BAB VII KETERPADUAN PROGRAM BERDASARKAN ENTITAS 7.1 Entitas Regional - DOCRPIJM 1502076912BAB 7 RPI2JM

KETERPADUAN PROGRAM BERDASARKAN ENTITAS

  7.1 Entitas Regional

  Entitas regional didefinisikan sebagai suatu wilayah lintas batas administratifyang memiliki kesamaan fungsi, antara lain fungsi ekonomi, sosial, dan lingkungan, yang mendorong terjadinya kerjasama antar daerah. Pengembangan infrastruktur Bidang Cipta Karya entitas regional antara lain dalam rangka pengembangan kota metropolitan, KAPET, KEK, dan lain- lain

  7.2 Entitas Kabupaten Jembrana

7.2.1 Rencana Induk Sistem Pengembangan Air Minum (RISPAM)

  Berdasarkan RTRW Kabupaten Jembrana, rencana sistem pusat perkotaan/kegiatan di Kabupaten Jembrana mengatur susunan pusat-pusat kegiatan permukiman yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. Rencana sistem pusat kegiatan ini mengarahkan sebaran, fungsi dan hirarki pusat-pusat kegiatan pemukiman di Kabupaten Jembrana sampai tahun 2029.

  Sistem pusat perkotaan/pusat kegiatan di Kabupaten Jembrana terdiri dari:

1. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

  Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) merupakan pusat kegiatan pemukiman perkotaan dengan hirarki pelayanan skala regional/Kabupaten (hirarki I) terletak di Kota Negara yang merupakan Ibukota Kabupaten Jembrana dengan arahan pengembangan kegiatan utama yaitu sebagai pusat pemerintahan dan pelayanan publik, perekonomian jasa dan regional, pusat distribusi dan koleksi barang dan jasa, pusat jasa pendukung kegiatan perekonomian (pengolahan dan pemasaran) sedangkan untuk kegiatan penunjang utama yaitu sebagai pusat kegiatan pendidikan, kegiatan kesehatan, kegiatan peribadatan, kegiatan perdagangan, kegiatan industri dan kegiatan permukiman.

  K 2. ) Pusat Kegiatan Lokal (PKL K

  Pusat Kegiatan Lokal Kabupaten (PKL ) merupakan pusat pemukiman perkotaan dengan skala pelayanan kecamatan (hirarki II) terletak di Ibu Kota kegiatan utama yaitu sebagai pusat perdagangan dan jasa skala wilayah pengembangan (sebagai pemasok row material) dan pusat sentra produksi agro, sedangkan untuk kegiatan penunjang utama yaitu sebagai kegiatan pelayanan sosial, kegiatan perumahan, kegiatan pertanian, kegiatan perkebunan dan kegiatan pariwisata.

  3. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)

  Pusat Kegiatan Lokal B (PKL-B) merupakan pusat pemukiman/kegiatan dengan skala Kecamatan atau beberapa desa/kelurahan (hirarki III) dengan arahan pengembangan dan pelayanan sesuai dengan fungsi dan potensi yang dimilikinya pusat pengembangan kegiatan terletak di Kelurahan Gilimanuk, Desa Yeh Embang dan Desa Pengambengan.

  4. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)

  Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat pemukiman/kegiatan dengan skala desa/kelurahan atau beberapa kampung/banjar (hirarki IV) dengan arahan pengembangan dan pelayanan sesuai dengan fungsi dan potensi yang dimilikinya pusat pengembangan kegiatan terletak di seluruh pusat desa dinas di Kabupaten Jembrana.

  7.2.2 Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman (RP2KP)

  7.2.3 Strategi Sanitasi Kota (SSK)

  Strategi Sanitasi Kota adalah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi suatu kota/kabupaten, yang berisi potret kondisi sanitasi kota saat ini, rencana strategi dan rencana tindak pembangunan sanitasi jangka menengah. SSK disusun oleh Pokja Sanitasi Kota/Kabupaten didukung fasilitasi dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi. Dalam penyusunan SSK, Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota berpedoman pada prinsip:

  a. Berdasarkan data actual (Buku Putih Sanitasi)

  b. Berskala kota dan lintas sektor (air limbah, drainase, persampahan) c. Disusun sendiri oleh kabupaten/kota dan untuk kabupaten/kota

  d. Menggabungkan pendekatan top down dengan buttom up SSK Kabupaten Jembrana meliputi :

  1. Penyusunan Rencana Induk Sistem Air Limbah (RIS-AL) di Kabupaten Jembrana

  2. Pembinaan Pelaksanaan Penyehatan Lingkungan Permukiman Bidang Air Limbah

  3. Fasilitasi Penguatan Kapasitas Pemerintah Dalam Bidang Air Limbah

  4. Fasilitasi Penguatan Kapasitas Masyarakat dan Dunia Usaha dalam Bidang Air Limbah

  5. Koordinasi, Monitoring dan Evaluasi Bidang Air Limbah

  6. Infrastruktur Air Limbah Perkotaan

  7. Infrastruktur Air Limbah Pedesaan

7.2.4 Sistem Pengembangan Air Minum

  1. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Minum (RIS-PAM) Kabupaten Jembrana

  2. Pembinaan Pelaksanaan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)

  3. Fasilitasi Penguatan Kapasitas Kelembagaan dan SDM Bidang Air Minum

  4. Penyelenggaraan SPAM Terfasilitasi

  5. Koordinasi, Monitoring dan Evaluasi SPAM

  6. SPAM di Kawasan MBR

7.2.5 Infrastruktur Air Limbah Terpusat

  Pengolahan air limbah ditetapkan dengan kriteria:

  1. pelayanan minimal sistem pembuangan air limbah berupa unit pengolahan kotoran

  manusia/ tinja dilakukan dengan menggunakan sistem setempat atau sistem terpusat agar tidak mencemari daerah tangkapan air/ resapan air baku serta jarak yang aman dari sumber air baku; sistem pembuangan air limbah terpusat diperuntukkan bagi kawasan padat penduduk

  2.

  dengan memperhatikan kondisi daya dukung lahan dan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) serta mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi masyarakat;

  3. kualitas hasil pengolahan air limbah yang berbentuk cairan wajib memperhatikan

  standar baku mutu air buangan dan baku mutu sumber air baku yang mencakup syarat fisik, kimia dan bakteriologi sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

  4.

  dimanfaatkan kembali wajib diolah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga tidak membahayakan manusia dan lingkungan; pemantauan kualitas dan kuantitas hasil pengolahan air limbah wajib dilakukan secara 5. rutin dan berkala sesuai dengan standar yang ditetapkan;

  6. pemilihan lokasi instalasi pengolahan air limbah harus memperhatikan aspek teknis,

  lingkungan, sosial budaya masyarakat setempat serta dilengkapi dengan zona penyangga; dan

  7. lokasi pembuangan akhir hasil pengolahan air limbah yang berbentuk cairan, wajib memperhatikan faktor keamanan, pengaliran sumber air baku dan daerah terbuka.

  Sistem pengelolaan air limbah meliputi: 1. sistem pengolahan air limbah setempat (on site) dilakukan secara individual dengan penyediaan bak pengolahan air limbah atau tangki septik, tersebar di seluruh wilayah; 2. sistem pengolahan air limbah terpusat (off site) dengan sistem perpipaan dalam jangka panjang meliputi:

  a) Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Negara melayani Kawasan Perkotaan

  Negara;

  IPAL Pengambengan melayani Kawasan Industri Pengambengan;

  b)

  IPAL Gilimanuk melayani Kawasan Efektif Pariwisata dan Kawasan Pelabuhan

  c)

  Gilimanuk; dan IPAL Perancak melayani Kawasan Efektif Pariwisata Perancak.

  d) IPAL Candikusuma melayani Kawasan Efektif Pariwisata Candikusuma.

  e)

  3. pengembangan jaringan air limbah komunal di kawasan-kawasan padat permukiman dalam bentuk Sistem Sanitasi Masyarakat (Sanimas); dan 4. pada kawasan pelayanan yang memiliki karakterisitik kualitas dan kuantitas air limbah yang sangat berbeda, dengan lingkungan sekitarnya, diarahkan untuk memiliki sistem pengolahan dan pengelolaan secara tersendiri. 5. rencana pengelolaan sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

7.2.6 Infrastruktur Drainase Perkotaan 1. Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase (RIS-Drain) di Kabupaten Jembrana

   Pembinaan Pelaksanaan Penyehatan Lingkungan Permukiman Bidang Drainase 3. Fasilitasi Penguatan Kapasitas Pemerintah Dalam Bidang Drainase 4. Fasilitasi Penguatan Kapasitas Masyarakat dan Dunia Usaha dalam Bidang Drainase 5. Koordinasi, Monitoring dan Evaluasi Bidang Drainase

7.2.7 Infrastruktur TPA Sampah

  Sistem pengelolaan persampahan di Kabupaten Jembrana meliputi:

  1. Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) yang tersebar di tiap desa tiap kecamatan pada seluruh wilayah kabupaten;

  2. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah meliputi TPA Peh, di Kecamatan Negara dan TPA Melaya di Kecamatan Melaya dengan sistem sanitary/ controlled landfill; dan

3. Pembangunan TPS/SPA (Sistem Peralihan Angkut) di Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo dan Desa Pekutatan, Kecamatan Pekutatan.

  Sistem pengelolaan sampah, diselenggarakan melalui: 1. pengurangan sampah untuk sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga meliputi pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah; dan/atau pemanfaatan kembali sampah;

  2. penanganan sampah untuk sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir, meliputi:

  a) sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga dikumpulkan setelah melalui tahapan pengurangan sampah, ke transfer depo atau ke Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) tersebar di tiap desa di tiap kecamatan seluruh wilayah kabupaten; b) pengurangan sampah di transfer depo atau TPS sebelum diangkut ke Tempat

  Pemrosesan Sampah Akhir (TPA); dan

  c) Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah meliputi TPA Peh, di Kecamatan Negara, TPA Melaya di Kecamatan Melaya dan TPA Yehsumbul di Kecamatan Pekutatan, dan;

  d) Pembangunan TPS/ SPA (Sistem Peralihan Angkut) di Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo dan Desa Pekutatan, Kecamatan Pekutatan.

7.3.1 RTBL

  Pada bagian ini merupakan program yang bersifat arahan penyediaan macam- macam bangunan, luas bangunan, besaran masa bangunan, kebutuhan ruang terbuka dan fasilitas pelayanan umum. Secara keseluruhan akan diuraikan satu persatu dalam uraian berikut ini.

7.3.1.1 Macam-macam Bangunan

  Macam-macam bangunan di kawasan perencanaan diklasifikasikan menurut ketentuan berdasarkan penggunaannya adalah sebagai berikut :

  1. Kelas I, Rumah Tinggal Biasa

  Adalah bangunan yang digunakan bagi peruntukkan penghunian tunggal termasuk rumah gandeng tetapi bukan rumah susun.

  2. Kelas II, Rumah Tinggal Luar Biasa

  Adalah rumah tinggal yang bukan merupakan rumah gandeng, dan direncanakan bagi peruntukan penghuni lebih dari satu rumah (flat), atau bagian dari bangunan bukan dari kelas I digunakan bagi peruntukan rumah tinggal termasuk gedung perkumpulan atau pertemuan lingkungan perumahan, rumah penginapan, dan hotel yang mendapat ijin dari yang berwajib

  3. Kelas III, Rumah Tinggal yang bergabung pada Bangunan Lain Kelas

  Adalah penggabungan toko dan rumah yang direncanakan sebagai rumah tinggal penghuni toko dan kantor tersebut bagian dari bangunan yang direncanakan sebagai rumah tinggal untuk pengawasan bangunan tersebut. Di kawasan perencanaan, rumah tinggal yang digabung dengan toko dan kantor diusulkan luas persil minimum 0,02 Ha.

  4. Kelas IV, Bangunan Kantor

  Adalah bangunan atau bagian yang diperuntukkan bagi urusan administrasi atau perdagangan (tetapi bukan toko, gudang atau pabrik), termasuk gedung bank, pemancar, gedung kantor dan atau bagian-bagian perkantoran dari bangunan tiap kelas penggunaan atau penghuninya.

  5. Kelas V, Bangunan Pertokoan

  Adalah bangunan atau bagian dari bangunan yang mendapat ijin dari Kepala Daerah, terdaftar sebagai toko, ruko juga termasuk warung, rumah kopi, rumah makan, bar, pasar, ruang penjualan, bengkel sepeda motor atau mobil

6. Kelas VI, Bangunan-bangunan Umum Klasifikasi ini masuk dalam kategori penggunaan untuk jasa umum.

  Bangunan umum yang diusulkan bisa dikembangkan di kawasan perencanaan adalah : a. Bangunan peribadatan

  b. Gedung pertemuan umum, dan balai umum

  c. Gedung sekolah dan gedung pendidikan lainnya. Gedung sekolah yang sudah ada pada kawasan perencanaan dipertahankan dan diusulkan agar tidak dialokasikan untuk pembangunan gedung sekolah baru.

  d. Pasar.

7.3.1.2 Luas Bangunan

  Luas bangunan merujuk pada ketentuan KDB dan KLB yang diusulkan studi ini :

  1. Perumahan

   Luas lantai dasar memiliki luas maksimum 45 – 60% dari luas kapling

   Luas lantai dua memiliki luas maksimum 100% dari luas lantai dasar 2.

   Bangunan Kantor

   Luas lantai dasar, maksimum 40 – 50% dari luas kapling

   Luas lantai dua maksimum 100% dari luas lantai dasar.

  3. : Bangunan Pertokoan

   Luas lantai dasar, maksimum 50 % dari luas kavling

   Luas lantai 2 maksimum 100% dari luas lantai dasar.

  4. Bangunan-bangunan Umum

   Gedung pertemuan umum, dan balai umum

  • Luas lantai dasar, maksimum 60 % dari luas persil - Luas lantai 2 maksimum 100% dari luas lantai dasar.

   Klinik, gedung yatim piatu, latihan kebugaran dan lembaga kesejahteraan lainnya

  • Luas lantai dasar maksimumm 40% dari luas persil
  • Luas lantai 2 maksimum 100% dari lantai dasar

   Bangunan Pendidikan - Luas lantai dasar maksimum 45 %

  • Luas lantai 2 maksimum 100% dari luas lantai dasar.