Pernikahan Dini di Desa Borongtala Kec. Tamalatea Kab. Jeneponto (Suatu Kajian Living Hadis) - Repositori UIN Alauddin Makassar

  PERNIKAHAN DINI DI DESA BORONGTALA KEC. TAMALATEA KAB. JENEPONTO (Suatu Kajian Living Hadis)

  SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar

  Sarjana Agama (S.Ag) Jurusan Ilmu Hadis Pada Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik

  UIN Alauddi Makassar Oleh:

  Sulaiman Nun Nim: 30700113017

  FAKULTAS USHULUDDIN FILSAFAT DAN POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2017

KATA PENGANTAR

  

يمحرلا نحمرلا الله مسب

ءايبهالا تماخ دمحم نادي س لىع لص مهللا ينليلاو نايملابا ناابح نيلذا ينبلما قلحا لكلما لله دلحما

موً لىا ناسحبا مهعبت نمو ينعجما رايخالا هباصح أو ينبيطلا له أ لىعو ينلسرلماو :دعب ام أ .نيلدا

  Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah swt. Yang telah melimpahkan nikmat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga karya atau skripsi ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya, meskipun dalam bentuk yang sangat sederhana dan masih terdapat kekurangan yang masih memerlukan perbaikan seperlunya.

  Selanjutnya salawat dan salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad saw. dan segenap keluarganya, para sahabat, tabiin sampai kepada orang- orang yang mukmin yang telah memperjuangkan Islam sampai saat ini dan bahkan sampai akhir zaman.

  Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyelesaian studi maupun penyusunan skripsi ini tentunya tidak dapat penulis selesaikan tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka patutlah kiranya penulis menyampaikan rasa syukur dan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

  1. Kedua orang tua tercinta, ayahanda Hanun dan Ibunda Hernawatiyang telah mengasuh dan mendidik penulis dengan sabar dan penuh pengorbanan dan senantiasa menghadiahkan doa terbaik untuk penulis. Semoga Allah swt. melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada mereka. Amin! 2. Bapak Prof. Dr. Musafir Pababbari, M.Si. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar bersama Prof. Dr. Mardan, M.Ag, Prof. Dr. H.

  Lomba Sultan, M.A, Prof. Dr. Siti Hj. Aisyah, M. A, Ph. D, Prof. Dr.

  Hamdan, Ph.D, selaku wakil Rektor I, II, III, dan IV yang telah memimpin UIN Alauddin Makassar yang menjadi tempat penulis memperoleh ilmu, baik dari segi akademik maupun ekstrakurikuler.

  3. Bapak Prof. Dr. H. Natsir Siola, M.A. selaku Dekan, bersama Dr.

  TasminTangngareng, M.Ag, Dr. H. Mahmuddin M.Ag, dan Dr. Abdullah, M.Ag selaku wakil Dekan I, II, dan III. Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik UIN Alauddin Makassar yang senantiasa membina penulis selama menempuh perkuliahan.

  4. Dr. Muhsin Mahfudz, S.Ag, M.Th.I. dan Ibu Marhany Malik, M.Hum, selaku ketua jurusan Ilmu Hadis serta sekretaris jurusan Ilmu Hadisdan juga BapakDr. H. Muh. Sadik Sabry, M.Ag. dan Dr. H. AanParhani, Lc. M.Ag, selaku ketua jurusan Ilmu al-Quran dan Tafsir serta sekretaris Jurusan Ilmu al- Quran dan Tafsir atas segala ilmu, petunjuk, serta arahannya selama menempuh jenjang perkuliahan di UIN Alauddin Makassar.

  5. Dr. Tasmin Tangngareng, M.Ag. dan Andi MuhammadAli Amiruddin, Bapak

  S.Ag, MA. , selaku pembimbing I dan II yang secara langsung memberikan

  bimbingan, arahan dan saran-saran berharga kepada penulis sehingga tulisan ini dapat terwujud.

  6. Para dosen di lingkungan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin Makassar yang telah berjasa mengajar dan mendidik penulis selama menjadi Mahasiswa di UIN Alauddin Makassar.

  7. Dr. Abdul Gaffar, S.Th.I., M.Th.I. dan ibunda Fauziyah Achmad, S.Th.I., M.Th.I., sebagai mantan musyrif Ma‟had Aly yang telah mendidik penulis sejak menginjakkan kaki dibangku perkuliahan. Serta ayahanda Ismail, M.Th.I. dan ibunda Nurul Amaliah Syarif, S.Q. sebagai musyrifMa‟had Aly yang telah memberikan semangat moral demi terselesainya skripsi ini.

  8. Tafsir Hadis Angkatan 2013 baik kelas Khusus maupun kelas Reguler yang menjadi penggugah semangat dan pemberi motivasi mulai semester awal hingga penulisan skripsi ini selesai.

9. Warga Sanad TH Khusus Makassar yang selalu memberikan dukungan doa dan moral dikala penulisan ini sementara berlanjut.

  Mudah-mudahan amal baik mereka mendapatkan balasan dari Allah swt. Akhirnya, penulis pun menyadari dengan wawasan keilmuan penulis yang masih sangat sedikit menjadikan skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Namun penulis telah berusaha menyelesaikan skripsi ini dengan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan penulis. Oleh karena itu penulis meminta saran dan kritikan yang membangun dari pembaca sebagai bahan perbaikan penulisan ini. Semoga dengan saran dan kritik tersebut, menjadikan skripsi ini dapat diterima dikalangan pembaca. serta semoga skripsi yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat dan menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi pembaca, Amin.

  و هالله لا ه دا ي

  ّ ا لى س ب ي

  ل رلا ش دا

  , و سلا ل

  هم ع ل

ي

هك

  و ر حم هة الله و ب ر ك

  هت هه Samata, 11 Juli 2017 M.

  Penyusun,

SULAIMAN NUN

  NIM: 30700113017

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………….i HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI……………………………..ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………iii KATA PENGANTAR……………………………………………………………….iv DAFTAR

  ISI……………………………………………………………..………….vii TRANSLITERASI DAN SINGKATAN……………………………………………x

ABSTRAK………………………………………………………………...……….xvii

  BAB I: PENDAHULUAN ………………………………………………………...1-

  12 A. Latar Belakang

  ………………………………………………………..1

  B. Rumusan Masalah …………………………………………………….6

  C. Pegertian Judul ………………………………………………………..6

  D. Kajian Pustaka …………………………………………………….......9

  E. Tujuan dan Kegunaan ………………………………………………..11

  BAB II: PERNIKAHAN DINI DALAM ISLAM………………...………….....13-

  49 A. Pernikahan Dini dalam Islam

  ……………………………………..…13

  1. Definisi Pernikahan……………………………………………….....13 2.

  Dasar Hukum Pernikahan……………………………………………18 3. Jenis-jenis Pernikahan dalam Islam………………………………….22 4. Rukun dan Syarat Sahnya Pernikahan………………………………30 5. Hikmah dan Tujuan Nikah………………………………………......40

  B. Hal- hal yang harus di Perhatikan sebelum Menikah di Usia Dini…..42

  1. Memiliki Kesiapan Merupakan Faktor Utama Terlaksananya Pernikahan…………………………………………………………...42 2.

  Memiliki Kematangan Emosi………………………………………..43 3. Lebih dari Sekedar Cinta…………………………………………….43 4. Mempunyai Bekal Ilmu……………………………………………...43

  C. Hadis- hadis tentang Pernikahan……………………………………..44

  BAB III: METODE PENELITIAN ……………………………………………...50-

  99 A. JenisPenelitian

  ……………………………………………………....50

  B. LokasiPenelitian ………………………………………………........50 1.

  Gambaran Umum Kondisi Desa Borongtala……….………….…….50 2. Kependudukan dan Sosial Budaya Masyarakat………………….….53 3. Tingkat Pendidikan………………………………………………….56 4. Kesehatan Sanitasi dan Air Bersih…………………………………..57

  C. Metode Pendekatan Penelitian ………………………………………59

  D. Metode Pengumpulan Data …………………………………….........59

  E. Instrumen Penelitian …………………………………………………62

  F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ………………………………62

  1. Teknik Pengolahan Data…………………………………………….62 a.

  Metode Deduktif……………………………………………..62 b.

  Metode Kompratif…………………………………………...62 c. Metode Takri>j al-

  Hadi>s ……………………………………...63

  BAB IV: HASIL PENELITIAN ………………………………………….…..100- 127 A. Hasil Temuan Penelitian………………………………………………100

  1). Pemahaman Masyarakat terhadap Pernikahan Dini ………………100 2). Pandangan Masyarakat terhadap Pernikahan Dini..

  ………………122 3). Faktor Penyebab Pernikahan Dini

  ………………………………....103 B.

  C.

  Faktor-faktor Terjadinya Pernikahan Dini…………………………….104 1.

  Ekonomi…………………………………………………………...1 2. Faktor Agama…………………………………………………..…1 3. Faktor Orangtua…………………………………………………..1

  BAB V: PENUTUP ……………………………………………………………128- 130 A. Kesimpulan………………………………………………………....128 B. Implikasi………….………………………………………………...130 DAFTAR PUSTAKA

  ……………………………………………………........131-137 LAMPIRAN…………………………………………………………………...138-144 RIWAYAT HIDUP………………………………………………………………...145

PEDOMANTRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN A.

  Transliterasi Arab-Latin

  Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat dilihat pada tabel berikut:

1. Konsonan Huruf Nama Huruf Latin Nama Arab

  Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan

  ا

  ba B Be >‟

  ب

  ta T Te >‟

  ت

  s\a s\ es (dengan titik di atas) >‟

  ث

  Jim J Je

  ج

  h}a h} ha (dengan titik di bawah) >‟

  ح

  kha Kh ka dan ha >‟

  خ

  da>l D De

  د

  z\a>l z\ zet (dengan titik di atas)

  ذ

  Ra R Er

  ر

  Zai Z Zet

  ز

  si>n S Es

  س syi>n Sy es dan ye

  ش

  s}a>d s} es (dengan titik di bawah)

  ص

  d}a>d d} de (dengan titik di bawah)

  ض

  t}a t} te (dengan titik di bawah) >‟

  ط

  z}a z} zet (dengan titik di bawah)

  ظ

  apostrof terbalik „ain „

  ع

  Gain G Ge

  غ

  Fa F Ef

  ف

  Qaf Q Qi

  ق

  Kaf K Ka

  ك

  Lam L El

  ل

  Mim M Em

  م

  Nun N En

  ن

  Wau W We

  و

  Ha H Ha

  ػه

  hamzah Apostrof ‟

  ء

  Ya Y Ye

  ى

  Hamzah ( ) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda

  ء apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (‟).

2. Vokal

  Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:

  Tanda Nama Huruf Latin Nama fath}ah A A

  ا kasra

  I I

  ا d}ammah U U

  ها

  Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:

  

Tanda Nama Huruf Latin Nama

fath}ah dan

  Ai a dan i

  يػػ ػ ya>’ fath}ah dan wau Au a dan u

  وػػ ػػ

  Contoh: : kaifa

  ف ي ك

  : haula

  ل و ه 3.

  Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf,

  transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

  Harakat dan Huruf dan Nama Nama Huruf Tanda

  fath}ah dan alif atau

  ya>’ kasrah dan i> I dan garis di atas ya>’

  a> A dan garis di atas ى ... | ا ...

  ىػ ػ ػ d}ammah dan wau u> u dan garis di atas

  و ػػهػ

  Contoh: : ma>ta

  تا م

  : rama>

  ى م ر

  : qi>la

  ل ي ك

  : yamu>tu

  هت وهم ً 4.

  Ta>’ marbu>t}ah

  Transliterasi untuk

  ta>’ marbu>t}ah ada dua, yaitu: ta>’ marbu>t}ah yang

  hidup atau mendapat harakat fath}ah, kasrah, dan d}ammah, transliterasinya adalah [t]. Sedangkan

  

ta>’ marbu>t}ah yang mati atau mendapat harakat sukun,

transliterasinya adalah [h].

  Kalau pada kata yang berakhir dengan

  ta>’ marbu>t}ah diikuti oleh kata

  yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka

  ta>’ marbu>t}ah itu ditransliterasikan dengan ha (h).

  Contoh: : raud}ah al-at}fa>l

  لا ف طَلأاهة ض و ر

  : al-madi>nah al-fa>d}ilah

  ه ل ضا ف ل اهة ن ً د م ل ا

  : al-h}ikmah

  هة كْ ح ل ا 5.

  Syaddah (Tasydi>d) Syaddah atau tasydi>d yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan

  sebuah tanda tasydi>d ( ), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan

  ػّػ huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.

  Contoh: : rabbana>

  ان ب ر

  : najjaina>

  ان ي نَ

  : al-h}aqq

  ق ح ل ا

  :

  nu“ima م ّعهه

  :

  ‘aduwwun وهد ع

  Jika huruf ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah

  ى ( ), maka ia ditransliterasi seperti huruf maddah menjadi i>. ّىػ ػػػػ

  Contoh: : „Ali> (bukan „Aliyy atau „Aly)

  لى ع

  : „Arabi> (bukan „Arabiyy atau „Araby)

  ب ر ع 6.

  Kata Sandang

  Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf (alif

  لا lam ma ‘arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi seperti

  biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiyah maupun huruf qamariyah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-).

  Contoh: : al-syamsu (bukan asy-syamsu)

  هس م شل ا

  : al-zalzalah (az-zalzalah)

  ه ل ز ل زل ا

  : al-falsafah

  هة ف س ل ف ل ا

  : al-bila>du

  هد لب ل ا 7.

  Hamzah

  Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (‟) hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.

  Contoh: :

  ta’muru>na ن و هرهمِأ ت

  : al-

  nau‘ هع و نل ا

  :

  syai’un ء شَ

  : umirtu

  هت ر مُأ 8.

  Penulisan Kata Arab yang Lazim Digunakan dalam Bahasa Indonesia

  Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, atau lazim digunakan dalam dunia akademik tertentu, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya, kata al-

  Qur‟an(dari al-Qur’a>n), alhamdulillah, dan munaqasyah. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka harus ditransliterasi secara utuh. Contoh:

  Fi> Z{ila>l al- Qur’a>n Al-Sunnah qabl al-tadwi>n

  9. ) Lafz} al-Jala>lah (

  الله

  Kata “Allah”yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai mud}a>f ilaih (frasa nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah.

  Contoh:

   di>nulla>h billa>h لله با للهاهن ً د

  Adapun

  ta>’ marbu>t}ah di akhir kata yang disandarkan kepada lafz} al- jala>lah, ditransliterasi dengan huruf [t]. Contoh: hum fi> rah}matilla>h

  الله ة حم يْ ف ههُ 10.

  Huruf Kapital

  Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All Caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR). Contoh:

  Wa ma>Muh}ammadunilla>rasu>l

Inna awwalabaitinwud}i‘alinna>si lallaz\i> bi Bakkatamuba>rakan

  SyahruRamad}a>n al-laz\i>unzila fi>h al- Qur’a>n

  Nas}i>r al-Di>n al-T{u>si> Abu>> Nas}r al-Fara>bi> Al-Gaza>li> Al-Munqiz\ min al-D}ala>l Jika nama resmi seseorang menggunakan kata Ibnu (anak dari) dan Abu>

  (bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, maka kedua nama terakhir itu harus disebutkan sebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi. Contoh: Abu> al-Wali>d Muh}ammad ibn Rusyd, ditulis menjadi: Ibnu Rusyd, Abu> al-

  Wali>d Muh}ammad (bukan: Rusyd, Abu> al-Wali>d Muh}ammad Ibnu) B.

  Daftar Singkatan

  Nas}r H{a>mid Abu> Zai>d, ditulis menjadi: Abu> Zai>d, Nas}r H{a>mid Beberapa singkatan yang dibakukan adalah: (bukan: Zai>d, Nas}r H{ami>d Abu>) swt. =

  subh}a>nahu> wa ta‘a>la>

  saw. =

  s}allalla>hu ‘alaihi wa sallam

  a.s. =

  ‘alaihi al-sala>m

  H = Hijrah M = Masehi SM = Sebelum Masehi l. = Lahir tahun (untuk orang yang masih hidup saja) w. = Wafat tahun QS = QS al-Baqarah

  …/…: 4 /2: 4 atau QS A<li „Imra>n/3: 4 HR = Hadis Riwayat

  

ABSTRAK

Nama : Sulaiman Nun Nim : 3070113017

Judul : Pernikahan Dini di Desa Borongtala Kec. Tamalatea Kab. Jeneponto (Suatu

  Kajian Living Hadis)

  Pokok masalah penelitian ini adalah bagaimana konsep hadis tentang pernikahan dini di

Desa Borongtala Kec. Tamalatea Kab. Jeneponto (Suatu Kajian Living Hadis)?. Pokok masalah

tersebut selanjutnya, 1). Bagaimana pemahaman dan pemaknaan terhadap hadis-hadis tentang

pernnikahan dini.?, 2). Bagaimana kolerasi hadis dengan pelaksanaan pernikahan dini pada

masyarakat desa borongtala?. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana

pemahaman masyarakat desa borongtala dalam memahami pernikahan dini, selain itu penulis

juga ingin mengetahui faktor penyebab pernikahan usia dini dikalangan anak muda desa

borongtala, dampaka apa yang mereka rasakan serta usaha-usaha apa mereka lakukan untuk

tetap bertahan hidup dan berumah tangga.

  Metode yang digunakan dalam meneliti ini adalah penelitian kualitatif dengan metode

pendekatan ilmu hadis, pendekatan sosial kultural, pendekatan histories, adapun sumber data

penelitian ini adalah KAU, Kepala Desa setempat, Kepala Dusun setempat, penyuluh kantor

urusan agama di Desa Borongtala, budayawan setempat, took masyarakat, took agama.

Selanjutnya metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan metode dokumentaasi,

observasi atau pengamatan dan wawancara serta penelusuran referensi. Lalu teknik pengolahan

dan analisis data adalah yang dilakukan dengan melalui tiga tahap, yaitu: metode deduktif,

metode komparatif, metode takri>j al-h}adi>s Hasil penelitian menunjukkan bahwa: hadis tentang pernikahan khususnya para pemuda

yang sudah mampu dapat dikategorikan sebagai hadis yang memenuhi kreteria kesahihan, baik

dari segi sanad maupun matan, oleh karena itu hadis tentang pernikahan berstatus s}ahi>h, dan

dapat dijadikan sebagai hujjah. Hadis tentang pernikahan bagi para pemuda tersebut bersifa

umum dan merupakan sebuah perinta dan seruan dari Rasullah SAW untuk seluruh umatnya,

serta pernikahan dapat menghindari diri dari perbuatan maksiat dan merupakan fitnah,

pernikahan memiliki keterikatan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan merupakan

kebutuhan setiap orang yang bersifat naliriah. dari itu, perkawinan bahkan menjadi

kebutuhdiharapkan dapat an bagi kesempurnaan hidup manusia. Selain itu, pernikahan yang

dilandakan pada norma agama diharapkan dapat melangsungkan kehidupan rumah tangga yang

mawaddah warahmah serta memiliki keturunan dari pernikahan. Maka pernikahan dianjurkan

bagi mereka yang sudah mampu baik dari segi materi dan rohani.

  Implekasi dari penelitian ini adalah: menikah adalah sunnah Nabi yang idealnya dilalui

semua orang dalam proses perjalanan hidupnya. Untuk menikah ada ada 2 hal yang perlu

diperhatikan yaitu kesiapan fisik dan kesiapan mental. 1) kesiapan fisik seseorang dilihat dari

kemampuan ekonomi, sedangkan 2) kesiapan mental dilihat dari factor usia. Akan timbul

permasalahan jika pernikahan dilakukan di usia yang sangat muda yaitu menikah dini yang

secara fisik dan mental belum siap.

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan dari perkawinan adalah menjaga keturunan dengan perkawinan yang sah, anak- anak akan mengenal ibu, bapak dan nenek moyangnya. Mereka merasa tenang dan damai dalam masyarakat, sebab keturunan mereka jelas, dan masyarakat pun menemukan kedamaian, karena tidak ada dari anggota mereka mencurigakan nasabnya.

  Tanpa perkawinan yang sah, tidak akan langgeng wujud manusia di muka bumi ini.

  1 Dengan pernikahan, manusia berkembang baik melalui lahirnya anak laki-laki dan perempuan.

  Allah swt menerangkan tujuan-tujuan pernikahan kepada manusia, dalam firman-Nya. QS al- Nahl/16:72.

  

َنﻮُ/ِﻣۡﺆُﻳ ِﻞ ِﻄ)َﺒ ۡﻟ$ِ%َﻓ ِۚﺖ)َ*ِّﻴ"ﻄ ﻟ َﻦِّﻣ ُﲂَﻗَز َرَو ٗةَﺪَﻔَﺣَو َﲔِﻨَﺑ ُﲂِﺟ َوۡز ۡﻦِّﻣ ُﲂَﻟ َﻞَﻌَﺟَو ﺎٗ َوۡز ۡ ُﲂ ِﺴُﻔﻧ ۡﻦِّﻣ ُﲂَﻟ َﻞَﻌَﺟ ُ "# َو

٧٢ َنو ُﺮُﻔۡﻜَ5 ۡ ُﱒ ِ "# ِﺖَﻤۡﻌِﻨِﺑَو

  Terjemahnya: “Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau istri) dari jenis kamu sendiri dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasangan, serta memberimu rezeki dari yang baik,

  2 mengapa mereka beriman kepada yang batil dan mengingkari nikmat Allah”.

  Islam menyuruh pengikutnya untuk melaksanakan perkawinan yang sah apabila mereka telah mampu dan memenuhi persyaratannya, Islam menghalangi tingginya mahar dalam perkawinan dan mengajak untuk memudahkan jalan menuju perkawinan, Rasulullah saw bersabda:

  َلﺎَﻗ َﺪﻳ َِﲒِ;ْﺒِﻨَ ْﲪ"ﺮﻟاِﺪْﺒَﻌْﻨَﻋُةَرﺎَﻤُﻌ@ِ;َﺛ"ﺪَBَﻟﺎَﻘ ُﺸَ ْﲻ ْFاﺎَﻨَﺛ"ﺪَBﻴِﺑ ﺎَﻨَﺛ"ﺪَ ٍHﺎَﻴِﻐِﻨْﺒ ِﺼْﻔَﺤُﻨْﺑُﺮَ ُﲻﺎَﻨَﺛ"ﺪَL

  :

  َNﺸَﻤ"ﻠ َﺳَﻮِ ْﳱَﻠَﻌُﻬ"ﻠSﺎﯩ"ﻠ َﺼِّ@ِ*"ﻨﻟﺎَﻌَﻣﺎ"/ُﻜِﻬ"ﻠSاُﺪْﺒَﻌَﻟﺎَﻘَﻔِﻬ"ﻠSاِﺪْﺒَﻌﯩَﻠَUِدَﻮ ْﺳ ْFاَوَﺔَﻤَﻘْﻠَﻌَﻌَﻤُﺘْﻠَYَد ﺎَﻴَﻤ"ﻠ َﺳَﻮِ ْﳱَﻠَﻌُﻬ"ﻠSﺎﯩ"ﻠ َﺼِﻬ"ﻠS ُﻻﻮ ُﺳَرﺎَﻨَﻠَSﺎَﻘَﻓﺎً\ْ] َﺷُﺪَِﳒ َﻻ ً`ﺎَﺒ

  .

  (ﲅﺴﻣ ﻩاور) ٌءﺎَ ِﻮُﻬَﻠُ"ﳖ ﺎَﻔِﻣْﻮ "ﺼﻟﺎِﺒِ ْﳱَﻠَﻌَﻔْﻌ ِﻄَﺘ ْNﺴَ]ْﻤَﻠْ/َﻣَﻮِﺟْﺮَﻔْﻠِﻠُﻨ َﺼْﺣ َوِ َﴫَﺒْﻠِﻠ hﻀَﻏ$ُ"ﳖ ﺎَﻔْﺟ"و ََﱱَﻴْﻠَﻓَةَءﺎَﺒْﻟﺎَUﺎ َﻄَﺘ ْNﺳﺎْﻨَﻤِﺑﺎَﺒ "Nﺸﻟاَ َﴩْﻌَﻣ

  Artinya:

  f f

  “Telah menceritakan kepada kami Amru bin Hafsh bin Ghiyats Telah menceritakan kepada kami bapakku Telah menceritakan kepada kami Al A'masy ia berkata; Telah 1 Muhammad Fu’ad, Perkawinan Terlarang (Jakarta: Cendikia Sentra Muslim, 2002), h. 11. menceritakan kepadaku Umarah dari Abdurrahman bin Yazid ia berkata; Aku, Alqamah dan Al Aswad pernah menemui Abdullah, lalu ia pun berkata; Pada waktu muda dulu, kami pernah berada bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Saat itu, kami tidak sesuatu pun, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada kami: "Wahai sekalian pemuda, siapa diantara kalian telah mempunyai kemampuan, maka hendaklah ia menikah, karena menikah itu dapat menundukkan pandangan, dan juga lebih bisa menjaga kemaluan. Namun, siapa yang belum mampu, hendaklah ia berpuasa, sebab hal itu dapat

  3 meredakan nafsunya.".

  Anjuran Islam untuk menikah ini ditujukan bagi siapapun yang sudah memiliki

  4

  kemampuan ( Kemampuan disini dapat diartikan ada dua hal yaitu mampu secara al-ba>’ah). material dan spiritual (jasmani dan rohani) sehingga mereka yang sudah merasa mampu dianjurkan untuk segera melaksanakan pernikahan. Dengan menikah bisa menjaga diri dari perbuatan yang bertentangan dengan syariat agama.Dalam hadis di atas juga disebutkan bahwa bagi orang yang belum mampu melaksanakan pernikahan hendaknya berpuasa, karena dengan berpuasa maka diharapkan akan cukup bisa menjadi pelindung dan penahan dari perbuatan- perbuatan yang keji dan munkar. Puasa merupakan ibadah yang diharapkan dapat menjaga hawa nafsu sehingga bagi siapa saja yang sudah berhasrat untuk menikah tapi belum ba>’ah (mampu)maka dianjurkan untuk menahan diri dengan berpuasa.

  Yang menjadi latar belakang hadis yang diteliti ini adalah adanya realita keberadaan manusia itu sendiri sebagai objek hukum yang dimaksud oleh al-Qur’an dan hadis. Manusia makhluk Tuhan yang dilengkapi rasa cinta terhadap lain jenis selaku makhluk biologis dan memiliki hasrat serta niat untuk mengembangkan keturunan untuk menjaga kelestarian makhluk manusia. Namun, disamping fungsinya sebagai penerus juga diharapkan menjadi generasi pelurus (generasi yang saleh) yang akan mampu menyeru manusia kepada kemakrufan

  3 Muslim bin al-H{ajja>j Abu> al-H{asan al-Qasyairi> al-Naisaibu>ri>, Al-Musnadu al-S{ah{i>h{ al-Mukhtas|r Binaqli al-‘Adal ila Rasulillah Sallalahu ‘Alihi Wasallam, Jus V (Da>r Ihya>I al-Tira>s al-‘Arbi>: Beirut, 261 H), h. 1018. 4 Al-ba>’ah dapat diartikan nafkah atau jimak(bersenggama). Apabila al-ba>’ah diartikan kemampuan

senggama, maka mereka laki-laki perempuan sudah mampu melakukannya, dalam arti siap secara biologis maka dan mencegah manusia dari kemungkaran. Untuk mengatur semua itu, Islam memberikan media

  5 sebagai fasilitator berupa pernikahan.

  Perkawinan merubah status seseorang dari bujangan atau janda/duda menjadi berstatus kawin. Dalam demografi, status pernikahan penduduk dapat dibedakan menjadi status belum pernah menikah, pisah atau cerai, janda atau duda. Usia kawin dini menjadi perhatian penentu kebijakan serta perencana program karena berisiko tinggi terhadap kegagalan perkawinan. Kehamilan diusia muda berisiko tidak siap mental untuk membina perkawinan dan menjadi orangtua yang bertanggung jawab.

  Islam tidak menetapkan batas tertentu bagi usia perkawinan. Itu sebabnya ditemukan dalam literatur hukum Islam aneka pendapat ulama dari aneka mazhab menyangkut batas minimal usia calon suami dan istri. Ketetapan hukum yang berlaku di negara-negara berpenduduk muslim menyangkut usia tersebut berbeda-berbeda, bahkan dalam satu negara perubahan terjadi akibat perkembangan masa. Di al-Jazair misalnya, pada mulanya ditetapkan usia 18 tahun bagi pria dan 16 bagi wanita, lalu diubah menjadi 21 tahun bagi pria dan 18 tahun

  6 bagi wanita, lalu 19 tahun keduanya.

  Konsep dan definisi pernikahan menurut Undang-undang Perkawinan no. 1 tahun 1974:

  1. Perkawinan adalah suatu ikatan batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (ramah tamah) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa.

2. Untuk laki-laki minimal sudah berusia 19 tahun, dan untuk perempuan harus sudah berusia minimal 16 tahun.

  3. Jika menikah di bawah usia 21 tahun harus disertai ijin kedua atau salah satu orangtua atau yang ditunjuk sebagai wali

5 Marhumah, Membina Keluarga Mawadda Warahmah dalam Bingkai Sunnah Nabi (Yogyakarta: PSW IAIN Sunan Kalijaga, 2003), h. 4.

  Undang-undang negara kita telah mengatur batas usia perkawinan. Dalam undang- undang perkawinan bab II pasal 7 ayat 1 disebutkan bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai 16

  7 (enam belas) tahun.

  Untuk menciptakan komunitas atau masyarakat kecil akan dibutuhkan suatu ikatan yang resmi, sah menurut undang-undang dan sah menurut agama maka perlu adanya suatu ikatan yang resmi yakni perkawinan. Perkawinan tersebut dalam Islam disebut juga dengan nikah. Maka dengan adanya pernikahan tersebut akan terbentuklah suatu organisasi manusia yang

  8 saling berhubungan satu sama lain sehingga disebut dengan masyarakat.

  Kenyataan kehidupan serta alam Indonesia dengan sendirinya membuat bangsa Indonesia untuk saling berbeda selera, kebiasaan atau perselisihan budaya, adat serta tradisi,

  9

  kebudayaan didaerah-daerah di seluruh Indonesia terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Cara pandang umat Islam Indonesia antara satu daerah dengan daerah yang lain juga saling berbeda. Kondisi ini juga dapat menimbulkan perbedaan terhadap adat dan tradisi budaya masing-masing yang berbaur dengan norma-norma ajaran islam dalam kehidupan mereka sehari-hari. Salah satu dari perbedaan implikasi tersebut adalah masalah pelaksanaan upacara pernikahan.

  Berangkat dari rasionalisasi kenyataan pelaksanaan keagamaan dan adat tersebut dapat dikemukakan bahwa telah terjadi suatu visi yang sama dalam upacara pernikahan di tengah masyarakat hanya saja pelaksanaan upacaranya yang berbeda-beda. Islam telah memberikan rambu-rambu agar upacara tersebut tidak terdapat penyimpangan yang dianggap keluar dari jalur ajaran Islam. Tetapi ketika ketentuan dari upacara tersebut pada tatanan aktualisasi dalam masyarakat, terjadi perubahan yang tidak sama antara masyarakat yang satu dengan masyarakat 7 Pasal 7 (1) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 dalam Zainal Abidin Abubakar, Kumpulan Peraturan Undang-undang dalam Lingkungan Peradilan Agama (Cet. IV; Jakarta: Yayasan al-Hikmah, 1995), h.134. 8 Raharjo, Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian (Yogyakarta: Gajah Mada University, 2004), h.

  402. 9 yang lainnya, hal ini tidak lain akibat pengaruh dan tuntunan tradisi atau adat yang dianut masyarakat.

  B. Rumusan Masalah Skripsi ini berjudul,

  Pernikahan Dini Desa Borongtala Kec. Tamalatea Kab. Jeneponto (Suatu Kajian Living Hadis). Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka secara eksplisit ditemukan pokok masalah dalam pelaksanaan pernikahan dini Desa Borongtala. Adapun rumusan masalah pada penelitian ini dapat dirinci dalam beberapa sub, yaitu:

  1.Bagaimana pemahaman dan pemaknaan terhadap hadis-hadis tentang pernikahan dini?

  2.Bagaimana korelasi hadis dengan pelaksanaan pernikahan dini pada masyarakat desa borongtala? C. Pengertia Judul dan Ruang Lingkup Penelitian

  Keragaman pernikahan pada setiap komunitas dalam masyarakat adalah sebuah keniscayaan. Penelitian ini berinisiatif mengungkap pernikahan dini yang berkembang dalam sebuah populasi masyarakat dengan berkonsentrasi pada pernikahan. Adapun judul penelitian ini adalah

  “Pernikahan Dini Desa Borongtala Kec. Tamalatea Kab. Jeneponto” (Suatu Kajian Living Hadis). Pengertian judul bertujuan untuk menghindari kesalahan atau kekeliruan dalam memahami dan lebih memudahkan pembahasan serta memberikan pemaknaan, maka perlu didefinisikan kata-kata yang dianggap penting terkait dengan permasalahan yang dibahas.

  Di antara pokok pembahasan dalam judul penelitian ini yang akan diuraikan definisinya sebagai berikut: a. Pernikahan Nikah terdiri dari huruf . Kata nikah berasal dari bahasa Arab yaitu - -

  ُف َﲀْﻟا ُنﻮhﻨﻟا ُءﺎَBْﻟا

  10

  11 yang bermakna (bersetubuh), (kawin), (bersetubuh).

  ءﺎﻀﺒﻟا ءطﻮﻟا ًﺎBْﻜَq ُﺢِﻜﻨَﻳ َﺢَﻜَq ﻊ ْﺴ"ﻄﻟا

  Dalam kitab Lisa>n al-‘Arab dijelaskan bahwa kata nakah}a bermakna seorang laki-laki menikahi seorang perempuan dengan sebuah perkawinan. Kata nakah}a sama apabila dikatakan

  • , dapat juga diartikan , dan al-A‘sya>mengartikan nikah dengan

  ﺎﻬﺤﻜﻨﻳ

  ﺎﻬ ﺎﻬﻌﺿ` ﺎﻫٔ$ﲫ جوﺰ{ َﺤَﻜَq

  12 (melaksanakan akad).

  Menurut Ra>gib al-As}fha>ni, nikah pada dasarnya bermakna al-‘aqd, yakni ikatan perjanjian antara dua belah pihak. Kemudian maknanya berkembang menjadi jimak dan pembolehan atasnya untuk melakukan jimak bagi mereka yang telah menikah dan tidak diperbolehkan jimak sebelum terjadinya akad. Jimakdari sudut pandang kebiasaan adalah sesuatu yang buruk. Meskipun demikian, pembolehan jimaktidak dimaksudkan sebagai tindakan yang tidak benar dan menjijikkan, namun sebagai jalan bagi mereka yang telah melaksanakan

  13

  akad pernikahan untuk mendapatkan kebaikan. Dalam Ensiklopedi al-Qur’an, kata

  حﲀﻨﻟا

  berarti (ikatan/perjanjian) dan (bersetubuh). Para ahli bahasa berbeda pendapat

  ُﺪْﻘَﻌﻟا }$ ْﻃَﻮﻟا

  tentang makna dari dua macam arti ini yang merupakan arti asal. Ada yang memandang

  ُﺪْﻘَﻌﻟا sebagai arti asal dan sebagai arti kiasan. }$ ْﻃَﻮﻟا

  b. Dini

  10 Lihat Ah}mad bin Fa>ris Zakariyya’ al-Quzawni< al-Ra>zi<, Mu‘jam Maqa>yi>s al-Lugah , Juz V (tp: Da>r al-

Fikr, 1979), h. 475. Lihat juga Abu> Abd al-Rah}ma>n al-Kha>li>l bin Ah}mad bin ‘Amr bin Tami>m al-Fara>hi>di> al-

Bas}a>ri>, Kita>bal-‘I><n (tp: Da>r wa Maktabah al-Hila>l, t.th), h. 63 . Lihat juga Isma>‘i>>l ibn ‘Iba>d ibn al-‘Abba>s, dkk., al-

Muh}i>t} fi> al-Lugah , juz I, t.d., h.174. 11 Muh}ammad bin Muh}ammad bin ‘Abd al-Razza>q al-H{usain, dkk., Ta>j al-‘Uru>si min Jawa>hir al-Qa>mu>s, Juz VII (tp: Da>r al-Hida>yah, t.th), h. 195. 12 Muh}ammad bin Mukarram bin ‘Ali> Abu> al-Fad}l Jama>l al-Di>n bin Manz}u>r al-Ans}a>ri>, Lisa>n al-‘Arab, Juz II (Cet. III; Bairu>t: Da>r S}a>dir, 1414 H), h. 625. 13

  Dini dapat diartikan di bawah umur minimal usia pernikahan atau menyegerakan

  14