View of KONTRIBUSI FAKTOR SOSIAL TERHADAP KEPATUHAN PASIEN DM TYPE 2 DALAM KONTEKS ASUHAN KEPERAWATAN DI POLIKLINIK ENDOKRIN RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
KONTRIBUSI FAKTOR SOSIAL TERHADAP KEPATUHAN PASIEN DM TYPE 2 DALAM
KONTEKS ASUHAN KEPERAWATAN DI POLIKLINIK ENDOKRIN RSUP Dr. HASAN
SADIKIN BANDUNG
Argi Virgona Bangun
ABSTRAK
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu sindroma klinis gangguan metabolic akibat kelainan sekresi
insulin, kerja insulin, atau keduanya. Pengelolaan DM dapat memberikan hasil yang maksimal bila dibarengi
oleh perilaku kooperatif dari pasien DM, salah satunya patuh terhadap rekomendasi terapi. Faktor social,
dalam hal ini dukungan dari keluarga dan lingkungan sangat diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan
pasien DM. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kontribusi factor sosial terhadap kepatuhan
pasien DM type 2. Desain penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional.
Populasinya adalah seluruh pasien DM type 2 yang berkunjung ke poliklinik Endokrin RSHS Bandung.
Tehnik pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling dan didapatkan 60 orang responden.
Analisis data bivariat menggunakan chi square dengan α = 0,05 menunjukan bahwa factor socialberkontribusi terhadap kepatuhan (p=0.001). Merujuk pada hasil penelitian ini, maka disarankan agar
perawat mengembangkan metoda pendidikan kesehatan yang inovatif dan berfokus pada keluarga sebagai
salah satu intervensi dalam asuhan keperawatan untuk mengatasi ketidakpatuhan. Kata kunci : Factor sosial, kepatuhan, DM type 2 Kepustakaan : 55 (1987-2008)A. LATAR BELAKANG
Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya (American
Diabetes Association, 2006). DM dapat menyebabkan terjadinya komplikasi kronik baik
mikroangiopati maupun makroangiopati. Komplikasi DM dapat dicegah, ditunda, atau diperlambat dengan mengendalikan kadar gula darah. Pengelolaan DM meliputi pengendalian berat badan, olah raga, diet, dan pemberian insulin dan obat hipoglikemik oral.
Pengelolaan tersebut dapat memberikan hasil yang maksimal bila dibarengi oleh perilaku kooperatif dari pasien DM, khususnya kepatuhan terhadap terapi yang dianjurkan oleh tenaga professional kesehatan. Kepatuhan menurut Thorm (2006) adalah keterlibatan pasien yang bersifat aktif, sukarela, dan kolaboratif dalam menerima perilaku untuk mencapai hasil yang terapeutik. Delamater AM, et al (2006) menyebutkan bahwa salah satu factor yang berkontribusi terhadap kepatuhan pasien DM dalam mengikuti penatalaksanaan DM adalah factor social. Faktor social yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ketersediaan sumber daya yang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat melalui pengetahuan bahwa individu tersebut dicintai, diperhatikan, dihargai oleh orang lain dan ia juga merupakan anggota dalam suatu kelompok yang berdasarkan kepentingan bersama (Siegel dalam Tylor, 1999).
Berdasarkan wawancara pada sejumlah pasien DM type 2 di poliklinik Endokrin RSHS Bandung diketahui bahwa sebagian besar mengakui bahwa berkomitmen dalam menjalankan terapi DM merupakan hal yang sulit untuk dijalani. Temuan lain menunjukan bahwa 8 dari 12 pasien mengaku malas dalam berdiet dan olah raga, 3 dari 12 pasien mengeluh keluarga tidak membantu dalam menjalankan terapi DM khususnya perencanaan makan, dan hanya 5 dari 12 pasien yang didampingi keluarga control ke RS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi faktor sosial terhadap kepatuhan pasien DM type 2 dalam konteks asuhan keperawatan di poliklinik endokrin RSHS Bandung.
B. METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di poliklinik Endokrin RSHS Bandung pada Oktober 2008
- – Januari 2009. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sampel diambil dengan cara consecutive sampling sehingga didapatkan responden sejumlah 60 orang pasien DM type 2. Data yang digunakan adalah data primer yang didapat langsung dari responden melalui angket tertulis/ kuesioner. Kuesioner yang digunakan untuk mengukur factor social merupakan modifikasi dari Medical Outcomes Study Social Support Survey Instrument
RAND Health fo Advancing Diabetes Self-Management Project.
Kemudian setelah itu dilanjutkan mengisi kuesioner untuk mengukur kepatuhan yang merupakan terjemahan dari The Medical Outcomes Study (MOS) Measures of Patient Adherence. Setelah responden selesai mengisi maka semua kuesioner diperiksa dan dikumpulkan. Sebelum data diolah dan dianalisa peneliti melakukan langkah-langkah editing, cleaning, coding, dan analyzing. Analisis bivariat untuk menguji hubungan antara kedua variabel menggunakan uji koefisien kontingensi dari chi square.
C. HASIL dan PEMBAHASAN
Tabel 4.1 Distribusi kepatuhan menurut factor social pasien DM type 2 di Poliklinik Endokrin RSHS Bandung.P Faktor Kepatuhan Total OR(95%CI) value
Sosial Patuh Tidak Patuh n % N % n %
Baik 12 70,6 5 29,4 17 100 9.067 0,001
2.53 Kurang 9 20,9 34 79,1 43 100 –32.48 Jumlah 21 35,0 39 65,0 60 100
Hasil analisis hubungan antara faktor sosial dengan kepatuhan pasien DM tipe 2 diperoleh bahwa ada sebanyak 12 (70.6 %) pasien yang mendapatkan dukungan sosial yang baik dari keluarganya mematuhi rekomendasi terapi penatalaksanaan DM. Sedangkan diantara pasien yang kurang mendapatkan dukungan sosial dari keluarganya, yaitu sebanyak 9 (20.9 %) pasien mematuhi rekomendasi terapi penatalaksanaan DM.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.001 pada α 5 % maka dapat disimpulkan bahwa faktor sosial berkontribusi secara signifikan terhadap kepatuhan pasien DM tipe 2. Analisis keeratan hubungan antara dua variabel didapatkan nilai OR = 9.067 (95 % CI : 2.53
- – 32.48) artinya pasien DM tipe 2 yang mendapatkan dukungan sosial dengan baik berpeluang 9.067 kali untuk mematuhi rekomendasi terapi penatalaksanaan DM dibandingkan dengan pasien DM tipe 2 yang kurang mendapatkan dukungan sosial dari keluarganya.
Pembahasan
Pada penelitian ini terlihat bahwa 12 (70.6 %) pasien DM tipe 2 yang mendapatkan dukungan sosial yang baik dari keluarganya lebih patuh terhadap rekomendasi terapi penatalaksanaan DM. Hasil tersebut menunjukan bahwa dukungan serta motivasi dari sistem pendukung dalam hal ini keluarga sangat berperan untuk meningkatkan kepatuhan pasien DM tipe
2. Seperti pendapat Duffy & Wong, 2000; Nelson & Prilleltensky, 2005 yang mengatakan bahwa dukungan sosial dapat meningkatkan tingkah laku dan pola hidup sehat akibat akumulasi efek positif dari pengalaman interpersonal yang baik (The direct effects), menurunkan perasaan stress seseorang ataupun mampu menjadikan masalah tersebut menjadi lebih kecil, lebih terkontrol (The
indirect effects ), dan menyelesaikan masalah kecil sebelum menjadi masalah yang lebih besar, serta
menghilangkan efek negatif dari stress dengan mempengaruhi pemahaman, kualitas, dan kuantitas dari sumber stress tersebut (the buffering effects).
Faktor sosial dalam penelitian ini bermakna dukungan yang diperoleh pasien DM type 2 dari keluarganya. Dukungan keluarga didefinisikan sebagai informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungannya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional dan berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh dukungan secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya (Gottlieb, 1983 dalam Smet, 1994). Perhatian dari keluarga dapat berupa pendampingan saat melakukan pemeriksaan kesehatan/ kontrol ke RS, mengingatkan responden untuk melakukan olah raga maupun menjalani diet DM.
Dukungan keluarga adalah suatu proses hubungan antara keluarga dan lingkungan sosialnya (Kane, 1988 dalam Friedman, 1998). Dukungan keluarga adalah proses yang terjadi sepanjang hidup, dimana sumber dan jenis dukungan keluarga berpengaruh terhadap tahap lingkaran kehidupan keluarga. Menurut Stuart dan Sundeen (1995), ada tiga dimensi interaksi dalam dukungan keluarga yaitu timbal balik (kebiasaan dan frekuensi hubungan timbal balik), nasihat/umpan balik (kuantitas/kualitas komunikasi) dan keterlibatan emosional (meningkatkan intimasi dan kepercayaan) di dalam hubungan sosial.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.001 pada α 5 % maka dapat disimpulkan bahwa faktor sosial berkontribusi secara signifikan terhadap kepatuhan pasien DM tipe 2. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Delamater (2006) yang menyimpulkan bahwa rendahnya tingkat konflik, tingginya tingkat kohesi dan organisasi, serta pola komunikasi berhubungan dengan baiknya kepatuhan pasien terhadap penatalaksanaan DM. Peran keluarga sebagai sistem pendukung yang berperan membentuk individu menjadi pribadi yang lebih adaptif terhadap stress, baik itu stress fisik maupun emosi. Seperti juga yang dikemukakan oleh Griffith (1990 dalam Delamater, 2006) bahwa dukungan sosial juga berfungsi mencegah efek stress lebih lanjut pada penatalaksanaan DM.
Tabel 4.1 juga menunjukan bahwa faktor sosial memiliki nilai OR yang besar yaitu 9.295.Hal ini bermakna bahwa faktor sosial memberi pengaruh ± 9x terhadap kepatuhan pasien DM Tipe 2, sehingga semakin baik dukungan dari keluarga yang diterima oleh pasien, semakin besar peluang pasien untuk mematuhi rekomendasi terapi DM.
Hasil diatas sesuai dengan pernyataan Feuer Stein et al (1998) dalam Niven (2002) bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien termasuk kepatuhan dalam melaksanakan 4 (empat) pilar penatalaksanaan DM, yaitu 1) pemahaman tentang instruksi, 2) kualitas interaksi, 3) sikap dan kepribadian pasien dan 4) dukungan sosial keluarga.
Lieberman (1992) mengemukakan bahwa secara teoritis dukungan sosial dapat menurunkan kecenderungan munculnya kejadian yang dapat mengakibatkan stress. Apabila kejadian tersebut muncul, interaksi dengan orang lain dapat memodifikasi atau mengubah persepsi individu pada kejadian tersebut dan oleh karena itu akan mengurangi potensi munculnya stress. Dukungan sosial juga dapat mengubah hubungan antara respon individu pada kejadian yang dapat menimbulkan stres dan stres itu sendiri, mempengaruhi strategi untuk mengatasi stres dan dengan begitu memodifikasi hubungan antara kejadian yang menimbulkan stres mengganggu kepercayaan diri, dukungan sosial dapat memodifikasi efek itu. Sementara itu Duffy & Wong (2000) berpendapat bahwa keuntungan utama dari dukungan sosial adalah sebagai coping strategy yang dapat dibagi kedalam beberapa fungsi lain yang lebih spesifik antara lain pemenuhan kebutuhan afiliasi, menentukan self-identity dan self-esteem, serta mengurangi stress.
Hasil penelitian ini semakin menguatkan pendapat bahwa dukungan sosial keluarga merupakan salah satu faktor yang memiliki hubungan yang sangat erat dengan kepatuhan pasien dalam melaksanakan 4 (empat) pilar penatalaksanaan DM. Dengan demikian dukungan sosial keluarga tidak dapat diabaikan begitu saja, karena dukungan sosial keluarga merupakan salah satu faktor yang memiliki kontribusi yang cukup berarti dan sebagai faktor penguat yang mempengaruhi kepatuhan melaksanakan 4 (empat) pilar penatalaksanaan DM. Efek dari dukungan sosial yang berasal dari keluarga terhadap kesehatan dan kesejahteraan berfungsi bersamaan. Secara lebih spesifik, keadaan dukungan sosial yang adekuat terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit, fisik, dan kesehatan emosi. Disamping itu pengaruh positif dukungan sosial keluarga adalah pada penyesuaian terhadap kejadian dalam kehidupan yang penuh dengan stress (Friedman, 2000).
Dukungan sosial keluarga sangat penting dalam meningkatkan dan menyemangati pasien jika timbul komplikasi akibat penyakit DM type 2. Dukungan sosial dari keluarga berupa dukungan emosional diharapkan dapat membantu mengurangi ansietas yang disebabkan oleh komplikasi akut dan kronik dari DM type 2. Berkaitan dengan itu, maka perlu upaya untuk meningkatkan dukungan sosial keluarga yang positif baik itu dukungan emosional, instrumental, informasional, ataupun penghargaan kepada pasien antara lain dengan mengikutsertakan keluarga dalam setiap program penatalaksanaan DM.
Dari uraian teori tersebut, dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial khususnya yang berasal dari keluarga mempunyai pengaruh yang signifikan untuk mengurangi dampak stress yang dialami oleh pasien DM tipe 2. Hal ini disebabkan karena mereka dapat berpikir lebih realistis dan mendapatkan perspektif lain yang lebih positif dari keluarga sehingga dapat mengembangkan mekanisme koping yang adaptif sehingga pada akhirnya mematuhi rekomendasi terapi DM yang dianjurkan oleh dokter dan khususnya perawat.
D. SIMPULAN dan SARAN Simpulan
Faktor social berkontribusi terhadap kepatuhan pasien DM type 2 di Poliklinik Endokrin RSHS Bandung (nilai p = 0,001)
Saran
Perawat perlu mengintegrasikan hasil penelitian ini melalui pengmebangan metoda pendidikan kesehatan yang client & family centered serta inovatif, dimana informasi disampaikan secara interpersonal dengan substansi pendidikan kesehatan yang sederhana dan disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan keluarganya.
DAFTAR PUSTAKA American Diabetes Association. (2006). Standard of medical care in Diabetes.
roleh 10 Oktober 2008 Delamater, A.M. (2006). Improving patient adherence.
Duffy & Wong. (2000). Mind change : social support.
roleh 10 Januari 2009. Glasgow, R.E.& Toobert, D.J. (1997). Social environment and regimen adherence among type 2 diabetes patient, dalam Delamater, A.M. Improving patient adherence. Hentinen. (1987). Adherence to regimens: 10 vital lessons. American Journal of Nursing, roleh 24 November 2008 Klein, et al. (2006). Medication adherence: many conditions, a common problem.
Kravitz, R.L. (1993). Recall of recommendation and adherence to advice among patient with chronic medical conditi Kurtz, SMS. (1996). Adherence to diabetes regimens: empirical status and clinical applications, dalam Delamater, A.M. Improving patient adherence.
Medicastore. (2007). Diabetes, the silent killer, Diperoleh 18 Agustus 2008 Nelson & Prilleltensky. (2005). Mind change : social support. roleh 10 Januari 2009. Purba, C.I. (2008). Tesis: Pengalaman ketidakpatuhan pasien terhadap penatalaksanaan diabetes melitus. Jakarta. FIKUI Rochmah, W. (2006). Diabetes mellitus pada usia lanjut, dalam Soedoyo Buku ajar ilmu penyakit dalam. (3rd Ed.). (hlm 1937-1939). Jakarta: Pusat Penerbit Departemen Penyakit Dalam FKUI Sastroasmoro, S. & Ismail, S. (2006). Dasar
- – dasar metodologi penelitian klinis. (2nd Ed.). Jakarta: Sagung Seto
Soegondo. P. Soewondo, & I. Subekti. (Eds). Penatalaksanaan diabetes melitus terpadu (hlm 231- 242). Jakarta : FKUI Sukardji, K. (2007). Penatalaksanaan gizi pada diabetes melitus, dalam S. Soegondo. P. Soewondo, & I. Subekti. (Eds). Penatalaksanaan diabetes melitus terpadu (hlm 43-54). Jakarta : FKUI Waspadji, S. (2007). Diabetes melitus : Mekanisme dasar dan pengelolaannya yang rasional, dalam S. Soegondo. P. Soewondo, & I. Subekti. (Eds). Penatalaksanaan diabetes melitus terpadu (hlm 29- 42). Jakarta : FKUI WHO. (1999). Diabetes fact sheet. Diperoleh 5 September 2008 ______(2003). Adherence lon-gterm therapy. Evidence for action. Diperoleh 5 September 2008 Wilkinson, J. (2005). Nursing diagnosis handbookwith NIC intervention and NOC outcomes. (8th Ed). New Jersey : Prentice Hall