PERUSAHAAN DENGAN NILAI TAMBAH EKUITAS PASAR (KAJIAN EMPIRIS KETERKAITAN ANTARA PASAR PRODUK, PASAR VALAS, KINERJA PERUSAHAAN DENGAN KINERJA SAHAM LQ 45 DI BEI PERIODE 2002-2006)
KETERKAITAN INFLASI, KURS DAN KINERJA FUNDAMENTAL
PERUSAHAAN DENGAN NILAI TAMBAH EKUITAS PASAR (KAJIAN EMPIRIS KETERKAITAN ANTARA PASAR PRODUK, PASAR VALAS, KINERJA PERUSAHAAN DENGAN KINERJA SAHAM LQ 45 DI BEI PERIODE 2002-2006)
Sugiyanto, Sapto Jumono FE – Universitas INDONUSA Esa Unggul Jakarta FE – Universitas INDONUSA Esa Unggul Jakarta
Jl. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Yakarta 11510 sugiyanto@indonusa.ac.id
Abstract
The purpose of the researches is to know interdependency betwen financial market (money market an caiptal market ) and real sector from 2000 to 2006.Tthe data are monthly data from 14 firms wich are consistant at LQ 45 and analysis with multiple regression. The result are, from empirical data increasing of inflation rate and decreasing of rupiah kurs give a positive impact for the fundamental performance of emittens. It caused increasing of the emitten sales are bigger than inflation rate and rupiah kurs impact.
Keywords: Inflation, Exchange Rate, Price to Book Value, Net Profit Margin,Total Asset Turn Over, Financial Leverage Multiplier dan Current Ratio
Pendahuluan
operasi bank-bank negara dan memperkenalkan Pertumbuhan ekonomi suatu negara akan
instrumen pengendalian moneter baru yang ber- sangat ditentukan oleh perkembangan dalam sektor
orientasi pasar, seperti paket Oktober 1987, paket keuangannya. Hal ini disebabkan karena sektor
Desember 1988 dan paket Maret 1989 yang kese- keuangan memegang peranan penting dalam men-
muanya diarahkan pada perbaikan kebijakan jalankan fungsi intermediasinya guna menjembatani
efisiensi sektor keuangan dan pengembangan pasar antara pihak yang kelebihan dana ( surplus unit)
modal. Di antaranya adalah melalui pembukaan dengan pihak yang membutuhkannya deficit unit).
hambatan arus modal masuk. Kemudian disusul Pembangunan dalam sektor keuangan melibatkan
dengan adanya regulasi baru yang diumumkan pada rencana dan implementasi dari kebijakan untuk
tanggal 14 Maret 1991, ditujukan untuk mem- mengintensifkan tingkat monetisasi perekonomian
perkuat basis permodalan bank-bank dan memper- melalui peningkatan akses terhadap institusi
ketat pengawasan terhadap lembaga-lembaga keuangan, transparansi dan efisiensi, serta men-
keuangan.
dorong peningkatan rate of return yang rasional. Selanjutnya sejak tahun 1999, sebagai Indonesia sebagai negara sedang berkem-
respon terhadap krisis keuangan yang terjadi pada bang memiliki karakter perekonomian yang tidak
tahun 1997-1998 maupun untuk memfasilitasi berbeda jauh dengan negara sedang berkembang
transisi sektor keuangan Indonesia untuk lebih lainnya. Tujuan pencapaian tingkat pertumbuhan
berkembang, maju, dan lebih terintegrasi dengan ekonomi yang tinggi dalam proses pemba-
lingkungan keuangan internasional, Indonesia telah ngunannya dihadapkan pada permasalahan dalam
mengimplementasikan reformasi sektor keuangan. keterbatasan modal untuk membiayai investasi
Reformasi sektor keuangan Indonesia dilaksanakan pembangunan. Berbagai upaya telah dilakukan
secara berkesinambungan untuk menciptakan sek- guna meningkatkan peran sektor keuangan dalam
tor keuangan yang kuat, terdiversifikasi, dalam, pembiayaan pembangunan secara mandiri dan
likuid serta mampu melakukan fungsi intermediasi tidak bergantung pada bantuan luar negeri.
secara efisien dan efektif yaitu mampu memobilisasi Di masa lalu upaya yang telah diambil oleh
tabungan yang diperoleh dimanapun dan dengan Indonesia adalah berkenaan dengan kebijaksanaan
besaran apapun serta menyalurkannya untuk men- di sektor keuangan dan moneter pada tahun 1980-
dukung investasi dan aktivitas produksi untuk men- an seperti; kebijaksanaan paket Juni 1983 yang
ciptakan pertumbuhan. Pasar keuangan yang makin mencakup pembebasan kredit dan pagu kredit bagi
berkembang akan memfasilitasi alokasi sumber daya
60
dan manajemen resiko secara lebih efisien dan lebih baik.
Hingga kini dapat diamati dan dirasakan bahwa sektor keuangan Indonesia pada tahun 2008 ini telah berkembang jauh lebih maju, lebih kompleks dan lebih terintegrasi. Perkembangan ini didorong oleh perkembangan teknologi informasi serta perubahan di sisi permintaan pelanggan. Teknologi informasi yang semakin maju tentunya juga makin memudahkan transaksi keuangan antar pihak. Sementara itu, didukung dengan teknologi informasi yang makin canggih, dan meningkatnya kecerdasan pelanggan dalam menggunakan jasa keuangan, telah mendorong pengguna jasa keua- ngan untuk lebih mengarah kepada ”one stop shopping” dimana pengguna jasa keuangan menginginkan suatu jasa keuangan yang memiliki fitur-fitur produk yang beragam dan mengako- modasi semaksimal mungkin segala kebutuhannya. Oleh karena itu, dalam memenuhi kebutuhan konsumen jasa keuangan serta meningkatkan akses jasa keuangan ke semua level masyarakat, lem- baga-lembaga kuangan baik perbankan maupun bukan perbankan (Lembaga Pembiayaan, Asuransi, Dana Pensiun maupun Sekuritas) terus melakukan inovasi terhadap proses bisnis jasa keuangan mau- pun produk keuangan melalui aktivitas cross-selling, cross holding dan universal banking. Aktivitas- aktivitas inovasi produk dan jasa keuangan yang merupakan suatu sinergi antara perbankan, lem- baga keuangan bukan bank dan pasar modal, telah membuat semakin dekat antara sub-sektor-sub- sektor keuangan ini dan bahkan menipiskan bata- san-batasan antar sub-sektor keuangan. Fenomena ini disebut juga sebagai integrasi jasa keuangan.
Tidak hanya di Indonesia, integrasi keua- ngan ini memang marak terjadi akhir-akhir ini di negara-negara berkembang seperti negara-negara ASEAN, Afrika maupun Amerika Latin. Integrasi keuangan yang terjadi bahkan tidak hanya antar subsektor dalam sektor keuangan, namun juga telah terjadi integrasi secara internasional. Integrasi keuangan akan semakin meningkatkan diversifikasi, kecanggihan, kedalaman sistem keuangan, mem- perbaiki kemampuan sistem keuangan untuk menyerap goncangan diversifikasi serta membe- rikan keuntungan para pengguna jasa keuangan baik berupa peningkatan kemudahan untuk meng- akses jasa keuangan maupun penerimaan imbal hasil yang lebih baik. Namun di sisi lain, juga meningkatkan potensi resiko maupun penyeba- rannya baik resiko secara produk dan jasa keua- ngan individual maupun resiko sistemik yang besar.
Sistem keuangan Indonesia merupakan bagian dari suatu sistem keuangan global terdiri dari unit-unit lembaga keuangan baik institusi
perbankan maupun lembaga keuangan bukan bank serta pasar yang saling berinteraksi secara kom- pleks dengan tujuan memobilisasi dana untuk inves- tasi dan menyediakan fasilitas sistem pembayaran dan settlement untuk pembiayaan aktivitas komer- sial bagi sektor riil ( output market). Dalam ekonomi pasar (termasuk di Indonesia), alokasi sumber daya ekonomi merupakan hasil dari berbagai keputusan swasta. Pasar dalam perekonomian dapat dibagi dalam berbagai jenis, seperti pasar barang dan jasa ( product market) dengan inflasi sebagai indika- tornya, dan pasar faktor-faktor produksi (tenaga kerja dan modal), yang dinamakan factor market.
Pasar keuangan ( financial market) yang merupakan satu bagian dari pasar faktor produksi dengan fokus kegiatan untuk mempertemukan sur- plus unit dan defisit unit, dapat digolongkan ke dalam pasar uang domestik( money market) dengan suku bunga ( rate of interest) sebagai indikatornya, pasar valas ( Forex money market) dengan kurs ( exchange rate) sebagai indikatornya dan pasar modal ( capital market) dengan harga sekuritas dan tingkat pengembalian ( rate of return) sebagai indikatornya.
Pasar keuangan yang berkembang dengan baik dianggap sebagai prasyarat penting dalam upa- ya mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa ter- dapat hubungan kausal dua arah antara sistem keuangan yang berfungsi secara baik dan berkem- bang secara positif dengan pertumbuhan ekonomi suatu Negara.
Secara normal keterkaitan antara pasar produk dan pasar keuangan (pasar modal dan pasar uang) mempunyai hubungan positip, artinya jika pasar output meningkat maka pasar modal dan pasar uang juga ikut meningkat, hal ini ditunjukan dengan inflasi yang rendah, suku bunga relatip stabil (menurun), indikator kinerja perusahaan juga membaik. Sebagai reaksi positip pasar modal menunjukkan peningkatan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang disebabkan peningkatan harga-harga sekuritas sebagai instrumen yang diperjual belikan. Sebaliknya jika inflasi yang meningkat, suku bunga tidak stabil (naik), indikator kinerja perusahaan juga menurun maka sebagai reaksi positip pasar modal menunjukan penurunan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang dise- babkan penurunan harga-harga sekuritas karena aksi jual lebih besar dari aksi beli.sebagai bentuk menurunnya kepercayaan atas pada kinerja eko- nomi secara makro. Bagaimana konsisi di Indonesia selama periode 2002-2006?
Tinjauan Teori
Secara ekonomi ada keterkaitan antara dan W.J.Fabrycky (2001) mengatakan bahwa inflasi pasar produk dengan pasar input dimana di
dan deflasi adalah keadaan yang menggambarkan dalamnya terdapat pasar keuangan (pasar uang,
harga dalam sebuah pasar valas dan pasar modal). Pasar keuangan yang
merupakan turunan ( derivatif) dari pasar produk, terdapat hubungan yang searah, artinya jika pasar
Kinerja Fundamental Emiten
produk melemah (inflasi naik), pasar uang ikut
Current Ratio/Rasio Lancar
melemah dengan indikasi peningkatan suku bunga, Rasio lancar adalah rasio yang mengukur dan nilai tukar mata uang domestik melemah,
kemampuan perusahaan memenuhi utang jangka imbasnya kinerja perusahaan domestik memburuk
pendekya (jatuh tempo kurang dari satu tahu) yang ditunjukan oleh penurunan harga sahamnya di
dengan menggunakan aktiva lancar. Rasio lancar bursa efek dan sebaliknya.
adalah angka rasio atau nisbah yang diperoleh dengan jalan membagi aktiva lancar dengan kewa-
Price Book Value (PBV)
jiban lancar. (J. Fred Wetson & Eugene F. Brigham, Price to book value ratio adalah indikator
2005) Karena rasio lancar merupakan satu – dari sebera besar pasar saham menghargai nilai
satunya indikator terbaik yang menunjukkan sejauh buku saham emiten, indikator yang digunakan rasio
mana kewajiban lancar dapat dipenuhi dengan perbandingan antara harga pasar saham (stock
aktiva lancar, maka rasio ini paling digunakan seba- price) dan nilai buku per saham atau book value per
gai ukuran dari solvensi jangka pendek. Alasanya share. Andy Porman Tambunan (2007) Rasio ini
adalah karena rasio tersebut menunjukkan seberapa untuk mengetahui seberapa besar harga pasar
besar aktiva yang dapat dikonversi menjadi kas saham per lembar dibandingkan dengan nilai buku
pada saat kewajiban lancar jatuh tempo. sahamnya, semakin besar rasio ini menunjukkan
Rumus yang digunakan adalah : perusahaan semakin dipercaya dan pasar juga yakin
Aktiva lancar akan prospek perusahaan di masa depan, artinya
Rasio lancar =
nilai perusahaan menjadi lebih tinggi. Sutrisno Hutang lancar (2007). Rasio ini dapat melihat apakah harga suatu saham overvalue atau undervalue, karena rasio ini
Equity Multiplier (financial laverage)
membandingkan harga pasar dengan nilai bukunya Equity multiplier ini adalah salah satu dari yang dapat dijadikan salah satu acuan oleh investor
rasio financial leverage yang mengukur seberapa dalam melakukan keputusan untuk membeli sebuah
besar modal yang berasal dari hutang atau pinja- saham. Untuk menghitung rasio ini digunakan
man, rasio ini biasa disebut pengungkit/ penggan- rumus, sebagai berikut:
daan ( multiplier) ekuitas dimana akan meningkatkan profitabilitas sebuah perusahaan dengan mening-
Harga pasar saham per saham katnya jumlah pinjaman atau hutang tentunya P/BV =
hanya pada batas kewajarannya. Nilai buku per saham
Total assets divided by common stock- holder's equity. This is a measure of leverage.The
Kurs ( Exchange Rate)
higher the ratio is, the more the company is relying Aktivitas pasar valas dapat dicermati
on debt to finance its asset base. Irham Rahmi dengan nilai kursnya. Kurs adalah nilai tukar mata
(2004). Rumus yang digunakan, adalah: uang antar negara yang biasa juga disebut valuta asing yang dapat didefinisikan sebagai mata uang
Total Asset yang dikeluarkan dan digunakan sebagai alat
Debt to Equity Ratio =
pembayaran yang sah di negara lain. Secara luas Equity Valuta Asing dapat juga diartikan sebagai seluruh
Atau,
kewajiban terhadap mata uang asing yang bisa
dibayar diluar negeri, baik berupa simpanan pada bank luar negeri maupun kewajiban dalam mata
1 – ( Total hutang / Total Aktiva ) uang asing. (Sutrisno, 2007)
Total Asset Turn Over (TATO) Inflasi
Merupakan rasio pengelolaan aktiva yang Menurut Yuswar Zainul Basri dan Mulyadi
terakhir, mengukur perputaran atau pemanfaatan, Subri (2003) mengatakan inflasi adalah suatu kea-
dari semua aktiva perusahaan. Rasio ini dihitung daan nilai uang menurun secara terbuka, akibat
dengan jalan membagi penjualan dengan total kenaikan harga – harga barang. Gerald J. Thuesen
aktiva. Perputaran aktiva atau asset turnover
capital Market Directory, Statistik Pasar Modal Semakin besar perputaran aktiva semakin efektif
menghasilkan
revenue (pendapatan).
Ekonimi Keuangan perusahaan mengelola aktivanya. The asset
Indonesia,
Statistik
Indonesia, bank Indonesia,dan laporan-laporan turnover ratio is a measure of how effectively a
ekonomi keuangan dari seluruh instansi terkait. company converts its assets into revenue (sales).
2. Waktu penelitian dilakukan mulai bulan april 2007 sampai dengan oktober 2007.
Rumus yang digunakan, yaitu : Penjualan
Jenis dan Sumber Data
TATO =
1. Jenis Data, yang digunakan adalah data Total aktiva
kuantitatif, yaitu financial highlight/laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari faktor –
faktor fundamentalnya (rasio keuangan), juga
Profit Margin
faktor makro ekonomi.
2. Sumber Data, yang digunakan adalah data mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba
Merupakan rasio yang menghitung sejauh
sekunder yang diperoleh dalam bentuk sudah bersih pada tingkat penjualan tertentu.Profit margin
jadi dan diolah oleh pihak lain. Diambil melalui: adalah rasio yang mengukur laba dari setiap rupiah
Prospektus, JSX Statistik, Situs BI www.bi.go.id atau dolar penjualan; rasio ini dihitung dengan
www.e-bursa.com . Periode laporan membagi laba bersih setelah pajak dengan pen-
dan
keuangannya dari tahun 2002 sampai 2006 dan jualan. (J. Fred Wetson & Eugene F. Brigham,
perusahaan yang tergabung di kategori LQ – 2005)
Rasio ini bisa di interpretasikan sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya – biaya
Populasi dan Sampel
(ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode Dalam penelitian ini, populasi yang diambil tertentu. Untuk menghitungnya mengunakan rumus
adalah perusahaan perusahaan yang masih tercatat berikut :
di Bursa Efek Jakarta pada saham LQ – 45 dari Laba bersih
tahun 2002 sampai 2006 yang berjumlah 65 emiten, Profit Margin =
sampel yang diambil adalah 14 perusahaan sedang- Penjualan
kan pemilihan sampel dengan metode adjugment purposive sampling. Pertimbangan pemilihan sampel
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang
tersebut antara lain :
dilakukan oleh Johny Barista Simanjuntak, tesis S2
1. Karena saham-saham perusahaan dalam LQ – Universitas Indonusa Esa Unggul dengan judul
45 Non Bank yang merupakan saham dengan Analisis Faktor Yang Mempengaruhi PBV saham
nilai pasar tinggi, sehingga memberikan pada Perusahaan Asuransi Di BEJ tahun 1994-2003,
gambaran kinerja yang baik di perusahaan. Temuan penelitian menyatakan bahwa dengan
2. konsisten terdaftar di indeks LQ – 45 selama
variabel X 1 (ROE), X 2 (DPR), X 3 (EGR) dan PBV
periode 2002 – 2006.
sebagai variabel dependen, ternyata hanya DPR
3. Memiliki data keuangan yang lengkap / financial yang paling dominan mempengaruhi PBV, dan
highlight.
adjusted R 2 41.60% menjelaskan PBV. Periset
berikutnya adalah INGE SUSAN FATIMAH LUBIS, S1 Daftar emiten yang terpilh sebagai sampel yaitu: Universitas Indonusa Esa Unggul, dengan judul
1. Astra Argo Lestari Tbk (AALI) Analisis kinerja perusahaan terhadap PBV peru-
2. Aneka Tambang Tbk (ANTM) sahaan yang mengeluarkan warrant di BEJ periode
3. Asrta Internasional Tbk (ASII)
2002 – 2006, dengan variabel X 1 (DER), X 2 (ROA),
4. Gudang Garam Tbk (GGRM)
X 3 (ROE), X 4 (EPS), X 5 (PER) sebagai variabel bebas
5. Gajah Tungal Tbk (GJTL)
yang mempengaruhi PBV, ternyata hanya PER
6. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) (0.745) yang signifikan mempengaruhi PBV,
7. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) adjusted R 2 sebesar 56.20%
8. Indonesia Satellite Corp Tbk (ISAT)
9. Kalbe Farma Tbk (KLBF)
Metode Penelitian
10. Telekomuinikasi Indonesia Tbk (TLKM)
Waktu Penelitian
11. Ramayana Lestari sentosa Tbk (RALS)
1. Penelitian ini merupakan studi pustaka dengan
12. Tambang Timah Tbk (TINS) cara mengkaji data sekunder dari berbagai
13. United Tractor Tbk (UNTR) tempat seperti Pusat Referensi Pasar Modal
14. Unilever Indonesia Tbk (UNVR)
Definisi Operasional Variabel Metode Pengumpulan Data
Definisi, Operasional dan Pengukuran Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini,
Variabel Penelitian adalah sebagai berikut:
diperoleh dengan cara mengumpulkannya melalui No
Variabel
Konsep variabel
Indikator Pengukuran
studi pustaka yang didapat melalui membaca buku- 1. Rasio Pasar Untuk mengukur kewajaran Price to
Harga pasar
buku, Koran-koran, majalah-majalah yang berhubu-
harga saham
Book saham per
ngan dengan penelitian ini, serta informasi tertulis
overvalue/undervalue
Value saham dibagi nilai buku per
yang diperoleh melalui PPRM BEJ, JSX Statistic,
saham
SEKI, ICMD dan juga situs internet diantaranya 2. Likuiditas
mengukur kemampuan
Current Aktiva lancar di
www.jsx.co.id, bagi hutang www.bi.go.id, dan www.e-
perusahaan memenuhi
ratio
utang jangka pendeknya
lancar
bursa.com.
(jatuh tempo kurang dari
satu tahu) dengan
menggunakan aktiva
Metode Analisis Data
lancar. 3. Profitabilitas Untuk menghitung sejauh
Uji Kelayakan data, meliputi Net income
Profit
mana kemampuan
Margin dibagi
a. Uji Kualitas Data (Normalitas data)
perusahaan menghasilkan
penjualan
b. Uji Asumsi Klasik
laba bersih pada tingkat penjualan tertentu
1) Uji Asumsi Multikolinieritas
2) Uji Asumsi Heteroskedastisitas Sales dibagi
4. Efisiensi
ukuran efektivitas
Turn Over
penggunaan
pemanfaatan aktiva dalam
Asset total aktiva
3). Uji Asumsi Autokorelasi
Asset
menghasilkan penjualan
Model persamaan Regresi:
5. Leverage
Mengukur tingkat pinjaman
Financial Total aktiva
Y=a+b 1 X 1 +b 2 X 2 +b 3 X 3 +b 4 X 4 +b 5 X 5 +b 6 X 6 +
atau hutang
Leverage dibagi Total
b 7 X 7 +μ
Multiplierl Equity
6. Pasar Valas
Nilai tukar valuta asing
Apresiasi/ (Kurs t+1 –Kurs
Exchange Rate (Kurs)
Depresiasi t )/ Kurs t
Dimana: Rupiah Y
: Price to Book Value 7. Pasar
keadaan yang
Producer (IHK t+1-IHK
Barang
menggambarkan
Price t)/IHKt
a : Nilai konstanta
perubahan tingkat harga
Indeks IHK= Indeks
b 1 –b 7 : Nilai beta variabel independent
dalam sebuah
dan Harga
X Konsumen
1 : Current Ratio
perekonomian
Consumer
price antara
X 2 : Profit Margin
indeks permintaan
X 3 : Total Asset Turn Over
X 4 : Equity multiplier
Pembahasan
X 5 : Kurs Perkembangan Inflasi, Kurs dan Kinerja
Inflasi Keuangan Preusan 2002-2005
μ : Faktor pengganggu
external makro perusahaan dalam pada penelitian hanya disajikan
Sebagai
Variabel
Uji Hipotesis
inflasi dan
kurs. Inflasi
dihitung dengan
a. Uji – t ( t – test ) menggunakan Indeks harga konsumen ( Costumer Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk
Price Indeks), sedangkan nilai tukar mata uang mengetahui apakah terdapat pengaruh antara
(kurs) dihitung berdasarkan nilai tukar Rupiah variabel bebas secara parsial terhadap variabel
terhadap Dollar. Kinerja keuangan perusahaan terikat. Uji – t dilakukan dengan memban-
ditinjau dari Variabel Return On Equity yang dingkan nilai signifikan ( P – value ) dengan
bedasarkan metode Du Pont yang dipecah menjadi taraf signifikan 5 %. Apabila P – value lebih
Net Profit Margin (NPM), Total assets Turn Over besar dari 5 %, maka Ha ditolak dan apabila P
(TATO), Financial Leverage Multiplier (FLM) dan – value lebih kecil dari 5 %, maka Ha diterima.
Current Ratio sebagiai variabel likuditas
b. Uji – F ( F – test )
Pengujian hipotesis ini, dilakukan untuk menge-
Variabel Makro (Eksternal Perusahaan)
tahui apakah terdapat pengaruh antara variabel
a. Inflasi
bebas secara bersama-sama terhadap variabel Kinerja kondisi ekonomi di pasar produk dapat terikat. Uji – F dilakukan dengan mem-
ditinjau dari perkembangan inflasinya. Dalam bandingkan nilai signifikan ( P – value ) dengan
hal ini Inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan taraf signifikan 5 %. Apabila P – value lebih
harga-harga secara umum atau penurunan nilai besar dari 5 %, maka Ha ditolak dan apabila P
mata uang, yakni kenaikan harga-harga barang – value lebih kecil dari 5 %, maka Ha diterima.
dan jasa di Indonesia atau penurunan daya beli rupiah terhadap barang dan jasa. Data inflasi
dari SEKI (Statistik Ekonomi Keuangan Indonesi,
BI) dapat terlihat pada gambar grafik dibawah ini.
PERKEMBANGAN INFLASI INDONESIA
Sumber : Data Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, BI, yang diolah
Ditinjau dari arah tren perkembangannya, infla- run. Sebagai akibatnya gudang-gudang peru- si di Indonesia kurun waktu 2002-2006, lihat
sahaan penuh, produksi menurun, dan pada dari arah kanan ke kiri, cenderung naik, hal ini
akhirnya dimungkinkan pengangguran faktor mengindikasikan bahwa terdapat kenaikan
produksi naik, terutama penganggguran tenaga harga-harga-harga barang dan jasa dari 8,08%
kerja langsung.
meningkat menjadi 13,3%, meskipun terjadi
b. Kurs ( Exchange Rate)
penurunan pada tahun 2004 sebesar 6.06%, Kurs dengan apresiasi dan depresiasinya yang tetapi secara keseluruhan inflasi mempunyai
terjadi di pasar valas dapat berpengaruh ter- tren yang naik. Artinya perkembangan ekonomi
hadap pasar lainnya. Dalam hal ini pasar valas makro di pasar output tengah mengalami gang-
diproksikan dengan kenaikan/penurunan harga guan dengan pertumbuhan produksi di satu
Dollar ($) terhadap nilai Rupiah (Rp). Data kurs pihak dan menurunnya pendapatan riil masya-
diperoleh dari SEKI (Statistik Ekonomi Keuangan rakat dilain pihak. Dengan perkataan lain daya
Indonesi, BI) dapat jelas terlihat pada gambar serap pasar terhadap barang jasa melemah
grafik di bawah ini.
karena faktor daya beli masyarakat yang menu-
PERKEMBANGAN KURS Rp/$ INDONESIA
rs 9141.25
ku 8800.00
Sumber : Data Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, BI, yang diolah.
Ditinjau dari arah tren perkembangannya, kurs dilakukan selama periode tersebut. Ditinjau dari di Indonesia kurun waktu 2002-2006, lihat dari
investor pasar valas lebih dapat memberikan arah kanan ke kiri, cenderung fluktuatip ber-
keuntungan yang lumayan bagi investor valas kisar antara Rp9500- Rp8700, per 1$. Sebuah
(forex) karena volatilitas cukup tajam, sehingga fluktuasi yang cukup tajam, meski upaya
return yang diperoleh cukup menarik. Dilain stabilisasi Rupiah oleh bank Indonesia telah
pihak dapat membahayakan perekonomian jika
fundamental meliputi aspek Likuditas Perusahaan ( Current Ratio), Profitabilitas (Net Profit Magin),
Kinerja Fundamental Emiten
Aktivitas Perputaran Assets ( Total Assets Turn Kinerja emiten yang tergabung pada LQ 45
Over), Leverage (Financial Leveage Multiplier) dan di BEI selama kurun waktu 2002-2006 yang terpilih
Rasio Pasar ( Price to Book Value). sebagai sampel berdasarkan kelengkapan data da-
lam penelitian terdapat 14 emiten sebagai sampel.
Perkembangan Likuditas ( Current Ratio)
Adapun nama emiten sampel adalah 1. Astra Argo Likuditas ( Current Ratio) emiten yang dihi- Lestari Tbk (AALI); 2. Aneka Tambang Tbk (ANTM);
tung dengan cara membagi Aktiva lancar dengan
3. Astra Internasional Tbk (ASII); 4. Gudang Garam Utang lancar yang digunakan sebagai proksi dalam Tbk (GGRM); 5. Gajah Tungal Tbk (GJTL)
hal ini merupakan pencerminan kemampuan peru-
6. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF); sahaan untuk membayar seluruh kewajiban jangka
7. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP); pendeknya. Jika rasio menunjukan angka lebih be-
8. Indonesia Satellite Corp Tbk (ISAT) ; 9. Kalbe sar satu berarti likuid, kondisi keuangan perusahaan Farma Tbk (KLBF) ; 10. Telekomuinikasi Indonesia
cukup mampu membayar seluruh utang yang akan Tbk (TLKM) ; 11. Ramayana Lestari sentosa Tbk
jatuh tempo kurang dari satu tahun. Implisit, (RALS) ; 12.Tambang Timah Tbk (TINS); 13. United
kegiatan pembiayaan produksi dan penjualan akan Tractor Tbk (UNTR) dan 14. Unilever Indonesia Tbk
berjalan dengan lancar selama satu tahun ke depan.
Current ratio rata2 (14 emiten)
Sumber: Data Indonesian Capital Market Directory yang diolah
Dari garfik di atas, jelas terlihat selama kurun waktu
Profitabilitas ( Net Profit Magin)
2002-2006 rata-rata emiten terlihat likuid. Angka likuditas berfluktuasi berkisar 1.7- 2.0 .Kondisi ini
Profitabilitas ( Net Profit Magin) emiten yang dihi- menunjukan bahwa secara umum kesehatan keua-
tung dengan cara membagi laba bersih dengan pen- ngan dalam jangka pendek bagus, kegiatan pem-
jualan per tahun adalah pencerminan seberapa be- biayaan produksi dan penjualan berjalan baik.
sar persentase kandungan laba bersih yang terdapat dalam setiap satu rupiah penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik, karena terjadi persentage kenaikan penjualan yang lebih besar dari kenaikan persentase beban biaya yang ditanggung peru- sahaan dalam satu tahun.
PM rata2 (14emiten)
Sumber: Data Indonesian Capital Market Directory yang diolah
Dari grafik terlihat profitabilitas emiten secara Aktivitas Perputaran Assets ( Total Assets Turn rata-rata positip berkisar 16% - 11%., arah tren
Over) emiten yang dihitung dengan cara mem- cenderung turun, artinya pencapaian profita-
bagi Penjualan bersih dengan Total asset, bilitas menurun, karena secara umum persen-
digunakan untuk mencerminkan efisiensi peng- tase kenaikan beban lebih besar dari persen-
gunaan dana. Semakin besar rasio ini semakin tase kenaikan penjualan.
cepat putaran dana yang tertanam, karena terjadi kenaikan percentasem penjualan yang
Aktivitas Perputaran Assets ( lebih besar dari kenaikan persentase asset yang Total Assets
tertanam dalam perusahaan.
Turn Over)
Tato rata2 (14 emiten)
Sumber: Data Indonesian Capital Market Directory yang diolah
Dari grafik terlihat putaran asset emiten secara dihitung dengan cara membagi Total asset dengan rata-rata berkisar 97% - 113%., arah tren cende-
Total Ekuitas, untuk mencerminkan efisiensi rung naik, artinya pencapaian efisiensi pengguna-an
penggunaan utang. Semakin besar rasio ini semakin dana naik,karena secara umum persentase kenai-
baik penggunaan utang yang tertanam, karena kan penjualan lebih besar dari persentase kenaikan
terjadi kenaikan percentage assets yang lebih besar asset.
dari kenaikan persentase ekuitas yang tertanam dalam perusahaan, artinya efisiensi penggunaan
Leverage ( Financial Leverage Multiplier)
utang lebih mendominasi dalam pendanaan Leverage ( Financial Leveage Multiplier) emiten yang
( financing)
FLM rata2 (14 emiten)
Sumber : Data Indonesian Capital Market Directory yang diolah.
Dari grafik terlihat FLM emiten secara rata-rata yang dihitung dengan cara membagi Harga pasar berkisar 210% - 449%, arah tren cenderung
Penutupan ( Close Price) per saham dengan nilai turun, artinya persentase penggunaan utang
saham adalah untuk naik, asset perusahaan lebih di dominasi oleh
mencerminkan berapa kali pasar menghargai saham utang dari pada saham (modal sendiri). Hal ini
dari nilai bukunya. Semakin besar rasio ini semakin merupakan sinyal negatip jika biaya bunga
tinggi nilai tambah ekuitas saham. Yang berarti yanmg ditanggung tidak dapat ditutup oleh laba
kredibiltas emiten meningkat. Jika rasio menunjukan yang diperoleh. Penurunan juga mengindika-
angka lebih besar satu berarti terdapat nilai tambah sikan ada persentase kenaikan asset yang lebih
yang positip, karena pasar mengahargai lebih besar besar dari persentase kenaikan total ekuitas
dari nilai buku atas ekuitas sahamnya. Sebaliknya saham.
jika angka kurang dari satu berarti tidak terdapat nilai tambah, nilai tambah negatip, karena pasar
Rasio Pasar ( Price to Book Value)
mengahrgai lebih kecil dari nilai buku atas ekuitas Rasio Pasar ( Price to Book Value) emiten
sahamnya.
PBV Average (14 emiten)
Sumber: Data Indonesian Capital Market Directory yang diolah
Dari grafik terlihat nilai tambah ekuitas saham atas menguat sementara kinerja emiten ditinjau dari nilai bukunya positip, berarti penghargaan pada
profitabiltas cenderung turun, perputaran assets nilai saham diatas nilai bukunya. Arah tren
naik, leverage turun dan likuditas stabil naik kecil cederung naik, artinya terjadi persentase kenaikan
tetapi investor di pasar modal menilai saham harga pasar saham yang lebih besar dari persentase
cenderung meningkat diatas nilai buku sahamnya ini kenaikan nilai buku saham. Sesuatu hal yang
berarti ada penilaian positip terhadap pasar modal menarik untuk dicermati dari analisis deskriptif
terutama terhadap saham-saham yang tergabung diatas adalah inflasi naik, rupiah melemah/dollar
dalam LQ 45 di BEI.
Kerterkaitan antara inflasi, kurs kinerja
Current ratio (CR), Net Profit Margin (NPM), Total
fundamental emiten dengan nilai tambah
Asset Turn Over (TATO) dan Financial Leverage
ekuitas pasar saham
Multiplier sedangkan pasar modal diproksikan oleh Pasar valuta asing ( Forex Market), Pasar
harga saham yang diperbandingkan dengan nilai Produk ( Output Market) dan Pasar Modal (Capital
bukunya ( Price to Book Value) yang merupakan ada Market) mempunyai keterkaitan (Interdepedensi)
tidaknya nilai tambah ekuitas pasar). antara satu dengan yang lainnya. Untuk meng-
Untuk megetahui pengaruh pasar produk, interpretasikan keterkaitan hubungan antar pasar
pasar valas dan kinerja perusahaan emiten terhadap tersebut dalam penelitian ini digunakan data inflasi
pasar modal digunakan alat analisis regresi liner sebagai proksi dari pasar produk. Apresisiasi dan
berganda, dengan alat bantu olah data program depresiasi kurs Rp/$ sebagai proksi dari pasar
SPSS. Jika diringkas dan dibuat persamaan nampak valuta asing. Kinerja emiten diproksikan dengan
sebagai berikut:
PBV=
a0 +b1 CR +b2 PM
+b3TATO
+b3 FLM
+b4 inf +b5 KURS
PBV=
12.877 - 0.482CR + 7.759NPM +4.019 TATO - 0.359 FLM +0.349in - 0.002KURS f Sig
TS RSquare =
Sumber Data : data sekunder yang diolah
Dari persamaan di atas secara rinci kerkaitan dalam terhadap veariabel terikat. Interpretasi secara verbal arti pengaruh dari masing-masing vaeiabel bebas
sebagai berikut:
Koefisien
Intepretasi
Constanta = 12.877 Apabila Current ratio = 0, Profit margin = 0, TATO = 0, Equity multiplier = 0, Kurs = 0 dan Inflasi = 0, maka nilai Price to Book Value akan sebesar 12.877 dengan asumsi Ceteris Paribus, tetapi tidak signifikan (TS). Current ratio (CR)= - 0.482
Apabila current ratio dinaikan sebesar satu satuan, maka nilai PBV akan turun sebesar 0.482 dengan asumsi Ceteris Paribus dan tanpa melihat signifikannya atau tidak, tetapi tidak signifikan (TS)
Net Profit Margin (NPM) = Apabila Profit Margin dinaikkan sebesar satu satuan, maka nilai PBV akan 17.759
naik sebesar 17.759 dengan asumsi Ceteris Paribus, signifikan (S). Total aset Turn Over (TATO) = : Apabila TATO dinaikkan sebesar satu satuan, maka nilai PBV akan naik 4.019
sebesar 4.019 dengan asumsi Ceteris Paribus, signifikan Financial Leverage multiplier
: Apabila Equity multiplier dinaikkan sebesar satu satuan, maka nilai PBV (FLM) = - 0.359
akan turun sebesar 0.359 dengan asumsi Ceteris Paribus, signifikan (S). Kurs = - 0.002
: Apabila Kurs dinaikkan sebesar satu satuan, maka nilai PBV akan turun sebesar 0.002 dengan asumsi Ceteris Paribus, signifikan (S) Inflasi = 0.349
: Apabila Inflasi dinaikkan sebesar satu satuan, maka nilai PBV akan naik sebesar 0.349 dengan asumsi Ceteris Paribus, signifikan(S) R square = 0.568
: Variabel bebas secara simultan berperan sebesar 56.8 % dalam
menerangkan PBV
F test (sig) = 0.000
: Model linier
Sumber: Hasil Olahan Data
Dari uraian diatas jelas terlihat bahwa inflasi, kurs Fenomena yang menarik disini yang per- dan kinerja fundamental (CR,NPM,TATO) secara
tama adalah inflasi berpengaruh positip dan simultan berhungan linier terhadap PBV. Seluruh
signifikan terhadap PBV, ini berarti kenaikan harga- variable bebas dalam pengamatan berpengaruh
harga di pasar produk ternyata dapat mendongkrak 56.8% sedangkan sisanya dipengruhi variable
kenaikan harga saham yang lebih besar dari nilai diluar variable penelitian yang diamati. Hanya kons-
buku saham itu sendiri, sehingga nilai tambah tanta dan CR saja yang tidak signikan berperan
ekuitas saham menjadi naik. Mengapa terjadi dalam mempengaruhi PBV. Sementara variable
demikian, hal ini disebabkan perusahaan perusa- lainnya seperti inflasi,kurs NPM, TATO dan FLM ber-
haan emiten yang dijadikan sampel pada pasar peran secara signifikan dalam mempengaruhi PBV.
saham LQ 45 sebagian besar mempunyai kekuatan
meningkat, mempunyai efek negatip terhadap pro- untuk tetap meyakinkan konsumen. Alhasil meski
duktivitas modal saham, Terdapat reaksi negatip harga-harga naik konsumen tetap h mengkonsumsi
terhadap harga saham di pasar modal. Para penge- produk emiten, Ditambah lagi hampir seluruh
lola perusahaan perlu menempuh langkah-langkah emiten sampel terpilih mempunyai produk-produk
strategis dalam pengelolaan struktur finansial/ strategis. Contoh : ASII dengan produk-produk
modalnya. Tujuannya agar terjadi perimbangan otomotipnya, INDF dengan mie yang sudah Sangat
yang optimal antara utang dan saham dalam disukai masyarakat, ANTM dengan produk-produk
perusahaan,sehingga beban bunga utang tidak tambangnya dengan kenaikan harga dipasar
terlalu menggerus laba perusahaan. Pengurangan Kedua, kurs Dollar terhadap rupiah (Rp/$)
porsi utang dalam aktiva perlu dilakukan untuk yang masih relatip tinggi dan berfluktuatif sekitar
memperkecil resiko finansial.
Rp 8700-Rp9400 berpengaruh negatip signifikan terhadap PBV, ada pengaruh negatip antara pasar valas terhadap pasar saham, sehingga jika pasar
Kesimpulan
valas dibenahi dengan lebih baik dengan harapan
2002-2006, terdapat Rupiah lebih menguat terhadap valas, maka kondisi
Selama
periode
keterkaitan antara pasar modal dengan dengan pasar saham akan menjadi lebih baik, karena
pasar produk, pasar valas dan kinerja fundamental investor dapat beralih dari menginvestasikan valas
emiten.Hal ini dapat terlihat dari nilai R square menuju pasar saham yang akan memberikan lebih.
sebesar 56.8%. Bila ditinjau secara parsial PBV Tapi yang perlu diingat bahwa kisaran kurs Rp/$
dipengaruhi secara signifikan oleh inflasi, (positip); adalah cukup tinggi, mengapa mampu menggoyang
kurs (negatip); NPM (positip), TATO (positip) FLM pasar saham, hal ini berarti diperlukan perhatian
(negatip). AspekLikuditas (CR) tidak berpengaruh khusus bagi para investor terutama dalam mencer-
secara signifikan terhadap PBV. mati gejolak kurs di pasar valas secara umum. Ketiga, kinerja perusahaan emiten sebagai aspek fundamental bagi para investor juga meru-
Daftar Pustaka
pakan bahan pertimbangan yang signifikan untuk ..............., Anual Rerport, “Statistik Pasar Modal menjual, menyimpan atau membeli saham emiten
Indonesia ”, BAPEPAM, tahun 2002-2007. di pasar modal. Kinerja yang bagus dan meningkat
akan besar kecilnya kenaikan harga saham. Hal ini ..............., Anual Rerport “Statisitik Ekonomi ditunjukan oleh gejolak kenaikan harga sahamnya.
Keuangan Indonesia (SEKI) ”, BI, 2002- Dari analisis regresi menunujukan bahwa, pada
2007.
aspek likuiditas, CR berpengaruh negatip meski- pun secara statistik tidak berpengaruh secara
..............., Anual Rerport Indonesian Capital market signifikan terhadap PBV. Tetapi hal ini bukan berarti
Directory (ICMD), 2002-2007 likuditas tidak berarti terhadap jalannya operasi
perusahaan seharí-hari, aspek likuditas tetap harus Andy Porman Tambunan, “Menilai Harga Wajar mendapat perhatian karena overlikuid maupun
Saham (Stock Valuation) ”, cetakan kedua, under likuid dapat mempengaruhi produktivitas
PT Elex Media Komputindo Kelompok asset/modal secara keseluruhan.
Gramedia, Jakarta, 2007. Pada aspek profitabilitas dan aspek
aktivitas yang diproksikan oleh NPM dan TATO Antyo Pracoyo dan Tri Kunawangsih Pracoyo, mempunyai pengaruh positip sigifikan terhadap
“Aspek Dasar Ekonomi Makro di I ndonesia”, PBV, ini berarti investor di pasar modal mempunyai
PT. Gramedia perhatian yang cukup serius terhadap perolehan
cetakan
pertama,
Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2005. laba dan efisiensi perputaran penggunaan dana
perusahaan emiten. Jika penjualan ditingkatkan, Heli Charisma Berlianta, “Mengenal Valuta A sing”, biaya-biaya produksi dan operasi, peningkatan
cetakan ketiga, Gadjah Mada University pemakaian aktiva lebih efisien, maka pasar saham
Press, Yogyakarta, 2006. akan merespon positip dengan meningkatnya harga
saham diatas peningkatan nilai nlai buku sahamnya. J. Fred Wetson and Eugene F. Brigham, “Dasar – Aspek leverage,yang diproksikan oleh FLM,
Dasar Manajemen K euangan”, Jilid 1, ternyata FLM berpengaruh negatip dan signifikan
penerbit Earlangga, Jakarta, 2005 terhadap PBV, ini berarti penurunan FLM dibarengi
oleh kenaikan PBV. Jadi adanya penurunan FLM Mamduh M. Hanafi, “Manajemen Keuangan”, BPFE-
67
Yogyakarta, 2004. Mohamad Samsul, “Pasar Modal & Manajemen
Portofolio ”, penerbit Earlangga, Surabaya, 2006.
Nachrowi D Nachrowi dan Harsius Usman, “Pendekatan
EKONOMETRIKA Untuk Analisis Ekonomi dan
Universitas Indonesia, Jakarta, 2006. Sutrisno, “Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan
Aplikasi ”, cetakan kelima, Ekonisia kampus fakultas ekonomi UII, Yogyakarta, 2007.
Tri Kunawangsih Pracoyo dan Antyo Pracoyo, “Aspek Dasar Ekonomi Makro di Indonesia”,
cetakan pertama, penerbit PT.Gramedia Widiasarana indonesia, Jakarta, 2005.
Lampiran 1 : Data Pergerakan Inflasi 2002 - 2006
Bulan
Inflasi %
Sumber : Bank Indonesia
Lampiran 2: Data Pergerakan Kurs Rp/$ 2002 - 2006
Kurs Rp/$
Sumber : Bank Indonesia
Lampiran 3 :Nilai Current Ratio pada saham - saham LQ 45 pada tahun 2006, 2005, 2004, 2003 dan 2002
current ratio (X)
NO Emiten
1 AALI
2 ANTM
3 ASII
4 GGRM
5 GJTL
6 INDF
7 INTP
8 ISAT
9 KLBF
10 RALS
11 TLKM
12 TINS
13 UNTR
Sumber : Indonesia Capital Market Directory
Lampiran 4: Nilai (Total Aktiva/Equity) pada saham - saham LQ 45 pada tahun 2006, 2005, 2004, 2003 dan 2002
Total Aktiva/equity (X)
NO Emiten
Lampiran 5 : Nilai PM pada saham - saham LQ 45 pada tahun 2006, 2005, 2004, 2003 dan 2002
Net Profit Margin ( X )
NO Emiten
Sumber : Indonesia Capital Market Directory
Lampiran 6 : Nilai TATO (Total Asset turn Over) pada saham - saham LQ 4pada tahun 2006, 2005, 2004, 2003 dan 2002 NO
Emiten
TATO (Total Asset turn Over) (X)
Lampiran 7: Nilai PBV pada saham - saham LQ 45 yang kontinous pada tahun 2006, 2005, 2004, 2003 dan 2002
PBV (X)
NO Emiten
Lampiran 8: Ouput data SPSS.
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: PBV
Observed Cum Prob
Hasil Uji Normalitas
Hasil Uji Multikolinieritas
Coeffi ci ents a
Unstandardized
Coef f icients
Collinearity Statistics
Model
B St d. Error
Lev erage
Inf lasi
a. Dependent Variable: PBV
Sumber : Data skunder yang diolah
Scatterplot
Dependent Variable: PBV
tan Valu S 0
on
Re gr essi
Regression Studentized Residual
Gambar 5.2 Hasil Uji Heterokedastisitas
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summary b
Durbin- Model
Adjusted
St d. Error of
R Square
R Square
the Estimate
Wat son
1.789 a. Predictors: (Constant), I nf lasi, TATO, CR, NPM, Kurs, Lev erage
b. Dependent Variable: PBV
Sumber : Data skunder yang diolah
Hasil Uji linier berganda (Uji – t)
Coeffi ci ents a
St at ist ics
Unstandardized
St andardized
Coef f icients
Coef f icients
Model
B St d. Error
Lev erage
Inf lasi
a. Dependent Variable: PBV
Sumber : Data yang diolah
Hasil Uji – F (anova)
ANOVA b
df Mean Square
F Sig.
a. Predictors: (Const ant), Inf lasi, TATO, CR, NPM, Kurs, Lev erage b. Dependent Variable: PBV
Sumber : Data yang diolah
62