PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, BIAYA OPERASIONAL PER PENDAPATAN OPERASIONAL, NON PERFORMING LOAN, DAN LOAN TO DEPOSIT RATIO TERHADAP RETURN ON ASSET DAN RETURN ON EQUITY (Studi pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa Tahun 2012–2016
PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, BIAYA OPERASIONAL PER PENDAPATAN OPERASIONAL, NON PERFORMING LOAN, DAN LOAN TO
(Studi pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa Tahun 2012 –2016) Jihan Aprilia Siti Ragil Handayani
Fakultas Ilmu Administrasi Univ
еrsitas Brawijaya Malang
E-mail : jihanaprilia75@gmail.com
ABSTRACT The objective of this research was to explain the effect of Capital Adequacy Ratio (CAR), Operational Cost per Operational Revenue [Biaya Operasional Per Pendapatan Operasional (BOPO)], Non Performing Loan
(NPL), and Loan to Deposit Ratio (LDR) on Return On Asset (ROA) and Return On Equity (ROE)
simultaneously and partially. The type of research used in this research is explanatory research with quantitative approach. This location of the research is on
Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) Devisa listed
in Bank Indonesia year 2012
- –2016. The sample of this researchis 18 banks resulted from purposive sampling
technique. The results explained that: 1) CAR, BOPO, NPL, and LDR has significant effect on ROA simultaneously; 2) CAR, BOPO, NPL, and LDR has significant effect on ROE simultaneously; 3) CAR has not significant effect on ROA partially; 4) BOPO has significant negative effect on ROA partially; 5) NPL has not significant effect on ROA partially; 6) LDR has not significant effect on ROA partially; 7) CAR has significant negative effect on ROE partially; 8) BOPO has significant negative effect on ROE partially; 9) NPL has not significant effect on ROE partially; 10) LDR has not significant effect on ROE partially.
Kеywords: Capital Adequacy Ratio (CAR), Operational Cost per Operational Revenue [Biaya Operasional Per Pendapatan Operasional (BOPO)], Non Performing Loan (NPL), Loan To Deposit Ratio (LDR), Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE). АBSTRАK
Tujuan penelitian ini untuk menguji pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional Per Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Loan (NPL), dan Loan To Deposit Ratio (LDR) terhadap
Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) baik secara simultan maupun parsial. Jenis penelitian
yang digunakan adalah explanatory research dengan pendekatan kuantitatif. Lokasi dalam penelitian ini adalah Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) Devisa yang terdaftar di Bank Indonesia tahun 2012
- –2016. Metode pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling, sehingga diperoleh 18 bank yang dijadikan sampel pada penelitian ini. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa: 1) CAR, BOPO, NPL, dan LDR berpengaruh signifikan secara simultan terhadap ROA; 2) CAR, BOPO, NPL, dan LDR berpengaruh signifikan secara simultan terhadap ROE; 3) CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA secara parsial; 4) BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA secara parsial; 5) NPL tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA secara parsial; 6) LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA secara parsial; 7) CAR berpengaruh negatif signifikan terhadap ROE secara parsial; 8) BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap ROE secara parsial; 9) NPL tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE secara parsial; 10) LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE secara parsial.
Kаtа Kunci: Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional Per Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Loan (NPL), Loan To Deposit Ratio (LDR), Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE).
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 61 No. 3 Agustus 2018| 172
PЕNDAHULUAN
- –rata tingkat bunga pinjaman, rata
- –rata tingkat bunga simpanan, dan profitabilitas perbankan. Lebih lanjut dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa profitabilitas merupakan indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja keuangan suatu bank. Ukuran profitabilitas dapat diukur menggunakan Return On Asset (ROA) dan
menunjukkan sejauh mana perbankan di Indonesia bisa menghasilkan laba baik dari modal pinjaman maupun modal sendiri (lihat tabel 1).
On Equity (ROE) perbankan di Indonesia
Perusahaan sektor perbankan sebagai lembaga keuangan mempunyai tujuan akhir yang sama seperti perusahaan pada umumnya, yaitu memperoleh laba atau keuntungan secara maksimal di samping hal
merupakan pengukuran tingkat kemampuan bank dalam menghasilkan laba baik dengan menggunakan modal pinjaman maupun modal sendiri.
Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE)
kembalian investasi dari seluruh dana atau aktiva baik dari modal pinjaman maupun modal sendiri, sedangkan Return On Equity (ROE) untuk mengukur tingkat pengembalian investasi atau laba bersih sesudah pajak dengan menggunakan dana dari modal sendiri. Sehingga penelitian ini menggunakan indikator Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) untuk mengukur profitabilitas perbankan, dikarenakan Return On
Return On Asset (ROA) mengukur tingkat
merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan dengan menggunakan seluruh dana perusahaan baik modal pinjaman maupun modal sendiri, sedangkan Return On Equity (ROE) merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri (Kasmir, 2016:201
Return On Equity (ROE). Return On Asset (ROA)
Sofyan dalam Mahardian (2008) menyatakan menggunakan rata
Devisa di Indonesia berdasarkan kinerja keuangan bank tersebut.
- –syarat yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia dapat ditunjuk sebagai Bank Devisa yang disebut Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) Devisa. Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) Devisa yang kepemilikan sahamnya milik pihak swasta dapat menawarkan jasa-jasa bank yang berkaitan dengan mata uang asing seperti transfer ke luar negeri, jual beli valuta asing, transaksi ekspor impor, dan jasa – jasa valuta asing lainnya.
- –204). Jadi dapat disimpulkan bahwa,
- –hal lainnya. Dengan memperoleh laba yang maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan bisa memastikan operasionalnya terus berjalan. Oleh karena itu, manajemen perusahaan dituntut harus mampu memenuhi target yang telah ditetapkan. Sehingga besarnya laba yang dicapai harus sesuai dengan yang diharapkan dan bukan berarti asal laba. Pertumbuhan Return On Asset (ROA) dan Return
Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) Devisa memiliki jaringan usaha yang luas sehingga persaingan bisnis semakin ketat. Oleh sebab itu, peran Bank Indonnesia sebagai bank sentral untuk memilih Bank Non Devisa menjadi Bank Devisa juga sangat penting dan tidak sembarangan Bank Non Devisa bisa menjadi Bank Devisa, karena mengingat adanya persaingan bisnis internasional yang menuntut pemerintah dalam menjaga kestabilan ekonomi yang dimiliki agar perekonomian tetap terjaga. Berbeda dengan Bank Umum Swasa Nasional Non Devisa, maka Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) Devisa bisa melakukan bisnis internasional. Bisnis internasional menjadikan Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) Devisa memperoleh tambahan profitabilitas dibanding dengan Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa, sehingga Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) Devisa bisa menstabilkan perekonomian yang ada di Indonesia dengan menggunakan profitabilitas yang terus dijaga. Oleh sebab itu, peneliti berminat melalukan penelitian pada Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) Devisa untuk melihat sejauh mana tingkat kesehatan Bank Umum Swasta Nasional (BUSN)
Bank Devisa adalah bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri yang berhubungan dengan mata uang asing secara devisa ditentukan oleh Bank Indonesia (Kasmir, 2002:23). Menurut SE Bank Indonesia No. 15/27/DPNP/2013, syarat –syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi Bank Devisa, yaitu: tingkat kesehatan bank dengan peringkat komposit satu atau dua selama 18 bulan terakhir; memiliki modal inti paling sedikit Rp 1 triliun; dan memenuhi rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) sesuai profil risiko. Semua persyaratan tersebut harus dimiliki oleh Bank Non Devisa jika ingin menjadi Bank Devisa. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 8 Tahun 1969 tentang Penunjukkan Bank Umum Swasta Nasional sebagai Bank Devisa dalam Pasal 1 memutuskan bahwa, Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) yang memenuhi syarat
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 61 No. 3 Agustus 2018| 173
- –kerugian yang ada, maka bank dapat mengelola seluruh kegiatanya secara efisien. Besarnya Capital Adequacy Ratio (CAR) yang dimiliki bank mencerminkan bank dapat mengelola seluruh kegiatanya secara efisien. Dampaknya pada laba yang diperoleh bank akan semakin meningkat, sehingga Capital Adequacy Ratio (CAR) mempunyai pengaruh terhadap Return On
- –faktor yang memengaruhi pergerakan Return On Asset (ROA) dan Return On
Performing Loan
(CAR) berpengaruh terhadap Return On Equity (ROE). Biaya Operasional Per Pendapatan
Capital Adequacy Ratio
terhadap Return On Asset (ROA). Penelitian Ayuni dan Oetomo (2017), yang menyatakan bahwa
Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh
(ROA) dan Return On Equity (ROE). Sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Mahardian (2008), yang menyatakan bahwa
Asset
keuangan yang berkaitan dengan permodalan perbankan dimana besarmya modal suatu bank akan berpengaruh pada mampu atau tidaknya suatu bank secara efisien menjalankan kegiatannya. Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/12/PBI/2013 tentang Kewajiban Penyedian Modal Minimum Bank Umum ditetapkan sebesar 8%. Jika modal yang dimiliki oleh bank mampu menyerap kerugian
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio
On Equity (ROE).
akan menjadikan indikator Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional Per Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Loan (NPL), dan Loan To Deposit Ratio (LDR) sebagai varibel independen yang memengaruhi variabel
To Deposit Ratio (LDR). Oleh sebab itu, peneliti
(NPL). Penelitian lain dilakukan oleh Ayuni dan Oetomo (2017), menyatakan bahwa Return On Equity (ROE) dipengaruhi oleh indikator rasio keuangan Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Loan To Deposit Ratio (LDR). Sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia melalui Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP/2001 tentang Pedoman Perhitungan Rasio Keuangan, bahwa rasio yang umum digunakan dalam perbankan yaitu: Capital Adequacy Ratio (CAR); Biaya Operasional Per Pendapatan Operasional (BOPO); Non Performing Loan (NPL); dan Loan
Pendapatan Operasional (BOPO), dan Non
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 61 No. 3 Agustus 2018| 174 Tabel 1. Pertumbuhan Return On Asset (ROA) dan
Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional Per
dilakukan oleh Suryani, dkk. (2016) dan Sitepu, dkk. (2016) pergerakan Return On Asset (ROA) dipengaruhi oleh beberapa indikator rasio keuangan yang lain yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional Per Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Loan (NPL), dan Loan to Deposit Ratio (LDR). Penelitian Saputri dan Oetomo (2016), menyatakan bahwa pergerakan Return On Equity (ROE) dipengaruhi indikator rasio keuangan Capital
Equity (ROE). Berdasarkan penelitian yang
(ROE) perbankan di Indonesia tiap tahunnya mengalami penurunan sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2016. Hal tersebut menandakan bahwa kemampuan perbankan di Indonesia dalam menghasilkan laba masih belum stabil. Oleh sebab itu, peneliti berminat untuk melakukan penelitian tentang faktor
Return On Asset (ROA) dan Return On Equity
(ROA) dan Return On Equity (ROE) perbankan di Indonesia tahun 2012 sampai dengan tahun 2016. Dapat di lihat dari tabel 1 bahwa
Asset
Tabel 1 menggambar pertumbuhan Return On
Economic Data , 2018.
Sumber: data ROA dari berbagai Laporan Keuangan Publikasi Bank Indonesia dan data ROE dari Federal Reserve
2012 3,08 19,62 2013 3,08 17,28 2014 2,85 17,40 2015 2,32 13,24 2016 2,17 -
Return On Equity (ROE) Perbankan di Indonesia Tahun 2012 –2016 Tahun ROA (%) ROE (%)
Operasional (BOPO) merupakan rasio yang menunjukkan seberapa efisien bank dalam menjalankan operasionalnya yang dapat dilihat dari besarnya biaya operasional bank terhadap pendapatan operasional yang diperoleh bank. Efisiensi operasional dilakukan oleh bank dalam rangka untuk mengetahui operasional bank yang berhubungan dengan usaha pokok bank, serta untuk menunjukkan apakah bank telah menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat sasaran dan mampu mencapai target yang diinginkan. Semakin kecil total biaya operasional bank dibanding dengan total pendapatan operasional yang didapat menunjukkan bahwa bank tersebut mampu mengelola operasionalnya secara baik. Operasional bank yang semakin efisien akan berpengaruh terhadap keuntungan atau laba yang diperoleh bank. Jadi semakin efisien bank tersebut menjalankan operasionalnya maka laba yang akan diperoleh bank akan semakin meningkat. Hal tersebut didukung dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Yanti
KAJIAN PUSTAKA
Capital Adequacy Ratio Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio
(2015), yang menyimpulkan bahwa semakin tinggi rasio Biaya Operasional Per Pendapatan Operasional (BOPO) berdampak pada penurunan
Return On Asset
(ROA), sebaliknya semakin Operasional (BOPO) maka berdampak pada peningkatan Return On Asset (ROA). Penelitian oleh Saputri dan Oetomo (2016), menyatakan bahwa memaksimalkan profitabilitas yang diukur dengan Return On Equity (ROE) serta nilai investasi dari pemegang saham merupakan suatu faktor yang penting dalam efisiensi suatu bank, dimana efisiensi suatu bank dapat diukur menggunakan rasio Biaya Operasional Per Pendapatan Operasional (BOPO). Sehingga Biaya Operasional Per Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA) dan
Return On Equity (ROE).
Non Performing Loan
(NPL) untuk mengukur seberapa besar kualitas aktiva produktif bank terhadap banyaknya kredit bermasalah, jadi semakin rendah rasio ini menunjukkan kualitas aktiva produktif yang baik. Rasio Non Performing
Loan
(NPL) menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain. Bank Indonesia menetapkan tingkat Non Performing Loan (NPL) yang wajar adalah 5% dari total protofolio kreditnya. Besarnya tingkat Non Performing Loan (NPL) menunjukkan adanya kredit bermasalah pada bank, semakin besar kredit bermasalah pada bank menunjukkan bank tersebut tidak bisa menarik kembali dana yang telah diberikan oleh debitur, maka berakibat pada laba yang diperoleh oleh bank. Sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Alifah (2014), Non Performing
kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalkan kredit yang diberikan (Dendawijaya, 2009:121). Dari pengertian tersebut dapat disumpulkan, semakin tinggi rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) maka semakin besar modal bank yang dapat digunakan untuk menyerap kerugian
- –kerugian yang ada. Rumus Capital Adequacy Ratio (CAR) sebagai berikut:
Non Performing Loan
x 100% Sumber: SE BI No. 3/30/DPNP/2001
Ismail (2009:224), “Non Performing Loan (NPL) menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank, sehingga setiap bank harus mampu
Non Performing Loan
x 100% Sumber: SE BI No. 3/30/DPNP/2001
Total Beban Operasional Total Pendapatan Operasional
BOPO =
Dendawijaya (2009:120) menyatakan bahwa, “rasio Biaya Operasional Per Pendapatan Operasional (BOPO) digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam mel akukan kegiatan operasinya”. Dapat disimpulkan, semakin meningkat rasio Biaya Operasional Per Pendapatan Operasional (BOPO) mencerminkan kurangnya kemampuan bank dalam menekan biaya operasional dan meningkatkan pendapatan operasionalnya. Rumus rasio Biaya Operasional Per Pendapatan Operasional (BOPO) sebagai berikut:
Biaya Operasional Per Pendapatan Operasional
Modal Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
(NPL) berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA) dan
CAR =
Loan (NPL) berpengaruh terhadap Return On Asset
(ROA) dan penelitian yang dilakukan oleh Damayanti dan Musadieq (2017), yang menyatakan bahwa Non Performing Loan (NPL) berpengaruh terhadap Return On Equity (ROE). Sehingga
pemerintah maksimum adalah 110% (Kasmir, 2016:225). Loan To Deposit Ratio (LDR) digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga. Semakin besar jumlah kredit yang ada dibandingkan dengan dana yang dihimpun dari dana pihak ketiga, sebaliknya semakin kecil jumlah kredit yang ada dibandingkan dengan dana yang dihimpun dari dana pihak ketiga, menunjukkan kurang efektifitasnya bank dalam menyalurkan kredit. Jadi bank harus menjaga tingkat Loan To Deposit Ratio (LDR), agar bank dapat memperoleh laba secara maksimum. Sehingga Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE).
Loan To Deposit Ratio (LDR) menurut peraturan
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 61 No. 3 Agustus 2018| 175
Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio
Return On Equity (ROE).
yang digunakan untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana yang dihimpun dari masyarakat, besarnya
ROE =
4 : Terdapat pengaruh signifikan antara variabel
H
independen yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional Per Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Loan (NPL), dan Loan To Deposit Ratio (LDR) secara simultan terhadap variabel dependen yaitu Return On Asset (ROA) pada Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) Devisa.
1 : Terdapat pengaruh signifikan antara variabel
H
Hipot еsis
x 100% Sumber: SE BI No. 3/30/DPNP/2001
Laba Setelah Pajak Rata−rata Equity
Return On Equity (ROE) pada Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) Devisa.
H
3 : Terdapat pengaruh signifikan antara variabel
independen yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional Per Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing
Loan (NPL), dan Loan To Deposit Ratio
(LDR) secara parsial terhadap variabel dependen yaitu Return On Asset (ROA) pada Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) Devisa. H
independen yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional Per Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Loan (NPL), dan Loan To Deposit Ratio (LDR) terhadap variabel dependen yaitu Return On
independen Capital Adequacy Ratio(CAR), Biaya Operasional Per Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Loan (NPL), dan Loan To Deposit Ratio (LDR) secara simultan terhadap variabel dependen
Equity (ROE) pada Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) Devisa.
menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan perusahaan, baik dari modal pinjaman maupun dari modal sendiri (Kasmir, 2016:201). Semakin tinggi nilai Return On Asset (ROA), maka menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, begitu juga sebaliknya semakin rendah nilai Return On Asset (ROA) menunjukkan kinerja perusahaan dalam mengasilkan laba semakin rendah (Syamsuddin, 2011:63). Return
Return On Asset Return On Asset (ROA) merupakan rasio
x 100% Sumber: SE BI No. 3/30/DPNP/2001
Kredit Dana Pihak Ketiga
LDR =
yang digunakan untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibanding dengan jumlah dana pihak ketiga (Kasmir, 2016:225). Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan, semakin tinggi rasio Loan To Deposit Ratio (LDR) menunjukkan semakin rendahnya likuiditas bank yang bersangkutan, sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin besar. Rumus rasio Loan To Deposit Ratio (LDR) sebagai berikut:
Loan To Deposit Ratio Loan To Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio
x 100% Sumber: SE BI No. 3/30/DPNP/2001
Kredit Bermasalah Total Kredit
NPL =
banyaknya kredit bermasalah terhadap total kredit yang dihimpun bank, sehingga semakin rendah rasio ini menunjukkan kualitas aktiva produktif yang baik. Rumus rasio Non Performing Loan (NPL) sebagai berikut:
Non Performing Loan (NPL) untuk mengukur
mengelola kreditnya dengan baik dalam memberikan kredit kepada masyarakat maupun dalam pengembalian kreditnya sesuai dengan syarat dan ketentuan yang be rlaku”. Dari
2 : Terdapat pengaruh signifikan antara variabel
MЕTODE PЕNЕLITIAN
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 61 No. 3 Agustus 2018| 176
kuat posisi pemilik perusahaan, demikian pula sebaliknya (Kasmir, 2016:204). Return On Equity (ROE) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Equity (ROE), menunjukkan semakin baik dan
Harahap (2006:305), “Return On Equity (ROE) adalah rasio rentabilitas yang menunjukkan berapa persen yang diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik”. Semakin tinggi nilai Return On
Return On Equity
x 100% Sumber: SE BI No. 3/30/DPNP/2001
Laba Sebelum Pajak Rata−rata Total Aset
ROA =
On Asset (ROA) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Jenis penelitian yang digunakan adalah
explanatory research dengan pendekatan
kuantitatif. Lokasi dalam penelitian ini adalah Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) Devisa yang terdaftar di Bank Indonesia tahun 2012
- –2016. Metode pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling, sehingga diperoleh 18 bank yang dijadikan sampel pada penelitian ini. Data yang digunakan adalah sumber data sekunder berupa laporan keuangan tahun 2012
- –2016. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan analisis regresi linier
Tabel 7. Hasil Uji F Model Regresi 2 pengujian uji asumsi klasik. HASIL DAN P ЕMBAHASAN
Sumb еr: Data diolah, 2018
Pengaruh CAR, BOPO, NPL, dan LDR secara Simultan terhadap ROA
Berdasarkan hasil uji inferensial dengan Uji F menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang Sumb
еr: Data diolah, 2018 signifikan secara simultan atau serentak antara
2 Tabеl 3. Hasil Uji t Model Regresi
indikator rasio keuangan yaitu Capital Adequacy
Ratio
(CAR), Biaya Operasional Per Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Loan (NPL), dan Loan To Deposit Ratio (LDR) sebagai variabel independen terhadap indikator rasio keuangan yaitu Return On Asset (ROA) sebagai variabel dependen.
Berdasarkan hasil penelitian ini pula diperoleh
2
nilai atau koefisien determinasi sebesar 0,82 R
Sumb еr: Data diolah, 2018 atau 82% yang artinya rasio Capital Adequacy 2 Ratio (CAR), Biaya Operasional Per Pendapatan
Operasional (BOPO), Non Performing Loan
) Model Tabеl 4. Hasil Koеfisiеn Dеtеrminasi (R
Regresi 1
(NPL), dan Loan To Deposit Ratio (LDR) mempunyai pengaruh sebesar 82% terhadap
Return On Asset (ROA). Sedangkan sisanya
sebesar sebesar 18% dipengaruhi oleh faktor lain diluar variabel yang diteliti. Sumb
еr: Data diolah, 2018
Pengaruh CAR, BOPO, NPL, dan LDR secara 2 Simultan Terhadap ROE ) Tabеl 5. Hasil Koеfisiеn Dеtеrminasi (R
Berdasarkan hasil uji inferensial dengan Uji F
Model Regresi 2
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan atau serentak antara indikator rasio keuangan yaitu Capital Adequacy
Ratio (CAR), Biaya Operasional Per Pendapatan
Operasional (BOPO), Non Performing Loan (NPL), dan Loan To Deposit Ratio (LDR) sebagai
Sumb еr: Data diolah, 2018 variabel independen terhadap indikator rasio keuangan yaitu Return On Equity (ROE) sebagai
Tabel 6. Hasil Uji F Model Regresi 1 variabel dependen.
Berdasarkan hasil penelitian ini pula diperoleh
2
nilai atau koefisien determinasi sebesar 0,52 R atau 52% yang artinya rasio Capital Adequacy
Ratio (CAR), Biaya Operasional Per Pendapatan
Operasional (BOPO), Non Performing Loan (NPL), dan Loan To Deposit Ratio (LDR)
Sumb еr: Data diolah, 2018 mempunyai pengaruh sebesar 52% terhadap
Return On Equity (ROE). Sedangkan sisanya Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 61 No. 3 Agustus 2018| 177
- –rata Capital
On Asset (ROA) adalah sebesar -0,10 dengan
Loan
(ROA) yaitu sebesar 0,03. Sedangkan nilai signifikan sebesar 0,38 lebih besa r dari α = 0,05 (0,38 ≥ 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Non Performing Loan (NPL) tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA). Hal ini disebabkan karena Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) Devisa yang dijadikan sampel penelitian memiliki rasio Non Performing
Performing Loan (NPL) terhadap Return On Asset
Berdasarkan hasil Uji t pada penelitian ini diketahui nilai koefisien regresi pengaruh Non
Pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap Return On Asset (ROA).
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Almadany (2012), Suryani (2016), dan Sitepu (2016) yang menyatakan bahwa Biaya Operasional Per Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh negatif signifikan terhadap Return On Asset (ROA).
(ROA) sebesar 0,10% dengan catatan nilai variabel lain tetap. Kondisi ini dapat terjadi karena peningkatan biaya operasional suatu bank tidak diikuti oleh peningkatan pendapatan operasional bank tersebut sehingga akan menyebabkan berkurangnya laba sebelum pajak, yang mengakibatkan penurunan Return On Asset (ROA).
Asset
Hal ini sesuai dengan teori pada manajemen perbankan yang selama ini diyakini bahwa jika rasio Biaya Operasional Per Pendapatan Operasional (BOPO) mengalami penurunan maka rasio Return On Asset (ROA) akan mengalami peningkatan begitu juga sebaliknya. Tingkat efisiensi regresi sebesar -0,10 dapat diartikan bahwa setiap kenaikan Biaya Operasional Per Pendapatan Operasional (BOPO) sebesar 1% akan mengakibatkan menurunnya tingkat Return On
bahwa rasio Biaya Operasional Per Pendapatan Operasional (BOPO) pada Bank Umum Swasta pada penelitian ini saat mengalami peningkat yang berarti efisiensi menurun, maka tingkat Return On Asset (ROA) yang diperoleh bank akan menurun.
Return On Asset (ROA). Hasil ini menunjukkan
(BOPO) berpengaruh negatif signifikan terhadap
tingkat signifikan 0,00 lebih kecil dari α = 0,05 (0,00 ≤ 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa Biaya Operasional Per Pendapatan Operasional
Berdasarkan hasil uji t diketahui nilai koefisien regresi pengaruh Biaya Operasional Per Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Return
Pengaruh Biaya Operasional Per Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Return On Asset (ROA)
Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA).
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryani (2016), Sitepu (2016), dan Suwandi (2017) yang menyatakan bahwa
bahwa bank kurang menempatkan aktivanya ke aktivitas –aktivitas yang mengadung risiko. Kurang optimalnya modal tersebut menyebabkan banyak kas menggangur dan tidak memberi return yang memadai bahkan sebaliknya menimbulkan cost. Dengan adanya peraturan Bank Indoneisa yang mewajibkan setiap bank harus memiliki modal atau tinggkat rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) minimal 8% mengakibatkan bank –bank selalu berusaha agar nilai Capital Adequacy Ratio (CAR) yang dimiliki sesuai dengan ketentuan tanpa mempertimbangkan pemanfaatan modal tersebut untuk aktivitas-aktivitas yang dapat menghasilkan laba, sehingga Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA), dimana rasio Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang mengukur laba yang berasal dari modal pinjaman maupun modal sendiri.
Adequacy Ratio (CAR) mengidentifikasikan
memanfaatkan modalnya untuk aktivitas-aktivitas yang menghasilkan laba, misalnya meningkatkan ekspansi kreditnya. Tingginya nilai Capital
Adequacy Ratio (CAR) yang tinggi tetapi kurang
signifikan terhadap Return On Asset (ROA). Hal tersebut disebabkan karena bank yang dijadikan sampel penelitian memiliki rata
Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh
Berdasarkan hasil Uji t diketahui nilai koefisien regresi pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return On Asset (ROA) adalah sebesar 0,00 dengan tingkat signifikan sebesar 0,90 lebih besar dari α = 0,05 (0,90 ≥ 0,05). Artinya Capital
Pengaruh CAR, BOPO, NPL, dan LDR secara Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return On Asset (ROA)
sebesar sebesar 48% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel yang diteliti.
- –cover dengan modal yang dimiliki bank tersebut.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 61 No. 3 Agustus 2018| 178
(NPL) ≤ 5% sehingga mempunyai risiko kredit yang kecil. Risiko kredit yang kecil tidak berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA) karena Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) Devisa yang dijadikan sampel penelitian memiliki modal tinggi sehingga risiko tersebut bisa di Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 61 No. 3 Agustus 2018| 179
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryani (2016) dan Sitepu (2016) yang menyatakan bahwa Non Performing
yang dilakukan oleh Suryani (2016), Sitepu (2016), dan Suwandi (2017) yang menyatakan bahwa Loan
Return On Equity (ROE). Hasil ini menunjukkan
(ROE) adalah sebesar -0,67 dengan tingkat signifikan 0,00 lebih kecil dari α = 0,05 (0,00 ≤ 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa Biaya Operasional Per Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh negatif signifikan terhadap
On Equity
Berdasarkan hasil uji t diketahui nilai koefisien regresi pengaruh Biaya Operasional Per Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Return
Pengaruh Biaya Operasional Per Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Return On Equity (ROE)
Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif signifikan terhadap Return On Equity (ROE).
penelitian yang pernah dilakukan oleh Saputri dan Oetomo (2016), yang menyatakan bahwa Capital
Return On Equity (ROE). Berbeda dengan
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayuni dan Oetomo (2017) yang menyatakan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh negatif signifikan terhadap
signifikan terhadap Return On Equity (ROE). Hasil ini tidak sesuai dengan teori, dimana pada teori dijelaskan Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif terhadap Return On Equity (ROE). Hal ini dapat dikatakan bahwa bank yang memiliki nilai Capital Adequacy Ratio (CAR) tinggi belum tentu memiliki nilai Return On Equity (ROE) yang tinggi juga. Hal tersebut bisa terjadi karena perusahaan perbankan bisa memperoleh modal dari pihak luar dan tidak hanya menggunakan modal sendiri untuk menjalankan operasionalnya. Bank bisa menggunakan modal yang berasal dari giro, deposan, dan debitur.
Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh negatif
regresi pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return On Equity (ROE) adalah sebesar - 0,67 dengan tingkat signifikan sebesar 0,00 lebih kecil dari α = 0,05 (0,00 ≤ 0,05). Artinya Capital
Pengaruh CAR, BOPO, NPL, dan LDR secara Parsial terhadap ROE Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return On Equity (ROE)
To Deposit Ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA).
Asset (ROA). Hasil ini berbeda dengan penelitian
Loan
Ratio
(NPL) tidak berpengaruh signifikan terhadap penelitian yang dilakukan oleh Pranata (2014) dan Suwandi (2017) yang menyatakan bahwa Non
Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA).
Pengaruh Loan To Deposit Ratio (LDR) terhadap Return On Asset (ROA)
Berdasarkan hasil Uji t diketahui nilai koefisien regresi pangaruh Loan To Deposit Ratio (LDR) terhadap Return On Asset (ROA) adalah sebesar – 0,00 dengan tingkat signifikan sebesar 0,12 lebih besar dari α = 0,05 (0,12 ≥ 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Loan To Deposit Ratio (LDR) tidak berpengaruh signifikan terhadap
Return On Asset
(ROA). Hal tersebut disebabkan karena Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) Devisa yang dijadikan sampel penelitian kurang memaksimalkan dana yang dihimpun dari pihak ketiga, dapat dilihat dari data Loan To Deposit
(LDR) selama kurun waktu penelitian dari tahun 2012 sampai dengan 2016 yang menunjukkan angka rasio Loan To Deposit Ratio (LDR) dikisaran 52,39%-137,90%, padahal Bank Indonesia menetapkan angka rasio Loan To
Hasil penelitain konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Almadany (2012) yang menyatakan bahwa Loan To Deposit Ratio (LDR) tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On
Deposit Ratio
(LDR) yaitu 80%-110%, jika rasio
Loan To Deposit Ratio (LDR) suatu bank dibawah
angka 80% maka bank tersebut kurang baik dalam menyalurkan seluruh dananya yang dihimpun dari dana pihak ketiga. Tetapi rasio Loan To Deposit
Ratio
(LDR) yang kurang baik ini tidak berpengaruh terhadap laba sebelum pajak yang diperoleh perusahaan, karena Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) Devisa yang dijadikan sampel penelitian memiliki modal yang tinggi, sehingga risiko ini dapat di-cover oleh bank tersebut.
bahwa rasio Biaya Operasional Per Pendapatan Operasional (BOPO) pada Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) Devisa yang dijadikan sampel penelitian ini saat mengalami peningkat yang berarti efisiensi menurun, maka menurunkan laba atau return yang didapatkan oleh para pemegang saham dari dana yang telah diinvestasikan di perusahaan.
6. LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA secara parsial.
penelitian yang dilakukan oleh Saputri dan Oetomo (2016) yang menyatakan bahwa Loan To Deposit
Return On Equity (ROE). Hal tersebut disebabkan
karena rasio Loan To Deposit Ratio (LDR) digunakan untuk mengukur jumlah kredit terhadap dana yang dihimpun dari pihak ketiga, sedangkan
Return On Equity
(ROE) dihitung berdasarkan modal sendiri perusahaan bukan modal dari pihak luar atau pinjaman. Jadi Loan To Deposit Ratio (LDR) tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity (ROE).
Hasil penelitain konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayuni dan Oetomo (2017) yang menyatakan bahwa Loan To Deposit Ratio (LDR) tidak berpengaruh signifikan terhadap
Return On Equity (ROE). Hasil ini berbeda dengan
Ratio (LDR) berpengaruh positif signifikan terhadap Return On Equity (ROE).
Pengaruh Loan To Deposit Ratio (LDR) terhadap Return On Equity (ROE)
KЕSIMPULAN DAN SARAN Kеsimpulan 1.
CAR, BOPO, NPL, dan LDR berpengaruh signifikan secara simultan terhadap ROA.
2. CAR, BOPO, NPL, dan LDR berpengaruh signifikan secara simultan terhadap ROE.
3. CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA secara parsial.
4. BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA secara parsial.
5. NPL tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA secara parsial.
Berdasarkan hasil Uji t diketahui nilai koefisien regresi pangaruh Loan To Deposit Ratio (LDR) terhadap Return On Equity (ROE) adalah sebesar
(NPL) tidak berpengaruh signifikan terhadap penelitian yang dilakukan oleh Saputri dan Oetomo (2016) dan Damayanti dan Musadieq (2017), yang menyatakan bahwa Non Performing Loan (NPL) berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity (ROE).
- – 0,02 dengan tingkat signifikan sebesar 0,58 lebih besar dari α = 0,05 (0,58 ≥ 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Loan To Deposit Ratio (LDR) tidak berpengaruh signifikan terhadap
(NPL) tinggi atau lebih dari 5% maka menimbulkan kesulitan sekaligus menurunkan kinerja bank yang bersangkutan. Sedangkan Return
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Saputri dan Oetomo (2016), yang menyatakan bahwa Biaya Operasional Per Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh (ROE).
Pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap Return On Equity (ROE).
Ismail (2009:224), “Non Performing Loan (NPL) menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank, sehingga setiap bank harus mampu mengelola kreditnya dengan baik dalam memberikan kredit kepada masyarakat maupun dalam pengembalian kreditnya sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku”. Pemberian kredit yang sehat berimplikasi pada kelancaran pengembalian kredit oleh nasabah atas pokok pinjaman dan atau beban bunga. Ketidaklancaran pembayaran pokok pinjaman dan bunga secara langsung dapat menurunkan kinerja bank. Non
Performing Loan (NPL) merupakan rasio yang
menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Semakin rendah rasio Non Performing Loan (NPL) maka semakin kecil atau rendah juga risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank dan begitu juga sebaliknya, apabila rasio Non Performing
Loan
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 61 No. 3 Agustus 2018| 180
Loan
dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (Syamsuddin, 2011:64).
Berdasarkan hasil Uji t pada penelitian ini diketahui nilai koefisien regresi pengaruh Non
Performing Loan (NPL) terhadap Return On Equity (ROE) yaitu sebesar -0,03. Sedangkan nilai
signifikan sebesar 0,95 lebih besar dari α = 0,05 (0,95 ≥ 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Non Performing Loan (NPL) tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity (ROE). Hal ini disebabkan karena Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) Devisa yang dijadikan sampel penelitian memiliki rasio Non Performing
Loan
(NPL) ≤ 5% sehingga mempunyai risiko kredit yang kecil. Risiko kredit yang kecil tidak berpengaruh terhadap laba bersih yang diperoleh para pemegang saham karena Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) Devisa yang dijadikan sampel penelitian memiliki modal tinggi sehingga risiko tersebut bisa di –cover dengan modal yang dimiliki bank tersebut.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Varadigna dan Suhadak (2017), yang menyatakan bahwa Non Performing
On Equity (ROE) merupakan suatu pengukuran
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal
Laporan Keuangan . Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ismail. 2009. Manajemen Perbankan: Dari Teori
Menuju Aplikasi . Jakarta: Kencana.
Kasmir. 2002. Dasar
.2016. Analisis Laporan Keuangan,
Cetakan ke-9 . Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Syamsuddin, Lukman. 2011. Manajemen
Keuangan Perusahaan (Konsep
Aplikasi dalam Perencanaan, Pengawasan,
dan Pengambilan Keputusan ), Cetakan ke-11. Jakarta: Rajawali Press.
Almadany, Khairunnisa. 2012. Pengaruh Loan To
Perbankan, Edisi ketiga
Deposit Ratio , Biaya Operasional
Perpendapatan Operasional, dan Net
Interest Margin
Terhadap Profitabilitas Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Riset Akuntansi dan Bisnis . Vol.12 No. 2: 165 –183.
Ayuni, Yulia Qurota dan Oetomo, Hening Widi.
2017. Pengaruh CAR, LDR, dan CIC terhadap ROE Perbankan yang Terdaftar di BEI. Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen. Vol. 6 No. 6: 1 –17. Damayanti, Adelia, dan Musadieq, Mochmmad Al.
2017. The Effect Of Financial Risk and
Environmental Risk On Earnings (Case Study of PT Bank Tabungan Negara
(Persero) Tbk Period 2006 –2015. Jurnal
Administrasi Bisnis . Vol. 46. No. 2: 1 –10.
. Bogor: PT Ghalia Indonesia. Harahap, Sofyan Syafri. 2006. Analisis Krisisi Atas
Dendawijaya, Lukman. 2009. Manajemen