladalam proses belajar mengajar untuk menjaga syari’atAllah.

  35 Ikhlas dalam hal ini berarti bahwa

  dilakukan setiap pribadi dalam melakukan ketaatan kepada Allah.Orang yang menuntut ilmu hendaknya memasang niat yang ikhlas, begitu juga dengan belajar dan mengajar, yang merupakan bagian dari peribadatan kepada Allah.

  34 Ikhlas wajib

  ikhlas seperti yang disampaikan oleh almunawi, bahwa ikhlas adalah menyucikan hati dari segala penyakit yang dapat mengeruhkan nurani.

  33 Sedangkan secara terminologi makna

  dzahabunkhalis (emas murni) artinya emas

  3. Surah Al-Kahfi ayat 69, ayat 70, ayat 73 ayat 75 dan ayat 78. Surah Al-Baqarah ayat 151. Surah Al-A’raaf ayat 29 dan ayat 175.

  artinya air itu bening. Jika dikatakan

  Khalasa alma’aminal kadar (air bersih dari kotoran)

  bentuk mazid.Adapun bentuk mujarradnya adalah khalasa dankhalasa maknanya adalah bening (shafa), segala noda hilang darinya. Jika dikatakan

  mashdar dan fi’ilnya adalah Akhlasa, itu

  12. Ikhlas dalam belajar Ikhlas secara bahasa berbentuk

  Dalam proses pendidikannya seorang guru dan peserta didik pasti akan berinteraksi dengan seluruh komponen yang mendukung terlaksananya pendidikan tersebut, sehingga perlu baginya untuk memperhatikan etika dalam belajar mengajar. Berikut ini adalah beberapa ayat yang menjelaskan tentang etika atau adab dalam belajar mengajar agar dapat dilaksanakan baik sebagai penuntut ilmu atau pun sebagai guru.

  Analisis Ayat-Ayat Al-Qur’an yang Berkaitan dengan Etika Belajar dan Menuntut Ilmu

  Pada ayat-ayat tersebut penulis tidak menemukan asbabun nuzulnya, jadi penulis tidak mencantumkan asbabun nuzul dari ayat tersebut.Menurut keterangan yang penulis dapatkan bahwa sebagian besar dari ayat Al-Quran tidak mempunyai asbabun nuzul.

  yukhrijual-nas min al-dzulumat ilaal-nur, 33 Muhammad Abdul Qodir Abu Faris, Menyucikan Jiwa (Jakarta: Gema Insani Press, 2005),15. 34 Mahmud al-Mishri, Ensiklopedi Akhlak Muhammad (Jakarta: Pena, 2009), 36. 35 Syaikh Ahmad Farid, Pendidikan berbasis metode Ahlussunnah bal jama’ah (Surabaya: Pustaka eLBA. 2011), 276. 36 Muhammad bin Shalihal ‘Utsaimin, Syarah yaitu memberikan pencerahan intelektual, aqidah, dan moral kepada peserta didik.

  satu syarat diterimanya amalan seorang hamba, jikalau hilang atau tidak adanya keikhlasan maka sudah dapat dipastikan amalan tersebut akan ditolak oleh Allah. Poros dari itu semua terletak pada niat, dan niat tempatnya adalah di dada dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi Allah.

  38 ﻢُﻛِروُﺪُﺻ ِﰲ ﺎَﻣ ْاﻮُﻔُﲣ نِإ ﻞُﻗ ُﻩوُﺪﺒُﺗوَأ

  ُﻪﻤَﻠﻌَﻳ ُﱠ ٱ Artinya: “Katakanlah Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu menampakkannya, pasti Allah mengetahuinya". (Ali Imron 29)

  Maka bagi siapa saja yang niatnya murni untuk Allah, hendaklah berbahagia dengan pengabulan amalnya dan ganjaran pahala dari Allah.

  13. Sabar dalam belajar Kata al-Shabru dari segi bahasa berarti mencegah dan menahan. Yaitu kedudukan tinggi yang tidak akan diraih kecuali oleh orang yang memiliki semangat tinggi dan jiwa yang suci. Sifat sabar ini bukanlah perkara yang mudah dicapai, melainkan butuh adaptasi dan latihan panjang sampai terbiasa terhadap hal itu dan akrab dengannya. Allah telah menyebutkan kata-kata sabar dalam al- Qur’an sebanyak 90 tempat, masing-masing ditambah dengan keterangan berbagai kebaikan dan derajat yang tinggi, serta menjadikan sabar sebagai buah dari kebaikan dan derajat yang tinggi tersebut.

  39 37 Kadar M Yusuf,Tafsir tarbawi pesan pesan Al Quran tentang pendidikan (Jakarta: Amzah, 2013), 61. 38 Fu’ad bin Abdul Aziz asy-Syalhub, Begini seharusnya menjadi guru (terjemah al-Mu’allimal Awwal Qudwah Likulli Mu’allim wa Mu’allimah, Daral-Qasim) (Jakarta: Darul Haq, 2013). Cet. VI, 7. 39 Ada sebuah kisah yang menarik yang

  di dalamnya banyak manfaat yang bisa kita ambil baik sebagai seorang peserta didik ataupun sebagai seorang guru, yaitu kisah tentang nabi Musa yang bertemu dengan nabi Khidir, di mana nabi Musa harus ekstra sabar dalam menimba ilmu kepada Nabi Khidirdan begitu juga dengan Nabi Khidir yang harus ekstra sabar mengajari ilmu yang telah dianugerahkan oleh Allahkepada muridnya ini. Allahberfirman dalam surat Al Kahfi ayat 60-70:

37 Karena keikhlasan merupakan salah

  Artinya: (60)“Dan (ingatlah) ketika

  Musa berkata kepada muridnya,"Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke Pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun". (61) Maka tatkala mereka sampai ke Pertemuan dua buah laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu. (62) Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya: "Bawalah kemari makanan kita; Sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini". (63) Muridnya menjawab: "Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi, Maka Sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali". (64) Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. (65) lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami (66) Musa berkata kepada Khidir: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu- ilmu yang telah diajarkan kepadamu?" (67) Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali- kali tidak akan sanggup sabar bersama aku.

  sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?" (69) Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun". (70) Dia berkata: "Jika kamu mengikutiku, Maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu".

  Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan tentang kisah Musa, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Musa berkhutbahdihadapan bani Israil. Dia ditanya, ‘Siapakah manusia yang paling pandai’ Musa menjawab, ‘Aku’, ‘makaAllah mencelanya karena dia belum lagi diberikan pengetahuan yang banyak”.

  Al-Hasan berkata “kesabaran itu salah satu dari berbagai harta simpanan yang baik.Allahtidak memberikannya kecuali pada seorang hamba yang mulia disisi- Nya.Sedangkan imam Ibnu Qoyyim berkata, siapa yang Allah ciptakan untuk masuk ke surga, maka hadiah yang datang kepadanyaberupa hal-hal yang dibenci (dilarang) tatkala didunia.Siapa yang Allah ciptakan untuk masuk ke neraka, maka hadiah yang diberikan kepadanya berupa hal-hal yang sesuai dengan syahwat (ketika di dunia).Beliau juga berkata, siapa yang merasakan manisnya nikmat kesehatan maka segala kesulitan yang mesti dihadapi dengan penuh kesabaran sangat mudah baginya.

  danhadits yang berbicara tentang sabar dan urgensitasnya, maka sabar pun harus diterapkan dalam proses belajar mengajar, baik oleh guru maupun muridnya sebagaimana diceritakan dalam alQur’an tentang Musa dan Khidir.

  14. Bertanya kepada orang yang lebih mengetahui 40

  ﺎَﻣَو ﺎَﻨْﻠَﺳْرَأ َﻚِﻠْﺒَﻘﻨِﻣ ﱠﻻِإ ًﻻﺎَﺟِر

  ﻰِﺣﻮﱡﻧ ْﻢِﻬْﻴَﻟِإ اﻮُﻠَٔـْﺴَﻓ َﻞْﻫَأ ِﺮْﻛِّﺬﻟٱ

  نِإ ْﻢُﺘﻨُﻛ َﻻ َنﻮُﻤَﻠْﻌَـﺗ

  Artinya: “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu tidak mengetahui”.

  (Surat an- Nahl: 43) Dalam tafsir Al Muyassar dijelaskan,

  “kami tidak mengutus pada umat-umat sebelummu wahai Rasul, kecuali rasul dari kalangan laki-laki bukan dari kalangan malaikat, yang Kami berikan wahyu kepada mereka. Jika kalian wahai orang-orang musyrik Quraisy, tidak percaya akan hal itu, maka bertanyalah kepada Ahlul kitab sebelumnya supaya mereka menyampaikan kepada kalian bahwa para Nabi itu semuanya manusia, jika kalian tidak mengetahui bahwa mereka itu manusia. Ayat ini berlaku umum dalam semua persoalan agama. Jika seseorang tidak memiliki pengetahuan tentangnya, maka hendaklah ia bertanya kepada orang yang mengetahuinya, yaitu ulama yang mendalam ilmunya.

  41

  15. Berlapang-lapang dalam majlis ilmu Kajian surat al-Mujadilah: 11 ini adalah terletak pada 3 domain pembahasan yang berkaitan erat dengan proses pembelajaran, yaitu motivasi, etika dan prestasi belajar. Melalui motivasi, kegiatan pembelajaran tampil dalam bentuk yang menggairahkan; melalui etika, pembelajaran tampil dalam wujud yang santun; dan melalui prestasi, pembelajaran menunjukkan aktualisasi diri dari para pembelajar. Dari sudut pandang lain, Surat al-Mujadilah: 11 menunjukkan bahwa motivasi lebih dominan terletak di awal kegiatan pembelajaran; etika lebih dominan terletak pada tengah-tengah 41

40 Betapa bayak ayat-ayat al-Qur’an

  pembelajaran; sedangkan prestasi lebih dominan terletak di akhir pembelajaran.

  Zamakhsari dalam al-Kasysyaf menyatakan bahwa para Sahabat berdesak- desakan di majlis Rasulullah SAW karena berlomba-lomba dekat dengan Nabi SAW dan antusias mendengarkan ceramah beliau. Oleh karena itu, ketika ada seorang shahabat datang ke majlis tersebut, lalu dia berseru kepada para shahabat yang lain: “Berlapang-lapanglah kalian dalam majlis”, maka para Sahabat justru enggan, mengingat mereka sangat antusias untuk menyaksikan Nabi SAW secara langsung.

  Jika dibandingkan dengan fenomena kekinian di dunia pendidikan, maka kita akan miris melihat perbedaan yang sangat tajam antara idealisme al-Qur’an yang termaktub dalam Surat al-Mujadilah: 11 dengan realitas dunia pendidikan saat ini. Jika idealisme al-Qur’an mendorong umat Islam agar berduyun-duyun mengambil tempat duduk paling dekat dengan guru, maka realitas dunia pendidikan saat ini justru menunjukkan para peserta didik lebih cenderung mengambil tempat duduk yang paling jauh dengan guru.

  Karakteristik inti dari setiap kegiatan edukatif dalam dunia Islam adalah sarat dengan nuansa etis.Dalam catatan normatif (al-Qur’an dan al-Sunnah) maupun historis-filosofis (sejarah dan pemikiran pendidikan Islam), hampir dapat dipastikan etika atau akhlak selalu disinggung sebagai poin penting dari suatu kegiatan pembelajaran. Kisah Nabi Musa – sebagai murid – dan Nabi Khidir – sebagai guru – dalam Surat al-Kahfi: 60-82 memberikan catatan normatif bahwa etika adalah poin penting dalam kegiatan pembelajaran Islami, apalagi jika kita mengkaji hadits-hadits yang menginformasikan luhurnya akhlak Nabi SAW sebagai pendidik maupun para shahabat sebagai peserta didik. Demikian yaitu etika adalah bagian poin penting dalam setiap proses pembelajaran Islami.

  Surat al-Mujadilah: 11 memberikan panduan bahwa sebesar apapun motivasi belajar seseorang, tidak boleh mengorbankan etika dalam pembelajaran. Oleh karena itu, walaupun pada dasarnya para sahabat senang berdekatan dengan Nabi SAW, namun Rasulullah SAW memerintahkan agar mereka tetap menjaga etika dengan cara berbagi tempat duduk bagi para shahabat lain yang datang terlambat. Dengan kata lain, tidak etis apabila seorang peserta didik duduk nyaman di suatu tempat belajar, sedangkan temannya harus berdiri, padahal di tempat belajar itu masih bisa ditempati oleh temannya tersebut.

  Kesimpulan

  Dari pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

  1. Etika belajar adalah adab, sopan santun dan tata krama selama proses belajar mengajar.

  2. Etika atau adab harus dimiliki oleh setiap individu supaya jalinan hubungan sosialnya berjalan dengan baik dan bermakna. Begitu juga dalam proses pendidikan.Seorang guru atau murid hendaklah memiliki etika dalam proses belajar mengajar. Karena eksistensi etika pada proses pendidikan akan mempengaruhi kualitas aspek aksiologi dari ilmu yang diperoleh.

  3. Etika belajar dalam al-Qur’an antara lain: Pertama,mulai dari menyucikan jiwanya dengan meluruskan niat.Kedua, bersabar dalam proses belajar mengajar.Ketiga, bertanya kepada yang lebih ahli (mempunyai ilmu) dan adab- adab yang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

  Lentera Hati, 2002, 392.

  Media, 2002. Munawwir, A.W. Kamus Al-Munawwir Arab-

  Indonesia Terlengkap. Surabaya : Pustaka Progressif, 1997.

  Poedjawiyatna. Etika: Filsafat Tingkah

  Laku. Cet. VIII. Jakarta: Rineka Cipta, 1996.

  Rahman, Mohammad Subki Abdul.

  Martabat Ilmu & Ulama’. Selangor: PSN Publications, 2012.

  Salim, Abd Muin. Metodologi Ilmu Tafsir.

  Jakarta: Teras, 2005. Shihab, Quraish.Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-Qur’an.

  VI. 7. Al-Utsaimin, Muhammad bin Shalih. Syarah Adab dan Manfaat Menuntut Ilmu.

  Manzhur, Ibn.Lisan al-Arab. Beirut: Dar Shadir, V, t.t. Mas’ud, Abdurrahman.Menggagas Format

  Mu’allimal Awwal Qudwah Likulli Mu’allim wa Mu’allimah, Dar al- Qasim. Jakarta: Darul Haq, 2013. Cet.

  seharusnya menjadi guru.terj.al-

  Al-Mishri, Mahmud. Ensiklopedi Akhlak Muhammad. Jakarta: Pena, 2009. Al-Syalhub, Fu’ad bin Abdul Aziz. Begini

  Qashidin. Jakarta: Pustaka As- Sunnah, 2008.

  Al-Maqdisy, Ibnu Qudamah.Minhajul

  Al-Mahali, Jalaluddin. Jalaluddin As- Suyuti. Tafsir Jalalain. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011.

  Ilmi. Jakarta Timur : Akbar Media, 2013.

  Abdullah, Bakr bin.Syarah Hilyah Thalibil

  Pendidikan Nondikotomik.Yogyakarta, Gema

  • . Wawasan al-Qur’an: Tafsir

  II. Bandung: Mizan, 2005.