Sintesis nitrofurazon dari 5-Nitro-2-Furfural Diasetat dan semikarbazida hidroklorida dengan katalis asam P-Toluensulfonat - USD Repository

HALAMAN SAMPUL

  

SINTESIS NITROFURAZON DARI 5-NITRO-2-FURFURAL DIASETAT

DAN SEMIKARBAZIDA HIDROKLORIDA DENGAN KATALIS ASAM

P-TOLUENSULFONAT

  

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

  Program Studi Ilmu Farmasi Oleh :

  Georgius Borisdeva Radite Baswara NIM : 048114078

  FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008

HALAMAN JUDUL

  

SINTESIS NITROFURAZON DARI 5-NITRO-2-FURFURAL DIASETAT

DAN SEMIKARBAZIDA HIDROKLORIDA DENGAN KATALIS ASAM

P-TOLUENSULFONAT

  

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

  Program Studi Ilmu Farmasi Oleh :

  Georgius Borisdeva Radite Baswara NIM : 048114078

  FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

  Skripsi

  

SINTESIS NITROFURAZON DARI 5-NITRO-2-FURFURAL DIASETAT

DAN SEMIKARBAZIDA HIDROKLORIDA DENGAN KATALIS ASAM

P-TOLUENSULFONAT

  Yang diajukan oleh Georgius Borisdeva Radite Baswara

  NIM : 048114078 Telah disetujui oleh

  Pembimbing Lucia Wiwid Wijayanti, M. Si.

  Tanggal 18 Juli 2008

  HALAMAN PENGESAHAN

  Pengesahan Skripsi Berjudul

SINTESIS NITROFURAZON DARI 5-NITRO-2-FURFURAL DIASETAT DAN SEMIKARBAZIDA HIDROKLORIDA DENGAN KATALIS ASAM

  P-TOLUENSULFONAT

  Oleh : Georgius Borisdeva Radite Baswara

  NIM : 048114078 Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi

  Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

  Pada tanggal : 29 Juli 2008 Mengetahui

  Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

  Dekan Rita Suhadi, M. Si.

  Pembimbing : Lucia Wiwid Wijayanti, M. Si.

  Panitia Penguji : tanda tangan 1. Lucia Wiwid Wijayanti, M. Si. …………………….

  2. Jeffry Julianus, M. Si. …………………….

  3. Christine Patramurti, M. Si. …………………….

HALAMAN PERSEMBAHAN

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana karya ilmiah

  Yogyakarta, 11 Juni 2008 Penulis, Georgius Borisdeva Radite Baswara

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Georgius Borisdeva Radite Baswara No mahasiswa : 048114078

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul : “Sintesis Nitrofurazon dari 5-Nitro-2-furfural diasetat dan Semikarbazida

  HCl dengan Katalis Asam p-Toluensulfonat

  Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan memublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 17 Agustus 2008 Yang menyatakan G. Borisdeva Radite B.

  

PRAKATA

  Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Sintesis Nitrofurazon dari

  

Starting Material 5-nitro-2-furfural diasetat dan Semikarbazida HCl dengan

  Katalis Asam p-Toluensulfonat” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pada Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dari banyak pihak, Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :

  1. Lucia Wiwid Wijayanti, M. Si. selaku dosen pembimbing atas bimbingan dan pengarahannya baik selama penelitian maupun penyusunan skripsi ini.

  2. Jeffry Julianus, M. Si. selaku penguji atas segala masukan, kritik, dan sarannya.

  3. Christine Patramurti, M. Si. selaku penguji atas segala masukan, kritik, dan sarannya.

  4. Yohanes Dwiatmaka, M. Si. selaku Kepala Laboratorium Farmasi atas bantuannya sehingga penulis dapat bekerja di laboratorium dengan lancar.

  5. Mas Parlan, Mas Kunto, dan Mas Bimo atas bantuannya selama peneliti bekerja di laboratorium Kimia Organik, Kimia Analisis, dan Kimia Analisis Instrumen.

  6. Mia, Dewi, Probo, Robby, dan Vita, rekan seperjuangan dalam penelitian ini yang selalu membantu.

  7. Bob, Coco, Fajar, Edvan, dan Elvan, atas kebersamaannya selama di laboratorium.

  8. Ayu, Ika, Lian, Rosa, Sisil, Leo, Adit, Budiarto, Rudi, Ella, Agung, Yoyo, Robert, Tintus, Rizky, Brian dan teman-teman angkatan 2004 lain yang telah banyak membantu dan memotivasi.

  9. Mbak Ita, Kiki dan Seli, yang banyak membantu penyusunan skripsi ini.

  10. Si kecil Toro yang tidak punya ruang sedikit pun di dunia yang luas ini, atas inspirasi dan kebahagiaan singkat yang diberikan

  11. Segenap rekan dan pihak-pihak yang membantu namun tidak dapat disebutkan satu persatu.

  Akhir kata penulis menyadari bahwa karya penulisan skripsi ini jauh dari sempurna mengingat keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang dimiliki.

  Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat diperlukan oleh penulis demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangsih yang bermanfaat pada perkembangan ilmu pengetahuan.

  Yogyakarta 10 Juni 2008 Penulis

  

DAFTAR ISI

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

DAFTAR TABEL

  

  DAFTAR GAMBAR

  

  

INTISARI PENELITIAN

  Senyawa nitrofurazon merupakan agen antibakteri nitroheterosiklik yang efektif terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif. Subtituen metilen hidrazin karboksamida pada posisi C2 menyebabkan aktivitas antibakterinya meningkat dibandingkan dengan antibiotik nitrofuran.

  Sintesis nitrofurazon dilakukan dengan mereaksikan senyawa 5- nitrofurfural diasetat dan semikarbazida HCl dengan katalis asam p-toluensulfonat pada suhu 70°C. Senyawa hasil sintesis kemudian diisolasi dan diuji secara kualitatif menggunakan uji organoleptis, uji kelarutan, uji kualitatif nitrofurazon, uji titik leleh, uji kromatografi lapis tipis, elusidasi struktur dengan spektroskopi inframerah, dan spektroskopi resonansi magnet inti. Parameter keberhasilan penelitian ini adalah besarnya rendemen yang didapatkan.

  Senyawa yang dihasilkan dari penelitian ini berupa kristal berwarna hijau pucat tidak berbau, larut dalam larutan alkalis, sukar larut dalam alkohol, tidak larut dalam air dan eter. Senyawa ini menunjukkan hasil positif dalam uji kualitatif nitrofurazon, memiliki profil bercak yang berbeda dengan bercak 5- nitro-2-furfural diasetat, dan memiliki titik lebur 229-230°C. Hasil elusidasi struktur dengan spektroskopi inframerah menunjukkan bahwa senyawa hasil sintesis memiliki gugus-gugus fungsional yang sama dengan nitrofurazon, dan dengan spektroskopi RMI menunjukkan bahwa profil proton senyawa hasil sintesis sama dengan profil proton nitrofurazon. Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa nitrofurazon dapat disintesis dengan starting material 5-nitro- 2-furfural diasetat dan semikarbazida HCl dengan katalis asam p-toluensulfonat dengan rendemen 46,51%.

  Kata kunci : nitrofurazon, 5-nitro-2-furfural diasetat, sintesis

  ABSTRACT

  Nitrofurazone is a nitroheterocyclic antibiotic, active against a number of Gram-negative and Gram positive-bacteria. The methylene hydrazine carboxamide group in C2 position of the furan ring increases it’s activity.

  Nitrofurazon was synthesized by reacting 5-nitro-2-furfural diacetate and semicarbazide HCl with p-toluenesulfonic acid catalysist at 70°C. The result was isolated and qualitatively analyzed using organoleptic test, solubility test, qualitative test of nitrofurazone, melting point determination, thin layer chromatography, structure determination using infrared (IR) and nuclear magnetic resonance (NMR) spectroscopy. Parameter of succeed of this study was the the product’s rendemen.

  The result of this study was pale green crystalline solid, odorless, soluble in alkali solution, slightly soluble in alcohol and propilen glycol, insoluble in water and ether. The qualitative test for nitrofurazone showed positive result, and the thin layer chromatography test gave the difference between 5-nitro-2-furfural diacetate’s and the product’s spot. The product’s melting point was 229-230°C. Structure’s elucidation with IR spectroscopy showed that the product’s functional groups was identically with nitrofurazone’s. NMR spectroscopy showed product’s profile of proton was also similar to nitrofurazon’s. Whole complete results concluded that nitrofurazone could be synthetized using 5-nitro-2-furfural diacetate and semikarbazide HCl with p-toluenesulfonic acid catalysist, and gave rendemen for about 46,51%.

  Keywords : nitrofurazone, 5-nitro-2-furfural diacetate, synthesis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Senyawa nitroheterosiklik, misalnya seperti nitrofuran, nitrotiazol, dan

  nitroimidazol, merupakan agen kemoterapetik yang efektif untuk pengobatan

  

schistosomiasis, amebiasis, dan trichomoniasis pada manusia dan hewan

  (Grunberg cit. Wang, Chiu, Muraoka, Michie, and Bryan, 1975). Senyawa- senyawa nitroheterosiklik ini berperan cukup penting karena resistensi mikroorganisme terhadap antibiotik

  β-laktam dan turunan sulfonamida telah banyak dilaporkan (Jawetz dan Adelderg, 1996). Nitrofurazon termasuk golongan nitrofuran yang memiliki spektrum luas sebagai agen antibakteri, mencakup bakteri Gram positif dan Gram negatif dengan pelaporan kasus resistensi yang jarang.

  Dalam konsentrasi yang tinggi, nitrofurazon bersifat bakterisidal, sedangkan pada konsentrasi yang rendah, nitrofurazon akan bersifat bakteriostatik. Nitrofurazon efektif terhadap patogen-patogen yang umumnya menyebabkan infeksi permukaan kulit, termasuk diantaranya Staphylococcus

  

aureus, Streptococcus, Escherichia coli, Clostridium perfringens, Enterobacter

aerogenes, dan bakteri Proteus (Anonim, 2004). Mekanisme aksi nitrofurazon

  belum diketahui secara pasti. Diduga, nitrofurazon bekerja dengan menghambat beberapa enzim dari bakteri, terutama untuk enzim-enzim yang terlibat di dalam

  Keberadaan senyawa-senyawa nitroheterosiklik dan turunannya dalam produk alam sangat langka, untuk itu proses sintesisnya menjadi perlu untuk dipelajari. Nitrofurazon, suatu turunan nitrofuran, memiliki subtituen metilen hidrazin karboksamida pada posisi C2 sehingga aktivitas antibakterinya lebih baik dibanding 5-nitrofurfural. Menurut Warren (1995), nitrofurazon dapat didiskoneksi pada C=N sehingga didapatkan senyawa 5-nitrofurfural dan semikarbazida. Senyawa 5-nitrofurfural ini dapat didiskoneksi lagi menjadi

  

starting material asam nitrat dan furfural. Untuk mencegah terbukanya cincin

  furan dalam suasana asam, asam nitrat direaksikan terlebih dahulu dengan asam asetat anhidrida sehingga membentuk asetil nitrit yang sifatnya lebih mild.

  Adanya asam asetat anhidrida ini menyebabkan terjadi reaksi esterifikasi senyawa hidrat hasil reaksi 5-nitrofurfural dengan air membentuk senyawa 5-nitro-2- furfural diasetat.

  Pada penelitian ini, digunakan furfural sebagai salah satu reaktan. Furfural dapat diperoleh dari hidrolisis biomassa (tongkol jagung dan sekam padi) dalam suasana asam. Indonesia sendiri merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya adalah petani. Jadi, limbah agrikultur seperti tongkol jagung dan sekam padi tersedia cukup banyak. Pemanfaatan tongkol jagung dan sekam padi yang merupakan limbah agrikultur diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonominya, sehingga berperan dalam penemuan jalur sintesis nitrofurazon yang lebih murah.

  Penelitian tentang sintesis nitrofurazon sebelumnya telah dilakukan nitrofurfuraloksim dengan menggunakan HCl dan H

  2 SO 4 sebagai katalisator

  reaksi (Tehrani, 2003). Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa keberadaan asam yang sangat kuat seperti H SO dan pemanasan berlebihan dapat

  2

  4 mendekomposisi produk yang terjadi.

  Menurut Fessenden dan Fessenden (1986), reaksi pembentukan imin dari aldehid maupun keton bergantung pada pH. Untuk mendapatkan laju reaksi yang optimum maka pH diatur hingga 3-4. Dalam penelitian ini digunakan katalis asam

  

p -toluensulfonat (pKa ~-0.6) yang merupakan asam yang lebih lemah dari asam

  klorida (pKa ~-7). Penggunaan katalis ini bertujuan untuk mengurangi resiko terbukanya cincin furan dan terjadinya dekomposisi produk sintesis, sehingga menghasilkan rendemen yang lebih banyak.

1. Permasalahan

  Dari latar belakang di atas, masalah yang muncul dapat dirumuskan sebagai berikut : apakah senyawa nitrofurazon dapat disintesis dari starting 5-nitro-2-furfural diasetat dan semikarbazida HCl dengan katalis asam p-

  material

  toluensulfonat? 2.

   Keaslian penelitian

  Sejauh pengamatan peneliti, penelitian tentang sintesis nitrofurazon dengan katalis asam p-toluensulfonat belum pernah dilakukan. Adapun penelitian Tehrani (2003) menggunakan katalis asam klorida untuk sintesis nitrofurazon.

3. Manfaat penelitian

  Penelitian ini bermanfaat dalam menemukan jalur sintesis nitrofurazon yang baru yaitu dengan penggunaan katalis p-toluensulfonat sehingga diharapkan akan meningkatkan rendemen sintesis nitrofurazon.

B. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah nitrofurazon dapat disintesis dari 5-nitro-2-furfural diasetat dan semikarbazida dengan katalis asam

  p -toluensulfonat dan mengetahui berapa rendemen produk yang dihasilkan.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Nitrofurazon Golongan nitrofuran adalah senyawaan nitrofuraldehid sintetik yang

  bersifat sangat bakterisidal dalam keadaan in vitro bagi banyak kuman Gram- positif dan Gram-negatif. Sebagian besar nitrofuran tidak dapat dilarutkan dalam air. Beberapa senyawaan (misalnya nitrofuraldehid semikarbazon) efektif sebagai obat antikuman secara lokal dan digunakan dalam pembalutan luka serta hampir tidak mengalami penyerapan (Jawetz dan Adelberg, 1996).

  Nitrofurazon berbentuk kristal berwarna kuning pucat, warnanya semakin gelap dengan paparan cahaya; memiliki titik lebur 236-240°C; berasa pahit. Nitrofurazon sangat sukar larut dalam air (1:4200), sukar larut dalam etanol (1:590) dan propilen glikol (1:350); larut dalam larutan basa dengan warna jingga; praktis tidak larut dalam eter. Nitrofurazon memiliki nilai LD

  50 (oral) pada tikus sebesar 0,59 g/kg dan 3,0 g/kg untuk pemberian sub kutan (Anonim, 1989).

  H N NH

  2 O N

  2 C N C O H O Gambar 1. Struktur nitrofurazon

  Nitrofurazon merupakan obat yang efektif terhadap beberapa

  dysentery bacillus, colon bacillus, paralyphoid bacyllus, dan lain-lain). Nama lain

  obat ini adalah furacin, furacillin, antibioptal, vabrocid, dan lain-lain (Vardanyan & Hruby, 2006).

1. Reaksi diskoneksi nitrofurazon

  Menurut Warren (1995), nitrofurazon dapat disintesis dari 5-nitrofurfural dan semikarbazida.

  O O O H O O N O N O 2 C NNHCNH 2

2

CH H N 2 N NH 2 H 5-nitrof urf uraldehida semikarbazida Nitrof urazon

  Gambar 2. Desain diskoneksi nitrofurazon

  Senyawa 5-nitrofurfuraldehid dapat didiskoneksi lagi menjadi asam nitrat dan furfural yang relatif murah.

  O O O O N 2 O CH CH HNO 3 asam nitrat 5-nitrof urf uraldehida f urf uraldehida

  Gambar 3. Desain diskoneksi 5-nitro-2-furfuraldehid 2. Sintesis nitrofurazon (reaksi pembentukan imin)

  Reaksi sintesis nitrofurazon adalah reaksi pembentukan imin. Suatu aldehid apabila direaksikan dengan suatu amina primer akan membentuk senyawa

  OH O H H O

  2 R NH R CH R C NH RHC NH 2 2 H Gambar 4. Reaksi umum pembentukan senyawa imin

  Mekanisme untuk pembentukan imina pada hakekatnya merupakan proses dua tahap. Tahap pertama adalah adisi amina nukleofilik pada karbonil yang bermuatan positif parsial, yang diikuti dengan lepasnya proton dari nitrogen dan diperolehnya proton oleh oksigen.

  Tahap 1, adisi :

  OH O O cepat cepat

  R C R R' NH R C R 2 R C R R' NH

R' NH

  2 Gambar 5. Adisi amina primer pada senyawa karbonil

  Tahap 2 adalah protonasi gugus OH, yang kemudian dapat lepas sebagai air dalam suatu reaksi eliminasi.

  Tahap 2, eliminasi :

  H OH H H OH 2 cepat lambat cepat

  R C NR' 2 R C NHR' R C NHR' 2 2 R C NHR' 2 imina

  Gambar 6. Proses dehidrasi dan eliminasi proton

  Pembentukan imina adalah suatu reaksi yang tergantung pada pH. Pada tahap pertama, adisi amina takterprotonkan yang bebas pada gugus karbonil akan diabaikan). Jika hal ini terjadi, tahap adisi yang biasanya cepat ini akan menjadi lambat dan benar-benar menjadi tahap penentu laju dalam rentetan reaksi tersebut.

  Reaksi amina primer dalam asam :

  tidak nukleof ilik R NH

  3 H R NH

  2 Gambar 7. Protonasi amina primer membentuk ion ammonium

  Tahap kedua reaksi itu adalah eliminasi gugus OH yang terprotonkan sebagai air. Tidak seperti tahap pertama (adisi amina) laju tahap kedua meningkat

  • dengan bertambahnya konsentrasi asam. Hal ini disebabkan karena OH
    • merupakan suatu basa kuat gugus pergi yang jelek, sedangkan -OH merupakan

  2

  suatu basa lemah dan gugus pergi yang baik. Bertambahnya keasaman akan mengakibatkan tahap 2 akan berjalan lebih cepat, tetapi tahap 1 akan menjadi lebih lambat. Sebaliknya, menurunnya keasaman menyebabkan tahap 1 lebih cepat dan tahap 2 menjadi lebih lambat (Fessenden dan Fessenden, 1985).

  Tehrani (2003) membuktikan bahwa nitrofurazon dapat disintesis dari 5- nitro-2-furfural diasetat dan semikarbazida HCl dengan katalis asam sulfat dan asam klorida dengan rendemen berkisar antara 79-92 %. Dalam penelitian tersebut juga diungkapkan bahwa adanya asam kuat dan waktu reaksi yang panjang dapat mengakibatkan dekomposisi produk yang terjadi.

3. Semikarbazida hidroklorida

  Semikarbazida hidroklorida merupakan salah satu starting material dimana satu gugus amida pada urea digantikan oleh residu dari hidrazin. Garam hidroklorit dari semikarbazida berbentuk kristal berwarna putih, dengan titik leleh 175 °C dan sangat mudah larut di dalam air.

  O Cl

C NH

  3 H N N

2 H

  

Gambar 8. Struktur semikarbazida hidroklorida

  Senyawa ini digunakan dalam preparasi bahan-bahan farmasetik termasuk antibakteri golongan nitrofuran (furazolidon, nitrofurazon, nitro- furantoin) dan senyawa lainnya. Semikarbazon merupakan bentuk keton dari semikarbazida yang didapatkan dari reaksi kondensasi antara suatu keton atau aldehid dengan semikarbazida (Anonim, 2008).

4. Katalis asam p-toluensulfonat

  Katalis merupakan suatu bahan yang dapat meningkatkan laju reaksi kimia tanpa diubah dalam keseluruhan kimia, namun tidak berarti tidak terlibat dalam reaksi. Katalis akan berada dalam bentuk yang sama sebelum dan sesudah reaksi berlangsung. Pada penelitian ini digunakan katalis asam para- toluensulfonat.

  Asam para-toluensulfonat memiliki rumus struktur C

  7 H

  8 O

  3 S. Kristal

  asam p-toluensulfonat berbentuk seperti pasir; tidak berwarna; dalam bentuk cairan berwarna gelap atau tidak berwarna; bersifat sangat mudah larut air dan sangat higroskopis. Asam p-toluensulfonat digunakan dalam pembuatan pewarna,

  O HO S CH

  3 O

Gambar 9. Struktur asam p-toluensulfonat

B.

   Sintesis 5-Nitro-2-furfural Diasetat

  Senyawa 5-nitro-2-furfural diasetat merupakan salah satu starting

  

material dari sintesis nitrofurazon. Tehrani (2003) pernah melakukan sintesis

  senyawa ini menggunakan furfural dan asam nitrat dalam asam asetat anhidrida dengan katalis asam sulfat.

  O O C CH

  O N 3 O

  2 HC O C CH

  3 H H O

Gambar 10. Struktur 5-nitro-2-furfural diasetat

1.

   Furfural

  Furfural (C

  4 H

  3 OCHO) memiliki bobot molekul 96,06; merupakan cairan

  jernih, tidak berwarna, tetapi dapat dengan segera berubah menjadi coklat kemerahan. Furfural dalam kadar rendah larut dalam air; larut dalam etanol dan eter. Penyimpanan furfural harus dalam wadah tertutup rapat dan tidak tembus cahaya (Anonim, 1995). Furfural dapat dibuat dari dehidrasi gula pentosa, yang dapat ditemukan dalam sekam gandum dan tongkol jagung (McMurry, 2004). dengan bahan baku tandan kosong sawit yang banyak tersedia sebagai limbah agrikultur.

  H O

  3 C H O CHO

  5

  10

5 O

  pentosa f urf ural

Gambar 11. Reaksi dehidrasi pentosa menjadi furfural (McMurry, 2004)

  Furfural merupakan suatu aldehid. Gugus karbonil pada aldehid bersifat polar, dengan elektron-elektron dalam ikatan sigma dan ikatan pi. Elektron dalam ikatan pi tersebut sangat mudah tertarik ke oksigen yang bersifat elektronegatif. Selain pengaruh atom elektronegatif yang menyebabkan suatu molekul menjadi polar, kepolaran juga ditentukan oleh momen dipol yang merupakan ukuran terhadap derajad kepolaran. Momen ikatan dan tetapan dielektrik ikut menentukan suatu molekul termasuk polar atau nonpolar (Fessenden dan Fessenden, 1986).

  Suatu aldehid bereaksi dengan air dan menghasilkan 1,2-diol atau geminal (gem)-diol (gambar 4). Reaksi hidrasi ini bersifat reversibel dimana suatu gem-diol dapat mengeliminasi air untuk membentuk aldehid kembali.

  OH O H R C OH R C H H O

2 H

  suatu aldehida suatu gem-diol

Gambar 12. Reaksi aldehid dengan air

  Kesetimbangan reaksi antara gem-diol dan aldehid tergantung pada aldehid sederhana cenderung akan membentuk gem-diol. Senyawa gem-diol atau hidrat yang bersifat stabil juga dikenal, namun lebih bersifat kekecualian. Kloral hidrat dan formalin adalah contoh senyawa gem-diol atau hidrat yang stabil (McMurry, 2004; Fessenden dan Fessenden, 1986).

  Adisi nukleofilik (air) pada suatu aldehid berjalan lambat dalam air murni. Adanya katalis asam maupun basa dapat mempercepat laju reaksi tanpa mengubah kesetimbangan (McMurry, 2004).

2. Reaktivitas cincin furan pada furfural

  Cincin furan akan mengalami reaksi subtitusi elektrofilik aromatik karena furan termasuk senyawa aromatik. Cincin furan memiliki 6 elektron π dalam sistem terkonjugasi pada orbital p yang saling tumpang tindih. Pada umumnya heterosiklik bersifat lebih reaktif terhadap elektrofil dibandingkan dengan cincin benzena. Halogenasi, nitrasi, sulfonasi, dan asilasi Friedel-Crafts dapat berlangsung apabila berada dalam kondisi reaksi yang tepat. Dibandingkan dengan pirola dan tiofena, furan merupakan heterosiklik yang lebih reaktif (McMurry, 2004).

  E E E

  E H H H (α)

  O O O O E E E (memiliki bentuk

  H H stabilisasi resonansi yang lebih sedikit)

  (β) O O O

  

Gambar 13. Bentuk stabilisasi resonansi dari cincin furan (Hendrickson, 1970)

  Reaksi substitusi cenderung terjadi pada posisi α, karena reaksi pada posisi

  α ini akan membentuk stabilisasi resonansi yang lebih banyak daripada substitusi pada posisi β.

  Suatu heterosiklik akan menjadi senyawa yang sangat reaktif apabila tidak memiliki gugus penarik elektron (-NO , -COR, -COOH, dan lain-lain).

  2 Karena reaktivitasnya yang tinggi maka keberadaan elektrofil lemah atau bahkan

  asam kuat dapat menyebabkan destruksi cincin furan (Hendrickson, Cram, and Hammond, 1970).

C. Elusidasi Struktur

  Elusidasi struktur suatu molekul organik dapat menggunakan spektroskopi. Dalam hal ini dapat digunakan spektroskopi ultra violet (UV), spektroskopi infra merah (IR), resonansi magnet inti (NMR proton dan karbon), dan spektrometri massa. Dalam hal ini, spektrum UV menguji susunan sistem kromofor dari suatu zat. Spektrum IR dapat memberikan informasi tentang gugus- gugus fungsional yang penting. Berdasarkan spektrum NMR, dapat diketahui membantu menentukan berat molekul di samping perhitungan rumus molekul saja, tetapi juga petunjuk bagi gugus-gugus fungsional dan penyelidikan kerangka molekul. Dengan demikian penggunaan keempat metode spektroskopi dengan referensi menyempurnakan pemantapan struktur molekul (Samhoedi cit., Jung, 2001).

1. Spetroskopi inframerah

  Bila sinar inframerah dilewatkan melalui cuplikan senyawa organik, maka sejumlah frekuensi diserap sedang frekuensi yang lain diteruskan/ditrans- misikan tanpa diserap. Jika persen transmisi atau persen absorbansi diplotkan terhadap frekuensi maka akan dihasilkan suatu spektrum inframerah (Sastrohamidjojo, 2007).

  Energi dari kebanyakan vibrasi molekuler akan mengacu pada daerah inframerah pada spektrum elektromagnetik. Vibrasi molekuler bisa dideteksi dan diukur pada spektrum inframerah. Posisi dari suatu gelombang serapan pada spektrum dapat diekspresikan dalam mikron (

  μm) atau yang lebih sering dijumpai

  • 1

  dalam bentuk resiprokal dari panjang gelombang (cm ). Daerah spektrum

  • 1 -1

  inframerah berada pada 4000 cm pada akhir frekuensi tinggi dan 625 cm pada akhir frekuensi rendah (Williams dan Fleming, 1980). Daerah antara 1400-4000

  • 1

  cm , bagian kiri spektrum inframerah, merupakan daerah yang khusus berguna untuk identifikasi gugus-gugus fungsional. Daerah ini menunjukkan absorbsi yang

  • 1

  disebabkan oleh modus uluran atau rentangan. Daerah di kanan 1400 cm seringkali sangat rumit karena bank modus rentangan maupun modus tekukan gugus fungsional spesifik tak dapat ditarik dengan cermat, namun tiap senyawa organik mempunyai serapan yang unik di sini. Oleh karena itu, bagian spektrum ini disebut daerah sidik jari (fingerprint region). Meskipun bagian kiri spektrum nampaknya sama untuk senyawa-senyawa yang mirip, daerah sidikan haruslah pula cocok antara dua spektrum, agar dapat disimpulkan bahwa kedua senyawa itu sama (Fessenden dan Fessenden, 1986).

  Molekul yang tersusun dari banyak atom mempunyai sangat banyak frekuensi vibrasi. Setiap ragam vibrasi yang berbeda mungkin dapat memberikan pita serapan yang berbeda. Sejumlah vibrasi yang mempunyai frekuensi sama maka pita-pita serapannya akan saling tumpang tindih (Sastrohamidjojo, 2007).

  Korelasi antara vibrasi beberapa gugus fungsi dan frekuensi (bilangan gelombang) ditunjukkan pada tabel 1.

  Tabel I. Korelasi antara gugus fungsi dengan frekuensi

  • 1

  Jenis vibrasi Frekuensi (cm

  ) Intensitas C-H ulur (stretch) 3000 – 2850 tajam

  • CH

  3 (bending) 1450 – 1375 sedang

  • CH

  2

  (bending) 1465 sedang Alkena (stretch) 3100 – 3000 sedang (keluar bidang) 1000 – 650 tajam Aromatik (stretch) 3150 – 3050 tajam (keluar bidang) 900 – 690 tajam Alkuna (stretch) ± 3300 tajam Aldehid 2900 – 2800 lemah 2800 – 2700 lemah C=C Alkena 1680 – 1600 sedang-lemah Aromatik 1600 – 1475 sedang-lemah C

  ≡C Alkuna 2250 – 2100 tajam C=O Aldehid 1740 – 1720 tajam Keton 1725 – 1705 tajam Asam karboksilat 1725 – 1700 tajam Ester 1750 – 1730 tajam Klorida asam 1800 tajam C-O Alkohol, eter, ester asam 1300 – 1000 tajam Karboksilat, anhidrida O-H Alkohol, fenol bebas 3650 – 3600 sedang Ikatan –H 3500 – 3200 sedang Asam karboksilat 3400 – 2400 sedang N-H Amida primer & sekunder dan amina (stretch) 3500 – 3100 sedang (bending) 1640 – 1550 sedang-tajam C-H Amina 1350 – 1000 sedang-tajam C=N Imina dan oksim 1690 – 1640 lemah-tajam C

  ≡N Nitril 2260 – 2240 sedang X=C=Y Allena, keten, isosianat, 2270 – 1450 lemah-tajam isotiosianat NO

2 Nitro 1550 & 1350 tajam

  S=O Sulfon, sulfonilklorida 1375 – 1300 tajam Sulfat, sulfonamida 1200 – 1140 tajam C-X Florida 1400 – 1000 tajam Klorida 800 – 600 tajam Bromida, iodida 667 2.

   Spektroskopi Resonansi Magnet Inti (RMI)

  Spektroskopi resonansi magnet inti (RMI) didasarkan pada penyerapan gelombang radio oleh inti-inti tertentu dalam molekul organik, apabila molekul ini berada dalam medan magnet yang kuat.

  Dalam suatu spektrum RMI, posisi serapan oleh sebuah proton bergantung pada kuat netto medan magnet lokal yang mengitarinya. Medan lokal ini merupakan hasil medan terapan H dan medan molekul terimbas yang mengitari proton itu dan berlawanan dengan medan terapan. Jika medan imbasan di sekitar proton itu relatif kuat maka medan itu melawan H dengan lebih kuat dan diperluas medan terapan yang lebih besar untuk membawa proton itu agar absorbsinya terletak di atas medan dalam spektrum. Atau sebaliknya jika medan imbasan di sekitar proton itu relatif lemah, maka medan yang dipakai juga lemah dan membawa proton ini ke dalam resonansi. Proton itu dikatakan tidak terperisai (deshielded) dan absorbsinya muncul di atas medan.

  Terperisai dan tak-terperisai merupakan istilah relatif. Untuk memperoleh pengukuran yang kuantitatif diperlukan suatu titik rujukan (referensi). Senyawa yang dipilih sebagai rujukan adalah tetremetilsilana (TMS), yang proton-protonnya menyerap pada ujung kanan spektrum RMI.

  Atom hidrogen dalam suatu senyawa organik selalu terikat dengan ikatan sigma, baik pada atom karbon, oksigen, atau atom lain.Medan magnet luar akan menyebabkan elektron-elektron sigma ini beredar, akibatnya adalah timbulnya medan magnet molekular kecil yang melawan H .

  Karena medan imbasan melawan medan luar, maka proton yang terikat secara sigma ini terperisai. Diperlukan kuat medan luar sedikit lebih besar untuk mengalahkan efek medan imbasan, agar dapat membawa proton tersebut ke dlam resonansi; oleh karena itu, proton itu menyerap di atas medan dibandingkan dengan suatu proton hipotesis yang telanjang. Kuat medan imbasan bergantung pada rapatan elektron di dekat atom hidrogen di dalam ikatan sigma. Makin besar rapatan elektron, akan makin besar medan imbasan.

  Medan magnet yang terimbas oleh elektron pi bersifat berarah (directional, yakni tak simetris). Karena efek medan molekular yang diimbas oleh lektron pi bergantung pada arah, maka efek ini disebut efek anisotropik. Efek ada, yang diimbas oleh elektron-elektron ikatan sigma. Adanya medan imbasan dari elektron pi yang searah dengan medan magnet luar H akan membuat proton menjadi lebih tak terperisai dan menyerap lebih jauh di bawah medan.

  Proton yang berada dalam lingkungan magnetik dalam sebuah molekul, mempunyai geseran kimia yang sama dalam spektrum RMI. Proton-proton semacam itu disebut proton ekivalen secara magnetik. Proton yang berada dalam lingkungan magnetik yang berbeda, akan mempunyai geseran kimia yang berbeda dan dikatakan proton tak ekivalen.

  Proton yang ekivalen secara magnetik secara spektroskopi RMI biasanya sama seperti proton ekivalen secara kimia. Dalam kloroetana, ketiga proton metil adalah ekivalen secara magnetik dan juga ekivalen secara kimia. Apabila disubstitusi dengan atom lain, misalnya brom, akan didapatkan satu produk yaitu 1-bromo-2-kloroetana, tidak peduli proton mana yang disubstitusi (Fessenden dan Fessenden, 1986).

  Jika H sembarang digantikan H H oleh Br, hanya diperoleh ekivalen satu senyawa bromo

  H C CH Cl Br C CH Cl 2 2 H H Gambar 14. Proton-proton yang ekivalen secara magnetik dan kimia pada kloroetana D. Landasan Teori

  Nitrofurazon merupakan senyawa antibiotik turunan nitrofuran yang memiliki spektrum luas terhadap bakteri Gram positif dan negatif. Nitrofurazon semikarbazida HCl dalam suasana sedikit asam (pH 3-4) berdasarkan reaksi pembentukan imin.

  O O H O O 2 N O O N 2 N NHCNH C 2 CH(AcO) 2 H H N NHCNH 2 2 semikarbazida 5-nitrof urf ural diasetat nitrof urazon

  

Gambar 15. Reaksi umum sintesis nitrofurazon

  Reaksi pembentukan imin adalah reaksi antara suatu aldehid dengan amina primer dalam suasana asam. Keasaman merupakan faktor yang penting dalam proses reaksi ini. Apabila terlalu asam maka nukleofilisitas amina berkurang sehingga lebih sulit untuk bisa menyerang atom C karbonil. Sedangkan apabila terlalu basa maka elektrofilisitas atom C karbonil berkurang karena atom O karbonil tidak terprotonasi.

  Data hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa dengan katalis asam kuat, seperti asam sulfat (pKa ~-9), serta proses pemanasan dengan suhu tinggi dalam waktu yang lama justru dapat mendekomposisi produk yang terjadi sehingga dapat mengurangi rendemen. Oleh karena itu pada penelitian ini digunakan katalis asam yang lebih lemah dibanding asam sulfat yaitu asam p-toluensulfonat (pKa~ -0,6). Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah sintesis nitrofurazon dari 5-nitro-2- furfural diasetat dengan katalis asam p-toluensulfonat dapat memberikan rendemen yang lebih besar dibandingkan dengan dengan katalis asam sulfat.

  E. Hipotesis Nitrofurazon dapat disintesis dari 5-nitro-2-furfural diasetat dan semikarbazida HCl dengan katalis asam p-toluensulfonat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif non-eksperimental karena

  tidak dilakukan manipulasi terhadap subyek uji dan hanya dipaparkan fenomena yang terjadi yang tidak terdapat hubungan sebab akibat.

B. Definisi Operasional Penelitian

  1. Starting material: merupakan senyawa yang digunakan dalam sintesis yang merupakan senyawa awal, dalam hal penelitian ini adalah senyawa 5-nitro-2- fufuraldiasetat dan semikarbazida HCl.

  2. Katalis: merupakan senyawa yang digunakan untuk meningkatkan laju reaksi kimia. Dalam penelitian ini digunakan asam p-toluensulfonat.

  3. Molekul target: merupakan senyawa yang diharapkan terbentuk pada penelitian yaitu nitrofurazon.

C. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat penelitian

  Seperangkat alat gelas yang lazim untuk kegiatan sintesis, penangas es, penangas mantel, drupple plate, pompa vakum, pengaduk magnetik, waterbath, pendingin Alihn, neraca analitik, seperangkat alat untuk sistem KLT, seperangkat

  1

  (Shimadzu IR Prestige 21), spektrometer RMI (H NMR JOEL-MY60), dan alat uji titik leleh (Electrothermal).

2. Bahan penelitian

  Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah furfural (Merck, GR

  

for synthesis ), asam nitrat (Simac, extra pure), asam sulfat (Merck, p.a.), asam

  asetat anhidrida (AnalaR, analytical grade), asam p-Toluensulfonat (Merck, for

  

synthesis ), semikarbazida HCl (Merck, for synthesis), etanol (Brataco, teknis),

  kalium hidroksida (Brataco, teknis), dimetil formamida (Merck, p.a.), aquades (laboratorium Kimia Organik USD, teknis), dan kertas saring (laboratorium Kimia Organik USD, teknis).

D. Tata Cara Penelitian 1. Sintesis 5-nitro-2-furfural diasetat

  Campuran asam nitrat pekat (4,3 ml) dan asam sulfat pekat (0,3 ml)

  o

  ditambahkan bertetes-tetes pada 45 ml asam asetat anhidrida pada suhu -5 C

  o

  sampai 5

  C. Ke dalam larutan ini ditambahkan furfural sebanyak 5,2 ml, dalam kondisi yang sama. Campuran diaduk dalam pendingin es selama 1 jam.

  o o

  Kemudian ditambahkan 40 ml air pada suhu 10 -15

  C. Selanjutnya ditambahkan larutan NaOH 25% hingga pH mencapai 3,5-4,5 pada suhu 15°-25°C. Campuran kemudian dipanaskan pada suhu 50°-55°C selama 1 jam. Untuk isolasi produk, campuran didinginkan pada suhu 10°-15°C sambil dilakukan pengadukan konstan. Endapan yang terbentuk dicuci dengan air dingin dan direkristalisasi

  2. Sintesis nitrofurazon

  Sebanyak 3,91 mmol (0,95 g) 5-nitro-2-furfural diasetat dicampur dengan etanol-air (7:9) ditambahkan asam p-toluensulfonat 25% sebanyak 2 tetes hingga pH 3-4 kemudian dipanaskan pada 70°C selama 20 menit. Semikarbazida HCl 8,52 mmol (0,62 g) dilarutkan dalam 3 ml aquades, kemudian ditambahkan dan reaksi dilanjutkan selama 40 menit. Endapan hasil sintesis dicuci dengan aquades, kemudian dicuci dengan alkohol panas. Suspensi disaring dengan corong Buchner panas, kemudian endapan yang tersaring dikeringkan. Endapan tersebut dicuci dengan eter hingga eter hasil cuciannya berwarna jernih dan selanjutnya dikeringkan serta ditimbang.

  3. Uji pendahuluan a. Uji organoleptis. Hasil sintesis diamati bentuk, warna, dan bau.

  b. Uji kelarutan. Dalam tabung reaksi, kurang lebih 10 mg serbuk hasil sintesis ditetesi aquades hingga kurang lebih 1 ml, bila perlu dilakukan pengojogan, jika belum larut ditambahkan aquades sampai kurang lebih 2 ml. Setelah selesai dengan aquades lakukan prosedur yang sama untuk pelarut etanol, eter dan larutan basa (piridin).

  c. Uji titik lebur. Sedikit serbuk hasil sintesis diisikan kedalam tabung

  o

  kapiler kemudian dimasukan pada thermophan dengan suhu 220 C (dibawah titik

  o

  lebur teoritis nitrofurazon yaitu 236-240

  C). Kristal diamati dan dicatat suhu pada

  o

  saat pertama hingga semua kristal melebur dengan kenaikan suhu 0,5 C tiap menit. d. Uji kualitatif nitrofurazon. Sejumlah kristal senyawa hasil sintesis dilarutkan dalam campuran basa (KOH) 10 mg, alkohol 1 ml, dan dimetilformamida hingga 10 ml. Warna ungu dari larutan menunjukkan adanya nitrofurazon.

  e. Uji Kromatografi Lapis Tipis. Uji kromatografi lapis tipis dilakukan dengan sistem fase diam silika gel GF 254 dan dengan fase gerak kloroform, metanol, ammonia (60:24:3). Senyawa hasil sintesis dan salah satu starting

  

material (5-nitrofurfural diasetat) sebagai pembanding dilarutkan dengan pelarut

  dimetilformamida kemudian ditotolkan ± 10 μl. Plate silika dielusi dalam

  

chamber hingga 10 cm dari titik penotolan. Visualisasi bercak dengan sinar UV

254 dan UV 365 nm.

4. Elusidasi Struktur

  Proses elusidasi struktur senyawa hasil sintesis dengan spektroskopi inframerah dan resonansi magnet inti pada penelitian ini dilakukan oleh petugas laboratorium kimia organik Fakultas MIPA, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Prinsip kerjanya secara umum adalah sebagai berikut.

  a. Spektroskopi inframerah . Sampel sebanyak kurang lebih 0,5-1,0 mg dicampur homogen dengan kurang lebih 100 mg KBr, lalu dikempa dan dibuat tablet kemudian diukur dengan spektrometer inframerah.

  b. Spektroskopi resonansi magnet inti (RMI). Sampel sebanyak kurang lebih 10-50 mg dimasukkan ke dalam tabung dan ditambah pelarut heksadeuterio-dimetilsulfoksida {(CD

  3 )

  2 SO} serta 0,5-1,0 tetes tetrametilsilana diletakkan diantara kutub-kutub magnet. Sel sampel dipusingkan, kemudian didapatkan sinyal resonansi dari spektrometer RMI.

E. Analisis Hasil 1. Data organoleptis

  a. Pemeriksaan kemurnian senyawa hasil sintesis berdasarkan 1). Data uji titik lebur 2). Data uji kelarutan 3). Data uji KLT

  b. Identifikasi struktur senyawa hasil sintesis berdasarkan 1). Spektrum Inframerah 2). Spektrum Resonansi Magnetik Inti 3). Spektrum Ultra Violet 2.

   Perhitungan rendemen

  Rendemen = berat senyawa hasil percobaan berat senyawa secara teoritis x 100%

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sintesis 5-Nitro-2-furfural diasetat Senyawa 5-nitro-2-furfural diasetat dapat disintesis dengan mereaksikan

  furfural dengan campuran asam nitrat nitrat dan asam sulfat dalam anhidrida asetat berdasarkan reaksi nitrasi. Proses pencampuran dilakukan bertetes-tetes dalam suhu rendah karena sifat dari asam sitrat dan asam sulfat yang eksotermis sehingga panas pencampuran yang dihasilkan sangat tinggi. Adanya pendinginan eksternal dapat mengurangi panas pencampuran yang terjadi.

  Apabila asam-asam kuat seperti asam nitrat dan asam sulfat direaksikan secara langsung dengan furfural dapat menyebabkan terbukanya cincin furan.

  Penambahan asam asetat anhidrida dapat membentuk asetil nitrit dengan asam nitrat sehingga membuat suasana reaksi menjadi lebih mild dan kemungkinan terbukanya cincin furan semakin kecil.

  O O O H SO 2 4 HNO 3 O H O NO 2 CH COOH 2 O 3 asam asetat anhidrida asam nitrat asetil nitrit asam asetat

  Gambar 16. Reaksi pembentukan asetil nitrit

  Ion nitronium yang dihasilkan dari campuran asam nitrat dan asam sulfat dalam asam asetat anhidrida akan diserang oleh elektron pi dari cincin furan. gugus nitro terikat pada atom C posisi α lebih besar daripada jika gugus nitro terikat pada atom C posisi

  β (gambar 18). Energi yang digunakan pada proses reaksi akan semakin kecil. Suatu senyawa akan cenderung akan melalui reaksi dimana tingkatan energi pada bentuk transisinya paling rendah, oleh sebab itu maka gugus nitro akan terikat pada atom C posisi O N O 2 O N O O O CH 2 α bukan β. O CH CH O N 2 O

  H O AcO NO O CH

  2 O O O O f urf ural CH CH AcO NO

2 O N

  2 O N H 2 Gambar 17. Proses delokalisasi elektron pada reaksi adisi ion nitronium pada cincin furan

  Adanya air hasil sebagai produk dari reaksi pembentukan ion nitronium dapat menyebabkan sebagian senyawa 5-nitrofurfuraldehid berubah menjadi bentuk hidrat atau gem-diol. Senyawa ini dapat teresterifikasi karena adanya sisa asam asetat anhidrida dan anion dari garam asetil nitrit, sisa asam (H

  2 SO 4 ), serta

  dengan adanya pemanasan menjadi senyawa 5-nitro-2-furfural diasetat (gambar 18).

  Keberadaan sisa asam setelah proses nitrasi harus dihilangkan, karena dapat mengakibatkan terbukanya cincin furan. Untuk itu endapan yang terbentuk dinetralkan dengan natrium bikarbonat. Setelah didapat filtrat yang netral, produk

  O O O C OH O N O N 2

2 HC O N

CH 2 HC O O O OH H O 2

  2AcO O C O

  5-nitro-2-f urf ural diasetat 5-nitrof urf ural (5-nitrof uran-2-il)metandiol Gambar 18. Pembentukan senyawa 5-nitro-2furfural diasetat B. Sintesis Nitrofurazon dan Mekanisme Reaksi