Bab07 Pengangaran Modal Prinsip Arus Kas

  1

   Pengeluaran modal adalah pengeluaran dana

Pendahuluan

   oleh perusahaan yang diharapkan menghasilkan manfaat selama jangka waktu lebih dari 1 tahun Pengeluaran operasi adalah pengeluaran

   yang menghasilkan manfaat untuk jangka waktu kurang dari 1 tahun

Pengeluaran aktiva tetap adalah pengeluaran

   modal. Tidak semua pengeluaran modal adalah h pengeluaran aktiva tetap

  Contoh pengeluaran modal :

   Pengeluaran modal sebesar Rp 60

   juta untuk pembelian mesin baru dengan umur ekonomis 15 tahun -> pengeluaran aktiva tetap Pengeluaran untuk periklanan

   sebesar Rp 60 juta -> pengeluaran bukan aktiva tetap

   Motivasi penganggaran modal

   Ekspansi

   Penggantian

   Perbaikan

   Motivasi lain

   Langkah penganggaran modal

   Tahap penyusunan proposal

   Review dan analisis

   Pengambilan keputusan

   Implementasi

  Proyek-proyek independen adalah proyek yang arus kasnya

   tidak saling tergantung atau independen satu sama lain. Penerimaan satu proyek tidak meniadakan kesempatan proyek lain untuk dipilih. Bila perusahaan memiliki dana yang tidak terbatas untuk diinvestasikan, semua proyek independen yang memenuhi kriteria penerimaan dapat diimplementasikan. Contoh: Tiga proyek independen yang dapat dipilih

   perusahaan adalah:

   2. Akuisisi pemasok kecil,

   3. Membeli sistem komputer.

   Tampak jelas bahwa pemilihan satu dari 3 proyek tersebut

   tidak meniadakan kesempatan bagi proyek lainnya untuk dipilih.

  Proyek-proyek mutually exclusive adalah proyek yang

   memiliki fungsi yang sama sehingga bersaing satu sama lain. Penerimaan satu proyek akan meniadakan kesempatan bagi proyek lain untuk dipilih. Contoh: Untuk meningkatkan kapasitas produksinya,

   perusahan dapat melakukan:

   2. Akuisisi perusahaan lain,

   3. Sub-kontrakting.

   Jelas bahwa penerimaan satu proyek akan

   menghilangkan kesempatan bagi proyek lain untuk dipilih.

  2. Dana tidak terbatas vs Pembatasan modal

Bila perusahaan memiliki dana yang tidak

  

terbatas untuk berinvestasi -> terima semua

proyek yang memenuhi kriteria penerimaan

Tetapi pada kenyataanya perusahaan

  

beroperasi dengan pembatasan modal. Oleh

karena itu perusahaan harus membatasi

dananya dengan mengalokasikan dana

tersebut kepada proyek-proyek yang

memaksimalkan harga saham.

  Pendekatan penerimaan-penolakan mencakup

   evaluasi pengeluaran modal yang diajukan untuk menentukan apakah pengeluaran tersebut memenuhi kriteria penerimaan minimal dari perusahaan. Untuk kasus ini, hanya proyek-proyek yang diterima yang akan dipertimbangkan. Pendekatan perankingan mencakup

   meranking proyek berdasarkan ukuran- ukuran yang ditetapkan sebelumnya seperti tingkat pengembalian. Proyek dengan tingkat pengembalian tertinggi akan diranking terlebih dahulu dan sebaliknya. Hanya proyek yang dapat diterima yang diranking. Baik digunakan ketika modal terbatas.

  4. Pola konvensional vs non-konvensional Pola arus kas konvensional terdiri dari

   investasi awal yang diikuti dengan serangkaian arus kas masuk. Pola arus kas non-konvensional adalah arus

   kas yang mana investasi awal tidak diikuti oleh hanya satu rangkaian arus kas masuk.

  5. Anuitas vs arus kas yang beragam Anuitas adalah serangkaian arus kas

   tahunan yang sama besarnya. Arus kas beragam: serangkaian arus

   kas yang memiliki pola yang berbeda . Arus kas masuk incremental

  

Melambangkan tambahan arus kas, baik

  

kas masuk maupun kas keluar, yang

diharapkan memberikan hasil dari pengeluaran modal yang diajukan.

  Komponen utama arus kas

   (untuk penggantian aktiva lama ke aktiva

   baru)

  Arus kas investasi awal : Selisih antara investasi awal

   yang dibutuhkan untuk memperoleh aktiva baru dan semua arus kas masuk setelah pajak yang diharapkan dari aktiva lama. Arus kas operasi : Selisih antara arus kas masuk

   operasi dari aktiva baru dan aktiva lama. Arus kas akhir : Selisih antara arus kas setelah pajak

   yang diharapkan pada akhir usia aktiva lama dan aktiva baru.

  1. Arus kas ekspansi vs arus kas penggantian Sesungguhnya semua keputusan

   penganggaran modal dapat dipandang sebagai keputusan penggantian. Ekspansi adalah keputusan penggantian di mana semua arus kas dari aktiva lama = 0.

  2. Sunk Cost dan Opportunity Cost Sunk cost adalah pengeluaran kas yang

   telah dilakukan dan tidak berdampak pada arus kas yang relevan dengan keputusan saat ini. Konsekuensinya sunk cost tidak dimasukkan dalam perhitungan arus kas incremental dari suatu proyek.

  Opportunity cost adalah arus kas yang dapat

   dihasilkan dari alternatif penggunaaan terbaik dari aktiva yang dimiliki. Oleh karena itu opportunity cost melambangkan arus kas yang tidak terealisasi karena digunakannya aktiva untuk proyek yang diajukan. Konsekuensinya, opportunity cost harus dimasukkan sebagai arus kas keluar ketika menentukan arus kas incremental suatu proyek.

  3. Penganggaran Modal Internasional dan Investasi jangka Panjang

  

Penyebab perbedaan penganggaran modal

internasional dari penganggaran modal

domestik adalah sbb:

   Perbedaan denominasi mata uang

   Resiko politik termasuk resiko pengambilalihan aktiva perusahaan. Investasi awal adalah arus kas keluar yang

   relevan untuk dipertimbangkan ketika mengevaluasi suatu pengeluaran modal yang berprospek. Investasi awal dihitung dengan mengurangkan

   seluruh arus kas masuk yang terjadi pada tahun ke 0 dengan semua arus kas keluar yang terjadi pada periode yang sama.

   Biaya perolehan aktiva baru = Biaya pembelian aktiva baru

  Format perhitungan investasi awal:

  • Biaya instalasi
    • - Penerimaan setelah pajak dari aktiva lama =

  Penerimaan dari penjualan aktiva lama ±Pajak penjualan aktiva lama ± Perubahan dalam modal kerja bersih

   Diketahui :

  Contoh

  

Harga beli mesin baru : Rp 380.000 dan biaya

   instalasi : Rp 20.000 Metode depresiasi : garis lurus dan usia

   ekonomis 5 tahun mesin lama dibeli 3 tahun lalu ; harga beli =

   Rp 240.000 (metode depresiasi : garis lurus; usia ekonomis 5 tahun) Harga jual mesin lama 280.000

   Peningkatan NWC (Modal Kerja Bersih) : Rp

   17.000 Tingkat pajak yang berlaku : 40%  Ditanya: Berapa besar Investasi Awal?

   Jawab :

   Biaya perolehan untuk mesin baru

   = Harga beli mesin baru + biaya instalasi = Rp. 380.000 + 20.000 = 400.000

   = Harga jual mesin lama – pajak * = Rp.280.000 – Rp 73.600 = Rp 206.400

  Penerimaan penjualan setelah pajak

   Total investasi awal

  Perubahan modal kerja bersih = Rp 17.000

   = Rp 400.000 – Rp 206.400 + Rp 17.000 = Rp 216.000 Perhitungan pajak *:

   Depresiasi mesin lama / tahun =

   Rp 240.000 / 5 = Rp 48.000 Akumulasi depresiasi

   3 tahun x Rp 48.000 = Rp 144.000 Nilai buku =

   Rp 240.000 – Rp 144.000 = Rp 96.000 Pajak =

   40% x (Rp 280.000 – Rp 96.000) = 73.600

Tabel 7.2 Data Penerimaan dan Pengeluaran Perusahaan ABC Tahun Penerimaan (Rp) Pengeluaran (Rp) Tak termasuk depresiasi

  Dengan mesin baru

  1 2.520.000 2.300.000

  2 2.520.000 2.300.000

  3 2.520.000 2.300.000

  4 2.520.000 2.300.000

  5 2.520.000 2.300.000

  Dengan mesin lama

  1 2.200.000 1.990.000

  2 2.300.000 2.110.000

  3 2.400.000 2.230.000

  4 2.400.000 2.250.000

Tabel 7.3 Depresiasi Mesin Baru Dengan Metode Garis Lurus

  Tahun Biaya Depresiasi/tahun Nilai Buku

  Mesin Baru Depresiasi /tahun = Rp 400.000/5 = Rp 80.000

  1 400.000 80.000 320.000 2 320.000 80.000 240.000 3 240.000 80.000 160.000 4 160.000 80.000 80.000 5 80.000 80.000

  Total 400.000

  Depresiasi untuk mesin baru dan lama dengan mengggunakan garis lurus adalah:

  Tabel 7.4 Depresiasi Mesin Lama Dengan Metode Garis Lurus Mesin Lama Mesin Lama : Depresiasi/tahun = Rp 240.000/5 : 48.000 Akumulasi Depresiasi s/d tahun 3 = 3 x Rp 48.000 =Rp 144.000 Nilai buku akhir tahun ke 3 = Rp 240.000-144.000= Rp 96.000

  Tahun Biaya Depresiasi Nilai Buku 1 (=4) 96.000 48.000 48.000 2 (=5) 48.000 48.000

  3

  4

  5 Total 96.000 Berdasarkan data tersebut, perhitungan arus kas operasi :

Tabel 7.5 Arus Kas Mesin Baru

  1

  2

  3

  4

  5 Penerimaan 2.520.000 2.520.000 2.520.000 2.520.000 2.520.000

  • Pengeluaran 2.300.000 2.300.000 2.300.000 2.300.000 2.300.000 (exc.depr) Laba sebelum 220.000 220.000 220.000 220.000 220.000 depr.&pajak
  • Depresiasi 80.000 80.000 80.000 80.000 80.000 Laba sebelum 140.000 140.000 140.000 140.000 140.000 pajak
  • Pajak (40%) 56.000 56.000 56.000 56.000 56.000 Laba setelah 84.000 84.000 84.000 84.000 84.000 pajak
    • Depresiasi 80.000 80.000 80.000 80.000 80.000

  

Arus kas 164.000 164.000 164.000 164.000 164.000

  Tabel 7.6 Arus Kas Mesin Lama

  2

  3

  4

  5

  1 Penerimaan 2.200.000 2.300.000 2.400.000 2.400.000 2.250.000

  • Pengeluaran 1.990.000 2.110.000 2.230.000 2.250.000 2.120.000 (exc.depr) Laba sebelum 210.000 190.000 170.000 150.000 130.000 depr.&pajak
  • Depresiasi 48.000 48.000 Laba sebelum 162.000 142.000 170.000 150.000 130.000 pajak
  • Pajak (40%) 64.800 56.800 68.000 60.000 52.000 Laba setelah pajak 97.200 85.200 102.000 90.000 78.000
    • Depresiasi 48.000 48.000

  

Arus kas masuk 145.200 133.200 102.000 90.000 78.000

Tabel 7.7 Arus Kas Masuk Operasi Arus kas masuk operasi

  Tahun Mesin Baru Mesin lama Incremental 1 164.000 145.200 18.800 2 164.000 133.200 30.800 3 164.000 102.000 62.000 4 164.000 90.000 74.000 5 164.000 78.000 86.000

  Sebagai tahap akhir dari perkiraan arus kas operasional, dihitung tambahan arus kas dari penggantian mesin. Untuk kasus perusahaan ABC hasilnya adalah:

  Contoh:

   Dengan menggunakan kasus PT ABC diasumsikan

   bahwa perusahaan dapat melikuidasi mesin baru pada akhir tahun ke-5 dengan nilai likuidasi bersih (setelah dikurangi biaya pemindahan,dll) Rp 50.000. Sementara itu, mesin lama tidak lagi mempunyai nilai jual karena sudah usang. Perusahaan mengharapkan tambahan Rp 17.000 dari penghematan modal kerja bersih. Tingkat pajak yang berlaku 40 %. Nilai buku mesin baru = 0, nilai buku mesin lama =0 sehingga bila harga jual 50.000 maka pembayaran pajak penjualan mesin baru = 40%x (50.000-0)=20.000.

  Arus kas akhir dari perusahaan ABC adalah sebagai berikut: Tabel 7.8 Perhitungan Arus Kas Akhir

  Penerimaan dari penjualan aktiva baru 50.000 Pajak penjualan aktiva baru 20.000

  Penerimaan setelah pajak dari penjualan aktiva baru= 30.000

  Penerimaan dari penjualan aktiva lama 0 Pajak penjualan aktiva lama 0

  • - Penerimaan setelah pajak dari penjualan aktiva lama= 0

  Perubahan dalam modal kerja bersih 17.000

  =Arus kas akhir 47.000 Untuk kasus perusahaan ABC, ringkasan perhitungan arus

  kas adalah sebagai berikut: Tabel 7.9 Ringkasan Perhitungan Arus Kas Jenis Arus Kas

  Jumlah

  Arus Kas Investasi Awal Rp 210.600 Arus Kas Operasional Rp 18.800 (Tahun 1)

  Rp 30.800 (Tahun 2) Rp 62.000 (Tahun 3) Rp 74.000 (Tahun 4) Rp 86.000 (Tahun 5)

  Arus Kas Akhir Rp 47.000 Apabila biaya modal = 10% hitung NPV perusahaan ABC.

  Jenis Arus Kas Jumlah PV (biaya modal 10%)

  Arus Kas Investasi Awal Rp 210.600 - 210.600 Arus Kas Operasional Rp 18.800 (Tahun 1)

  Rp 30.800 (Tahun 2) Rp 62.000 (Tahun 3) Rp 74.000 (Tahun 4) Rp 86.000 (Tahun 5)

  17.090,90 25.454,54 46.581,52 50.542,99 53.399,23

  Arus Kas Akhir Rp 47.000 29.183,30 NPV = 11.652,48