PEMBINAAN MORALITAS SISWA (STUDI KASUS PADA SMAN 1 SALATIGA DAN MAN SALATIGA TAHUN 2008) Diajukan Untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana strata I Dalam Ilmu Tarbiyah

  

PEMBINAAN MORALITAS SISWA

(STUDI KASUS PADA SMAN 1 SALATIGA DAN MAN

SALATIGA TAHUN 2008) SKRIPSI

  

Diajukan Untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana strata I Dalam Ilmu Tarbiyah

  \ ER £C A

  Disusun Oleh : TUGIRAN NIM : 11104 021 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDl PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAM A ISLAM NEGERI ( STAIN ) SALATIGA 2008

  .//. S ta tio n 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website :

  

DEKLARASI

\

  Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pemah ditulis oleh orang lain atau pemah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

  Apabila di kemudian hari temyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggung jawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosah skripsi.

  Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

  Salatiga, 15 Agustus 2008 Penulis,

  Tugiran

  NIM. I l l 04 021

NOTA PEMBIMBING

  Jurusan / Progdi : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam Judui . PEMBINAAN MORALITAS SISWA

  NIP. 150 284 764

  Dra. Marvati

  Salatiga, 15 Agustus 2008 5erhbimbing

  W assalam u'alaikum , wr, wb

  Dengan ini kami mohon skripsi Saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.

  (STUDI KASUS PADA SMAN 1 SALATIGA DAN MAN SALATIGA TAHUN 2008)

  Nairn : TUGIRAN NIM : 111 04 021

  JL S ta tio n 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721

  Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara :

  A ssalam u'alaikum . Wr. Wb.

  Saudara Tugiran Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga di Salatiga

  Lamp : 3 eksemplar Hal : Naskah skripsi

  DOSEN STAIN SALATIGA

  Dra. Maryatin

  Website : www.stainsalatiga.ac. id E-mail: administrasifg stainsalatiga.ac.id

  • ' i

  Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721

  Website :

  

P E N G E S A H A N

  Skripsi Saudara : TUGIRAN dengan Nomor Induk Mahasiswa : 111 04 021 yang beijudul : "PEMBINAAN MORAL1TAS SISWA (STUDI KASUS

  

PADA SMAN 1 SALATIGA DAN MAN SALATIGA TAHUN 2008) ", Telah

  dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada hari: Selasa, 16 September 2008 yang bertepatan dengan tanggal 16 Ramadhan 1429 H dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.

  16 September 2008 M Salatiga, --------------------------------------

  16 Ramadhan 1429 H Panitia Ujian embimbing

  

Dra. M ary at in

  NIP. 150 284 764

  

MOTTO

"Orang mufcnin yan g pating sem pum a imannya acfafafyang

paCing 6ai^a6JiCaknya" (H. Tirm idzi)

  PERSEMBAHAN

  Skripsi ini sava persembahkan kepada: ❖ Kedua orang tuaku ❖ Kakak-kakakku dan seluruh Keluargaku

  • *** Teman seperjuangan dan Sahabat-sahabatku

  Almamaterku; Jurusan PAI STAIN SALATIGA

  • ***

    *1* Rekan-rekan; PPL SMAN 1 Salatiga, KKN Desa Bateh serta teman-teman

  Five to Five

  

KATA PENGANTAR

Bism illahir rahmaanir rahiim.

  Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, taufiq dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini tanpa ada rintangan dan halangan yang cukup berarti. Shalawat serta salam kita sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW. keluarga, shahabat, dan para pengikutnya..

  Penyusunan skripsi ini merupakan tugas dan syarat untuk memperoleh gelar kesaijanaan program SI dalam ilmu Pendidikan Agama Islam pada Jurusan PAI STAIN Salatiga Tahun 2008.

  Penulis menyadari bahwa dalam rangka penyelesaian skripsi ini tidak mungkin berhasil tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M Ag. selaku ketua STAIN Salatiga.

  2. Bapak Fachurrahman, MPd. selaku Kaprogdi PAI STAIN Salatiga.

  3. Ibu Dra. Maryatin selaku Dosen Pembimbing Skripsi.

  4. Segenap staf Pengajar/Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga.

  5. Bapak Drs.Samtono, M.Si. serta seluruh keluarga besar SMA N 1 Salatiga yang telah berkenan menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam penelitian ini.

  6. Bapak Drs. H. Badaruddin, M.Ag. serta seluruh keluarga besar MAN Salatiga yang telali menyediakan fasilitas yang diperlukan dalani penelitian ini.

  7. Segenap keluarga dan sahabat yang telah memberikan dorongan demi berhasilnva penyusunan skripsi ini.

  8. Semua pihak yang telah rela membantu dalam penyusunan skripsi ini Semoga jasa dan pengorbanan yang tiada terhingga dari mereka mendapat balasan. disertai permohonan maaf atas segala kekhilafan.

  Penulis menyadan bahwa dalam penulisan ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempumaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sebagai koreksi dan penyempumaan.

  Akhimya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnva. dan bagi para pembaca pada umumnva, demi peningkatan mutu, kualitas dan kemajuan ilmu pengetahuan di masayang akan datang.

  Salatiga, 15 Agustus 2008 Penulis

  DAFTAR ISI Halaman

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  A. Gambaran llmum Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Salatiga.. 33

  

  

   DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN................................................. 33

  DAFTAR TABEL Tabel............................................................................................................Halaman

Tabel 3.1 : Data siswa SMAN 1 Salatiga Tahun 2008....................................... 35 fabel 3.2 : Data Guru SMAN 1 Salatiga Tahun 2008........................................ 36Tabel 3.3 : Data Sarana dan Prasarana SMAN 1 Salatiga Tahun 2008.............. 37Tabel 3.4 : Data Kegiatan Intra dan Ekstra kulikuler SMAN 1 Salatiga Tahun

  

Tabel 3.5 : Data Siswa MAN Salatiga Tahun 2008........................................... 41Tabel 3.6 : Data Guru MAN Salatiga Tahun 2008............................................... 42Tabel 3.7 : Data Sarana dan Prasarana MAN Salatiga Tahun 2008................... 42Tabel 3.8 : Data Kegiata Intra dan Ekstra kulikuler MAN Salatiga Tahun 2008.43Tabel 3.9 : Rekapitulasi Data Responden Siswa SMAN 1 Salatiga dan MAN

  

Tabel 3.10 : Data Nilai dan Kategori Pembinaan Moralitas Siswa SMAN 1

  

Tabel 3.11 : Data Nilai dan Kategori Pembinaan Moralitas Siswa MAN Salatiga

  

Tabel 4.1 : Tabel Frekuensi dan Prosentase Kualitas Pembinaan Moralitas Siswa

  

Tabel 4.2 : Tabel Frekuensi dan Prosentase Kualitas Pembinaan Moralitas Siswa

  

Tabel 4.3 : Rekapitulasi Nilai dan Kategori Pembinaan Moralitas Siswa SMAN 1

  

Tabel 4.4 : Data Persiapan Analisis Dengan Rumus Komparasional t lcsi Meliputi

  

DAFTARLAM PIRAN

  LAMPIRAN 1 : SURAT PENLTNJUKAN PEMBIMBING SKRIPSI LAMPIRAN 2 : LEMBAR BIMBINGAN SKRIPSI LAMPIRAN 3 : SURAT PERMOHONAN IJIN PENELITIAN LAMPIRAN 4 : SURAT KETERANGAN PENELITIAN LAMPIRAN 5 : ANGKET LAMPIRAN 6 : TABEL NILAI-NILAI t.,esl LAMPIRAN 7 : DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Bclakang Masalah Seiring dengan kemajuan teknologi dan pesatnya laju globalisasi, akhir-akhir ini kita sering disuguhi peristivva tawuran remaja antar sekolah. Peristiwa tersebut menandai teijadinva demoralisasi remaja yang sudah

  merambah pada dunia pendidikan. Fenomena ini tidak hanva terjadi di kota- kota besar seperti Jakarta, tetapi sudah merambah ke kampung-kampung di daerah lain, seperti Batang, Boyolali, dan beberapa daerah lain.1

  Keadaan tersebut berkaitan erat dengan tata nilai yang bersumber dari agama dan moral/etika yang diajarkan disekolah, di mana pendidikan belum mampu menjadikan peserta didik menjadi manusia yang bermoral dan berbudi pekerti luhur. Padahal, sekolah hendaknya menjadi lapangan sosial bagi anak, di mana pertumbuhan mental, moral, social, dan segala aspek kepribadian dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.~ Dalam waktu yang bersamaan dunia pendidikan kita belum mampu mendidik anak bangsa untuk taat kepada hukum. Itulah sebabnya pendidikan kita sering dipersalahkan atas realita moral yang menimpa kalangan generasi muda.

  Tantangan sekarang adalah bagaimana mendidik anak untuk berbuat terpuji dan tidak terpengaruh oleh kenyataan tercela yang ada di tengah-tengah

  • A. Qodrv A. Azizv, Pendidikan (Agama} Untuk Membangun Etika Sosial, Aneka Ilmu, semarang, 2002, him 107.

  ‘ Zakiah Daradjat, Membina Nilai-nilai Marat di Indonesia .Bulan Bintang. Jakarta, 1977, him. 21. masyarakat. Sebagaimana telah digariskan dalam UUSPN no. 20 tahun 2003, disebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peseita didik menjadi manasia yang beriman dan hertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, aehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri. dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.'

  Dengan demikian iembaga pendidikan memiliki kewajiban cWam melaksanakan pembinaan moral sebagai implementasi Undang-Undang Sistem Pendidikan. Moral atau moralitas diartikan sebagai keseluruhan norma- norma, mlai-nilai dan sikap moral seseorang atau masyarakat. Dalam pemakaian sehari hari moral atau moralitas berkonotasi baik. misalnya orang dikatakan bermoral artmya orang tersebut memiliki moral yang baik.

  Para ahli dan praktisi pendidikan tampaknya sepakat bahwa pendidikan budi pekerti atau moralitas sangat peniing dan harus segera terwujud. Namun bagaimana bentuknya, cara dan modelnya, ukurannya. dan pelakunya masih menjadi perbincangan dan mungkin juga perdebatan.3 4 Apabila pendidikan budi pekerti diwujudkan dalam bentuk mata pelajaran, bukankah pelajaran P4 yang syarat dengan etika telah mengalami kegagalan? Sebenamya telah banyak mata pelajaran di sekolah vang mengandung

3 UU No. 20. 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Aneka limit, Scmarang. 2003. him. 18.

4 A. Qodry A. Azizy, Op. Cit., him. 108.

  pembentukan budi pekerti, seperti pelajaran agama. bahasa, pendidikan kewarganegaraan, tata negara, dan bimbingan konseling.

  Apabila diperhatikan. nampak adanya ketimpangan antara kcnsep pendidikan vang ideal dengan realita yang dialami dunia pendidikan. Idealnva, pendidikan mampu menciptakan dan membentuk pribadi yang bermoral dan berbudi pekerti iuhur. Namun kenvataannya banvak terjadi tindakan-tindakan pelanggaran dan kejahatan yang dilakukan oleh siswa baik di lingkungan sekolah ataupun di luar sekolah, yang menunjukkan rendahnva moral dan budi pekerti mereka.

  Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang beijudul "PEMBINAAN MORALITAS

  SISWA (STUDI K4SUS PADA SMAN 1 SA M TIG A DAN MAN SAM TIG A TAHUN 2008)

B. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap judul "PEMBINAAN

  MORALITAS SISWA (STUDI KASUS PADA SMAN 1 SA M TIGA DAN MAN SALATIGA TAHUN 2008) ”,

  maka dijelaskan beberapa istilah sebagai berikut:

1. Pembinaan

  Pembinaan adalah proses, caia. perbuatan membina; usaha, tindakan. dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik.' 5

5 Depdikbud. Kc<mus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta,

  2. Moralitas moralitas adalah sopan santun. sesualu yang berhubungan dengan etiket atau adat sopan santun.6 Menurut K. Bertens. moralitas adalah sifat moral/keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk7 *

  Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembinaan moralitas adalah perbuatan atau kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk membina sifat moral dan sopan santun kearah yang lebih baik.

3. Siswa SMA dan MA

  Siswa adalah subjek yang belajar atau disebut pelajar.s SMA adalah Sekolah Menengah Atas, yaitu sekolah yang menerima dan mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat baik untuk melanjutkan pendidikan, teijun ke masyarakat sebagai warga Negara biasa, maupun terjun ke dunia kerja.9 MA adalah Madrasah Aliyah, yaitu lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan dan pengajaran tingkat menengah atas dan menjadikan mata pelajaran Agama Islam sebagai mata pel ajar an dasar 30% di samping mata pelajaran umum.10

  Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembinaan Moralitas Siswa adalah proses, cara, perbuatan membina mlai-nilai moral 6 Ibid., him. 755.

  K. Bertans, Fdika, PT. Gramedia pustaka utama. Jakarta. 1997. him. 7 s Suprayekti, Interaksi belajar Mengajar, Departemen Pendidikan nasional Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga Kependidikan. Jakarta. 2005. hint. 100.

0 Soedijarto, S femantapkan Sistem Pendidikan XnsionaL Gramedia Widiaswara Indonesia, Jakarta, 1993, him. 138.

  secara keseluruhan yang ditujukan kepada siswa Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Alivah dengan harapan agar mempunyai moralitas vang baik dalam kehidupannva Siswa SMA dan MA yang dimaksud daiam penelitian ini adalah subjek yang belajar pada Iembaga pendidikan SMAN

1 Salatiga dan MAN Salatiga tahun 2008.

C. Pemmusan Masalah

  Dengan memperhatikan latar belakang masalah yang tertera diatas, maka dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana pembinaan moralitas siswa di SMAN 1 Salatiga tahun 2008?

  2. Bagaimana pembinaan moralitas siswa di MAN Salatiga tahun 2008?

  3. Apakah ada perbedaan tentang kualitas pembinaan moralitas siswa di SMAN 1 dan MAN Salatiga tahun 2008?

D. Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pembinaan moralitas siswa di SMAN 1 Salatiga tahun 2008.

  2. Mengetahui pembinaan moralitas siswa di MAN Salatiga tahun 2008.

  3. Mengetahui perbedaan kualitas pembinaan moralitas siswa di SMAN 1 dan MAN Salatiga tahun 2008.

E. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang pembinaan moralitas siswa di sekolah serta dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis. vaitu:

  6

  1. Bertambahnya wawasan keilmuan bagi penulis tentang pembinaan moralitas siswa berkaitan dengan disiplin keilmuan penulis sebagai calon Sarjana Pendidikan Islam.

  2. Memberikan sumbangan pemikiran sebagai solusi atas pemasalahan- permasalahan pendidikan terutama terkait dengan masalah pembinaan moralitas siswa di Sekolah Menengah Atas di Kota Salatiga.

  3. Menambah perbendaharaan ilmu pengetahuan berupa basil penelitian ilmiah sebagai bahan kajian pustaka bagi civitas akademika STAIN Salatiga.

F. Hipotesis

  Hipotesis adalah suatu kesimpulan penelaahan teoritis terhadap permasalahan penelitian, yang masih harus diuji kebenaran empiriknya.11 Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: "Ada perbedaan pembinaan moralitas siswa antara SMAN 1 Salatiga dan MAN salatiga”.

G. Metodologi Penelitian

  Metodologi adalah pengetahuan tentang cara kerja yang disesuaikan dengan obyek situasi ilmu-ilmu yang bersangkutan.12 Adapun rangkaian metodologi yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini. sebagai berikul: Rom Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta. Cel.

  Ke dua , 1983, him. 40

1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian diskriptif kuantitatif.

  karena penelitian ini merupakan penelitian yang mengolah angka-angka dengan rumus t ,sst.

2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Salatiga dan MAN salatiga.

  salah satu alasan pemilihan atas SMAN 1 Salatiga dan MAN salatiga sebagai lokasi pemilihan adalah, bahwa kedua sekolah tersebut memiliki karakteristik yang berbeda yaitu SMAN 1 Salatiga sebagai sekolah umum sedangkan MAN Salatiga adalah sekolah berbasis agama.

3. Populasi dan Sampel

  Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.1' Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMAN 1 Salatiga dan MAN salatiga yang terdiri dari Kelas X, XI, dan XII. Jumlah populasi dalam penelitian ini 1.855 siswa terdiri dari 1149 siswa SMAN 1 Salatiga dan 706 siswa

  MAN Salatiga.

  Sementara itu, sample adalah sebagian alau wakil yang diteliti.'4 Mengingat besamva jumlah populasi dalam penelitian ini maka ditetapkan 192 siswa sebagai sampel dalam penelitian ini yang masing-masing terdiri

  I? Suharsimi Ankunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rmeka Cipla, Jakarta, Edisi revisi IV, 1998, him. 115. dari 96 siswa SMAN 1 Salatiga dan 96 siswa MAN Salatiga. Teknik pegambilan sample dalam penelitian ini menggunakan teknik random sampling, yaitu pengambilan sample secara acak tanpa par.dang bulu.13

4. Variabel Penelitian

  Variabel adalah segala sesuatu yang menjadi obyek pengamatan penelitian. Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel penelitian yaitu : a Pembinaan moralitas siswa di SMAN 1 Salatiga tahun 2008.

b. Pembinaan moralitas siswa di MAN Salatiga tahun 2008.

  Penelitian ini mengkomparasikan pembinaan moralitas siswa di SMAN 1 Salatiga dan MAN Salatiga, dengan indikator pembinaan sebagai berikut: a Adanya aturan yang mengatur moralitas

  b. Adanya pendidikan intra kurikuler tentang moralitas

  c. Adanya kegiatan yang berhubungan dengan moialitas

  a. Adanya perhatian dan bimbingan dari pihak sekolah terhadap moralitas e. Adanya keteladanan dari gum dan karyawan sekolah

  f. Adanya sarana dan prasarana keagamaani0 1

  5

  1

  6

  15 Prof. Dr. Sutrisno Hadi. Meiodologi Research, Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarla, 1981, him. 75.

  16 Zakiah Daradjat, Membina Niiai-nilai Moral di Indonesia, Penerbit Bulan Bintang , Jakarta, 1977, him. 21-22.

5. Metode Pengumpulan Data

  Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data sebagai penyusunan skripsi, maka digunakanlah heberapa metode di anataranya:

a. Metode Angket

  Angket yaitu sejumlah pertanvaan tertulis yang digunakan untuk memperolch informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.17 Penggunaan angket tersebut untuk mendapatkan data tentang pembinaan moralitas siswa

  SMAN 1 Salatiga dan MAN Salatiga.

b. Metode Interview Terpimpin

  Interview terpimpin adalah suatu metode pengumpuian data dengan jalan tanya jawab dimana penginterview terikat pada fungsi pengumpul data yang relevan dengan maksud penyelidikan dan pedoman pelaksanaan interview yang telah ditetapkan dengan tegas sebelum pelaksanaan interview.18

  Dalam penelitian ini, peneliti mengadakan wawancara dengan dengan responden dengan berpedoman pada pedoman wawancara yang telah dibuat. Responden dalam interview tersebut terdiri dari siswa, Kepala Sekolah dan tenaga pengajar (guru Agama, guru BK,

  Pembina Kesiswaan).

  1' Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suata Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, 1998, him. 140.

18. Sutrisno Hadi, Metodologi Research II, Penerbit Audi Offset, Yogyakarta, 1990, him.

  205. c. Metode Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistemahk fenomena-fenomena yang diselidiki.19 Observasi dalam penelitian ini ialah metode penelitian di mana peneliti langsung ketempat/ lokasi penelitian guna mendapatkan data tentang subyek penelitian. Obsei vasi ini bertujuan mendapatkan data tentang kondisi sekolah, yang meliputi keadaan gedung, ruang kelas dan sarana prasarana sekolah.

  d. Metode Dokumentasi Dokumentasi yaitu kumpulan data verbal yang berbentuk tulisan, monumen, artifact, foto, tape dan sebagainya.20 Metode dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data yang bersifat dokumenter, misalnya; jumlah siswa, jumlah guru, dan tingkat pendidikan guru.

6. Metode Analisis Data

  Disamping masih pengumpulan data, yang harus dilakukan selanjutnya adalah melakukan analisis data yang telah terkumpul. Adapun teknik analisis yang digunakan adalah :

  a. Untuk mengetahui kualitas pembinaan moralitas siswa digunakan rumus prosentase sebagai berikut:

  19 Ibid., him 136.

  20 Koentjaraningrat, Op. cit., him. 46.

  P =

  — xl00% 21 2

2 N

  Keterangan: P = Proporsi F = Frekuensi

  N = Nilai / Jumlah responden

b. Untuk mengetahui perbedaan kualitas pembinaan moralitas siswa

  SMAN1 Salatiga dan MAN Salatiga digunakan rumus komparasional ties sebagai berikut:

  M x - M y SF ^ ^ M x - M y 22 .

  Keterangan: to = Koefisien komparasi Mx = Mean variabel x My — Mean variabel y SE mx - my =Standar error perbedaan antara mean variabel x dan mean variabel y

c. Analisis Lanjutan

  Merupakan interpretasi dari uji hipotesis dengan ttes, yaitu membandingkan dengan nilai komparasi hasil penelitian (to) dengan nilai koefisien komparasi tabel (tt) dengan taraf signifikan 5 % dan 1 %. Apabiia nilai to sama atau lebih besar dari nilai tt maka hipotesis

  21 Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, Radja Grafmdo Persada, Jakarta, 2003, him. 40. 2 2 Ibid., him. 307.

  yang

  diajukan dapat diterima, tetapi sebaliknya apabila to lebih kecil dari tt maka hipotesis yang diajukan ditolak.

H. Sistematika Penulisan Skripsi

  Penulisan skripsi ini menggunakan sistematika sebagai berikut:

  Bab 1 : Pendaliuluan. merupakan gambaran keseluruhan skripsi ini yang meliputi : Latar Belakang Masalah. Penegasan Istilah. Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian. Hipotesis, Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan Skripsi.

  Bab II : Landasan Pembinaan moralitas siswa, terdiri dari: pengertian Pembinaan Moralitas, Pembinaan Moralitas Siswa di Sekolah, Pembinaan Moralitas Siswa Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Bab III: Laporan Hasil Penelitian yang meliputi; Gambaran Umum SMAN 1 Salatiga dan MAN Salatiga, yang terdiri dari: Sejarah singkat, visi misi, data siswa, data guru, sarana dan prasarana. dan kegiatan intra dan ekstra kurikuler. Sajian hasil penelitian terdiri dari: pembinaan moralitas siswa SMAN 1 Salatiga dan MAN Salatiga.

  Bab IV: Analisis Hasil penelitian, membahas tentang komparasi kualitas pembinaan moralitas siswa di SMAN 1 Salatiga dan MAN Salatiga terdiri dan: analisis pendahuluan. analisis peilama meliputi; pembinaan moralitas siswa SMANl Salatiga dan MAN Salatiga, serta analisis kedua tentang perbedaan kualitas pembinaan moralitas siswa SMAN1 Salatiga dan MAN Salatiga.

Bab V : Penutup, yang terdiri dari Kesimpuian dan Saran

BAB Ii LANDASAN TEORI A. Pengertian Pembinaan Moralitas Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pembinaan diartikan sebagai

  proses, cara. perbuatan membina; usaha. tindakan. dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang iebih baik.1 Pembinaan merupakan salah satu bentuk pendidikan. hal ini dapat dipahami dari tujuan pembinaan yang menghendaki adanya hasil yang Iebih baik. Hal ini senada dengan pendapat Nana Syaodih Sukmadinata yang menyatakan bahwa pendidikan bertujuan bahwa pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam mengembangkan dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, kecakapaa serta karakteristik pribadinya kearah yang positif. baik bagi dirinya mapun lingkungannya.2 *

  Moralitas adalah sopan santun, sesuatu yang berhubungan dengan etiket atau adat sopan santun. ' Moralitas (dari kata latin moralis) mempunyai arti yang pada dasamva sama dengan "moral”, hanya saja moralitas memiliki makna yang Iebih abstrak.4 Disamping ilu. ada yang menyebutnya etika yang berasal dari bahasa Yunani "'ethos" yang bermakna nukum. adat istiadat.

  1 IX'txlikbud, Ka.r.us Besar Bahasa Indonesia, Balai Puslaka, Jakarta, 2003, him. 152.

  2 Nana Syaodih Sukmadinata, Ixindasan Psikologi Proses Pendidikan, PT. Remadja Rosdakarya, Bandung. 2004, him. 4.

  ' rX'ixhkhud. Op. Cit.,, him. 755. kebiasaar. dan budi pekerti., sedangkan dalam bahasa 1 atin digunakan istilah

  • -mores" yang berarli kesusilaan, adap, sopan santun, dan tradisi' Berdasarkan

  tersehut

  definisi dapat dikatakan bahwa antara moral, etika. adab. sopan santun, budi pekerti, dan moral tidak mengandung perbedaan yang berarti.

  Sementara itu, Poespoprodjo mengemukakan bahwa moralitas mencakup pengertian tentang baik buruknva perbuatan manusia atau dapal juga diarlikan sebagai kualitas dalam perbuatan manusia5

  6 Moralitas dapat digolongkan menjadi dua, yailu moralitas ekstrinsik dan moralitas intrinsik. Moralitas intrinsik memandang perbuatan menurut hakikat perbuatannya, lepas dari bentuk hukum positif. Lain halnya dengan moralitas ekstrinsik, moralitas ini memandang sesuatu perbuatan sebagai sesualu yang diperintahkan atau dilarang oleh seseorang yang kuasa. atau hukum positif. Terlepas dari pembagian moralitas tersebut. untuk menentukan baik buruknva moralitas perlu didasarkan pada tiga hal. yaitu:'

  1. Kebiasaan manusia, untuk menentukan baik buruknva suatu moralitas dapat dilihat dari adat istiadat yang berlaku dimasyarakat. Adat kebiasaan yang menjadi dasar penentuan moral merupakan adat kebiasaan yang bersifat umum atau universal, misalnya: dilarang membunuh, menghormati hak-hak orang lam. dan kewajiban membayar hutang.

5 Muhammad AR., Fendidikan di A la f Baru, Pnsmasophie Press. Yogvakarta. 2003, Him, 74.

  ° W.Poespoprodjo, Filsafal Moral (Kesusilaan Dalam lean dan Praktekj. Remad ] a Karya. Bandung, 1988, him. 102.

  2. Hukum positif atau hukum negara, penentuan baik buruk perbuatan berdasarkan sumber ini tidak dilihat dari hakikat perbuatan tersebut, akan tetapi dilihat ada tidaknya perintah atau larangan yang mengatur perbuatan ini. Moralitas menurut penetapan ini dikatakan buruk apabda perbuatan tersebut melawan atau bertentangan dengan aturan undang-undang yang berlaku.

  3. Pemilihan kehendak bebas Tuhan, penentuan bark buruknya moralitas yang didasarkan pada adat istiadat dan hukum positif bersifat tidak mutlak dan relatif berubah. akan tetapi penentuan moralitas berdasarkan pemilihan tuhan bersifat mutlak. Moralitas berdasarkan penentuan ini bersandar pada sesuatu yang mutlak menurut hakikat perbuatannya, dan biasanva bersumber pada ajaran agama tertentu.

  Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembinaan moralitas adalah proses/perbuatan membina moral atau budi pekerti yang dilakukan secara efisien dan efektif agar tercipta moralitas dan budi pekerti yang lebih bak. Untuk menenlukan baik buruknya suatu perbuatan didasarkan pada tiga hah yaitu adat kebiasaan. hukurr. positif. dan kehendak tuhan.

B. Pembinaan Moralitas Siswa di Sekoiah

  Sekolah merupakan salah saiu wahana strategis dalam pembinaan moralitas siswa demi tercapainya kepribadian yang utama (mulia) sesuai dengan tujuan pendidikan. Proses pembinaan disekolah merupakan upaya yang harus disinergikan dengan program-program yang ada di sekolah. Hal ini serta memiliki komponen-komponen pendidikan yang saling berinteraksi

  8 dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan.

  Dengan memadukan program pembinaan rr.oralitas dengan program pendidikan sekolah, maka pembinaan moralitas dapat ditempuh melalui dua jalur kegiatan belajar mengajar, yaitu melalui kegiatan intra kurikuler dan ekstra kurikuler.

  Melalui kegiatan intra kurikuler pembinaan moralitas dapat dilakukan dengan memanfaatkan mata pelajaran yang ada di sekolah sesuai dengan kurikuium yang ada. Dalam kurikulum pendidikan di sekolah terdapat beberapa mata pelajaran yang memiliki/memuat materi-materi yang berkaitan dengan ajaran atau nilai moral, di antaranya mata pelajaran Pendidikan Agama, PPKn. BK, dan Bahasa Indonesia. Melalui mata pelajaran tersebut proses pembinaan moral terhadap siswa dapat dilakukan. Diasumsikan, dengan memperkaya dimensi moral dan norma pada aktivitas pendidikan disekolah akan memberi pegangan nidup yang kokoh bagi anak dalam menghadapi perubahan sosial.9

  Disamping melalui kegiatan intra kurikuler. pembinaan moralitas dapat dilakukan melalui kegiatan ekstra kurikuler. Pembinaan moralitas melalui kegiatan ekstra kurikuler lebih condong kepada unsur pembiasaan dan praktek atas niiai-nilai moral yang ada. Dengan mengikuti kegiatan-kegiatan ekstra kulikuler siswa dibawa kepada realita yang ada di masyarakat sehingga

  R Socmarjati dan Cholisin , Konsep Dasar Pendidikan Moral Pancasila, FPIPS K IP Yogyakarta, Yogyakarta, 1989, him. 43. mampu memperkaya khasanali pengetahuan dan meningkatkan kepekaan sosial siswa. Adapun kegiatan-kegialan ekstra kurikuler yang dapat dimanfaatkan dalam membina moralitas siswa d: ant ar any a: kegiatan kepramukaan, bhakti sosial, dan kegiatan-kegialan keagamaan.

  Dalam melakukan pembinaan moralitas siswa. baik melalui jalur intra ataupun ekstra kurikuler diperlukan adanya metode pembinaan yang tepat sehingga tujuannya dapat dicapai. Metode yang dapat diaplikasikan dalam membina moralitas adalah metode-metode sebagaimana metode yang digunakan dalam pendidikan pada umumnya Dengan mengutip yang disampaikan oleh Abdullah Nasih LP wan tentang metode pendidikan yang dapat digunakan sebagai metode pembinaan siswa. maka terdapat beberapa metode pembinaan moralitas sebagai berikut: 10

1. Metode Keteladanan

  Metode keteladanan merupakan salah satu penentu keberhasilan pembinaan moralitas sisw'a. Dalam metode ini diperlukan adanya contoh dan keteladanan dari pendidik atau guru. Untuk itu, hendaknya guru bertindak sebagai role model, suri teladan bagi sosial akademik siswa baik didaiam maupun di luar kelas.!! Dalam membina moral siswa guru dituntut mampu mengaplikasikan niali moral sebeium mereka mengajarkannya kepada sisw a. *

  1 Abdullah Nasih Ulwan, Pedoman Pendidkan Anak Dalam Islam, ter] Drs. Saifullah Akmalie, Lx. Dan Drs. Herv nocr Ali, Asy syifa, Semarang. 1993, hlin.2.

  1

11 Abdurrahman M asud, Menggagas Formal Pendidikan Son Dikoiomik, Gama Media,

2. Metode Latihan Pembiasaan

  Metode ini sangat baik jika diterapkan pada anak dalam menanamkan budi pekerti anak, terutania pada usia dim. Sebab dengan latihan vang berulang-ulang akan menjadikan kebaisaan. Dan kebiasaan itu akan menjadi suatu tindakan yang selalu dikerjakan tanpa merasa berat serta dikerjakan tanpa memerlukan pertimhangan.

  Pendidik perlu membiasakan pada anak-anak dengan suatu yang baik. dengan akhlak yang mulia, sehingga jika anak sudah besar akan mempunyai sifat yang baik dan terhindar dari segala bentuk perilaku yang i ' menjums pada kemerosotan moral. Metode pembiasaan menuntut adanva praktik dan aplikasi yang dapat dilakukan melalui kegiatar.-kegiatan ekstra kurikuler cbsekolah.

3. Metode Nasihat

  Nasihat dimaksudkan untuk memberi peringatan dalam menghuidari suatu perbuatan yang dilarang dan diperintah untuk mengerjakan perbuatan yang baik. Nasihat adalah metode yang diberikan pendidik tentang perbuatan dan perilaku sehari-hari. Sehingga, setelah dewasa ia akan tumbuh dan teguh dalam kepribadiannya. Pengeitian terhadap suatu yang diperbuat oleh anak serta nasihat merupakan suatu yang penting bagi kehidupan dari pola hidup seorang anak dan sebagai masukan atau pengalaman informatif van positif. Nasihat dapat diberikan oleh semua guru bidang studi pada saat kapanpun tanpa harus membedakan bidang study tertentu. Karena pada dasamya perilaku moralitas siswa menjadi tanggung jawab gum secara umum.

4. Metode Pendidikan Dengan Perintah dan Larangan

  Metode ini digunakan untuk menyuruh anak mengerjakan perbuatan-perbuatan vang dikehendaki oleh pendidik. Begitu pula larangan merupakan usaha yang tegas untuk menghentikan perbuatan- perbuatan yang nyata salah. Bentuk metode perintah dan larangan pada dasamya teiah dilakukan oleh lembaga pendidikan secara menyeluruh. Salah satu bentuk metode ini dapat dilihat dengan adanya tala tertib sekolah. Idealnya tata tertib mengandung dua unsur vaitu memerintah dan melarang. Untuk itu sekolah dalam menyusun tata tertib hams memasukkan unsur-unsur moral di dalamnva.

  Sementara itu, Zakiah Daradjat mengemukakan baliwa pembinaan moral di sekolah hendaknya sebagai berikut:12

  1. Dapat diusahakan supaya sekolah menjadi lapangan yang baik bagi penumbuhan dan pengembangan mental dan moral anak didik, disamping tempat pemberian pengetahuan, pendidikan ketrampilan dan pengembangan bakat dan kecerdasan. Dengan kata lain, supaya sekolah merupakan lapangan sosial bagi anak, dimana pertumbuhan mental, moral, sosial dan segaia aspek kepribadian dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik.

  2. Pendidikan agama, haruslah dilakukan secara intensif, ilmu amal supay a di rasakan oleh si anak didik di sekolah. Selain dibenkan materi berupa teori anak juga diajarkan untuk mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. 1

  3

13 Zakiah Daradjat, Membina Nilai-Nilai Moral Di Indonesia, Bulan Bintang, Jakarta,

  3. Segala sesuatu yang berhubungan dengan pendidikan dan pengajaran (baik guru, pegawai, buku, peraturan dan alat-alat) dapat membawa anak didik kepada pembinaan mental yang sehat, moral yang tinggi dan pengembangan bakat, sehingga anak itu dapat iega dan tenang serta jiwa tidak goncang. Sehingga tidak mudah terpengaruh oleh tingkah laku yang kurang baik.

  4. Supaya lembaga pendidikan di bersihkan dan tenaga yang kurang baik moralnya dan kurang mempunyai keyakinan beragama serta menutup segala pemelewengan.

  5. Pelajaran kesenian, olah raga dan rekreasi bagi anak didik, haruslah mengindahkan peraturan moral nilai agama, sehingga dalam pelaksanaannya pelajaran tersebut, baik teori, maupun praktekn)a dapat memelihara moral dan kesehatan mental anak didik.

6. Pergauian anak didik, hendaklah mendapat perhatian dan bimbingan dari guru supaya pendidikan itu betul-betul merupakan pembinaan yang sehat.

  7. Sekolah harus dapat memberikan bimbingan dalam pengisian vvaktu luang untuk anak, dengan menggerakkannva kepada aktivitas yang menyenangkan tapi tidak merusak dan tidak berlawanan dengan ajaran agama

  8. Di setiap sekolah harus disediakan satu kantor/biro bimbingan dan penyuluhan, yang menampung dan memberikan peiayanan bagi sisvva yang memerlukannva. Hal ini dilakukan untuk menanggulangi meluasnva kelakuan (moral) yang tidak baik dari seorang anak kepada kawan- gejala kepada kerusakan moral dan merawatnva secara intensif jika diperlukan.

  Dalam pembinaan moral sebenarnya ada dua segi yang perlu di perhatikan yaitu: tindak moral dan moral konsep. Untuk tahap pertumbuhan dan pembinaan moral yang hams didahulukan adalah tindak moral, seperti halnya anak-anak sejak kecil sudah dibina untuk mengarah kepada moral yang baik. Proses pembinaan moral harus dilakukan secara langsung dalam lingkungan dimana anak tersebut linggal. kemudian hal itu berkembang menjadi kebiasaan. Pembinaan moral bisa dilakukan langsung dan tak

  i

  langsung atau formal dan non formal. Setelah anak tersebut diberi pembinaan berupa pengarahan dan bimbingan kepada moral yang baik, tugas selanjutnya ialah memberi pengertian tent- ng mana yang baik dan mana yang buruk sesuai norma yang berlaku. Hal ini bertujuan supava anak tersebut dapat membedakan suatu perbuatan, mana yang sesuai norma dan mana yang melanggar norma lj

  Berdasarkan pentahapan pembinaan moral tersebut, tentunya tidak lepas dari lembaga pembinaan itu sendiri. Setidaknva ada 3 lembaga yang ikut berperan serta menentukan keberhasilan pembinaan moralitas anak dalam kehidupannya, adapun lembaga-lembaga tersebut antara lain:1

  3

  14

1. Keluarga

  Pada dasamva pihak yang berperan dalam pembinaan moral yang pertama ialah orang tua. Karena mereka yang pertama berinteraksi dengan

  13 Ibid., him. 119-120.

  14 M.Jumali, dkk., Landasan Pendidikan, Muhammadiyah University press, Surakarta, si anak. Maka peran orang tua terhadap pembmaan moralitas anak sangat berpengaruh dan, sangat menentukan sekali daiam meletakkan dasar-dasar kepribadian pada usia yang masih muda. Maka pendidikan daiam keluarga mempunvai fungsi salah satu ialah menanamkan dasar pendidikan moral.

  Hal ini dapat diwujudkan melalui keteladanan daiam perbuatan sehari-hari, dengan tujuan supaya anak mempunvai moral atau akhlak yang baik sesuai norma-norma dan hukum yang berlaku daiam suatu masvarakat. bangsa ataupun negara.

2. Sekolah ,

  Setelah anak tersebut sudah memasuki bangku sekolah, maka baik langsung ataupun tidak langsung akan meneladani sikap dan tindakan guru. Maka dari itu guru meinegang peranan penting daiam pembinaan moralitas siswa di sekolah, karena itu seorang guru tidak cukup mempunvai kemampuan mengajar secara ilmiah dan teknis saja, akan tetapi sevogianya memiliki kesehatan mental dan moral yang baik Tugas guru dan pemimpin sekolah disamping memberikan ilmu pengetahuan- pengetahuan, keterampilan kepada anak, juga mendidik budi pekerti dan agama

3. Lingkungan masvarakat

  Sementara aspek yang terakhir yang ikut mempengaruhi pembinaan moral anak yaitu lingkungan. Karena meskipun pendidikan orang tua daiam keluarga dan guru di sekolah sudah baik. akan tetapi apabila lingkungan kurang mendukung maka proses pembinaan moral anak tidak membuahkan hasil yang maksimal. Akan tetapi apabila lingkungan sosial itu mendukung ke arah yang baik maka pembinaan moral terhadap anak akan berialan lancar dan hasilnva dapat terlihat dalam tingkah laku sehari-hari.

  Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam upaya pembinaan moralitas rang diiakukan di sekolah, maka perlu diadakan sinkronisasi nilai- nilai moral yang diajarkan disekolah. masyarakat, dan keluarga di mana sisvva tersebut tinggal. Untuk itu, sekolah dalam menyusun program pembinaan perlu memperhatikan kondisi keluarga dan masyarakat, sehingga tidak dijumpai ketimpangan-ketimpangan nilai antara yang diperoleh siswa di sekolah dan realita yang dihadapi siswa diluar sekolah.

  Sebagai bentuk pendidikan terhadap anak didik, dalam proses pembinaan moralitas terjadi proses transfering. yaitu transfer nilai-nilai moral yang harus diterima oleh peserta didik untuk diaplikasikan dalam kehidupan nvata Dalam proses ini maka terjadilah proses pembelajaran terhadap sisvva.

  Sebagaimana proses belajar pada umumya, pembinaan moralitas siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari dalam ataupun dari luar diri siswa.

  Dilihat dari segi teijadinya proses belajar, keberhasilan pembinaan moralitas di sekolah dipengaruhi oleh faktor luar diri pelajar dan faktor yang dan diri pelajar.1' Faktor yang berasal dari luar digolongkan menjadi dua yaitu faktor sosial dan faktor non sosial. Faktor yang berasal dari dalam diri pelajar juga digolongkan menjadi dua yaitu faktor fisiologis dan faktor psikologis. 1

  5

15 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, PT. Raja Gratindo Persada, Jakarta, 2001,

  Faktor non sosial memiliki jumlah yang hampir tidak terbatas jumlahnya, seperti : keadaan geografis, tingkat ekonomi, adat-istiadat. dan lain-lain.. Faktor sosial merupakan faktor yang berasa! dari manusia, baik itu yang berada dilingkungan sekolah ataupun di luar sekolah.

  Sementara itu, faktor yang berasal dari dalam diri beiajar merupakan keadaan internal pribadi siswa, benjpa faktor psikologis dan fisiologis. Faktor fisiologis dibedakan menjadi 2 macam yaitu tonus jasmani pada umumnya misalnva keadaan/kesehatan tubuh dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu terutama panca indera misalnya penglihatan dan pendengaran. Faktor psikologis merupakan kondisi/kejiwaan seseorang seperti rasa ingin tahu, sifat kreatif. dorongan untuk mendapatkan penghargaan, dan sikap keberagamaan.

  Untuk dapat merumuskan bentuk dan model pembinaan moralitas sekolah maka perlu diadakan evaluasi untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menvebabkan kemerosotan moral. Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut maka akan lebih mudah bagi sekolah untuk menvusun pola pembinaan moralitas yang sesuai dengan keadaan yang dihadapi siswa. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan kemerosotan moral, antara lain:16

  25

  a. Kurang tertanamnya jiwa agama pada tiap-tiap orang dalam masyarakat.

  Kevakinan beragama yang didasarkan atas pengertian vang sungguh-sungguh dan sehat tentang ajaran agama yang dianutnya. kemudian diiringi dengan pelaksanaan ajaran tersebut merupakan benteng moral yang paling kokoh. Dalam ajaran Islam yang menjadi ukuran bngi mulia atau hinanya seseorang adalah hati dan perbuatannva, hati yang taqwa dan perbuatan yang baik.

  b. Keadan masyarakat yang kurang stabil Lingkungan masyarakat yang kurang stabik baik ekonomi, sosial. maupun politik, maka akan memmbulkan orang merasa takut cemas dan gelisah, dan akhimya mendorong pula kepada kelakuan- kelakuan kadang menimbulkan kecurigaan tuduhan-tuduhar. yang tidak beralasan, kebencian pada orang lain, adu domba fitnah dan sebagainvaini sering teijadi pada orang yang tingkat kevakinan agamanva kurang.

c. Tidak terlaksananya pendidikan moral dengan baik

  Tidak adanva pendidikan moral dengan baik sangat berpengaruh pada akhlaq anak. baik dalam lingkup rumah tangga. sekolah dan masyarakat. Ketiganya merupakan tempat tumbuh kembangnya seorang anak. Kalau dari ketiga lingkungan tersebut menanamkan sikap dan nilai moral yang baik. maka akan menghasilkan anak-anak atau generasi yang bermoral pula dan begitu juga sebaliknva.

d. Sua^ana rumah tangga yang kurang baik

  Dewasa ini banvak terlihat di masyarakat tentang kurangnya kerukunan dalam rumah tangga hal ini menimbulkan tidak adanya saling pengertian, saling menerima, saling menghargai. saling mencmtai suami isteri. Hal ini menyebabkan anak menjadi gelisah. takut dan cemas kemudian timbul perbuatan-perbuatan yang menggangu ketentraman orang lain.

e. Diperkenalkanma obat-obat dan alat-alat anti hamil

  Masa anak-anak merupakan masa yang masih labii. maka dengan di perkenalkan obat-obat dan alat-alat anti hamil tersebut maka sering kali digunakan untuk hal-hal yang tidak baik dan melanggar nilai, nonna dan hukum agama. Maka hal ini akan berdampak negatif pada perkembangan moral anak.

  f. Banyaknva tulisan-tulisan dan gambar-gambar yang tidal-: mengindahkan dasar-dasar moral