Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA)

BELAJAR KIMIA DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

Patmah 1 , Agus Abhi Purwoko 2 , Muntari 3 Program Studi Magister Pendidikan IPA, Program Pascasarjana Universitas Mataram Email: ummubilal0@gmail.com

Key Words Abstract

Learning This study aimed to: (1) determine the effect of Learning Cycle 7E model cycle 7E

and conventional model towards student’s learning outcomes of model,

Chemistry, (2) determine the effect of the critical thinking skills towards critical

student’s learning outcomes of Chemistry, and (3 ) determine the thinking

interaction between the learning model (learning Cycle 7E-Conventional) skills,

with the critical thinking skills (High - Low) towards student’s learning chemistry

outcomes of Chemistry. This research is a Quasi Experiment with the 2 x learning

2 factorial design and variables in this research consists of independent outcomes

variables, moderator variables and the dependent variable. Learning Cycle Model 7E and conventional learning models used as independent variables, critical thinking skills students used as the moderator variable, and the learning outcomes used as the dependent variable. Analysis of the research’s results using by Two Way ANACOVA at the level 5% of significance. According to the results of analysis, it was concluded that the critical thinking skills significantly influence on chemistry student learning outcomes, where the average of high group of critical thinking skills, significantly higher than lower group.

Kata Kunci Abstrak

Model Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui pengaruh penerapan pembelajaran

model pembelajaran siklus belajar (Learning Cycle) 7E dan model Learning

pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar Kimia siswa, (2) untuk Cycle 7E,

mengetahui pengaruh kemampuan bepikir kritis (KBK) terhadap hasil kemampuan

belajar Kimia siswa, dan (3) untuk mengetahui pengaruh interaksi antara berpikir

model pembelajaran (Learning Cycle 7E-Konvensional) dengan kritis, hasil

kemampuan berpikir kritis (Tinggi – Rendah) terhadap hasil belajar kimia belajar kimia

siswa. Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Eksperimen dengan rancangan desain faktorial 2 x 2. Variabel dalam penilitian ini terdiri dari variable bebas, variabel moderator, dan variabel terikat. Model pembelajaran Learning Cycle 7E dan model pembelajaran konvensional dipergunakan sebagai variabel bebas, KBK siswa dipergunakan sebagai variable moderator, dan hasil belajar dipergunakan sebagai variable terikat. Analisis hasil penelitian menggunakan uji Two Way ANACOVA pada taraf signifikasi 5%. Sesuai hasil analisis, disimpulkan bahwa KBK berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa, dimana rata- rata hasil belajar siswa kelompok KBK tinggi, lebih tinggi secara signifikan dibanding kelompok KBK rendah

PENDAHULUAN

semuanya mengembangkan pemahaman Pembelajaran kimia memerlukan

awal dari siswa untuk membangun pemahaman yang baik untuk dapat

pengetahuannya sendiri. Lebih lanjut memahami konsep-konsep dengan baik

Hanafiah (2008) menyatakan bahwa model yang berawal dari pemahaman konsep-

pembelajaran siklus merupakan suatu konsep sebelumnya yang juga harus

tahapan dari suatu kegiatan yang disusun dipahami dengan baik. Pengetahuan yang

secara sistematis, agar siswa dapat diperoleh siswa dibangun atau dikonstruksi

menguasai materi yang dipelajarinya menurut pengalaman belajar masing-

dengan jalan berperan aktif disetiap masing sesuai tahap perkembangan dan

tahapannya. Pada setiap tahapan dalam pengaruh

pembelajaran tersebut Pembelajaran

menitikberatkan pada keaktifan siswa. pengalaman langsung adalah proses

yang

menerapkan

Model pembelajaran siklus mengalami pembelajaran

perkembangan, dari 3 fase, tipe 4E, tipe 5E kesempatan

yang

memberikan

sampai dengan pembelajaran siklus tipe 7E. mengkonstruksi pengetahuan dengan cara

Model pembelajaran siklus tipe 7E menemukan dan mengalami sendiri secara

Explore, Explain, langsung.

(Elicit,

Engage,

Elaborate, Exted dan Evaluate) diantaranya hakekatnya pembelajaran kimia tidak hanya

Sehingga

berdasarkan

dapat merangsang siswa untuk mengingat membentuk konsep yang dimiliki oleh

kembali materi pembelajaran yang mereka siswa melainkan keterkaitannya dalam

sebelumnya, memberikan memecahkan masalah dalam kehidupan

dapatkan

motivasi kepada siswa untuk menjadi lebih sehari-hari dan dalam menghubungkan

aktif dan menambah rasa ingin tahu keterkaitan antara satu konsep dengan

(Lorsbach, 2006). Fajaroh & Dasna (2004) konsep yang lainnya.

mengemukakan bahwa kelebihan model Salah satu cara untuk memperoleh

dibandingkan model keberhasilan dalam pembelajaran adalah

siklus

jika

lainnya antara lain dengan mengaitkan pemahaman lama

pembelajaran

pembelajaran berpusat pada siswa (student- dengan pemahaman baru. Proses tersebut

centered) sehingga proses pembelajaran mengacu pada pandangan konstruktivisme

karena adanya yang merupakan salah satu pandangan yang

menjadi

bermakna

pengalaman nyata dari siswa. Pengalaman lebih berfokus kepada peserta didik untuk

nyata inilah yang menyebabkan siswa dapat belajar

membentuk keaktifannya dalam belajar, mengembangkan potensinya secara optimal

sehingga dapat meningkatkan motivasi (Hanafiah & Suhana, 2012). Oleh karena

belajar. Model pembelajaran siklus ini itu, pembelajaran kimia hendaknya lebih

dapat membangun pemahaman atau menekankan pembelajaran yang berpusat

pengetahuan awal siswa pada suatu materi pada siswa dan pembelajaran kimia bukan

dengan membentuk konsep dan kemudian merupakan sejumlah informasi yang harus

diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. dihafal siswa. Pembelajaran kimia dapat

pembelajaran siklus diterapkan dengan model pembelajaran

Model

merupakan model pembelajaran yang yang mengacu pada konstruktivisme.

secara formal digunakan di program sains Hanafiah (2008) mengemukaan

Science Curriculum bahwa model pembelajaran yang mengacu

dasar

yaitu

Improvement Study (SCIS). Meskipun pada konstruktivisme antara lain model

model pembelajaran ini diterapkan pertama pembelajaran siklus, quantum teaching and

kali di sekolah dasar, beberapa studi learning, accelerated learning, revolution

menunjukkan bahwa penerapan teknik learning, contextual teaching and learning.

pengajaran ini telah menyebar luas di Masing-masing

kelas, termasuk memiliki ciri-ciri tersendiri, tetapi

universitas. Model pembelajaran ini universitas. Model pembelajaran ini

tersebut

kemudian

dimodifikasi menjadi Exploration, Concept Intruduction, dan Concept Application (Karplus dalam Fajaroh & Dasna, 2004).

Eisenkraft (2003) mengembangkan model pembelajaran siklus menjadi 7 tahapan. Model pembelajaran siklus tipe 5E mengalami pengembangan menjadi model pembelajaran siklus tipe 7E (Eisenkraft, 2003). Perkembangannya menghasilkan tahapan-tahapan: Elicit, Engagge, Explore, Explain, Elaborate, Evaluasi dan Exted. Seperti yang diungkapkan oleh Eisenkraft (2003), tujuh tahapan dalam model pembelajaran siklus tipe 7E terdiri atas tahap: (1) mendatangkan pemahaman awal siswa (Elicit), yaitu kegiatan memberikan pertanyaan yang merangsang pengetahuan awal siswa agar timbul respon dari pemikiran siswa serta menimbulkan motivasi untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan yang diajukan oleh guru, (2) melibatkan (Engage), yaitu kegiatan siswa dan guru akan saling memberikan informasi dan pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan, memberitahukan siswa tentang ide dan rencana pembelajaran sekaligus memotivasi siswa agar lebih berminat untuk

memperhatikan guru dalam mengajar, (3) menyelidiki (Explore), dimana siswa diberi kesempatan untuk melakukan penyelidikan, pengamatan, membuat pertanyaan dan mengobservasi konsep dari bahan-bahan pelajaran, seperti benda-benda alam atau model yang telah disediakan sebelumnya, (4) menjelaskan (Explain), merupakan tahap dimana siswa diberikan kesempatan untuk menjelaskan konsep dan definisi- definisi awal ketika eksplorasi, (5) menerapkan (Elaborate), melalui tahap menerapkan, siswa dapat mengetahui dan memahami kosakata ilmiah dari tahap sebelumnya sehingga dapat menerapkan pada suatu konsep yang berkaitan dengan materi yang dipelajari, (6) menilai

(Evaluate), tahap ini guru mengevaluasi pembelajaran yang telah dilakukan dalam bentuk penilaian formal dan informal, dan (7) memperluas (Exted), bertujuan untuk berfikir, mencari, menemukan, dan menjelaskan konsep yang telah dipelajari.

Ketujuh tahapan diatas merupakan tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam menerapkan model pembelajaran model pembelajaran siklus tipe 7E pada pembelajaran di kelas. Siswa dan guru mempunyai peran masing-masing dalam setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan tahapan dari model pembelajaran siklus tipe 7E. Beberapa kelebihannya anta lain (Lorsbach, 2006; Huang, 2008; Alamsyah, 2009; Hardiansyah, 2010): (1) merangsang siswa untuk

mengingat kembali materi pembelajaran yang telah mereka dapatkan sebelumnya, (2) memberi motivasi kepada siswa untuk menjadi lebih aktif dan menambah rasa keingintahuan, (3) melatih siswa belajar menemukan konsep melalui kegiatan eksperimen, (4) melatih siswa untuk menyampaikan secara lisan konsep yang telah mereka pelajari, (5) memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir, mencari, menemukan, dan menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari, (6) guru dan siswa menjalankan tahapan pembelajaran yang saling mengisi satu sama lainnya, (7) guru dapat menerapkan model ini dengan metode yang berbeda-beda,

dan

(8) menuntut kesungguhan dan kreativitas siswa dalam merangsang dan melaksanakan proses pembelajaran.

Hasil penelitian mengenai model pembelajaran siklus dengan model pembelajaran tradisional oleh Adiyah (2011) meyatakan bahwa “Penggunaan model pembelajaran siklus tipe 7E dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa SMA pada topik fluida dibandingkan dengan penggunaan model pembelajaran tradisional.”Hasil penelitian lain mengenai model pembelajaran siklus oleh Sri Rusmiati (2013) yang mengatakan bahwa “terdapat pengaruh pembelajaran LC 7E Hasil penelitian mengenai model pembelajaran siklus dengan model pembelajaran tradisional oleh Adiyah (2011) meyatakan bahwa “Penggunaan model pembelajaran siklus tipe 7E dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa SMA pada topik fluida dibandingkan dengan penggunaan model pembelajaran tradisional.”Hasil penelitian lain mengenai model pembelajaran siklus oleh Sri Rusmiati (2013) yang mengatakan bahwa “terdapat pengaruh pembelajaran LC 7E

Berdasarkan data-data yang diperoleh peneliti melalui observasi dan pengalaman mengajar langsung yang diperoleh peneliti sebagai guru langsung di sekolah yang bersangkutan dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan rekan kerja yang juga sebagai guru di SMAN 1 LINGSAR pada tanggal 3 dan 5 Oktober 2015, pembelajaran kimia pada kelas X menggunakan model pembelajaran yang kurang aktif, guru cendrung memberikan catatan dan diberikan penugasan pada siswa walaupun beberapa kali guru juga menggunakan alat bantu mengajar berupa LCD dan guru juga melakukan praktikum untuk materi yang perlu dipraktikumkan tetapi belum juga bisa membuat semua siswa aktif secara keseluruhan. Siswa yang aktif hanya beberapa orang saja di setiap kelas,

sehingga

mengakibatkan

pembelajaran kurang optimal. Hal ini menyebabkan siswa pasif dan cenderung kurang

disampaikan oleh guru dan siswa tidak dapat membangun pengetahuan serta pemahaman sendiri. Efek pada hasil belajar yaitu ditunjukkan dengan ketidak sesuaian nilai yang didaptkan siswa dengan KKM yang ditetapkan yakni 70. Adapun hasil nilai rata-rata Mid Semester I pada tahun 2015/2016 yakni sebagai berikut:

Tabel 1 Nilai Rata-Rata Mid Semester I Tahun Ajaran 2015/2016 No.

Kelas

Nilai Rata-Rata

(Sumber: Arsip Nilai Guru Mata Pelajaran, 2015) Menyikapi

permasalahan

tersebut,

diperlukan model pembelajaran yang tepat

agar pembelajaran kimia yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa SMAN 1 LINGSAR. Salah satunya yakni dengan menggunakan model pembelajaran siklus, karena dapat meningkatkan pembentukan pemahaman pengetahuan siswa secara aktif yang melibatkan konsep, prinsip, aturan serta

penghitungan matematis dan diharapkan juga untuk dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajarnya.

Keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu kemampuan siswa sebagai hasil belajar yang dapat diukur oleh guru. Menurut Enis (2005), berpikir kritis adalah kemampuan memberi alasan (reasonable) dan reflektif yang difokuskan pada apa yang diyakinkan dan dikerjakan. Sedangkan menurut Jhonson (2011), berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah.

Definisi berfikir kritis diberikan oleh banyak pakar, salah satunya adalah Edward

Glaser, salah seorang dari penulis Watson- Glaser Critical Thingking Appraisal (uji kemampuan berpikir kritis yang paling banyak di pakai di seluruh dunia). Glaser mendefinisikan berpikir kritis sebagai: (1) suatu sikap mau berpikir secara mendalam tantang masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang: (2) pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis; dan (3) semacam suatu keterampilan untuk menerapkan metode- metode tersebut. Berpikir kritis menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang diakibatkan (Glaser, 1941 dalam Fisher 2009).

Struktur jawaban untuk meningkatkan ketermapilan berfikir kritis mengacu pada taksonomi SOLO (Structure of Observed

Learning Outcomes).

Taksonomi SOLO dapat mengembangkan dilakukan ketika guru memberikan struktur jawaban dari suatu masalah secara

instruksi dengan memberikan gambaran bervariasi

singkat tentang keterampilan berpikir kritis Taksonomi SOLO menjelaskan level dari

(Usmiatingsih,

siswa yang harus dikuasai siswa. Latihan kompleksitas pemahaman atau pengertian

terbimbing memberikan kesempatan untuk seseorang (peserta didik) melalui lima

menerapkan keterampilan berpikir dengan tingkat dasar yang relevan terhadap subjek

bimbingan guru, sedangkan latihan bebas pemahaman tersebut. Dalam taksonomi

dirancang agar siswa dapat melatih SOLO, pengertian atau pemahaman

keterampilannya sendiri. disusun

penelitian pendahuluan kompleksitas pemahaman peserta didik

terhadap proses pembelajaran Kimia di sehingga

SMA Negeri 1 Lingsar Lombok Barat telah pemahaman mereka, mulai dari yang tidak

membuat

peningkatan

dilakukan tanggal 3 dan 5 Oktober 2015. kompeten menjadi sesorang yang ahli

Salah satu tujuan penelitian adalah untuk (Potter dan Kustra, 2012).Variasi jawaban

mengukur keterampian berpikir kritis didalam taksonomi SOLO dibedakan

siswa. Indikator keterampilan berpikir kritis menjadi lima kategori sebagaimana

dipergunakan meliputi: (1) dituturkan oleh Biggs dan Collins (1982),

yang

kemampuan siswa dalam memberikan yaitu sebagai berikut: (1) Prestruktural, jika

penjelasan sederhana, (2) kemampuan tugas tidak dikerjakan dengan cara yang

siswa dalam membangun ketrampilan tepat, seperti menggunakan tautology atau

dasar, (3) kemampuan siswa dalam hanya mengulang pertanyaan. Siswa belum

menyimpulkan suatu pemasalahan secara memahami inti dari kosep yang dijelaskan:

deduksi, (4) kemampuan siswa dalam (2) Unistruktural, jika tugas sudah

menyimpulkan suatu pemasalahan secara memunculkan salah satu aspek yang

induksi, (5) kemampuan siswa dalam relevan tetapi tidak ada hubungan antara

memberikan penjelasan lanjut, dan (6) fakta atau ide: (3) Mulistruktural, jika

kemampuan siswa dalam mengatur strategi beberapa (dua atau lebih) aspek independen

dan tehnik, yang terdiri dari kemampuan dalam tugas sudah dipahami atau

menentukan tindakan dan berinteraksi dimunculkan secara berturutan, tetapi tidak

dengan orang lain.

saling terkait: (4) Relational, Jika aspek Hasil penelitian menunjukkan bahwa, relevan diintegrasikan ke dalam struktur

kemampuan berpikir kritsi ssiwa dapat yang koheren secara keseluruhan: dam (5)

dikelompokkan dalam kelompok tinggi dan Extended abstract, kesimpulan secara

kelompok rendah. Sedangkan tujuan dari koheren

penelitian ini adalah untuk mengetahui dikonseptualisasikan ke dalam level

digeneralisasikan

atau

apakah ada pengaruh kemampuan bepikir abstraksi yang lebih tinggi (Chan, dkk,

kritis siswa terhadap hasil belajar Kimia 2002).

siswa.

Keterampilan berpikir kritis terdiri Berdasarkan permasalahan yang ada dari 4 (empat) komponen yaitu identifikasi

di SMA Negeri 1 Lingsar serta komponen procedural, instruksi pemodelan

mempertimbangkan kelebihan-kelebihan langsung, latihan terbimbing, dan latihan

model pembelajaran Learning Cycle 7E bebas. Pada tahapan identifikasi komponen

dan beberapa hasil penelitian yang procedural, siswa diperkenalkan langkah-

menerapkan model pembelajaran Learning langkah khusus dalam keterampilan

Cycle 7E, peneliti tertarik untuk melakukan tersebut (Sutrisno, 2010). Dalam penelitian

penelitian dengan menggunakan model ini guru membuat aturan diskusi maupun

yang sama akan tetapi dengan materi yang cara berinteraksi dengan media yang

berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah digunakan dalam proses belajar mengajar.

“Untuk mengetahui pengaruh penerapan Instruksi dan pemodelan langsung

model pembelajaran siklus belajar

(Learning Cycle) tipe 7E dan model kelompok; dan (4) melakukan posttest pada pembelajaran konvensional terhadap hasil

kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk belajar siswa kelas X SMAN 1 Lingsar

mengukur hasil belajar kognitif dan tahun ajaran 2015/2016 ditinjau dari

keterampilan berpikir kritis siswa setelah kemampuan berpikir kritis siswa”.

dilakukan treatment. Sedangkan tahap analisis

data

merupakan tahapan

METODOLOGI

menganalisis sejumlah data kuantitatif Penelitian ini dilakukan di SMAN 1

dengan bantuan program SPSS versi 21 for Lingsar Kec. Lingsar Kabupaten Lombok

windows.

Barat pada kelas X semester II tahun Variabel dalam penelitian ini meliputi pelajaran 2015/2016. Penelitian ini

variabel bebas, variabel moderator, dan dilaksanakan pada bulan Oktober 2015

variabel terikat. Variabel bebas pada sampai dengan bulan Juni 2016. Tahap-

penelitian ini adalah model pembelajaran tahap penelitian meliputi: (1) tahap

yang diterapkan pada kelas sampel yakni persiapan, (2) tahap pelaksanaan, dan (3)

model learning cycle dengan metode tahap analisis data. Pada tahap persiapan,

eksperimen, diskusi, tanya jawab yang kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi:

model yang dapat (1) melakukan studi literatur tentang model

merupakan

meningkatkan peran aktif siswa untuk kelas pembelajaran learning cycle, keterampilan

eksperimen dan model konvensional yakni berpikir kritis dan Kemampuan awal siswa

dengan metode ceramah dan diskusi untuk dari berbagai sumber; (2) menyusun

kelas kontrol. Variabel kontrol dalam perangkat pembelajaran (RPP dan LKS)

penelitian ini adalh kemampuan berpikir dan instrumen penelitian (tes penguasaan

kritis siswa, sedangkan variabel terikatnya konsep sains dan lembar observasi

adalah hasil belajar siswa dalam ranah keterampilan proses sains); (3) melakukan

kognitif (hasil belajar kimia siswa). validasi ahli oleh 3 validator; (4)

Populasi dalam penelitian ini adalah melakukan uji coba instrument pada kelas

siswa kelas X SMAN 1 Lingsar Tahun

X SMAN 1 Lingsar; dan (5) melakukan Pelajaran 2015/2016 terdiri dari 7 (tujuh) analisis kualitas instrument dengan uji

kelas dengan jumlah 237 siswa. Sampel validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan

dipilih dari 2 (dua) kelas, selanjutnya daya pembeda dengan bantuan program

ditetapkan 1 (satu) kelas sebagai kelas Microsoft Excel Versi 2010.

kontrol dan 1 (satu) kelas sebagai kelas Pada tahap persiapan, kegiatan-

eksperimen. Pada kelas eksperimen kegiatan yang dilakukan meliputi: (1)

diberikan perlakuan menggunakan model melakukan pretest untuk mengukur

pembelajaran siklus belajar (learning cycle) kemampuan awal siswa dalam hal hasil

7E sedangkan pada kelas kontrol diberikan belajar kognitif dan kemampuan berpikir

model pembelajaran kritis baik itu dikelompok kontrol (kelas X-

perlakuan

konvensional. Adapun teknik pengambilan

2) maupun eksperimen (kelas X-1); (2) sampel (sampling) yang digunakan dalam melakukan pembelajaran materi senyawa

penelitian ini adalah purposive sampling hidrokarbon. Saat pembelajaran, kelompok

yaitu teknik pengambilan sampel yang kontrol mendapatkan perlakuan hanya

tidak memberi peluang yang sama bagi berupa pembelajaran model konvensional

setiap unsur atau anggota populasi untuk saja, sedangkan kelompok eksperimen

dipilih menjadi anggota sampel dan mendapat perlakuan berupa model

didasarkan pertimbangan tertentu (Sugiono, pembelajaran

melakukan penilaian kemampuan berpikir Pelaksanaan penelitian ini didukung kritis siswa pada saat kegiatan

dengan perangkat dan instrumen yang pembelajaran berlangsung yang dilakukan

disusun oleh penelti sebelumnya. Perangkat oleh observer pada masing-masing

penelitian meliputi: silabus, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan program SPSS versi 20 for Windows, Lembar Kerja Siswa (LKS). Sedangkan

dengan terlebih dahulu melalui tahap uji instrumen yang digunakan dalam penelitian

normalitas dan uji homogenitas data. adalah: tes prestasi belajar kognitif yaitu berupa tes penguasaan konsep. Sebelum

HASIL DAN PEMBAHASAN

digunakan sebagai instrumen penelitian, tes Data penelitian berbentuk data hasil prestasi belajar kognitif terlebih dahulu

belajar siswa yaitu mengukur penguasaan dianalisis meliputi: analisis validitas,

konsep siswa tentang materi reaksi reduksi- analisis reliabilitas, uji daya beda, dan uji

oksidasi. Hasil belajar siswa meliputi hasil taraf kemudahan/kesukaran instrumen.

belajar pretest dan hasil belajar pretest. Analisis hasil penelitian berbentuk

Tabel 2 menampilkan hasil belajar pretest data

dan hasil belajar pretest tentang materi menggunakan uji Two Way ANACOVA

senyawa hidrokarbon berdasarkan kelas pada taraf signifikansi 5% dengan bantuan

perlakuan.

Tabel 2. Hasil Belajar Pretest dan Posttest Siswa Materi Senyawa Hidrokarbon Berdasarkan Kelas Perlakuan Kelas Perlakuan

Hasil Belajar

Min. Maks SD

35 16 48 28 7.88 Kelas Kontrol

33 12 48 26.55 7.73 Kelas Eksperimen

Keterangan Perbandingan hasil belajar siswa N

: Jumlah siswa tentang materi senyawa hidrokarbon pada Min : Nilai minimal

masing-masing kelas perlakuan ditampilkan Maks : Nilai maksimal

pada Gambar 1.

: Nilai rata-rata SD

: Standar Deviasi

54,73 ra Si 60

a- r

at ja la 40 28,00

Kelas Kontrol

Kelas Eksperimen

Hasil Belajar Pretest

Hasil Belajar Posttest

Gambar 1. Perbandingan Hasil Belajar Pretest dan Postest Materi Senyawa Hidrokarbon antara Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Penelitian ini juga mengukur KBK Tinggi. Pengelompokkan KBK kemampuan berpikir kritis (KBK) siswa

berdasarkan pada ketecapaian nilai yang pada masing-masing kelas perlakuan yang

diperoleh masing-masing siswa. Nilai selanjutnya

tengah (median) dari nilai KBK kelompok KBK Rendah dan kelompok

sebagai batasan sebagai batasan

kategori kelompok KBK rendah. Hasil Siswa yang memeroleh nilai KBK lebih

belajar posttest siswa materi senyawa tinggi atau sama dengan dari median masuk

hidrokarbon berdasarkan kelas perlakuan dalam kategori kelompok KBK tinggi,

dan kelompok KBK dicantumkan dalam sedangkan siswa yang memperoleh nilai

Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Belajar Posttest Siswa Materi Senyawa Hidrokarbon Berdasarkan Kelas Perlakuan dan Kelompok KBK Kelas

Hasil

Kelompok KBK N Min. Maks SD Perlakuan

Belajar

Kelompok KBK Kelas

15 27 46 39,73 5,311 Rendah Kontrol Kelompok KBK Tinggi Posttest

Posttest

20 9 65 41 10,672 Kelompok KBK

Kelas

15 27 81 45,2 13,007 Rendah Eksperimen Kelompok KBK Tinggi Posttest

Posttest

kelompok KBK posttest siswa materi senyawa hidrokarbon

Perbandingan hasil belajar pretest dan

masing-masing

ditampilkan pada Gambar 2. pada masing-masing kelas perlakuan dan

0,00 Kelompok KBK

Kelompok KBK Rendah

Kelompok KBK

Kelompok KBK

Kelas Kontrol

Kelas Eksperimen

Hasil Belajar Posttest

Gambar 2. Perbandingan Hasil Belajar Postest Materi Senyawa Hidrokarbon antara Kelompok KBK Rendah dan Kelompok KBK Tinggi pada masing-masing Kelas Perlakuan

Data hasil penelitian sebagaimana menunjukkan hasil uji normalitas data dicantumkan pada Tabel 2 dan Tabel 3

dengan menggunakan Chi Kuadrat pada selanjutnya dilakukan analisis data meliputi

taraf signifikasi (α)=0.05, sedangkan Tabel uji prasyarat analisis dan uji hipotesis. Uji

5 menunjukkan uji homogenitas varian prastarat analisis terdiri dari uji normalitas

dengan menggunakan uji-F pada taraf data dan uji homogenitas varian. Tabel 4

signifikasi (α)=0.05.

Tabel 5. Uji Normalitas Data dengan  (Chi Kuadrat) Kelas Perlakuan

Uji Normalitas

Hasil Belajar Pretest Hasil Belajar Posttest

14.14 14.71 Kelas Kontrol

df 8 19

19.09 9.52 Kelas Eksperimen

df 22 22

Hasil uji normalitas data pretest dan data disimpulkan bahwa hasil belajar pretest dan posttest baik pada kelas kontrol maupun

posttest pada kelas kontrol dan kelas kelas eksperimen menunjukkan bahwa nilai

eksperimen berdistribusi normal. 

< sehingga

dapat

Tabel 6. Uji Homogenitas Data dengan Uji-F Berdasarkan Kelas Perlakuan Kelas Perlakuan

Uji Homogenitas

Hasil Belajar Pretest

Hasil Belajar Posttest F hitung 0.59 4.02 df 1 1 1

Kelas Kontrol df 2 34 34

F tabel 4.13 4.13 F hitung 0.31 4.01

df 1 1 1 Kelas Eksperimen df 2 32 32

F tabel 4.15 4.15

Uji homogenitas data pretest dan data Pengujian hipotesis dilaksanaan posttest baik pada kelas kontrol dan kelas

dengan meggunakan analisis kovarian dua eksperimen menunjukkan nilai

jalan (Two Way ANACOVA) pada taraf maka dapat disimpulkan bahwa data

signifikasi (α)=0.05 untuk mengetahui pretest dan data posttest pada kelas kontrol

ketercapaian tujuan penelitian tersebut. dan kelas kontrol memiliki varian

Tabel 7 menunjukan hasil analisis Two Way homogen.

ANACOVA

terhada variabl-variabel

penelitian.

Tabel 7. Uji Hipotesis Penelitian dengan Two Way ANACOVA

Type III Sum

Source

df Mean Square

F Sig.

of Squares

Corrected Model 5978.450 a 4 1494.613 11.657 .000 Intercept

1 11384.252 88.790 .000 pretest

1 9.725 .076 .784 kelas_perlakuan

1 1460.859 11.394 .001 kelas_perlakuan * KBK

68 Corrected Total

Hasil uji Two Way ANACOVA pelajari secara mandiri. Dengan belajar terhadap

secara mandiri, siswa tidak hanya sekedar sebagaimana dicantumkan dalam Tabel

sumber

kelas_perlakuan

menghafal materi yang diajarkan tetapi

4.13 menunjukkan bahwa nilai pada derajat juga akan memahami dan mengerti apa kebebasan 1 (df 1 )=1, derajat kebebasan 2

yang sedang mereka pelajari dan mereka (df 2 )=67,

mengaplikasikannya dalam (24,063) >

kehidupan sehari-hari. sehingga dapat disimpulkan bahwa Model

Pelaksanaan pembelajaran dimulai Pembelajaran

7E dengan guru membagi siswa menjadi 6 berpengaruh secara signifikan terhadap

Learning

Cycle

kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5-7 hasil belajar siswa, dimana rata-rata hasil

siswa. Setiap pertemuan siswa dikondisikan belajar

duduk bersama anggota kelomok masing- hidrokarbon kelompok siswa kelas

masing. Setiap kelompok diberikan aturan eksperimen lebih tinggi secara signifikan

main yang ditampilkan melalui video dibanding kelompok siswa kelas Kontrol.

dalam kegiatan pembelajaran dengan tujuan Sementara itu, hasil uji Two Way

memusatkan perhatian siswa terhadap ANACOVA terhadap sumber KBK

materi dan kegiatan pembelajaran dari awal sebagaimana dicantumkan dalam Tabel

sampai akhir pembelajaran.

4.13 menunjukkan bahwa, pada df 1 =1,

Kegiatan pembelajaran menggunakan

df 2 =67, dan

dimulai dengan (11,394) >

memberikan pemahaman awal kepada sehingga dapat disimpulkan bahwa KBK

siswa tentang materi yang akan diajarkan kemudian mengarahkan siswa untuk

berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa, dimana rata-rata hasil

mengamati peristiwa kimia yang akan belajar

dipelajari melalui percobaan kimia tahapan hidrokarbon kelompok KBK tinggi, lebih

ini adalah tahapan melibatkan siswa untuk tinggi

melakukan pengamatan dan membahas kelompok KBK rendah. Sedangkan hasil

secara signifikan

dibanding

hasil pengamatan (tahap engangement). uji Two Way ANACOVA sebagaimana

Menurut hasil observasi pada tahap ini, dicantumkan

dalam

Tabel

4.13 siswa terlihat aktif menyiapkan bahan

menunjukkan bahwa pada df 1 =1, df 2 =67,

praktikum dan melaksanakan setiap proses praktikum dengan baik. Siswa juga terlihat

dan =0,05, nilai

aktif bertanya tentang langkah-langkah (3,984) sehingga dapat disimpulkan

percobaan yang akan dilakukan, hal-hal bahwa interaksi antara model pembelajaran yang berkaitan dengan hasil pengamatan, (Learning Cycle 7E – Kontrol) dan

cara mengidentifikasi suatu zat yang kelompok KBK (Tinggi – Rendah)

dikatakan bereaksi, cara menulis persamaan berpengaruh secara signifikan terhadap

reaksi, dan lain-lain. Sebagai contoh, pada hasil belajar siswa.

pertemuan pertama keaktifan bertanya Alasan yang mendasari keberhasilan

siswa dapat dilihat dari pertanyaan yang model siklus belajar-7E (learning cycle) diajukan siswa pada kelas eksperimen menggunakan LKS dalam memberikan antara lain (1) apa yang dimaksud senyawa pengaruh yang signifikan terhadap hasil hidrokarbon?; (2) apa saja contoh reaksi- belajar siswa kelas X SMAN 1 Lingsar reaksi yang terjadi senyawa hidrokarbon?; adalah bahwa model siklus belajar-7E (3) bagaimana cara penyulingan minyak (leaning cycle) memiliki langkah-langkah bumi?; atau (4) kenapa minyak bensin yang menuntut keterlibatan setiap siswa tidak bisa digantikan dengan minyak tanah? secara

aktif dalam

membangun

Yamin (2007) pengetahuan dan pemahaman terhadap

Menurut

Martinis

pertanyaan berarti materi pembelajaran yang sedang mereka menunjukkan pola fikir yang dimiliki oleh

“Mengajukan “Mengajukan

pengetahuan yang dapat dikatakan bahwa bertanya merupakan

mengkonstruksi

diperolehi sebelumnya untuk menjawab stimulus

permasalahan yang diberikan guru model. kemampuan

Hal ini terlihat dari hasil pengerjaan LKS Keterlibatan siswa secara fisik maupun

dimana mereka telah mampu menjawab mental dalam proses pembelajaran akan

dengan pemikiran sendiri dan kalimat menimbulkan aktivitas belajar yang optimal

sendiri. Akan tetapi sebagian lainnya masih serta dapat mempertinggi kualitas proses

menyalin jawaban sesuai dengan kalimat pembelajaran yang pada akhirnya dapat

pada buku dan ada pula yang menyalin mempengaruhi kualitas hasil belajar siswa.

pekerjaan teman kelompoknya. Salah Setelah tahap engangement selesai,

satupenyebab dari keadaan ini adalah selanjutnya siswa diberi kesempatan

kurangnya kemampuan siswa membangun bekerja sama dalam sebuah kelompok

konsep secara mandiri. Hal ini dipengaruhi untuk menyelidiki fenomena secara

oleh kebiasaan siswa yang malas mencari mikroskopis

sumber referensi pembelajaran dan guru pengetahuaan awal dan telaah literatur

dengan

mengkonstuksi

merupakan sumber informasi satu-satunya. (tahap exploration). Menurut hasil

Tahap selanjutnya adalah menggali pengamatan, banyak siswa yang mengalami

pengetahuan yang dimiliki atau disebut kesulitan dalam melaksanakan tahap ini

tahap elaboration. Pada tahap ini siswa dikarenakan pengetahuan awal siswa yang

dihadapkan pada situasi baru dengan cukup rendah. Pengetahuan awal yang

meminta siswa menyelsaikan permasalahan dimaksud adalah arti dari suatu persamaan

secara berkelompok. Secara umum, tahap reaksi dan perbedaan antara senyawa ion

ini berjalaan dengan cukup baik. Terlihat dan

dari kegiatan siswa yang mulai terbiasa pengetahuan awal ini disebabkan karena

senyawa kovalen.

Kurangnya

mencari informasi secara mandiri melalui guru mata pelajaran kimia jarang memberi

buku dan artikel.

penjelasan lebih mendalam, melainkan Melalui kegiatan diskusi yang terjadi hanya memberi catatan dan hafalan. Untuk

pada tahap persiapan hingga elaborasi, mengatasi hal tersebut peneliti menjelaskan

siswa dapat mengerti tentang konsep- kembali secara lebih mendalam tentang

konsep dasar ide-ide dengan lebih baik dan materi prasyarat yang harus dikuasai siswa.

siswa benar-benar dilibatkan secara penuh Terlepas

dalam proses pembelajaran dengan cara tersebut, secara umum tahap ini berjalan

dari

kendala-kendala

siswa dituntut untuk membaca, memahami cukup baik. Ini terlihat dari peran aktif

menyampaikan pendapat, siswa dalam mengikuti diskusi kelompok.

materi,

menanggapi pendapat teman memberi saran Setiap kelompok terlihat aktif bertanya baik

dan juga menerima saran teman. Informasi antar sesama anggota kelompok maupun

yang didapatkan oleh siswa jauh lebih kepada peneliti sebagai guru model. Selain

banyak dibandingkan dengan pembelajaran itu siswa juga aktif mencari informasi pada

menggunakan model ekspositori yang mana buku kimia yang tersedia. Kegiatan ini

yang diterapkan di kelas kontrol yang mana membuat kemampuan siswa cukup

proses diskusi hanya terjadi saat latihan berkembang.

soal yang dikerjakan secara kelompok. Hal Pembelajaran dilanjutkan dengan

ini berarti dengan siswa aktif berdiksusi tahap explanation. Pada tahap ini, siswa

dapat berdampak pada peningkatan hasil diarahkan untuk membuat konsep dengan

belajar siswa. Sebagaimana dikemukaan kalimat

oleh Sardiman (2001) bahwa kegiatan permasalahan yang diberikan oleh guru

emosial siswa seperti minat, berani, tenang, model. Berdasarkan hasil pengamatan,

dalam sebuah kegiatan kelompok, akan sebagian besar siswa telah mampu

berpengaruh pada motivasi siwa dalam mendefinisikan konsep secara mandiri dan

memahami sebuah pengetahuan.

Tahap yang keenam dari model konteks dunia nyata. Hal ini memberikan pembelajaran learning cycle 7E adalah

perubahan positif terhadap tingkah laku tahap extend (memperluas), pada tahapan

siswa terutama dalam memahami materi ini terlihat aktivitas siswa dalam

yang dipelajari. Hal ini sesuai dengan menunjukkan

penelitian Nohogludan dan Yalcin yang mencari, menemukan dan menjelaskan

kemampuan

berpikir,

(2006) yang menyimpulkan bahwa learning konsep yang telah dipelajari. Dalam

cycle facylities student to learn effectively kegiatan ini kemampuan siswa dalam

and organize the knowledge in a menunjukkan aktivitas berpikir ditandai

meaningfull way. It achieves to make the dengan kegiatan mencari hubungan konsep

knowledge long lasting. yang mereka pelajari dengan konsep lain

Hasil positif terhadap hasil belajar yang sudah dipelajari. Sebagaimana

yang terlihat di kelas eksperimen berbeda dikemukakan oleh Einsenkraft (2003) yang

dengan kegiatan pembelajaran di kelas menyatakan bahwa tahap extend pada

yang menggunakan model intinya merupakan aktualisasi kemampuan

kontrol

konvensional. Siswa lebih cenderung siswa dalam memenuhi tuntutan untuk

menerima materi apa adanya. Hal ini berpikir, mencari, menemukan, dan

dibuktikan dengan kurangnya keaktifan menjelaskan contoh penerapan konsep dan

bertanya pada kelas kontrol. Adapun keterampilan baru yang telah dipelajari.

pertanyaan yang dapat direkam pada Tahap akhir (tahap ketujuh) dari

pertemuan pertama antara lain; (1) apa model ini adalah tahap evaluasi. Pada tahap

yang dimaksud senyawa hidrokarbon?;(2) ini siswa diberi tugas secara individu untuk

apa saja contoh reaksi-reaksi yang terjadi dikerjakan di rumah masing-masing. Hasil

senyawa hidrokarbon?; (3) bagaimana cara evaluasi dipergunakan sebagai bahan

penyulingan minyak bumi?; atau (4) penilaian terhadap kemampuan siswa

kenapa minyak bensin tidak bisa dalam menguasai konsep yang dipelajari.

digantikan dengan minyak tanah?. Evaluasi

juga dipergunakan untuk Pembelajaran yang berpusat pada mengetahui kemandirian siswa dalam

guru (teacher center) yakni pembelajaran menyelesikan suatu permasalahan. Hal ini

berpusat pada guru yang terjadi pada kelas terlihat bahwa adala sebagian siswa yang

kontrol mengakibatkan siswa tidak pernah menyelesaiakan tugas individu sengan

persiapan sebelum tanggung jawab dan kesadaran yang baik,

melakukan

pembelajaran dimulai, siswa susah diatur namun ada yang menyontek pada teman

untuk segera duduk bersama kelompok kelasnya. Einsenkraft (2003) menyatakan

masing-masing, sebagian siswa sering kali bahwa tahap evaluasi dalam learning cycle

tidak mengerjakan latihan soal ataupun dapat dipergunakan sebagai alat evaluasi

pekerjaan rumah yang diberikan pada saat formal dan informal siswa, serta

pembelajaran, beberapa siswa sering keluar dipergunakan untuk mengevaluasi tingkat

masuk kelas saat pembelajaran, dan pengetahuan siswa serta perubahan sikap

mengacuhkan guru model saat proses dan pemikiran siswa.

pembelajaran berlangsung. Dari pemaparan diatas model

Pembelajaran di kelas kontrol dimulai pembelajaran siklus belajar-7E (learning

dengan guru membagi siswa menjadi 6 cycle) membuat siswa lebih aktif dalam

kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 6-7 bertanya, mencari informasi, menyatakan

siswa. Setiap siswa dikondisikan duduk pendapat, menjawab pertanyaan dan

bersama anggota kelompok masing-masing. menjadi pendengan yang baik ketika

Kegiatan pembelajaran mengguanakan diskusi kelas berlangsung. Hal ini

model konvensional diawali dengan berdampak pada siswa mampu membangun

memberikan video pembelajaran kepada pemahamannya sendiri dan memperoleh

siswa dengan tujuan menumbuhkan pengalaman belajar yang tidak terlepas dari

motivasi siswa terhadap materi yang motivasi siswa terhadap materi yang

dalam bentuk dengan seksama video yang ditayangkan

diberian

stimulus

permasalahan selanjutnya kemampuan dan mencatat poin-poin pada video

siswa dalam merespons stimulus dalam tersebut. Setelah itu, guru melanjutkan

bentuk penyelesaian permasalahan diukur dengan memberikan penjelasan tentang

dengan enam indikator yang telah materi

ditetapkan. Hasil kemampuan berpikir direncanakan. Pada tahap ini terlihat

kritis siswa dalam penelitian ini diukur sebagian

dengan lima tingkatan metode Solo penjelasan guru dengan baik dan sebagian

siswa terlihat

menyimak

Taxonomy, yaitu: (1) prestruktural, jika lainnya sibuk dengan kegiatan pribadi

tugas tidak dikerjakan dengan cara yang seperti mengobrol dengan teman sebangku,

tepat, seperti menggunakan tautology atau mencari teman kelompok, melamun dan

pertanyaan; (2) lain sebagainya. Kondisi ini hampir

hanya

mengulang

unistruktural, jika tugas sudah mendekati kondisi pada observasi awal

memunculkan salah satu aspek yang yang dilakukan peneliti. Kondisi ini dapat

relevan tetapi tidak ada hubungan antara disebabkan kurang terlibatnya siswa dalam

fakta atau ide; (3) multistruktural, jika proses mencari informasi secara mandiri

beberapa (dua atau lebih) aspek independen seperti yang dilakukan pada kelas

dalam tugas sudah dipahami atau eksperimen.

dimunculkan secara berturutan, tetapi tidak Aktivitas siswa terlihat berbeda

saling terkait; (4) relational, jika aspek ketika

relevan diintegrasikan ke dalam struktur pembelajaran, dimana siswa terlihat

guru menayangkan

video

yang koheren secara keseluruhan; dan (5) antusias. Tetapi ketika guru meminta

extended abstract, kesimpulan secara mengerjakan LKS, siswa seringkali

digeneralisasikan atau kesulitan dalam mengerjakan soal pada

koheren

dikonseptualisasikan ke dalam level LKS dan beberapa siswa seringkali

abstraksi yang lebih tinggi. berputus asa untuk mengerjakan soal pada

penelitian menunjukkan, LKS. Hal ini dikarenakan informasi yang

Hasil

kelompok siswa dengan kelompok KBK didapatkan hanya diperoleh dari guru tanpa

tinggi rata-rata menunjukkan KBK dalam adanya respon aktif dari siswa untuk

taraf multistruktural, dalam hal ini rata-rata mencari tahu lebih jauh materi yang telah

siswa mampu memberikan dua atau lebih atau sedang diajarkan baik dengan cara

alasan sebagai bentuk kemampuan siswa berdiskusi dengan teman kelompoknya

dalam berpikir logis dalam memberikan ataupun mencari referensi yang berkaitan

solusi permasalahan materi kimia senyawa dengan materi yang telah atau sedang

hidrokarbon. Kelompok siswa dengan diajarkan. Keadaan ini menyebabkan siswa

kemampuan berpikir kritis tingkat tinggi kurang mendapatkan informasi tambahan

secara signifikan memiliki nilai rata-rata dari materi yang diajarkan sehingga

hasil belajar yang lebih unggul dibanding mempengaruhi rendahnya pencapaian hasil

siswa dengan belajar siswa.

dengan

kelompok

kemampuan berpikir kritis rendah. Hal ini Kemampuan berpikir kritis dalam

dipengaruhi oleh kemampuan siswa yang penelitian ini merupakan kemampuan

lebih unggul dalam mengajukan proses berpikir yang harus dikembangkan dan

berpikir logis untuk melakukan analisis dikuasai siswa dalam konteks pembelajaran

masalah. Sebagaimana kimia senyawa hidrokarbon. Kemampuan

pemecahan

dikemukaan oleh Page & Mukherjee (2006) berpikir kritis yang dimaksud ditekankan

bahwa kemampuan siswa berpikir kognitif pada berpikir logis dan masuk akal yang

tingkat tinggi dipengaruhi oleh kemapuan difokuskan pada pengambilan keputusan

berikir logis, analisis, dan evaluatif. tentang apa yang dipahami, dipercaya, dan

Sementara

itu,

Halpern (2013) Halpern (2013)

yang lain.

umum juga memiliki

kemampuan

mengkalkulasi berbagai kemungkinan

KESIMPULAN

sehingga mampu membuat keputusan Berdasarkan hasil analisis data dengan penerapan berpikir yang lebih logis.

penelitian dan pembahasan yang telah Hasil uji Two Way ANACOVA

diuraikan pada BAB V, kesimpulan yang menunjukkan bahwa interaksi antara model

diperoleh adalah model pembelajaran pembelajaran (Learning Cycle 7E –

Learning Cycle 7E berpengaruh secara Kontrol) dan kelompok KBK (Tinggi –

signifikan terhadap hasil belajar siswa, Rendah) berpengaruh secara signifikan

dimana rata-rata hasil belajar posttest terhadap hasil belajar siswa. Asumsi

materi senyawa hidrokarbon kelompok peneliti, nilai rata-rata siswa dari kelompok

siswa kelas eksperimen lebih tinggi secara KBK tinggi pada pada kelas eksperimen

signifikan dibanding kelompok siswa kelas meberikan pengaruh yang signifikan

Kontrol. Hasil pengamatan terhadap terhadap adanya pengaruh interaksi antara

aktivitas siswa pada kelas eksperimen dan model pembelajaran dan kemampuan

kelas kontrol, terlihat bahwa kelompok berpikir kritis. Hasil penelitian

eksperimen tampak menunjukkan bahawa, model pembelajaran

siswa

kelas

aktivitas yang lebih Learning Cycle 7E memberikan pengaruh

menunjukkan

berkualitas dibanding kelompok siswa yang signifikan terhadap hasil belajar

kelas kontrol. Pada lima indikator yang siswa. Demikian juga dengan pengaruh

dipergunakan sebagai alat penilaian KBK terhadap hasil belajar, dimana siswa

aktivitas siswa, yaitu: keaktifan siswa dengan kelompok KBK tinggi memiliki

berpartisipasi dalam diskusi kelompok, performa hasil belajar yang lebih baik

keaktifan siswa dalam memanfaatkan disbanding siswa dengan kelompok KBK

media, keaktifan siswa dalam bertanya, rendah. Analisis terhadap interaksi antara

siswa dalam model pembelajaran dan kelompok KBK

keaktifan

merespon/menanggapi permasalahan, dan menyebabkan pengaruh terhadap hasil

keaktifan siswa dalam menyelesaikan belajar. Hal ini disebabkan karena

tugas, kelompok siswa kelas eksperimen karaktersitik model pembelajaran Learning

menunjukkan keaktifan yang lebih baik Cycle 7E dapat membantu siswa untuk

dibanding kelompok siswa kelas kontrol. aktif dalam mengidentifikasi masalah dan

Kemampuan berpikir kritis siswa mengajukan masalah dan menjalin

diperoleh dua kelompok kemampuan komunikasi dengan siswa lain melalui

berpikir kritis pada setiap kelas yaitu diskusi

kelompok kemampuan berpikir kritis tinggi menyelesaikan

dan kelompok kemampuan berpikir kritis pembelajaran

masalah.

Model

7E rendah. Kemampuan berpikir kritis memberikan perubahan positif terhadap

Learning

Cycle

berpengaruh secara signifikan terhadap tingkah laku siswa terutama dalam

hasil belajar siswa, dimana rata-rata hasil memahami materi yang dipelajari. Siswa

materi senyawa dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi

belajar

posttest

kelompok kemampuan akan

hidrokarbon

berpikir kritis tinggi, lebih tinggi secara menyesuaikan dengan permasalahan yang

lebih dimudahkan

dalam

dibanding kelompok dihadapi dalam rangka menyelesaikannya.

signifikan

kemampuan berpikir kritis rendah. Sehinggga disaat siswa dengan kemampuan

interaksi antara model berpikir tinggi diberikan pengalaman model

Sedangkan

pembelajaran (Learning Cycle 7E – pembelajaran Learning Cycle 7E maka

Konvensional) dan kelompok kemampuan akan memiliki pengalaman yang berbeda

berpikir kritis (Tinggi – Rendah) berpikir kritis (Tinggi – Rendah)

Higher Education, Vol. 27, No.6, 2002. ISSN 0260-2938 print; ISSN 1469-297X online/02/060511-17 ©

DAFTAR PUSTAKA

2002 Taylor & Francis Ltd. DOI: 10.1080/0260293022000020282.

Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Duron, Limbach, dan Waugh. 2006. Critical Thinking Framework for __________. 2010. Prosedur Penelitian.

Discipline. International Jakarta: Rineka Cipta.

Any

Journal of Teaching and Learning in Higher Education. Vol 17(2):

Adiyah, M. 2011. Penerapan Model

160-166.

Pembelajaran Learning Cycle Tipe 7E untuk Meningkatkan Hasil

Dindar, Bektas, dan Celik. 2010. What are Belajar Siswa pada Ranah Kognitif

the Pre-service Chemistry Teacher’s dalam Pembelajaran Fisika SMA.

Explanations on Chemistry Topics?. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika

International Journal of Research in FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan.

Teacher Education.Vol 1: 32-41. Bybee, W.R, Excecutive Directors, dan

Eilks, Witteck, dan Pietzner. 2009. Critical BSCS. 2006. ”The BSCS 5E

Discussion of The Efficacy or Using Instructional

Visual Learning Aids from The Effectivenes, and Application”

model;

Origin

Internet to Promote Understanding, [Online].

Illustrated with Example Explaining http://www.bscs.org/pdf/bscs5eexec

Tersedia:

The Daniell Voltaic Cell. Eurasia summary.pdf . [23 Oktober 2012].

Journal of Mathematics, Science, and Technology Education. Vol

Borg, W. R. dan Gall, M. D. 1983.

Introduction, Fourth Edition. New Ennis, R.H. 2005. Critical Thingking Test. York : Longman Inc.

New York : Bright Minds.

Baker, Rudd, dan Pomeroy. 2001. Relationships Between Critical and

Eisenkraft, A. 2003. Expanding The 5E Creative Thinking. Journal of

Model. Journal for high school Southern Agricultural Education

Science Educators, Vol 70,(6), Research 173. Vol 51(1).

56-59. On Line. Tersedia: http://www.its-about-time .

Campbell, D.T., Shadis, W.R., & Cook, Com/htmls/ap/eisenkrafttst.pdf. T.D. 2002. Experimental and