MAKNA RITUAL KANJAN SERAYONG BAGI SUKU DAYAK PESAGUAN KECAMATAN TUMBANG TITI, KABUPATEN KETAPANG, KALIMANTAN BARAT TINJAUAN FOLKLOR

  

MAKNA RITUAL KANJAN SERAYONG

BAGI SUKU DAYAK PESAGUAN KECAMATAN TUMBANG

TITI, KABUPATEN KETAPANG, KALIMANTAN BARAT

TINJAUAN FOLKLOR

  

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Program Studi Sastra Indonesia

  

Oleh :

Vinsensia Nanong Astuti

044114001

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

  

JURUSAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

  Motto

  Dalam tangan-Mu, ya Tuhan, kuserahkan hidupku Orang yang mencari Tuhan tak-kan kekurangan suatupun

  Kegagalan adalah bagian hidup. Jangan biarkan kegagalan menjatuhkan

  

dirimu (Vincent P. Collins)

  Jika mereka dapat melakukannya, saya pun bisa (Vincent P. Collins)

  Skripsi ini kupersembahkan:

  My Jesus Christ My Parent (Petrus Salim &

  Natalia Sumarni)

  My Grand Father (T. Hadir) My Brothers (Kacip, ubek, dan

  Kuap)

  Almamaterku

  

ABSTRAK

Vinsensia Nanong Astuti. 2009. Makna Ritual Kanjan Serayong bagi Suku

Dayak Pesaguan Kabupaten Ketapang Kecamatan Tumbang Titi,

Kalimantan Barat Tinjauan Folklor. Skripsi strata 1 (S-1). Program Studi

Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas

Sanata Dharma.

  Dalam skripsi ini dibahas makna ritual Kanjan Serayong bagi suku Dayak Pesaguan dengan tinjauan folklor. Judul ini dipilih karena tiga alasan, yaitu (1) peneliti beranggapan bahwa tidak semua orang mengetahui tradisi Kanjan secara mendalam khususnya para pendatang yang tinggal di Pesaguan;

  Serayong

  (2) masyarakat Dayak Pesaguan masih menghormati keluarganya yang sudah meninggal dan tetap melestarikan budaya Kanjan Serayong sampai sekarang; (3) keingin tahuan penulis yang begitu besar untuk meneliti dan mengali lebih dalam lagi tentang tradisi Kanjan Serayong. Ritual Kanjan Serayong (ritual kematian) merupakan salah satu ritual yang masih terus dilakukan oleh masyarakat Dayak Pesaguan. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendekripikan proses ritual Kanjan Serayong dan maknanya bagi suku Dayak Pesaguan kecamatan Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat; (2) mendeskripsikan proses ritual Kanjan Serayong dan maknanya bagi suku Dayak Pesaguan kecamatan Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.

  Tinjauan yang digunakan dalam studi ini adalah tinjauan folklor. Penelitian ini menggunakan beberapa metode pengumpulan data yaitu: metode kepustakaan, metode observasi, dan metode wawancara.

  Hasil penelitian mengenai ritual Kanjan Serayong ini menunjukkan bahwa (1) Ritual Kanjan Serayong merupakan ritual penghormatan terakhir dari ritual kematian, (2) Proses dan tatacara ritual Kanjan Serayong diawali dengan persiapan (berisi uraian tentang tempat, waktu, yang terlibat dalam berlangsungnya proses ritual Kanjan Serayong, dan Perlengkapan) dan preses ritual Kanjan Serayong,(3) Makna Kanjan Serayong adalah ungkapan kemenangan

  

atas maut dan melepas suasana duka dalam masa berkabung (masa berpantang) dan

menggantinya dengan suasana riang gembira.

  

ABSTRACT

The Ritual Meaning of Kanjan Serayong for Dayak Pesaguan Ethnic in

Tumbang Titi Subdistrict, Ketapang, West Kalimantan. A Folklore. A

Graduate Thesis. Study Program of Bahasa Indonesia Literature, Literature

Faculty of Sanata Dharma University.

  This thesis discusses about the folklore observation on the ritual meaning of Kanjan Serayong for Dayak Pesaguan ethnic. This title is chosen for three reasons: (1) the writer considers the fact that only few people who comprehends the tradition of Kanjan Serayong, especially the nonnatives who live in Pesaguan, (2) the society of Dayak Pesaguan still respect their relatives or ancestors who already passed away and keep their culture of Kanjan Serayong up to now, (3) the writer’s curiousity motivates her to examine and to study deeper about the tradition of Kanjan Serayong.

  The ritual of Kanjan Serayong (death ritual) is one of the rituals which is stilll done by the society of Dayak Pesaguan. The objectives of this study are: (1) to find out the process of the ritual of Kanjan Serayong and its meaning for Dayak Pesaguan ethnic in Tumbang Titi Subdistrict, Ketapang, West Kalimantan, (2) to explain and to depict the process of the ritual of Kanjan Serayong and its meaning for Dayak Pesaguan ethnic in Tumbang Titi Subdistrict, Ketapang, West Kalimantan.

  The observation used in this study was a folklore observation. There are several data collecting methods that are used in this study: literary method, observation and interview.

  The results of the study on the ritual of Kanjan Serayong show: (1) the ritual of Kanjan Serayong is a ritual of giving the last honor to the death person, (2) the process and the rites of the ritual of Kanjan Serayong begin with a preparation (consist of the explanation about the place, the time, the people who involves during the process of the ritual of Kanjan Serayong, and the devices used) and the process of the ritual of Kanjan Serayong.

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PULIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Vinsensia Nanong Astuti NIM : 044114001

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul MAKNA RITUAL KANJAN SERAYONG BAGI SUKU DAYAK PESAGUAN KECAMATAN TUMBANG TITI, KABUPATEN KETAPANG, KALIMANTAN BARAT TINJAUAN FOLKLOR Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan ini saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelola dalam bentuk pangkalan data. Mendistribusikan secara terbatas, dan mempulikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun royalitas kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini, saya buat dengan sebenarnya. Yogyakarta, 20 Januari 2010 Yang menyatakan Vinsensia Nanong Astuti

  

KATA PENGANTAR

  Segala puji dan syukur kepada Allah Bapa dan Bunda Maria, karena atas kemurahan berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul

  

Makna Kanjan Serayong Bagi Suku Dayak Pesaguan Kecamatan Tumbang Titi,

Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat”.

  Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sastra sesuai dengan Program Studi Sastra Indonesia yang di tempuh di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan, semangat dan doa dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada:

  1. Ibu Drs. Fransisca Tjandra Adji, M.Hum, selaku dosen pembimbing I yang dengan sabar membimbing serta memberikan masukan dan dorongan kepada penulis.

  2. Ibu S.E Peni Adji, SS, M.Hum, selaku dosen pembimbing II, terima kasih atas kesabaran dan dorongannya kepada penulis selama kuliah dan penulisan skripsi ini 3. Bapak Drs. B. Rahmanto, M. Hum, Drs. P. Ari Subagio M. Hum, Drs. Yoseph Yapi Taum, Drs. Hery Antono, Dr. I. Praptomo Baryadi, M. Hum, Drs. FX.

  Santosa, MS, atas ilmu dan perkuliahan yang telah diberikan kepada penulis selama belajar di Universitas Sanata Dharma.

4. Bapak Hurus, Bapak Raji’in, Bapak Siron, Ibu Antonia Norma, Agnesia, dan

  Nur’afni sebagai nara sumber yang telah bersedia menyedikan waktunya dan kerjasamanya selama penulis melaksanakan penelitian dalam rangka

  5. Kedua orang tuaku (Bapak Petrus Salim dan Ibu Natalia Sumarni), terima kasih banyak atas segala perhatian, doa dan kasih sayang kalian selama ini.

  6. Saudara-saudaraku yang tercinta, Abangku Stefanus (Kacip) dan Istri Santi, Erisius Erimayanto (Ubek) dan istri Deni, dan Vinsensius Nono Priono (Kuap) dan istri Christina (Uteh).

  7. Kakekku tercinta T. Hadir ( Almarhum), terima kasih atas semua yang telah engkau berikan dari aku kecil sampai besar, semoga engkau bisa beristirahat dengan tenang di sana.

  8. Teman-teman Sastra Indonesia angkatan 2004, aku akan selalu merindukan kalian semua.

  • teman terbaikku, Gustin, Ketty, Friska Ermi, dan Felly kalian teman- teman yang selalu ada untukku dan selalu memberi masukan untuku.

  9. Teman

  10. Teman-teman kosku Jl. Lingkar utara, karang nongko maguwoharjo, terima kasih atas semuanya.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan sehingga masih perlu dikaji dan dikembangkan lebih lanjut. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik sebagai masukan . Akhir kata penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

  Penulis Vinsensia Nanong Astuti

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... v ABSTRAK ....................................................................................................... vi

  ABSTRACT ....................................................................................................... vii

  KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................... x

  BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1

  1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

  1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 4

  1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 5

  1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 5

  1.5 Tinjauan Pustaka ........................................................................... 6

  1.6 Kerangka Teori ............................................................................. 6

  1.7 Landasan Teori .............................................................................. 6

  1.7.1 Folklor ................................................................................. 6

  1.7.2 Folklor Sebagian Lisan ....................................................... 8

  1.8 Metode Penelitian ......................................................................... 13

  1.8.1 Kepustakaan .......................................................................... 13

  1.8.2 Observasi ............................................................................... 13

  2.5.1 Maksud dan Tujuan Ritual Kanjan Serayong Bagi yang Meninggal ............................................................................. 20

  2.6.1.1 Waktu ........................................................................ 26

  2.6.1 Persiapan ............................................................................... 26

  2.6 Ritual Kanjan Serayong ................................................................ 25

  2.5.4 Maksud Ritual Kanjan Serayong bagi Pemimpin Ritual Kanjan ................................................................................... 23

  2.5.3 Maksud dan Tujuan Ritual Kanjan Serayong bagi Masyarakat (khususnya bagi masyarakat setempat yang ikut secara langsung dalam kegiatan ritual Kanjan Serayong .............................. 22

  2.5.2 Maksud dan Tujuan Ritual Kanjan Serayong bagi keluarga yang Ditinggal oleh yang meninggal .................................... 21

  2.5 Deskripsi Ritual Kanjan Serayong ................................................ 20

  1.8.3 Wawancara ............................................................................ 14

  2.4 Ritual-Ritual .................................................................................. 19

  2.3 Kanjan Serayong .......................................................................... 18

  2.2 Deskripsi Singkat Masyarakat Dayak Pesaguan Di kecamatan Tumbang Titi .................................................................................. 16

  2.1 Pengantar ....................................................................................... 16

  BAB II DESKRIPSI RITUAL KANJAN SERAYONG ................................. 16

  1.9 Sistematika Penyajian ................................................................... 15

  2.6.1.2 Tempat...................................................................... 29

  2.6.1.3 Yang Terlibat Dalam Berlansungnya Proses Ritual Kanjan Serayong ................................................................ 30

  2.6.1..4 Perlengkapan ........................................................... 31

  2.6.2 Proses Ritual Kanjan Serayong ............................................. 37

  2.6.2.1 Menyimak Tihang Sandung ...................................... 37

  2.6.2.2 Mematik Tambiring .................................................. 38

  2.6.2.3 Melanggaran Bulen ................................................... 39

  2.6.2.4 Penyerahan Palawat .................................................. 40

  2.6.2.5 Menungkung Garung ................................................ 41

  2.6.2.6 Me’alap Tulang ......................................................... 42

  2.6.2.7 Memutus Bulen ......................................................... 42

  2.6.2.8 Pantang Kasau ........................................................... 43

  2.7 Penutup ......................................................................................... 44

  BAB III MAKNA KANJAN SERAYONG ..................................................... 46

  3.1 Pengantar ....................................................................................... 46

  3.2 Makna Ritual Kanjan Serayong .................................................... 46

  3.2.1 Makna Ritual Kanjan Serayong Bagi Suku Dayak Pesaguan ................................................................................ 46

  3.2.2 Makna Kanjan Serayong yang Berkaitan dengan Ekonomi ................................................................................ 47

  3.2.3 Makna Kanjan Serayong yang Berkaitan dengan Pendidikan ............................................................................. 49

  3.2.4 Makna Kanjan Serayong yang Berkaitan dengan Religi ...... 49

  3.2.5 Makna Kanjan Serayong yang Berkaitan dengan Sosial ...... 50

  BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 52

  4.1 Kesimpulan .......................................................................................... 52

  4.2 Saran ..................................................................................................... 53 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 55 LAMPIRAN NARA SUMBER

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Bangsa Indonesia dikenal dengan bangsa yang mempunyai budaya dan suku yang beraneka ragam. Setiap suku sudah memiliki budaya serta tradisi masing-masing, begitu juga dengan suku Dayak Pesaguan.

  Masyarakat suku Dayak Pesaguan merupakan kelompok masyarakat yang menyebut diri mereka sebagai orang Dayak Pesaguan Sekayu. Mereka tinggal di sepanjang Sungai Pesaguan bagian hulu dan sekitarnnya sampai di Kecamatan Tumbang Titi, kampung Melayu Raya, dan Pemaham. Ada tiga kelompok besar pada suku Dayak Pesaguan Sekayu, yaitu Pesaguan Hulu, Pesaguan Tengah, dan Pesaguan Hilir. Kelompok yang masuk wilayah Pesaguan Hulu adalah Serongkah Onam, kelompok yang masuk wilayah Pesaguan Tengah adalah Kekubang Jelayan, dan kelompok yang masuk wilayah Pesaguan Hilir adalah Batu Tajam dan Sungai Melayu. Suku Dayak Pesaguan adalah masyarakat yang kaya dengan budaya peninggalan nenek moyang. Salah satu antaranya adalah buadaya tradisi Kanjan Serayong (Raji’in wawancara 28 April 08).

  Ritual Kanjan Serayong di suku Dayak Pesaguan merupakan salah satu bentuk pemujaan terhadap benda-benda dan bentuk penghormatan terhadap roh halus yang menempati alam di sekitar, sehingga menjadi objek penghormatan dan penyembahan dalam upacara berupa doa dan sensaji yang sampai saat masih sering dilakukan.

  Pemujaan terhadap roh disebut Animisme dan pemujaan terhadap benda-benda disebut Dinamisme. Animisme adalah kepercayaan manusia terhadap mahluk halus yang menempati alam di sekitar manusia sehingga menjadi objek penghormatan dan penyembahan dalam upacara berupa doa, sensaji dan tumbal (Tylor via Koentjaraningrat, 1967 : 220-221). Dinamisme adalah kepercayaan kepada kekuatan sakti benda-benda tertentu yang dipercaya dihuni oleh roh leluhur (Marett via Koentjaraningrat, 1967 : 223)

  Kanjan Serayong adalah upacara ritual kematian yang ditujukan untuk

  mengungkapkan rasa iklas terhadap keluarga yang telah lama meninggal dunia agar arwah yang sudah lama meninggal bisa tenang di surga.

  Kanjan Serayong merupakan tradisi adat suku Dayak Pesaguan yang berada di kecamatan Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.

  Dalam ritual Kanjan dipandu seorang dukun dan diiringi dengan beberapa tarian untuk menghormati arwah.

  Dilihat dari asal mulanya, tradisi Kanjan Serayong ini ada sejak zaman dulu. Di sebuah kuningan atau keningratan (sama dengan kerajaan) daerah yang dihuni oleh orang Dayak Pesaguan. Daerah Kuningan tersebut memiliki pemimpin bernama Temenggung Tanjung Kebowong dan Patih Pantai Kerurai, kedua pemimpin ini mempunyai kesepakatan untuk menjodohkan anak mereka setelah istri mereka sama-sama melahirkan. Tetapi, pada saat dilahirkan anak Temenggung Tanjung Kebowong meninggal dunia. Untuk mengungkapkan rasa iklas dan supaya arwah anak Temenggung Tanjung Kebowong yang sudah meninggal bisa tenang di alamnya diadakanlah ritual kematian yang diberi nama Kanjan Serayong (Nur’afni, wawancara 01 Mei 08).

  Dalam Ritual Kanjan Serayong selalu diadakan makan bersama dengan seluruh masyarakat setempat terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan memanggang kepala ayam (ayam kampung) yang akan dijadikan sesaji. Dukun kemudian akan melelatakkan sesaji tersebut ke arah matahari terbenam dan matahari terbit. Warga yang sudah dipilih mengambil tambak atau

  

sandong (rumah untuk orang meninggal yang sudah disediakan satu bulan

  sebelum ritual kanjan dilaksanakan) dari kuburan.(Nur’afni, wawancara 09 juni 08).

  Kanjan Serayong bagi masyarakat Dayak Pesaguan adalah rangkaian

  upacara terakhir dari adat kematian. Namun tidak semua yang meninggal dunia dikanjankan atau dibuatkan ritual Kanjan Serayong, apabila keluarga yang masih hidup tidak mampu untuk mengadakan ritual Kanjan Serayong bagi keluarganya yang sudah meninggal, maka keluarga yang masih hidup bisa tidak melakukan budaya Kanjan Serayong ini. Makna Kanjang Serayong bagi Suku Dayak pesaguan adalah ungkapan kemenangan atas maut dan melepas suasana duka dalam masa berkabung (masa berpantang) dan menggantinya dengan suasana riang gembira(Nur’afni, 09 Juni 08)

  Tradisi Kanjan Serayong suku Dayak Pesaguan ini menarik perhatian penulis untuk mengkaji dan mencari tahu Proses ritual serta Makna secara ilmiah. Adapun alasan penulis memilih topik “Tradisi Kanjan Serayong (ritual penghormatan para arwah) sebagai berikut.

  1. Penulis beranggapan bahwa tidak semua orang mengetahui tradisi Kanjan

  Serayong secara mendalam khususnya para pendatang yang tinggal di Pesaguan.

  2. Penulis menyadari sebelum budaya Kanjan Serayong diketahui dan diteliliti orang yang bukan orang Dayak, peneliti ingin lebih dulu memahami dan menelitinya.

  3. Tradisi Kanjan Serayong menurut penulis sangat menarik untuk dijadikan sebagai bahan penelitian studi khusus, karena suku Dayak termasuk suku Dayak Pesaguan masih menghormati keluarganya yang sudah meninggal dan tetap melestarikan budaya Kanjan Serayong sampai sekarang.

  4. Keingin tauan penulis yang begitu besar mendorong penulis untuk meneliti dan mengali lebih dalam lagi tentang budaya Kanjan Serayong.

  Sehingga penulis mengambil topik tentang “Makna Kanjan Serayong bagi suku Dayak pesaguan kecamatan Tumbang Titi Kalimantan Barat” Dengan mengkaji topik ini, penulis berharap dapat memberikan informasi yang dapat berguna bagi siapapun yang ingin mengetahui ritual

  Kanjan Serayong suku Dayak Pesaguan yang ada di Kalimantan Barat.

1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian di atas, masalah-masah yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

  1.2.1 Bagaimana proses ritual Kanjan Serayong suku Dayak Pesaguan Kecamatan Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat?

  1.2.2 Bagaimana makna Kanjan Serayong bagi orang Dayak Pesaguan Kecamatan Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat ?

1.3 Tujuan Penelitian

  Sesuai rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

  1.3.1 Mendeskripsikan proses ritual Kanjan Serayong suku Dayak Pesaguan, Kecamatan Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.

  1.3.2 Mendeskripsikan makna Kanjan Serayong bagi orang Dayak Pesaguan Kecamatan Tumbang Titi, Kabupaten Ketang, Kalimantan Barat.

1.4 Manfaat Penelitian

  1.4.1 Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi para peminat folklor lisan ataupun folklor agar dapat dijadikan acuan bagi yang ingin meneliti dan mengembangkan ritual Kanjan Serayong lebih luas lagi.

  1.4.2 Agar bisa menyediakan data dan informasi kebudayaan sehingga nilai- nilai sosial budaya masyarakat Kalimantan Barat khususnya budaya

  Kanjan Serayong dapat dipahami oleh suku bangsa lain, dan dengan

  demikian dapat diharapkan bisa saling menghargai kebudayaan masing-masing.

1.4.3 Sebagai dokumentasi untuk pendidikan yang ada di kecamatan

  Tumbang Titi Kebupaten Ketapang. Dengan adanya dokumentasi tentang Kanjan Serayong akan memudahkan serta bisa membantu dunia pendidikan yang berkaitan dengan budaya. Serta dapat menambah dokumentasi tentang budaya di perpustakaan daerah yang ada di Kabupaten Ketapang.

  1.5 Tinjauan Pustaka

  Sejauh pengamatan peneliti belum ada studi khusus yang membicarakan makna tradisi Kanjan Serayong suku Dayak Pesaguan Kecamatan Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.

  1.6 Kerangka Teori

  Dalam skripsi ini, peneliti menggunakan dua kerangka teori untuk memecahkan masalah di atas, yaitu (i) Folklor dan (ii) Folklor sebagian lisan.

  1.7 Landasan Teori

1.7.1 Folklor

  Folklor berasal dari kata folklore (bahasa Inggris). Jika dieja menjadi folk-lore. Folk artinya ‘ rakyat ‘ dan lore artinya ‘ tradisi ‘.

  Folk adalah kelompok atau kolektif yang memiliki ciri-ciri pengenal

  kebudayaan yang membedakan dengan kelompok yang lain. Lore merupakan wujud tradisi folk. Tradisi tersebut dituturkan secara oral (lisan) dan turun temurun. Folklor berarti tradisi rakyak yang sebagian

  (Endraswara,2005: 11). Folklor adalah kebudayaan kolektif yang terbatas dan diwariskan secara turun-temurun, baik dalam lisan maupun tulisan yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (Danandjaja, 1984: 2).

  Dalam Kamus Bahasa Indonesia (edisi kedua), folklor adalah adat-istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan turun- temurun, tetapi tidak dibukukan. Atau ilmu adat-istiadat tradional dan cerita rakyat yang tidak dibukukan.

  Menurut Brunvard, folklor adalah satu ciptaan (creations) dari satu kelompok atau seorang individu yang beorientasi pada kelompok dan berdasarkan pada tradisi yang merefleksikan cita-cita dari suatu komunitas sebagai suatu ungkapan jati diri kebudayaan masyarakat; batasan-batasan, standar-standar, dan nilainya diwariskan secara lisan, mencontoh (imitation), atau dengan cara lain (Danandjaja, 2003:35).

  Adapun ciri-ciri folklore adalah: 1) It is Oral (penyebaran /pewarisannya dilakukan secara lisan, dari mulut ke mulut atau disertai contoh/gerak dan alat pembantu pengingat (memory device), 2) It is

  

traditional (disebarkan dalam bentuk standar/relative tetap) disebarkan

  di antara kolektif tertentu dalam waktu yang cukup lama, paling kurang dua generasi (bertahan sampai dua atau lebih generasi), 3) It is

  

exist in different versions (hadir dalam versi-versi bahkan varian-

  varian yang berbeda-beda). Karena penyebaran dari mulut ke mulut (lisan), folklor dengan mudah mengalami perubahan. Banyaknya versi antara lain disebabkan oleh (a) lupa, (b) proses interpolasi, dan (c) tranformasi. Meskipun demikian, core atau bentuk dasar folklor relative tetap (Taum, 2003).

  Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi masyarakat dan manusia. Kebudayaan diciptakan oleh manusia untuk menentukan norma-norma atau kaidah. Dengan kebudayaan yang diciptakan, manusia mengatur hidupnya. Karya masyarakat mewujudkan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang sangat perlu untuk mengadakan tata tertib dalam pergaulan masyarakat (Soekamto,1990:202). Pola-pola tingkah laku masyarakat di samping ditentukan oleh kebiasaan dipengaruhi pula oleh kebudayaan masyarakatnya (Soekamto, 1990).

1.7.2 Folklor Sebagian Lisan

  Folklor sebagian lisan adalah folklor yang bentuknya merupakan gabungan unsur lisan dan unsur bukan lisan. Ada dua macam folklor Indonesia yang masuk dalam folklor sebagian lisan yaitu kepercayaan rakyat dan permainan rakyat (Danandjaja, 1991 : 153)

  Kepercayaan rakyat atau yang sering kali disebut “ takhayul” adalah kepercayaan yang oleh orang berpendidikan Barat dianggap sederhana bahkan pandir, tidak berdasarkan logika, sehingga secara ilmiah tidak dapat dipertanggungjawabkan. Kata “takhayul“ modern lebih senang menggunakan istilah kepercayaan rakyat (folk

  

belief ) atau keyakinan rakyat dari pada “takhayul” (superstitious),

  karena takhayul berarti “hanya khayalan belaka”, (sesuatu yang) hanya di angan-angan saja (sebenarnya tidak ada) (Poerwadarminta, 1976:966 via Danandjaja,1991 : 153)

  Walaupun sudah dihindarkan pemakaian istilah takhayul dan lebih banyak dipergunakan istilah kepercayaan, namaun bagi orang awam yang berpendidikan barat, masih tetap memandang rendah kepercayaan rakyat. Hal ini disebabkan mereka menganggapnya tidak modern dan bodoh. Sikap ini menurut para ahli folklor sudah tentu tidak dapat dibenarkan, sikap ini tidak dapat dibenarkan berdasarkan dua hal seperti berikut. Pertama takhayul bukan saja mencakup kepercayaan (belief), melainkan juga kelakuan (behavior), pengalaman-pengalaman (experiences), ada kalanya juga alat, dan biasanya juga ungkapan serta sajak (Brunvand, 1968: 178 via Danandjaja,1991 : 153). Kedua dalam kenyataan dapat dikatakan tidak ada orang yang bagaimanapun modernnya, dapat bebas dari takhayul, baik dalam hal kepercayaan maupun dalam hal kelakuannya (Brunvand, 1968: 178 via Danandjaja,1991 : 154).

  Takhayul adalah semacam ungkapan tradisional, maka ia termasuk juga dalam folklor, tetapi berbeda dengan ungkapan tradisional lainnya ( seperti bahasa rakyat, pribahasa, teka-teki, sajak, nyanyian rakyat, cerita rakyat, dan sebagainya ). Takhayul berdasarkan asumsi atas kesadaran atau bukan kesadaran mengenai syarat-syarat (condition) dan akibat-akibat (results), sebab dan akibat dalam dunia kehidupan sehari-hari. Walaupun asumsi itu tidak ilmiah, aspek kepercayaan takhayul sangat luas persebarannya disemua lapisan masyakat (Brunvand, 1968: 179 via Danandjaja,1991: 155).

  Beberapa contoh takhayul atau kepercayaan dalam masyarakat. Pertama takhayul mengenai kematian orang betawi keturunan cina yang tidak senang jika kerabatnya kebetulan meninggal pada hari saptu, karena menurut kepercayaannya almarhum atau almarhumah akan membawa salah satu orang kerabatnya yang lain untuk meninggal (Danandjaja,1991: 158). Kedua takhayul yang berhubungan dengan perjalan dan perhubungan ( komunikasi ) adalah jika seorang dayak Ot

  

Danum , dari Kalimantan Tengah, melakukan perjalan dalam perjalan

  tersebut dia melihat ular melintas menyebrang jalan maka perjalan itu akan segera ia batalkan karena jika diteruskan akan terjadi kecelakaan (Danandjaja,1991: 157 ). Ketiga takhayul yang berhubungan dengan musibah bagi orang dayak pesaguan atau suku dayak pesaguan Kalimantan barat adalah jika sesorang mau pergi dari rumah dan dirumah tersebut ada saudaranya yang lagi makan, maka yang mau pergi itu harus bepusak ( menyentuk tepi piring saudaranya yang lagi makan) jika tidak maka yang akan pergi itu bisa mendapat musibah dan bahkan bisa meninggal dunia ( Ermi, 20 Juni 08).

  Permainan rakyat selalu dimiliki oleh setiap bangsa di dunia ini pada umumnya. Kegiatan ini juga termasuk folklor, kerena diperoleh melalui warisan lisan. Hal ini terutama berlaku pada permainan rakyat anak-anak, karena permainan ini disebarkan hampir murni melalui tradisi lisan dan banyak diantaranya disebarluaskan tampa bantuan orangtua mereka atau guru mereka(Danandjaja,1991: 171).

  Berdasarkan sifat permainan, maka permainan rakyat (folk

  

game ) dapat dibagi dalam dua golongan besar, yaitu permainan untuk

  bermain (play) dan permainan untuk bertanding (game). Perbedaan permainan bermain dan permainan bertanding adalah bahwa yang pertama bersifat untuk mengisi waktu senggang atau rekreasi, sedangkan yang kedua bersifat kurang mempunyai sifat itu. Namun yang kedua hampir selalu mempunyai lima sifat khusus, seperti: (1) terorganisasi, (2) perlombaan (competitive), (3) harus dimainkan paling sedikit oleh dua orang peserta, (4) mempunyai kreteria yang menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah, dan (5) mempunyai peraturan permainan yang telah diterima oleh para pesertanya ( Roberts, Arth, dan Bursh, 1959: 597 via Danandjaja,1991: 171).

  Permainan rakyat dapat pula digolongkan menjadi permainan rakyat yang bersifat sekuler (keduniawian) dan permainan rakyat bersifat sacral. Selain itu permainan rakyat dapat juga digolongkan berdasarkan perbedaan umur (orang dewasa dan kanak-kanak), berdasarkan jenis kelamin (pria dan wanita) (Danandjaja,1991: 171).

  Penggolongan permainan rakyat berdasarkan perbedaan kelamin dilakukan berdasarkan jenis kelamin para pesertanya.

  Misalnya permainan yang bersifat perjudian merupakan monopoli kaum laki-laki, baik kanak-kanak maupun dewasa. Permainan ini erat hubungannya dengan kepercayaan rakyat di desa Trunyan Bali yang menganggap bahwa wanita itu lebih bodoh dalam hitung-menghitung.

  Para wanita, pada umumnya, bahkan tidak berani mendekati gelanggang perjudian, karena takut dituduh pembawa sial terutama oleh orang laki-laki yang kalah (Danandjaja,1991: 172).

  Permainan bermain yang bersifat sakral atau ritual adalah di Trunyan adalah permainan para remaja laki-laki (teruna) Trunyan, yang dilakukan dalam upacara Serba Gede untuk memperingati hari kelahiran dewa tertinggi mereka yang bernama Ratu Sakti Pancaring Jagat (Danandjaja,1991: 172).

  Teori folklor dalam sekripsi ini digunakan untuk menjelaskan tradisi ritual Kanjan Serayong yang berkaitan dengan dibuatnya sesaji dan peralatan khusus yang dipakai dalam ritual Kanjan Serayong serta apa akibat yang ditimbulkan bila mengadakan atau tidak mengadakan ritual Kanjan Serayong sedangkan teori Folklor Sebagian Lisan digunakan untuk menjelaskan kepercayaan masyarakat Dayak Pesaguan dalam mengadakan ritual Kanjan Serayong.

1.8 Metode Penelitian

  Dalam penelitian ini digunakan tiga metode, yaitu metode kepustakaan, metode obsevasi, dan metode wawancara.

  1.8.1 Kepustakaan Metode kepustakaan adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, rapat, dan sebagainya (Arikunto, 1993 : 234). Teknik kepustakaan berfungsi untuk mendapatkan data yang konkret. Teknik ini dilaksanaan dengan cara menelaah pustaka yang ada kaitannya dengan objek penetian yaitu Makna Kanjan Serayong dan proses ritual Kanjan

  Serayong .

  1.8.2 Observasi Observasi adalah metode yang dapat menghasilkan dan mendeskripsi data secara khusus tentang apa yang telah terjadi, dari peristiwa-peristiwa sejarah, atau hasil dari peristiwa-peristiwa (Komaruddin, 1974 : 97 ). Cara ini berfungsi untuk mendukung hasil wawancara. Dengan cara ini dapat diperoleh gambaran budaya Kanjan

  Serayong berkaitan dengan proses berlangsungnya ritual Kanjan Serayong tersebut, cara ini akan menambah kelengkapan data hasil

  wawancara.

  Observasi dilakukan dengan cara mendatangi langsung tempat dimana masyarakat sedang melakukan ritual Kanjan Serayong. Setelah itu diadakan wawancara kepada narasumber yang melakukan ritual

  Kanjan Serayong dan orang yang mengerti tentang ritual Kanjan Serayong .

1.8.3 Wawancara

  Wawancara adalah proses tanya-jawab lisan, antara dua orang atau berhadap-hadapan secara fisik yang satu dapat menglihat muka yang lain dan mendengarkan. Metode ini merupakan metode pengumpulan informasi yang langsung tentang beberapa jenis data sosial, baik yang terpendam ( latent ) maupun yang manifes ( Hadi, 1979 : 192 ). Teknik wawancara ini berfungsi untuk mendapatkan informasi secara langsung di lapangan dengan cara bertanya pada responden. Dengan menggunakan teknik ini maka, penelitian tentang

  Kanjan Serayong bisa berjalan lancar dengan banyaknya data yang

  dipeoleh lewat responden tersebut. Tanpa wawancara peneliti akan kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh dengan cara bertanya langsung kepada responden.

  Metode wawancara ini digunakan untuk mewawancarai para informan yang dianggap mampu memberi penjelasan tentang ritual

  Kanjan Serayong. Para informan adalah orang yang mengadakan ritual Kanjan Serayong dan masyarakat setempat yang mengerti tentang

  ritual Kanjan Serayong.

1.9 Sistematika Penyajian

  Penelitian ini disajikan dalam sistematika sebagai berikut :

  Bab I Berisi pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan prihal latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian.

  Bab II Berisi uraian tentang deskripsi singgkat masyarakat Dayak pesaguan yang ada di Kecamatan Tumbang Titi, budaya, proses ritual kematian, proses ritual kanjan, sensaji, mantra, dan makna Kanjan Serayong.

  Bab III Berisi Makna Kanjan Serayong bagi masyarakat Dayak Pesaguan Bab IV Kesimpulan.

BAB II DESKRIPSI RIRUAL KANJAN SERAYONG

  2.1 Pengantar

  Dalam bab ini akan dijelaskan deskripsi ritual Kanjan Serayong yang dilakukan suku Dayak Pesaguan, dari persiapan ritual, pelaksanaan, dan penyelesaian atau penutup ritual Kanjan Serayong dalam masyarakat Dayak Pesaguan di Kecamatan Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.

  2.2 Deskripsi Singgkat Masyarakat Dayak Pesaguan Di Kecamatan Tumbang Titi

  Kecamatan Tumbang Titi memiliki jumlah penduduk 13 jiwa dengan pertumbuhan penduduk 1,21 % pertahun dan luas wilayah1,35 Km² dengan 22 desa. Letak Geografis dan Topografi Kecamatan Tumbang Titi adalah berbukit dan datar.(www.ketapang.co.id, 15-12-2008 jam 07:30)

  Masyarakat Dayak Pesaguan yang ada di Kecamatan Tumbang Titi dibagi dalam beberapa kelompok kecil dengan wilayah pemukimannya, pertama, kelompok Serongkah (pesaguan Hulu). Orang serongkah mendiami wilayah paling hulu sungai pesaguan, letak wilayahnya di timur Kecamatan Tumbang Titi. Kelompok ini tinggal di kampung Tanjung Mulai, Kaliambu, Tanjung Bunga, Sekelumbi, Serongkah Kiri, Serongkah Kanan, Batu Bulan, Beringin, dan beberapa kampung yang lebih kecil lagi. Secara geografis letak daerah serongkah berbukit-bukit. Kedua, kelompok Kengkubang-Jelayan (Pesaguan Tengah). Kelompok Kengkubang-Jelayan tinggal di sekitar wilayah sungai pesaguan. Kelompok ini tinggal di kampung Titibuluh, Jelayan, Natai Panjang, dan Suka Damai. Secara geografis letak Kengkubang- Jelayan berbukit tinggi, bukit yang tinggi di wilayah ini adalah bukit jelayan dan bukit sepawar. Ketiga, kelompok Batu Tajam dan Sungai Melayu (Pesaguan Hilir). Kelompok Batu Tajam dan Sungai Melayu tinggal di sebelah barat kecamatan Tumbang Titi, Kelompok ini tinggal di kampung Batu Tajam I, Batu Tajam II, Pengatapan, Sungai Melayu, dan Pengancingan. Keempat, kelompok Mehawa (Pesaguan Kanan). Kelompok Mehawa tinggal di sebelah selatan kecamatan Tumbang Titi. Mereka tinggal di kampung Punuk, Mehawa, dan Sepauhan.

  Masyarakat Dayak Pesaguan tinggal di sepanjang sungai pesaguan termasuk juga anak-anak sungainya. Kelompok masyarakat Pesaguan ini terdiri dari beberapa kelompok kecil yang memiliki bahasa yang sama tapi, dialek yang berbeda. Orang Dayak Pesaguan memiliki bayak kesamaan sejarah, tradisi, adat-istiadat, dan hukum adat. Sejarah, tradisi, adat-istiadat, dan hukum adat masyarakat pesaguan masih banyak yang belum terlacak dan belum ada secara intensif meneliti budaya-budaya yang masih tersimpan untuk dijadikan studi perbandingan dengan budaya daerah lain. (Nur’afni, wawancara 09 juni 08).

  Istilah Dayak sendiri tidak jelas asal usulnya. Menurut Fridolin (1971: 53) bahwa istilah ‘Dayak’ untuk menyebut suku-suku asli Kalimantan dalam arti positif, mulai digunakan oleh Agust Herdeland dalam bukunya yang berjudul Dajakschdeutsches Woerterbuch yang diterbitkan di Belanda pada tahun 1859. Sebelumnya, istilah ini dipergunakan sebagai kata ejekan atau penghinaan bagi penduduk asli yang memang masih ketinggalan, dibandingkan dengan suku-suku pendatang yang masih banyak bermukim di pesisir. Sejak saat itu kata ‘ Dayak’ banyak digunakan penulis untuk menyebut kelompok masyarakat asli Kalimantan termasuk dalam ras Proto-Malay dan tidak beragama islam (Mikhail,1992: 4).

  Masyarakat Dayak Pesaguan yang ada di Kecamatan Tumbang Titi sama dengan masyarakat yang ada di Kecematan-kecamatan lain dan masyarakat pada umumnya. Dalam kesehariannya mereka saling bersosialisasi seperti, memberi bantuan pada warga yang tertimpa musibah baik bantuan berupa materi maupun berupa tenaga. Nilai sosial yang ada dalam masyarakat Dayak Pesaguan masih tinggi misalnya gotong-royong pembersihan jalan, gorong-royong pembuatan rumah, gotong-royong dalam berladang dan sebagainya. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya ada yang bertani, berdagang, dan ada yang mejadi pegawai baik PNS maupun swasta seperti menjadi guru dan bekerja di kantor kecamatan.

2.3 Kanjan Serayong

  Kanjan Serayong adalah upacara ritual kematian yang ditujukan untuk

  mengungkapkan rasa iklas terhadap anggota keluarga yang telah lama mininggal dunia agar arwah yang sudah lama meninggal bisa tenang di surga.

  Kanjan Serayong merupakan rangkaian upacara terakhir dari adat kematian

  dan merupakan adat yang penting bagi masyarakat Dayak Pesaguan. Karena

  Kanjan Serayong merupakan ritual kematian yang sangat penting dan

  merupakan ritual terakhir maka keluarga yang berduka akan menyiapkan ritual

  Kanjan Serayong sebagai tanda mengakhiri masa berkabung (berpantang) yang telah dilakukan semejak kematian anggota keluarganya.

  Ritual Kanjan Serayong ada dua macam yaitu menyandong dan

  tambak . Menyandong adalah ritual khusus untuk domong (dukun) dan

  keluarganya. Dalam ritual menyandong tulang-tulang orang yang sudah lama meninggal dibakar terlebih dahulu baru disandongkan. Sandong berupa tiang tinggi, di atas tiang tersebut ada tempat tulang jenasah yang sudah dibakar berupa rumah dengan ukuran kecil. Sandong disimpan keluarga duka di depan rumah dengan tujuan biar keluarga masih merasa dekat dengan keluarganya yang sudah meninggal. Sedangkan Tambak ritual khusus untuk masyarakat biasa. Dalam ritual Tambak keluarga duka akan membuat sebuah rumah berukuran kecil dan disimpan di atas kuburan orang yang di Kanjankan. Ritual

  Tambak jenazah tidak digali dan tidak dibakar, ritual Tambah hanya

  membuatkan rumah kecil yang akan disimpan di atas kuburan. Untuk ritualnya baik Sandong maupun Tambah prosesnya sama.

2.4 Ritual-ritual

  Ritul adalah ‘hal ihwal yang berkenaan dengan ritus’. Ritus adalah tatacara dalam upacara keagamaan (Martin dan Baskarra, 2003:481). Ritual yang masih dilakukan masyakat Dayak Pesaguan tidak jauh berbeda dengan masyarakat Dayak pada umumnya yang ada di Kabupaten Ketapang.

  Masyarakat Dayak Pesaguan juga mengenal ritual-ritual seperti menujuh hari yaitu menagadakan ritual setelah tujuh hari melahirkan.

  Ritual-ritual lain yang masih dilakukan masyarakat Dayak Pesaguan adalah (makan tohon) pesta panen. Pesta panen dilakukan setiap tahun saat mau mulai panen hasil ladang. Ritual ini dilakukan sebagai ucapan syukur atas kerja keras mereka merawat ladangnya sehingga terhindar dari hama, binatang buas dan bahkan dari sumpah atau kutukan nenek monyang sehingga ladang mereka bisa panen dengan melimpah. Selain ritual pesta panen juga diadakan ritual yang dilakukan sebelum panen agar panen mereka bisa mendapatkan hasil yang melimpah. Ritual ini dilakukan dengan cara memberi sesaji berisikan hasil panen yang diletakan di sudut ladang yang menuju kearah mata hari tenggelam.

2.5 Deskripsi Ritual Kanjan Serayong

2.5.1 Maksud dan Tujuan Ritual Kanjan Serayong bagi yang Meninggal

  Orang mengadakan ritual Kanjan Serayong ini dilandasi oleh pokok pemikiran kepercayaan Animisme dan Dinamisme. Mereka menganggap roh orang yang sudah meninggal masih memiliki hubungan dengan orang yang masih hidup. Menurut kepercayaan orang Dayak Pesaguan bahwa ritual Kanjan Serayong ini bertujuan untuk mengungkapkan rasa iklas terhadap keluarga yang telah lama mininggal dunia agar arwah yang sudah lama meninggal bisa tenang di surga. Kanjan Serayong juga dianggap sebagai ungkapan kasih sayang dan pernghormatan terakhir dari yang hidup untuk yang mati. Jadi tujuan dari Kanjan Serayong untuk orang yang meninggal adalah sebagai penghormatan terakhir dan wujut kasih sayang dari yang hidup.

  Ritul Kanjan Serayong hanyalah merupakan ritual tambahan dari ritual kematian. Karena ritual ini hanya ritual tambahan, maka ritual Kanjan Serayong ini tidaklah mutlak untuk dilaksanakan, tergantung itikat baik dari keluarga dan disesuaikan dengan kemampuan dari segi material.

  Dalam ritual Kanjan Serayong tidak ada ketentuan adat yang menyatakan berapa tahun baru diadakan ritual Kanjan Serayong.

  Ritual Kanjan Serayong ini bisa dilaksanakan kapan saja dengan memperhitungkan kapan daging manyat yang ditanam itu menjadi hancur dan yang tersisa tinggal tulang belulangnya saja, bisa juga dilaksanakan dalam waktu yang lama asal kuburanya masih dikenali.

  2.5.2 Maksud dan Tujuan Ritual Kanjan bagi Beluarga yang Ditinggal oleh yang Meninggal Pada dasarnya maksud dan tujuan manusia adalah berusaha mencapai hidup bahagia lahir dan batin. Baik hidup maupun mati menurut alam pemikiran orang Dayak Pesaguan, segala sesuatu yang