I. Definisi komunikasi - MODUL PSIKOM RISWANDI

  FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA MODUL PSIKOLOGI KOMUNIKASI ( 3 ) SKS Pokok Bahasan: Pengertian dan Ruang lingkup Psikologi Komunikasi Dosen : Drs. Riswandi, M.Si. TUJUAN INSTRUKSIONAL :

  Setelah memperoleh materi ini mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan kembali tentang definisi komunikasi dan tingkatan proses komunikasi.

I. Definisi komunikasi

  Kata atau istilah “komunikasi” (Bahasa Inggris “communication”) berasal dari Bahasa Latin “communicatus” atau communicatio atau communicare yang berarti “berbagi” atau “menjadi milik bersama”.

  Dengan demikian, kata komunikasi menurut kamus bahasa mengacu pada suatu upaya yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan. Menurut Webster New Collogiate Dictionary komunikasi adalah “suatu

  proses pertukaran informasi di antara individu melalui sistem lambang- lambang, tanda-tanda atau tingkah laku”.

  Berikut ini adalah bebarapa definsi tentang komunikasi yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut :

1. Carl Hovland, Janis & Kelley

  Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan

  Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar, angka-angka, dan lain-lain.

  3. Harold Lasswell

  Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan “siapa” “mengatakan “apa” “dengan saluran apa”, “kepada siapa” , dan “dengan akibat apa” atau “hasil apa”.

  (who says what in which channel to whom and with what effect).

  4. Barnlund

  Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego.

  5. Weaver

  Komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang lainnya.

  6. Gode Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari semula yang dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih.

  Dari berbagai definsi tentang ilmu komunikasi tersebut di atas, terlihat bahwa para ahli memberikan definisinya sesuai dengan sudut pandangnya dalamelihat komunikasi. Masing-masing memberikan penekanan arti, ruang lingkup, dan konteks yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa, ilmu komunikasi sebagai bagian dari ilmu sosial adalah suatu ilmu yang bersifat multi-disipliner.

  Definisi Hovland Cs, memberikan penekanan bahwa tujuan komunikasi adalah mengubah atau membentuk perilaku. Definisi Berelson dan Steiner, menekankan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian, yaitu penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain. Definisi Lasswell, secara eksplisit dan kronologis menjelaskan tentang lima komponen yang terlibat dalam komunikasi, yaitu : siapa (pelaku komunikasi pertama yang mempunyai inisiatif atau sumber. - melalui saluran apa (alat/saluran penyampaian informasi)

  • dengan akibat/hasil apa (hasil yang terjadi –pada diri penerima)

  Definisi Lasswell ini juga menunjukkan bahwa komunikasi itu adalah suatu upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan. Berdasarkan definisi Lasswell ini dapat diturunkan 5 unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama lain, yaitu Pertama; sumber (source), sering disebut juga pengirim (sender), penyandi (encoding), komunikator, pembicara (speaker) atau originator. Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber boleh jadi seorang individu, kelompok, organisasi, perusahaan, atau negara. Kedua; Pesan, yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan, atau maksud sumber tersebut. Pesan mempunyai 3 komponen, yaitu makna, digunakan untuk menyampaikan pesan, dan bentuk atau organisasi pesan. Ketiga; saluran atau media, yaitu alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Pada dasarnya saluran komunikasi manusia adalah 2 saluran, yaitu cahaya dan suara. Saluran juga merujuk pada cara penyampaian pesan, apakah langsung (tatap muka) atau lewat media (cetak dan elektronik). Keempat; penerima (receiver) sering juga disebut sasaran/tujuan (destination), komunikate, penyandi balik (decoder) atau khalayak, pendengar (listener), penafsir (interpreter), yaitu orang yang menerima dari sumber. Berdasrkan pengalaman masa lalu, rujukan nilai, pengetahuan, persepsi, pola pikir, dan perasaan, penerima pesan menafsirkan seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang ia terima. Kelima; efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut, misalnya terhibur, menambah pengatahuan, perubahan sikap, atau bahkan peruahan perilaku. Kelima unsur tersebut di atas sebenarnya belum lengkap, bila dibandingkan dengan unsur-unsur komunikasi yang terdapat dalam model-model yang lebih baru. Unsur-unsur yang sering ditambahkan adalah umpan balik (feed back), gangguan komunikasi (noise), dan konteks atau situasi komunikasi.

  Definisi Gode, memberi penekanan pada proses penularanpemilikan, yaitu dari yang semula (sebelum komunikasi) hanya dimiliki oleh satu orang kemudian setelah komunikasi menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih. Definisi Barnlund, menekankan pada tujuan komunikasi, yaitu untuk mengurangi ketidakpastian, sebagai dasar bertindak efektif, dan untuk mempertahankan atau memperkuat ego. Berdasarkan definisi-definisi tentang komunikasi tersebut di atas, dapat diperoleh gambaran bahwa komunikasi mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut :

  1. Komunikasi adalah suatu proses

  2. Komunikasi adalah upaya yang disengaja dan mempunyai tujuan

  3. Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang terlibat

  4. Komunikasi bersifat simbolis

  5. Komunikasi bersifat transaksional

  6. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu Ad. 1. Komunikasi adalah suatu proses Komunikasi sebagai suatu proses artinya bahwa komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan (ada tahapan atau sekuensi) serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu. Sebagai suatu proses, komunikasi tidak statis, tetapi dinamis dlam arti akan selalu mengalami perubahan dan berlangsung terus menerus. Proses komunikasi melibatkan banyak unsur atau komponen. Unsur-unsur tersebut antara lain meliputi pelaku atau peserta, pesan 9mencakup bentuk, isi, dan cara penyajiannya), saluran atau alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan, waktu, tempat, hasil atau akibat yang ditimbulkan, dan situasi atau kondisi pada saat berlangsungnya komunikasi. Ad. 2. Komunikasi adalah suatu upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan. Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, disengaja, serta sesuai dengan tujuan atau keinginan dari pelakunya. Pengertian sadar, di sini menunjukkan bahwa kegiatan komunikasi yang dilakukan seseorang sepenuhnya kemauan dari pelakunya. Sedangkan tujuan yang diharapkan berarti merujuk pada hasil atau akibat yang diinginkan. Tujuan komunikasi mencakup banyak hal, tergantung pada keinginan atau harapan dari masing-masing pelakunya. Ad. 3. Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang terlibat kegiatan komunikasi akan berlangsung baik apabila pihak-pihak yang berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-sama ikut terlibat dan sama-sama mempunyai perhatian yang samaterhadap topik pesan yang disampaikan. Ad. 4. Komunikasi bersifat simbolis Komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang. Lambang yang paling umum digunakan dalam komunikasi antar manusia adalah bahasaverbal dalam bentuk kata-kata, kalimat, angka-angka atau tanda-tanda lainnya. Bahasa verbal yang digunakan untuk keperluan membujuk atau meminta tolong, tentunya akan berbeda dengan bahasa verbal yang digunakan untuk tujuan memerintah atau memaksa. Perbedaan tersebut tidak hanya pada kata-kata yang digunakan, akan tetapi juga pada nada dan tekanan atau intonasinya. Selain bahasa verbal, juga ada lambang-lamabang yang bersifat nonverbal yang dapat digunakan dalam komunikasi seperti gestura (gerak tangan, gerak kaki, atau bagian tubuh lainnya), warna, sikap duduk, dan jarak. Penggunaan lambang-lambang ini biasanya dimaksudkan untuk memperkuat makna pesan yang disampaikan. Misalnya, jika kita berusaha membujuk seseorang mengenai sesuatu hal, maka gaya dan sikap kita akan berbeda dengan jika kita memerintah atau memarahi seseorang. Ad. 5. Komunikasi bersifat transaksional Komunikasi pada dasarnya menuntut dua tindakan, yaitu memberi dan menerima. Dua tindakan tersebut tentunya perlu dilakukan secara seimbang atau porsional. Pengertian transsaksional ini berarti bahwa keberhasilan komunikasi tidak hanya ditentukan oleh salah satu pihak, akan tetapi kedua belah pihak yang terlibat dalam komunikasi berperan dalam menyukseskannya. Artinya, komunikasi akan berhasil apabila kedua belah pihak yang terliabt mempunyai kesepakatan tentang hal-hal yang dibicarakan. Ad. 6. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu Maksudnya adalah bahwa para peserta atau pelaku yang terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta tempat yang sama. Dengan adanya berbagai produk

II. Ruang Lingkup Psikologi Komunikasi

  Sebelum dikemukakan ruang lingkup psikologi komunikasi, terlebih dahulu dikemukakan definisi komunikasi dari perspektif psikologi. Kamus Psikologi, Dictionary of Behavioral Science menyebutkan 6 definisi komunikasi sebagai berikut :

  1. Komunikasi adalah penyampaian perubahan energi dari suatu tempat ke tempat yang lain seperti dalam system syaraf atau penyampaian gelombang-gelombang suara.

  2. Komunikasi adalah penyampaian atau penerimaan signal atau pesan oleh organisme.

  3. Komunikasi adalah pesan yang disampaikan

  4. Komunikasi adalah proses yang dilakukan satu system untuk mempengaruhi system yang lain melalui pengaturan signal-signal yang disampaikan.

  5. Komunikasi adalah pengaruh satu wilayah pribadi pada wilayah persona yang lain sehingga perubahan dalam satu wilayah menimbulkan perubahan yang berkaitan pada wilayah yang lain.

  6. Komunikasi adalah pesan pasien kepada pemberi terapi dalam psiko- terapi. Dari definisi tentang komunikasi dari perspektif psikologi tersebut di atas, terlihat bahwa makna komunikasi sangat luas, meliputi penyampaian energi, gelombang suara, tanda di antara tempat, dan system atau organisme. Kata komunikasi dipergunakan sebagi proses, sebagai pesan, sebagai pengaruh, atau secara khusus sebagai pesan pasien dalam psikoterapi. Psikologi mencoba menganalisis seluruh komponen yang terlibat dalam proses komunikasi.

  Jadi psikologi menyebut komunikasi pada penyampaian energi dari alat-alat indera ke otak, peristiwa penerimaan dan pengoalhan informasi, pada proses saling pengaruh di antara berbagai system dalam diri organisme dan di antara organisme. Psikologi mencoba menganalisa seluruh komponen yang terlibat dalam proses komunikasi. Pada diri komunikator, psikologi memeriksa karakteristik manusia sebab satu sumber komuniksi berhasil dalam mempengaruhi orang lain, sementara sumber komunikasi yang lain tidak.

  Psikologi juga tertarik pada komunikasi di antara individu; bagaimana pesan dari satu individu menjadi stimulus yang menimbulkan respon pada individu lain. Psikologi bahkan meneliti alambang-lambang yang disampaikan. Psikologi meneliti proses mengungkapkan pikiran menjadi lambing, bentuk-bentuk lambang, dan pengaruh lambang terhadap perilaku manusia. Pada saat pesan sampai pada diri komuniakator, psikologi melihat ke dalam proses penerimaan pesan, menganalisa factor-faktor personal dan situasional yang mempengaruhinya, dan menjelskan berbagai corak komunikan ketika sendirian atau dalam kelompok.

  Perkembangan terbaru dari dunia psikologi komunikasi adalah komunikasi terapeutik. melalui metode ini, seorang terapis mengarahkan komunikasi begitu rupa sehingga pasien dihadapkan pada situasi dan pertukaran pesan yang dapat menimbulkan hubungan social yang bermanfaat. Komunikasi teerapeutik memandang gangguan jiwa besumber pada gangguan komunikasi, pada ketidakmampuan pasien untuk mengungkapkan dirinya. Singkatnya, meluruskan jiwa orang dengan meluruskan caranya berkomunikasi.

  Komunikasi boleh ditujukan untuk memberikan informasi, menghibur, atau mempengaruhi. Komunikasi untuk tujuan yang ketiga ini lazim disebut komunikasi persuasive, yang berkaitan erat dengan psikologi. Persuasif dapat didefinisikan sebagai proses mempengaruhi dan mengendalikan perilaku orang lain melalui pendekatan psikologi. Ketika komunikasi dikenal sebagi proses mempengaruhi oprang lain, disiplin-disiplin yang lain menambah perhatian yang sama besarnya. Menurut George Miller, komunikasi telah menjadi salah satu kesibukan utama pada masa sekarang ini. Komunikasi begitu esensial dalam masyarakat manusia, sehingga setiap orang yang belajar tentang manusia harus melihat pada komunikasi. Komunikasi telah dikaji dari berbagai segi, sosiologi, antropologi, ekonomi, psikologi, linguistic, biologi, filsafat, politik, teknik, dan sebagainya.

  Psikologi juga meneliti kesadaran dan pengalaman manusia. Psikologi terutama mengarahkan perhatiannya pada perilaku manusia dan mencoba menyimpulkan proses kesadaran yang menyebabkan terjadinya perilaku tersebut. Bila sosiologi melihat komunikasi pad interaksi social, filsafat pada hubugnan manusia dengan realitas lainnya, maka psikologi melihat pada perilaku individu komunikan. Yang agak permanen mempelajari komunikasi adalah sosiologi, filsafat, dan psikologi. Sosiologi mempelajari interaksi social, Interaksi social harus melalui kontak dan komunikasi. Oleh karena itu, setiap buku sosiologi harus menyinggung komunikasi. DAlam dunia yang serba modern sekarang ini, komunikasi bukan saja mendasari interaksi social. Teknologi komunikasi telah berkembang sedemikian rupa sehingga tidak ada satu masyarakat modern yang mampu bertahan tanpa komunikasi.

  Ruang lingkup psikologi komunikasi adalah :

  1. Sistem komunikasi intrapersonal

  2. Sistem komuniksi interpersonal

  3. Sistem komunikasi kelompok

  4. Sistem komunikasi Massa

  

Dalam system komunikasi intrapersonal, antara lain membahas tentang karakteristik

  manusia komunikan, factor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perilaku komunikasinya, system memori dan berpikir, dan sifat-sifat psikologi komunikator.

  

Dalam system komunikasi interpersonal, antara lain dibahas tentang proses persepsi

interpersonal, konsep diri, atraksi interpersonal, dan hubungan interpersonal. Dalam system komunikasi kelompok, antara lain dibahas tentang kelompok dan

  pengaruhnya pada perilaku komunikasi, factor-faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok, dan bentuk-bentuk komunikasi kelompok.

  

Dalam komunikasi massa, antara lain dibahas tentang motivasi Atau factor-faktor yang

  mempengaruhi reaksi individu terhadap media massa, efek komunikasi massa, dan psikologi komunikator.

   MODUL

PSIKOLOGI KOMUNIKASI

  

3 SKS

Pokok Bahasan : Pendekatan Psikologi Komunikasi dan Komunikasi Efektif Oleh : Drs. Riswandi, M.Si. TUJUAN INSTRUKSIONAL :

  Setelah memperoleh materi ini mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan kembali tentang ciri pendekatan psikologi komunikasi dan komunikasi efektif.

I. Ciri Pendekatan Psikologi Komunikasi

  Psikologi mengarahkan perhatiannya pada perilaku manusia dan mencoba menyimpulkan proses kesadaran yang menyebabkan terjadinya perilaku tersebut. Bila sosiologi melihat komunikasi pada interaksi social, filsafat pada hubungan manusia dengan realitas alam semesta, maka psikologi melihat pada perilaku individu komunikan. Menurut Fisher, ada 4 ciri pendekatan psikologi pada komunikasi, yaitu :

  1. Penerimaan stimuli secara indrawi;

  2. Proses yang mengantarai stimuli dan respons;

  3. Prediksi respons; 4. Peneguhan respons.

1) Psikologi melihat komunikasi dimulai deng dikenainya masukan kepada organ-organ

  penginderaan kita yang berupa data. Stimuli bisa berbentuk orang, pesan, suara, warna, dan sebagainya; pokoknya segala hal yang mempengaruhi kita.

  2) Stimuli itu kemudian diolah dalam jiwa kita, yaitu dalam ‘kotak hitam” yang tidak

  pernah kita ketahui. Kita hanya mengambil kesimpulan tentang proses yang terjadi pada “kotak hitam” dari respons yang tampak. Misalnya kita mengetahui bahwa bila ia tersenyum, tepuk tangan, dan meloncat-loncat, pasti ia dalam keadaan gembira.

  

3) Psikologi komunikasi juga melihat bagaimana respons yang terjadi pada masa lalu

  dapat meramalkan respons yang akan dating. Kita ahrus mengetahui sejarah respons sebelum meramalkan respons individu masa sekarang.

  4) Peneguhan adalah respons lingkungan (atau orang lain pada respons organisme yang asli). Ahli lain menyebutnya feedback atau umpan balik.

  Menurut George A. Miller, psikologi komunikasi adalah ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental dan perilaku dalam komunikasi.

  Peristiwa mental adalah proses yang mengantarai stimuli dan respons (internal mediation of stimuli) yang berlangsung sebagai akibat belangsungnya komunikasi.

Peristiwa perilaku/behavioral adalah apa yang nampak ketika orang berkomunikasi.

  Belum ada kesepakatan tentang cakupan psikologi. Ada yang beranggapan psikologi hanya tertarik perilaku yang tampak saja, sedangkan yang lain tidak dapat mengabaikan peristiwa-peristiwa mental. Sebagian peikolog hanya ingin memeriksa apa yang dilakukan orang, sebagian lagi ingin meramalkan apa yang akan dilakukan orang.

  Komuniksai adalah peristiwa social. Psikologi komunikasi dapat diposisikan sebagai bagian dari psikologi social. Karena itu, psikologi social adalah juga pendekatan psikologi komunikasi. Bila individu-individu berinteraksi dan saling mempengaruhi, maka terjadilah :

  1. Proses belajar yang meliputi aspek koginitif dan aspek afektif

  2. Proses penyampaian dan penerimaan lambang-lambang (komuniksi)

  3. Mekanisme penyesuaian diri seperti sosialisasi, identifikasi, permainan

II. Komunikasi Efektif

  Menurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, komunikasi yang efektif menimbulkan 5 hal, yaitu ;

  1. Pengertian

  2. Kesenangan

  3. Pengaruh pada sikap

  4. Hubungan yang makin baik

  5. Tindakan

  1) Pengertian

  Pengertian artinya penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksud oleh komunikator. Seringkali pertengkaran atau konflik terjadi karena pesan kita diartikan lain oleh orang yang kita ajak bicara. Kegagalan menerima isi pesan secara cermat disebut kegagalan komunikasi primer (primary breakdown in communication). Dalam konteks inilah diperlukan pemahaman orang tentang psikologi pesan dan psikologi komunikator.

  2) Kesenangan

  Tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan informasi dan membentuk pengertian. Misalnya ketika kita mengucapkan “Selamat pagi, apa kabar? Kita tidak bermaksud mencari keterangan. Komunikasi seperti ini dimaksudkan untuk menimbulkan kesenangan, yang lazim disebut komunikasi fatis (phatic communication). Komunikasi seperti ini menjadikan hubungan kita hangat, akrab, dan menyenangkan. Dalam Analisis Transaksional ini disebut “ Saya Oke – Kamu Oke”. Ini memerlukan psikologi psikologi tentang sistem komuniaksi interpersonal.

  3) Mempengaruhi sikap Kita paling sering melakukan komunikasi untuk mempengaruhi orang lain.

  Misalnya : Khotib ingin membangkitkan sikap beragama dan mendorong jemaah untuk - beribadah lebih baik.

  Pemasang iklan ingin merangsang selera konsumen untuk membeli barang-

  • barang lebih banyak.

  Semua yang disebutkan di atas adalah termasuk komunikasi persuasive. Komunikasi persuasive memerlukan pemahaman tentang factor-faktor pada diri komunikator, dan pesan yang menimbulkan efek pada komunikate. Persuasive didefinisikan sebagai proses mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan orang dengan menggunakan manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri.

4) Hubungan social yang baik Komunikasi juga ditujukan untuk menumbuhkan hubungan social yang baik.

  Kebutuhan social adalah kebutuhan untuk menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi dan asosiasi, pengendalian, dan kekuasaan, serta cinta kasih. Menurut penelitian, bila orang gagal menumbuhkan hubungan interpersonal, maka ia akan menjadi agresif, senang berkhayal, dingin, sakit fisik dan mental, dan menderita “flight syndrome” (ingin melarikan diri dari lingkungannya). Kebutuhan sosial adalah kebutuhan untuk menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi dan asosiasi, pengendalian, dan kekuasaan, serta cinta kasih. Secara singkat, kita ingin bergabung dan berhubungan dengan orang lain, kita ingin mengendalikan dan dikendalikan, kita ingin mencintai dan dicintai. Kebutuhan sosial ini hanya bisa dipenuhi dengan komunikasi interpersonal yang efektif. Bila orang gagal dalam menumbuhkan hubungan interpersonal, maka ia menjadi agresif, senang berkhayal,dan sakit fisik dan mental, dan ingin melarikan diri dari lingkungannya. Hasil penelitian Philip G. Zimbardo menemukan, bahwa anonimitas menjadikan orang agresif, senang mencuri dan merusak, dan kehilangan tanggung jawab sosial. Anonimitas timbul mungkin karena kegagalan komuniksi interpersonal dalam menumbuhkan hubungan sosial yang baik. Supaya manusia tetap hidup secara sosial, untuk sosial survival, ia harus terampil dalam memahami faktor-faktor yang

5) Tindakan Persuasi juga ditujukan untuk melahirkan tindakan yang dikehendaki.

  Komunikasi untuk menimbulkan pengertian memang sulit, tetapi lebih sulit lagi mempengaruhi sikap, dan jauh lebih sulit lagi mendorong orang untuk bertindak. Efektivitas komunikasi biasanya diukur dari tindakan nyata yang dilakukan komunikate.

  Misalnya :

  Kampanye KB berhasil bila akseptor mulai memasang IUD atau Spiral; Propaganda suatu parpol efektif bila sekian juta mencoblos lambing parpol tersebut; pemasang iklan sukses bila orang membeli barang yang ditawarkan.

  Menimbulkan tindakan nyata memang indicator efektivitas yang paling penting. Karena untuk menimbulkan tindakan, kita harus berhasil lebih dahulu menanamkan pengertian, membentuk dan mengubah sikap.

  Tindakan adalah hasil kumulatif seluruh proses komunikasi. Ia bukan saja memerlukan pemahaman tentang seluruh mekanisme psikologis yang terlibat dalam proses komunikasi, tetapi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia.

  Keberhasilan atau efektivitas komunikasi selain ditentukan oleh hal-hal tersebut di atas, juga ditentukan oleh faktor-faktor sumber/komunikator, pesan, saluran komunikasi, dan orang/khalayak yang menerima pesan tersebut. Berikut ini dikemukakan karakteristik sumber atau komunikator yang menentukan efektivitas komunikasi.

  Sebelum faktor karakteristik komunikator tersebut diuraikan, terlebih dahulu akan dijelaskan pengaruh komunikasi kita pada orang lain, sebagaimana dikemukakan oleh Herbert C. Kelman. Menurut Kelman, pengaruh komunikasi kita pada orang lain berupa 3 hal :

  1. Internalisasi

  2. Identifikasi

  Internalisasi

  Internalisasi terjadi bila orang menerima pengaruh karena perilaku yang dianjurkan itu sesuai dengan sistem nilai yang dimilikinya. Kita menerima gagasan, pikiran, atau anjuran orang lain karena gagasan, pikiran, atau anjuran orang lain itu berguna untuk memecahkan masalah, penting dalam menunjukkan arah, atau dituntut oleh sistem nilai kita.

  Internalisasi terjadi ketika kita menerima anjuran orang lain atas dasar rasional. Misalnya kita berhenti merokok, karena kita ingin memelihara kesehatan kita karena merokok tidak sesuai nilai-nilai yang kita anut.

  Identifikasi

  Identifikasi terjadi bila individu mengambil perilaku yang berasal dari orang atau kelompok lain karena perilaku itu berkaitan dengan hubungan yang mendefinisikan diri secara memuaskan (satisfying self-defining relationship) dengan orang atau kelompok itu. Hubungan yang mendefinisikan diri artinya memperjelas konsep diri. Dalam identifikasi, individu mendefinisikan perannya sesuai dengan peranan orang lain. Dengan perkataan lain, ia berusaha seperti atau benar-benar menjadi orang lain. Dengan mengatakan apa yang ia katakan, melakukan apa yang ia akukan, mempercayai apa yang ia percayai, individu mendefinisikan dirinya sesuai dengan orang yang mempengaruhinya. Identifikasi terjadi ketika anak berperilaku mencontoh ayahnya, murid meniru tindak tanduk gurunya, atau penggemar bertingkah dan berpakaian seperti bintang yang dikaguminya. Dimensi ethos yang paling relevan dengan identifikasi ialah atraksi (daya tarik komunikator).

  Ketundukan

  Ketundukan terjadi bila individu menerima pengaruh dari orang atau kelompok lain karena ia berharap memperoleh reaksi yang menyenangkan dari orang atau kelompok lain tersebut. Ia ingin memperoleh ganjaran atau menghindari hukuman dari pihak yang

  Dalam ketundukan, orang menerima perilaku yang dianjurkan bukan karena mempercayainya, tetapi karena perilaku tersebut membantunya untuk menghasilkan efek sosial yang memuaskan. Bawahan yang mengikuti perintah atasannya karena takut dipecat, pegawai negeri yang masuk parpol tertentu karena kuatir diberhentikan, petani yang menanam sawahnya karena ancaman pamong desa adalah contoh-contoh ketundukan,

III. Karakteristik Komunikator 1) Kredibilitas

  Kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikate tantang sifat-sifat komunikator. Dari definisi ini terkandung dua hal, yaitu : pertama; kredibilitas adalah persepsi komunikate, jadi tidak inheren dalam diri komunikator; kedua; kredibilitas berkenaan dengan sifat-sifat komunikator (disebut juga komponen- komponen kredibilitas). Karena kredibilitas itu adalah masalah persepsi, berarti kredibilitas berubah bergantung pada pelaku persepsi (yaitu komunikate), topik yang dibahas, dan bergantung pula pada situasi. Contoh :

  Anda mungkin memiliki kredibilitas di tengah-tengah teman-teman - Anda, tetapi tidak berarti apa-apa di hadapan pimpinan universitas Anda.

  Profesor botak akan didengarkan baik oleh mahasiswanya, tetapi

  • tetap saja akan dimakan habis oleh buaya di sungai.

  Dari contoh-contoh tersebut di atas, jelaslah bahwa kredibilitas tidak ada pada diri komunikator, tetapi terletak pada persepsi si komunikate. Oleh karena itu, ia dapat berubah atau diubah, terjadi atau dijadikan. Kita dapat menghadirkan “the man on the street” di ruangan kuliah dan mengumumkan pada mahasiswa bahwa orang itu adalah doktor dalam ilmu komunikasi. Di sini kita membentuk persepsi orang lain dengan deskripsi verbal. Kita juga dapat menurunkan kredibilitas komunikator dengan memberinya pakaian-

  Hal-hal yang mempengaruhi persepsi komunikate tentang komunikator sebelum ia melakukan komunikasinya disebut prior ethos.

  Sumber komunikasi memperoleh prior ethos karena berbagai hal. Kita membentuk gambaran tentang diri komunikator dari pengalaman langsung dengan komuniaktor itu, atau dari pengalaman wakilan. Misalnya, karena sudah lama bergaul dengan dia dan sudah mengenal integritas kepribadiannya atau karena kita sudah sering melihat atau mendengarnya dalam media massa. Bisa juga kita membentuk prior ethos komunikator dengan menghubungkannya pada kelompok rujukan orang itu, artinya kita meletakkannya pada skema kognitif kita. Misalnya, anda akan tekun mendengarkan penceramah yang diperkenalkan sebagai Kiai Haji Doktor Iwan Sugiarta, karena gelar-gelar itu melahirkan persepsi tentang kelompok yang mendalami ilmu agamanya. Pada umumnya penelitian tentang kredibilitas berkenaan dengan prior ethos. Faktor lain, selain persepsi dan topik yang dibahas, yang mempengaruhi kredibilitas adalah faktor situasi. Pembicara pada media massa memiliki kredibilitas yang tinggi dibandingkan dengan pembicara pada pertemuan RT. Begitu pula ceramah di hadapan civitas akademica suatu perguruan tinggi yang berstatus tinggi akan meningkatkan kredibilitas penceramah. Sebaliknya penceramah yan semula memiliki kredibilitas yang tinggi, akan hancur kredibilitasnya setelah ia berbicara pada situasi yang dipandang “kotor”, atau di tengah-tengah kelompok yang dianggap berstatus rendah. Meskipun belum banya penelitian dilakukan tentang pengaruh situasi terhadap persepsi komunikate tentang komunikator, akan tetapi dapat diduga bahwa pada akhirnya kredibilitas dipengaruhi oleh interaksi di antara berbagai faktor.

  Komponen-komponen Kredibilitas

  a. Keahlian

  b. Kepercayaan dinilai tinggi pad keahlian dianggap sebagai cerdas, mampu, ahli, tahu banyak, berpengalaman, atau terlatih. Sebaliknya komunikator yang dinilai rendah pad keahlian dianggap tidak berpengalaman, tidak tahu, atau bodoh. Ad. b. Kepercayaan adalah kesan komunikate tentang komunikator yang brkaitan dengan wataknya. Apakah komunikator dinilai jujur, tulus, bermoral, adil, sopan, dan etis. Atau apakah komunikator dinilai tidak jujur, lancung, suka menipu, tidk adil, dan tidak etis.

  Koehler, annatol, dan Appelbaum menambahkan 4 lagi sebagai komponen dari kredibilitas sebagai berikut : a. dinamisme

  b. sosiabilitas

  c. koorientasi

  d. karisma

  Dinamisme umumnya berkaitan dengan cara orang berkomunikasi. Komunikator

  memiliki dinamisme bila ia dipandang sebagai bergairah, bersemangat, aktif, tegas, dan berani. Sebaliknya komunikator yang tidak dinamis dianggap pasif, ragu-ragu, dan lemah. Dalam komunikasi, dinamisme memperkokoh kesan keahlian dan kepercayaan.

  

Sosiabilitas adalah kesan komunkate tentang komunikator sebagai orang yang periang

dan senang bergaul. Koorientasi merupakan kesan komunikate komunikator sebagai orang yang mewakili kelompok orang yang kita senangi, yang mewakili nilai-nilai kita.

Karisma digunakan untuk menunjukkan suatu sifat luar biasa yang dimiliki komunikator

  yang menarik dan mengendalikan komunikate seperti magnet menarik benda-benda di sekitarnya.

2) Atraksi

  Terdapat faktor-faktor situasional yang mempengaruhi atraksi interpersonal seperti daya tarik fisik, ganjaran, kesamaan, dan kemampuan.

  Atraksi fisik menyebabkan komunikator menjadi menarik, dan karena menarik ia memiliki daya persuasif. Kita juga tertarik kepada seseorang karena adanya beberapa kesamaan antara dia dengan kita. Karena itulah, komunikator yang ingin mempengaruhi orang lain sebaiknya memulai dengan menegaskan adanya kesamaan antara dirinya dengan komunikate. Kenneth Burke, seorang ahli retorika, menyebut upaya ini sebagai “strategy of identification”.

3) Kekuasaan

  Kekuasaan adalah kemampuan menimbulkan ketundukan. Seperti halnya kredibilitas dan atraksi, ketundukan timbul dari antara komuniaktor dan komunikate. Kekuasaan menyebabkan seseorang komunikator dapat “memaksakan” kehendaknya kepada orang lain, karena ia memiliki sumber daya yang sangat penting. French dan Raven mengemukakan jenis-jenis kekuasaan sebagai berikut :

  1. Kekuasaan Kooersif (coersive power)

  2. Kekuasaan Keahlian (expert power)

  3. Kekuasaan Informasional (informational power)

  4. Kekuasaan Rujukan ( referent power ) 5. Kekuasaan Legal (legitimate power).

  

MODUL

PSIKOLOGI KOMUNIKASI

( 3 SKS )

Pokok Bahasan : Karakteristik Manusia Komunikan ( I )

   Oleh : Drs. Riswandi, M.Si. TUJUAN INSTRUKSIONAL

  Setelah memperoleh materi ini mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan kembali tentang konsepsi psikologi tentang manusia yang mencakup manusia dalam perspektif psikoanalisis, perspektif behavioralisme, perspektif psikologi kognitif, dan manusia dari perspektif humanistic.

  Ada 4 teori dalam psikologi yang mencoba menjelaskan tentang manusia, yaitu sebagai berikut :

  1. Konsepsi manusia menurut Psikoanalisis

  2. Konsepsi manusia menurut Behavioralisme

  3. Konsep manusia menurut Psikologi Kognitif

  4. Konsepsi manusia menurut Psikologi Humanistik

A) Konsepsi manusia dalam Psikoanalisis

  Orang yang pertama kali berusaha merumuskan psikologi manusia dengan memperhatikan struktur jiwa manusia adalah Sigmund Freud. Menurut Freud, perilaku manusia merupakan hasil interaksi tiga subsistem dalam kepribadian manusia yang disebutnya Id, Ego, dan Superego.

1. Id

  Id adalah bagian kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan biologis manusia, atau disebut juga pusat instink ( hawa nafsu).

  Instink ini disebut juga instink kehidupan/eros, misalnya dorongan seksual, segala hal yang mendatangkan kenikmatan termasuk kasih ibu, pemujaan pada Tuhan, dan cinta diri/narcisme.

b) Thanatos; yaitu instink destruktif dan agresif.

  Instink ini disebut juga instink kematian. Semua motif manusia adalah gabungan antara eros dan thanatos. Id bergerak berdasarkan prinsip kesenangan, ingin segera memenuhi kebutuhannya. Id bersifat egoistis, tidak bermotral dan tidak mau tahu dengan kenyataan. Id adalah tabiat hewani manusia. Walaupun Id mampu melahirkan keinginan, tetapi ia tidak mampu memuaskan keinginannya.

  2. Ego

  Ego berfungsi menjembatani tuntutan-tuntutan Id dengan realitas di dunia luar. Ego adalah mediator antara hasrat-hasrat hewani dan tuntutan rasional dan realistic. Ego- lah yang menyebabkan manusia mampu menundukkan hasrat hewaninya dan hidup sebagai wujud yang rasional. Ego bekerja berdasarkan prinsip realitas. Misalnya, Ketika Id mendesak supaya Anda memmbalas ejekan dengan ejekan lagi, Ego segera memperingatkan Anda bahwa lawan Anda adalah “Bos” yang dapat memecat Anda. Kalau Anda mengikuti desakan Id, maka Anda akan konyol. Setelah itu Anda baru ingat, bahwa bahaya jika sampai berani melawasn Bos/pimpinan dalam budaya Indonesia.

  3. Superego

  Superego adalah polisi kepribadian yang mewakili dunia ideal. Superego adalah hati nurani (conscience) yang merupakan internalisasi dari norma-norma social dan cultural masyarakatnya. Superego akan memaksa ego untuk menekan hasrat-hasrat yang tidak berlainan ke alam bawah sadar.

  Untuk mengatasi ketegangan, ia dapat menyerah pada tuntutan Id, tetapi berarti dihukum superego dengan perasan bersalah. Untuk menghindari ketegangan, konflik, atau frustrasi, ego secara sadar lalu menggunakan mekanisme pertahanan ego, yaitu dengan mendistorsi realitas. Secara singkat, dalam psikoanalisis perilaku manusia merupakan interaksi antara komponen biologis (Id), komponen psikologis (ego), dan komponen social (superego), atau unsure animal, rasional, dan moral (hewani, akal, dan nilai).

B. Konsepsi manusia dalam Behavioralisme

  Behavioralisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (yang menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subyektif) dan juga psikoanalisis yang berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak tampak). Behavioralisme ingin menganalisis hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan, Belakangan, teori kaum behavioralisme lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena menurut mereka seluruh perilaku manusia, kecuali instink, adalah hasil belajar.

  Behavioralisme tidak mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; kaum behavioralis hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh factor-faktor lingkungan. Dari sinilah timbul konsep “manusia mesin” (Homo Mechanicus”). Behaviorisme sangat banyak menentukan perkembangan psikologi, teutama dalam hal ekspeerimen-eksperimen. Kajian-kajian psikologi seringkali hanya mencerminkan pendekatan ini. Pemikiran behaviorisme sebenarnya sudah dikenal sejak Aristoteles yang berpendapat bahwa, pada waktu lahir jiwa manusia tidak memiliki apa-apa sma seperti meja lilin (tabula rasa) yang siap dilukis oleh pengalaman. Kemudian John Locke meminjam konsep ini, yang dikenal sebagai kaum empirisme. Menurut mereka, pada waktu lahir, manusia tidak mempunyai warna mental. Warna ini didapat dari pengalaman. Pengalaman adalah jalan satu-satunya ke arah penguasaan pengetahuan. Secara psikologis, ini berarti bahwa seluruh perilaku manusia, kepribadian

  Salah satu kesulitan empirisme dalam menjelaskan gejala psikologi timbul ketika orng membicrakan apa yang mendorong manusia berperilaku tertentu. Hedonisme, salah satu paham filsafat etika memandang manusia sebagai mahluk yang bergerak untuk memenuhi kepentingan dirinya, mencri kesenangan dan menghindari penderitaan. Utilitarianisme mencoba mengkaji seluruh perilaku manusia pada prinsip ganjaran dan hukuman. Bila empirisme digabung dengan utilitarianisme dan hedonisme, maka akan kita temukan behaviorisme. Kaum behaviorisme berpendapat bahwa organisme dilahirkan tanpa sifat-sifat sosial atau psikologis, perilaku adalah hasil pengalaman, dan perilaku digerakkan atau dimotivasi oleh kebutuhan untuk memperbanyak kesenangan dan mengurangi penderitaan. Pelaziman klasik akan menjelaskan bahwa setiap kali anak membaca, orang tuanya mengambil bukunya degnan paksa, maka anak akan benci pada buku. Bila kedatangan Anda selalu bersamaan dengan datangnya malapetaka, maka kehadiran Anda akan membuat orang berdebar-debar.

  Ternyata tidak semua perilaku dapat dijelaskan dengan pelaziman. Seorang ahali, Bandura, menambahkan konsep belajar sosial. Ia mengemukakan permasalahan peranan ganjaran dan hukuman dalam proses belajar. Dia mengatakan bahwa, banyak perilaku manusia yang tidak dapat dijelaskan dengan mekanisme pelaziman atau peneguhan. Misalnya, mengapa anak yang berusia dua tahun dapat berbicara dalam bahasa ibunya. Kaum behavioris tradisional menjelaskan bahwa kata-kata yang semula tidak ada maknanya, dipasangkan dengan lambang atau objek yang mempunyai makna. Menurut Bandura, belajar terjadi karena peniruan. Kemampuan meniru respon orang lain, misalnya meniru bunyi yang sering didengar, merupakan penyebab utama belajar.

  Ganjaran dan hukuman bukan faktor yang utama dalam belajar, tetapi merupakan faktor penting dalam melakukan suatu tindakan. Misalnya bila anak selalu diganjar/dihargai karena melakukan sesuatu hal atau dalam mengungkapkan perasaannya, maka ia akan serign melakukannya. Tetapi jika ia dihukum, maka ia akan menahan diri untuk melakukan sesuatu, meskipun ia mampu untuk melakukannya. Jadi, melakukan sesuatu

  Sumbangan Bandura tidak menyebabkan behaviorisme dapat menjelaskan semuanya. Behaviorisme tidk bisa menjawab ketika melihat perilaku manusia yang tidak bisa dipengaruhi oleh ganjaran, hukuman, atau peniruan. Contohnya, orang-orang yagn menjelajah Kutub Utara yang dingin; pemuda Jepang yang menempuh Samudra Pasifik di atas rakit, atau anak-anak muda Agama Syiah yang meledakkan dirinya dengan bom atau dinamit di Irak, semuanya adalah perilaku yang bermuatan “self-motivated”. Memang behaviorisme tidak bisa menjelaskan tentang motivasi. Motivasi memang terjadi dalam diri individu, sedangkan kaum behaviorisme hanya melihat pada peristiwa- peristiwa yang “kasat mata” dalam arti yang dapat diamati atau bersifat eksternal. Perasaan dan pikiran tidak menarik perhatian kaum behaviorisme. Beberapa ratus tahun kemudian baru-lah psikologi kembali memasuki proses kejiwaan internal. Paradigma baru ini kemudian terkenal sebagai psikologi kognitif.

  Konsep behavioralisme dipengaruhi oleh :

  1. Paham empirisme (John Locke, 1632-1704); pemikirannya adalah

  bahwa pada waktu lahir manusia tidak mempunyai “warna mental”, warnanya diperoleh dari pengalaman. Secara psikologis, seluruh perilaku manusia, kepribadian dan temparamen ditentukan oleh pengalaman indrawi (sensory experience).

  2. Paham hedonisme, yang memandang manusia sebagaim mahluk yang

  bergerak untuk memenuhi kepentingan dirinya sendiri, mencari kesenangan dan mengurangi penderitaan.

  

3. Paham utilitarianisme, yang memandang seluruh perilaku manusia tunduk

pada prinsip ganjaran dan hukuman.

C. Konsepsi manusia menurut Psikologi Kognitif

  Psikologi kognitif didasari oleh rasionalisme Immanuel Kant, Rene Descartes, dan Plato. Kaum rasionalis mempeertanyakan apakah betul penginderaan kita, melalui pengalaman langsung, sanggup memberikan kebenaran. Kemampuan alat indera kita dipertanyakan karena seringkali gagal menyajikan informasi yang akurat.. Misalnya mata kita kita melihat bahwa kedua rel kereta api yang sejajar bertemu di

  Descartes dan Kant menyimpulkan bahwa, jiwa-lah/mind yang menjadi alat utama ilmu pengetahuan, bukan alat indera. Jiwa menafsirkan pengalaman indrawi secara aktif, mencipta, mengorganisasikan, menafsirkan, mendistorsi, dan memberikan makna.

  Menurut Lewin, peilaku manusia harus dilihat dalam konteksnya. Perilaku manusia bukan sekedar respon pada stimuli, tetapi produk berbagai gaya yang mempengaruhinya secara spontan. Lewin menyebut seluruh gaya psikologis yang mempengaruhi manusia sebagai ruang hayat. Ruang hayat terdiri dari tujuan dan kebutuhan individu, semua faktor yang disadarinya, dan kesadaran diri. Secara singkat, perkembangan psikologi kognitif dapat dilihat dari psikologi social, antara lain dikembangkan oleh Heider dan Festinger. Festinger terkenal dengan teori disonansi kognitifnya. Disonansi artinya ketidakcocokan antara dua kognisi/pengetahuan. Dalam keadaan disonan orang berusaha mengurangi disonansi dengan berbagai cara. Disonansi membuat orang resah. Kognisi/pengetahuan bahwa “Saya tahu saya senang merokok” disonan dengan “saya tahu rokok merusak kesehatan”. Dihadapkan dalam situasi disonan seperti itu, maka saya akan :

  1. mengubah perilaku, berhenti merokok, atau memutuskan “saya merokok sedikit saja” 2. mengubah kognisi tentang lingkungan, misalnya dengan mengatakan bahwa hanya perokok berat yang berbahaya. 3. memperkuat salah satu kognisi yang disonan, misalnya dengan “”Ah, kawan- kawan saya juga banyak yang merokok” 4. mengurangi disonansi dengan memutuskan bahwa salah satu kognisi tidak penting, misalnya “Tidak jadi soal merokok merusak kesehatan, Toh saya ingin hidup cepat dan mati muda”

  Menurut Lewin, peilaku manusia harus dilihat dalam konteksnya. Perilaku manusia bukan sekedar respon pada stimuli, tetapi produk berbagai gaya yang mempengaruhi manusia sebagai ruang hayat. Ruang hayat terdiri dari tujuan dan kebutuhan individu, semua faktor yang disadarinya, dan kesadaran diri.

  Dalam teori komunikasi, teori disonansi menyatakan bahwa orang akan mencari informasi yang mengurangi disonansi, dan menghindari inforamsi yang menambah disonansi. Bila kita terpaksa juga dikenai informasi yang disonan dengan keyakinan kita, maka kita akan menolak informasi itu, meragukan sumberny, mencari informasi yang konsonan, atau mengubah sikap sama sekali. Walaupun psikologi kognitif sering dikritik karena konsep-konsepnya sukar diuji, psikologi kognitif telah emmasukkan kembali “jiwa” manusia yang pada menurut paham behaviorisme tidak diakui keberadaannya. Manusia kini hidup dan mulai berpikir. Tetapi manusia bukan sekedar mahluk yang berpikir, ia juga berusaha menemukan identitas dirinya dan mencapai apa yang menjadi harapannya. Kritik terhadap teori psikologi kognitif datang dari pemahaman bahwa manusia adalah pengolah informasi. Dalam konsepsi ini, manusia bergeseer dari orang yang suka mencari justifikasi atau membela diri menjadi orang yang secara sadar memecahkan persoalan. Perilaku manusia dipandang seabgai produk strategi pengolah informasi yang rasional, yang mengarahkan penyandian, penyimpnan, dan pemanggilan informasi.

D. Manusia menurut perspektif Psikologi Humanistik

  Psikologi humanistic dianggap sebagai revolusi ketiga dalam psikologi. Revolusi pertama dan kedua adalah psikoanalisis dan behavioralisme. Dalam pandngan behavirisme manusia menjadi robot tanpa jiwa, dan tanpa nilai. Psikologi humanistic mengambil banyak dari psikoanalasis Neo-Freudian seperti Adler, dan Jung, serta banyak mengambil pemikiran dari fenomenologi dan eksistensialisme. Fenomenologi memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang dipersepsi dan diinterpretasi secara subjektif. Setiap orang mengalami dunia dengan caranya sendiri. Alam pengalaman setiap orang berbeda dari alam pengalaman orng lain. Menurut Alfred Schultz, tokoh fenomenologi, pengalaman subjektif ini dikomunikasikan oleh factor social dalam proses intersubjektivitas. individu pada sesama manusia. Yang paling penting bukan apa yang didapat dari kehidupan, tetapi apa yang dapat kita berikan untuk kehidupan. Hidup kita baru bermakna hanya apabila meliabtkan nilai-nilai dan pilihan yang konstruktif secara sosial.

  Jadi intisari dari psikologi humanisme adalah bahwa pada keunikan manusia, pentingnya nilai dan makna, serta kemampuan manusia untuk mengembangkan dirinya.

  Pandangan Psikologi Humanisme itu adalah :

  1. Setiap manusia hidup dalam dunia pengalaman yang bersifat pribadi di mana dia (Sang Aku, Ku, atau Diriku / I. Me, atau Myself ) menjadi pusat.

  Perilaku manusia berpusat pada konsep diri, yaitu persepsi manusia tentang identitas dirinya yang bersifat fleksibel dan brubah-ubah, yang muncul dari suatu medan fenomenal

  2. Manusia berperilaku untuk mempertahankan, meningkatkan, dan Mengaktualisasikan diri.

  3. Individu bereaksi pada situasi sesuai dengan persepsi tentang dirinya dan dunianya. Dengan perkataan lain, ia bereaksi pada “realitas’ seperti yang dipersepsikan olehnya dan dengan cara yang sesuai dengan konsep dirinya.

  4. Anggapan adanya ancaman terhadap diri akan diikuti oleh pertahanan diri, berupa penyempitan dan pengkakuan persepsi dan perilaku penyesuaian serta penggunaan mekanisme pertahanan ego seperti rasionalisasi.

  5. Kecenderungan batiniah manusia ialah menuju kesehatan dan keutuhan diri.

Dokumen yang terkait

Perilaku komunikasi para pengguna media sosial path di kalangan mahasiswa UNIKOM Kota Bandung : (studi deksriptif mengenai perilaku komunikasi para pengguna media sosial path di kalangan mahasiswa UNIKOM Kota Bandung)

9 116 145

EFEKTIVITAS siaran dialog interaktif di Radio Maraghita sebaga media komunikasi bagi pelanggan PT.PLN (persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten di Kelurahan Lebakgede Bandung

2 83 1

Idioms Used In Real Steel Movie - Digital Library IAIN Palangka Raya

2 4 9

BAB IV HASIL PENELITIAN - Pengaruh Dosis Ragi Terhadap Kualitas Fisik Tempe Berbahan Dasar Biji Cempedak (Arthocarpus champeden) Melalui Uji Organoleptik - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 2 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Uji Kualitas Mikrobiologi Minuman Olahan Berdasarkan Metode Nilai MPN Coliform di Lingkungan Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Kelurahan Pahandut Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

1 2 12

The effect of personal vocabulary notes on vocabulary knowledge at the seventh grade students of SMP Muhammadiyah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 20

BAB IV HASIL PENELITIAN - Penerapan model pembelajaran inquiry training untuk meningkatkan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan gerak lurus - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 1 23

CHAPTER I INTRODUCTION - The effectiveness of anagram on students’ vocabulary size at the eight grade of MTs islamiyah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 10

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Penelitian Sebelumnya - Perbedaan penerapan metode iqro’ di TKQ/TPQ Al-Hakam dan TKQ/TPQ Nurul Hikmah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 26

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Penerapan model Problem Based Instruction (PBI) terhadap pemahaman konsep dan hasil belajar siswa pokok bahasan tekanan Kelas VIII Semester II di SMPN Palangka Raya Tahun Ajaran 2015/2016 - Digital Library IAIN Pala

0 3 80