PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pola Asuh Pada Balita Gizi Baik Dan Gizi Buruk Di Desa Klumprit Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo.
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
POLA ASUH PADA BALITA GIZI BAIK DAN GIZI BURUK DI DESA
KLUMPRIT KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO
Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Ijazah S1 Gizi
Disusun oleh :
SWARI MEGAASMORO
J310 100 047
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
POLA ASUH PADA BALITA GIZI BAIK DAN GIZI BURUK DI DESA
KLUMPRIT KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO
Swari Megaasmoro (J 310 100 047)
Pembimbing : Muwakhidah, SKM., M.Kes
Kristien Andriani, SKM., M.Si
Program Studi Ilmu Gizi Jenjang S1 Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta 57162
Email : [email protected]
ABSTRACT
PARENTING TODDLER NUTRITION ON GOOD AND BAD NUTRITION IN
KLUMPRIT VILLAGE OF MOJOLABAN TOWN IN SUKOHARJO REGENCY
Introduction: parenting on children toddlers are always related to the feeding
that eventually will contribute its nutrition value status. The lack of intake of
nutrients and the presence of infectious diseases is the direct cause of the
occurrence of malnutrition. Toddler nutrition data, based on the village of Klumprit
has a percentage of poor nutrition status of 2,73%, 7%, less nutrients. Klumprit
village has the highest percentage of toddler bad nutrition in the region work
Puskesmas Mojolaban
Objective: know the description of parenting a toddler good nutrition and
malnutrition in Klumprit village of Mojolaban town in Sukoharjo Regency.
Research methods: qualitative descriptive nature Research in methods of
indepth interview and subject in this study is the mother who has toddlers aged
12 to 59 months with good nutritional status and poor nutritional status and its not
working. The subject consists of 3 respondents Toddler Nutrition and nutritional
toddler bad respondents 3. The research was carried out in Klumprit village of
Mojolaban town in Sukoharjo Regency.
Results: parenting mothers in feeding practices of good nutrition and toddler
malnutrition not much different except in the awarding of the fruit, the
respondents rarely give bad nutrition toddler fruit toddler. The practice of
exclusive breast feeding, there were 2 respondents toddler malnutrition do not
provide exclusive ASI to toddler. Health maintenance practices against toddler
toddler respondents malnutrition not as good as the good nutritional toddler
respondents always pay close attention to hygiene and health toddler, whereas
the practice of monitoring the growth of children, based on last year's
respondents one KMS Toddler Nutrition and nutritional toddler bad respondents
actively carry toddler into the posyandu, but there is 1 respondent malnutrition
that 4 times not brought toddler to the posyandu.
Conclusion: the mother's parenting toddlers malnutrition compared to maternal
parenting toddlers good nutrition, can be seen from the practice of the mother in
the granting of the fruit to a toddler, exclusive breast feeding, growth monitoring
and health care toddlers
Key Words : Parenting, Nutritional status
kemampuan psikomotor anak; 2)
PENDAHULUAN
pemberian makan yang responsif,
Balita atau yang dikenal juga
termasuk dorongan untuk makan,
dengan anak prasekolah adalah
memperhatikan nafsu makan anak,
anak
satu
waktu pemberian, kontrol terhadap
sampai lima tahun. Masa periode di
makanan antara anak dan pemberi
usia ini, balita mempunyai dorongan
makan, dan hubungan yang baik
pertumbuhan
dengan
yang
berusia
antara
yang
bertepatan
biasanya
dengan
periode
anak
selama
memberi
makan; 3) situasi pemberian makan,
peningkatan asupan makan dan
termasuk
nafsu makan (Sulistyoningsih, 2012).
waktu
Pertumbuhan
perkembangan
tertentu, perhatian dan perlindungan
pada masa balita terjadi dengan
selama makan. Pemberian makan
sangat
sehingga
pada anak dan kebiasaan makan
membutuhkan suplai makanan dan
dalam keluarga menjadi pengaruh
gizi
yang sangat besar. Anak biasanya
dan
pesat
dalam
jumlah
yang
cukup
(Tarigan, 2003).
pemberian
dari
gangguan,
makan
yang
mengikuti apa yang dimakan oleh
Pola asuh makan anak selalu
berkaitan
bebas
dengan
kegiatan
orang tua dan saudara-saudaranya.
Pengetahuan gizi yang baik dari ibu
pemberian makan yang akhirnya
sangat
akan memberikan sumbangan status
keterampilan
gizinya. Praktek pemberian makan
hidangan untuk keluarga, sesuai
pada anak memiliki peran yang
dengan
sangat besar dalam asupan nutrisi
ekonomi (Istiany, 2013).
anak.
Ada
tiga
dalam
selera
dan
serta
menyusun
keadaan
yang
Keadaan gizi pada tingkat
tersebut,
keluarga sangat dipengaruhi oleh
yaitu : 1) menyesuaikan metode
tingkat kemampuan keluarga dalam
pemberian
menyediakan pangan sesuai dengan
mempengaruhi
perilaku
diperlukan,
asupan
makan
dengan
kebutuhan
anggota
keluarga,
perkembangan
balita
selain
pengetahuan dan perilaku keluarga
diperoleh dari asupan energi dan
dalam
membagi
protein, beberapa zat gizi mikro
makanan di tingkat rumah tangga
diperlukan terutama untuk produksi
(Munadhiroh,
enzim, hormon, pengaturan proses
mengolah
dan
2009).
Masalah
kekurangan gizi yang terjadi pada
biologis untuk
balita erat kaitannya dengan perilaku
perkembangan, fungsi imun dan
ibu, dilihat dari kebiasaan yang salah
sistem reproduktif (Devi, 2010).
dari ibu terhadap gizi balitanya.
pertumbuhan dan
UNICEF
(United
Nations
Kurang gizi pada balita dapat juga
Children’s Fund) menyatakan bahwa
disebabkan oleh perilaku ibu dalam
ada
pemilihan
terjadinya
kurang
bahan
tepat.
makanan
Pemilihan
yang
dua
penyebab
gizi
langsung
buruk,
yaitu
bahan
kurangnya asupan gizi dari makanan
makanan dan tersedianya jumlah
dan akibat dari terjadinya penyakit
makanan
yang
yang
cukup
keanekaragaman
dipengaruhi
dan
menyebabkan
infeksi.
makanan
Kurangnya asupan zat gizi dapat
tingkat
disebabkan oleh terbatasnya jumlah
oleh
pengetahuan ibu tentang makanan
makanan
dan gizinya. Ketidaktahuan ibu dapat
makanannya tidak memenuhi unsur
menyebabkan kesalahan pemilihan
zat gizi yang dibutuhkan. Malnutrisi
makanan
yang
terutama
untuk
balita
(Mardiana, 2006).
berat
yang
dikonsumsi
terjadi
akibat
atau
penyakit
disebabkan oleh rusaknya beberapa
Anak yang dilahirkan dengan
fungsi organ tubuh sehingga tubuh
badan
tidak
rendah
berpotensi
dapat
menyerap
zat-zat
menjadi anak dengan gizi kurang,
makanan dengan baik (Handono,
bahkan menjadi buruk. Gizi buruk
2010).
pada balita akan berdampak pada
Berdasarkan hasil penelitian
penurunan tingkat kecerdasan atau
Harsiki (2003), terdapat hubungan
IQ. Setiap anak yang menderita gizi
yang bermakna antara pola asuh
buruk memiliki resiko kehilangan IQ
anak dengan keadaan gizi anak
10-13
batita. Penelitian yang dilakukan
poin.
Dampak
yang
diakibatkan lebih jauh lagi adalah
oleh
meningkatnya
adanya hubungan yang bermakna
kejadian
kesakitan
dan kematian. Pertumbuhan dan
Rosmana
(2003),
bahwa
antara pola asuh gizi dengan status
buruk
gizi anak usia 6-24 bulan.
Puskesmas Mojolaban. Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian
tertinggi
di
wilayah
dilakukan di Desa Klumprit karena
Munthofiah (2008), pengetahuan ibu
berdasarkan
tentang
cara
menunjukkan prevalensi gizi buruk
mempunyai
sebesar 2,73%, gizi kurang 7%, gizi
kesehatan
pengasuhan
dan
anak
pengaruh yang sangat signifikan
survei
pendahuluan
baik 87,16% dan gizi lebih 3,11%.
terhadap status gizi balita. Ibu yang
Populasi dalam penelitian ini
mempunyai pengetahuan yang baik
adalah ibu yang memiliki balita
kemungkinan 17 kali lebih besar
berusia 12-59 bulan dengan status
untuk memiliki balita dengan status
gizi baik dan status gizi buruk yang
gizi baik bila dibandingkan dengan
bertempat tinggal di Desa Klumprit
ibu yang memiliki pengetahuan yang
Kecamatan Mojolaban, Kabupaten
buruk. Perilaku ibu dalam masalah
Sukoharjo dengan jumlah seluruh
kesehatan dan pengasuhan anak
balita yaitu sebanyak 257 balita.
dengan
status
juga
Responden dalam penelitian
menunjukan adanya hubungan yang
ini yaitu 3 ibu yang memiliki balita
signifikan. Ibu yang perilakunya baik
gizi buruk dan 3 ibu yang memiliki
mempunyai kemungkinan 3 kali lebih
balita gizi baik. Pengambilan sampel
besar
penelitian untuk ibu yang memiliki
untuk
gizi
balita
mempunyai
balita
dengan status gizi baik dibandingkan
balita
dengan ibu yang perilakunya buruk.
metode purporsive sampling yaitu
gizi
didasarkan
METODE PENELITIAN
Jenis
dengan
Metode
penelitian
wawancara
adalah
(indepth
Penelitian
Mojolaban,
saling berjauhan.
Penelitian ini menggunakan
analisis
data
dikembangkan
kualitatif
atau
yang
analisis
interaktif. Analisis interaktif terdiri
interview).
Desa
pertimbangan
bekerja dan tempat tinggal tidak
deskriptif
digunakan
mendalam
ini
kualitatif
pendekatan
yang
pada
menggunakan
tertentu, yaitu ibu balita yang tidak
penelitian
merupakan
baik
dilaksanakan
Klumprit
Kabupaten
di
Kecamatan
Sukoharjo
karena wilayah ini persentase gizi
atas tiga komponen yaitu :
1.
Reduksi data
Merupakan proses pemilihan,
pemusatan
perhatian
pada
penyederhanaan,
dalam
pengabstraksian
3.
makanan
dan
utama pada balitanya, sebagian
transformasi data kasar dari
besar responden balita gizi baik
catatan
dan responden balita gizi buruk
tertulis
dengan
memfokuskan data yang relavan
selalu
melalui
pokok yang sama dalam satu hari
pemisahan
data,
mempertegas data, membuang
2.
memberikan
memberikan
makanan
makan.
hal yang tidak penting dan
Porsi makan responden
mengatur data agar kesimpulan
balita gizi baik dan responden
akhir dapat dilakukan.
balita
Penyajian data
memberikan
Adanya suatu penyajian data
sendok makan atau sekitar 15
kualitatif dalam bentuk kolom,
gram, namun meskipun demikian
tabel, maupun deskripsi.
terdapat satu responden balita
Penarikan kesimpulan
gizi baik dan dua responden
Penarikan
kesimpulan
dapat
gizi
balita
buruk
nasi
gizi
sedikitnya
hanya
buruk
tiga
yang
dilakukan berdasarkan dari hasil
memberikan nasi sebanyak satu
penelitian
dengan
centong atau sekitar 100 gram.
dari
Porsi lauk ketiga responden balita
memperhatikan
hasil
wawancara dan observasi.
gizi baik dan ketiga responden
balita
gizi
buruk
mengatakan
sehari
memberikan
HASIL DAN PEMBAHASAN
sedikitnya
1. Pemberian Makan Balita
tempe dan tahu
Praktek responden dalam
usaha
pemberian
terhadap
makan
potong atau sekitar 25 gram,
tetapi
terkadang
memberikan
meliputi
tahu dan tempe sebanyak dua
komposisi dan porsi makanan,
potong atau sekitar 50 gram.
frekuensi
buah,
balita,
sebanyak satu
makan,
pemberian
Ketiga responden balita gizi baik
pemberian
makanan
mengaku terkadang memberikan
selingan,
banyaknya
diberikan,
jenis
jajan
jajanan
dan
yang
telur sebanyak satu butir atau
sekitar
60
gram
dan
untuk
responden balita gizi
pemberian daging ayam ketiga
baik dan responden balita gizi
responden balita gizi baik dan
buruk masih kurang beragam
tiga responden balita gizi buruk
memberikan
merupakan sumber vitamin dan
daging ayam kepada balitanya
mineral yang berfungsi sebagai
sebanyak
atau
zat pengatur dalam tubuh, karena
sekitar 50 gram. Pemberian lauk
penting sebagai proses tumbuh
hewani dalam sehari tidak selalu
kembang
diberikan
Kekurangan konsumsi buah dan
juga
terkadang
satu
potong
oleh
responden,
keenam
maka
dapat
sayur
secara
dapat
normal.
mengakibatkan
diasumsikan porsi lauk pauk yang
pertumbuhan
yang
lambat,
diberikan tidak sesuai dengan
mineralisasi tulang yang tidak
pedoman makanan balita. Hal ini
cukup, cadangan zat besi yang
sesuai dengan pendapat Widjaja
kurang dan anemia.
balita
Porsi buah yang diberikan
daging
ketiga responden balita gizi baik
masing-masing 50 gram tempe,
yaitu sekitar 50 gram hingga 100
tahu, ikan, telur dan daging ayam
gram setiap harinya, dan pada
dalam satu hari.
responden gizi buruk terdapat
(2007),
menganjurkan
diberikan
4-5
porsi
Pemberian
sayur
pada
satu responden balita gizi buruk
gizi
juga
masih
yang memberikan buah kepada
kurang. Responden balita gizi
balitanya setiap hari sekitar 50
buruk hanya memberikan sayur
gram
yang diinginkan balitanya saja,
sedangkan
dan untuk sekali makan sayur
responden balita gizi buruk hanya
yang
diberikan
hanya
sedikit,
memberikan
lebih
banyak
kuah
yang
balita
buruk
hingga
hingga
responden
Berdasarkan
gizi
baik
gram,
dua
buah
diantara
50
gram
hingga 100 gram satu minggu
diberikan. Porsi pemberian sayur,
balita
100
tiga
minggu
sekali.
penelitian
yang
memberikan sayur satu centong
dilakukan Riyadi (2009), bahwa
sayur
gram,
buah berperan sebagai sumber
sedangkan responden balita gizi
vitamin dan mineral yang sangat
buruk memberikan sayur dengan
penting
porsi
pertumbuhan.
atau
yang
banyak
sekitar
sedikit
memberikan
75
dan
lebih
untuk
proses
kuahnya.
Responden balita gizi baik
Menurut Almatsier (2011), bahwa
dan responden balita gizi buruk
sayur
mengatakan
dan
buah-buahan
bahwa
balitanya
pernah jajan. Ketiga responden
gizinya bila hanya mengandalkan
balita
dua
makanan pokok saja, yaitu yang
buruk
dikonsumsi pada pagi, siang dan
hari
malam hari, karena belum tentu
kepada
anak dapat makan sesuai dengan
gizi
responden
mengatakan
memberikan
baik
balita
tidak
dan
gizi
setiap
jajanan
balitanya, namun satu responden
porsi
yang membiarkan balitanya jajan
Makanan selingan yang diberikan
setiap hari dan sebanyak empat
dapat
hingga lima kali sehari.
kalori kepada anak.
Dua responden balita gizi
baik dan dua responden balita
yang
dibutuhkannya.
memberikan
tambahan
2. Pemberian ASI Ekslusif dan
Susu Formula
gizi buruk memberikan makanan
Pemberian
ASI
ekslusif
formula
yang
yaitu
lama
utama kepada balitanya tiga kali
dan
sehari yaitu pada waktu pagi,
dimaksudkan
siang
Satu
pemberian ASI hingga pemberian
responden balita gizi baik dan
susu formula. Berdasarkan hasil
satu responden balita gizi buruk
wawancara
memberikan
utama
dengan responden balita gizi baik
balitanya dua kali sehari pada
dan responden balita gizi buruk,
waktu
hari.
bahwa ketiga responden balita
selingan,
gizi baik memberikan ASI ekslusif
dan
pagi
Pemberian
sore
hari.
makanan
dan
sore
makanan
susu
yang
dilakukan
ketiga responden balita gizi baik
dan
memberikan makanan selingan
setelah balitanya berusia 6 bulan.
kepada balitanya dua kali sehari,
Berbeda dengan responden balita
begitu pula dengan responden
gizi
balita gizi buruk dan dari ketiga
responden balita gizi buruk yang
responden balita gizi buruk, dua
memberikan ASI ekslusif dan dua
responden memberikan makanan
responden
selingan kepada balitanya dua
mengaku memberikan ASI hanya
kali sehari dan satu responden
selama tiga bulan dikarenakan
memberikan makanan selingan
ASI yang tidak keluar atau balita
hanya satu kali sehari. Menurut
muntah jika diberikan.
Istiany (2013), bahwa anak yang
kurang
tercukupi
kebutuhan
susu
buruk,
ASI
untuk
formula
diberikan
terdapat
balita
sangat
kesehatan
gizi
satu
buruk
dibutuhkan
bayi
dan
mendukung
pertumbuhan
Timbulnya
dan
gizi
kurang
secara
bukan saja karena makanan yang
optimal. Bayi yang mendapatkan
kurang tepat tetapi juga karena
ASI ekslusif akan memperoleh
penyakit.
semua
serta
mendapatkan makanan dengan
gizinya
cukup baik tetapi sering diserang
secara maksimal sehingga anak
diare atau demam, akhirnya akan
akan lebih sehat, lebih tahan
menderita gizi kurang, sehingga
terhadap infeksi, tidak mudah
terlihat bahwa interaksi antara
terkena alergi, dan lebih jarang
konsumsi makanan yang kurang
sakit
2012).
dan penyakit infeksi merupakan
penelitian
hal yang saling mempengaruhi
perkembangan
bayi
kelebihan
terpenuhi
ASI
kebutuhan
(Sulistyoningsih,
Berdasarkan
hasil
Anak
Widodo (2003), bahwa gangguan
(Soekirman, 2000).
kesehatan berupa diare, panas,
Kebersihan
yang
lingkungan
batuk dan pilek lebih banyak
yang kurang baik bagi balita gizi
ditemukan pada bayi yang tidak
buruk
diberi ASI secara ekslusif.
kesehatan balita. Hal ini bisa
3. Cara Pemeliharaan Kesehatan
Balita
akan
mempengaruhi
dilihat dari lingkungan bermain
balita yang tidak terlihat baik,
Cara
pemeliharaan
karena balita gizi buruk terbiasa
kesehatan pada balita meliputi
bermain di dalam atau di halaman
jenis
penyakit
infeksi
yang
rumah
balita,
upaya
yang
bersih.
Meskipun
untuk
balita
gizi
diderita
dilakukan
responden
mencegah
penyakit
dan
pada
mengobati
balita.
Balita
yang
memberikan
gizi
sering
membiasakan
dibandingkan
dengan
penyakit
kurang
responden
buruk
selalu
makan
secara
teratur, tetapi responden balita
dengan status gizi buruk lebih
terserang
terlihat
buruk
masih
belum
balitanya
untuk
balita
mencuci tangan setelah bermain,
status gizi baik hal ini dapat
sebelum dan setelah makan atau
dikarenakan
penyakit
sebelum tidur, berbeda dengan
yang diderita oleh balita gizi
responden balita gizi baik yang
buruk.
selalu
riwayat
membiasakan
balitanya
untuk mencuci tangan setelah
bermain, sebelum atau setelah
menimbangkan
makan dan sebelum tidur.
posyandu.
4. Pemantauan
Pertumbuhan
Balita
balitanya
Posyandu
kegiatan
ke
merupakan
untuk
menunjang
Pemantauan pertumbuhan
penurunan Angka Kematian Ibu
balita meliputi upaya responden
(AKI) dan Angka Kematian Bayi
baik dan responden gizi buruk
(AKB)
dalam usaha meningkatkan dan
pemberdayaan
memantau
(Istiyani, 2013).
status gizi.
Upaya
melalui
upaya
masyarakat
responden balita gizi baik dalam
meningkatkan
dan
memantau
status gizi yaitu responden balita
gizi baik aktif membawa balitanya
ke posyandu dan berdasarkan
KESIMPULAN
1. Pemberian Makan Balita
a. Ketiga responden balita
hasil pengamatan pada Kartu
gizi
Menuju
Sehat
memberikan
selama
satu
(KMS)
tahun
balita
diketahui
baik
selalu
balitanya
sayur setiap kali makan,
bahwa responden dari balita gizi
sedangkan
baik selalu membawa balitanya
balita gizi buruk jarang
setiap bulan ke posyandu untuk
memberikan
memantau perkembangan berat
kepada
badan
balitanya.
Begitupula
makan.
dengan
responden
balita
gizi
b. Tiga
responden
sayur
balitanya
responden
saat
balita
buruk dalam meningkatkan dan
gizi
memantau status gizi balitanya,
responden
berdasarkan Kartu Menuju Sehat
buruk selalu memberikan
(KMS)
tahun
buah kepada balitanya
responden balita gizi buruk aktif
setiap hari, terdapat dua
membawa balitanya ke posyandu
responden
setiap bulan, tetapi terdapat satu
buruk memberikan buah
responden
buruk
kepada
balitanya
dua
berdasarkan Kartu Menuju Sehat
minggu
hingga
tiga
(KMS) dalam satu tahun terakhir,
minggu sekali.
selama
dalam
balita
empat
satu
gizi
kali
tidak
baik
dan
satu
balita
gizi
balita
gizi
c. Perilaku
dalam
3. Pemeliharaan
Kesehatan
pemberian jajan diantara
Balita
tiga responden balita gizi
a. Balita gizi buruk lebih
buruk,
terdapat
satu
responden
gizi
yang
membiarkan
balitanya
jajan
buruk
sering
terserang
jika
sakit
dibandingkan
dengan balita gizi baik,
setiap
dan dua balita gizi buruk
hari dan sebanyak empat
memiliki riwayat penyakit
hingga lima kali sehari,
yaitu
berbeda dengan ketiga
dan flek paru-paru.
responden
baik
balita
yang
membiasakan
gizi
tidak
balitanya
untuk jajan.
b. Dua
kelainan
jantung
responden
balita
gizi buruk menggunakan
pengobatan
secara
tradisional jika balitanya
2. Pemberian ASI Ekslusif dan
sakit,
jika
sakit
yang
Susu Formula
diderita tiidak membaik
a. Ketiga responden balita
baru
gizi
baik
responden
dan
satu
balita
gizi
dibawa
pelayanan kesehatan.
c. Responden
balita
buruk memberikan ASI
buruk
ekslusif kepada balitanya
membiasakan
dan memberikan susu
untuk
formula setelah balitanya
setelah
berusia 6 bulan.
sebelum
b. Dua
responden
balita
masih
makan,
dan
dan
ASI
responden
berusia
tiga
bulan
belum
balitanya
bermain,
tidur,
balitanya
gizi
mencuci tangan
gizi buruk memberikan
hingga
ke
setelah
sebelum
berbeda dengan
baik
balita
gizi
yang
selalu
dikarenakan muntah saat
membiasakan
balitanya
diberikan ASI dan ASI
untuk
sudah tidak keluar lagi
setelah
dan digantikan dengan
sebelum
susu formula.
makan,
tidur.
mencuci tangan
bermain,
dan
dan
setelah
sebelum
4. Pemantauan
Pertumbuhan
2. Bagi Puskesmas
Balita
Pelayanan kesehatan
a. Berdasarkan
Menuju
Kartu
Sehat
(KMS)
diharapkan dapat lebih sering
memberikan
konseling
balita selama satu tahun
pemberian
terakhir
satu
frekuensi
responden yang, selama
dilakukan
empat
tidak
menggunakan contoh menu
menimbangkan balitanya
makanan dengan komposisi
ke posyandu.
yang
terdapat
kali
b. Berat badan balita gizi
makan
makan
beraneka
Menuju
memberikan
tidak
mengalami
peningkatan
yang
ragam,
takaran porsi yang sebaiknya
diberikan
(KMS)
dapat
dengan
buruk berdasarkan Kartu
Sehat
dan
kepada
mengenai
balita,
penyuluhan
pentingnya
ASI
ekslusif dan pemberian susu
signifikan, beberapa kali
formula
serta
memberikan
terjadi penurunan berat
informasi
badan
bahkan
tetap
kebersihan lingkungan dan
berada
dibawah
garis
kebersihan balitanya.
mengenai
3. Bagi Penelitian Lanjut
merah.
SARAN
Hasil
1. Bagi Masyarakat
penelitian
ini
dapat
menjadi pijakan awal untuk
Perlunya peningkatan
pengetahuan ibu khususnya
yang
memiliki
balita
gizi
buruk mengenai pemberian
mengembangkan penelitianpenelitian
selanjutnya
dan
peneliti dalam penelitian ini
makan terhadap balitanya,
pemberian ASI ekslusif dan
susu
balitanya
formula
kepada
serta
memperhatikan
lebih
kebersihan
dan kesehata balitanya.
tidak
dapat
memantau
keadaan responden dari pagi
hingga malam hari.
DAFTAR PUSTAKA
Kecamatan
Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar
Fakultas
Kesehatan
Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka
Masyarakat
Universitas
Utama. Jakarta.
Sumatera
Devi, M. 2010. Analisis FaktorFaktor
yang
Berpengaruh
Hinai.
Utara.
Munadhiroh, L. 2009. Hubungan
Tingkat
Pedesaan.
Pengetahuan
Kejuruan,
Vol
33,
dan
No.
2,
Handono, P.N. 2013. Hubungan
Pengetahuan
Nutrisi,
Pola
Energi
Tingkat
Ekonomi
Gizi
dan
dengan
Status Kadarzi Di Desa Subah
Kecamatan Subah Kabupaten
September 2010: 183-192.
Tingkat
Sumatera
Utara.
Terhadap Status Gizi Balita di
Teknologi
Skripsi.
Pada
Makan,
dan
Konsumsi
Batang.
Jurusan
Kesehatan
Masyarakat UNES. Semarang.
Munthofiah,
S.
2008.
Hubungan
Antara Pengetahuan, Sikap,
Dengan Status Gizi Anak Usia
dan
Lima Tahun di Wilayah Kerja
Status Gizi Anak Balita. Tesis.
Puskesmas Selogiri, Wonogiri.
Universitas
Jurnal.
Surakarta.
AKPER
Giri
Satria
Perilaku
Ibu
Dengan
Sebelas
Maret.
Riyadi, H dan Sukandar, D. 2009.
Husada. Wonogiri.
Harsiki, T. 2003. Hubungan Pola
Asupan
Gizi
Asuh Anak dan Faktor Lain
Peserta
Posyandu.
Dengan Keaadaan Gizi Anak
Fakultas Ekologi Manusia IPB.
Batita
Bogor.
Keluarga
Pedesaan
Propinsi
dan
Miskin
di
Perkotaan
Sumatera
Barat
Anak
Balita
Jurnal.
Rosmana, D. 2003. Hubungan Pola
Asuh Gizi dengan Status Gizi
Tahun 2002. Tesis. Program
Anak
Studi Pasca Sarjana FKM UI
Kabupaten
Depok. Jakarta.
Banten Tahun 2003. Tesis.
Istiany, A dan Ruslianti. 2013. Gizi
Terapan. Remaja Rosdakarya.
Bandung.
Mardiana. 2006. Hubungan Perilaku
Dengan Status Gizi Balita di
Puskesmas Tanjung Beringin
Usia
6-24
Serang
Bulan
di
Propinsi
Program Pasca Sarjana FKM
UI Depok. Jakarta.
Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan
Aplikasinya.
Jakarta
:
Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional.
Sulistyoningsih, H. 2012. Gizi Untuk
Ibu dan Anak. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Tarigan, S. 2003. Kesehatan Anak
Balita. Pijar Lentera. Bandung.
Widjaja, M. C. 2007. Gizi Tepat
Untuk
Perkembangan
dan
Kesehatan
Otak
Balita.
Agromedia Pustaka. Jakarta.
POLA ASUH PADA BALITA GIZI BAIK DAN GIZI BURUK DI DESA
KLUMPRIT KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO
Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Ijazah S1 Gizi
Disusun oleh :
SWARI MEGAASMORO
J310 100 047
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
POLA ASUH PADA BALITA GIZI BAIK DAN GIZI BURUK DI DESA
KLUMPRIT KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO
Swari Megaasmoro (J 310 100 047)
Pembimbing : Muwakhidah, SKM., M.Kes
Kristien Andriani, SKM., M.Si
Program Studi Ilmu Gizi Jenjang S1 Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta 57162
Email : [email protected]
ABSTRACT
PARENTING TODDLER NUTRITION ON GOOD AND BAD NUTRITION IN
KLUMPRIT VILLAGE OF MOJOLABAN TOWN IN SUKOHARJO REGENCY
Introduction: parenting on children toddlers are always related to the feeding
that eventually will contribute its nutrition value status. The lack of intake of
nutrients and the presence of infectious diseases is the direct cause of the
occurrence of malnutrition. Toddler nutrition data, based on the village of Klumprit
has a percentage of poor nutrition status of 2,73%, 7%, less nutrients. Klumprit
village has the highest percentage of toddler bad nutrition in the region work
Puskesmas Mojolaban
Objective: know the description of parenting a toddler good nutrition and
malnutrition in Klumprit village of Mojolaban town in Sukoharjo Regency.
Research methods: qualitative descriptive nature Research in methods of
indepth interview and subject in this study is the mother who has toddlers aged
12 to 59 months with good nutritional status and poor nutritional status and its not
working. The subject consists of 3 respondents Toddler Nutrition and nutritional
toddler bad respondents 3. The research was carried out in Klumprit village of
Mojolaban town in Sukoharjo Regency.
Results: parenting mothers in feeding practices of good nutrition and toddler
malnutrition not much different except in the awarding of the fruit, the
respondents rarely give bad nutrition toddler fruit toddler. The practice of
exclusive breast feeding, there were 2 respondents toddler malnutrition do not
provide exclusive ASI to toddler. Health maintenance practices against toddler
toddler respondents malnutrition not as good as the good nutritional toddler
respondents always pay close attention to hygiene and health toddler, whereas
the practice of monitoring the growth of children, based on last year's
respondents one KMS Toddler Nutrition and nutritional toddler bad respondents
actively carry toddler into the posyandu, but there is 1 respondent malnutrition
that 4 times not brought toddler to the posyandu.
Conclusion: the mother's parenting toddlers malnutrition compared to maternal
parenting toddlers good nutrition, can be seen from the practice of the mother in
the granting of the fruit to a toddler, exclusive breast feeding, growth monitoring
and health care toddlers
Key Words : Parenting, Nutritional status
kemampuan psikomotor anak; 2)
PENDAHULUAN
pemberian makan yang responsif,
Balita atau yang dikenal juga
termasuk dorongan untuk makan,
dengan anak prasekolah adalah
memperhatikan nafsu makan anak,
anak
satu
waktu pemberian, kontrol terhadap
sampai lima tahun. Masa periode di
makanan antara anak dan pemberi
usia ini, balita mempunyai dorongan
makan, dan hubungan yang baik
pertumbuhan
dengan
yang
berusia
antara
yang
bertepatan
biasanya
dengan
periode
anak
selama
memberi
makan; 3) situasi pemberian makan,
peningkatan asupan makan dan
termasuk
nafsu makan (Sulistyoningsih, 2012).
waktu
Pertumbuhan
perkembangan
tertentu, perhatian dan perlindungan
pada masa balita terjadi dengan
selama makan. Pemberian makan
sangat
sehingga
pada anak dan kebiasaan makan
membutuhkan suplai makanan dan
dalam keluarga menjadi pengaruh
gizi
yang sangat besar. Anak biasanya
dan
pesat
dalam
jumlah
yang
cukup
(Tarigan, 2003).
pemberian
dari
gangguan,
makan
yang
mengikuti apa yang dimakan oleh
Pola asuh makan anak selalu
berkaitan
bebas
dengan
kegiatan
orang tua dan saudara-saudaranya.
Pengetahuan gizi yang baik dari ibu
pemberian makan yang akhirnya
sangat
akan memberikan sumbangan status
keterampilan
gizinya. Praktek pemberian makan
hidangan untuk keluarga, sesuai
pada anak memiliki peran yang
dengan
sangat besar dalam asupan nutrisi
ekonomi (Istiany, 2013).
anak.
Ada
tiga
dalam
selera
dan
serta
menyusun
keadaan
yang
Keadaan gizi pada tingkat
tersebut,
keluarga sangat dipengaruhi oleh
yaitu : 1) menyesuaikan metode
tingkat kemampuan keluarga dalam
pemberian
menyediakan pangan sesuai dengan
mempengaruhi
perilaku
diperlukan,
asupan
makan
dengan
kebutuhan
anggota
keluarga,
perkembangan
balita
selain
pengetahuan dan perilaku keluarga
diperoleh dari asupan energi dan
dalam
membagi
protein, beberapa zat gizi mikro
makanan di tingkat rumah tangga
diperlukan terutama untuk produksi
(Munadhiroh,
enzim, hormon, pengaturan proses
mengolah
dan
2009).
Masalah
kekurangan gizi yang terjadi pada
biologis untuk
balita erat kaitannya dengan perilaku
perkembangan, fungsi imun dan
ibu, dilihat dari kebiasaan yang salah
sistem reproduktif (Devi, 2010).
dari ibu terhadap gizi balitanya.
pertumbuhan dan
UNICEF
(United
Nations
Kurang gizi pada balita dapat juga
Children’s Fund) menyatakan bahwa
disebabkan oleh perilaku ibu dalam
ada
pemilihan
terjadinya
kurang
bahan
tepat.
makanan
Pemilihan
yang
dua
penyebab
gizi
langsung
buruk,
yaitu
bahan
kurangnya asupan gizi dari makanan
makanan dan tersedianya jumlah
dan akibat dari terjadinya penyakit
makanan
yang
yang
cukup
keanekaragaman
dipengaruhi
dan
menyebabkan
infeksi.
makanan
Kurangnya asupan zat gizi dapat
tingkat
disebabkan oleh terbatasnya jumlah
oleh
pengetahuan ibu tentang makanan
makanan
dan gizinya. Ketidaktahuan ibu dapat
makanannya tidak memenuhi unsur
menyebabkan kesalahan pemilihan
zat gizi yang dibutuhkan. Malnutrisi
makanan
yang
terutama
untuk
balita
(Mardiana, 2006).
berat
yang
dikonsumsi
terjadi
akibat
atau
penyakit
disebabkan oleh rusaknya beberapa
Anak yang dilahirkan dengan
fungsi organ tubuh sehingga tubuh
badan
tidak
rendah
berpotensi
dapat
menyerap
zat-zat
menjadi anak dengan gizi kurang,
makanan dengan baik (Handono,
bahkan menjadi buruk. Gizi buruk
2010).
pada balita akan berdampak pada
Berdasarkan hasil penelitian
penurunan tingkat kecerdasan atau
Harsiki (2003), terdapat hubungan
IQ. Setiap anak yang menderita gizi
yang bermakna antara pola asuh
buruk memiliki resiko kehilangan IQ
anak dengan keadaan gizi anak
10-13
batita. Penelitian yang dilakukan
poin.
Dampak
yang
diakibatkan lebih jauh lagi adalah
oleh
meningkatnya
adanya hubungan yang bermakna
kejadian
kesakitan
dan kematian. Pertumbuhan dan
Rosmana
(2003),
bahwa
antara pola asuh gizi dengan status
buruk
gizi anak usia 6-24 bulan.
Puskesmas Mojolaban. Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian
tertinggi
di
wilayah
dilakukan di Desa Klumprit karena
Munthofiah (2008), pengetahuan ibu
berdasarkan
tentang
cara
menunjukkan prevalensi gizi buruk
mempunyai
sebesar 2,73%, gizi kurang 7%, gizi
kesehatan
pengasuhan
dan
anak
pengaruh yang sangat signifikan
survei
pendahuluan
baik 87,16% dan gizi lebih 3,11%.
terhadap status gizi balita. Ibu yang
Populasi dalam penelitian ini
mempunyai pengetahuan yang baik
adalah ibu yang memiliki balita
kemungkinan 17 kali lebih besar
berusia 12-59 bulan dengan status
untuk memiliki balita dengan status
gizi baik dan status gizi buruk yang
gizi baik bila dibandingkan dengan
bertempat tinggal di Desa Klumprit
ibu yang memiliki pengetahuan yang
Kecamatan Mojolaban, Kabupaten
buruk. Perilaku ibu dalam masalah
Sukoharjo dengan jumlah seluruh
kesehatan dan pengasuhan anak
balita yaitu sebanyak 257 balita.
dengan
status
juga
Responden dalam penelitian
menunjukan adanya hubungan yang
ini yaitu 3 ibu yang memiliki balita
signifikan. Ibu yang perilakunya baik
gizi buruk dan 3 ibu yang memiliki
mempunyai kemungkinan 3 kali lebih
balita gizi baik. Pengambilan sampel
besar
penelitian untuk ibu yang memiliki
untuk
gizi
balita
mempunyai
balita
dengan status gizi baik dibandingkan
balita
dengan ibu yang perilakunya buruk.
metode purporsive sampling yaitu
gizi
didasarkan
METODE PENELITIAN
Jenis
dengan
Metode
penelitian
wawancara
adalah
(indepth
Penelitian
Mojolaban,
saling berjauhan.
Penelitian ini menggunakan
analisis
data
dikembangkan
kualitatif
atau
yang
analisis
interaktif. Analisis interaktif terdiri
interview).
Desa
pertimbangan
bekerja dan tempat tinggal tidak
deskriptif
digunakan
mendalam
ini
kualitatif
pendekatan
yang
pada
menggunakan
tertentu, yaitu ibu balita yang tidak
penelitian
merupakan
baik
dilaksanakan
Klumprit
Kabupaten
di
Kecamatan
Sukoharjo
karena wilayah ini persentase gizi
atas tiga komponen yaitu :
1.
Reduksi data
Merupakan proses pemilihan,
pemusatan
perhatian
pada
penyederhanaan,
dalam
pengabstraksian
3.
makanan
dan
utama pada balitanya, sebagian
transformasi data kasar dari
besar responden balita gizi baik
catatan
dan responden balita gizi buruk
tertulis
dengan
memfokuskan data yang relavan
selalu
melalui
pokok yang sama dalam satu hari
pemisahan
data,
mempertegas data, membuang
2.
memberikan
memberikan
makanan
makan.
hal yang tidak penting dan
Porsi makan responden
mengatur data agar kesimpulan
balita gizi baik dan responden
akhir dapat dilakukan.
balita
Penyajian data
memberikan
Adanya suatu penyajian data
sendok makan atau sekitar 15
kualitatif dalam bentuk kolom,
gram, namun meskipun demikian
tabel, maupun deskripsi.
terdapat satu responden balita
Penarikan kesimpulan
gizi baik dan dua responden
Penarikan
kesimpulan
dapat
gizi
balita
buruk
nasi
gizi
sedikitnya
hanya
buruk
tiga
yang
dilakukan berdasarkan dari hasil
memberikan nasi sebanyak satu
penelitian
dengan
centong atau sekitar 100 gram.
dari
Porsi lauk ketiga responden balita
memperhatikan
hasil
wawancara dan observasi.
gizi baik dan ketiga responden
balita
gizi
buruk
mengatakan
sehari
memberikan
HASIL DAN PEMBAHASAN
sedikitnya
1. Pemberian Makan Balita
tempe dan tahu
Praktek responden dalam
usaha
pemberian
terhadap
makan
potong atau sekitar 25 gram,
tetapi
terkadang
memberikan
meliputi
tahu dan tempe sebanyak dua
komposisi dan porsi makanan,
potong atau sekitar 50 gram.
frekuensi
buah,
balita,
sebanyak satu
makan,
pemberian
Ketiga responden balita gizi baik
pemberian
makanan
mengaku terkadang memberikan
selingan,
banyaknya
diberikan,
jenis
jajan
jajanan
dan
yang
telur sebanyak satu butir atau
sekitar
60
gram
dan
untuk
responden balita gizi
pemberian daging ayam ketiga
baik dan responden balita gizi
responden balita gizi baik dan
buruk masih kurang beragam
tiga responden balita gizi buruk
memberikan
merupakan sumber vitamin dan
daging ayam kepada balitanya
mineral yang berfungsi sebagai
sebanyak
atau
zat pengatur dalam tubuh, karena
sekitar 50 gram. Pemberian lauk
penting sebagai proses tumbuh
hewani dalam sehari tidak selalu
kembang
diberikan
Kekurangan konsumsi buah dan
juga
terkadang
satu
potong
oleh
responden,
keenam
maka
dapat
sayur
secara
dapat
normal.
mengakibatkan
diasumsikan porsi lauk pauk yang
pertumbuhan
yang
lambat,
diberikan tidak sesuai dengan
mineralisasi tulang yang tidak
pedoman makanan balita. Hal ini
cukup, cadangan zat besi yang
sesuai dengan pendapat Widjaja
kurang dan anemia.
balita
Porsi buah yang diberikan
daging
ketiga responden balita gizi baik
masing-masing 50 gram tempe,
yaitu sekitar 50 gram hingga 100
tahu, ikan, telur dan daging ayam
gram setiap harinya, dan pada
dalam satu hari.
responden gizi buruk terdapat
(2007),
menganjurkan
diberikan
4-5
porsi
Pemberian
sayur
pada
satu responden balita gizi buruk
gizi
juga
masih
yang memberikan buah kepada
kurang. Responden balita gizi
balitanya setiap hari sekitar 50
buruk hanya memberikan sayur
gram
yang diinginkan balitanya saja,
sedangkan
dan untuk sekali makan sayur
responden balita gizi buruk hanya
yang
diberikan
hanya
sedikit,
memberikan
lebih
banyak
kuah
yang
balita
buruk
hingga
hingga
responden
Berdasarkan
gizi
baik
gram,
dua
buah
diantara
50
gram
hingga 100 gram satu minggu
diberikan. Porsi pemberian sayur,
balita
100
tiga
minggu
sekali.
penelitian
yang
memberikan sayur satu centong
dilakukan Riyadi (2009), bahwa
sayur
gram,
buah berperan sebagai sumber
sedangkan responden balita gizi
vitamin dan mineral yang sangat
buruk memberikan sayur dengan
penting
porsi
pertumbuhan.
atau
yang
banyak
sekitar
sedikit
memberikan
75
dan
lebih
untuk
proses
kuahnya.
Responden balita gizi baik
Menurut Almatsier (2011), bahwa
dan responden balita gizi buruk
sayur
mengatakan
dan
buah-buahan
bahwa
balitanya
pernah jajan. Ketiga responden
gizinya bila hanya mengandalkan
balita
dua
makanan pokok saja, yaitu yang
buruk
dikonsumsi pada pagi, siang dan
hari
malam hari, karena belum tentu
kepada
anak dapat makan sesuai dengan
gizi
responden
mengatakan
memberikan
baik
balita
tidak
dan
gizi
setiap
jajanan
balitanya, namun satu responden
porsi
yang membiarkan balitanya jajan
Makanan selingan yang diberikan
setiap hari dan sebanyak empat
dapat
hingga lima kali sehari.
kalori kepada anak.
Dua responden balita gizi
baik dan dua responden balita
yang
dibutuhkannya.
memberikan
tambahan
2. Pemberian ASI Ekslusif dan
Susu Formula
gizi buruk memberikan makanan
Pemberian
ASI
ekslusif
formula
yang
yaitu
lama
utama kepada balitanya tiga kali
dan
sehari yaitu pada waktu pagi,
dimaksudkan
siang
Satu
pemberian ASI hingga pemberian
responden balita gizi baik dan
susu formula. Berdasarkan hasil
satu responden balita gizi buruk
wawancara
memberikan
utama
dengan responden balita gizi baik
balitanya dua kali sehari pada
dan responden balita gizi buruk,
waktu
hari.
bahwa ketiga responden balita
selingan,
gizi baik memberikan ASI ekslusif
dan
pagi
Pemberian
sore
hari.
makanan
dan
sore
makanan
susu
yang
dilakukan
ketiga responden balita gizi baik
dan
memberikan makanan selingan
setelah balitanya berusia 6 bulan.
kepada balitanya dua kali sehari,
Berbeda dengan responden balita
begitu pula dengan responden
gizi
balita gizi buruk dan dari ketiga
responden balita gizi buruk yang
responden balita gizi buruk, dua
memberikan ASI ekslusif dan dua
responden memberikan makanan
responden
selingan kepada balitanya dua
mengaku memberikan ASI hanya
kali sehari dan satu responden
selama tiga bulan dikarenakan
memberikan makanan selingan
ASI yang tidak keluar atau balita
hanya satu kali sehari. Menurut
muntah jika diberikan.
Istiany (2013), bahwa anak yang
kurang
tercukupi
kebutuhan
susu
buruk,
ASI
untuk
formula
diberikan
terdapat
balita
sangat
kesehatan
gizi
satu
buruk
dibutuhkan
bayi
dan
mendukung
pertumbuhan
Timbulnya
dan
gizi
kurang
secara
bukan saja karena makanan yang
optimal. Bayi yang mendapatkan
kurang tepat tetapi juga karena
ASI ekslusif akan memperoleh
penyakit.
semua
serta
mendapatkan makanan dengan
gizinya
cukup baik tetapi sering diserang
secara maksimal sehingga anak
diare atau demam, akhirnya akan
akan lebih sehat, lebih tahan
menderita gizi kurang, sehingga
terhadap infeksi, tidak mudah
terlihat bahwa interaksi antara
terkena alergi, dan lebih jarang
konsumsi makanan yang kurang
sakit
2012).
dan penyakit infeksi merupakan
penelitian
hal yang saling mempengaruhi
perkembangan
bayi
kelebihan
terpenuhi
ASI
kebutuhan
(Sulistyoningsih,
Berdasarkan
hasil
Anak
Widodo (2003), bahwa gangguan
(Soekirman, 2000).
kesehatan berupa diare, panas,
Kebersihan
yang
lingkungan
batuk dan pilek lebih banyak
yang kurang baik bagi balita gizi
ditemukan pada bayi yang tidak
buruk
diberi ASI secara ekslusif.
kesehatan balita. Hal ini bisa
3. Cara Pemeliharaan Kesehatan
Balita
akan
mempengaruhi
dilihat dari lingkungan bermain
balita yang tidak terlihat baik,
Cara
pemeliharaan
karena balita gizi buruk terbiasa
kesehatan pada balita meliputi
bermain di dalam atau di halaman
jenis
penyakit
infeksi
yang
rumah
balita,
upaya
yang
bersih.
Meskipun
untuk
balita
gizi
diderita
dilakukan
responden
mencegah
penyakit
dan
pada
mengobati
balita.
Balita
yang
memberikan
gizi
sering
membiasakan
dibandingkan
dengan
penyakit
kurang
responden
buruk
selalu
makan
secara
teratur, tetapi responden balita
dengan status gizi buruk lebih
terserang
terlihat
buruk
masih
belum
balitanya
untuk
balita
mencuci tangan setelah bermain,
status gizi baik hal ini dapat
sebelum dan setelah makan atau
dikarenakan
penyakit
sebelum tidur, berbeda dengan
yang diderita oleh balita gizi
responden balita gizi baik yang
buruk.
selalu
riwayat
membiasakan
balitanya
untuk mencuci tangan setelah
bermain, sebelum atau setelah
menimbangkan
makan dan sebelum tidur.
posyandu.
4. Pemantauan
Pertumbuhan
Balita
balitanya
Posyandu
kegiatan
ke
merupakan
untuk
menunjang
Pemantauan pertumbuhan
penurunan Angka Kematian Ibu
balita meliputi upaya responden
(AKI) dan Angka Kematian Bayi
baik dan responden gizi buruk
(AKB)
dalam usaha meningkatkan dan
pemberdayaan
memantau
(Istiyani, 2013).
status gizi.
Upaya
melalui
upaya
masyarakat
responden balita gizi baik dalam
meningkatkan
dan
memantau
status gizi yaitu responden balita
gizi baik aktif membawa balitanya
ke posyandu dan berdasarkan
KESIMPULAN
1. Pemberian Makan Balita
a. Ketiga responden balita
hasil pengamatan pada Kartu
gizi
Menuju
Sehat
memberikan
selama
satu
(KMS)
tahun
balita
diketahui
baik
selalu
balitanya
sayur setiap kali makan,
bahwa responden dari balita gizi
sedangkan
baik selalu membawa balitanya
balita gizi buruk jarang
setiap bulan ke posyandu untuk
memberikan
memantau perkembangan berat
kepada
badan
balitanya.
Begitupula
makan.
dengan
responden
balita
gizi
b. Tiga
responden
sayur
balitanya
responden
saat
balita
buruk dalam meningkatkan dan
gizi
memantau status gizi balitanya,
responden
berdasarkan Kartu Menuju Sehat
buruk selalu memberikan
(KMS)
tahun
buah kepada balitanya
responden balita gizi buruk aktif
setiap hari, terdapat dua
membawa balitanya ke posyandu
responden
setiap bulan, tetapi terdapat satu
buruk memberikan buah
responden
buruk
kepada
balitanya
dua
berdasarkan Kartu Menuju Sehat
minggu
hingga
tiga
(KMS) dalam satu tahun terakhir,
minggu sekali.
selama
dalam
balita
empat
satu
gizi
kali
tidak
baik
dan
satu
balita
gizi
balita
gizi
c. Perilaku
dalam
3. Pemeliharaan
Kesehatan
pemberian jajan diantara
Balita
tiga responden balita gizi
a. Balita gizi buruk lebih
buruk,
terdapat
satu
responden
gizi
yang
membiarkan
balitanya
jajan
buruk
sering
terserang
jika
sakit
dibandingkan
dengan balita gizi baik,
setiap
dan dua balita gizi buruk
hari dan sebanyak empat
memiliki riwayat penyakit
hingga lima kali sehari,
yaitu
berbeda dengan ketiga
dan flek paru-paru.
responden
baik
balita
yang
membiasakan
gizi
tidak
balitanya
untuk jajan.
b. Dua
kelainan
jantung
responden
balita
gizi buruk menggunakan
pengobatan
secara
tradisional jika balitanya
2. Pemberian ASI Ekslusif dan
sakit,
jika
sakit
yang
Susu Formula
diderita tiidak membaik
a. Ketiga responden balita
baru
gizi
baik
responden
dan
satu
balita
gizi
dibawa
pelayanan kesehatan.
c. Responden
balita
buruk memberikan ASI
buruk
ekslusif kepada balitanya
membiasakan
dan memberikan susu
untuk
formula setelah balitanya
setelah
berusia 6 bulan.
sebelum
b. Dua
responden
balita
masih
makan,
dan
dan
ASI
responden
berusia
tiga
bulan
belum
balitanya
bermain,
tidur,
balitanya
gizi
mencuci tangan
gizi buruk memberikan
hingga
ke
setelah
sebelum
berbeda dengan
baik
balita
gizi
yang
selalu
dikarenakan muntah saat
membiasakan
balitanya
diberikan ASI dan ASI
untuk
sudah tidak keluar lagi
setelah
dan digantikan dengan
sebelum
susu formula.
makan,
tidur.
mencuci tangan
bermain,
dan
dan
setelah
sebelum
4. Pemantauan
Pertumbuhan
2. Bagi Puskesmas
Balita
Pelayanan kesehatan
a. Berdasarkan
Menuju
Kartu
Sehat
(KMS)
diharapkan dapat lebih sering
memberikan
konseling
balita selama satu tahun
pemberian
terakhir
satu
frekuensi
responden yang, selama
dilakukan
empat
tidak
menggunakan contoh menu
menimbangkan balitanya
makanan dengan komposisi
ke posyandu.
yang
terdapat
kali
b. Berat badan balita gizi
makan
makan
beraneka
Menuju
memberikan
tidak
mengalami
peningkatan
yang
ragam,
takaran porsi yang sebaiknya
diberikan
(KMS)
dapat
dengan
buruk berdasarkan Kartu
Sehat
dan
kepada
mengenai
balita,
penyuluhan
pentingnya
ASI
ekslusif dan pemberian susu
signifikan, beberapa kali
formula
serta
memberikan
terjadi penurunan berat
informasi
badan
bahkan
tetap
kebersihan lingkungan dan
berada
dibawah
garis
kebersihan balitanya.
mengenai
3. Bagi Penelitian Lanjut
merah.
SARAN
Hasil
1. Bagi Masyarakat
penelitian
ini
dapat
menjadi pijakan awal untuk
Perlunya peningkatan
pengetahuan ibu khususnya
yang
memiliki
balita
gizi
buruk mengenai pemberian
mengembangkan penelitianpenelitian
selanjutnya
dan
peneliti dalam penelitian ini
makan terhadap balitanya,
pemberian ASI ekslusif dan
susu
balitanya
formula
kepada
serta
memperhatikan
lebih
kebersihan
dan kesehata balitanya.
tidak
dapat
memantau
keadaan responden dari pagi
hingga malam hari.
DAFTAR PUSTAKA
Kecamatan
Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar
Fakultas
Kesehatan
Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka
Masyarakat
Universitas
Utama. Jakarta.
Sumatera
Devi, M. 2010. Analisis FaktorFaktor
yang
Berpengaruh
Hinai.
Utara.
Munadhiroh, L. 2009. Hubungan
Tingkat
Pedesaan.
Pengetahuan
Kejuruan,
Vol
33,
dan
No.
2,
Handono, P.N. 2013. Hubungan
Pengetahuan
Nutrisi,
Pola
Energi
Tingkat
Ekonomi
Gizi
dan
dengan
Status Kadarzi Di Desa Subah
Kecamatan Subah Kabupaten
September 2010: 183-192.
Tingkat
Sumatera
Utara.
Terhadap Status Gizi Balita di
Teknologi
Skripsi.
Pada
Makan,
dan
Konsumsi
Batang.
Jurusan
Kesehatan
Masyarakat UNES. Semarang.
Munthofiah,
S.
2008.
Hubungan
Antara Pengetahuan, Sikap,
Dengan Status Gizi Anak Usia
dan
Lima Tahun di Wilayah Kerja
Status Gizi Anak Balita. Tesis.
Puskesmas Selogiri, Wonogiri.
Universitas
Jurnal.
Surakarta.
AKPER
Giri
Satria
Perilaku
Ibu
Dengan
Sebelas
Maret.
Riyadi, H dan Sukandar, D. 2009.
Husada. Wonogiri.
Harsiki, T. 2003. Hubungan Pola
Asupan
Gizi
Asuh Anak dan Faktor Lain
Peserta
Posyandu.
Dengan Keaadaan Gizi Anak
Fakultas Ekologi Manusia IPB.
Batita
Bogor.
Keluarga
Pedesaan
Propinsi
dan
Miskin
di
Perkotaan
Sumatera
Barat
Anak
Balita
Jurnal.
Rosmana, D. 2003. Hubungan Pola
Asuh Gizi dengan Status Gizi
Tahun 2002. Tesis. Program
Anak
Studi Pasca Sarjana FKM UI
Kabupaten
Depok. Jakarta.
Banten Tahun 2003. Tesis.
Istiany, A dan Ruslianti. 2013. Gizi
Terapan. Remaja Rosdakarya.
Bandung.
Mardiana. 2006. Hubungan Perilaku
Dengan Status Gizi Balita di
Puskesmas Tanjung Beringin
Usia
6-24
Serang
Bulan
di
Propinsi
Program Pasca Sarjana FKM
UI Depok. Jakarta.
Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan
Aplikasinya.
Jakarta
:
Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional.
Sulistyoningsih, H. 2012. Gizi Untuk
Ibu dan Anak. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Tarigan, S. 2003. Kesehatan Anak
Balita. Pijar Lentera. Bandung.
Widjaja, M. C. 2007. Gizi Tepat
Untuk
Perkembangan
dan
Kesehatan
Otak
Balita.
Agromedia Pustaka. Jakarta.