Evaluasi Penggunaan Aspal Retona Sebagai Campuran Panas Jalan Batas Sarko-Bangko.

(1)

vii Universitas Kristen Maranatha

EVALUASI PENGGUNAAN ASPAL RETONA

SEBAGAI CAMPURAN PANAS

BATAS JALAN SARKO-BANGKO

Kris Yogi D.P.Sibarani NRP: 0721036

Pembimbing: Dr. Budi Hartanto Susilo, Ir., M.Sc. Pembimbing pendamping: Samun Haris, Ir., M.T.

ABSTRAK

Lapisan perkerasan jalan sering mengalami kerusakan struktural sebelum mencapai umur rencana. Kerusakan dapat berupa kerusakan ringan sampai kerusakan berat. Kerusakan yang terjadi dapat disebabkan beberapa faktor, antara lain beban lalu lintas, pengaruh cuaca, jenis aspal, dan pelaksanaan pekerjaan di lapangan.

Campuran lapisan perkerasan jalan terdiri dari material agregrat dan aspal. Persentase aspal cenderung kecil yaitu 4-6 %, tetapi memiliki peranan penting dalam perkerasan jalan. Besarnya pengaruh aspal terhadap struktur perkerasan jalan memacu manusia untuk menciptakan kualitas jalan yang lebih baik dengan ditambahkan berbagai macam zat tambahan, contohnya aspal retona yang menjadi bahan tambahan (additive) dalam campuran panas yang digunakan untuk penelitian tugas akhir ini.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat fisik aspal seperti pengujian kepadatan, kadar aspal, uji analisis saringan agregat halus dan kasar, stabilitas, dan pelelehan plastis (flow).

Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan aspal retona sebagai bahan campuran pada campuran panas bisa diterapkan pada batas jalan arteri Sarko-Bangko karena telah memenuhi ketentuan syarat kepadatan dan kadar aspal. Kata kunci: aspal retona, campuran panas, kepadatan, kadar aspal, analisis saringan agregat.


(2)

viii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

EVALUATION ON USING OF RETONA ASPHALT AS ADDITIVE IN HOT MIX

AT SARKO-BANGKO ROAD BOUNDARY

Kris Yogi D.P.Sibarani NRP: 0721036

Supervisor: Dr. Budi Hartanto Susilo, Ir., M.Sc. Co-Supervisor: Samun Haris, Ir., M.T.

ABSTRACT

The road pavement layer is often suffer a structural damage before reaching the life design. The damage maybe formed as minor damage or major damage. The road pavement layer’s damage can be caused by several factors such us the traffic load, the weather, the type of asphalt or construction on the site.

The road pavement layer mix is consisting of gravel and asphalt. The percentage of asphalt is tended minimally 4-6 percent and it has an important function in the pavement. The enormity of asphalt on the road pavement’s structure push engineer ahead to create a better road quality by added additives ingredients in a mixture of hot mix such as retona asphalt like the additive that used in this study.

The purpose of the study is to know physical asphalt properties such as density, the asphalt measurement and fine or coarse in sieve analysis, stability, and flow

testing.

Based on the experiment, the result that the used of retona asphalt as the additive in the hot mix can be applied in Sarko-Bangko boundary arterial road because it has complied with the terms of density and asphalt measurement.


(3)

xi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR ... ii

SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN TUGAS AKHIR ... v

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR NOTASI ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian... 2

1.3 Ruang Lingkup Penelitian ... 2

1.4 Sistematika Pembahasan ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Penyelenggaran Jalan ... 3

2.1.1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 .... 3

2.1.2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 ... 4

2.2 Sejarah Pembuatan Jalan... 4

2.3 Struktur Perkerasan Jalan ... 5

2.4 Agregat ... 16

2.4.1 Umum ... 16

2.4.2 Ukuran Agregat ... 16


(4)

xii Universitas Kristen Maranatha

2.4.4 Bentuk Agregat ... 18

2.5 Bahan Pengikat ... 20

2.5.1 Umum ... 20

2.5.2 Jenis Aspal ... 20

2.5.3 Sifat Aspal ... 21

2.5.4 Aspal Retona ... 22

2.5.5 Spesifikasi Campuran Aspal ... 23

2.5.6 Komposisi umum campuran ... 24

2.5.7 Kadar aspal/bitumen dalam campuran ... 24

2.6 Metode Marshall ... 24

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGUMPULAN DATA ... 29

3.1 Aspek Penelitian ... 29

3.2 Sumber Data... 29

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 29

3.3.1 Metode Dokumentasi ... 30

3.3.2 Metode Observasi ... 31

3.3.3 Bagan Alir Penelitian ... 36

3.3.4 Marshall Test ... 37

3.3.5 Pengujian analisis saringan agregat halus dan agregat kasar untuk AC-WC ... 38

3.3.6 Uji Statistika ... 43

BAB IV ANALISIS DATA ... 44

4.1 Benda Uji Inti (Core) ... 43

4.2 Uji Laboratorium ... 44

4.2.1 Pengujian kepadatan ... 44

4.2.2 Pengujian Kadar Aspal ... 46

4.2.3 Pengujian Analisis Saringan Agregat Halus dan Agregat Kasar untuk AC-WC ... 48

4.2.4 Hasil Marshall Test ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

5.1 Kesimpulan ... 54


(5)

xiii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA ... 55 LAMPIRAN 1 ... 57 LAMPIRAN 2 ... 61


(6)

xiv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur perkerasan lentur ... 6

Gambar 2.2 Deformasi pada perkerasan jalan ... 14

Gambar 2.3 Retak kulit buaya ... 15

Gambar 2.4 Lubang pada perkerasan jalan ... 15

Gambar 2.5 Susunan saringan dari ukuran paling besar ke kecil ... 17

Gambar 2.6 Peta Provinsi Jambi ... 23

Gambar 2.7 Lokasi penghamparan di Provinsi Jambi ... 23

Gambar 3.1 Pengambilan benda uji inti dengan menggunakan mesin bor uji inti ... 30

Gambar 3.2 Peta lokasi hamparan laston lapis antara dan lapis aus ... 35

Gambar 3.3 Peta lokasi pengambilan benda uji inti (core) ... 36

Gambar 3.4 Bagan alir penelitian... 37

Gambar 3.5 Penimbangan agregat tertahan saringan ½ “ (12,5 mm) ... 39

Gambar 3.6 Penimbangan agregat tertahan saringan 3/8 “ (9,5 mm) ... 40

Gambar 3.7 Penimbangan agregat tertahan saringan nomor 4 (4,75 mm)... 40

Gambar 3.8 Penimbangan agregat tertahan saringan nomor 8 (2,36 mm)... 41

Gambar 3.9 Penimbangan agregat tertahan nomor 16 (1,18 mm) ... 41

Gambar 3.10 Penimbangan agregat tertahan saringan nomor 30 (0,6 mm)... 42

Gambar 3.11 Penimbangan agregat tertahan saringan nomor 50 (0,3 mm)... 42

Gambar 3.12 Penimbangan agregat tertahan saringan omor 200 (0,075 mm) ... 43

Gambar 4.1 Berat kering benda uji dari analisis saringan agregat halus dan agregat kasar untuk AC-WC ... 49

Gambar 4.2 Distribusi agregat ... 50


(7)

xv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tebal nominal minimum lapisan campuran beraspal panas

dengan asbuton ... 9

Tabel 2.2 Ketentuan sifat campuran beraspal panas dengan asbuton ... 9

Tabel 2.3 Ukuran saringan ... 16

Tabel 2.4 Persyaratan asbuton modifikasi ... 22

Tabel 2.5 Nilai Marshall dalam job mix formula AC-WC aspal retona ... 28

Tabel 3.1 Contoh tabel hasil uji kepadatan ... 31

Tabel 3.2 Contoh tabel hasil pengujian untuk mendapatkan kadar aspal ... 33

Tabel 3.3 Contoh tabel hasil pengujian analisis saringan agregat halus dan agregat kasar untuk AC-WC ... 34

Tabel 3.4 Stasioning pengambilan benda uji inti (core) ... 36

Tabel 4.1 Ketentuan kepadatan ... 45

Tabel 4.2 Hasil pengujian untuk mendapatkan tingkat kepadatan ... 45

Tabel 4.3 Hasil pengujian untuk mendapatkan kadar aspal ... 47

Tabel 4.4 Hasil pengujian analisis saringan agregat halus dan agregat kasar untuk AC-WC... 49

Tabel 4.5 Hasil Marshall test dalam pengujian di laboratorium ... 51


(8)

xvi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR NOTASI

AC-Base Asphalt Concrete Base

AC-BC Asphalt Concrete Binder Course

AC-WC Asphalt Concrete Wearing Course

ALWA Artificial Light Weight Aggregate

AMP Asphalt Mixing Plant

BC Binder Course (lapis permukaan antara)

Burda Laburan aspal dua lapis Burtu Laburan aspal satu lapis

Core Benda uji inti

Flow Pelelehan Plastis

Gradasi Pembagian butir agregat HRS Hot Rolled Sheet

HRS-WC Hot Rolled Sheet Wearing Course

HRS-BC Hot Rolled Sheet Base Course

JSD Job Standard Density

Lapen Lapis penetrasi

Lasbutag Lapis Asbuton Agregat Latasir Lapis tipis aspal pasir Lataston Lapis tipis aspal beton

PRD Percentage Refusal Density

Retona Refined Buton Asphalt

SSD Saturated Surfaced Dry

TCE Trichlor Ethylen (larutan yang digunakan untuk ekstraksi benda

uji).

UPA Unit Pencampur Aspal

VFA Void Fill Asphalt (rongga terisi aspal)

VIM Void In Mix (Rongga dalam campuran)

VMA Void Mix Agregat (rongga dalam agregat)

W Weight (Berat)


(9)

xvii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

L.1.1 Stabilitas benda uji hasil laboratorium dengan Job mix formula.

L.1.2 Uji hipotesis pelelehan plastis (flow) hasil uji laboratorium dengan Job mix formula.

L.1.3 Uji hipotesis Marshall Quotient hasil uji laboratorium dengan Job mix formula.

L.1.4 Uji hipotesis rongga di antara agregat (VMA) hasil uji laboratorium dengan Job mix formula.


(10)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jalan raya merupakan salah satu prasarana transportasi darat yang sangat dibutuhkan dalam menunjang pembangunan pada masa sekarang ini. Dengan adanya jalan–jalan penghubung, segala macam kegiatan ekonomi, sosial maupun budaya dapat terlaksana hingga ke daerah-daerah terpencil (Hermadi).

Perkerasan jalan di Indonesia sebagian besar menggunakan aspal minyak (aspal konvensional) dengan penetrasi 60/70. Akan tetapi, penggunaan aspal penetrasi 60/70 masih memiliki kelemahan, salah satunya adalah perkerasan jalan tidak mampu menahan beban lalu lintas yang berlebihan dan temperatur yang tinggi sehingga menimbulkan deformasi. Contohnya, ruas jalan Pantura mengalami kerusakan dini akibat perkerasan jalan tidak mampu menahan kenaikan temperatur yang mencapai 75% pada jam sibuk serta banyaknya kendaraan yang melintasi jalan.

Konstruksi perkerasan jalan dapat dikatakan andal apabila memiliki beberapa sifat antara lain, kuat, aman, nyaman, serta bernilai ekonomis (Hasanudin, 2010). Oleh karena itu, konstruksi perkerasan jalan harus mampu memikul beban lalu lintas dan mempunyai stabilitas yang cukup tinggi untuk menahan beban roda selama umur rencananya.

Penggunaan Retona diharapkan dapat mengatasi kelemahan aspal penetrasi 60/70 tersebut. Aspal Retona dikembangkan melalui proses penyulingan dan ekstraksi asbuton. Proses penyulingan dan ekstraksi tidak mengeluarkan semua mineral dari asbuton, tetapi hanya mempertahankan Refined Buton Asphalt (Retona). Aspal Retona tersebut dieksplorasi oleh PT. Olah Bumi Mandiri yang diproduksi di Jakarta. Aspal Retona ini merupakan bahan tambahan (additive) campuran aspal minyak, guna mempertinggi kualitas titik lembek. Contohnya, ruas jalan batas Sarko-Bangko yang menggunakan aspal retona sebagai bahan tambahan (additive) aspal panas yang dirancang menggunakan prosedur khusus yang diberikan di dalam spesifikasi khusus, untuk menjamin


(11)

2 Universitas Kristen Maranatha bahwa rancangan yang berkenaan dengan aspal/ bitumen, rongga udara, stabilitas, kelenturan dan keawetan yang sesuai.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi hasil penghamparan Aspal Retona pada proyek pemeliharaan jalan batas Sarko-Bangko dengan acuan spesifikasi khusus, yang diterbitkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum, dan Job

Mix Formula.

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian meliputi pengukuran tingkat kepadatan, penghitungan kandungan kadar aspal, penghitungan untuk memperoleh nilai stabilitas dan pelelehan plastis aspal, serta meneliti gradasi agregat untuk AC-WC, pada penggunaan aspal retona sebagai campuran panas yang dihampar di ruas jalan batas Sarko-Bangko, untuk kemudian dibandingkan dengan ketentuan yang ditetapkan di dalam Job Mix Formula.

1.4 Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dari Tugas Akhir ini terdiri dari 5 bab, dengan ruang lingkup pembahasan sebagai berikut:

Bab I yaitu pendahuluan yang berisi tentang uraian mengenai latar belakang, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab II merupakan tinjauan pustaka yang memuat hal- hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan jalan, sejarah pembuatan jalan, struktur perkerasan jalan, agregat, bahan pengikat, dan metode Marshall.

Bab III metode penelitian dan pengumpulan data yang berisi gambaran dan penjelasan langkah-langkah mengenai, aspek penelitian, sumber data, dan metode pengumpulan data.

Bab IV yaitu Analisis Data, berisi data yang digunakan dan proses analisis yang dilakukan, meliputi benda uji inti (core), dan uji laboratorium.


(12)

54 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian di laboratorium, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari hasil pengujian kepadatan yang dilakukan di laboratorium, kepadatan yang diperoleh kepadatan antara 98,10%-98,70%. Dengan demikian, maka keenam benda uji memenuhi Job Standard Density sebesar 98%.

2. Dari hasil pengujian kadar aspal yang dilakukan di dalam laboratorium, kadar aspal yang diperoleh adalah 6,2% memenuhi standar yang ditetapkan di dalam

Job Mix Formula sebesar ±6,1% (5,9%-6,3%).

3. Dari hasil pengujian analisis saringan, menghasilkan nilai agregat halus dan agregat kasar yang sesuai dengan koridor atau persyaratan % lolos. Namun pada saringan No. 4-No. 50 nilai yang diperoleh berada di luar daerah larangan, makan agregat tersebut memiliki VMA (Void in Mix Aregat) yang baik.

4. Dari hasil pengujian Marshall yang meliputi uji stabilitas dan pelelehan plastis (flow) diperoleh nilai stabilitas dan pelelehan plastis yang memenuhi standar yang ditentukan di dalam job mix formula.

Dari keempat pengujian di atas maka aspal retona dinilai dapat memenuhi ketentuan yang ditetapkan di dalam job mix formula untuk campuran beraspal panas pada jalan batas Sarko-Bangko.

5.2 Saran

1. Perlu adanya studi lanjut hubungan kepadatan dengan beban lalu-lintas.

2. Perlu adanya pengamatan kecenderungan saat terjadinya kerusakan pertama kali dari aplikasi yang telah dilakukan.


(13)

55 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

1. Arikunto, 1996, Prosedur Penelitian, Jakarta.

2. Hasanudin, 2010, Pengaruh Mutu Aspal Terhadap Keandalan Perkerasan

Jalan, Majalah Teknik Jalan dan Transportasi Bandung.

3. Hermadi, M. Peluang dan Tantangan dalam Penggunaan Asbuton Sebagai

Bahan Pengikat Pada Perkerasan Jalan.

4. Http://www.scribd.com/doc/Sejarah Perkembangan Jalan Raya di Indonesia

dan Jalan Raya Pos.

5. Http://www.linkpdf.com/dl/aspal retona.pdf Tentang Penggunaan Aspal

Retona.

6. Kementerian Pekerjaan Umum, 2010, Spesifikasi Khusus Campuran Panas

dengan Asbuton.

7. Kementerian Pekerjaan Umum, 2010, Back-Up Quality Proyek Pemeliharaan

Berkala Jalan dan Jembatan.

8. Kementerian Pekerjaan Umum, 2010, Back-Up Quantity Proyek

Pemeliharaan Berkala Jalan dan Jembatan.

9. Kementerian Pekerjaan Umum, 2010, Job Mix Formula AC-WC Asbuton.

Proyek Pemeliharaan Berkala Jalan dan Jembatan. .

10. Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, 2000, Keputusan Nomor 55

Tahun 2000 Tentang Penetapan Status Ruas-Ruas Jalan Sebagai Jalan Provinsi.

11. Menteri Pekerjaan Umum, 2009, Keputusan Nomor 631/KTPS/M/2009

Tentang Penetapan Ruas- Ruas Jalan Menurut Statusnya Sebagai Jalan Nasional.

12. Pemerintah Republik Indonesia, 2006, Peraturan Nomor 34 Tahun 2006

Tentang Jalan.

13. Sukirman S. 1999, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Nova, Bandung. 14. Sukirman S. 2003, Beton Aspal Campuran Panas, Granit, Jakarta.

15. Sukirman S. 2006, Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur, Institut Teknologi Nasional, Bandung.


(14)

56 Universitas Kristen Maranatha 16. Pemerintah Republik Indonesia, 2004, Undang-undang Nomor 38 Tahun


(1)

xvii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

L.1.1 Stabilitas benda uji hasil laboratorium dengan Job mix formula.

L.1.2 Uji hipotesis pelelehan plastis (flow) hasil uji laboratorium dengan Job mix formula.

L.1.3 Uji hipotesis Marshall Quotient hasil uji laboratorium dengan Job mix formula.

L.1.4 Uji hipotesis rongga di antara agregat (VMA) hasil uji laboratorium dengan Job mix formula.


(2)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jalan raya merupakan salah satu prasarana transportasi darat yang sangat dibutuhkan dalam menunjang pembangunan pada masa sekarang ini. Dengan adanya jalan–jalan penghubung, segala macam kegiatan ekonomi, sosial maupun budaya dapat terlaksana hingga ke daerah-daerah terpencil (Hermadi).

Perkerasan jalan di Indonesia sebagian besar menggunakan aspal minyak (aspal konvensional) dengan penetrasi 60/70. Akan tetapi, penggunaan aspal penetrasi 60/70 masih memiliki kelemahan, salah satunya adalah perkerasan jalan tidak mampu menahan beban lalu lintas yang berlebihan dan temperatur yang tinggi sehingga menimbulkan deformasi. Contohnya, ruas jalan Pantura mengalami kerusakan dini akibat perkerasan jalan tidak mampu menahan kenaikan temperatur yang mencapai 75% pada jam sibuk serta banyaknya kendaraan yang melintasi jalan.

Konstruksi perkerasan jalan dapat dikatakan andal apabila memiliki beberapa sifat antara lain, kuat, aman, nyaman, serta bernilai ekonomis (Hasanudin, 2010). Oleh karena itu, konstruksi perkerasan jalan harus mampu memikul beban lalu lintas dan mempunyai stabilitas yang cukup tinggi untuk menahan beban roda selama umur rencananya.

Penggunaan Retona diharapkan dapat mengatasi kelemahan aspal penetrasi 60/70 tersebut. Aspal Retona dikembangkan melalui proses penyulingan dan ekstraksi asbuton. Proses penyulingan dan ekstraksi tidak mengeluarkan semua mineral dari asbuton, tetapi hanya mempertahankan Refined Buton Asphalt (Retona). Aspal Retona tersebut dieksplorasi oleh PT. Olah Bumi Mandiri yang diproduksi di Jakarta. Aspal Retona ini merupakan bahan tambahan (additive) campuran aspal minyak, guna mempertinggi kualitas titik lembek. Contohnya, ruas jalan batas Sarko-Bangko yang menggunakan aspal retona sebagai bahan tambahan (additive) aspal panas yang dirancang menggunakan prosedur khusus yang diberikan di dalam spesifikasi khusus, untuk menjamin


(3)

2 Universitas Kristen Maranatha bahwa rancangan yang berkenaan dengan aspal/ bitumen, rongga udara, stabilitas, kelenturan dan keawetan yang sesuai.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi hasil penghamparan Aspal Retona pada proyek pemeliharaan jalan batas Sarko-Bangko dengan acuan spesifikasi khusus, yang diterbitkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum, dan Job

Mix Formula.

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian meliputi pengukuran tingkat kepadatan, penghitungan kandungan kadar aspal, penghitungan untuk memperoleh nilai stabilitas dan pelelehan plastis aspal, serta meneliti gradasi agregat untuk AC-WC, pada penggunaan aspal retona sebagai campuran panas yang dihampar di ruas jalan batas Sarko-Bangko, untuk kemudian dibandingkan dengan ketentuan yang ditetapkan di dalam Job Mix Formula.

1.4 Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dari Tugas Akhir ini terdiri dari 5 bab, dengan ruang lingkup pembahasan sebagai berikut:

Bab I yaitu pendahuluan yang berisi tentang uraian mengenai latar belakang, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab II merupakan tinjauan pustaka yang memuat hal- hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan jalan, sejarah pembuatan jalan, struktur perkerasan jalan, agregat, bahan pengikat, dan metode Marshall.

Bab III metode penelitian dan pengumpulan data yang berisi gambaran dan penjelasan langkah-langkah mengenai, aspek penelitian, sumber data, dan metode pengumpulan data.

Bab IV yaitu Analisis Data, berisi data yang digunakan dan proses analisis yang dilakukan, meliputi benda uji inti (core), dan uji laboratorium.


(4)

54 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian di laboratorium, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari hasil pengujian kepadatan yang dilakukan di laboratorium, kepadatan yang diperoleh kepadatan antara 98,10%-98,70%. Dengan demikian, maka keenam benda uji memenuhi Job Standard Density sebesar 98%.

2. Dari hasil pengujian kadar aspal yang dilakukan di dalam laboratorium, kadar aspal yang diperoleh adalah 6,2% memenuhi standar yang ditetapkan di dalam

Job Mix Formula sebesar ±6,1% (5,9%-6,3%).

3. Dari hasil pengujian analisis saringan, menghasilkan nilai agregat halus dan agregat kasar yang sesuai dengan koridor atau persyaratan % lolos. Namun pada saringan No. 4-No. 50 nilai yang diperoleh berada di luar daerah larangan, makan agregat tersebut memiliki VMA (Void in Mix Aregat) yang baik.

4. Dari hasil pengujian Marshall yang meliputi uji stabilitas dan pelelehan plastis (flow) diperoleh nilai stabilitas dan pelelehan plastis yang memenuhi standar yang ditentukan di dalam job mix formula.

Dari keempat pengujian di atas maka aspal retona dinilai dapat memenuhi ketentuan yang ditetapkan di dalam job mix formula untuk campuran beraspal panas pada jalan batas Sarko-Bangko.

5.2 Saran

1. Perlu adanya studi lanjut hubungan kepadatan dengan beban lalu-lintas.

2. Perlu adanya pengamatan kecenderungan saat terjadinya kerusakan pertama kali dari aplikasi yang telah dilakukan.


(5)

55 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

1. Arikunto, 1996, Prosedur Penelitian, Jakarta.

2. Hasanudin, 2010, Pengaruh Mutu Aspal Terhadap Keandalan Perkerasan

Jalan, Majalah Teknik Jalan dan Transportasi Bandung.

3. Hermadi, M. Peluang dan Tantangan dalam Penggunaan Asbuton Sebagai

Bahan Pengikat Pada Perkerasan Jalan.

4. Http://www.scribd.com/doc/Sejarah Perkembangan Jalan Raya di Indonesia

dan Jalan Raya Pos.

5. Http://www.linkpdf.com/dl/aspal retona.pdf Tentang Penggunaan Aspal

Retona.

6. Kementerian Pekerjaan Umum, 2010, Spesifikasi Khusus Campuran Panas

dengan Asbuton.

7. Kementerian Pekerjaan Umum, 2010, Back-Up Quality Proyek Pemeliharaan

Berkala Jalan dan Jembatan.

8. Kementerian Pekerjaan Umum, 2010, Back-Up Quantity Proyek

Pemeliharaan Berkala Jalan dan Jembatan.

9. Kementerian Pekerjaan Umum, 2010, Job Mix Formula AC-WC Asbuton.

Proyek Pemeliharaan Berkala Jalan dan Jembatan. .

10. Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, 2000, Keputusan Nomor 55

Tahun 2000 Tentang Penetapan Status Ruas-Ruas Jalan Sebagai Jalan Provinsi.

11. Menteri Pekerjaan Umum, 2009, Keputusan Nomor 631/KTPS/M/2009

Tentang Penetapan Ruas- Ruas Jalan Menurut Statusnya Sebagai Jalan Nasional.

12. Pemerintah Republik Indonesia, 2006, Peraturan Nomor 34 Tahun 2006

Tentang Jalan.

13. Sukirman S. 1999, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Nova, Bandung. 14. Sukirman S. 2003, Beton Aspal Campuran Panas, Granit, Jakarta.

15. Sukirman S. 2006, Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur, Institut Teknologi Nasional, Bandung.


(6)

56 Universitas Kristen Maranatha 16. Pemerintah Republik Indonesia, 2004, Undang-undang Nomor 38 Tahun