Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
Subject 4
Pajak Pertambahan Nilai Barang dan
Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah
Presented By :
Nyoman Darmayasa
Bali State Polytechnic
2013
http://elearning.pnb.ac.idSubjects
1. Dasar Hukum PPN & PPnBM
2. Penyerahan BKP
3. PKP & Pengusaha Kecil
4. Objek dan Non Objek PPN
5. Faktur Pajak
6. Penyetoran dan Pelaporan PPN
7. Kegiatan Membangun Sendiri (KMS)
8. Tax Refund (PPN Konsumsi LN)
9. Pedoman Penghitungan Pengkreditan
Pajak MasukanObjective Memberikan Pemahaman Atas :
Dasar Hukum PPN & PPnBM Penyerahan BKP PKP & Pengusahan Kecil Objek dan Non Objek PPN Faktur Pajak Penyetoran dan Pelaporan PPN Kegiatan Membangun Sendiri (KMS) Tax Refund (PPN Konsumsi LN) Pedoman Penghitungan
Dasar Hukum PPN dan PPnBM
Dasar Hukum PPN & PPnBM
1.UU No. 8 Tahun 1983
2.UU No. 11 Tahun 1994
3.UU No. 18 Tahun 2000
4.UU No. 42 Tahun 2009 Tentang Perubahan Ketiga atas Undang-
undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah.Pengertian dalam Pasal 1
1. Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku Undang- Undang yang mengatur mengenai kepabeanan.
2. Barang Kena Pajak adalah barang yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang ini.
3. Penyerahan Barang Kena Pajak adalah setiap kegiatan penyerahan Barang Kena Pajak.
4. Jasa Kena Pajak adalah jasa yang dikenai pajak
berdasarkan Undang-Undang ini.5. Penyerahan Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatan pemberian Jasa Kena Pajak.
Pengertian dalam Pasal 1
6. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean adalah setiap kegiatan pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.
7. Impor adalah setiap kegiatan memasukkan barang
dari luar Daerah Pabean ke dalam Daerah Pabean.
8. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
dari luar Daerah Pabean adalah setiap kegiatan
pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.9. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud adalah setiap kegiatan mengeluarkan Barang Kena Pajak Berwujud dari dalam Daerah Pabean ke luar
Pengertian dalam Pasal 1
10. Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak
berdasarkan Undang-Undang ini.11. Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau nilai lain yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang.
12. Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat
oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP atau
penyerahan JKP.13. Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang- undangan yang mengatur mengenai kepabeanan dan cukai untuk impor Barang Kena Pajak, tidak termasuk PPN & PPnBM yang dipungut menurut UU ini.
Pengertian dalam Pasal 1
14. Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya sudah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak karena perolehan Barang Kena Pajak
dan/atau perolehan Jasa Kena Pajak dan/atau
pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujuddari luar Daerah Pabean dan/atau pemanfaatan
Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dan/atau impor Barang Kena Pajak.15. Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai
terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha
Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, dan/atau ekspor Jasa Kena Pajak.Pengertian Penyerahan
Pasal 1A (1) Penyerahan BKP
a. Penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian;
b. Pengalihan BKP karena suatu perjanjian sewa beli dan/atau perjanjian sewa guna usaha (leasing); c. Penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang;
d. Pemakaian sendiri dan/atau pemberian cuma-cuma atas
BKP; e. BKP berupa persediaan dan/atau aktiva yang menuruttujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih
tersisa pada saat pembubaran perusahaan;f. Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya
dan/atau penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang;
g. Penyerahan BKP secara konsinyasi; danh. Penyerahan BKP oleh PKP dalam rangka perjanjian pembiayaan yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah, yang penyerahannya dianggap langsung dari PKP
Pasal 1A (2) Tidak Termasuk
Penyerahan BKP
a. Penyerahan BKP kepada makelar sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang;
b. Penyerahan BKP untuk jaminan utang-piutang;
c. Penyerahan BKP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf f dalam hal Pengusaha Kena Pajak melakukan
pemusatan tempat pajak terutang;d. Pengalihan BKP dalam rangka penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha dengan syarat pihak yang melakukan pengalihan dan yang menerima pengalihan adalah PKP; dan
e. BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak
untuk diperjual belikan, yang masih tersisa pada saat
pembubaran perusahaan, dan yang Pajak Masukan atas perolehannya tidak dapat dikreditkan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c.
PKP & Pengusaha Kecil
Pasal 3 A (1)
PKP & Pengusaha Kecil
Pengusaha yang melakukan penyerahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a, huruf c, huruf f, huruf g, dan huruf h,
kecuali pengusaha kecil yang batasannya
ditetapkan oleh Menteri Keuangan , wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dan wajib : Memungut, Menyetor, dan Melaporkan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang.
Pengusaha Kecil
PMK 68/PMK.03/2010 Tgl 23 Maret 2011 (berlaku mulai 1 April 2010) mengenai Batasan Pengusaha Kecil Pajak Pertambahan Nilai sesuai Pasal 3A (1) UU PPN No. 42 Tahun 2009.
PMK 68/PMK.03/2010 Pasal 1 (1) Pengusaha kecil adalah pengusaha yang selama satu tahun buku melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dengan jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan bruto tidak lebih dari Rp 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).
Objek dan Non Objek PPN
Pasal 4 (1) Objek PPN
a. Penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha; b. Impor BKP;
c. Penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha; d. Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar
Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;
e. Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean; f. Ekspor BKP Berwujud oleh PKP;
g. Ekspor BKP Tidak Berwujud oleh PKP; dan h. Ekspor JKP oleh PKP.
Pasal 4 A Non Objek PPN
(2) BKP Non Objek PPN
a.Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya; b.Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak; c.Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering; dan d.Uang, emas batangan, dan surat berharga.
Pasal 4 A Non Objek PPN
(3) JKP Non Objek PPN a.Jasa pelayanan kesehatan medis; b.Jasa pelayanan sosial; c.jasa pengiriman surat dengan perangko; d.Jasa keuangan; e.Jasa asuransi; f.Jasa keagamaan; g.Jasa pendidikan; h.Jasa kesenian dan hiburan; i.Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan;
j.Jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam
negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri; k.Jasa tenaga kerja; l.Jasa perhotelan; m.Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum; n.Jasa penyediaan tempat parkir; o.Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam; p.Jasa pengiriman uang dengan wesel pos; danFaktur Pajak
Faktur Pajak (Pasal 13-1a)
Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada Pasal 13 ayat (1) harus dibuat pada:
a. Saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak.
b. Saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak.
c. Saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan; atau
d. saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Faktur Pajak (Pasal 13)
2 Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Pengusaha Kena Pajak dapat membuat 1 (satu) Faktur Pajak meliputi seluruh penyerahan yang dilakukan kepada pembeli Barang KenaPajak atau penerima Jasa Kena Pajak
yang sama selama 1 (satu) bulan kalender.2a Faktur Pajak sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) harus dibuat paling lama
pada akhir bulan penyerahan.Penyetoran & Pelaporan
Penyetoran dan Pelaporan
Pasal 15A
(1) Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai oleh Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) harus dilakukan paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum Surat Pemberitahuan Masa
Pajak Pertambahan Nilai disampaikan.
(2) Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai disampaikan paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak.
Penyetoran dan Pelaporan
Pasal 15A
(1) Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai oleh Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) harus dilakukan paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum Surat Pemberitahuan Masa
Pajak Pertambahan Nilai disampaikan.
(2) Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai disampaikan paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak.
Ilustrasi
Ilustrasi
1. PKP ND pada tanggal 3 Desember 2012 membayar Down Payment Rp. 30 Jt kepada PKP KD atas pemesanan 20 Laptop @ Rp. 5 jt, (belum termasuk PPN).
2. Tanggal 10 Desember 2012, 20 Laptop diterima oleh PKP ND.
3. Tanggal 15 Desember 2012, PKP ND melunasi hutang pembelian laptop kepada
PKP KD
4. Tanggal 20 Desember 2012, PKP ND menjual seluruh Laptop kepada Konsumen dengan total harga Rp. 130 Jt (sudah termasuk PPN), dengan pembayaran sebagian cash dan sebagian kredit dengan
Pertanyaan:
1. Kapan PKP KD membuat Faktur?
2. Kapan PKP ND membuat Faktur?
3. Buatlah jurnal (metode perpetual) untuk PKP ND selama masa Desember 2012!
4. Hitunglah besarnya PPN yang lebih atau kurang bayar masa Desember 2012!
5. Kapan batas akhir PKP ND menyetor PPN yang kurang bayar (jika ada)
6. Kapan batas akhir PKP ND melaporkan SPT masa PPN Desember 2012
Alternatif jawaban disertakan dasar hukumnya
PPN atas Kegiatan
membangun Sendiri
KMS UU No. 18 Tahun 2000 Tentang PPN dan PPnBM
Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas kegiatan membangun
sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau
pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain yang batasan dan tata caranya diatur dengan
“Keputusan Menteri Keuangan."
UU No. 42 Tahun 2009 Tentang PPN dan PPnBM (1-4-2010)
PMK 39/PMK.03/2010 tentang Batasan dan Tata Cara Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan
Membangun Sendiri , dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
DPP : 40 % Tarif : 10 %
2 Luas Bangunan : >= 300 M
PMK 163/PMK.03/2012 (22-11-2012)
DPP : 20 % Tarif : 10 %
2
Ilustrasi
Tuan ND melakukan pembangunan sendiri mulai tgl 10 Oktober
2
2011, dengan luas 350 M diatas tanah dengan harga perolehan Rp. 250.000.000,00., dengan rincian biaya sbb :
- Selama bulan Oktober 2011, biaya material Rp. 50.000.000,00, dalam biaya material terdapat PPN pembelian material sebesar Rp. 3.000.000,00 • Selama bulan November 2011, biaya material Rp.
60.000.000,00, dalam biaya material terdapat PPN pembelian material sebesar Rp. 3.500.000,00
- Selama bulan Desember 2011, biaya material Rp.
70.000.000,00, dalam biaya material terdapat PPN pembelian material sebesar Rp. 4.000.000,00
- Bulan Januari 2012, membayar biaya tukang Rp. 40.000.000
Pertanyaan :
1. Apakah pembangunan sendiri tersebut terutang PPN membangun sendiri ?, jelaskan !
2. Jika terutang PPN, berapa besarnya PPN yang terutang sesuai dengan masa pajaknya ?
Tax Refund (PPN Konsumsi LN)
Pasal 16 E UU No. 42 Tahun 2009 (1) PPN dan PPnBM yang sudah dibayar atas pembelian BKP yang dibawa ke luar Daerah Pabean oleh orang pribadi pemegang paspor luar negeri dapat diminta kembali. (2) PPN dan PPnBM yang dapat diminta kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat:
Tax Refund (PPN Konsumsi LN)
– nilai PPN paling sedikit Rp500.000,00 dan dapat disesuaikan
dengan Peraturan Pemerintah;– pembelian BKP dilakukan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan
sebelum keberangkatan ke luar Daerah Pabean; dan- – Faktur Pajak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (5), kecuali pada kolom NPWP dan alamat pembeli disi dengan nomor paspor dan alamat lengkap di negara yang
menerbitkan paspor atas penjualan kepada orang pribadi
pemegang paspor luar negeri yang tidak mempunyai NPWP.(3) Permintaan kembali PPN dan PPnBM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada saat orang pribadi pemegang paspor luar negeri meninggalkan Indonesia dan disampaikan kepada DJP melalui Kantor DJP di bandar udara yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Tax Refund (PPN Konsumsi LN) (4) Dokumen yang harus ditunjukkan pada saat meminta kembali Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah adalah:
- – Paspor;
- – Pas naik (boarding pass) untuk keberangkatan orang pribadi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ke luar Daerah Pabean; dan
- – Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c.
(5) Ketentuan mengenai tata cara pengajuan dan penyelesaian permintaan kembali Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Tax Refund (PPN Konsumsi LN)
PMK 76/PMK.03/2010 (31 Maret 2010), berlaku mulai 1 April 2010
Pasal 3 (2) jo PMK 18/PMK.03/2011 (24 Januari 2011), berlaku mulai 24 Maret 2011)
Pasal 3 (2) PPN atas perolehan Barang Bawaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) yang tidak dapat diminta kembali adalah PPN atas perolehan:
- Makanan, minuman, produk-produk tembakau;
- Senjata api dan bahan peledak; dan • Barang yang dilarang dibawa ke dalam pesawat.
Pasal 6 (1) PPN yang dapat diminta kembali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 harus memenuhi syarat:
- Nilai PPN paling sedikit Rp500.000,00
- Pembelian BKP dilakukan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sebelum keberangkatan ke luar Daerah Pabean.
Pedoman Penghitungan
Pengkreditan Pajak Masukan
Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan
Pasal 9 (7) Besarnya Pajak Masukan yang dapat dikreditkan oleh PKP yang peredaran usahanya dalam 1 (satu) tahun tidak melebihi jumlah tertentu, kecuali PKP sebagaimana dimaksud pada ayat (7a), dapat dihitung dengan menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan.
Pasal 9 (7a) Besarnya Pajak Masukan yang dapat dikreditkan oleh PKP yang melakukan kegiatan usaha tertentu dihitung dengan menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan.
Pasal 9 (7b) Ketentuan mengenai peredaran usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (7), kegiatan usaha tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (7a), dan pedoman penghitungan pengkreditan
Pajak Masukan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dan
ayat (7a) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan PMK 74/PMK.03/2010 (31-3-2010), berlaku mulai 1 April 2010.
Pasal 2 PKP yang dapat menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan adalah PKP yang mempunyai peredaran usaha dalam 1 (satu) tahun buku tidak melebihi Rp1.800.000.000,00
Pasal 7 Besarnya Pajak Masukan yang dapat dikreditkan yang dihitung menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, yaitu sebesar:
• 60% (enam puluh persen) dari Pajak Keluaran untuk penyerahan
Jasa Kena Pajak; atau• 70% (tujuh puluh persen) dari Pajak Keluaran untuk penyerahan
Barang Kena Pajak. >• Bagi PKP yang melakukan penyerahan BKP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b adalah sama dengan 3% (tiga persen) dari DPP
• Bagi PKP yang melakukan penyerahan JKP sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 huruf a adalah sama dengan 4% (empat persen) dari DPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2);
Pasal 3 Besarnya Pajak Masukan yang dapat dikreditkan yang dihitung menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, yaitu sebesar:
- 90% dari Pajak Keluaran, dalam hal Pengusaha Kena Pajak
melakukan penyerahan kendaraan bermotor bekas secara eceran;
- 80% dari Pajak Keluaran, dalam hal Pengusaha Kena Pajak melakukan penyerahan emas perhiasan secara eceran.
Pasal 5 PPN yang wajib disetor pada setiap Masa Pajak dihitung dengan cara Pajak Keluaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dikurangi dengan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, yaitu sebesar:
• 1% (satu persen) dari DPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2), bagi PKP yang melakukan penyerahan kendaraan bermotor bekas secara eceran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a;
• 2% (dua persen) dari DPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(2), bagi PKP yang melakukan penyerahan emas perhiasan secara
1. PT. A (Toko Elektronik), adalah perusahaan yang berdiri pada Januari 2012, sampai dengan akhir bulan Juni 2012 peredaran usaha PT. A adalah Rp. 600.000.000.
2. Pada tanggal 10 Agustus 2012 PT A, melakukan pembelian BKP 66 Jt (sudah termasuk PPN)
3. Pada tanggal 25 Agustus 2012 PT A, melakukan penyerahan BKP sejumlah Rp. 77 Jt (sudah termasuk PPN)
Pertanyaan:
1. Pada bulan Januari 2012, apakah PT A termasuk Pengusaha Kecil atau bukan ?, jelaskan beserta dasar hukumnya !
2. Kapan paling lambat PT A, wajib dikukuhkan sebagai PKP ?
3. Apakah PT. A, boleh menghitung PPN yang terutang dengan metode Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan ? jelaskan beserta dasar hukumnya !
4. Anda sebagai calon Konsultan Pajak PT A, dimintai pendapat mengenai cara perhitungan PPN terutangnya, jelaskan saran anda ?
SPT
Dasar Hukum SPT
PMK 181/PMK.03/2007 Dirubah dengan PMK 152/PMK/.03/2009 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/Pmk.03/2007 Tentang Bentuk dan Isi Surat Pemberitahuan, Serta Tata Cara Pengambilan Pengisian, Penandatanganan, dan Penyampaian Surat Pemberitahuan.
Pasal 14 : Ketentuan lebih lanjut mengenai: bentuk dan isi SPT serta keterangan dan/atau dokumen yang harus dilampirkan dalam SPT Per 44/PJ/2010 tentang Bentuk, Isi, dan Tata Cara Pengisian Serta Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN) Per 45/PJ/2010 tentang Bentuk, Isi, dan Tata Cara Pengisian Serta Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (Spt Masa Ppn) Bagi Pengusaha Kena Pajak Yang Menggunakan Pedoman Penghitungan Pengkreditan
Jenis SPT
1. Per 44/PJ/2010 tentang Bentuk, Isi, dan Tata Cara
Pengisian Serta Penyampaian Surat Pemberitahuan
Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN) SPT Masa PPN 1111 Faktur Pajak > 25 Menggunakan E_SPT2. Per 45/PJ/2010 tentang Bentuk, Isi, dan Tata Cara
Pengisian Serta Penyampaian Surat Pemberitahuan
Masa Pajak Pertambahan Nilai (Spt Masa Ppn) Bagi
Pengusaha Kena Pajak Yang Menggunakan Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan SPT Masa PPN 1111 DM Faktur Pajak > 25 Menggunakan E_SPTE_SPT
Pedoman Penghitungan
Pengkreditan Pajak Masukan
Dasar Hukum
Pasal 9 (6) UU PPN Apabila dalam suatu Masa Pajak Pengusaha Kena Pajak selain melakukan penyerahan yang terutang pajak juga melakukan penyerahan yang tidak terutang pajak, sedangkan Pajak Masukan untuk penyerahan yang terutang pajak tidak dapat diketahui dengan pasti, jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan untuk penyerahan yang terutang pajak dihitung dengan menggunakan pedoman yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
Dasar Hukum
Pasal 16 B UU PPN
1. Pajak terutang tidak dipungut sebagian atau seluruhnya atau
dibebaskan dari pengenaan pajak, baik untuk sementara waktu
maupun selamanya, untuk: Kegiatan di kawasan tertentu atau tempat tertentu di dalam Daerah Pabean; Penyerahan BKP tertentu atau penyerahan JKP tertentu; Impor Barang Kena Pajak tertentu; Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud tertentu dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean; dan Pemanfaatan JKP tertentu dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean, diatur dengan Peraturan Pemerintah.2. Pajak Masukan yang dibayar untuk perolehan BKP dan/atau perolehan JKP yang atas penyerahannya tidak dipungut PPN dapat dikreditkan.
3. Pajak Masukan yang dibayar untuk perolehan BKP dan/atau perolehan JKP yang atas penyerahannya dibebaskan dari
PMK 78/PMK.03/2010
Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan Bagi PKP Yang Melakukan Penyerahan Yang Terutang Pajak Dan Penyerahan Yang Tidak Terutang Pajak.
1.Pengusaha Kena Pajak yang melakukan kegiatan:
2.Usaha terpadu (integrated), terdiri dari:
a. Unit atau kegiatan yang melakukan Penyerahan yang Terutang Pajak; dan b. Unit atau kegiatan lain yang melakukan Penyerahan yang Tidak Terutang Pajak;
3.Usaha yang atas penyerahannya terutang pajak dan yang tidak terutang pajak;
4.Usaha untuk menghasilkan, memperdagangkan barang, dan usaha jasa yang
atas penyerahannya terutang pajak dan yang tidak terutang pajak; atau5.Usaha yang atas penyerahannya sebagian terutang pajak dan sebagian lainnya tidak terutang pajak,
Sedangkan Pajak Masukan untuk Penyerahan yang Terutang Pajak tidak dapat
diketahui dengan pasti, jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan untuk Penyerahan yang Terutang Pajak dihitung dengan menggunakan pedoman penghitungan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan.PMK 78/PMK.03/2010
Pasal 3 Formula Perhitungan Kembali P = PM x Z P : Jumlah Pajak Masukan yang dapat
dikreditkan; PM : Jumlah Pajak Masukan atas perolehan
Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak;
Z : Persentase yang sebanding dengan jumlah Penyerahan yang Terutang Pajak terhadap penyerahan seluruhnya.
PMK 78/PMK.03/2010
Pasal 3 Formula Perhitungan Kembali P = PM x Z P : Jumlah Pajak Masukan yang dapat
dikreditkan; PM : Jumlah Pajak Masukan atas perolehan
Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak;
Z : Persentase yang sebanding dengan jumlah Penyerahan yang Terutang Pajak terhadap penyerahan seluruhnya.
Summary & Questions
Summary
1. Dasar Hukum PPN & PPnBM adalah UU
No. 42 Tahun 20092. PMK No. 68/PMK.03/2010 mengatur tentang Batasan Pengusaha Kecil.
3. Penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
pengusaha merupakan Objek PPN
4. Jasa boga atau katering bukan merupakan Objek PPN
Questions
1. Sebutkan Dasar Hukum PPN & PPnBM?
2. Jelaskan Pengertian Penyerahan BKP?
3. Sebutkan Batasan Pengusaha Kecil?
4. Sebutkan Objek PPN?
5. Sebutkan Non Objek PPN?
References
- IKPI, 2012, Kumpulan Soal & Jawab
Ujian Sertifikasi Konsultan Pajak "A, B,
& C", PT Cipta Bina Parama, Jakarta
- IKPI, 2011, Rangkuman Undang-
Undang Perpajakan, PT Cipta Bina Parama, Jakarta
- Mardiasmo, 2011 , Perpajakan , Edisi Revisi, Andi Yogyakarta • Taf Consulting, 2008, Executive Tax
Program Pendidikan Pajak Terapan
Komprehensif Brevet A-B-C, PT. Taf
Thank You As long as we still keep our exciting
goal in mind, we should not stop half
way.In reality, there is no real success achieved without any failure.
International Registered
Tax Consultant