HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 4 – 6 BULAN.

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 4 – 6 BULAN

SKRIPSI

Diajukan Oleh :
Afitia Pamedar
J 500 040 043

Kepada :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2008

 

 

BAB I
PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG
Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah membangun Sumber
Daya Manusia (SDM) yang berkualitas agar mereka dapat melanjutkan
perjuangan pembangunan nasional untuk menuju masyarakat yang sejahtera.
Untuk merealisasikan hal tersebut, salah satunya diawali dengan pemberian ASI
kepada bayi. Air susu ibu (ASI) adalah sebuah cairan tanpa tanding ciptaan Allah
untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit (Yahya, 2006). Oleh karena itu
pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif selama enam bulan sudah
dibuktikan secara alamiah sebagai cara untuk mencapai sasaran kesejahteraan
bayi (Soetiningsih, 1997).
Air susu ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling alamiah, sesuai
dengan kebutuhan gizi bayi dan mempunyai nilai proteksi yang tidak bisa
ditirukan oleh pabrik susu manapun juga. Menurut UNICEF, sebanyak 30.000
kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia pada tiap
tahunnya bisa dicegah melalui pemberian ASI, tanpa harus memberikan
makanan serta minuman tambahan kepada bayi (Gatra, 2006).
Menurut Departemen Kesehatan RI (1995) pemberian ASI secara baik
dan benar tetap dilanjutkan sampai bayi berumur 24 bulan (2 tahun) untuk
membantu memelihara dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit
infeksi serta menjalin kasih sayang ibu dan anak. Seperti yang terdapat di dalam

Al Qur’an, Surat Albaqarah : 233.

“Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anaknya selama 2 tahun penuh, bayi
yang ingin menyusui secara sempurna.”
Angka kejadian dan kematian diare pada anak-anak di negara-negara
berkembang masih sangat tinggi, lebih-lebih pada anak-anak yang tidak

 

1

 

2

mendapat ASI. Hal ini disebabkan adanya faktor-faktor nutrisi maupun non nutrisi
pada ASI yaitu selain nilai gizi ASI yang tinggi juga di dalam ASI mengadung
antibodi. Sel-sel darah putih, enzim, hormon, dan lain-lain (Suharjo,1992) .
Di bagian ilmu kesehatan anak FKUI/RSCM diare didefinisikan sebagai
buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi

lebih banyak dari biasanya. Hal ini banyak disebabkan oleh berbagai faktor yang
diantaranya bakteri, virus, faktor lingkungan, faktor penyapihan dan higienis
perorangan. Tetapi, dari bermacam-macam faktor itu yang paling banyak
menyebabkan diare pada bayi adalah pada saat penyapihan, karena pada saat
ini bayi diberi susu formula atau makanan tambahan yang kurang higienis, oleh
karena itu air susu ibu (ASI) yang merupakan makanan terbaik bagi bayi
sangatlah perlu untuk diberikan pada bayi dengan diberikan ASI bayi akan
banyak mendapat keuntungan salah satunya adalah zat-zat kekebalan yang
terkandung di dalamnya, untuk melindungi dirinya dari penyakit-penyakit infeksi
terutama penyakit diare (FKUI, 1985).
Diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi, selain penyebab lain
seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya merupakan salah satu gejala dari
penyakit pada sistem gastrointestinal atau penyakit lain di luar saluran
pencernaan, tetapi sekarang lebih dikenal dengan “penyakit diare”, karena
dengan

sebutan

penyakit


diare

akan

mempercepat

tindakan

penanggulangannya. Penyakit diare terutama pada bayi perlu mendapat tindakan
secepatnya karena dapat membawa bencana bila terlambat (Ngastiyah, 1997).
Penyakit diare apabila tidak segera ditangani dapat menimbulkan beberapa
komplikasi diantaranya yaitu terjadi dehidrasi, renjatan hipovolemik, hipokalemia,
intoleransi laktosa sekunder, kejang dan kurang energi protein (FKUI, 1985).
Diare merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian anak
terutama di negara berkembang, dengan prakiraan sekitar 1,5 milyar episode
dan 1,5 - 2,5 juta kematian tiap tahun. Sekitar 85% kematian yang berhubungan
dengan diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan (Misnadiarly, 1995)
Menurut laporan Dep.Kes RI, di Indonesia setiap anak mengalami episode diare
1,6 – 2 kali setahun (Dwipoerwantoro, 2003). Di bangsal gastroenterologi unit
anak RSCM, FKUI angka kematian dengan penyakit diare sebanyak 20,3%.

Menurut survey pemberantasan penyakit diare tahun 2000 bahwa angka
kesakitan atau insiden diare terdapat 301 per 1000 penduduk di Indonesia.

 

 

3

Angka kesakitan diare pada balita adalah 1,0 - 1,5 kali per tahun. Menurut
Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Depkes RI tahun 2000, bahwa 10%
penyebab kematian bayi adalah diare. Data statistik menunjukkan bahwa setiap
tahun diare menyerang 50 juta penduduk Indonesia dan dua pertiganya adalah
bayi dengan korban meninggal sekitar 600.000 jiwa (Widjaja, 2002).
Pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif pada bayi umur 0-6 bulan sangat
berpengaruh terhadap frekuensi kejadian diare. Berdasarkan hasil pengamatan
praktik lapangan, bayi yang mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama
frekuensi terkena diare sangat kecil bahkan mulai minggu ke 4 sampai bulan ke
6. Keadaan ini menggambarkan seluruh produk ASI dapat terserap oleh sistem
pencernaan bayi.

Dengan demikian supaya dapat memberantas sunguh-sungguh penyakit
diare diperlukan suatu komponen pengelolaan kasus diare yang tepat yaitu
program pemberantasan penyakit diare atau P2D yang harus disertai beberapa
upaya pencegahan yang akan mengurangi insiden keparahan diare sehingga
meningkatkan penurunan angka kematian, dengan harapan akan tercapai
keberhasilan pembangunan jangka panjang. Pemerintah menggalakkan untuk
pemakaian ASI dalam upaya kelangsungan hidup anak yang dicanangkan oleh
UNICEF (Suharjo, 1992).
Diprovinsi Lampung, kejadian diare menduduki urutan ke empat dari 10
besar penyakit sebesar 18,8% pada tahun 2006. Berdasarkan data (laporan)
Puskesmas pada tahun 2007 di Puskesmas Raman Utara Lampung Timur
terdapat 97 bayi usia 4 - 6 bulan yang terkena diare sebagian besar pasien
berkunjung dari daerah Raman Utara.
Terkait dengan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
“Hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada bayi usia
4 - 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Raman Utara Lampung Timur tahun
2008”.

 


 

4

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang masalah tersebut maka penulis membuat rumusan
masalah “Apakah ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan
kejadian diare pada bayi usia 4 - 6 bulan?”

C. TUJUAN
1. Umum
Diketahuinya hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian
diare pada bayi usia 4 - 6 Bulan.
2. Khusus
a. Diketahuinya tindakan pemberian ASI eksklusif oleh ibu kepada bayinya.
b. Diketahuinya kejadian diare pada bayi usia 4 - 6 Bulan.

D. MANFAAT


1. Bagi penulis, penelitian ini menjadi pengalaman yang berguna dalam
menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan.
2. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan untuk
penelitian lebih lanjut.
3. Bagi institusi kesehatan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
masukan dalam peningkatan mutu pelayanan maternitas terutama tentang
P2D (Pemberantasan Penyakit Diare).
4. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan tantang pentingnya pemberian ASI eksklusif bagi bayi pada
masyarakat.

 

 

 

 

5