MAKALAH Pendidikan Nilai Manusia Seutuhn

MAKALAH
Pendidikan Nilai Manusia Seutuhnya
Di Susun Untuk Memenuhi Mata Kuliyah Filsafat Pendidikan

Dosen Pembimbing :
Afiful Ikhwan, M.Pd.I

Di susun oleh :
ARAFIK
MIRATUL SOLEKHAH

Kelas: IVA

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH
(STAIM) TULUNGAGUNG)
April 2015
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Pendidikan sangat memerlukan penanganan secara terarah dan terpadu di

semua pihak guna membangun manusia seutuhnya serta mencapai tujuan
Pendidikan Nasional Indonesia. Pendidikan harus selaluh diupayakan untuk
meningkatkan kemampuan setiap individu. Usaha untuk mencapai tujuan
pendidikan tersebut adalah melalui lembaga pendidikan luar sekolah. Dimana
dalam undung-undang pendidikan nomor 20 tahun 2003 Negara RI yang berakar
pada nilai-nilai agama, kebudayaan Nasional yang tanggap terhadap tuntutan
perubahan zaman.
Peningkatan mutu pendidikan adalah salah satu upaya dalam rangka
pembangunan nasional. Hal ini perluh dipandang, karena pembangunan di bidang
pendidikan merupakan salah satu kunci keberhasilan suatu bangsa, khususnya
pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang mampu menguasai Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi. Untuk itu mutu pendidikan perluh diperhatikan
sehubungan dengan itu, peningkatan sumberdaya manusia Indonesia yang ingin
dicapai oleh suatu proses pendidikan, sebagaimana yang diamanatkan dalam
Undang-Undang no 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, bahwa pendidikan

Nasional bertujuan Untuk “Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusi yang berimana dan bertaqwa Kepada Tuhan Yang Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi
serta bertanggung jawab.

2

1.2.

umusan Masalah
Dari penjelasan pada latar belakang masalah di atas, kami merumuskan

masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian pendidikan manusia seutuhnya?
2. Apasaja tujuan pendidikan manusia seutuhnya?
3. Bagaimana mengembangkan pendidikan manusia seutuhnya?

1.3.

Tujuan

Dari perumusan masalah di atas, adapun tujuan yang ingin dicapai dalam

penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui guna pendidikan manusia yang seutuhnya
2. Untuk mengetahui tujuan pendidikan seutuhnya
3. Mengetahui cara mengembangkan pendidikan manusia seutuhnya

1.4

Manfaat
Manfaat yang kita peroleh dari pembuatan makalah ini yaitu:

1. Kita dapat menegetahui serta memahami guna pendidikan manusia
seutuhnya.
2. Diharapkan kita dapat mengembangkan pendidikan yang selama ini telah
berlangsung di masyarakat pada umumnya.

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1

Pengertian Pendidikan Manusia Seutuhnya
Manusia utuh berarti adalah sosok manusia yang tidak parsial, fragmental.

Apalagi split personality. Utuh artinya adalah lengkap, meliputi semua hal yang
ada pada diri manusia. Manusia menuntut terpenuhinya kebutuhan jasmani,
rohani, akal, fisik dan psikisnya. Berdasarkan pikiran demikian dapat diuraikan
konsepsi manusia seutuhnya ini secara mendasar yakni mencakup pengertian
sebagai berikut:
1.

Keutuhan potensi subyek manusia sebagai subyek yang berkembang.

2.

Keutuhan wawasan (orientasi) manusia sebagai subyek yang sadar nilai yang
menghayati dan yakin akan cita-cita dan tujuan hidupnya.

Selain hal tersebut, manusia juga memerlukan pemenuhan kebutuhan

spiritual, berkomunikasi atau berdialog dengan Dzat Yang Maha Kuasa. Lebih
dari itu, manusia juga memerlukan keindahan dan estetika. Manusia juga
memerlukan penguasaan ketrampilan tertentu agar mereka bisa berkarya, baik
untuk memenuhi kepentingan dirinya sendiri maupun orang lain. Semua
kebutuhan itu harus dapat dipenuhi secara seimbang. Tidak boleh sebagian saja
dipenuhi dengan meninggalkan kebutuhan yang lain. Orang tidak cukup hanya
sekedar cerdas dan terampil, tetapi dangkal spiritualitasnya. Begitu pula
sebaliknya, tidak cukup seseorang memiliki kedalaman spiritual, tetapi tidak
memiliki kecerdasan dan ketrampilan. Tegasnya, istilah manusia utuh adalah

4

manusia yang dapat mengembangkan berbagai potensi posisitf yang ada pada
dirinya.
Jika pemahaman terhadap manusia seutuhnya seperti itu, maka
pendidikan seharusnya mengembangkan berbagai aspek itu. Pendidikan tidak
tepat jika hanya mengembangkan satu aspek, tetapi melupakan aspek-aspek
lainnya.


Pendidikan agama

sangat penting, tetapi

tidak

boleh terlalu

mengesampingkan intelektualitasnya. Sebaliknya juga tidak tepat pendidikan
hanya mengedepankan pengembangan kecerdasan dan ketrampilan, dengan
mengabaikan pengembangan spiritual.
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia ditangani oleh dua
kementerian, yaitu kementerian pendidikan dan kebudayaan dan kementerian
agama. Selain itu,masih ada kementerian lain yang juga menyelenggarakan
pendidikan, tetapi jumlahnya tidak terlalu banyak. Itulah sebabnya di negeri
ini disebut telah terjadi dualisme penyelenggaraan pendidikan. Yaitu terdapat
sekolah yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
dan madrasah serta pondok pesantren yang berada di bawah Kementerian
Agama. Di sekolah umum, sekalipun diajarkan agama.jumlah jam pelajaran

yang disediakan tidak terlalu banyak. Demikian pula sebaliknya, di pondok
pesantren lebih mengutamakan pendidikan agama, dan dalam banyak kasus
tidak memberikan pengetahuan umum. Sedangkan di madrasah selama ini
sudah dilakukan perbaikan kurikulum dengan memberikan pengetahuan
umum dan agama secara seimbang, atau sama banyak jumlahnya. Namun
begitu, terkait pendidikan agama, selama ini belum ditemukan metodologi

5

yang dirasa memuaskan. Agama masih diajarkan dan belum sepenuhnya
dididikkan yang sebenarnya. Sebetulnya, terbatasnya waktu yang disediakan
untuk pendidikan agama di sekolah tidak mengapa, asalkan kekurangan itu
dapat ditambal oleh lingkungan keluarga dan juga oleh masyarakat. Namun
pada kenyataannya, pendidikan agama di keluarga maupun di masyarakat
sudah semakin melemah. Atas dasar alasan-alasan kesibukan orang tua atau
juga keterbatasan pemahaman agama, maka pendidikan agama di lingkungan
keluarga dan di masyarakat tidak dapat dimaksimalkan. Kegiatan mengaji di
langgar, mushalla, masjid dan lain-lain tampaknya sudah semakin berkurang,
tidak saja di perkotaan tetapi juga di pedesaan.
Kenyataan seperti itu menjadikan manusia yang utuh sebagaimana

yang dicita-citakan semakin sulit dipenuhi. Pendidikan berjalan secara
terpragmentasi atau terpilah-pilah, mengedepankan sebagian dan mengabaikan
bagian lainnya. Akibatnya, manusia utuh sebagaimana yang dicita-citakan
menjadi tidak jelas kapan akan berhasil diraih. Oleh karena itu, perlu kiranya
dipikirkan secara saksama dan mendalam untuk mendapatkan konsep
pendidikan yang dipandang lebih ideal un tuk menyongsong masa depan
bangsa yang lebih baik dan maju.
Menyoal dunia pendidikan, khususnya pendidikan yang membangun
jati diri manusia seutuhnya, kiranya tidak akan berhenti. Berbagai kegiatan
ilmiah seperti seminar, diskusi, lokakarya dan semiloka terus dilakukan guna
mencari sebuah model pendidikan yang dianggap dapat membebaskan
manusia dari sikap ketergantungan terhadap benda, pendidikan yang dapat

6

membebaskan manusia dari pendewaan terhadap dunia, dan atau model
pendidikan yang dapat mencetak manusia yang utuh, yakni manusia yang
manusiawi, manusia memiliki nilai-nilai kemanusiaan.
Pendidikan manusia seutuhnya, pada dasarnya merupakan tujuan
yang hedak dicapai dalam konsep Value Education atau General Education

yakni: 1) manusia yang memiliki wawasan menyeluruh tentang segala aspek
kehidupan, serta 2) memiliki kepribadian yang utuh. Istilah menyeluruh dan
utuh merupakan dua terminologi yang memerlukan isi dan bentuk yang
disesuaikan dengan konteks sosial budaya dan keyakinan suatu bangsa yang
dalam bahasa lain pendidikan yang dapat melahirkan: a) pribadi yang dapat
bertaqarrub kepada Allah dengan benar, dan b) layak hidup sebagai manusia.
Untuk dapat menghasilkan manusia yang utuh, diperlukan suri tauadan
bersama antar keluarga, masyarakat, dan guru di sekolah sebagai wakil
pemerintah. Patut diingat bahwa pembentukan jati diri manusia utuh berada
pada tataran afeksi, dan pembelajarannya dunia afeksi hanya akan berhasil
apabila dilakukan melalui metode pelakonan, pembiasaan, dan suri tauladan
dari orang dewasa.

II.2. Pendidikan Manusia Seutuhnya
Prinsip pendidikan menusia seutuhnya berlangsung seumur hidup
didasarkan atas berbagai landasan yang meliputi :
1.

dasar-dasar filosofis


7

Filosofis hekekat kodrat martabat manusia merupakan kesatuan integral
segi-segi(potensi-potensi):

(esensial):

Manusia

sebagai

makhluk

pribadi

(individualbeing),Manusia sebagai makhluk social (sosialbeing), Menusia sebagai
makhluk susila (moralbeing).
Ketiga potensi diatas akan menentukan martabat dan kepribadian menusia.
Jika ketiga potensi itu dilaksanakan secara seimbang, maka akan terjadi
kesenambungan.

2.

Dasar-Dasar Psikofisis
Merupakan dasar-dasar kejiwaan dan kejasmanian manusia. Realitas
psikofisis manusia menunjukkan bahwa pribadi manusia merupakan kesatuan
antara potensi-potensi dan kesadaran rohaniah baik dari segi pikis, rasa, karsa,
cipta, dan budi nurani.

3.

Dasar-Dasar Sosial Budaya
Meskipun manusia adalah makhluk ciptaan tuhan namun manusia terbina
pula oleh tata nilai sosio-budaya sendiri.Inilah segi-segi buhaya bangsa dan sosio
psikologis manusia yang wajar diperhatikan oleh pendidikan.
Dasar-dasar segi sosio budaya bangsa mencakup: Tata nilai warisan
budaya bangsi seperti nilai keutuhan, musyawarah, gotong royong dan tenggang
rasa yang dijadikan sebagai filsafat hidup rakyat. Nilai-nilai filsafat, Negara yakni
pancasila Nilai-nilai budaya nasional, adat istiadat dan lain-lain. Tata
kelembagaan dalam hidup kemasyarakatan dan kenegaraan baik bersifat formal
maupun nonformal.

8

III.3. Tujuan Pendidikan Manusia Seutuhnya
Tujuan untuk pendidikan manusia seutuhnya dengan kodrat dan
hakekatnya, yakni seluruh aspek pembawaannya seoptimal mungkin.
Adapun aspek pembawaan(potensi manusia)meliputi:
- Potensi jasmani, yaitu fisiologis dan pancaindra
- Potensi rohaniah, yaitu psikologis dan budi nurani
Dengan mengembangkan potensi-potensi tersebut dengan sikap
positif dan mendasar akan mencapai kesinambungan.
Pada dasarnya, pendidikan di semua intuisi dan tingkat pendidikan
mempunyai muara tujuan yang sama, yaitu ingin mengantarkan masyarakat
menjadi manusia paripurna yang mandiri dan dapat bertanggung jawab atas
dirinya sendiri dan lingkungannya. Dalam system pendidikan Indonesia,
tujuan pendidikan tersebut secara eksplisit dapat dilihat pada UU RI nomor
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta peraturanperaturan pemerintah yang berkaitan dengan UU tersebut.
Secara umum tujuan pendidikan di Indonesia sudah mencangkup
tiga ranah perkembnagan manusia, yaitu perkembangan afektif, psikomotor,
dan kognitif. Tiga ranah ini harus dikembangkan secra optimal dan
integrative. Berimbnag artinya ketiga ranah tersebut dikembnagkan dengan
intensitas yang sama, proporsional dan tidak berat sebelah. Optimal
maksudnya dikembangkan secara maksimal sesuai dengan potensinya.
Integrative artinya pengembangan ketiga ranah tersebut dilakukan secara
terpadu.

9

Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan citacita mencerdaskan kehidupan bangsa serta sejalan dengan visi pendidikan
nasional, Kemendiknas mempunyai visi 2025 untuk menghasilkan Insan
Indonesia Cerdas dan Kompetitif (Insan Kamil/Insan Paripurna). Yang
dimaksud dengan Insan Indonesia cerdas adalah Insan yang cerdas
komperhensif, yaitu cerdas spiritual, cerdas emosional, cerdas sosial, cerdas
intelektual, dan cerdas kinetis.

10

BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
1.

Hakikat manusia adalah manusia yang berkepribadian utuh yang
dapat

menyeleraskan, menyeimbangkan, dan menyerasikan aspek

manusia sebagai makhluk individu, sosial, religius, bagian dari alam
semesta, bagian dari bangsa-bangsa lain, dan kebutuhan untuk
mengejar kemajuan lahir maupun kebahagiaan batin.
2.

Hakikat pendidikan adalah upaya sadar memanusiakan manusia
muda untuk mencapai kedewasaan atau menemukan jati dirinya yang
berlangsung seumur hidup atau sepanjang hayat.

3.

Hakikat tujuan pendidikan adalah mengantarkan anak manusia
menjadi manusia paripurna yang mandiri dan dapat bertanggung
jawab atas dirinya sendiri dan lingkungannya

III. 2 Saran
1.

Pengelolaan pendidikan harus memperhatikan hakikat manusia
sebagai subjek pendidikan. Kesalahan dalam memilih pendekatan
pendidikan yang tidak sesuai dengan hakikat manusia akan
membawa kerusakan dan kesia-siaan

11

2.

Proses pendidikan untuk mendewasakan manusia hendaknya
tidak dibatasi oleh waktu, intuisi, atau kepentingan-kepentingan
lain yang tidak relevan dengan tujuan pendidikan.

3.

Pemangku kepentingan dan pemerintah harus hati-hati dan
cermat dalam menentukan tujuan pendidikan nasional karena akan
menentukan arah pendidikan secara keseluruhan.

4.

Pendidik dan semua orang yang mempunyai kepentingan dengan
pendidikan harus memperhatikan hakikat manusia, hakikat
pendidikan, dan hakikat tujuan pendidikan.

12

DAFTAR PUSTAKA

id.wanipintar.blogspot.com/…/definisi-pendidikan-secara-umum.html
lmu1set.blogspot.com/2010/06/ilmu- html
scribd.com/doc/7592955/Definisi-Pendidikan
tristiono.wordpress.com/2009/03/16/ilmu-pendidikanhttp://www.hasbihtc.com/apa-itu-pendidikan-pengertianpendidikan.html#ixzz2fhE8KJRD
Manan, Imran
(1989),
pengantar), Departement

Anthropologi

Pendidikan

(Suatu

K,PP-LPTK, Jakarta. (1989), Dasar-dasar Sosial
Pendidikan, Departemen P & K, PP-LPTK, Jakarta.

Budaya

Tillar. R, (1979), Pendidikan dan Pengembangan Masyarakat,
Departemen Pendidikan & Kebudayaan, Jakarta

13