T1 802008123 Full text

PERBEDAAN KECERDASAAN EMOSIONAL PADA SISWA
PENGURUS OSIS DENGAN SISWA BUKAN PENGURUS OSIS
DI SMA 1 SURUH SALATIGA

OLEH
DHITA PRABANDARI
80 2008123

TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk
Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015

PERBEDAAN KECERDASAN EMOSIONAL PADA SISWA PENGURUS
OSIS DENGAN SISWA BUKAN PENGURUS OSIS

DI SMA 1 SURUH SALATIGA

Dhita Prabandari
Heru Astikasari S. Murti

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada perbedaan kecerdasan emosional pada
siswa pengurus OSIS dengan siswa bukan pengurus OSIS. Populasi dalam penelitian ini
adalah siswa pengurus OSIS dan siswa bukan pengurus OSIS. Pengambilan sampel
pengurus OSIS menggunakan sampel jenuh, yaitu semua anggota populasi dijadikan
sampel yaitu sebanyak 30 siswa. Sedangkan untuk sampel bukan pengurus OSIS
menggunakan teknik proportional random sampling. Skala kecerdasan emosional

disusun berdasarkan komponen kecerdasan emosional yang dikemukakan oleh Goleman
(2000) yaitu kemampuan interpersonal, kemampuan intrapersonal, penyesuaian diri,
penanganan stress, dan suasana hati. Teknik analisis menggunakan Uji Independen T
Tes. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
kecerdasan emosional pada siswa yang pengurus OSIS dan bukan pengurus OSIS
dengan nilai thitung sebesar 5,586 dengan signifikansi sebesar 0,000, karena nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05), sehingga Ha diterima. Artinya terdapat
perbedaan yang signifikan antara kecerdasan emosional pada siswa yang pengurus OSIS
dan bukan pengurus OSIS.
Kata kunci : kecerdasan emosional, pengurus OSIS dan bukan pengurus OSIS

i

Abstract

This study aimed to see whether there are differences in emotional intelligence in
students with student council members are not members of the student council. The
population in this study were students and student council members are not members of
the student council. Sampling council members using saturated sample, ie all members
of the population sampled as many as 30 students. While not a member of the student

council for samples using proportional random sampling technique. Emotional
intelligence scale is based on components of emotional intelligence suggested by
Goleman (2000), namely interpersonal skills, ability intrapersonal, adjustment,
handling stress, and mood. Independent test analysis techniques using T test. The
results showed that there are significant differences between emotional intelligence in
students whose members are not members of the student council and the student council
with tcount of 5.586 with a significance of 0.000, because the significance value less
than 0.05 (0.000 0,05),
maka dapat disimpulan data dalam penelitian ini normal.
Statistik Deskriptif.
Untuk menentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel kecerdasan
emosi digunakan 5 kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat
rendah,. Untuk mengetahui interval maka digunakan rumus sebagai berikut:
Interval

=

Untuk perhitungan diperoleh nilai interval sebagai berikut:
Interval =


= 30

Tabel
Kriteria Skor Kecerdasan Emosi Anggota OSIS
Anggota OSIS
Bukan Anggota OSIS
Inerval
Kategori
F
%
Mean std F
%
Mean std
0
0.00%
0
0.00%
50 ≤ x ≤ 80
Sangat Rendah
0

0.00%
0
0.00%
80 ≤ x < 110
Rendah
3
10.00%
19 63.33%
110 ≤ x < 140
Sedang
151.03 9.11
138.27 8.59
27 90.00%
11 36.67%
140 ≤ x < 170
Tinggi
0
0.00%
0
0.00%

170 ≤ x < 200 Sangat Tinggi
Total
30 100.00%
30 100.00%
Hasil analisis deskriptif di atas menunjukan bahwa kecerdasan emosi pada siswa
anggota OSIS cenderung berada pada kategori tinggi dengan nilai rata-rata 151.03.
Sedangkan untuk siswa bukan anggota OSIS cenderung berada pada kategori sedang
dengan nilai rata-rata 138.30

12

Hasil Uji Perbedaan
Berikut disajikan hasil olahan Independen t Test perbedaan kecerdasan emosi
pada siswa yang pengurus OSIS dan bukan pengurus OSIS. Hasil uji beda (t-test)
menunjukan nilai thitung sebesar 5,586 dengan signifikansi sebesar 0,001, karena nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05), sehingga Ha diterima. Artinya terdapat
perbedaan yang signifikan antara kecerdasan emosi pada siswa yang pengurus OSIS dan
bukan pengurus OSIS

Tabel

Uji Indepenten T Test
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances

F
Kecersasan EmosiEqual variances
assumed
Equal variances
not assumed

.529

Sig.
.470

t-test for Equality of Means

t
5.586

5.586

Mean
Std. Error
Sig. (2-tailed) Difference Difference

df
58
57.803

Lower

.001

12.77

2.286

8.192


.001

12.77

2.286

8.191

Pembahasan
Hasil analisis data terhadap kecerdasan emosi pada siswa yang anggota OSIS
dan bukan anggota OSIS diperoleh nilai thitung sebesar 5,586 dengan signifikansi sebesar
0,000, karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,001 < 0,05), sehingga Ha
diterima. Artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara kecerdasan emosi pada
siswa yang pengurus OSIS dan bukan pengurus OSIS.

95% C
Interva
Diffe

13


Hal ini berarti bahwa siswa pengurus OSIS memiliki tingkat kecerdasan yang
tinggi dibandingkan dengan siswa bukan pengurus OSIS. Hal ini sesuai dengan
pendapat Goleman (2001) yang menyatakan jika kecerdasan emosional adalah
kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam
menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan serta mengatur
keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan
emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati
(Goleman,2001).
Perbedaan dua mean kecerdasan emosi pada siswa yang pengurus OSIS dan
bukan pengurusOSIS dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel
Perbedaan Kecerdasan Emosi Pasa Siswa Pengurus OSIS dan Bukan Pengurus
OSIS
Group Statistics

Kecersasan Emosi

Perbedaan

PengurusOSIS
BukaPengurus OSIS

30

Mean
151.03

Std. Deviation
9.107

Std. Error
Mean
1.663

30

138.27

8.590

1.568

N

Hasil statistik menujukkan bahwa rata-rata jawaban responden mengenai
kecerdasan emosi pada siswa yang pengurus OSIS lebih besar dari siswa bukan
pengurus OSIS. Hal ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosi pada siswa pengurus
OSIS lebih tinggi dari siswa bukan pengurus OSIS, hal ini karena siswa pengurus OSIS
cenderung memiliki variasi aktivitas yang lebih banyak karena harus melaksanakan
tugas sebagai pengurus OSIS dan biasa disibukkan dengan adanya berbagai macam
kegiatan. Berbeda dengan siswa bukan pengurus OSIS yang kegiatannya pada
umumnya hanya pergi dan pulang dari sekolah. .Variasi aktivitas dan variasi teman
sebaya tersebut merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan

14

emosional seseorang (Hurlock, 1998) sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa
pengurus OSIS akan memiliki kecerdasan emosional yang lebih tinggi dari siswa
pengurus OSIS.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kecerdasan emosi pada siswa yang
pengurus OSIS dan bukan pengurus OSIS diperoleh nilai thitung sebesar 5,586 dengan
signifikansi sebesar 0,001, karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,001 < 0,05),
sehingga Ha diterima. Artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara kecerdasan
emosi pada siswa yang pengurus OSIS dan bukan pengurus OSIS.

Saran
Berdasarkan hasil yang telah dicapai, serta mengingat masih banyaknya
keterbatasan yang dimiliki oleh penelitian ini, maka dari itu peneliti mengajukan
beberapa saran berikut:
1.

Saran teoritis
Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian tentang

kecerdasan
emosional pada siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler disarankan agar
mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional seperti
lingkungan keluarga, tempat tinggal, lingkungan sekolah dan kegiatan lain yang diikuti
siswa di luar sekolah.

15

2.

Saran Praktis
Para pembina OSIS, guru dan pengurus kegiatan ekstrakulikuler harus

memperhatikan seluruh aspek-aspek yang dapat meningkatkan kecerdasan emosional
siswa, karena kegiatan ekstrakurikuler jenis apapun sebenarnya dapat meningkatkan
kecerdasan emosional siswa menjadi lebih baik lagi. Dari hasil penelitian, siswa bukan
pengurus OSIS nilai rata-rata lebih rendah dari siswa pengurus OSIS Oleh karena itu,
disarankan kepada pembina OSIS, guru dan pengurus kegiatan ekstrakulikuler untuk
memperbaiki cara pembinaan pada siswa agar tidak hanya mengutamakan kemampuan
membaca dan meulis saja, melainkan meningkatkan kemampuan untuk mengaktualkan
diri, belajar untuk mengungkapkan pendapat, ber kelompok yang bertujuan untuk
meningkatkan kecerdasan emosional siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Afiah, 2014. hubungan antara kecerdasan emosional dan penyesuaian social pada
siswa di Mi Sultan Agung Sleman. Fakultas Psikologi. Universitas Gajah
Mada Yogyakarta
Asrori, 2009. Hubungan Kecerdasan Emosi dan Interaksi Teman Sebaya Dengan
Penyesuaian Sosial Pada Siswa Kelas VLLL Program Akselerasi di SMP
Negeri 9 Surakarta. Program Studi Psikologi. Universitas Sebelas Maret

16

Surakarta
Azwar, Saifuddin. 2008. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Chaplin, J. P. (2008). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Cooper, Robert and Ayman Sawaf, 1998, Executive EQ, Emotional Intelligency in
Business, London: Orion Business Book.
Fahmy, Mustafa. 1992. Penyesuaian Diri. Jakarta : Bulan Bintang
Gerungan, W.A. 1988. Psikologi Sosial. Eresco. Jakarta.
Goleman, D, (2000). Kecerdasan Emosional, Mengapa EI lebih Penting dari pada IQ.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hurlock, E.B., (1994). Psikologi
Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Erlangga.
Jakarta
Hadi, Sutrisno. 2004. Metodologi Research Jilid 3. Yogyakarta : Andi
Hurlock, Elizabeth B, 1998. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Ichsan , 2013. hubungan kecerdasan emosi dengan penyesuaian sosial peserta didik
SMP Negeri 20 Padang. Fakultas Psikologi. Universitas Diponegoro
Semarang
Sunarto, dan Hartono, B.A. 2002. Perkembangan Perserta Didik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Supriadi. 2007. Educational Leadership. Jurnal Pendidikan
Suryabrata. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Shapiro, Lawrence, E. (1997). Mengajarkan Emotional Intelligence pada Anak.
Jakarta : Gramedia
Surya, M. (1990). Psikologi Perkembangan. Bandung : Publikasi Jurusan PPB FIP
IKIP Bandung.
Willis , 1993. Konsonansi Kognitif Siwsa Terhadap Peran Guru dan Dampaknya
Terhadap Penyesuaian Sosial Siswa di Sekolah. Disertasi Pada PPS UPI
Bandung
Yosafat, R. (2000). Perbedaan Self Efficacy Siswa Yang Menjadi Anggota Osis
Dengan yang Tidak Menjadi Anggota Osis di SMAN 1 Lawang. ISSN: 0853
8050
Yusuf, L.N. (2004). Psikologi Anak dan Remaja. Remaja Rosdakarya. Bandung.